Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini banyak industri yang kurang memperhatikan sistem ventilasi dalam menciptakan
kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi maupun
kenyamanan pekerja. Jika pemasangan sistem ventilasi tidak tepat dapat menyebabkan
ketidak nyamanan atau bahkan dapat menurunkan kondisi kesehatan pekerja. Permasalahan
yang berkaitan dengan sistem ventilasi di dalam industri, adalah kondisi lingkungan kerja
tidak sesuai dengan kebutuhan proses produksi dan kenyamanan pekerja. Perihal ini
disebabkan karena tidak adanya peralatan sistem ventilasi, sistem ventilasi yang ada kurang
memadai, perencanaan pipa yang kurang baik, pemilihan fan yang salah, dan lain-lain.
Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri sangat diperlukan untuk
menjaga kualitas udara dalam memenuhi standard kualitas yang ditetapkan bagi kesehatan
pekerja, dan memenuhi syarat kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan
kerja mesin-mesin atau peralatan yang digunakan, dan penyimpanan barang atau hasil
produksi. Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi yang tepat dan
sesuai, yaitu ventilasi yang terdapat pemasukan dan pengeluaran udara kedalam ruang
melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang memenuhi standard
kualitas kesehatan dan proses produksi industri.
Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan suatu metode yang
digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan proses
produksi atau kenyamanan pekerja. Ventilasi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar
suatu kontaminan di udara tempat kerja sampai batas yang tidak membahayakan bagi
keselamatan dan kesehatan kerja.

Praktikum mengenai pengukuran ventilasi industri perlu dilaksanakan. Selain untuk belajar
mengoperasikan alat pengukururan ventilasi, kita juga bisa lebih tahu tentang masalah-
masalah ventilasi apa yang sering terjadi dan bagaimana cara menanganinya. Hal penting
lainnya tentang dilaksanakannya praktikum ini adalah supaya kita bisa menentukan ventilasi
yang bagaimana yang dianggap sudah memenuhi syarat dan ventilasi yang seperti apa yang
masih dianggap kurang dan butuh perbaikan.

1.2.Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam praktikum ini adalah:
1. Apakah dalam aplikasinya ventilasi mampu bekarja secara optimal di dalam
bengkel permesinan dan bengkel las?
2. Apakah dalam perancangan ventilasi yang berada di bengkelpermesinan dan bengkel
las telah memenuhi standar?
3. Bagaimana rekomendasi perbaikan di bengkel las dan bengkel permesinan?

1.3. Tujuan

Tujuan dalam praktikum ini adalah:


1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran ventilasi umum di bengkel permesinan

dan bengkel las.

2. Mahasiswa mampu menganalisis kondisi ventilasi umum di tempat kerja yang

dikaitkan dengan standar SNI dan OSHA.

3. Mahasiswa mampu memberikan rekomendasi perbaikan kondisi di bengkel

permesinan dan bengkel las.

1.4. Manfaat
Manfaat dari praktikum ventilasi ini adalah kita bisa mengetahui ventilasi yang sudah dan
yang belum memenuhi standar. Selain itu, kita juga bisa belajar untuk menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan ventilasi.

1.5. Batasan Praktikum


Batasan praktikum ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan pada area PPNS dengan batasan ruang: bengkel permesinan
dan bengkel las dibawah bimbingan Bapak Denny Dermawan ST,MT.
2. Pada penelitian ini hanya mengambil sampel hasil pengukuran ventilasi dengan
menggunakan Digital Anemometer dan pengukuran luas area, jumlah pekerja, serta jumlah
ventilasi guna mendukung hasil pengukuran yang kami lakukan, yang kemudian akan di
identifikasi yang mungkin terdapat bentuk penyimpangan dan bentuk kesalahan dari hasil
perancangan ventilasi di bengkelpermesinan dan bengkel las.
3. Rekomendasi akan kami keluarkan sebagai bentuk saran dan usulan supaya mendapat
perhatian dari pihak-pihak yang menangani masalah tersebut setelah kami melakukan
penelitian dan identifikasi.
4. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat pengukur ventilasi dan meteran untuk
mengukur volume ruangan.
5. Alat keselamatan yang dipakai adalah cattle pack, safety shoes dan safety helmet yang
digunakan supaya terhindar dari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi saat dilaksanakan
praktikum ini.
Bab 2
Dasar Teori

