Anda di halaman 1dari 26

Tugas : Kelompok

Mata Kuliah : IMUNOLOGI DASAR


Dosen : dr. Siti Wahyuni., M. Ph. D

“VAKSIN”

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai Pada Mata
Kuliah Imunologi Dasar

DISUSUN OLEH :
Musmir Haeriah P102181021
Desi Soraya P102181023
Yulianti Anwar P102181024
Musdalifah P102181025

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


SEKOLAH PASCASARJANA
TAHUN AJARAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Makassar, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 3
A. Sejarah Vaksin .................................................................................. 3
B. Pengertian Vaksin ............................................................................ 3
C. Manfaat Vaksin ................................................................................ 4
D. Mikroba Berbahaya ......................................................................... 5
E. Kerja Vaksin .................................................................................... 7
F. Vaksin yang akan Datang ................................................................ 14
G. Pembuatan Vaksin yang Aman ........................................................ 15
H. Penelitian Vaksin NIAID ................................................................. 19
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 22
A. Kesimpulan ......................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................... 22
SUMBER

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia dapat terhindar dari penyakit, karena didalam tubuhnya dilengkapi
dengan dua kekebalan tubuh yaitu system kekebalan spesifik dan sistem
kekebalan non-spesifik. Sistem kekebalan tubuh non spesifik bekerja melawan
semua jenis benda asing yang masuk dan tidak bekerja ditujukan pada zat asing
atau mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan tubuh non spesifik seperti
Pertahanan fisis dan mekanis, Pertahanan biokimiawi, dan Pertahanan tubuh
seluler.
Vaksin sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat ,hemat
biaya,efisien cara yang aman untuk mencegah penyakit menular dan kematian
.Vaksin telah melakukan beberapa kegiatan di masyarakat diantaranya yang
pernah dilakukan adalah pemberantasan alami cacar dari dunia dan pemberantasan
polio.
Vaksinasi merupakan suatu pencegahan medis yang sudah tidak asing di
telinga masyarakat modern saat ini. Vaksinasi dianggap sebagai salah satu
terobosan mutakhir dalam dunia kesehatan karena bersifat prefentif dan banyak
menyelamatkan nyawa manusia.
Vaksin ditemukan pertama kali pada tahun 1796 oleh seorang ahli fisika di
Inggris bernama Edward Janner, dan vaksin yang ditemukan adalah vaksin untuk
penyakit cacar. Sebutan vaskin sendiri di ambil dari bahasa latin vaccacia yang
berarti cacar sapi. Vaksin tersebut di peroleh dari penelitian yang dilakukan
terhadap sapi yang terkena virus cacar. Dimulai dari Inggris, akhirnya upaya
prefentif vaksin tersebar, dan masuk ke Amerika pada abad ke-19, dimana masa
itu terjadi wabah besar – besaran cacar di Amerika Serikat.
Apabila kekebalan tubuh spesifik tidak bisa mengatasi serangan
mikroorganisme zat asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan

1
diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh
karena kemampuannya menyimpan memori. Sistem kekebalan tubuh spesifik
diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B.
Sistem kekebalan tubuh spesifik ini tidak mengenali struktur utuh dari
mikroorganisme melainkan hanya sebagian protein saja yang kemudian memacu
kekebalan aktif tubuh. Protein yang sebagian ini disebut antigen. Adanya antigen
ini akan menyebabakan sel T dan B memproduksi antibody untuk melawan antigen
yang masuk ke dalam tubuh manusia. Semakin sering terpapar antigen dari luar
maka akan semakin tinggi antibody yang terbentuk dan memori pertahanan tunuh
semakin banyak mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal.
Akan tetapi antibody dalam tubuh manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu
diperlukan suatu paparan antigen dari luar yang dilemahkan yang disebut vaksin
untuk memacu kekebalan tubuh tersebut aktif. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai vaksinasi dan hubungannya dengan kekebalan tubuh manusia serta
jenis-jenis vaksin dan waktu pemberiannnya.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas makalah ini membahas tentang “Vaksin”

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui informasi umum tentang “Vaksin
b. Tujuan Khusus
Untuk menambah wawasan penulis dan memahami dalam tentang “Vaksin”

