Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, januari 2018

kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………...

B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………...

C. TUJUAN …………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...

A. PENGERTIAN ANTI KORUPSI…………………………………………

B. TELADAN ANTI KORUPSI………………………………………………

C. EVEKTIVITAS LEMBAGA PEMBERANTASAN ANTI KORUPSI……

BAB III PENUTUP………………………..………………………………………..

A. KESIMPULAN………..……………………………………………………

B. SARAN………………………………………………………………..........

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan
politik, juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan
internasional, kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional. Korupsi di
tanah air kita ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat.

Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal
adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor
internal terdiri aspek moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor
eksternal dilacak dari aspek ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan
organisasi, aspek hukum dan lemahnya penegakkan hukum, serta aspek social
yaitu lingkungan atau masyarakat kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.

Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi


bangsa dan negara. Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat,
khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan
masyarakat. Pada keadaan ini, inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah
mengeluarkan lebih banyak kebijakan namum disertai dengan maraknya
praktek korupsi, bukannya memberikan nilai positif yang semakin tertata,
namun memberikan efek negative bagi perekonomian secara umum.

Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah
dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi
muda sekarang khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa
adalah generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat
terdahulu. Juga karena generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan
lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi
generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka
lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian anti korupsi

2. Menjelaskan tentang teladan anti korupsi

3. Menjelaskan Efektivitas Lembaga Pemberantasan Korupsi

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian anti korupsi

2. Mengetahui tentang teladan anti korupsi

3. Mengetahui tentang Efektivitas Lembaga Pemberantasan Korupsi


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANTI KORUPSI


Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Korupsi dalam syariat Islam diatur dalam fiqh Jinayah. Fiqh Jinayah adalah
ilmu tentang hukum-hukum syariat yang digali dan disimpulkan dari nash-nash
keagamaan, baik Alquran maupun hadist, tentang kriminalitas, baik berkaitan
dengan keamanan jiwa maupun anggota badan atau menyangkut seluruh aspek
pancajiwa syariat yang terdiri dari (1) Agama; (2) Jiwa; (3) Akal; (4)
Kehormatan atau nasab; (5) harta kekayaan; maupun di luar pancajiwa syariat
tersebut.