2.1 Definisi Ventilasi


Ventilasi adalah tempat pertukaran udara yang digunakan untuk memelihara dan
menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan atau kenyamanan. Ventilasi ini juga digunakan
untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat kerja melalui bukaan atau lubang
seperti jendela, pintu, lubang angin atau dibantu peralatan kipas angin (fan) atau dengan
ventilasi lokal dan ventilasi sistem pengendali suhu dan kelembaban udara (air
conditioning) sampai batas yang tidak membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja.

Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri diperlukan untuk menjaga agar kualitas
udara memenuhi standar kualitas yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi
syarat kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau
peralatan yang digunakan dan penyimpanan barang atau hasil produksi. Salah satu cara
pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi, yaitu pemasukan dan pengeluaran udara
kedalam ruang melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang
memenuhi standard kualitas kesehatan dan proses produksi industri.

2.2 Fungsi Ventilasi Industri


Ventilasi memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut
1. Ventilasi dapat menurunkan kosentrasi kontaminan dalam udara ruang kerja dengan
memasukkan udara segar dan mengeluarkan udara terkontaminan sampai tingkat yang tidak
berbahaya.
2. Ventilasi dapat memberikan penyegaran udara dalam ruang pada suhu dan kelembaban
tertentu untuk kenyamanan pekerja.
3. Ventilasi dapat memberikan kondisi udara yang sesuai bagi proses produksil, penyimpanan
bahan dan hasil produksi, lingkungan kerja mesin, dan peralatan industri.
4. Ventilasi dapat menurunkan kosentrasi gas buangan yang dapat menimbulkan kebakaran
atau ledakan sampai dibawah batas ledak terendah.
5. Ventilasi dapat menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh
keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan
dan proses-proses pembakaran.
6. Ventilasi dapat menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi, dan
sebagainya.
7. Ventilasi dapat menghilangkan kalor yang berlebihan.
8. Ventilasi dapat mendapatkan kenyamanan termal.

2.3 Prinsip Sistem Ventilasi


Prinsip sistem ventilasi yang digunakan dalam suatu industri adalah membuat suatu proses
pertukaran udara di dalam ruang kerja. Pertukaran udara dicapai dengan cara memindahkan
udara dari tempat kerja dan mengganti dengan udara segar yang dilakukan secara bersama-
sama. Pertukaran udara secara mekanik dilakukan dengan cara memasang sistem pengeluaran
udara (exhaust system) dan pemasukan udara (supply system) dengan
menggunakan fan. Exhaust system dipasang untuk mengeluarkan udara, beserta kontaminan
yang ada di sekitar ruang kerja, biasanya ditempatkan di sekitar ruang kerja atau dekat
dengan sumber kontaminan dikeluarkan. Supply systemdipasang untuk memasukkan udara ke
dalam ruangan, umumnya digunakan untuk menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan di
dalam lingkungan kerja.

2.4 Jenis Ventilator


1. Ventilasi Umum
Dari suatu ruang kerja dikeluarkan melalui bukaan atau lubang pada dinding dan
memasukkan udara segar melalui bukaan pada dinding lain. Ventilasi umum dapat juga
diartikan dengan pengenceran, yaitu penurunan konsentrasi kontaminan udara dalam ruang
kerja sampai pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan (NAB) dan keselamatan
tenaga kerja.

