Anda di halaman 1dari 10

CARA MENENTUKAN USIA FOSIL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evolusi yang dibimbing oleh Ibu Siti Imroatul
Maslikah, S. Si, M. Si dan Bapak Bagus Priambodo, S.Si., M.Si., M.Sc.

Oleh :
Offering GHIL
Fira Fitria Jihans (160342606248)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
Februari 2019
PERHITUNGAN UMUR FOSIL DAN BUKTI EVOLUSI

1. Rumus Untuk Mengukur Umur Fosil Dan Aplikasinya

Umur fosil merupakan salah satu bagian penting dalam arkeologi antara lain
untuk mengetahui sejarah batuan sedimen bumi, menentukan kaitan antar jenis
batuan pada satu tempat/lapisan dengan tempat/lapisan lain, dan mengajukan atau
membuktikan sebuah teori. Oleh karena itu penentuan umur fosil secara akurat
sangat diperlukan. Salah satu cara untuk menentukan umur fosil adalah dengan
mendeteksi keberadaan unsur radioaktif. Salah satu contoh adalah keberadaan
radioaktif karbon–14 (C14), yang sering disebut carbon dating (Yuliati et al, 2005).
Ketika organisme mati, maka konsumsi karbon berhenti. Karbon memiliki dua
isotop yaitu karbon–12 (C12) yang bersifat stabil dan karbon–14 (C14). . Untuk
menyingkat penulisan karbon-12 dan karbon-14 berturut-turut ditulis dengan C12
dan C14 (Suyarso, 2010) (Yusuf et al, 2015). Umur fosil dapat diperoleh dari
grafik yang menghubungkan persentase kuantitas C14 dengan waktu paro.
Persamaan yang mengatur hubungan kedua variabel ini dapat diperoleh dengan
perhitungan analitik atau numerik dengan pola interpolasi.

Avogadro telah menemukan bahwa dalam 1 mol zat mengandung 6,03.1023


atom. Berdasarkan perhitungan penelitian sifat radioaktivitas diperoleh waktu-
paro C14 (Tparo) sebesar 5730 tahun. Laju peluruhan R ditulis dengan 𝒅𝑵 𝒅𝒕
.sebanding dengan banyaknya partikel/inti. Jika N(t) adalah jumlah atom pada saat
t, maka laju peluruhan zat radioaktif menurut Widjianto (2015) dapat ditulis

dimana 𝛕 konstanta peluruhan. Integrasi dengan variabel terpisah diperoleh


persamaan analitis
N(t)= N(0)𝑒−𝑡/𝜏 , (2)
dengan N(0) adalah jumlah inti pada saat t = 0. Persamaan ini dapat
dikembangkan dengan mengambil kondisi paro, yaitu saat inti meluruh hingga
sisa separo, dimana t dinamakan waktu paro (𝑇𝑝𝑎𝑟𝑜). Dengan menggunakan
persamaan (2) diperoleh hubungan
𝑇𝑝𝑎𝑟𝑜 = τ. ln2 , atau =Tparo /ln2. Sehingga persamaan (1)
dapat ditulis menjadi