B. TELADAN ANTI KORUPSI


Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa mahasiswa
mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam
peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908,
Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1996, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil di
depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan
idealisme yang mereka miliki.
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini.
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan dapat
tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa didukung oleh
kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu: intelegensia, kemampuan berpikir
kritis, dan keberanian untuk menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang
mereka miliki tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan,
mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi pengawas lembaga-lembaga
negara dan penegak hukum.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan keluarga, di
lingkungan kampus, di masyarakat sekitar, dan di tingkat lokal/nasional.
Lingkungan keluarga dipercaya dapat menjadi tolok ukur yang pertama dan
utama bagi mahasiswa untuk menguji apakah proses internalisasi anti korupsi
di dalam diri mereka sudah terjadi. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi di lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status mahasiswa
sebagai peserta didik yang mempunyai kewajiban ikut menjalankan visi dan
misi kampusnya. Sedangkan keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi di masyarakat dan di tingkat lokal/nasional terkait dengan status
mahasiswa sebagai seorang warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dengan masyarakat lainnya.
Pemuda adalah aset paling menentukan kondisi zaman dimasadepan. Belajar
dari masa lalu, sejarah telah membuktikan bahwa perjalanan bangsa ini tidak
lepas dari peran kaum muda yang menjadi bagian kekuatan perubahan.
Tokoh”tokoh Sumpah Pemuda & telah memberikan semangat nasionalisme
bahasa, bangsa dan tanah air yang satu yaitu indonesia. Peranan tokoh”tokoh
pemuda lainnya adalah Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, lahirnya orde
Baru tahun, dan reformasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
peristiwa”peristiwa besar pemuda tampil di depan sebagai motor penggerak
dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka
milikidan jalankan.-ntuk konteks sekarang dan masa”masa !ang akan datang
!angmenjadi musuh bersama masyarakat adalah praktek Korupsi.
Peran penting pemuda tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki, yaitu intelektualitas, jiwa muda dan idealisme. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat,dan
idealisme yang murni terlah terbukti bah wa pemuda selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan. Pemuda didukung olehkompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu
intelegensia, ide”ide kreatif,kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran,mereka mampu menluarakan kepentingan rakyat,
mampu mengkritisikebijakan”kebijakan yang koruptif, dan mampumenjadi
penjaga/pengawas lembaga”lembaga negara dan penegakhukum.*leh karena
itu pemuda dapat dikatakan sebagai teladan danpenggerak efektif bagi gerakan
anti korupsi.
Satu contoh gerakan antikorupsi yaitu Gepak Gerakan Pemuda Anti Korupsi
indonesia yang merupakan suatu lembaga Swadaya masyarakat yang bergerak
dalam bidang pemberantasan korupsi. Beberapa tindakan yang telah
dilakukanGepak yaitu diantaranya memberikan pendidikan anti korupsi
melalui dongeng kepada anak”anak usia dini, menyikapi kasus Bank centuri
melalui petisi nya, mengusut kasus”kasus korupsi salah satunya kasus dugaan
korupsi Group Bakrie, dan masih banyak lagi. ‘tulah bukti bahwa pemuda
dapat dijadikan teladan dan penggerak gerakan anti korupsi.
Realita saat ini kasus korupsi justru banyak terjadi di kalangan masyarkat
menengah ke bawah -orang yang kekurangan, baik secara pendapatan maupun
pendidikan. Memang jumlahnya sedikit dan tidak terlalu terlihat merugikan
negara, tetapi yang harus diperhatikan adalah budaya seperti itu merupakan
cikal bakal dari kasus-kasus korupsi kelas kakap yang merugikan negara
milyaran bahkan triliunan rupiah.
Sebagai contoh, sebut saja orang-orang yang bekerja sebagai tukang
bangunan. Banyak pegawai yang mengambil keuntungan dari pembongkaran
truk-truk yang mengangkut pasir dengan cara mengurangi volume pasir di
tengah jalan. Perbuatan tersebut memang tidak mrugikan negara, tetapi tetap
saja merupakan suatu tindakan korupsi. Oleh karenanya, peran pemuda juga
diperlukan meskipun mereka bukanlah seorang eksekuti atau organisator
sekalipun.
Pemuda bisa menjadi seorang motivator, menasihati dan mengajak teman
pekerja agar tidak melakukan perbuatan curang seperti yang telah disebutkan.
Partisipasi pemuda memiliki andil besar dalam mensukseskan tindakan
preventif tindak pidana korupsi. Terutama untuk mendidik mereka yang lebih
muda agar senantiasa mengutamakan sikap kejujuran dalam kesehariannya.
Pendidikan dan cara yang pendekatan kepada kaum muda juga nampaknya
perlu diperbaiki. Setidaknya ada tiga tahapan yang bisa ditempuh dalam
membina rekan sejawat yang lebih muda. Mereka yang masih dalam usia anak-
anak (< tahun), lebih diberikan kebebasan. Artinya segala kesalahan-kesalahan
yang mereka lakukan harus dimaklumi sebagai proses pembelajaran dari
kesalahan yang mereka lakukan.
Kemudian mereka yang berada pada umur belasan (11-19 tahun), diberikan
arahan dan sedikit paksaan untuk ditanamkan nilai kejujuran, diberi himbauan
tentang yang salah dan benar, juga yang baik dan buruk. Sehingga mereka yang
tidak berbohong atau melakukan perbuatan curang harus diberikan sanksi yang
mendidik. Misalnya, di sekolah siswa tidak boleh mencontek dan berbuat
curang dalam mengerjakan soal-soal ulangan (ujian), maka jika ada yang
melakukan tindakan curang harus diberi sanksi tegas dan diberi bimbingan
dengan serius oleh gurunya melalui pendekatan seorang ibu/ayah kepada
anaknya supaya anak terbiasa berbuat jujur dan mau belajar mempersiapkan
diri menghadapi ulangan.
Sementara mereka yang berada di kisaran umur dua puluhan ( >20 tahun),
diajak diskusi tentang korupsi, kejujuran, perpolitikan, dan hukum kenegaraan.
Harapannya, mereka bisa mengeluarkan ide-ide brilian yang bisa
mengentaskan masyarakat dari jeratan kemiskinan. Dengan sendirinya mereka
juga akan memahami bahwa perbuatan korupsi merupakan perbuatan yang
salah dan merugikan diri sendiri juga orang lain. Dengan metode pendidikan
dan pendekatan seperti itu juga bisa memancing kedewasaan dan rasa
bahwasanya mereka dibutuhkan dan dihargai oleh masyarakat. Para remaja
juga menjadi lebih peduli terhadap nasib bangsa dan bisa meringankan tugas
lembaga anti-korupsi karena jiwa anti-korupsi sudah terbentuk di benak
generasi muda sedari dini. Sebagaimana pepatah mengatakan, bagaimanapun
tindakan pencegahan itu lebih baik dari pada tindakan penanganan dan
pengobatan.
Jadi sebagai generasi muda kita harus bisa menjadi teladan bagi orang di
sekitar kita maupun generasi selanjutnya dengan cara memberi penjelasan
bahwa korupsi itu tidak baik dan termasuk dosa besar.