Ventilasi umum dapat berlangsung dengan baik bila :


1. Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar volume udara pengencer
tidak terlalu besar.
2. Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak terpengaruh pencemaran,
kadar kontaminan udara masih dibawah nilai ambang batas.
3. Toksisitas kontaminan masih rendah
4. Pencemaran terjadi merata.
Ventilasi umum terlaksana dengan dua cara :

Ventilasi alamiah
Pemasukan dan pengeluaran udara dalam ruang terjadi disebabkan adanya perbedaan tekanan
udara luar dan dalam. Udara akan mengalir dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu udara dan
mengakibatkan terjadinya perbedaan kerapatan udara atau berat jenis udara. Udara panas
dengan berat jenis rendah mengalir keatas, sedang udara dingin dengan berat jenis tinggi akan
mengalir kebawah. Pada ventilasi alamiah udara mengalir secara alamiah.

1. Ventilasi horisontal (ventilasi silang)


Arus angin datang dari luar ruang secara horizontal, dapat terjadi bila terdapat perbedaan
suhu udara luar dan dalam ruang atau antar ruang dalam bangunan. Ventilasi silang berfungsi
dengan baik, maka pada dinding harus ada bukaan atau lubang seperti pintu, jendela, atau
lubang angin. Aliran udara masuk kedalam ruangan tidak terlalu kuat dan tidak terhambat,
dan harus diarahkan ke bagian-bagian ruang yang ditempati atau dipakai. Kemungkinan
penempatan lubang ventilasi Penempatan lubang ventilasi adalah penting untuk pengarahan
aliran udara dari lubang masuk (inlet) ke lubang keluar (outlet).

Keadaan 1
Tidak ada lubang keluar tidak ada aliran udara keluar, ventilasi tidak efektif, menimbulkan
ketidaknyamanan.

Keadaan 2
Pada dinding yang berhadapan terdapat masing-masing satu lubang masuk dan satu lubang
keluar yang sama luasnya. Lubang masuk letaknya keluar, terletak dalam batas daerah hunian
atau kerja (living zone) : 0,30m – 1,80m diatas lantai. Luas lubang keluar lebih besar dari
lubang masuk adalah lebih baik.
Keadaan 3
Lubang masuk terletak tinggi, lubang keluar rendah. Terjadi kantung udara dibawah lubang
masuk, tidak ada aliran udara dalam daerah hunian. Ventilasi kurang efektif.

Keadaan 4
Lubang masuk dan keluar sama tinggi dan sama luas ventilasi baik sekali.
Pemasangan kisi-kisi, jalusi, sungkup (kanopi) pada lubang masukan dapat memperbaiki pola
aliran udara masuk kedalam ruang :

Penampatan lubang keluar


Penempatan lubang keluar hampir tidak merubah pola aliran udara dalam ruang. Aliran udara
dalam ruang hanya tergantung pada ukuran, bentuk dan letak lubang angin masuk. Ventilasi
lebih baik lagi bila dibuat dua lubang masuk dengan lubang besar pada bagian bawah dna
lubang kecil atau jalusi dibagian atas.

Kecepatan aliran udara masuk dapat diperbesar bila lubang keluar dibuat lebih besar.

Perbandingan ukuran lubang keluar dengan lubang masuk mempengaruhi kecepatan aliran
udara dalam ruang. Makin besar perbandingan lubang, makin tinggi kecepatan aliran udara.
Dalam gambar ditunjukkan besar kecepatan aliran udara dalam ruang dinyatakan dalam
persen kecepatan udara luar.

2. Ventilasi vertikal
Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan-lapisan udara luar dan dalam
bangunan. Berat jenis kecil udara mengalir keatas, berat jenis besar udara mengalir kebawah
(efek cerobong).