Atau
R = 0,693 N/Tparo peluruhan/s. (4)
Sehingga laju peluruhan C14 maksimum, yaitu sesaat setelah organisme mati
Menjadi Rmak=0,693*7,826*1011/(5.730*365*24*60) =180,079/mol.menit.
Laju peluruhan ini dapat ditentukan dengan pemindai cacah seperti Geiger
Counter atau sejenisnya.
Laju peluruhan C14 berkurang seiring pertambahan waktu sebanding dengan
waktu paronya. Setelah 5.730 tahun jumlah atom C14 akan bersisa separonya atau
3,913. 1011 atom/mol dan setelah 11.460 tahun akan bersisa 1,9565.1011
atom/mol. Begitu seterusnya setiap pertambahan waktu kelipatan 5.730 tahun, sisa
C14 menjadi satu per dua dipangkatkan banyaknya kelipatan 5.730 dikalikan
jumlah atom awal. Dalam pernyataan matematis dapat ditulis jikawaktu
bertambah sebanyak 5.730 x n tahun maka sisa atom C14 menjadi 1/2n x
7,826.1011 atom/mol.
Data dari pemindai cacah (R) dipakai untuk menghitung banyaknya atom
C14 yang tersisa. Dari persamaan (1) diperoleh
N(C14) tersisa = R .Tparo /0,693. (5)
Normalnya 1 mol zat mengandung 6,03. 1023 atom.
Rasio C14/C12 tersisa = R .Tparo /0,693/6,03.1023 (6)
Sehingga rasio C14 tulang mati dengan C14
tulang hidup:
Rasio C14 sisa/C14 awal = R .Tparo /0,693/6,03.1023 / 1,3.10-12 (7)
Rasio C14 sisa/C14 awal umumnya tidak merupakan kelipatan waktu paro,
sehingga diperlukan metode interpolasi untuk menentukan nilai rasio tersebut.
Metode interpolasi yang digunakan adalah interpolasi Lagrange dengan rumus
2. Macam Radioaktif yang dapat digunakan untuk mengukur usia fosil
dan waktu paruhnya

Jenis Radioisotop Waktu paruh Kisaran umur fosil


yang dapat dihitung
Uranium-238 4,5 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Potassium- 40 1,3 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Thorium-232 14 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Rubidium-87 49 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Uranium-235 704 juta tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Kalium-40 1,25 miliar tahun 154.000 s/d 160.000
tahun
Carbon-14 5.700 tahun 60.000 tahun

Isotop uranium punya waktu paruh yang sangat lama yaitu 1 milyar tahun.
Metode ini tidak bisa dipakai untuk fosil yang hanya berumur jutaan tahun dan
juga hasil produk peluruhan uranium yaitu timbal, yang merupakan elemen yang
bisa mudah berikatan dengan elemen lain. Isotop potassium punya waktu paruh
1,3 milyar tahun sehingga keakuratannya bisa mengukur fosil yang berumur
100.000 – 1 milyar tahun yang lalu. Hasil peluruhan Potassium adalah Argon,
yang merupakan gas mulia, sehingga sulit untuk berikatan dengan elemen lain.
Potassium atau Kalium juga merupakan elemen yang sering ditemukan dalam sel
makhluk hidup. Potassium- 40 adalah unsur radioaktif lainnya yang alami
ditemukan dalam tubuh anda dan memiliki waktu paruh 1,3 miliar tahun.
Kebanyakan unsur karbon berada dalam bentuk stabil karbon-12 (12C)
(enam proton, enam neutron) atau karbon-13(13C),, namun sejumlah yang sangat
kecil (sekitar 0,0000000001%) ada sebagai radioaktif karbon-14(14C)-(enam
proton, delapan netron). Tumbuhan hidup dan hewan terdiri= dari 14C bersama
dengan isotop karbon lainnya, tetapi ketika mereka mati dan fungsi metabolis
memereka berhenti, mereka berhenti menyerap karbon. Seiring dengan itu, 14C
meluruh menjadinitrogen-14(14N); setengahnya akan terjadi setelah sekitar 5730
tahun (ini adalah isotop yang setengah-hidup), setelah sekitar 60.000 tahun, semua
14C akan hilang. Waktu paruh carbon-14 5.700 tahun, ia hanya sah untuk
penentuan usia benda hingga 60.000 tahun. Walau demikian, prinsip carbon-14
berlaku pada isotop lainnya pula.
Isotop radioaktif lain yang dapat digunakan untuk mengukur usia bahan
non-organik (seperti batu) dan bahan-bahan yang lebih tua (sampai
miliarantahun). Salah satu dari radioisotop ini adalah adalah kalium- 40, yang
dapat ditemukan di batuanvulkanik. Setelah batu vulkanik mendingin, kalium-
40(40K) akan meluruh menjadi argon-40(40Ar) dengan waktu paruh 1,25 miliar
tahun. Dengan ratio ini memungkinkan untuk mengukur rasio 14K terhadap
40Ar,dengan ini dapat diperkirakan umur batu tersebut, tetapi metode ini kadang
kurang tepat.