Korupsi memiliki beberapa motif yaitu:

1. Sikap terlalu mencintai harta


2. Sikap tamak dan serakah
3. Sikap hidup konsumtif dan hedonis
4. Pemahaan agama yang dangkal
5. Hilang nya nilai kejujuran.

Bagai mana cara kita bisa menjadi teladan bagi orang lain adalah

1. Dengan membiasakn berprilaku jujur


Bersikap jujur lebih efektif terbentuk pada mahasiswa jika para
pendidik (dosen) juga memberikan teladan dengan berprilaku jujur.
2. Budayakan anti mencontek, plagiasi dan titip absen
Jika hal tersebut di lakukan dan di terapkan tentu generasi muda akan
menjadi generasi yang lebih menjanjikan untuk masa depan.
3. Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Salah satu contoh mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan taat
kepada perintah perintah Allah SWT.
4. Mentauladani nabi Muhammad SAW.
Kita sebagai umat nabi muhammad harus bisa menauladani sikapnya
karena banyak yang bisa kita tiru dari sikap Rasullullah trsebut.

Kejahatan atau kesalahan yang di lakukan berkali-kali tanpa adanya


pembenaran dan sanksi atas perilaku tersebut dapat menimbulkan suatu
paradigma pembanaran dan akhirnya dianggap bahwa kesalahan tersebut
bukanlah sebuah masalah dan justru berubah menjadi sebuah kebiasaan yang
dianggap wajar, beginilah paradigm masyarakat atas korupsi.
Korupsi di Indonesia tidak dapat di pastikan dimulai sejak kapan dan tidak
pula dapat di prediksi hingga kapan. Perilaku korupsi bahkan seolah adalah hal
yang biasa dan wajar di lakukan. Kebiasaan buruk yang telah menjadi hal yang
lumrah ini menjadikan bangsa Indonesia seolah tidak memiliki identitas dan
mentalitas yang kokoh. Jangankan untuk melawan kesemena-menaan bangsa
lain atas berbagai masalah criminal ataupun pertahanan. Untuk melawan
kebiasaan buruk secara basic saja bangsa Indonesia tidak mampu
menghilangkan tabiat dan budaya korupsi ini.
Beberapa contoh pembiasaan praktik korupsi telah terjadi sejak zaman
dahulu seperti adanya pembayaran upeti dari rakyat untuk raja-raja, hadiah
untuk imblan sebuh jasa yang tidak wajar, sogokan atas keinginan yang tidak
mungkin terwujud tanpa bantuan uang dan segala kriminalitas yang mengarah
pada praktik korupsi telah di biarkan berlarut-larut dalam kehidupan social
masyarakat.
Kerjasama lembaga-lemaga anti korupsi tidak akan pernah berhasil jika
tidak ada dukungan secara moril dan aplikasi dari rakyat. Sebab, sebuah
permasalahan besar yang menjangkit budaya korupsi tidak akan mungkin bisa
ditangani dengan mudah, terlebih lagi jika tanpa dukungan dari masyarakat itu
sendiri. Oleh karenanya, dukungan masyarakat luas sangat dibutuhkan demi
terlaksananya cita-cita bersama, Indonesia bebas korupsi.
Bermacam dukungan bisa diberikan masyarakat dalam berbagai cara,
bergantung kepada tingkat elemen masyarakat tersebut. Misalnya, seorang
anggota DPR memberikan dukungan dengan cara menerbitkan undang-undang
anti korupsi. Sementara seorang guru dan siswa mendukung program anti-
korupsi dengan menunaikan kewajibannya secara arif dan penuh dedikasi dan
integritas tinggi.
Titik tekan yang harus disoroti adalah konsistensi kaum muda dalam
memberikan kontribusi terkait pemberantasan korupsi di Indonesia. Jikia kita
lihat saat ini, semangat pemuda mulai lemah dalam memperjuangkan kejujuran
dan tindaka-tindakan anti-korupsi. Pergerakan mahasiswa yang mulai
kehilangangreget untuk memperjuangkan nilai-nilai dari kejujuran. Di sisi lain,