Kesimpulan :
a) Lubang-lubang ventilasi ditempatkan pada dinding-dinging yang saling berhadapan agar
terjadi aliran udara yang baik dalam ruang.
b) Lubang-lubang ventilasi ditempatkan tidak sama tinggi dari lantai agar terjadi aliran udara
yang baik dalam ruang.
c) Cerobong udara keluar dibuat setinggi mungkin agar terjadi aliran udara
yang baik dalam ruang (efek cerobong).
d) Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran udara
masuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas ketinggian 0,30 m-1,80m diatas
lantai.
e) Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi ventilasi horizontal dan
vertikal.
f) Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat berkisar antara
0,10-0,15 m/detik. Untuk kesehatan tidak melebihi 0,5 m/det, atau kurang
dari 0,10 m/det
Suhu udara yang mengalir mempengaruhi kenyamanan, udara yang mengalir dengan
kecepatan 0,6 m/det pada suhu 30˚C tidak terasa jelek, tetapi aliran udara dengan kecepatan
0,15 m/det. Pada suhu 12˚C terasa tidak enak. Udara yang mengalir diatas lantai yang dingin
terasa tidak enak. Udara yang mengalir dengan kecepatan 0,10 m/det didaerah pegunungan
terasa sangat dingin pada kaki.
Pada tempat-tempat dengan kecepatan udara tinggi, dikendalikan dengan memasang penahan
atau pembelok arah angin (deflektor)pada bukaan, yang dapat digerakkan untuk mengatur
arah angin, dan kecepatan angin masuk.

Tabel 2.1 Penahan Angin (deflektor)


Tidak dapat berputar (tetap), kecepatan angin masuk dapat
dikurangi

Dapat berupah pada sumbu horisontal, arah dan kecepatan angin


masuk dapat diatur

Dapat berputar pada suhu horisontal, dapat menurunkan kecepatan


dari 40 km/jam menjadi 5 sampai 1,5 km / jam

(Sumber : system sirkulasi udara di ruang produksi, fakultas teknik, USU),2011.


3. Penentuan Ventilasi Umum
Beberapa rumus dan perhitungan yang sering dipakai untuk pengukuran ventilasi umum
adalah:
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
General ventilation rate
=......kali…………………..……(2.1)
Luas ruangan x tinggi ruangan

b. Waktu setiap pergantian udara


Volume ruangan =.....menit………………..
……..(2.2)
Ventilation rate

c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
General ventilation rate
=....cmm/m²……………………(2.3)
Luas daerah lantai
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
General ventilation rate
=...cmm/m²……….…....(2.4)
Jumlah pekerja
2. Ventilasi Buatan (Mekanis)
Penggantian udara terjadi dengan bantuan alat mekanik seperti kipas angin (fan), penyedot
udara (blower), exhauster. Cara ini digunakan bila cara alamiah tidak mencukupi, misalnya
ukuran ruang luas.

Ada dua jenis kipas angin yaitu sistem baling-baling dan sistem sedot pompa sertrifugal.
Kipas angin yang digunakan garis tengah besar dengan putar per menit sekecil mungkin
untuk memberikan kenyamanan. Aliran udara dibuat merata dalam seluruh ruang, diletakkan
dekat sumber kontaminan. Bila sumber kontaminan dekat dinding kipas angin berfungsi
sebagai pengisap kontaminan keluar (exhauster). Bila berat jenis kontaminan lebih besar dari
berat jenis udara, maka kipas dipasang dekat lantai. Bila dipasang pada langit-langit, tinggi
ruang harus lebih dari 3 m; Kapasitas kipas ditentukan oleh volume ruang, jumlah pergantian
udara dalam ruang yang diperlukan.
Persyaratan Teknik ventilasi mekanik
a) Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak
memadai.
b). Penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga
memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
c). Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni.
d). Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk
membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada
ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai.
e). Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu lantai, gas buang
mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada lantai lainnya.
f). Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus sesuai
ketentuan yang berlaku lihat Tabel 2.2 Kebutuhan ventilasi Mekanis.

3. Ventilasi Lokal
Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan melalui
corong (hood) pengisap yang dipasang dan ditempatkan dekat sumber kontaminan. Dari
corong pengisap kontaminan disalurkan dalam pipa (duct) menggunakan penyedot
udara(blower) kemudian kontaminan dipisahkan oleh sistem pembersih udara. Udara bersih
selanjutnya dibuang ke atmosfir.

