Pendahuluan
Praktikum mengenai pengukuran ventilasi industri perlu dilaksanakan. Selain untuk belajar
mengoperasikan alat pengukururan ventilasi, kita juga bisa lebih tahu tentang masalah-
masalah ventilasi apa yang sering terjadi dan bagaimana cara menanganinya. Hal penting
lainnya tentang dilaksanakannya praktikum ini adalah supaya kita bisa menentukan ventilasi
yang bagaimana yang dianggap sudah memenuhi syarat dan ventilasi yang seperti apa yang
masih dianggap kurang dan butuh perbaikan.
1.2.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam praktikum ini adalah:
1. Apakah dalam aplikasinya ventilasi mampu bekarja secara optimal di dalam
bengkel permesinan dan bengkel las?
2. Apakah dalam perancangan ventilasi yang berada di bengkelpermesinan dan bengkel
las telah memenuhi standar?
3. Bagaimana rekomendasi perbaikan di bengkel las dan bengkel permesinan?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Manfaat dari praktikum ventilasi ini adalah kita bisa mengetahui ventilasi yang sudah dan
yang belum memenuhi standar. Selain itu, kita juga bisa belajar untuk menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan ventilasi.
Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri diperlukan untuk menjaga agar kualitas
udara memenuhi standar kualitas yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi
syarat kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau
peralatan yang digunakan dan penyimpanan barang atau hasil produksi. Salah satu cara
pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi, yaitu pemasukan dan pengeluaran udara
kedalam ruang melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang
memenuhi standard kualitas kesehatan dan proses produksi industri.
Ventilasi alamiah
Pemasukan dan pengeluaran udara dalam ruang terjadi disebabkan adanya perbedaan tekanan
udara luar dan dalam. Udara akan mengalir dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu udara dan
mengakibatkan terjadinya perbedaan kerapatan udara atau berat jenis udara. Udara panas
dengan berat jenis rendah mengalir keatas, sedang udara dingin dengan berat jenis tinggi akan
mengalir kebawah. Pada ventilasi alamiah udara mengalir secara alamiah.
Keadaan 1
Tidak ada lubang keluar tidak ada aliran udara keluar, ventilasi tidak efektif, menimbulkan
ketidaknyamanan.
Keadaan 2
Pada dinding yang berhadapan terdapat masing-masing satu lubang masuk dan satu lubang
keluar yang sama luasnya. Lubang masuk letaknya keluar, terletak dalam batas daerah hunian
atau kerja (living zone) : 0,30m – 1,80m diatas lantai. Luas lubang keluar lebih besar dari
lubang masuk adalah lebih baik.
Keadaan 3
Lubang masuk terletak tinggi, lubang keluar rendah. Terjadi kantung udara dibawah lubang
masuk, tidak ada aliran udara dalam daerah hunian. Ventilasi kurang efektif.
Keadaan 4
Lubang masuk dan keluar sama tinggi dan sama luas ventilasi baik sekali.
Pemasangan kisi-kisi, jalusi, sungkup (kanopi) pada lubang masukan dapat memperbaiki pola
aliran udara masuk kedalam ruang :
Kecepatan aliran udara masuk dapat diperbesar bila lubang keluar dibuat lebih besar.
Perbandingan ukuran lubang keluar dengan lubang masuk mempengaruhi kecepatan aliran
udara dalam ruang. Makin besar perbandingan lubang, makin tinggi kecepatan aliran udara.
Dalam gambar ditunjukkan besar kecepatan aliran udara dalam ruang dinyatakan dalam
persen kecepatan udara luar.
2. Ventilasi vertikal
Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan-lapisan udara luar dan dalam
bangunan. Berat jenis kecil udara mengalir keatas, berat jenis besar udara mengalir kebawah
(efek cerobong).
Kesimpulan :
a) Lubang-lubang ventilasi ditempatkan pada dinding-dinging yang saling berhadapan agar
terjadi aliran udara yang baik dalam ruang.
b) Lubang-lubang ventilasi ditempatkan tidak sama tinggi dari lantai agar terjadi aliran udara
yang baik dalam ruang.
c) Cerobong udara keluar dibuat setinggi mungkin agar terjadi aliran udara
yang baik dalam ruang (efek cerobong).
d) Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran udara
masuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas ketinggian 0,30 m-1,80m diatas
lantai.
e) Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi ventilasi horizontal dan
vertikal.
f) Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat berkisar antara
0,10-0,15 m/detik. Untuk kesehatan tidak melebihi 0,5 m/det, atau kurang
dari 0,10 m/det
Suhu udara yang mengalir mempengaruhi kenyamanan, udara yang mengalir dengan
kecepatan 0,6 m/det pada suhu 30˚C tidak terasa jelek, tetapi aliran udara dengan kecepatan
0,15 m/det. Pada suhu 12˚C terasa tidak enak. Udara yang mengalir diatas lantai yang dingin
terasa tidak enak. Udara yang mengalir dengan kecepatan 0,10 m/det didaerah pegunungan
terasa sangat dingin pada kaki.
