KIMIA MATERIAL
ANALISIS JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh :
Feronica Purba (P2A818003)
Sugeng Triwahyudi (P2A818005)
Dosen Pengampu:
Dr. Yusnaidar, S. Si., M. Si
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah analisis jurnal ilmiah
mengenai “PembuatanBiomembran dari Batang Pisang untuk
PenyaringanTimbal”.Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Kimia
Material.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak.Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing penulis sehingga dapat
menyelasaikan tugas makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan penulisan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan Penelitian dalam Jurnal.................................................................. 3
2.2 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian............................................. 6
2.3 Prosedur Kerja..................................................................................................... 7
2.4Pembahasan dan Hasil Diskusi............................................................................. 11
2.5 Membran.............................................................................................................. 21
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan berbagai bahan
kimia. Sebagian besar dari masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari bahan-bahan
kimia tersebut, bahan kimia yang banyak digunakan didalam kehidupan sehari-hari
memang tidak memberikan akibat secara langsung dan cepat namun, membutuhkan waktu
lama.Kita mungkin tahu polimer yang merupakan suatu golongan bahan kimia yang
banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam industri.Polimer
meliputi plastik, karet, serat, dan nilon.Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk
hidup, yaitu karbohidrat (polisakarida), protein, dan asam nukleat, juga merupakan
polimer. Polimer adalah molekul besar yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia
yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara atau
hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.
Polimer didefinisikan sebagai makromolekul yang dibangun oleh pengulangan
kesatuan kimia yang kecil dan sederhana yang setara dengan monomer, yaitu bahan
pembuat polimer. Akibatnya, molekul-molekul polimer umumnya mempunyai massa
molekul yang sangat besar. Hal inilah yang menyebabkan polimer memperlihatkan sifat
sangat berbeda dari molekul-molekul biasa meskipun susunan molekulnya sama. Pada
umumnya polimer dikenal sebagai materi yang bersifat non-konduktif atau isolator.
Kemajuan dalam riset polimer telah menemukan berbagai polimer yang bersifat konduktif
maupun semikonduktif. Bahan komposit diartikan sebagai gabungan dari 2 material atau
lebih yang berbeda sifatnya dan akan membentuk sifat fisis yang baru. Komposit polimer-
karbon terbentuk dari gabungan polimer dengan karbon yang membentuk sebuah material
yang mempunyai sifat yang baru yaitu mempunyai resistansi tertentu dan nilai
resistansinya berubah apabila terkena gas. Polimer mempunyai banyak variasi sifat, dan
itulah mengapa polimer mempunyai banyak sekali kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Di era modern, hampir setiap bagian hidup manusia melibatkan polimer. Termasuk
jenis polimer antara lain plastik, elastomer, serat, cat dan bahan pelapis. Penggunaan
polimer dalam perkakas rumah tangga, alat transportasi, alat komunikasi dan alat
elektronika sangat besar cakupannya.
Maka dari itu penulis tertarik mengetahui lebih dalam lagi mengenai polimer. Penulis
pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai jurnal penelitian ilmiah mengenai
Fabrikasi Membran Bio dari Batang Pisang untuk Penghapusan Timbal.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di hasilkan rumusan masalah yaitu
1. Bagaimana pembuatanmembran bio dari batang pisang untuk penyaringan timbal ?
2. Berapa ukuran porimembran yang dihasilkan pada penyaringan larutan logam Pb ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
identifikasi, yaitu spektrum inframerah, mikroskop elektron, dan
analisis unsur. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kami
berhasil menyiapkan biomembran dengan ukuran pori 5 μm.
Efisiensi penyaringan membran yang kami siapkan adalah
93,7% Pb ketika menggunakan Pb dengan konsentrasi 10 ppm.
Penelitian ini bertujuan untuk mempersiapkan membran
Tujuan penelitian
biofilter untuk proses penghilangan Pb
Latar belakang Masalah lingkungan negara-negara berkembang (seperti
Penelitian Indonesia) bukan hanya produk kemakmuran dari industri tetapi
juga produk kemiskinan, sosio ekonomi, dan orang-orang non-
pendidikan. (Walter & Ugelow, 1979). Salah satu masalah
mendasar yang harus dipertimbangkan adalah timbal (Pb). Pb
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. (Demayo et al.,
1982). Oleh karena itu, strategi untuk menghilangkan Pb dari
pengolahan air limbah adalah penting.