3. Bukti dan Petunjuk Evolusi


1. Bukti Anatomi Perbandingan

Pendekatan untuk menginterpretasi bukti-bukti paleontologi adalah anatomi


perbandingan. Para ahli anatomi perbandingan mencoba menemukan persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan antara struktur dasar (fundamental
structure) organisme hidup. Mereka mempelajari bentuk-bentuk struktur dasar
setiap kelompok organisme. Sebagai contoh, semua hewan vertebrata memiliki
struktur dasar yang sama, yakni: suatu kerangka utama penyanggah tengkorak
dan tulang belakang; tulang rusuk yang melindungi jantung dan paru-paru,
tertancap pada tulang belakang; sepasang organ tambahan; dan sistem peredaran
darah, pernafasan atau respirasi, pencernaan, pengeluaran yang sama. Menurut
Widodo, Lestari, U., Amin, M., (2003), semua kesamaan tersebut menunjukkan
bahwa organ tersebut berasal dari struktur yang sama yang dikenal dengan istilah
homolog. Sedangkan apabila suatu organ memiliki Kesamaan fungsi namun
berbeda asalnya disebut dengan analog.

Semua vertebrata seperti burung, ikan paus, dan manusia mempunyai


struktur dasar tulang lengan depan yang sama kemudian melewati proses
perubahan (evolusi) dari nenek moyang yang umum, kemudian menampilkan
fungsi yang berbeda (Frida, 2006).

Analogi adalah menunjukkan fungsi yang sama, tetapi mempunyai


struktur dasar yang berbeda. Misalnya sayap burung dengan sayap serangga
mempunyai fungsi yang sama tetapi struktur dasarnya berbeda. Burung
mempunyai kerangka tulang sayap sedangkan serangga mempunyai sayap yang
tersusun dari lapisan kitin yang keras, tetapi keduanya berfungsi untuk terbang
(Frida, 2006). Anatomi perbandingan yang juga diidentifikasi yakni struktur
vestigial. Struktur vestigial adalah struktur-struktur tertentu yang tidak
berkembang terus pada beberapa organsime, tetapi dalam perkembangan
selanjutnya berfungsi lain.

2. Bukti Embriologi Perbandingan

Kalau ditinjau dari perkembangan embrio pada hewan multiseluler, akan


dijumpai kenyataan bahwa perkembangan mulai dari zigot menunjukan bentuk
yang hampir sama. Misalnya perkembangan pada blastula, grastrula, namun
dalam perkembangan selanjut-nya berbeda satu dengan yang lain sehingga bentuk
dewasanya menjadi sangat berbeda. Contohnya perbedaan antara ikan,
salamander, kura-kura, ayam, babi, sapi, kelinci dan mansuia sungguh sangat
berbeda, namun semua dimulai dari blastula dan grastrula serta embrio yang
hampir sama (Frida, 2006).

Informasi dari perbandingan pertumbuhan dapat dicontohkan dari adanya celah


insang pada embrio vertebrata. Celah-celah insang pada ikan dewasa akan tumbuh
menjadi insang, sedangkan pada reptilia, aves, dan mamalia dewasa tidak tumbuh
insang kecuali pada beberapa amphibia (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003). Hal ini
dapat dijelaskan dengan gambar sketsa perbandingan embrio yang menunjukkan
adanya homologi.

3. Bukti Biogeografi
Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi dari tanaman dan hewan.
Kesimpulan mendasar dari studi biogeografis memperlihatkan bahwa suatu spesies
baru muncul pada satu tempat dan kemudian menyebar menuju keluar dari titik atau
tempat asal. Beberapa spesies kemudian menjadi lebih luas distribusinya, tetapi
mereka tidak dapat melewati barier-barier alami yang terpisah daerah biogeografis
yang besar. Oleh karena itu, meskipun lingkungan hidup sesungguhnya identik pada
daerah biogeografis berbeda, jarang ditempati oleh spesies yang sama (Frida, 2006).