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Sejarah Vaksin
Sebelum 1796 ketika dokter Edward Jenner dari Inggris menguji adanya
kemungkinan menggunakan vaksin cacar sapi sebagai imunisasi untuk cacar pada
manusia untuk pertama kalinya., sedikitnya enam orang telah melakukan hal
tersebut dan beberapa tahun yang sama sebelumnya : seseorang yang identitasnya
tidak diketahui, Inggris, (sekitar 1771), Ibu Sevel, Jerman (sekitar 1772), Jensen
Mr, Jerman (sekitar 1770); Benyamin Jesty, Inggris, pada tahun 1774, Rendall Ibu,
Inggris (sekitar 1782);. dan Peter Plett, Jerman, tahun 1791.
Kata Vaksinasi pertama kali digunakan oleh Edward Jenner pada tahun
1796. Louis Pasteur furthered dengan konsep yang melalui kepeloporannya dalam
mikrobiologi. Vaksinasi (Latin: Vacca-sapi) ini dinamakan demikian karena
vaksin pertama berasal dari virus yang mempengaruhi sapi (cacar sapi) yang relatif
jinak terhadap virus yang menyediakan tingkat kekebalan terhadap cacar, penyakit
menular dan mematikan. Kata "vaksinasi" pada awalnya digunakan khusus untuk
menggambarkan suntikan vaksin cacar.
Upaya Vaksinasi dari dulu telah menuai kontroversi pada bidang ilmiah,
etika, keamanan politik, medis, agama, dan alasan lainnya. Dalam kasus yang
jarang, vaksinasi dapat melukai orang dan, di Amerika Serikat, mereka dapat
menerima kompensasi bagi mereka yang cedera di bawah Program Kompensasi
Cedera Vaksin Nasional.

2. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan
terhadap penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin termasuk,
misalnya, suspensi mikroorganisme dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau
turunan dari mikroorganisme. Metode yang paling umum dari pemberian vaksin

3
adalah melalui suntikan, namun ada juga yang diberikan melalui mulut atau
semprot hidung.
Vaksin itu memanfaatkan kemampuan tubuh alami untuk belajar bagaimana
untuk menghilangkan hampir semua kuman penyebab penyakit,atau mikroba yang
menyerang kita. Perlu diketahui bahwa bagaimana tubuh kita melindungi dari
mikroba itu,secara kolektif. Bagian-bagian dari tubuh kita yang diingat dan
sebagai pengusir mikroba disebut sistem kekebalan. Rata-rata sistem kekebalan
tubuh membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk melawan mikroba asing.
Terkadang mikroba yang bersifat kuat dapat masuk dan menyebar ke tubuh Kita
lebih cepat dari sistem kekebalan tubuh untuk menangkis mikroba tersebut.
Vaksin tradisional mengandung salah satu bagian dari mikroba yang telah
dibunuh atau dilemahkan sehingga mikroba tidak menimbulkan suatu penyakit.
Sehingga sistem kekebalan tubuh kita dapat menghadapi hal itu yang tidak
berbahaya dari kuman. Dengan cepat kekebalan tubuh membersihkan dari mikroba
yang masuk kedalamnya, walaupun mikroba mengelabui sistem kekebalan tubuh
telah mempelajari sehingga dapat menghancurkan mikroba-mikroba tersebut.

3. Manfaat Vaksin
Setelah sistem kekebalan tubuh kita terlatih untuk melawan penyakit atau
mikroba disebut imun. Sebelum vaksin masuk kedalam tubuh kita, ada yang
dikatakan imunitas pasif dimana tubuh kita memperoleh penyakit yang ditularkan
dari anggota keluarga atau lingkungan sehingga sistem kekebalan tubuh melawan
dan membentuk antibodi (imun).
Vaksin tidak hanya melindungi diri kita sendiri tetapi juga ornag lain
disekitar kita. Jika sistem kekebalan tubuh sedang prima saat tertular penyakit
proses penyembuhan cukup singkat atau mungkin tidak sama sekali. Demikian
halnya ketika seseorang divaksinasi mereka cenderung menularkan penyakit
kepada orang disekitarnya. Vaksin tidak hanya melindungi individu ,tapi seluruh
masyrakat. Tujuan vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

4
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia.

4. Mikroba Berbahaya
Vaksin melindungi dari penyakit menular yang disebabkan oleh mikroba.
Mikroba merupakan organisme kecil yang dapat dilihat dengan mikroskop.
Macam-macam mikroba yaitu bakteri terdiri dari satu sel dan virus berbentuk
potongan belaka berisi materi genetik yang dikemas dalam membran atau sel
protein bahkan lebih kecil. Kekebalan tubuh manusia berevolusi dalam melawan
mikroba tetapi ada mikroba yang menguntungkan manusia seperti mikroba yang
hidup dalam sistem pencernaan.
Tetapi ada pula mikroba yang merugikan manusia masuk dan tinggal ditubuh
manusia mengambil nutrisi dan merusak jaringan untuk hidup dan bereproduksi
sehingga mikroba tersebut berbahaya untuk manusia. Beberapa contoh mikroba
penyebab penyakit paling serius dan telah ditemukan vaksin beserta efektivitasnya
yaitu :
1) Virus Variola
Virus variola merupakan virus yang menyebabkan cacar dan pernah
menjadi momok dunia. Virus ini menular dari satu orang ke orang lainnya
melalui udara. infeksi cacar ini menyebabkan demam, nyeri, jaringan parut
luka yang menutupi tubuh, kebutaan pada banyak kasus, dan, sering juga
ditemui kasus yang berakhir pada kematian.
Pada tahun 1967 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus
meluncurkan kampanye vaksinasi besar-besaran untuk membersihkan dunia
dari cacar dan usaha tersebut berhasil. Kasus terakhir cacar yang terjadi secara
alami yaitu di Somalia pada tahun 1977.
2) Virus Polio
Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan. Dengan
pemberian vaksin polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus

5
polio. Tahun 2006 data WHO, sebanyak 2.000 kasus polio dilaporkan di
seluruh dunia. telah dihilangkan dari belahan bumi barat dan tenaga
kesehatan, masyarakat berharap untuk segera memberantas itu dari dunia.
3) Bakteri beracun Bordetella Pertussis
Bakteri ini tumbuh dan berkembang di saluran pernapasan manusia, di
mana hal itu menyebabkan batuk rejan yang juga dikenal sebagai pertusis.
Karakteristik batuk dari penyakit ini kadang-kadang begitu kuat, biasanya
terjadi pada bayi yang mengakibatkan bayi muntah atau membiru karena
kekurangan udara.
Terjadi peningkatan kasus yang dilaporkan dari pertusis di Amerika
Serikat, tahun 2002 sebanyak 9771 meningkat menjadi 25.616 pada tahun
2005. Alasan kenaikan tersebut sangat kompleks, serangan penyakit pada
siklus, dan kekebalan yang diberikan oleh vaksin berkurang dari waktu ke
waktu, meninggalkan beberapa orang yang rentan di masa remaja sampai pada
masa dewasa.
4) Penyakit familiar lain yang telah ada vaksinnya untuk melindungi manusia
yaitu hepatitis A, hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b ( Hib).
Hib menyebabkan meningitis, radang selaput cairan yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis dapat berakibat fatal, atau dapat
menyebabkan cacat berat seperti ketulian atau keterbelakangan mental.
Vaksin lain yaitu vaksin untuk mencegah penyakit herpes zoster yang
bisa menyerang siapa saja yang pernah menderita cacar air, vaksin terhadap
human papillomavirus yang dapat menyebabkan kanker serviks, dan vaksin
terhadap rotavirus yang menyebabkan penyakit diare yang parah dengan
600.000 kasus kematian pada anak-anak di seluruh dunia setiap tahun.

6
5. Kerja Vaksin
1. Sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh adalah jaringan kompleks sel-sel dan organ
yang berkembang untuk melawan mikroba. Banyak yang dikerjakan oleh
sistem kekebalan tubuh. Dilakukan oleh tentara berbagai sel-sel khusus,
masing-masing dirancang untuk melawan penyakit dengan cara tertentu. Virus
yang menyerang dihadang bagian garda depan pasukan ini, yang meliputi sel
darah putih yang tangguh disebut makrofag. Makrofag merupakan komponen
sel darah putih yang memerankan fungsinya sebagai sistem imun dengan
melakukan fagositosis terhadap benda-benda asing atau bakteri yang masuk ke
dalam tubuh.
Cara makrofag mengenali virus demam kuning yang masuk dalam
tubuh memakai penanda dari molekul yang menutupi permukaannya. Sehingga
Makrofag dan sel-sel lain dari sistem kekebalan tubuh kita mengenalinya.
Dalam hal ini makrofag akan mengambil antigen dan mengantarkannya untuk
dihancurkan oleh komponen-komponen imun lain dalam sistem imun adaptif.
Molekul-molekul pada mikroba yang diidentifikasi sebagai benda asing
dan merangsang antigen untuk menyerang dimana mikroba tersebut membawa
sel unik dan antigennya.
2. Antigen Alami
Jadi makrofag mencerna sebagian besar virus dan menyimpan antigen
tersebut lalu membawanya kembali pada kelenjar getah bening dimana sel-sel
sistem kekebalan tubuh berkumpul. Makrofag memberikan alarm dengan cara
memuntahkan antigen dan menampilkan pada permukaannya sehingga sel-sel
lain dapat mengenalinnya. Pada kasus ini, makrofag akan menampilkan
antigen demam kuning ke sel-sel darah putih disebut khusus defensif limfosit
yang memacu mereka untuk beraksi.

7
3. Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih yang khusus berfungsi untuk
mengidentifikasi dan menghancurkan antigen penyerbu. Semua pembentukan
limfosit berada di sumsum tulang belakang. Ada dua jenis utama limfosit yaitu
sel T dan sel B dimana mereka melakukan pekerjaan sendiri dalam melawan
penyakit di dalam tubuh manusia. Sel T dan sel B diibaratkan sebagai dua
kepala divisi utama dari tentara sistem kekebalan tubuh, dimana sel T dan sel B
memiliki masa atau penuaan di dua tempat yang berbeda. Sel T akan mengalami
penuaan di timus sedangkan sel B mengalami penuaan di sumsum tulang
belakang.
a. Sel T
Sel T berfungsi baik ofensif atau defensif. Sel T tidak menyerang
virus secara langsung, tetapi mereka menggunakan bahan kimia untuk
menghilangkan sel-sel tubuh manusia yang telah terinfeksi dengan virus,
karena mereka deprogram oleh paparan terhadap antigen virus. Sel T
terbagi atas 2 bagian yaitu sel T sitotoksik dan sel T helper :
Sel T sitotoksik disebut sel T pembunuh dapat merasakan sel sakit
yang menyimpan virus. Sel T pembunuh menuju ke sel-sel ini dan
melepaskan bahan kimia yang merusak sel-sel yang terinfeksi virus
tersebut.
Sel T helper yaitu dapat mempertahankan tubuh dengan
mengeluarkan sinyal kimia yang mengarahkan aktivitas sel-sel sistem
kekebalan tubuh lainnya. Sel T helper membantu mengaktifkan sel T
pembunuh dan sel T helper juga merangsang dan bekerja sama dengan
sel B. Pekerjaan yang dilakukan oleh sel T disebut selular atau
diperantarai sel respon imun.
b. Sel B
Sel B pada sistem pertahanan tubuh diibaratkan seperti pabrik
senjata. Mereka membuat dan mengeluarkan senjata molekul yang sangat

8
penting disebut antibodi. Antibodi biasanya bekerja terlebih dahulu menuju
ke antigen mikroba kemudian menempel pada lapisan mikroba. Antibodi
dan antigen bekerja sama seperti potongan-potongan puzzle. Bentuk
mereka yang kompatibel sehingga saling mengikat satu sama lain.
Setiap antibodi biasanya dapat bekerja sama dengan satu antigen.
Sehingga sistem kekebalan tubuh manusia menyimpan dan menyiapkan
pasukan dari jutaan hingga miliaran antibodi yang berbeda untuk
dipersiapkan terjadinya penyerangan virus atau benda asing. Sistem
kekebalan tubuh manusia melakukannya secara terus-menerus
menciptakan jutaan sel B baru. Sekitar 50 juta sel B beredar di setiap 5ml
darah manusia dan genetic acak sel B menghasilkan antibodi unik yang
ditampilkan pada permukaannya.
4. Antibodi dalam Aksi
Antibodi yang disekresikan oleh sel-sel B beredar ke seluruh tubuh
manusia yang terjangkit oleh virus. Antibodi menyerang virus yang belum
menginfeksi sel apapun dan bersembunyi di darah atau ruang antara sel-sel.
Ketika antibodi berkumpul di permukaan mikroba yang merupakan ancaman
bagi mikroba. . Mikroba menjadi macet, dilekatkan, dan tidak dapat berfungsi.
Antibodi juga mengirim sinyal pada makrofag dan sel-sel pertahanan lainnya
untuk datang dan menghancurkan mikroba tersebut. Antibodi bekerja sama
dengan molekul defensif lain yang beredar dalam darah melengkapi protein,
untuk menghancurkan mikroba.
5. Sel Memori dan Imunitas Alam
Sementara sistem kekebalan tubuh manusia bekerja untuk membersihkan
tubuh dari virus yang masuk kedalam tubuh. Manusia akan merasa tidak
nyaman selama beberapa hari berikutnya. Untuk mengatasi virus tersebut, sel
B berubah menjadi sel “pabrik” plasma yang memproduksi antibodi. Sel T
sitotoksik menghilangkan sel-sel yang terinfeksi virus, sel T helper juga
langsung beraksi dengan sinyal kimia. Sel T dan antibody mulai

9
menghilangkan virus lebih cepat daripada yang dapat diproduksi. Secara
bertahap, virus akan menghilang dari tubuh dan merasa lebih baik.
Apabila virus yang sama masuk kedalam tubuh kita tidak akan
menyebabkan yang lebih parah dari sebelumnya karena adanya sel memori.
Sel ini akan beredar melalui tubuh kita selama kita hidup. Sel-sel memori B
dapat dengan cepat membagi menjadi sel plasma dan menghancurkan virus
yang pernah masuk sebelumnya. Sel memori T dapat membagi dan tumbuh
menjad tentara yang akan bertempur melawan virus yang sama. Jika virus yang
muncul dalam tubuh kita lagi, sistem kekebalan tubuh Anda akan bertindak
cepat untuk menghentikan infeksinya.