Banyak metode telah disarankan sebagai pemecah
masalah untuk pengolahan air limbah. (Sucahya et al.,
2016)Salah satu metode prospektif untuk membuang
limbahUnsur dalam pengolahan air limbah adalah membran
biofilter. Biasanya, serat selulosadigunakan untuk membran
biofilter (Giorno &Drioli, 2000). Ini karena bahan inimemiliki
banyak keuntungan, seperti banyak tersedia, berat badan rendah,
biodegradable,lebih murah, terbarukan, sifat kasar rendah, sifat
khusus yang menarik, karena iniadalah limbah biomassa, dan
menunjukkan sifat mekanik yang baik. Namun, selulosaserat
juga memilikibeberapa kerugian, seperti penyerapan air, variasi
kualitas,stabilitas termal rendah, dan kompatibilitas yang buruk
denganmatriks polimer hidrofobik (Kaliaet al., 2011).
Salah satu sumber selulosa adalah limbah domestik yang
berkaitan dengan buah dansayur-mayur. (Anwar et al.,
2016)Sebagai contoh, batang pisang dapat digunakan sebagai
selulosasumber. Batang pisang sebagian besar tersedia. Jadi,
inicenderung menjadi masalah limbah. Li et Al.
menunjukkanbahwa batang pisang mengandung 39,12%
4
selulosa dan 72,71%holocellulose, di mana holocellulose
mengandung 71,76%glukosa (sebagai monomer dominan),
diikuti oleh xilosa(11,20%), arabinosa (7,34%), galaktosa
(2,02%), mannose(0,58%), dan asam galacturonic (7,09%). (Li
et al., 2010).
Pada tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat
keenamdi dunia dalam kuantitas dan nilai produksi pisang.
Pisangmewakili 35% produksi buah tropis berdasarkan
volumenyaIndonesia. Jawa Timur menyumbang 15,3% dari total
area yangdipanen ke pisang dan16% produksi.
(lihathttp://unpan1.un.org/intradoc/groups/publi c / documents /
apcity/ unpan037535.pdf) Secara umum, batang pisang adalah
sumberdaya alam yang melimpah di daerah subtropis dan tropis
danmemiliki potensi untuk menyediakan produk
yangmenguntungkan. Setelah memanen tandan pisang dari
pohon,sejumlah besar limbah biomassa tetap termasuk
batangnya. Itumenjadi sampah organik dan menyebabkan
pencemaranlingkungan. (Saba et al., 2015) Karena itu,
penggunaan limbahbatang pisangakan sangat bermanfaat bagi
lingkungan danmembawa keuntungan tambahanpetani. Dalam
aplikasikesehatan, penggunaan biomembran dalam penyaringan
air,biasanya untuk air minum, itu harus lebih aman untuk tubuh
yanghidup daripada membran polimer sintetis.
Di sini, tujuan dari penelitian ini adalah
untukmempersiapkan membran biofilter untuk Pb proses
penghilangan.Dalam studi ini, membran biofilter dihasilkan dari
batang pisang. Batang pisang dipilih karena ketersediaannya
yang melimpah di Indonesia. Dan untukBisa dibilang, batang
pisang ini bisa jadi masalah lingkungan (menjadi sampah)
karena Indonesia adalah salah satu produsen teratas di dunia.
(Chiaki et al., 2015)Singkatnyaprosedur eksperimental, kami
melakukan tiga langkah percobaan: (1) Persiapan selulosa
mikroba menggunakanAcetobacter xylinum menggunakan
batang pisang sebagai sumber utama; (2) Sintesis selulosa
5
asetat; dan (3) Persiapan biomembran dari memperoleh selulosa
asetat. Untuk menghasilkan membran biofilter, selulosa asetat
dilarutkan ke dalam diklorometana untuk membentuk larutan
obat bius. Kemudian, larutan didoping dicetak dalam cawan
Petri. Beberapa sifat biomembran dikarakterisasi, yaitu:
spektrum inframerah, mikroskop elektron, dan analisis unsur.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kitaberhasil menyiapkan
biomembran dengan ukuran pori 5 mikrometer. Filtrasi efisiensi
membran siap kami adalah 93,7% dari Pb saat menggunakan Pb
dengan konsentrasi 10 ppm.