Tabel 2.2 Kebutuhan Ventialsi Mekanik


(Sumber: BSNI,2001).

Tipe corong penghisap dan sistem pemasangannya harus disesuaikan dengan jenis
kontaminan dan cara kerja operator sehingga terhindar dari pengaruh kontaminasi dari hasil
proses produksi. Kapasitas penghisap harus kecil, sehingga pemakaian energi kecil dan
ekonomi. Kontaminan harus dapat diisap seluruhnya, jangan sempat menyebar dalam ruang
atau zona pernafasan operator. Kontaminan harus terkonsentrasi dalam sistem ventilasi untuk
dapat dipisahkan menjadi udara bersih dan sisa buangan yang dapat dimanfaatkan
selanjutnya. Ventilasi lokal dengan sistem pembersih kontaminan.

Tipe-tipe sistem ventilasi lokal


a. Ventilasi lokal menggunakan sistem pembersih kontaminan. Corong penghisap dipasang tepat
diatas sumber kontaminan. Kontaminan disalurkan melalui sistem perpipaan ke sistem
pembersih udara menggunakan alat penyedot (blower) dan cara bersih dipisahkan dari
kontaminan selanjutnya dibuang ke atmosfir, sedang sisanya berupa kontaminan dapat
dimanfaatkan selanjutnya.
b. Ventilasi lokal menggunakan corong pengeluaran setempat tepat diatas sumber
kontaminan.Dengan cara ini udara terkontaminasi tidak tersebar dalam ruang. Operator
terhindar dari pengaruh kontaminan. Operator tidak diperkenankan membungkuk diatas bak
kerja.
c. Ventilasi lokal menggunakan corong celah (slot), dipasang disisi sumber kontaminan. Gas
buangan diisap melalui saluran samping. Operator dapat bekerja dengan membungkuk diatas
sumber kontaminan/bak kerja.
d. Ventilasi lokal menggunakan sistem tiup dan bisa (push and pull exhauster).
Sumber kontaminan diberi udara yang ditiupkan dari saluran tiup memakai exhauster, udara
kontaminan ditiup dan dibuang melalui salurang buang memakai exhauster yang dipasang
disebelahnya.
e. Ventilasi loal untuk pengeluaran kontaminan pada pabrik penyepuhan logam
(galvanisasi).

4. Ventilasi Pengendalian Suhu Udara


Pengendalian suhu bertujuan untuk penyegaran udara dalam lingkungan kerja, dilaksanakan
dengan menurunkan panas dengan cara mengalirkan udara segar dan dingin menggantikan
udara panas dalam ruang kerja.

Dapat dilaksanakan dengan cara-cara :


a. Ventilasi alamiah, dengan mengadakan lubang/bukaan seperti pintu, jendela, lobang angin
sehingga terjadi pengaliran udara secara alami.

b. Ventilasi mekanis, menggunakan peralatan bantu mekanis seperti :


- Kipas angin, blower, untuk mengalirkan udara segar dan mengganti udara panas serta
menaikkan kecepatan liner udara dalam ruang.
- Alat pendingin udara (air conditioning), untuk menurunkan suhu udara dan kelembaban
ruang. Udara panas dalam ruang diisap dan panasnya diserap untuk pendinginan dan
pengembunan dan kemudian diembuskan kembali masuk dalam ruang.

Pendinginan udara bertujuan untuk :


a. Penyegaran udara bagi karyawan
b. Penyegaran udara yang diperlukan untuk proses produksi, penyimpanan, lingkungan kerja
mesin dan lain-lain.

Sistem pendingin ruang terdiri dari :


a. Sistem langsung (direct cooling), udara didinginkan langsung oleh zat
pendingin (refrigerant) menggunakan mesin sistem paket (package air conditioner).
b. Sistem tidak langsung (indirect cooling), menggunakan media air es, mesin pengolah udara
(air handling unitAHU).