pergerakan LSM juga mulai kehilangan arah dalam memperjuangkan aspirasi
jeritan-jeritan rakyat. Dalam hal ini banyak dari LSM dan gerakan-gerakan
pemuda dewasa ini banyak ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik
pihak tertentu.
Banyak wacana yang muncul berkenaan pentingnya pendidikan karakter
pemuda sebagai generasi penerus bangsa seiring dengan kehancuran moral dan
martabat bangsa yang disebabkan oleh kasus korupsi. Teori-teori
kepemimpinan Barat mulai diadopsi dan dikembangklan oleh banyak lembaga
pendidikan dan konsultasi untuk memberikan jaminan mutu anak didik
dank klien yang mereka hasilkan.
Akan tetapi, semakin hari kita semakin tidak berdaya menghadapi budaya
korupsi yang semakin menjangkiti generasi penerus bangsa. Sepertinya kita
telah lupa dengan kearifan lokal. Kita terlalu membangga-banggakan teori
kepemimpinan dari negara lain yang secara struktur sosial dan budaya berbeda
dengan budaya Indonesia. Memang tidak ada salahnya mengadopsi teori Barat,
akan tetapi tidak seyogyanya juga kita melupakan pemikiran kearifan lokal
yang telah diajarkan oleh tokoh nasional pendiri bangsa.
Ki Hajar Dewantara (1889-1959), Bapak Pendidikan Indonesia telah
mencetuskan ajaran pendidikan karakter bagi generasi-generasi penerus
setelahnya. Ajaran yang terdiri dari tiga kalimat mutiaraIng Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri handayani. Kata-kata mutiara
yang apabila dikaji dan diimplementasikan dengan benar bisa menandingi
teori pendidikan sosio-kultural seperti yang digagas oleh Vigotsky dan setara
dengan cooperative learning yang dikembangkan David Johnson, Spencer
Kagan, dan lainnya.
Tiga kata mutiara tersebut bisa diaplikasikan dalam kehidupan pemuda
untuk menyongsong kehidupan yang bersih dari korupsi, yang kurang lebih
sebagai berikut:
1. Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha yang bisa diartikan “ketika menjadi
seorang pemimpin, maka harus mencerminkan perbuatan yang baik dan
bisa menjadi teladan”. Seorang pemimpin merupakan figur sentral dari
suatu organisasi atau perhimpunan kelompok. Para bawahannya akan
bercermin kepada seoarang pemimpin ketika akan melakukan suatu
tindakan. Oleh karenanya, dibutuhkan seorang sosok pemimpin yang arif,
bijaksana, dan berdedikasi tinggi dengan meninggikan nilai-nilai
kejujuran. Bukan seorang pemimpin yang hanya mementingkan nafsu dan
keuntungan sesaat saja –terlebih lagi dengan mengorbankan kepentingan
masyarakat luas.
Dalam konteks riilnya, seorang pemuda harus memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik dan bisa memposisikan dirinya sebagai
pemimpin yang diteladani oleh bawahannya. Terlebih lagi ketika dia
duduk sebagai pimpinan perusahaan, instansi pemerintah, DPR atau
DPRD, maupun suatu organisasi pergerakan, maka dia harus bisa
mengambil keputusan yang efektif tanpa
mengesampingkan value kejujuran. Karena kejujuran adalah pondasi
tindakan anti-korupsi.
Pemuda juga seharusnya berani show upmemperjuangkan ideologi
kebenaran yang diyakini dan mengambil resiko untuk memimpin bangsa.
Begitu banyak pemuda-pemuda yang berani mengkritik, menggugat, dan
memojokkan penguasa negari, akan tetapi tidak banyak pemuda yang
berani menjadi pemimpin bangsa, menyumbangkan pemikiran dan solusi
untuk kesejahteraan bangsa, mengambil bermacam resiko politik dan
berpihak kepada rakyat yang dipimpin.
Dimanakah spirit dan mental yang dimiliki oleh Sutan Syahrir,