6
2. Sintesis selulosa mikroba dari batang pisang
7
5. Persiapan dan pembuatan selulosa membran asetat
6. Karakterisasi membrane
Untuk memastikan hasilnya, kami menganalisis sampel menggunakan yang berikut
karakterisasi: Fourier Transform InfraRed (FTIR; Shimadzu Corp, Jepang), Analisis
Mikroskop Elektron Scanning, Spektroskopi Serapan Atom (AAS).Cara kerja dari masing-
masing alat pengujian tersebut dijabarkan sebagai berikut ini:
8
Secaralengkap skema SEM dijelaskan olehgambar dibawah ini:
b. Spektroskopi FTIR
Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi.
Misalkan dalam suatu percobaan berupa molekul senyawa kompleks yang ditembak
dengan energi dari sumber sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami
vibrasi. Sumber sinar yang digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri arus listrik
9
maka keramik ini dapat memancarkan infrared. Vibrasi dapat terjadi karena energi yang
berasal dari sinar infrared tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi
ataupun eksitasi elektron pada molekul senyawa yang ditembak dimana besarnya energi
vibrasi tiap atom atau molekul berbeda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan
yang menghubungkannya sehingga dihasilkan frekuaensi yang berbeda pula.FTIR
interferogramnya menggunakan mecrosem dan letak cerminnya (fixed mirror dan moving
mirror) paralel. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400 – 4000 cm-1 di mana cm-1 disebut sebagai wavenumber
(1/wavelength) yakni suatu ukuran unit untuk frekuensi. Daerah panjang gelombang yang
digunakan pada percobaan ini adalah daerah inframerah pertengahan (4.000 – 200 cm-1 ).
10
satuan massa yang lain. Dalam pengukurannya dibutuhkan sebuah kurva standar yang
elemennya adalah konsentrasi analit dibandingkan dengan nilai absorbansi
(serapan). Kurva standar dibuat menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasi zat
yang ingin diuji dengan berbagai perbedaan konsentrasi.
Gambar 2.3Alat dan Bagan Alir Kerja Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
11
diinginkan sehingga proses fermentasi. Karena itu, prosesnya akan terbebas dari
kontaminan. Chilling adalah diperlukan agar starter bakteri dapat tumbuh dengan baik
karena optimumsuhu untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah 25 ° -27 ° C. (Gillis
et al., 1989)
Selain itu, Acetobacter xylinum tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3-4 sehingga
kita perlu mengatur pH Selain menghambat pertumbuhan bakteri lain. (Gullo & Giudici,
2008).SetelahMedia fermentasi sudah siap, kemudian ditambahkan bakteri ke dalamnya
untuk peremajaan.Fermentasi dilakukan dalam botol yang disterilkan. Proses peremajaan
akan berhasil jika hanya ada lapisan tipis putih yang terbentuk di bagian atas larutan.
Dalam penelitian ini, lapisan putih terbentuk pada hari keempat, yang dapat digunakan
secara langsung untuk membuat selulosa mikroba.
12
Acetobacter xylinum starter dengan beberapa variasi volume (yaitu 100 mL, 150 mL, dan
200 mL) untuk membandingkan selulosa mikroba yang akan terbentuk.
Proses inkubasi dilakukan di ruang tertutup agar terhindar dari sinar matahari
sehingga pertumbuhan selulosa mikroba bisa efektif. Proses ini akan menghasilkan
gumpalan putih yang disebut nata dengan ketebalan sekitar 0,10 - 0,50 cm. Dalam
penelitian ini, selulosa terbentuk pada hari kesembilan dengan ketebalan 0,5 cm.
Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel (yaitu adaptasi
fase, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat,
pertumbuhan fase dan fase kematian). (Mota et al., 2013) Selama 0-24 jam, fase adaptasi
sedang berlangsung di mana pertumbuhan nata belum terjadi dan bakteri starter akan
melakukan adaptasi ke media baru. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan
sel dalam kecepatan rendah dan kemajuan hanya dalam beberapa jam.Fase eksponensial
berlangsung dalam 1-5 hari.Pada fase ini bakteri menghasilkan enzim yang disebut
polimerase ekstraseluler sebanyak untuk mengatur polimer glukosa menjadi selulosa. Ini
adalah fase yang menentukan tingkat strain Acetobacter xylinum dalam menghasilkan
nata. Ketika keseimbangan antara tumbuh dan sel mati telah diperoleh, lebih banyak nata
diproduksi.Fase ini terjadi pada hari kesembilan dari masa inkubasi.
Gambar 1 menunjukkan gambar foto selulosa mikroba. Berdasarkan Gambar 1, itu
menunjukkan bahwa variasi volume starter juga dapat mempengaruhi pembentukan
selulosayang dihasilkan. Lebih banyak starter ditambahkan ke media, pertumbuhan bakteri
akan lebih optimal. Kinerja ini bisa dilihat dari ketebalan nata yang terbentuk.