2.5. Perancangan Ventilasi


1. Perencanaan Ventilasi Alami
A. Perancangan ventilasi alami dilakukan sebagai berikut:
- Mentukan kebutuhan ventilasi udara yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.
- Mentukan ventilasi gaya angin atau ventilasi gaya termal yang akan digunakan.

B. Ventilasi gaya angin


Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin termasuk :
a). Kecepatan rata-rata.
b). Arah angin yang kuat.
c). Variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian.
d). Hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dan semak belukar.

Liddamnet (1988) meninjau relevansi tekanan angin sebangai mekanisme penggerak. Model
simulasi lintasan aliran jamak dikembangkan dan menggunakan ilustrasi pengaruh angin pada
laju pertukaran udara.

Kecepatan angin biasanya terendah pada musim panas dari pada musim dingin. Pada
beberapa tempat relatif kecepatannya di bawah setengah rata-rata untuk lebih dari beberapa
jam per bulan. Karena itu, sistem ventilasi alami sering dirancang untuk kecepatan angin
setengah rata-rata dari musiman.

Persamaan di bawah ini menunjukkan kuantitas gaya udara melalui ventilasi bukaan inlet
oleh angin atau menentukan ukuran yang tepat dari bukaan untuk menghasilkan laju aliran
udara :

Q = CV.A.V……............................................................................………..(2.5)

dimana :
Q = laju aliran udara, m3 / detik.
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2.
V = kecepatan angin, m/detik.
CV = effectiveness dari bukaan (CV dianggap sama dengan 0,5 ~ 0,6 untuk angin yang tegak
lurus dan 0,25 ~ 0,35 untuk angin yang diagonal).

Inlet sebaiknya langsung menghadap ke dalam angin yang kuat. Jika tidak ada tempat yang
menguntungkan, aliran yang dihitung dengan persamaan akan berkurang, jika
penempatannya kurang lazim, akan berkurang lagi.

C. Penepatan outlet yang diinginkan


1. pada sisi arah tempat teduh dari bangunan yang berlawanan langsung dengan inlet.
2. pada atap, dalam area tekanan rendah yang disebabkan oleh aliran angin yang tidak
menerus.
3. pada sisi yang berdekatan ke muka arah angin dimana area tekanan rendah terjadi dalam
pantauan pada sisi arah tempat teduh,
4. dalam ventilator atap, atau
5. pada cerobong.
Inlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah bertekanan tinggi, outletsebaiknya ditempatkan
dalam daerah negatip atau bertekanan rendah.

D. Ventilasi gaya termal


Jika tahanan didalam banguanan tidak cukup berarti, aliran disesbabkan oleh efek cerobong
yang dapat dinyatakan dengan persamaan:
……………....................................................……(2.6)

dimana :
Q = laju aliran, m3 / detik.
K = koefisien pelepasan untuk bukaan.
DhNPL = tinggi dari tengah-tengah bukaan terendah sampai NPL , m
T1 = Temperatur di dalam bangunan, K.
To = Temperatur luar, K.

Persamaan ini digunakan jika T1 > To , jika T1 < To , ganti T1 dengan To, dan ganti (T1-To)
dengan (To – T1). Temperatur rata-rata untuk T1 sebaiknya dipakai jika panasnya bertingkat.
Jika bangunan mempunyai lebih dari satu bukaan, luas outlet dan inlet dianggap sama.

E. Koefisien pelepasan K dihitung untuk semua pengaruh yang melekat, seperti hambatan
permukaan, dan campuran batas.

Perkiraan DhNPL sulit. Jika satu jendela atau pintu menunjukkan bagian-bagian yang besar
(mendekati 90%) dari luas bukaan total dalam selubung, NPL adalah tinggi tengah-tengah
lubang, dan DhNPL sama dengan setengah tingginya.