Contoh bukti biogeografi nyata yang telah diteliti oleh para ilmuwan adalah
burung finch. Burung finch (satu genus dengan burung pipit) di Kepulauan
Galapagos yang dulu dipakai Charles Darwin untuk mengembangkan teori evolusi,
kini terbukti cocok dengan teori itu mereka memang berevolusi (Schmid, 2006).
Beragam burung Finch yang ditemukan di Kepulauan Galapagos ini diduga berasal
dari nenek moyang yang sama. Burung Finch diduga mengalami isolasi geografis
sehingga sekarang ini ditemukan burung finch dengan berbagai macam bentuk
paruh. Bentuk paruh disesuaikan dengan cara memperoleh makanannya. Perbedaan
bentuk paruh ini diduga sebagai salah satu reaksi adaptasi terhadap habitat yang
berbeda-beda.

4. Bukti Paleontologi
Fosil (dalam bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah"
) adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk hidup yang tertimbun
oleh tanah, pasir, lumpur dan akhirnya membatu, atau kadang-kadang hanya bekas-
bekas organisme. Pada umumnya fosil yang telah ditemukan terdapat dalam keadaan
tidak utuh, yaitu hanya merupakan suatu bagian atau beberapa bagian dari tubuh
makhluk hidup. Hancurnya tubuh makhluk hidup yang telah mati disebabkan karena
pengaruh air, angin, bakteri pembusuk, hewan-hewan pemakan bangkai dan lain-
lain. Fosil-fosil dapat ditemukan diberbagai macam lapisan bumi, sehingga
penentuan umumnya didasarkan atas umur lapisan yang paling dalam, mempunyai
umur yang lebih tua sedangkan umur fosil yang ditemukan yang lebih atas
mempunyai umur yang lebih muda. Dengan membandingkan fosil-fosil yang
ditemukan diberbagai lapisan bumi yaitu mulai dari sederetan fosil-fosil yang telah
ditemukan dalam lapisan batuan bumi dari yang tua sampai ke yang muda
menunjukkan ada perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur maka dapat
disimpulkan bahwa fosil merupakan petunjuk adanya evolusi (Widodo, Lestari, U.,
Amin, M., 2003).
Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Bukti-bukti Evolusi .(Online), (http://www.crayonpedia.org_Bukti


_Evolusi), diakses 23 Februari 2019
Frida, Maryati. 2006. Bahan Ajar Evolusi. Gorontalo: Univ. Gorontalo
Schmid, Randolph E. 2006. Burung Finch di Galapagos Ber-evolusi. (Online),
(http://members. hostedscripts.com), diakses 23 Februari 2019.
Yuliati, H, dkk. 2005. Radionuklida Kosmogenik Untuk Penanggalan. Buletin
Alara, Volume 6 No.3 April 2005 Hal 163-171.
Yusuf, A, dkk. 2015. Penggunaan Sebagai Absorber CO2 Pada Penentuan Umur
Terumbu Karang di Kepulauan Spermonde Melalui Metode LSC (Liquid
Scintillation Counting). Skripsi Universitas Hasanuddin.
Widjianto, Sulur, Pramono N. D., Prayekti E. B. 2015. Simulasi Interpolasi
Lagrange Dalam Penentuan Umur Fosil (Carbon Dating). Seminar
Nasional Fisika Dan Pembelajarannya. http://fmipa.um.ac.id/wp
content/uploads/Prosiding2015/TeoriKomputasi/Fisika2015_11-Teori-
Widjianto.pdf. , diakses 23 Februari 2019
Widodo, Lestari, U., Amin, M. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Dirjen Dikti

Anda mungkin juga menyukai