DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Farahdina Rahmawati, Sp.M
1
BAB I
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karanganyar
Tgl pemeriksaan : 05 Maret 2018
No. RM : 01411XXX
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
2
3. Riwayat hipertensi : Pasien memiliki riwayat hipertensi
tidak terkontrol
D. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
Proses - Inflamasi
Lokasi - Kornea
Perjalanan - Akut
A. Kesan umum
B. Vital Sign
3
HR : 84 x/menit T : 37,20C
C. Pemeriksaan subyektif
OD OS
A. Visus Sentralis
B. Visus Perifer
D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata OD OS
2. Supercilia
4
a. warna Hitam Hitam
5
f. nasal inferior Tidak terhambat Tidak terhambat
6. Kelopak mata
a. pasangannya
b. gerakannya
c. rima
1.) lebar 10 mm 10 mm
d. kulit
6
3.) koloboma Tidak ada Tidak ada
9. Tekanan intraocular
10. Konjungtiva
7
4.) sikatrik Tidak ada Tidak ada
c. konjungtiva fornix
d. konjungtiva bulbi
semilunaris
11. Sclera
12. Kornea
8
a. ukuran 11 mm 11 mm
14. Iris
15. Pupil
a. ukuran 3 mm 3 mm
9
16. Lensa
OD OS
B. Visus perifer
10
H. Kelopak mata Dalam batas normal Dalam batas normal
11
V. DIAGNOSIS BANDING
VII. TERAPI
1. Nonmedikamentosa
Evakuasi corpal
Optiflox eye drop 8 dd gtt 1 OD
12
VIII. PROGNOSIS
OD OS
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KORPAL GRAM
I. KORNEA
A. Anatomi Kornea
14
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan, dari anterior ke posterior, kornea
mempunyai lima lapisan yang terdiri atas:4,5
1. Epitel
Tebalnya 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel
basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel polygonal di
depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membrana Bowman
Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
15
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara
serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membrana Descement
Membrane aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel
endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um.
Endotel melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan
zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke
dalam stroma kornea, menembus membrana Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa
ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan.Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1
B. Fisiologi Kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan
dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada
endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini,
endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada
16
endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan
sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal
sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari
lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata
tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea
superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah adalah pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aquous dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen
sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan
pertama (oftalmika) dan nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya karena kornea tidak mempunyai zat
tanduk, pembuluh darah, struktur dan susunan jaringan relatif homogen dan teratur.
Permukaan kornea dikelilingi oleh cairan, agar mampu menahan cairan pada tingkat
tertentu maka dibagian depan kornea terdapat epitel dan dibagian belakang diliputi
endotel, yang berfungsi memompa cairan keluar kornea apabila berlebihan.
Kornea merupakan struktur vital dari mata dan oleh karenanya kornea sangat
lah sensitif. Saraf – saraf kornea masuk dari stroma kornea melalui membrana
bowman dan berakhir secara bebas diantara sel – sel epithelial serta tidak memiliki
selebung myelin lagi sekitar 2 – 3 mm dari limbus ke sentral kornea, sehingga
menyebabkan sensitifitas yang tinggi pada kornea.7
Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus
trigeminus.Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks penutupan
mata.Setiap kerusakan pada kornea (erosi, penetrasi benda asing atau
keratokonjungtivitis ultraviolet) mengekspose ujung saraf sensorik dan
menyebabkan nyeri yang intens disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan
bola mata involunter. Trias yang terdiri atas penutupan mata involunter
(blepharospasme), refleks lakrimasi (epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan
kepada kemungkinan adanya cedera kornea.9
Tiga lapisan film air mata prekornea memastikan bahwa kornea tetap lembut
dan membantu nutrisi kornea. Tanpa film air mata, permukaan epitel akan kasar dan
pasien akan melihat gambaran yang kabur. Enzim lisosom yang terdapat pada film
air mata juga melindungi mata dari infeksi.4
17
II. DEFINISI KORPAL
Korpal atau corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu
penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius.
Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi
infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu
cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata
untuk kemudian mengeluarkannya2,4 . Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi
dalam beberapa kelompok, yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan
tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan
porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng,
nikel, alumunium, tembaga.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4:
a. Besarnya corpus alienum,
b. Kecepatan masuknya,
c. Ada atau tidaknya proses infeksi,
d. Jenis bendanya.
III. ETIOLOGI
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya
18
IV. PATOFISIOLOGI
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan.
Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda
asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4 Benda
asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva
dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera
okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing
dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4
19
Gambar 4. Proses penyembuhan luka2
Penyembuhan stroma kornea terjadi secara avaskular. Tidak seperti jaringan
yang lain, penyembuhan pada kornea terjadi karena jairngan fibrous dibandingkan
pembelahan jaringan fibrovaskular. Aspek avaskular pada penyembuhan luka
kornea sangat penting pada keratoplasti sebagaimana pada fotorefraktif
keratectomy, LASIK, LASEK, dan operasi refraktif kornea yang lain.2
Setelah terjadinya luka pada sentral kornea, neutrofil dibawa ke daerah luka
oleh airmata, dan tepi luka mulai membengkak. Faktor penyembuhan yang berasal
dari pembuluh darah tidak ditemukan. Matrik glicosaminoglikan, yaitu keratan
sulfate dan konroitin sulfat, merusak pinggiran luka. Fibroblas dari stroma mulai
diaktivasi, akhirnya migrasi melewati luka, menimbun kolagen dan fibronektin. Bila
pinggiran luka terpisah, jarak tersebut tidak sepenuhnya terisi dengan proliferasi
fibroblas, dan menyebabkan sebagian cekungan.2
20
Kedua epitel dan endotelium sangat baik pada penyembuhan luka di sentral.
Jika epitel tidak menutupi luka dalam beberapa hari, proses penyembuhan stroma
sangat terbatas dan lemah. Growth faktor dari epitelium menstimulasi dan
melanjutkan penyembuhan. Sel endotel akan menyilang melewati kornea posterior.
Sebagian sel digantikan selama proses mitosis. Endotelium membentuk lapisan baru
di bawah membran descement. Bila jarak luka tidak ditutupi membran descement,
fibroblas struma akan terus membelah hingga bilik mata depan, atau luka di
posterior dapat tetap terbuka secara permanen. Jaringan fibrin kolagen akan
digantikan kolagen yang lebih kuat pada beberapa bulan kemudian. Membran tidak
beregenerasi saat dilakukan insisi atau mengalami kerusakan. Pada ulcus,
permukaannya ditutupi oleh epitelium, tapi sedikit yang hilang digantikan jaringan
ikat.2
VII. DIAGNOSIS
21
yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak dan
mata terasa seperti ada benda asing.
2. Uveitis Anterior Akut
Uveitis anterior adalah inflamasi di iris dan badan siliar. Inflamasi di iris saja
disebut iritis sedangkan bila inflamasi meliputi iris dan badan siliar maka
disebut iridosiklitis 6. Uveitis anterior dapat terjadi akibat kelainan sistemik
seperti spondiloartropati, artritis idiopatik juvenil, sindrom uveitis fuchs, kolitis
ulseratif, penyakit chron, penyakit whipple, tubulointerstitial nephritis and
uveitis 5. Infeksi yang sering menyebabkan uveitis anterior adalah virus herpes
simpleks (VHS), virus varisela zoster (VVZ), tuberkulosis, dan sifilis.
3. Keratitis
Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut
lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal
lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau
disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.
4. Glaukoma Akut
Glaukoma merupakan penyakit yang ditandai dengan ekskavasi glaukomatosa,
neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas dan
utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal. Penyakit ini
dapat terjadi secara primer (tanpa diketahui sebabnya) atau secara sekunder
sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata 3.
IX. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari
bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea
maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah
pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat
dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik,
dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban3.
22
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di
limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda
asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung
benda asing tersebut3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik
dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat
dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi
ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua2,3.
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan
giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan
operasi vitrektomi3.
X. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan
efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral
dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi
visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea
merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika
menembus cukup dalam2,3,4.
XI. PROGNOSIS
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder
seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media
refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik2,3,4.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Lang GK. Cornea. In : Lang GK. Ophthalmology A Short Textbook Atlas. 2nd
edition. Stuttgart ; thieme ; 2007. p. 462-466.
2. Ilyas S. Ilmu penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010.
3. K.Weng Sehu et all. Opthalmic Pathology. Blackwell Publishing. UK. 2005.
p.62.
4. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.
Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2008. h. 1-13
5. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of Ophtalmology.
Thieme. 2006. p. 97-99
6. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. ABC of Eye Foutrth Edition. BMJ Books. p.
17-19.
7. Tasman W, Jaeger EA. Duane’s Ophtalmology. Lippincott Williams & Wilkins
Publishers. 2007
8. Chern KC. Emergency Ophtalmology a Rapid Treatment Guide. Mc Graw-Hill.
2002.
9. Raymond L. M. Wong,R. A. Gangwani,LesterW. H. Yu,and Jimmy S. M.
Lai.New Treatments for Bacterial Keratitis. Department of Ophthalmology,
Queen Mary Hospital, Hong Kong. 2012
10. Ann M. Keratitis. AccesedMay 18th, 2015
11. AK Khurana. Comprehensive Opthalmology. 4thed. New Age International(P)
Limited Publisher. 2007.
12. E. Erica. Keratitis Achantamoeba, December 2nd, 2014.
13. Dua HS et al. Dua’s layer: Its discovery, characteristics and application.
Secoir. 2014.
14. Eva PR, Witcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology 17th
edition. 2007.
24