Untuk kondisi ini, aliran yang melalui bukaan dua arah, yaitu udara dari sisi hangat mengalir
melalui bagian atas bukaan, dan udara dari sisi dingin mengalir melalui bagian bawah.
Campuran batas terjadi dikedua sisi antar muka aliran yang berlawanan, dan koefisien orifis
dapat dihitung sesuai dengan persamaan (Kiel dan Wilson, 1986) :

K = 0,40 + 0,0045.( Ti – To )……….................................................………(2.7)

Jika ada bukaan lain yang cukup, aliran udara yang melalui bukaan akan tidak terarah dan
campuran batas tidak dapat terjadi.

Koefisien pelepasan K = 0,65 sebaiknya dipakai. Tambahan informasi pada cerobong yang
disebabkan aliran udara untuk ventilasi alami bisa dipenuhi pada referensi Foster dan Down
(1987). Aliran terbesar per unit luas dari bukaan diperoleh jika inlet dan outlet sama.

Persamaan ke dua diatas didasarkan pada kesamaan ini. Kenaikan luas outlet di atas luas inlet
atau sebaliknya, menaikkan aliran udara tetapi tidak proporsional terhadap penambahan luas.
Jika bukaan tidak sama, gunakan luas yang terkecil dalam persamaan dan tambahkan
kenaikannya.

2. Perancangan Ventilasi Mekanik


a). Perancangan sistem ventilasi mekanis dilakukan sebagai berikut :
1). tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi ruangan.
2). tentukan kapasitas fan.
3). rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan cerobong udara (ducting)atau fan yang
dipasang pada dinding/atap.
b). Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi mengikuti persyaratan.
c). Untuk mengambil perolehan kalor yang terjadi di dalam ruangan, diperlukan laju aliran udara
dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di dalam ruangan tidak
bertambah melewati harga yang diinginkan. Jumlah laju aliran udara V (m3/detik) tersebut,
dapat dihitung

Keputusan Menteri Kesehatan No.261 / MENKES /SK / I / 1998 tentang persyaratan


kesehatan lingkungan kerja, yangmenyeutkan bahwa:
1. Suhu yang diizinkan dalam ruangan adalah 21˚C sampai dengan 30˚C.
2. Kelembaban udara yang diizinkan dalam ruangan adalah 65% hingga 95 %.
3. Volume udara setiap orang adalah yang dianjurkan sebesar 0,283 cmm/ orang.

3. Perancangan Sistem Fan


Rancangan sistem fan harus memenuhi ketentuan :
a) Untuk sistem fan dengan volume tetap, daya yang dibutuhkan motor pada sistem fan
gabungan tidak melebihi 1,36 W/(m3/jam);
b) Untuk sistem fan dengan volume aliran berubah, daya yang dibutuhkan motor untuk
c) sistem fan gabungan tidak melebihi 2,12 W/(m3/jam);
d) Setiap fan pada sistem volume aliran berubah atau VAV (Variable Air Volume) dengan motor
60 kW atau lebih harus memiliki kontrol dan peralatan yang diperlukan agar fan tidak
membutuhkan daya lebih dari 50 % daya rancangan pada 50 % volume rancangan
berdasarkan data uji;
e) Ketentuan butir a, b, dan c di atas tidak berlaku untuk fan dengan daya lebih kecil dari 7,5
kw pada aliran rancangan.

2.6 Mengukur Kecepatan Dan Arah Angin


Anemometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin, dan
merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam mengetahui cuaca. Angin adalah
gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan
relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau hampir horinsontal. Masa
udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya,
sehingga dikenal adanya angin basah, angin kering dan sebagainya. Sifat-sifat ini dipengaruhi
oleh tiga hal utama, yaitu:
(1) daerah asalnya
(2) daerah yang dilewatinya
(3) lama atau jarak pergerakannya.

Dua komponen angin yang diukur ialah kecepatan dan arahnya. Kecepatan angin adalah jarak
tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per
detik (m/d), kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam
disebut juga knot (kn); 1 kn = 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j =
1,944 kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga
dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat.