Pada tempat-tempat dengan kecepatan udara tinggi, dikendalikan dengan memasang penahan
atau pembelok arah angin (deflektor)pada bukaan, yang dapat digerakkan untuk mengatur
arah angin, dan kecepatan angin masuk.
c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
General ventilation rate
=....cmm/m²……………………(2.3)
Luas daerah lantai
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
General ventilation rate
=...cmm/m²……….…....(2.4)
Jumlah pekerja
2. Ventilasi Buatan (Mekanis)
Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik seperti kipas angin (fan), penyedot
udara (blower), exhauster. Cara ini digunakan bila cara alamiah tidak mencukupi, misalnya
ukuran ruang luas.
Ada dua jenis kipas angin yaitu sistem baling-baling dan sistem sedot pompa sertrifugal.
Kipas angin yang digunakan garis tengah besar dengan putar per menit sekecil mungkin
untuk memberikan kenyamanan. Aliran udara dibuat merata dalam seluruh ruang, diletakkan
dekat sumber kontaminan. Bila sumber kontaminan dekat dinding kipas angin berfungsi
sebagai pengisap kontaminan keluar (exhauster). Bila berat jenis kontaminan lebih besar dari
berat jenis udara, maka kipas dipasang dekat lantai. Bila dipasang pada langit-langit, tinggi
ruang harus lebih dari 3 m; Kapasitas kipas ditentukan oleh volume ruang, jumlah pergantian
udara dalam ruang yang diperlukan.
Persyaratan Teknik ventilasi mekanik
a) Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak
memadai.
b). Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga
memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
c). Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
d). Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk
membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada
ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai.
e). Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu lantai, gas buang
mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.
f). Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus sesuai
ketentuan yang berlaku lihat Tabel 2.2 Kebutuhan ventilasi Mekanis.
3. Ventilasi Lokal
Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan melalui
corong (hood) pengisap yang dipasang dan ditempatkan dekat sumber kontaminan. Dari
corong pengisap kontaminan disalurkan dalam pipa (duct) menggunakan penyedot
udara(blower) kemudian kontaminan dipisahkan oleh sistem pembersih udara. Udara bersih
selanjutnya dibuang ke atmosfir.
Tipe corong penghisap dan sistem pemasangannya harus disesuaikan dengan jenis
kontaminan dan cara kerja operator sehingga terhindar dari pengaruh kontaminasi dari hasil
proses produksi. Kapasitas penghisap harus kecil, sehingga pemakaian energi kecil dan
ekonomi. Kontaminan harus dapat diisap seluruhnya, jangan sempat menyebar dalam ruang
atau zona pernafasan operator. Kontaminan harus terkonsentrasi dalam sistem ventilasi untuk
dapat dipisahkan menjadi udara bersih dan sisa buangan yang dapat dimanfaatkan
selanjutnya. Ventilasi lokal dengan sistem pembersih kontaminan.
Liddamnet (1988) meninjau relevansi tekanan angin sebangai mekanisme penggerak. Model
simulasi lintasan aliran jamak dikembangkan dan menggunakan ilustrasi pengaruh angin pada
laju pertukaran udara.
Kecepatan angin biasanya terendah pada musim panas dari pada musim dingin. Pada
beberapa tempat relatif kecepatannya di bawah setengah rata-rata untuk lebih dari beberapa
jam per bulan. Karena itu, sistem ventilasi alami sering dirancang untuk kecepatan angin
setengah rata-rata dari musiman.
Persamaan di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi bukaan inlet
oleh angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk menghasilkan laju aliran
udara :
Q = CV.A.V……............................................................................………..(2.5)
dimana :
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2.
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6 untuk angin yang tegak
lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang diagonal).
Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tidak ada tempat yang
menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan akan berkurang, jika
penempatannya kurang lazim, akan berkurang lagi.
dimana :
Q = laju aliran, m3 / detik.
K = koefisien pelepasan untuk bukaan.
DhNPL = tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL , m
T1 = Temperatur di dalam bangunan, K.
To = Temperatur luar, K.
Persamaan ini digunakan jika T1 > To , jika T1 < To , ganti T1 dengan To, dan ganti (T1-To)
dengan (To – T1). Temperatur rata-rata untuk T1 sebaiknya dipakai jika panasnya bertingkat.
Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan inlet dianggap sama.
E. Koefisien pelepasan K dihitung untuk semua pengaruh yang melekat, seperti hambatan
permukaan, dan campuran batas.
Perkiraan DhNPL sulit. Jika satu jendela atau pintu menunjukkan bagian-bagian yang besar
(mendekati 90%) dari luas bukaan total dalam selubung, NPL adalah tinggi tengah-tengah
lubang, dan DhNPL sama dengan setengah tingginya.
Untuk kondisi ini, aliran yang melalui bukaan dua arah, yaitu udara dari sisi hangat mengalir
melalui bagian atas bukaan, dan udara dari sisi dingin mengalir melalui bagian bawah.
Campuran batas terjadi dikedua sisi antar muka aliran yang berlawanan, dan koefisien orifis
dapat dihitung sesuai dengan persamaan (Kiel dan Wilson, 1986) :
Jika ada bukaan lain yang cukup, aliran udara yang melalui bukaan akan tidak terarah dan
campuran batas tidak dapat terjadi.
Koefisien pelepasan K = 0,65 sebaiknya dipakai. Tambahan informasi pada cerobong yang
disebabkan aliran udara untuk ventilasi alami bisa dipenuhi pada referensi Foster dan Down
(1987). Aliran terbesar per unit luas dari bukaan diperoleh jika inlet dan outlet sama.
Persamaan ke dua diatas didasarkan pada kesamaan ini. Kenaikan luas outlet di atas luas inlet
atau sebaliknya, menaikkan aliran udara tetapi tidak proporsional terhadap penambahan luas.
Jika bukaan tidak sama, gunakan luas yang terkecil dalam persamaan dan tambahkan
kenaikannya.
Dua komponen angin yang diukur ialah kecepatan dan arahnya. Kecepatan angin adalah jarak
tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per
detik (m/d), kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam
disebut juga knot (kn); 1 kn = 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j =
1,944 kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga
dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat.
3.2. Peralatan
Digital Anemometer ini digunakan untuk mengukur air flow dan air velocity. Satuan
pengukuran air flow dalam bentuk CMM atau CMF sedangkan satuan pengukuran air
velocity dalam bentuk mph, ft/min, knot, Km/h atau m/s.
3.3. Bagian-Bagian
Bagian-bagaian dari digital anemometer adalah:
1. Display
2. Tombol POWER OFF/ON
Tombol untuk mengaktifkan dan mematikan
3. Tombol HOLD
Tombol untuk menahan angka yang terekam
4. Tombol ºC / ºF
Tombol untuk memilih satuan temperatur
5. Tombol MAX/MIN
Tombol untuk merekam data pengukuran, menunjukkan nilai maksimum dan minimum
pengukuran dan untuk memasukkan luas area dalam bentuk angka desimal pada
pengukuran air flow.
6. Tombol UNIT/
Tombol untuk memilih satuan
7. Tombol VEL/FLOW
Tombol untuk memilih pengukuran air velocity atau air flow.
8. Tombol
9. Tombol
Tombol untuk menaikkan nilai pada digit yang aktif pada pengukuran air flow.
10. Tombol FLOW MODE
Tombol untuk memilih jenis pengukuran air flow (2/3 V MAX MODE, AVG MODE,
INSTANT MODE).
11. Tombol AVG START
Tombol untuk mengukur air flow menggunakan AVG MODE.
12. Tombol ENTER/RESET
Tombol untuk mengakhiri pengesetan area sample pada pengukuran air flow.
13. Tombol SAMPLE AREA
Tombol untuk memasukkan luas area pada pengukuran air flow.
14. Probe Input Socket
Tempat untuk memasukkan Probe Plug.
15. RS232 Output Terminal
Tempat untuk memasukkan kabel PC.
16. Batterly Compartementl Cover
17. Vane Probe Head
18. Vane Probe Handle
3.4.Prosedur Kerja
1. Pengukuran Air Velocity
b. Pasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL
c. Menekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
d. Menekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran air velocity.
e. Menekan ºC/ºF untuk memilih satuan temperatur.
f. Menekan UNIT/ untuk memilih satuan air velocity
g. Untuk menahan nilai tekan HOLD.
h. Untuk merekam data tekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai maksimum data terekam,
menekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai minimum data terekam menekanMAX/MIN.
i. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, menekanPOWER OFF/ON untuk
mematikan.
j. Melepaskan PROBE PLUG dari PROBE INPUT TERMINAL kemudian menempatkan
pada penyimpanan.
k. Sebelum disimpan, mengeluarkan baterai dari tempatnya.
2. Pengukuran Air Flow
a. Memasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL.
b. Menekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
c. Menekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran airflow.
d. Menekan UNIT untuk memilih satuan flow air
e. Menekan SAMPLE AREA untuk memasukkan luas area pengukuran. Setelah
menekan akan muncul simbol dan digit pertama akan aktif.
Memasukkan luas area menggunakan tombol:
· : untuk menaikkan nilai pada digit yang aktif.