6. Vaksin Mencegah Infeksi


Vaksin mengajarkan sistem kekebalan tubuh Anda dengan meniru
infeksi alami. Vaksin kemudian disuntikkan di lengan kita, makrofag tidak
akan mengenali penanda molekul virus tersebut, sehingga mereka melahap
virus seolah-olah berbahaya bagi tubuh kita. Dikelenjar getah bening
makrofag dating dengan antigen ke sel T dan sel B.
kemudian alarm dibunyikan dan sistem kekebalan tubuh akan
bertindakan. Sehingga spesifik sel T bergegas keluar melawan virus atau
benda asing tersebut. Sel B mensekresi antibodi virus tersebut tapi
pertempuran berakhir dengan cepat melemahkannya.Tetapi virus dalam
vaksin tidak bisa memasang banyak pertempuran. Infeksi mock dibersihkan

10
dan yang tersisa hanya pasukan sel T dan sel B memori untuk melindungi
tubuh kita terhadap virus yang sama.
7. Cara Kerja Virus
Misalnya pada virus demam kuning adalah mikroba kecil yang terdiri
dari sejumlah gen kecil yang terbungkus oleh sel membran atau protein.
Seperti Gerinda virus menempel pada sel-sel sehat. Kemudian virus tersebut
menyuntikkan materi genetik mereka di dalam sel tersebut. Setelah masuk gen
virus mengambil alih sumber sel-sel dan mesin molekuler. memaksa sel yang
sehat dan memprodulsi lebih banyak virus. Virus yang baru terbentuk disebut
bud atau dilepaskan dari permukaan sel dan menginfeksi sel-sel baru. Sel yang
terinfeksi dengan virus tidak dapat berfungsi dengan baik dan biasanya akan
mati karena ter-eliminasi oleh sel T pembunuh.

11
8. Jenis Vaksin dan Penyakitnya serta Keuntungan dan Kerugian
Jenis Vaksin Penyakit Keuntuungan Kerugian
Live, vaksin yang Campak, gondok, rubella, polio Menghaasilkan respon kekebalan  Terpencil kemungkinan mikroba
dilemahkan (vaksin sabin), dan demam kuning yang kuat dan memberikan hidup dan bias bermutasi kedalam
kekebalan seumur hidup dengan bentuk virulen
satu atau dua dosis.  Harus didinginkan untuk tetap
ampuh.
Tidak aktif atau Kolera, flu, hepatitis A, jepang - Lebih aman dan lebih stabil Menghasilkan respon imun lemah
“membunuh” vaksin ensefalitis, waabah, polio (vaksin daripada vaksin hidup. dari vaksin hidup, biasanya
salk), rabies - Tidak memerlukan pendingin, membutuhkan dosis tambahan atau
lebih muda disimpan daaan suntikan penguat.
diangkut
Vaksin toksoid Difteri dan tetanus Mengajarkan sistem kekebalan
tubuh untuk melawan racun
bakteri.
Vaksin subunit Hepatitis B, pertussis, pneumonia - Ditargetkan untuk bagian yang Ketika mengembangkan vaksin baru
yang disebabkan oleh saangat spesifik dari mikroba. mengindentifikasi antigen terbaik
Streptococcus Pneumoniae - Lebih sedikit antigen, bias sulit dan memakan waktu lama.
kesempatan jadi lebih rendah

12
dari reaksi merugikan.
Vaksin konjugasi Haemophilus influenza tipe b, Memungkinkan sistem kekebalan
pneumonia yng disebabkan oleh tubuh bayi untuk mengenali
Streptococcus Pneumoniae bakteri tertentu.
Vaksin DNA - Menghasilkan antibody yang
kuat dan respon imun seluler.
DALAM UJI KLINIS Masih dalam tahap percobaan
- Relatif mudah dan murah dalam
menghasilkannya.
Rekombinan vaksin Erat meniru infeksi alami,
vektor DALAM UJI KLINIS merangsang respon kekebalan Masih dalam tahap percobaan.
tubuh yang kuat

13
6. Vaksin yang akan Datang
Pemberian vaksin yang digunakan saat ini memiliki beberapa kekurangan
seperti jarum harus steril, seseorang yang telah terlatih dalam pemberian vaksin
terutama pada tempat tertentu. Penyuntikkan pada banyak orang dengan cepat
seperti yang diperlukan jika terjadi wabah yang meluas itu tidaklah mudah. Untuk
alasan ini, para ilmuwan sedang menyelidiki cara-cara baru untuk pemberian
vaksin.
Meskipun masih jauh, para ilmuan berinovasi dengan vaksin yang dapat
dimakan sehingga lebih murah dan mudah untuk pemberian imunisasi kepada
orang terhadap penyakit, terutama di negara-negara berkembang dalam
penyimpanan dan pemberian vaksin seringkali sulit. Seperti kentang yang
direkayasa secara genetika untuk menghasilkan antigen Escherichia coli dan virus
hepatitis B menghasilkan sebuh hasil yang menjanjikan pada tahap awal pengujian
terhadap manusia. Para peneliti juga memodifikasi pisang untuk melindungi tubuh
terhadap norovirus penyebab umum diare, dan telah menciptakan vaksin berbasis
makanan yang mengandung protein dari virus syncytial yang menganggu
pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan serius terutama pada
anak-anak.
Peneliti tidak berfokus pada tanaman pangan dan lebih banyak pada tanaman
rekayasa genetika yang biasanya tidak dimakan. Komponen vaksin diproduksi di
daun, yang kemudian dikeringkan, ditumbuk, dan ditempatkan dalam kapsul
gelatin. Cara lain baru sedang diselidiki untuk memberikan vaksin adalah melalui
kulit tipis. Kulit adalah salah satu pertahanan terbaik kita terhadap infeksi. Tetapi
juga termasuk sejumlah besar sel sistem kekebalan tubuh tertentu, yang disebut sel
dendritik dapat bereaksi terhadap vaksin yang ditempatkan pada kulit. Vaksin
tempelan di kulit sedang diuji untuk berbagai penyakit termasuk diare, tetanus,
antraks dan flu musiman.

14
Tahun 2003 melalui organisasi Food and Drug Administration (FDA)
melisensikan vaksin baru untuk influenza musiman yang dikirim sebagai
semprotan ke hidung. Vaksin ini, dibuat dengan dukungan National Institute of
Allergy and Infectious Diseases (NIAID), dibuat dari virus flu hidup yang
dilemahkan diberikan pada usia 2 – 49 tahun. Sampai saat ini vaksin tersebut masih
diuji kelayakannya untuk pemberian pada anak-anak di bawah 2 tahun dan orang
tua diatas 49 tahun.
Biasanya, vaksin mencegah infeksi atau penyakit. Baru-baru ini, para
peneliti juga telah menciptakan vaksin terapeutik yang ditujukan untuk infeksi atau
penyakit yang ada. Beberapa berada dalam berbagai tahap perkembangan,
termasuk yang melawan beberapa kanker, HIV, alergi tertentu, dan multiple
sclerosis.

7. Pembuatan Vaksin yang Aman


a. Latar Belakang
Tidak ada vaksin sangat aman atau efektif. sistem kekebalan tubuh
masing-masing orang bekerja secara berbeda-beda. Efek samping yang serius
setelah vaksin seperti reaksi alergi yang menyebabkan alergi atau kesulitan
bernapas sangat jarang terjadi hanya 1:100.000 vaksinasi. Yang paling umum
orang akan mengalami efek samping seperti demam, nyeri, atau kemerahan di

15
tempat suntikan. Efek samping ini, tentu saja lebih baik daripada mendapatkan
penyakit jika tidak divaksinasi.
Saat ini dengan teknologi yang ditingkatkan dan metode penelitian. Dari
lamanya waktu penelitian dasar hingga ketersediaan vaksin berlisensi
terkadang dapat dikurangi. Jika vaksin disetujui FDA dan lembaga pemerintah
lainnya terus pemantauan untuk keamanan. Berikut ini adalah beberapa
langkah utama yang diambil untuk memastikan vaksin aman:
1) Tes Laboratorium dan Hewan Coba
Hal ini dikenal sebagai pengujian praklinis, pengujian ini diperlukan
sebelum vaksin dapat diberikan kepada orang-orang. Peneliti menguji
vaksin kandidat dalam kultur sel dan pada hewan seperti tikus, kelinci,
marmut, atau monyet. Jika vaksin tampak menjanjikan dalam percobaan
praklinis ini, mungkin akan terus diuji pada manusia.
2) Aplikasi Investigsional Obat Baru
Sebelum kandidat vaksin dapat diuji pada manusia, para sponsornya
harus mengajukan aplikasi Investigational New Drug (IND) ke FDA.
Aplikasi ini harus menjelaskan cara kerja vaksin, menjelaskan cara
pembuatannya, menyajikan semua data keselamatan praklinis, dan
mengusulkan rencana untuk pengujian pada manusia. IND juga harus
menunjukkan bahwa vaksinnya telah melewati serangkaian tes untuk
kemurnian dan keamanan.
3) Belajar di Manusia
Setelah para peneliti memiliki persetujuan FDA untuk menguji
kandidat vaksin mereka pada sukarelawan manusia, mereka memulai uji
coba dengan hati-hati, dimulai dengan uji klinis yang sangat kecil. Jika
semuanya berjalan dengan baik, fase pengujian yang lebih besar secara
berturut-turut akan dilakukan. Pada fase ini penguji akan melewati
beberapa tahapan fase yaitu studi fase I, fase II, dan terakhir fase III.