3.2. Peralatan
Digital Anemometer ini digunakan untuk mengukur air flow dan air velocity. Satuan
pengukuran air flow dalam bentuk CMM atau CMF sedangkan satuan pengukuran air
velocity dalam bentuk mph, ft/min, knot, Km/h atau m/s.

3.3. Bagian-Bagian
Bagian-bagaian dari digital anemometer adalah:
1. Display
2. Tombol POWER OFF/ON
Tombol untuk mengaktifkan dan mematikan
3. Tombol HOLD
Tombol untuk menahan angka yang terekam
4. Tombol ºC / ºF
Tombol untuk memilih satuan temperatur
5. Tombol MAX/MIN
Tombol untuk merekam data pengukuran, menunjukkan nilai maksimum dan minimum
pengukuran dan untuk memasukkan luas area dalam bentuk angka desimal pada
pengukuran air flow.
6. Tombol UNIT/
Tombol untuk memilih satuan
7. Tombol VEL/FLOW
Tombol untuk memilih pengukuran air velocity atau air flow.
8. Tombol

Tombol untuk pindah ke digit berikutnya pada pengukuran air flow.

9. Tombol
Tombol untuk menaikkan nilai pada digit yang aktif pada pengukuran air flow.
10. Tombol FLOW MODE
Tombol untuk memilih jenis pengukuran air flow (2/3 V MAX MODE, AVG MODE,
INSTANT MODE).
11. Tombol AVG START
Tombol untuk mengukur air flow menggunakan AVG MODE.
12. Tombol ENTER/RESET
Tombol untuk mengakhiri pengesetan area sample pada pengukuran air flow.
13. Tombol SAMPLE AREA
Tombol untuk memasukkan luas area pada pengukuran air flow.
14. Probe Input Socket
Tempat untuk memasukkan Probe Plug.
15. RS232 Output Terminal
Tempat untuk memasukkan kabel PC.
16. Batterly Compartementl Cover
17. Vane Probe Head
18. Vane Probe Handle

3.4.Prosedur Kerja
1. Pengukuran Air Velocity
b. Pasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL
c. Menekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
d. Menekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran air velocity.
e. Menekan ºC/ºF untuk memilih satuan temperatur.
f. Menekan UNIT/ untuk memilih satuan air velocity
g. Untuk menahan nilai tekan HOLD.
h. Untuk merekam data tekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai maksimum data terekam,
menekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai minimum data terekam menekanMAX/MIN.
i. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, menekanPOWER OFF/ON untuk
mematikan.
j. Melepaskan PROBE PLUG dari PROBE INPUT TERMINAL kemudian menempatkan
pada penyimpanan.
k. Sebelum disimpan, mengeluarkan baterai dari tempatnya.
2. Pengukuran Air Flow
a. Memasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL.
b. Menekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
c. Menekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran airflow.
d. Menekan UNIT untuk memilih satuan flow air
e. Menekan SAMPLE AREA untuk memasukkan luas area pengukuran. Setelah
menekan akan muncul simbol dan digit pertama akan aktif.
Memasukkan luas area menggunakan tombol:
· : untuk menaikkan nilai pada digit yang aktif.

· UNIT/ : untuk menurunkan nilai pada digit yang aktif.


· : untuk pindah ke digit berikutnya.

· MAX/MIN : untuk memasukkan luas area dalam bentuk angka desimal.


f. Menekan FLOW MODE untuk memilih jenis pengukuran (2/3 V MAX MODE, AVG
MODE, INSTANT MODE).
g. Untuk menahan nilai tekan HOLD
h. Untuk merekam data menekan MAX/MIN, untuk melihat nilai maksimum data terekam,
menekan MAX/MIN.Untuk melihat nilai minimum data terekam menekanMAX/MIN.
i. Setelah mendapatkan data, memekan POWER OFF/ONuntuk mematikan.
j. Melepaskan PROBE PLUG dari PROBE INPUT TERMINAL kemudian menempatkan
pada penyimpanan.
k. Sebelum disimpan, mengeluarkan baterai dari tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai