Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

ABLASIO RETINA REGMATOGEN

Disusun Oleh :

Maria Amelia Goldie

112017035

Pembimbing :

dr. Trisihono, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA

RUMAH SAKIT PUSAT GATOT SOEBROTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 18 Maret 2019 – 20 April 2019


Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

Retina merupakan bagian mata yang mengandung resptor yang menerima


rangsangan cahaya.1 Retina adalah lembaran tipis jaringan saraf yang melapisi
permukaan dalam 2/3 – 3/4 bagian posterior bola mata, kecuali pada area diskus
optik. Lapisan retina meluas ke anterior bola mata dan berakhir secara
sirkumferensial 360o di ora serrata.2

Gambar 1. Anatomi bola mata

Retina beserta pembuluh darah retina (dan diskus optik) membentuk


membentuk fundus okuli, yaitu bagian dalam bola mata yang terlihat melalui
pemeriksaan oftalmoskopi. Pada pemeriksaan fundus atau oftalmoskopi, retina
normal akan terlihat cerah dan berwarna jingga karena di balik retina yang transparan
terdapat latar belakang pigmen melanin dari lapisan epitel pigmen retina dan koroid.2

Retina mempunyai lapisan paling luar yaitu epitel pigmen retina dan lamina
basal. Lapisan ini bersinggungan dan melekat kuat dengan lapisan koroid. Retina juga
memiliki lapisan fotoreseptor (lapisan retina sensorik) yang merupakan lapisan yang
terdiri atas sel batang dan sel kerucut. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang
tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.1,2
Keadaan ablasio retina adalah keadaan dimana terpisahnya sel kerucut dan sel
batang retina dari sel epitel pigmen retina, dan merupakan kondisi kedaruratan yang
dapat mengancm penglihatan. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membran Bruch.1,2

Ablasio retina biasanya terjadi pada orang berusia 40 – 70 tahun, namun


kejadiannya pada usia 45 tahun angka kejadiannya lebih banyak pada laki – laki yaitu
60% dan 40% pada wanita. Ablasio retina yang terjadi akibat trauma lebih sering
terjadi pada orang muda, dan ablasio retina miopia terjadi paling sering pada usia 25
– 45 tahun.1,2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan,
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan
berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5
mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis
ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan
epitel berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch,
koroid dan sklera. Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina
mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi
pada ablasio retina. Pada diskus optikus dan ora serrata, retina dan epitelium
pigmen retina saling melekat kuat sehingga membatasi perluasan cairan subretina
pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang subkhoroid yang dapat
terbentuk antara khoroid dan sklera. Dengan demikian ablasi koroid meluas
melewati ora serrata, dibawah pars plana dan pars plikata. Lapisan - lapisan
epitel permukaan dalam korpus siliare dan permukaan posterior iris merupakan
perluasan ke anterior retina dan epitelium pigmen retina. Permukaan dalam retina
menghadap ke vitreus.1,2
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:1,2
1. Epitelium pigmen retina
Merupakan lapisan terluar dari retina. Epitel pigmen retina terdiri dari
satu lapisan sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-sel silindris
dengan inti di basal. Daerah basal sel melekat erat membran Bruch dari
koroid. Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang berperan
pada proses penglihatan. Epitel pigmen ini bertanggung jawab untuk
fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi
hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antara koroid dan retina.
2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.
Sel-sel batang dan kerucut di laisan fotoreseptor mengubah
rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh
jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan ocipital. Fotoreseptor
tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut meningkat di pusat makula
(fovea), dan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer. Pigmen
fotosensitif di dalam sel batang disebut rodopsin. Sel kerucut
mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut
iodopsin yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna
(merah,hijau,biru) untuk penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk
penglihatan siang hari (fotopik). Subgrup sel kerucut responsif terhadap
panjang gelombang pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau merah).
Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam (skotopik). Dengan bentuk
penglihatan adaptasi gelap ini terlihat beragam corak abu-abu, tetapi
warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu senja (mesopik) diperantarai oleh
kombinasi sel kerucut dan batang.
2. Membrana limitans externa.
3. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, ini terdiri dari inti dari batang sel batang
dan kerucut.
5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel
bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor .
6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan –
sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar.
8. Lapisan sel ganglion, Ini terutama mengandung sel badan sel ganglion
(urutan kedua neuron visual 7 pathway). Ada dua jenis sel ganglion.
9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang
berjalan menuju ke nervus optikus.
10. Membran limitans interna. Ini adalah lapisan paling dalam dan
memisahkan retina dan vitreous. Membran limitans interna dibentuk oleh
astrosit dan footplates sel Muller dan lamina basal.

Gambar 2. Lapisan retina dari luar ke dalam.

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub
posterior. Di tengah – tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis
makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang
disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang berdiameter 1,5 mm. Secara
histologis makula merupakan bagian retina yang lapisan ganglionnya mempunyai
lebih dari satu lapis sel. Secara klinis, makula adalah bagian yang dibatasi oleh
arkade – arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah makula sekitar 3,5
mm di sebelah lateral diskus optikus terdapat fovea yang secara klinis merupakan
suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan
oftalmoskop.1,2
Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.
Secara histologi, fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak
adanya lapisan – lapisan parenkim karena akson – akson sel fotorreceptor
(lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran secara sentrifugal lapisan
retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah bagian paling
tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagian retina
yang paling tipis. Semua gambaran histologis ini memberikan diskriminasi visual
yang halus. Ruang ekstraseluler retina yang normalnya kosong potensial paling
besar di makula dan penyakit yang menyebabkan penumpukan bahan di ekstrasel
dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebal sekali.1,2

Gambar 3. Anatomi makula.

Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khorio kapilaria yang
berada tepat diluar membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina
termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar, fotorreceptor, dan
lapisan epitel pigmen retina serta cabang – cabang dari arteri sentralis retinae
yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi
oleh khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki
kalau retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan
endotel yang tidak berlubang yang membentuk sawar darah retina. Lapisan
endotel pembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah retina sebelah luar
terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.1,2

B. Ablasio Retina
Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik,
yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan sel epitel pigmen
retina dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membran Bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang
retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen
epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara
embriologis.1

Gambar 4. Keadaan ablasio retina

Ablasio retina dapat terjadi melalui 3 mekanisme :

1. Penimbunan cairan subretina; sebagai akibat keluarnya cairan


pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi).
2. Tarikan oleh jaringan fibrotik di dalam badan kaca.
3. Pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk
melalui hole, yaitu masuknya badan kaca cair melalui lubang pada
retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina yang
terlepas dari epitel pigmen.1

Ablasio Retina Regmatogen

Ablasio retina jenis ini disebabkan karena robekan pada retina dan merupakan
tipe yang paling sering ditemukan. Rhegmatogenous berasal dari bahasa Yunani yaitu
rhegma yang berarti koyakan atau celah. Robekan retina adalah defek dari seluruh
ketebalan neurosensori retina. Subretinal fluid yang berasal dari synchytic vitreous
dapat masuk ke dalam celah potensial dan menyebabkan lepasnya lapisan retina dari
dalam.3

Synchysis vitreous adalah suatu pencairan vitreous karena terjadi perubahan


struktur molekulnya. Dengan pertambahan umur, konsentrasi asam hyaluronat di
dalam vitreous gel menurun. Hal ini akan menurunkan kekuatan struktur serabut-
serabut kolagen dan memudahkan terjadinya agregasi. Jaring-jaring kolagen akan
mengalami kolaps, memisahkan vitreous posterior dari membran limitans interna dan
menyebabkan posterior vitreous detachment (PVD). Pada beberapa beberapa mata
dengan synchysis vitreous dapat terbentuk lubang pada korteks vitreous posterior
yang tipis. Vitreous yang mencair ini akan masuk melalui lubang ini ke dalam ruang
retrohyaloid. Proses ini juga akan memisahkan permukaan vitreous posterior dari
membran limitans interna sampai tepi posterior vitreous base. Setelah terjadi PVD,
retina tidak dilindungi oleh korteks vitreous yang stabil dan dapat dipengaruhi
langsung oleh kekuatan dan luasnya perlekatan vitreoretinal sebelumnya.3

Tarikan vitreous pada perlekatan vitreoretina dapat menyebabkan robekan


pada retina. Setelah terjadi robekan, cairan synchysis pada ruang retrohyaloid dapat
mencapai ruang subretina. Faktor risiko yang berhubungan dengan ablasio retina tipe
ini adalah miopia, afakia, degenerasi anyaman (lattice), dan trauma okular.3

Gambar 5. Ablasio retina regmatogen


Epidemiologi

Ablasio retina regmatogen terjadi pada 1 di antara 10.000 populasi setiap


tahun dan 10% dari kasus tersebut adalah bilateral. Robekan retina yang
menyebabkan ablasi disebablan oleh pengaruh antara traksi vitreoretina dan
kelemahan yang mendasari pada retina bagian perifer (predisposisi degenerasi).
Traksi vitreoretina disebabkan oleh posterior vitreous detachment (PVD) yang
spontan maupun traumatik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa insidensi
robekan retina yang asimptomatik adalah 5-7%.3

Di Amerika Serikat, menurut penelitian berdasarkan populasi di Iowa oleh


Haimann dkk dan di Minnesota oleh Wilkes dkk insiden tahunan dari ablasio retina
regmatogen yaitu sebesar 12 kasus per 100.000.4

Sebuah penelitian Scandinavian oleh Laatikainen dkk dan Tornquist dkk,


insiden tahunan pada ablasio retina regmatogen sebesar 7-10 kasus per 100.000.4

Di Denmark, insidensi tahunan ablasio retina regmatogen dari 2000-2011


sebesar 13,7 per 100.000 orang.4

Sebuah penelitian di Jepang oleh Sasaki dkk melaporkan insidensi tahunan


ablasio retina regmatogen sebesar 10,4 kasus per 100.000.4 Sebuah studi dari
Singapura oleh Wong dkk melaporkan insidensi tahunan dari ablasio retina
regmatogen sebesar 11,6 kasus per 100.000 pada populasi suku Cina, 7 kasus per
100.000 pada populasi suku Malay, dan 3,9 kasus per 100.000 pada populasi suku
Indian.4 Sebuah studi dari Beijing, Cina, memperkirakan insidensi tahunan ablasio
retina regmatogen sebesar 7,98 kasus per 100.000.4

Menurut penelitian di Taiwan oleh San-Ni Chen dkk, bahwa ablasio retina
regmatogen lebih didominasi oleh penderita laki-laki dan insiden tertinggi pada
ablasio retina regmatogen pada usia tua (50-69 tahun) serta insiden miopia
merupakan kejadian tertinggi pada ablasio retina regmatogen di populasi dewasa
muda di Taiwan.5
Patofisiologi
Daftar Pustaka

1. Ilyas S.
2. Sitorus R.S.
3. Suhardjo, Agni A.N.
4. Wu L. Rhegmatogenous retinal detachment. Medscape. 24 Februari 2017.
Diunduh dari https://emedicine.medscape.com/article/1224737-overview#a6.
Diakses pada 3 April 2019.
5. Chen S.N., Lian I.B., Wei Y.J. Epidemiology and clinical characteristics of
rhegmatogenous retinal detachment in Taiwan. British Journal of
Ophthalmology, Vol 100. 25 Maret 2017.
6.

Anda mungkin juga menyukai