Tambahandari 200 mL bakteri starter diproduksi nata yang ketebalannya 0,5 cm dengan
struktur putih halus dan jelas bukan variasi lain dalam 100 dan 150 mL starter. Hal ini
dapat terjadi karena jumlah starter bakteri berpengaruh terhadap produksi selulosa yang
menghasilkan membran selulosa asetat.Semakin banyak volume ditambahkan, semakin
besar produksi selulase yang dihasilkan. Karena distribusi ukuran pori lebih menyebar dan
halus, ukuran pori bisa lebih padat.
Selama metabolisme yang sedang berlangsung dari Acetobacter xylinum, monomer
selulosa (dihasilkan dari sekresi bakteri) terus mengikat satu sama lain membentuk lapisan
yang terus mengentalkan yang. Semakin banyak sekresi Acetobacter xylinum, semakin
tebal selulosa yang dihasilkan dari proses fermentasi.
13
Gambar 1. Gambar foto selulosa mikroba
Dalam proses metabolisme, membran selulosa terbentuk karena aktivitas
Acetobacter xylinum terhadap gula. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan sebagai
berikut.Karbohidrat dalam medium dipecah menjadi glukosa, yang kemudian berikatan
dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) untuk membentuk prekursor penanda selulosa
oleh enzim selulosa sintetase.Selanjutnya, kami dilepaskan ke lingkungan yang
membentuk jalinan selulosa di permukaan medium.Selama metabolisme karbohidrat,
glikolisis (yang dimulai dengan konversi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat) terjadi dan
diakhiri dengan pembentukan asam piruvat). Glukosa-6-fosfat, yang terbentuk dalam
proses ini, digunakan untuk menghasilkan selulosa oleh Acetobacter xylinum.
Gambar 2.Degradasi lignin. Gambar diadopsi dari referensi (Crawford & Crawford, 1980)
14
Reaksi dengan larutan NaOH menyebabkan molekul lignin terdegradasi sebagai hasil
karena penghentian ikatan aril-eter, karbon-karbon, aril-aril dan alkil-alkil sehingga lignin
terlarut.Kehadiran lignin dalam senyawa ditandai oleh munculnya solusi kuning
gelap.Reaksi ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 3. Gambar-gambar foto Soaking Nata dengan (a) NaOH dan (b) Acetic
15
2.4.4. Sintesis selulosa asetat
Pembuatan selulosa asetat terdiri dari tiga tahap, yaitu: pembengkakan, asetilasi, dan
hidrolisis. Fase pembengkakan bertujuan untuk mengaktifkan pulpa, menggunakan asam
asetat pekat. Variasi asam asetat dengan gumpalan paling banyak dihasilkan pada variasi
1:32. Pengadukan dilakukan untuk meningkatkan luas permukaan kontak selulosa asetat
yang akan meningkatkan reaktivitas selulosa asetat terhadap reaksi asetilasi.
Penambahan asam sulfat glasial dalam reaksi berfungsi sebagai katalis. Proses
asetilasi juga bertujuan untuk memperkecil ukuran pori, karena ukuran pori rata-rata akan
lebih kecil sejalan dengan meningkatnya reaksi produk. Asetilasi periode panjang dapat
menyebabkan selulosa dan selulosa asetat terdegradasi, mengakibatkan rumpun
turun.Kemudian ditambahkan air suling ke dalam selulosa asetil.Fase ini disebut tahap
hidrolisis yang bertujuan untuk mendegradasi asam asetat glasial menjadi asam
asetat.Hasil akhir dari presipitasi ini adalah gumpalan putih kekuningan selulosa asetat
seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil tahap pembengkakan dengan (a) asam asetat glasial; (B) asetilasi oleh
asam sulfat pekat; (c) hidrolisis dengan air suling
16
dengan airsuling bertujuan untuk mengurangi bau dan kandungan asamnya.Hasilnya dapat
dilihat padaGambar 5.
Dalam proses shapping membrane, kami menggunakan lapisan pendukung polyester.
Membran selulosa asetat dengan lapisan pendukung poliester memiliki kekuatan yang
lebih baik daripada tanpanya.Penambahan koagulan 2-propanol bertujuan untuk
mendapatkan struktur membran yang lebih padat.Sementara itu, mencuci dengan air
mengalir bertujuan untuk menghilangkan semua sisa pelarut dan aditif.