pemuda bangsa yang dengan berani mendesak Presiden Soekarno untuk
segera memplokamasikan kemerdekaan Indonesia, pemuda yang
mempunyai gagasan “menculik” presiden ke Rengasdengklok. Kemana
jiwa perjuangan pemuda seperti halnya Chairil Anwar, pemuda yang
berani menghasilkan nasihat dan teguran kepada pengusa lewat bait-bait
puisi yang indah. Akan kah pemuda Indonesia bersembunyi di balik
kenyamanan kemodern-an zaman, menyibukkan diri dengan gadget tanpa
memikirkan nasib rakyat yang kelaparan karena haknya diambil oleh
penguasa-penguasa dan koruptor yang acap kali di lindungi oleh aparatur
negara.
2. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa, “ketika berada di tengah, maka dia
adalah seorang dinamisator”. Pemuda merupakan tonggak peradaban
suatu bangsa. Perilaku dan pola hidupnya mencerminkan power yang
dimiliki suatu negara. Dinamisator, sebuah kata yang memiliki makna
begitu kuat. Pemuda sebagai dinamisatorkedudukannya sebagai penggerak
orang-orang yang terjajah. Elemen yang masuk dalam kategori orang yang
ada ditengah adalah mereka para mahasiswa, aktivis LSM, organisator-
organisator di kalangan masyarakat dan pedesaan (Karang Taruna).
Pemuda memilliki peran utama sebagai mediasi penyampaian jeritan
rakyat kepada penguasa, juga sebagai fasilitator dalam kegiatan sosialisasi
anti-korupsi dalam masyarakat. Para mahasiswa memperjuangkan aspirasi
rakyat dengan berbagai macam kegiatan dari unjuk seni dan pengetahuan
sampai unjuk rasa turun ke jalan. Semua dimaksudkan untuk mengawal
para penguasa yang bertingkah semena-mena dalam mengambil kebijakan
–tidak pro-rakyat- agar mereka kembali ke jalan yang luus –pro-rakyat
kecil.
Yang perlu dilakukan saat ini adalah gerakan-
gerakan monitoring terhadap pemerintah yang terintegrasi. Adanya
pengawalan pada setiap keputusan yang diambil pemerintah merupakan
langkah awal danurgen yang bisa dilakukan pemuda, sehingga penguasa
semakin yakin bahwasanya mereka selalu diawasi oleh rakyatnya dan
tidak mengesampingkan hak masyarakat kecil.
LSM dan mahasiswa harus terus mengkaji kebijakan-kebijakan
pemerintah, terutama yang berkenaan dengan anggaran atau penggunaan
uang. Apabila terdapat kejanggalan setelah adanya pengkajian masalah
yang sistematis, maka langsung dilaporkan kepada pihak yang berwenang
menangani permasalahan –KPK, Kejaksaan Agung atau setempat, maupun
kepolisian. Selain itu kalangan LSM dan mahasiswa juga harus senantiasa
menjaga komunikasi dengan masyarakat luas dan mendampingi pelaporan
yang dilakukan masyarakat sehingga laporan masyarakat bisa dipastikan
ditangani oleh pihak berwenang. Dengan cara demikian, praktek tebang
pilih yang selama ini sering terjadi akan bisa diminimalisir.
Akan tetapi, fungsi sebagai fasilitator dalam sosialisasi gerakan anti-
korupsi juga tidak kalah pentingnya. Para oraganisasi –LSM- harus
melakukan pendampingan ukepada rakyat untuk memahami dan
mentransformasikan sikap anti-korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
sebab itu, kerjasama dengan KPK dan lembaga anti-korupsi terkait sangat
penting, dimaksudkan agar tidak ada kesalah pahaman dan lebih
memudahkan skema pendidikan –sosialisasi- yang efektif dan terintegrasi.
3. Ketiga, Tut Wuri Handayanai, maknanya “ketika dibelakang, maka harus
menjadi seorang motivator”. Ketika seorang pemuda tidak memiliki
jabatan, pendidikan tinggi sekelas mahasiswa, dan bukan merupakan