16
Pada fase I penguji membutuhkan 20 orang atau lebih untuk menguji
keamanan. Pada fase II membutuhkan 50 orang hingga ratusan orang untuk
menguji keamanan serta menentukan dosis terbaik dan untuk
mengumpulkan data awal tentang efektivitas vaksin. Yang terakhir pada
fase III studi kemanjuran dirancang untuk menguji secara menyeluruh
kekuatan kandidat terhadap vaksin untuk melindungi dari penyakit
sehinnga melibatkan ribuan sukarelawan. Akan tetapi para peneliti
memperkenalkan ujicoba fase IIb sebagai perantara sebelum melanjutkan
ke tahap fase III yang lebih mahal dan rumit.
Para ilmuwan tentu saja tidak dapat dengan sengaja mengekspos
sukarelawan manusia ke mikroba tertentu seperti Ebola atau antraks. Untuk
menentukan seberapa baik vaksin bekerja. Jadi, FDA memiliki aturan
bahwa dalam mengembangkan vaksin terhadap mikroba tertentu para
ilmuwan dapat mengumpulkan informasi khasiat melalui tes hewan
daripada manusia.
4) Lisensi FDA
Aplikasi ke FDA untuk lisensi memasarkan vaksin disebut Aplikasi
Lisensi Biologis (BLA). Aplikasi ini harus memberikan hasil semua studi
manusia yang relevan, menjelaskan semua metode pembuatan dan
pengujian, dan menunjukkan hasil uji keamanan dan kemurnian vaksin
yang ditujukan untuk penggunaan umum. BLA juga harus menunjukkan
bahwa produsen vaksin mematuhi semua standar pemerintah, termasuk
yang untuk fasilitas produksi, personel, peralatan, pengemasan, dan
penyimpanan catatan. Pada tahap ini, FDA juga memeriksa fasilitas
manufaktur.
BLA ditinjau pertama kali oleh tim ahli FDA, kemudian oleh komite
penasihat yang terdiri dari ilmuwan, dokter, ahli statistik, dan perwakilan
konsumen. Komite memberikan suara untuk merekomendasikan FDA
menyetujui vaksin atau tidak.

17
5) Pengawan Berlanjut
Begitu vaksin ada di pasaran, FDA terus memantau keamanannya.
FDA secara berkala memeriksa fasilitas manufaktur, dan menguji sampel
vaksin untuk potensi, keamanan, dan kemurnian selama vaksin dibuat.
Selain itu, sebagian besar vaksin berlisensi terus dievaluasi dengan
penelitian yang sangat besar yang mengamati puluhan ribu orang yang
telah menerima vaksin. Studi-studi Fase IV ini mencoba mengambil reaksi-
reaksi merugikan yang jarang atau tertunda yang mungkin tidak tampak
dalam studi-studi yang lebih kecil yang mengarah pada lisensi.
Akhirnya, FDA dan CDC mengumpulkan informasi tentang vaksin
berlisensi melalui Sistem Pelaporan Kejadian Vaksin (VAERS). Siapa pun
penyedia layanan kesehatan, pasien, orang tua dapat melaporkan reaksi
vaksin yang merugikan ke VAERS. FDA meninjau laporan mingguan
VAERS untuk setiap vaksin yang digunakan, mencari sesuatu yang tidak
biasa.
6) Sukarelawan untuk Studi Klinis
Biasanya sukarelawan dalam studi vaksin yang setuju untuk
diberikan vaksin (atau plasebo yang mirip) sering mengunjungi klinik
untuk evaluasi, menjalani tes medis, dan memberikan sampel darah yang
akan digunakan peneliti untuk menilai vaksin. Karena belum ada yang tahu
seberapa baik vaksin bekerja peserta tidak boleh mengharapkan vaksin
eksperimental untuk melindungi mereka terhadap penyakit.
Relawan sepenuhnya diberitahu tentang bagaimana penelitian akan
dilakukan, potensi risiko dan manfaatnya, dan langkah-langkah yang
diambil untuk memastikan keselamatan dan privasi mereka.
b. Kekhawatiran Vaksin, Mitos, dan Masalah Keamanan di Web
Sekarang vaksin telah menghilangkan banyak penyakit yang pernah
ditakuti, kemungkinan efek samping vaksin atau reaksi yang merugikan lebih
besar di benak sebagian orang daripada penyakit yang dicegah oleh vaksin.

18
Banyak orang tua khawatir bahwa beberapa vaksin dapat melemahkan sistem
kekebalan bayi atau bahwa vaksin tertentu dapat menyebabkan autisme,
multiple sclerosis, atau diabetes.

8. Penelitian Vaksin NIAID


a. Latar Belakang
Meskipun banyak prestasi dalam penelitian vaksin selama bertahun-
tahun, masih banyak yang harus dilakukan. peneliti NIAID didukung di
Amerika Serikat dan negara-negara lain dan di laboratorium NIAID di
Bethesda, Maryland, dan Hamilton, Montana, bekerja untuk mengurangi
beban penyakit melalui vaksin terhadap lama penyakit dan baru.
Untuk alasan ini, NIAID telah membuat mengembangkan vaksin baru
atau yang ditingkatkan bagi mereka penyakit seperti HIV/AIDS menjadi
prioritas utama. Prioritas lain termasuk merancang vaksin terhadap agen
penyebab penyakit yang baik timbul secara alami atau yang mungkin sengaja
dirilis pada tindakan bioterorisme. Menemukan cara untuk cepat menghasilkan
vaksin terhadap strain influenza yang ahli khawatir mungkin memicu pandemi
adalah daerah lain di mana para peneliti NIAID didukung membuat kemajuan.
b. Sejarah Pendirian NIAID
Beberapa program NIAID dalam pengembangan vaksin yang cukup
baru-baru ini, sementara yang lain memiliki catatan prestasi dan terus
memajukan bidang vaksin sampai saat ini. Tahun 1962, NIAID merevolusi
rumit dalam pendekatan sedikit demi sedikit untuk studi vaksin dengan
membentuk jaringan Vaksin dan Pengobatan Evaluasi Unit (VTEU). VTEU
peneliti juga telah menguji vaksin untuk pneumonia, influenza, kolera, batuk
rejan, malaria, dan TBC.
Pada tahun 1988, uji coba vaksin HIV pertama kali dilakukan di
National Institutes of Health di Bethesda. Pada tahun yang sama, NIAID
mendirikan Vaksin Evaluation Group AIDS (AVEG), yang berpusat pengujian

19
di universitas Amerika Serikat yang khusus untuk vaksin HIV. Pada tahun
1999, NIAID dibangun di atas AVEG dengan menciptakan HIV Vaccine Trials
Network (HVTN) sebuah kolaborasi peneliti di Amerika Serikat dan luar
negeri yang menguji vaksin HIV calon dalam uji klinis.
Pada tahun 2000, NIAID mendirikan Dale dan Betty Bumper Vaksin
Research Center (VRC) di Bethesda. Pada VRC, vaksin dikembangkan dari
konsep awal untuk produk akhir. Para ilmuwan berpusat melakukan penelitian
dasar tentang mikroba dan respon sistem kekebalan tubuh, desain vaksin
kandidat dan juga kolaborator. Menguji vaksin yang paling menjanjikan dalam
uji praklinis dan klinis. ilmuwan VRC bekerja pada vaksin terhadap beberapa
mikroba dengan melakukan penekanan pada pengembangan vaksin terapi dan
pencegahan terhadap HIV. Tahun 2003 untuk pertama kalinya dilakukan
pengujian akhir terhadap manusia untuk vaksin Ebola dimulai di klinik pusat.
Di tahun 2005 Sebuah prime-boost vaksin baru yang ditargetkan di
beberapa subtipe HIV yang dikembangkan oleh VRC memasuki uji klinis
Tahap II. Pada tahun 2006 dilakukan percobaan pada manusia untuk pertama
kali untuk vaksin DNA terhadap H5N1 flu burung dibuka untuk relawan.
NIAID saat ini mendukung terciptanya jaringan nasional laboratorium yang
akan meningkatkan kapasitas bangsa dalam mengembangkan vaksin terhadap
agen infeksi baik yang timbul secara alami maupun sengaja diperkenalkan.
Pada tahun 2005 didirikan Pusat HIV/AIDS Vaccine Immunology
(CHAVI) oleh NIAID sebagai konsorsium peneliti berbasis di lembaga seluruh
negera yang bekerja sama untuk mengatasi beberapa kendala terbesar dalam
pengembangan vaksin HIV. Di antara upaya mereka, para ilmuwan CHAVI
mencari pemahaman yang lebih baik dari sebuah peristiwa awal untuk
kekebalan tubuh dalam merespon sistem terjdinya infeksi HIV.
Mengidentifikasi reaksi kekebalan terhadap indikasi baik pada vaksin kandidat
yang muncul karena respon protektif dan pengujian vaksin HIV baru dalam uji
klinis fase awal.

20
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah meningkatkan
pemahaman mereka tentang sistem kekebalan tubuh dan bagaimana sistem
kekebalan tersebut melawan mikroba berbahaya. Ilmuwan juga bekerja pada
vaksin yang memiliki teknologi canggih untuk menarik, termasuk teknologi
DNA rekombinan dan kemampuan untuk membaca serta menganalisis genom
dari organisme penyebab penyakit tersebut. Pengetahuan dan teknologi baru
akan mengantarkan kebangkitan di bidang vital vaksinologi.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Vaksin merupakan imunisasi aktif suatu tindakan yang dengan sengaja
memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem
imun dan menimbulkan kekebalan terhadap suatu mikroba yang masuk dalam
tubuh yang dapat melindungi individu atau orang banyak.

Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel mikroba atau
benda asing lainnya. Tetapi jika sistem kekebalan melemah kemampuan tubuh
melindungi juga berkurang dalam melawan patogen-patogen tersebut yang masuk
dan menyerang sistem kekebalan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji
ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan sebagaimana
mestinya.

22
SUMBER

NIAID SCIENCE EDUCATION. Understanding VACCINES. by U.S Department Of


Health and Human Services. National Institutes of health. National Institute of
Allergy and Infectious Diseases. NIH Publication No. 08-4219 : January 2008.

Anda mungkin juga menyukai