17
CO ester. Selain itu, hasil FTIR selulosa asetat juga menunjukkan gugus fungsi karbonil C
= O dan CO ester. Kelompok-kelompok ini signifikan untuk selulosa asetat, sementara ini
puncak dalam selulosa mikroba tidak memeriksa.Ini membuktikan bahwa selulosa telah
berubah menjadi selulosa asetat. Selain itu, spektrum FTIR selulosa asetat melebar tajam,
khususnya pada puncak dalam panjang gelombang 3433,29 cm-1, yang menunjukkan
adanya gugus hidroksil (-OH).
Pada 1724,36, 1232,51, dan 3350,35 cm-1, ada puncak dan intensitas yang berbeda.
Tiga spektrum menunjukkan perbedaan pita absorpsi secara signifikan pada bilangan
gelombang 1724,36 cm-1, menunjukkan gugus karbonil dan serapan C = O. Hal ini
18
disebabkan faktor pengaruh pelarut yang menyebabkan selulosa terikat satu sama lain
untuk membentuk serat yang sangat kuat.
Gambar 9. Gambar SEM dari permukaan membran dengan pembesaran 5000 x. Angka (a),
(b), dan (c) adalah selulosa mikroba, selulosa asetat, dan biomembran. selulosa asetat,
19
Gambar 10. Kurva standardisasi Pb terhadap absorpsi
Tabel 1 menunjukkan hasil analisis AAS. Sampel terdiri dari beberapa konsentrasi
pakan, tergantung pada konsentrasi larutan Pb. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1,
konsentrasi optimum untuk filtrasi logam Pb adalah 10 ppm konsentrasi pakan. Hal ini
disebabkan konsentrasi pakan biomembran lainnya (yaitu 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm)
telah jenuh. Ini karena konsentrasi zat terlarut telah tersuspensi di permukaan membran
dan terakumulasi kemudian.Alasan utamanya bisa dijelaskan berikut ini.Pb konsentrasi di
sisi atas lapisan membran (antara larutan dan permukaan membran) meningkat dan diikuti
oleh penurunan permeabilitas air.Hal ini menyebabkan tersumbatnya permukaan membran
yang ditandai oleh penurunan kemampuan filtrasi membran terhadap larutan Pb.
20
Tablet 1. Hasil analisis AAS filtrat logam Pb menggunakan biomembran
Kurva efisiensi Pb Metal Filtration dapat dilihat pada Gambar 12. Kami menemukan
bahwa kinerja filtrasi terbaik adalah ketika melakukan biomembran pada 10 ppm
konsentrasi logam Pb. Tingkat efisiensi dalam kondisi maksimum adalah sekitar 93,70%.
2.5. Membran
A. Pengertian Membran
Membran berasal dari bahasa Latin “membrana” yang berarti kulit kertas. Saat ini
kata “membran” telah diperluas untuk menggambarkan suatu lembaran tipis fleksibel atau
film, bertindak sebagai pemisah selektif antara dua fase karena bersifat semipermeabel.
Proses pemisahan membran berupa perpindahan materi secara selektif karena daya
dorong atau penggerak yang berupa perbedaan konsentrasi, tekanan, potensial listrik,
atau suhu. Proses pemisahan dengan menggunakan membran ada pemisahan fasa cair-cair
umumnya didasarkan atas ukuran partikel dan beda muatan dengan gaya dorong (diving
force) berupa perbedaan temperatur ( ∆T ), perbedaan tekanan (∆P) perbedaan konsentrasi
(∆C ), perbedaaan energi (∆E), dan medan listrik. Hasil pemisahan berupa retentat (bagian
dari campuran yang melewati membran).
21
Berdasarkan asalnya membran dibagi menjadi membran alami dan sintetik.
Membran alami biasanya dibuat dari selulosa dan derivatnya seperti selulosa nitrat dan
selulosa asetat.Sedangkan contoh membran sintetik seperti poliamida, polisulfon dan
polikarbonat.Berdasarkan struktur dan prinsip pemisahannya, membran dapat dibagi
menjadi :
a. Membranberpori
Membran jenis ini memiliki ruang terbuka atau kosong, terdapat berbagai macam
jenis pori dalam membran. Pemisahan menggunakan membran ini berdasarkan ukuran
pori. Selektivitas ditentukan lewat hubungan antara ukuran pori dan ukuran partikel yang
dipisahkan. Jenis membran ini biasanya digunakan untuk pemisahan mikrofiltrasi dan
utrafiltrasi. Berdasarkan ukuran kerapatan pori, membran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Makropori : membran dengan ukuran pori > 50nm,
2. Mesopori : membran dengan ukuran pori antara 2 – 50 nm,
3. Mikropori : membran dengan ukuran pori < 2 nm (Mulder,1996).
b. Membrannon-pori
Membran non-pori dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang
sama baik, baik gas maupun cairan. Membran non-pori berupa lapisan tipis dengan ukuran
pori kurang dari 0,001 µm dan kerapatan pori rendah. Membran ini dapat memisahkan
spesi yang memiliki ukuran sangat kecil yang tidak dapat dipisahkan oleh membran
berpori.Membran non-pori digunakan untuk pemisahan gas dan pervaporasi, jenis
membran dapat berupa membran komposit atau membran asimetrik, pemisahannnya
berdasarkan pada kelarutan dan perbedaaan kecepatan difusi dari partikel.
22
Berdasarkan geometri porinya, membran dibedakan atas membran asimetrik dan
simetrik.
1) Membransimetrik
Membran ini mengandung pori dengan ketebalan 10-200 µm. Membran ini memiliki
struktur pori yang homogen di seluruh bagian membran. Jenis membran ini kurang efektif
karena memungkinkan lebih cepat terjadinya penyumbatan pori dan mengakibatkan
fouling atau penyumbatan pori pada penggunanya.
2) Membranasimetrik
Membran ini terdiri dari dua lapisan, yaitu kulit yang tipis dan rapat
denganketebalan0,1-0,5µmdanlapisanpendukungberporibesardenganketebalan 50-150 µm.
Membran asimetrik menghasilkan selektivitas yang lebih tinggi disebabkan oleh rapatnya
lapisan atas membran dan mempunyai kecepatan permeasi yang tinggi karena tipisnya
membran. Tingginya laju filtrasi pada membran asimetrik ini disebabkan mekanisme
penyaringan permukaan.Partikel yang ditolak tertahan pada permukaan membran (Mulder,
1996). Tingkat pemisahan membran asimetrik jauh lebih tinggi dari pada membran
simetrik pada ketebalan yang sama. Hal ini disebabkan karena pada membran
simetrik, partikel yang melewati pori akan menyumbat pori-pori membran sehingga
penyaringan membran menurun drastis (Mulder,1996).
23
Berdasarkan sistem operasinya dibedakan atas system dead-end dan crossflow.
Gambaran mengenai system dead-end dan crossflow dapat dilihat pada gambar berikut :
a. Mikrofiltrasi
Membran mikrofiltrasi (MF) dapat dibedakan dari membran reverse osmosis (RO)
dan ultrafiltrasi (UF) berdasarkan ukuran partikel yang dipisahkannya. Pada membran
mikrofiltrasi, garam-garam tidak dapat direjeksioleh membran. Proses filtrasi dapat
dilaksanakan pada tekanan relatif rendah yaitu di bawah 2 bar. Membran mikrofiltrasi
dapat dibuat dari berbagai macam material baik organik maupun anorganik. Membran
anorganik banyak digunakan karena ketahananya pada suhu tinggi. Beberapa teknik yang
digunakan untuk membuat membran antara lain sintering, track atching, stretching, dan
phase inversion.
b. Ultrafiltrasi
24
Proses ultrafiltrasi berada diantara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Ukuran pori
membran berkisar antara 1 µm sampai 1 nm. Ultrafiltrasi digunakan untuk memisahkan
makromolekul dan koloid dari larutannya. Membran ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi
merupakan membran berpori dimana rejeksi zat terlarut sangat dipengaruhi oleh ukuran
dan berat zat terlarut relatif terhadap ukuran pori membran. Ukuran molekul yang dapat
lolos melewati membraneultrafiltrasi berkisar antara 104-108 dalton (Mulder, 1996).
Proses ultrafiltrasi (UF) berada diantara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Ukuran
pori membran berkisar antara 0,05 µm sampai 1 nm. Karakteristik membran umumnya
dinyatakan dalam Molecular Weight Cut Off(MWCO), atau berat molekul yang ditolak
oleh membran. Berat Molekul yang dapat ditolak oleh membran ultrafiltrasi berkisar
antara 104-108 Dalton. Padaprinsipnya membran ultrafiltrasi digunakan untuk memisahkan
makromolekul dan koloid dari larutannya. Membran ini merupakan membran berpori di
mana rejeksi zat terlarut sangat dipengaruhi oleh ukuran dan berat zat terlarut relatif
terhadap ukuran pori membran. Transport pelarut secara langsung berhubungan dengan
besarnya tekanan yang diberikan. Membran ultrafiltrasi mempunyai struktur yang
asimetrik dengan lapisan atas yang lebih padat (ukuran pori lebih kecil dan porositas
permukaan lebih rendah) sehingga mengakibatkan ketahanan hidrodinamiknya lebih tinggi
(Widayanti, N;2013).
Secara komersial membran-membran ultrafiltrasi biasanya dibuat dari material-
material polimer dan teknik yang digunakan adalah teknik inversi fasa. Polimer yang
umum digunakan antara lain polimida, polisulfon, selulosa asetat dan lain sebagainya.
Pada prinsipnya proses membran ultrafiltrasi telah banyak digunakan untuk memisahkan
molekul-molekul besar dari moleku- molekul kecil. Aplikasinya banyak ditemukan dalam
berbagai bidang industri seperti makanan, tekstil, farmasi, industri kertas, dan masih
banyak lagi yang lain (Mulder,1996).
c. ReverseOsmosis
Membran reverse osmosis (osmosis balik) digunakan untuk memisahkan zat terlarut
yang memiliki berat molekul yang rendah seperti garam anorganik atau molekul organik
kecil seperti glukosa dan sukrosa dari larutannya. Membran yang lebih dense (ukuran pori
lebih kecil dan porositas permukaan lebih rendah) denga tahanan hidrodinamik yang lebih
besar diperlukan pada proses ini. hal ini menyebabkan tekanan operasi pada osmosis balik
akan sangat besar untuk menghasilkan fluks yang sama dengan proses mikrofiltrasi dan
ultrafiltrasi. Untuk itu pada umumnya, membran osmosis balik memiliki sruktur asimetrik
25
dengan lapisan atas yang tipis dan padat serta matriks penyokong dengan tebal 50 sampai
150 µm. Tahanan ditentukan oleh lapisan atas yang rapat (Widayanti, N; 2013).
a. Sintering
Sintering adalah teknik yang sangat sederhana, bisa dilakukan baik pada bahan
anorganik maupun organik. Bubuk dengan ukuran tertentu dikompresi
dandisinteringpadatemperaturtinggi.Selamasinteringantarmukaantarapartikel yang
berkontak hilang m\embentuk pori. Teknik ini menghasilkan membran dengan ukuran pori
0,1 sampai 10 µm.
b. Stretching
Stretching adalah suatu metode pembuatan membran dimana film yang telah
diekstrusi atau foil yang dibuat dari bahan polimer semi kristalin ditarik searah proses
ekstruksi sehingga molekul-molekul kristalnya akan terletak paralel satu sama lain. Jika
stress mekanik diaplikasikan maka akan terjadi pemutusan dan terbentuk struktur pori
dengan ukuran 0,1 sampai 0,3µm.
c. Track-Etching
Track-Etching merupakan metode dimana film atau foil ditembak oleh parikel radiasi
berenergi tinggi tegak lurus ke arah film. Partikel akan merusak matriks polimer dan
membentuk suatu lintasan. Film kemudian dimasukkan ke dalam bak asam atau basa dan
matriks polimer akan membentuk goresan sepanjang lintasan untuk selanjutnya
membentuk pori silinder yang sama dengan distribusi pori yang sempit.
d. Template-Leaching
Template-Leaching merupakan suatu teknik lain untuk membuat membran berpori
yaitu dengan cara melepaskan salah satu komponen (leaching). Membran gelas berpori
dapat dibuat dengan caraini.
e. Inversifasa
26
Inversi fasa merupakan salah satu metode pembuatan membran. Inversi fasa adalah suatu
proses pengubahan bentuk polimer dari fasa cair menjadi padatan dengan kondisi
terkendali. Proses pemadatan (solidifikasi) ini diawali dengan transisi dari fasa cair ke
fasa dua cairan (liquid-liquid demixing). Tahap tertentu selama proses demixing, salah
satu fasa cair (fasa polimer konsentrasi tinggi) akan memadat sehingga akan terbentuk
matrikspadat.
3. Komposisi pelarut
Komposisi pelarut merupakan parameter lain yang sangat mempengaruhi jenis
struktur membran yang terbentuk. Pembuatan membran selulosa asetat dapat
menggunakan dua macam pelarut.Sistem selulosa asetat/aseton/air menghasilkan tipe
membran yang mempunyai tipe membran yang rapat (Widayanti, N; 2013).
Beberapa pelarut yang digunakan untuk pembuatan membran selulosa asetat yaitu
dimetil formamida (DMF), dimetil asetamida (DMAc), aseton, dioksan, tetrahidrofuran
27
(THF), asam asetat (HAc), asam format, aseton dan dimetil sulfoksida (DMSO). Polimer
harus larut secara sempurna oleh pelarut.Semakin dekat harga parameter kelarutan antara
polimer dan pelarut (selisih (∆δ (tabel 2.1)) parameter kelarutan antara polimer dan pelarut
semakin kecil) maka kelarutannya makin baik.Kelarutan itu dapat dilihat dari harga
parameter kelarutan. Nilai parameter kelarutan untuk selulosa asetat adalah 19,96MPa1/2.
Parameter kelarutan beberapa pelarut selulosa asetat ditunjukkan pada tabel :
Tabel Parameter Kelarutan
4. Komposisi bakkoagulasi
Penambahan pelarut ke dalam bak koagulasi adalah parameter lain yang sangat
mempengaruhi jenis struktur membran yang terbentuk. Jumlah pelarut maksimum yang
dapat ditambahkan ditentukan oleh posisi binodal. Seperti gambar 2.2, saat binodal
berganti arah mendekati sumbu polimer/pelarut, maka pelarut yang dapat ditambahkan ke
dalam bak koagulasi akan lebih banyak. Jika bak koagulasi hanya mengandung air murni,
instantaneous demixing akan terjadi karena jalur komposisi awal akan memotongbinodal.
5. Komposisi larutanpolimer
Komposisi larutan polimer harus tetap berada pada satu fasa sehingga tidak terjadi
demixing, sehingga penambahan bahan lain dalam larutan polimer akan mempengaruhi
struktur membran. Penambahan air sebagai non pelarut ke dalam larutan polimer
menyebabkan terjadinya peristiwainstantaneous demixing. Apabila larutan polimer tidak
28
mengandung air pembentukan membran
terjadimelaluimekanismepemisahantertunda(delayeddemixing)sehinggadiperoleh membran
non porous (Mulder, 1996).
7. Penambahanaditif
Aditif memiliki fungsi yang spesifik. Fungsi tersebut meliputi perlindungan terhadap
pengaruh lingkungan seperti penolak nyala, penyerap radiasi ultrafiolet, antioksidan,
antiozon (stabilitas termal dan kimia), mempemudah pemrosesan, memperbaiki kekuatan
mekaniknya (Widayanti, N ; 2013). Efek aditif pada larutan casting tergantung pada
sejauh mana pengaruh aditif pada tingkat pengendapan dalam hal ini aditif yang dimaksud
ialah MSG. Aditif dalam larutan casting meningkatkan tingkat pengendapan, tetapi jika
aditif, misalnya untuk benzene ada dalam larutan casting akan cenderung untuk
mengurangi tingkat pengendapan. Oleh karena itu mendukung struktur spons (Idris
etal.,2008).
D. KarakterisasiMembran
Karakterisasi pada membran diklasifikasikan menjadi beberapa uji, yaitu :
1. FluksMembran
Kinerja suatu membran ditentukan oleh dua parameter, fluks dan selektifitas.Fluks
volume adalah jumlah volume permeat yang diperoleh pada operasi membran persatuan
waktu dan satuan luas permukaan membran. Permeabilitas akan menentukan harga fluks
yang merupakan volume permeat yang melewati tiap satuan luas permukaan membran per
satuan waktu. Fluks volume dirumuskan pada persamaan2.1
(2.1)
Dimana :
= fluks volume (L/m2 .Jam) V = volume permeat(L)
29
A = luas permukaan(m2)
t = waktu(Jam)
2. Selektifitasmembran
Selektifitas membran terhadap campuran secara umum dinyatakan oleh satu dari dua
parameter yaitu koefisien rejeksi (R) dan faktor pemisahan (α).Campuran larutan encer
yang terdiri dari pelarut (sebagian besar air) dan zat terlarut lebih sesuai dengan retensi
terhadap terlarut.Zat terlarut sebagian atau secara sempurna ditahan sedang molekul
pelarut air dengan bebas melalui membran.Rejeksi dinyatakan dalam persamaan 2.3.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran penulis adalah hendaknya penulis menambahkan referensi yang relevan lagi
mengenai materi pendukung jurnal polimerisasi terutama sumber berbahasa indonesia.
Semoga kedepannya makin banyak referensi yang lebih baik sertal lebih mudah dipahami.
31