seorang organisator, maka dia harus mendukung segala kegiatan-kegiatan
yang positif dengan cara dia mengikuti kegiatan sosialisasi anti-korupsi,
mengajak teman bergaulnya untuk senantiasa berbuat jujur, dan tidak
membiasakan budaya nongkrong serta kongkow-kongkow di tepi jalan.
Realita saat ini kasus korupsi justru banyak terjadi di kalangan
masyarkat menengah ke bawah -orang yang kekurangan, baik secara
pendapatan maupun pendidikan. Memang jumlahnya sedikit dan tidak
terlalu terlihat merugikan negara, tetapi yang harus diperhatikan adalah
budaya seperti itu merupakan cikal bakal dari kasus-kasus korupsi kelas
kakap yang merugikan negara milyaran bahkan triliunan rupiah.
Sebagai contoh, sebut saja orang-orang yang bekerja sebagai tukang
bangunan. Banyak pegawai yang mengambil keuntungan dari
pembongkaran truk-truk yang mengangkut pasir dengan cara mengurangi
volume pasir di tengah jalan. Perbuatan tersebut memang tidak mrugikan
negara, tetapi tetap saja merupakan suatu tindakan korupsi. Oleh
karenanya, peran pemuda juga diperlukan meskipun mereka bukanlah
seorang eksekuti atau organisator sekalipun.
Pemuda bisa menjadi seorang motivator, menasihati dan mengajak
teman pekerja agar tidak melakukan perbuatan curang seperti yang telah
disebutkan. Partisipasi pemuda memiliki andil besar dalam mensukseskan
tindakan preventif tindak pidana korupsi. Terutama untuk mendidik
mereka yang lebih muda agar senantiasa mengutamakan sikap kejujuran
dalam kesehariannya.
Pendidikan dan cara yang pendekatan kepada kaum muda juga
nampaknya perlu diperbaiki. Setidaknya ada tiga tahapan yang bisa
ditempuh dalam membina rekan sejawat yang lebih muda. Mereka yang
masih dalam usia anak-anak (< tahun), lebih diberikan kebebasan. Artinya
segala kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan harus dimaklumi sebagai
proses pembelajaran dari kesalahan yang mereka lakukan.
Kemudian mereka yang berada pada umur belasan (11-19 tahun),
diberikan arahan dan sedikit paksaan untuk ditanamkan nilai kejujuran,
diberi himbauan tentang yang salah dan benar, juga yang baik dan buruk.
Sehingga mereka yang tidak berbohong atau melakukan perbuatan curang
harus diberikan sanksi yang mendidik. Misalnya, di sekolah siswa tidak
boleh mencontek dan berbuat curang dalam mengerjakan soal-soal
ulangan (ujian), maka jika ada yang melakukan tindakan curang harus
diberi sanksi tegas dan diberi bimbingan dengan serius oleh gurunya
melalui pendekatan seorang ibu/ayah kepada anaknya supaya anak terbiasa
berbuat jujur dan mau belajar mempersiapkan diri menghadapi ulangan.
Sementara mereka yang berada di kisaran umur dua puluhan ( >20
tahun), diajak diskusi tentang korupsi, kejujuran, perpolitikan, dan hukum
kenegaraan. Harapannya, mereka bisa mengeluarkan ide-ide brilian yang
bisa mengentaskan masyarakat dari jeratan kemiskinan. Dengan sendirinya
mereka juga akan memahami bahwa perbuatan korupsi merupakan
perbuatan yang salah dan merugikan diri sendiri juga orang lain. Dengan
metode pendidikan dan pendekatan seperti itu juga bisa memancing
kedewasaan dan rasa bahwasanya mereka dibutuhkan dan dihargai oleh
masyarakat. Para remaja juga menjadi lebih peduli terhadap nasib bangsa
dan bisa meringankan tugas lembaga anti-korupsi karena jiwa anti-korupsi
sudah terbentuk di benak generasi muda sedari dini. Sebagaimana pepatah
mengatakan, bagaimanapun tindakan pencegahan itu lebih baik dari pada
tindakan penanganan dan pengobatan.

Langkah-langkah anti-korupsi di Indonesia, 1998-2004:


1. Pada tahun 1998 dan 1999 Presiden Habibie memimpin pembebasan
media. Ia turut menerbitkan beberapa keputusan-keputusan MPR dan
undang-undang DPR tersebut di bawah ini.
2. Pada bulan Oktober 1999 MPR menerbitkan suatu keputusan yang
mensyaratkan aparat Negara untuk “berfungsi memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara professional, efisien, produktif, transparan dan
terbebas dari korupsi, koalisi, dan nepotisme”.
3. Undang-undang Pemerintah yang Bersih (Undang-undang no. 28/1999)
yang diundangkan pada tahun 1999 mensyaratkan para pejabat public
untuk melaporkan kekayaan mereka dan menyetujui untuk diaudit secara
berkala. Undang-undang tersebut turut mencantumkan berdirinya Komisi
Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN).
4. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi (UU 31/1999) yang diundangkan
pada tahun 1999 mendefinisikan korupsi sebagai tindak kriminal serta
menetapkan tuntutan dan prosedur pendakwaan.perubahan Undang-undang
(UU 20/2001) perluas dan mengklarifikasi definisi korupsi dan
memperberat hukuman.
5. Pada tahun 2000, Presiden Abdul Rahman Wahid mengeluarkan KEPPRES
44/2000 mendirikan Komisi Ombudsman Nasional (KON). Ia turut
menciptakan Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(TGTPK), di bawah koordinasi kejaksaan agung.
6. Dikeluarkannya KEPPRES 18/2000 pada tahun 2000, menghasilkan
sebagian perbaikan dalam prosedur-prosedur pengadaan barang dan jasa
instansi pemerintah. Pada bulan November 2003, KEPPRES tersebut
digantikan oleh sebuah KEPPRES baru tentang pengadaan barang dan jasa
pemerintah, KEPPRES 80/2003, yang mendirikanKantorPengadaan Barang
dan Jasa (NPPO).
7. Pada bulan April 2002, DPR mengundangkan Undang-undang Anti
Pencucian Uang (UU 15/2002), yang menjadi dasar hukum berdirinya
Pusat Pelaporan Analisa dan Transaksi Keuangan (PPATK); Undang-
undang tersebut diperkuat oleh amandemen pada Oktober 2003.
8. Pada bulan Desember 2002, DPR mengundangkan Undang-undang
30/2002 yang menjadi dasar hukum berdirinya KPK dan Pengadilan
Khusus untuk Pidana Korupsi.
9. Pada tahun 2004 DPR mengundangkan Undang-undang 22/2004 yang
menjadi dasar hukum berdirinya Komisi Yudisial.

C. Efektivitas Lembaga Pemberantasan Korupsi


KPK merupakan tulang punggung lembaga-lembaga anti-korupsi di
Indonesia. Sejak berdirinya KPK pada tahun 2003, belum ada penanganan
kasus tipikor yang bebas. Semua kasus yang ditangani KPK atau Pengadilan
Khusus Tindak Pidana Korupsi selalu berakhiur dengan dijeratnya terdakwa
kasus korupsi dengan hukuman penjara dan denda pengganti kerugian negara.
Tetapi hal ini berubah beberapa minggu kebelakang. Bebasnya koruptor di
daerah Jawa Barat menjadikan kasus kegagalan pertama yang diterima KPK
untuk memenjarakan tersangka kasus pidana korupsi.
Catatan Indonesia Corruption Watch membuktikan ada satu terdakwa
korupsi dibebaskan Pengadilan Tipikor Seamarang, 21 terdakwa bebas di
Pengadilan Tipikor Surabaya dari 95 perkara, dan tiga orang bebas di
pengadilan. Pengadilan Jakarta juga pernah membebaskan satu terdakwa
meskipun bukan terdakwa utama.selain kasus-kasus yang ditangani oleh KPK,
kasus lain yang mendapat vonis bebas juga ditangani Kejaksaan Agung.
Sebab-sebab terjadinya korupsi telah menjabarkanlemahnya
pengawasan sistem birokrasi oleh pihakpengawas merupakan salah satu lahan
yang subur untuk terjadinya korupsi. Hal yang patut diperhatikan
pelaksanaannya ialah birokrasi pemerintah dengan unit usaha, karena sering
kita jumpai suap-menyuap yang terjadi dalam suatu pendirian unit usaha yang
membutuhkan kebijakan pemerintah. Namun faktanya,KPPU, selaku komisi
yang paling erat hubunganya dengan kondisi tersebut belum menampakkan
kinerja yang mumpuni dan sesuai harapan, apalagi tidak terlihatnya dukungan
pemerintah dalam hal tersebut. Hal ini menjadipekerjaan rumah unutk KPPU
dalam mengoptimalkan perannya di bidang tersebut, terutama pengawasan
operasional usaha dan pemerintah daerah.
Efektifitas lembaga-lembaga pemberantas akan terwujud jika dalam kinerja
tiap-tiap lembaga saling mendukung dan melengkapi. Setiap lembaga tentunya
sudah mempunyai sistem dan bagian kerja masing-masing, sehingga yang
diharapkan ialah saling terhubungnya operasi-operasi yang dilaksanakan oleh
tiap bagian yang didukung oleh pemerintah kemudian juga diawasi lembaga
independen non-pemerintah seperti LSM.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberantasan korupsi di Indonesia sudah lama di mulai sejak dimulainya
zaman reformasi pada tahun 1998. Pemerintah secara estafet memcetuskan
undang-undang terkait pendirian lembaga anti-korpsi. Akan tetapi peran dari
lembaga anti-korupsi masih kurang efektif dikarenakan kurangnya kerjasama
inter-lembaga yang terintegrasi.
Melihat fakta yang demikian, maka dibutuhkan peran dari masyarakat
yang bisa dimotori oleh pemuda sebagai pengawal pergerakan dari kinerja
pemerintah. Namun, peran pemuda yang ugal-ugalan juga malah terkadang
menjadi penghambat suksesnya program yang telah dirancang, oleh karenanya
perlu pendidikan karakter yang mengutamakan kearifan lokal.

B. Saran
Beberapa hal yang bisa disarankan untuk pemerintah adalah :
1. Pemerintah harus mengintegrasikan kerjasama antar lembagaanti-korupsi
sehingga bisa semakin efektif dan professional.
2. Pendidikan karakter , penanaman nilai-nilai kejujuran, dan pemberdayaan
pemuda sudah seharusnya dimulain dari sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Syed Hussain. 1987. Korupsi: Sifat, Sebab, dan Fungsi. Jakarta. LP3ES.

Undang-undang 20/2001 mengenai perubahan atas Undang-undang 31/1999


mengenai pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-undang 15/2002 mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang

www.republikaonline.com

Undang-undang 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dan


pembentukan sebuah lembaga pengadilan khusus tindak pidana korupsi.

Undang-undang 22/ 2004 mengenai Komisi Yudisial

www.okezone.com

Survey CSIS dan USINDO. Menghentikan Korupsi di Indonesia,2003-2006 :


Sebuah Survey Tentang Berbagai Kebijakan dan Pendekatan pada Tingkat
Nasional

Suryadi, Arsip.” Ajaran Ki Hajar Dewantara :Butiran Mutiara yang Hilang”.


Serba-serbi Mozaik Januari 2009.

Gie, Kwik Kian. 2006. Pikiran yang Terkorupsi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

www.detiknews.com

Maheka, Arya. 2010. Mengenal dan Memberantas Korupsi. Jakarta. KPK.

www.polri.go.id

Rumida Sianturi. 2009. “Kewenangan POLRI dalam penanganan tindak pidana


korupsi”: Tesis
MAKALAH ANTI KORUPSI
(Teladan Anti Korupsi)

Kelompok 1 :

- Sely Novita Natalia Dasmasela - Novika Allo


- Mulfahira Sujianto - Nurlela
- Munawarah - Rahmawati
- Nur Suci Rusmalena Aim - Rilensye A.Haumahu
- Salsiah - Nafi Rahmawati
- Saly Marisa Talaohu - Niken Eka Prameswari
- Rosalina Martha Sarkol - Yuyun Aprilia Antoneta
- Novica Greisita Yuristha - Usnatul Mahmuda
- Nur Rahma

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai