Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KIMIA MATERIAL
ANALISIS JURNAL ILMIAH

Fabrication of Biomembrane from Banana Stem for Lead Removal

(PembuatanBiomembran dari Batang Pisang untuk Penyaringan Timbal)

Disusun Oleh :
Feronica Purba (P2A818003)
Sugeng Triwahyudi (P2A818005)

Dosen Pengampu:
Dr. Yusnaidar, S. Si., M. Si

MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah analisis jurnal ilmiah
mengenai “PembuatanBiomembran dari Batang Pisang untuk
PenyaringanTimbal”.Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas pada mata kuliah Kimia
Material.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak.Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing penulis sehingga dapat
menyelasaikan tugas makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jambi, Oktober 2018

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan penulisan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan Penelitian dalam Jurnal.................................................................. 3
2.2 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian............................................. 6
2.3 Prosedur Kerja..................................................................................................... 7
2.4Pembahasan dan Hasil Diskusi............................................................................. 11
2.5 Membran.............................................................................................................. 21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 30
3.2 Saran ................................................................................................................... 30

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan berbagai bahan
kimia. Sebagian besar dari masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari bahan-bahan
kimia tersebut, bahan kimia yang banyak digunakan didalam kehidupan sehari-hari
memang tidak memberikan akibat secara langsung dan cepat namun, membutuhkan waktu
lama.Kita mungkin tahu polimer yang merupakan suatu golongan bahan kimia yang
banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari maupun dalam industri.Polimer
meliputi plastik, karet, serat, dan nilon.Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk
hidup, yaitu karbohidrat (polisakarida), protein, dan asam nukleat, juga merupakan
polimer. Polimer adalah molekul besar yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia
yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara atau
hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.
Polimer didefinisikan sebagai makromolekul yang dibangun oleh pengulangan
kesatuan kimia yang kecil dan sederhana yang setara dengan monomer, yaitu bahan
pembuat polimer. Akibatnya, molekul-molekul polimer umumnya mempunyai massa
molekul yang sangat besar. Hal inilah yang menyebabkan polimer memperlihatkan sifat
sangat berbeda dari molekul-molekul biasa meskipun susunan molekulnya sama. Pada
umumnya polimer dikenal sebagai materi yang bersifat non-konduktif atau isolator.
Kemajuan dalam riset polimer telah menemukan berbagai polimer yang bersifat konduktif
maupun semikonduktif. Bahan komposit diartikan sebagai gabungan dari 2 material atau
lebih yang berbeda sifatnya dan akan membentuk sifat fisis yang baru. Komposit polimer-
karbon terbentuk dari gabungan polimer dengan karbon yang membentuk sebuah material
yang mempunyai sifat yang baru yaitu mempunyai resistansi tertentu dan nilai
resistansinya berubah apabila terkena gas. Polimer mempunyai banyak variasi sifat, dan
itulah mengapa polimer mempunyai banyak sekali kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Di era modern, hampir setiap bagian hidup manusia melibatkan polimer. Termasuk
jenis polimer antara lain plastik, elastomer, serat, cat dan bahan pelapis. Penggunaan
polimer dalam perkakas rumah tangga, alat transportasi, alat komunikasi dan alat
elektronika sangat besar cakupannya.
Maka dari itu penulis tertarik mengetahui lebih dalam lagi mengenai polimer. Penulis
pada kesempatan kali ini akan membahas mengenai jurnal penelitian ilmiah mengenai
Fabrikasi Membran Bio dari Batang Pisang untuk Penghapusan Timbal.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di hasilkan rumusan masalah yaitu
1. Bagaimana pembuatanmembran bio dari batang pisang untuk penyaringan timbal ?
2. Berapa ukuran porimembran yang dihasilkan pada penyaringan larutan logam Pb ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dihasilkan tujuan penulisan yaitu
1. Untuk mengetahui pembuatanmembran bio dari batang pisang untuk
penyaringantimbal.
2. Untuk mengetahui ukuran pori membran yang dihasilkan pada penyaringan larutan
logam Pb

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pendahuluan Penelitian dalam Jurnal


Berikut profil mengenai jurnal yang dibahas :

Fabrication of Biomembrane from Banana Stem for


Judul jurnal LeadRemoval(PembuatanBiomembran dari Batang Pisang
untuk penyaringan Timbal)
1. Afianti Sulastri
Penulis
2. Lena Rahmidar
Negara Asal Jurnal Indonesia
http://ejournal.upi.edu/index.php/ijost/ (Indonesian Journal of
Publlisher
Science & Technology)
http://dx.doi.org/10.17509/ijost.v1i1
DOI
p- ISSN 2528-1410 e- ISSN 2527-8045
Tahun terbit 29 Maret 2016 (Online)
Abstrak Logam berat (yaitu timbal (Pb)) adalah salah satu
masalah lingkungan baru-baru ini karena bahaya bagi kesehatan
manusia. Oleh karena itu, strategi untuk menghilangkan Pb dari
pengolahan air limbah adalah penting. Salah satu metode
prospektif untuk menghilangkan Pb adalah membran biofilter.
Di sini, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempersiapkan
membran biofilter untuk proses penghilangan Pb. Dalam studi
ini, membran biofilter dihasilkan dari batang pisang. Batang
pisang dipilih karena ketersediaannya yang melimpah di
Indonesia. Danuntuk sedikit batang pisang ini bisa menjadi
masalah lingkungan (menjadi limbah) karena Indonesia adalah
salah satu produsen teratas di dunia. Singkatnya prosedur
eksperimental, kami melakukan tiga langkah percobaan: (1)
Persiapan selulosa mikroba menggunakan Acetobacter xylinum
menggunakan batang pisang sebagai sumber utama; (2) Sintesis
selulosa asetat; dan (3) Persiapan biomembran dari memperoleh
selulosa asetat. Untuk menghasilkan membran biofilter, selulosa
asetat dilarutkan ke dalam diklorometana untuk membentuk
larutan obat bius. Kemudian, larutan didoping dicetak dalam
cawan Petri. Beberapa sifat biomembran dikarakterisasi untuk

3
identifikasi, yaitu spektrum inframerah, mikroskop elektron, dan
analisis unsur. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kami
berhasil menyiapkan biomembran dengan ukuran pori 5 μm.
Efisiensi penyaringan membran yang kami siapkan adalah
93,7% Pb ketika menggunakan Pb dengan konsentrasi 10 ppm.
Penelitian ini bertujuan untuk mempersiapkan membran
Tujuan penelitian
biofilter untuk proses penghilangan Pb
Latar belakang Masalah lingkungan negara-negara berkembang (seperti
Penelitian Indonesia) bukan hanya produk kemakmuran dari industri tetapi
juga produk kemiskinan, sosio ekonomi, dan orang-orang non-
pendidikan. (Walter & Ugelow, 1979). Salah satu masalah
mendasar yang harus dipertimbangkan adalah timbal (Pb). Pb
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. (Demayo et al.,
1982). Oleh karena itu, strategi untuk menghilangkan Pb dari
pengolahan air limbah adalah penting.
Banyak metode telah disarankan sebagai pemecah
masalah untuk pengolahan air limbah. (Sucahya et al.,
2016)Salah satu metode prospektif untuk membuang
limbahUnsur dalam pengolahan air limbah adalah membran
biofilter. Biasanya, serat selulosadigunakan untuk membran
biofilter (Giorno &Drioli, 2000). Ini karena bahan inimemiliki
banyak keuntungan, seperti banyak tersedia, berat badan rendah,
biodegradable,lebih murah, terbarukan, sifat kasar rendah, sifat
khusus yang menarik, karena iniadalah limbah biomassa, dan
menunjukkan sifat mekanik yang baik. Namun, selulosaserat
juga memilikibeberapa kerugian, seperti penyerapan air, variasi
kualitas,stabilitas termal rendah, dan kompatibilitas yang buruk
denganmatriks polimer hidrofobik (Kaliaet al., 2011).
Salah satu sumber selulosa adalah limbah domestik yang
berkaitan dengan buah dansayur-mayur. (Anwar et al.,
2016)Sebagai contoh, batang pisang dapat digunakan sebagai
selulosasumber. Batang pisang sebagian besar tersedia. Jadi,
inicenderung menjadi masalah limbah. Li et Al.
menunjukkanbahwa batang pisang mengandung 39,12%

4
selulosa dan 72,71%holocellulose, di mana holocellulose
mengandung 71,76%glukosa (sebagai monomer dominan),
diikuti oleh xilosa(11,20%), arabinosa (7,34%), galaktosa
(2,02%), mannose(0,58%), dan asam galacturonic (7,09%). (Li
et al., 2010).
Pada tahun 2010, Indonesia menduduki peringkat
keenamdi dunia dalam kuantitas dan nilai produksi pisang.
Pisangmewakili 35% produksi buah tropis berdasarkan
volumenyaIndonesia. Jawa Timur menyumbang 15,3% dari total
area yangdipanen ke pisang dan16% produksi.
(lihathttp://unpan1.un.org/intradoc/groups/publi c / documents /
apcity/ unpan037535.pdf) Secara umum, batang pisang adalah
sumberdaya alam yang melimpah di daerah subtropis dan tropis
danmemiliki potensi untuk menyediakan produk
yangmenguntungkan. Setelah memanen tandan pisang dari
pohon,sejumlah besar limbah biomassa tetap termasuk
batangnya. Itumenjadi sampah organik dan menyebabkan
pencemaranlingkungan. (Saba et al., 2015) Karena itu,
penggunaan limbahbatang pisangakan sangat bermanfaat bagi
lingkungan danmembawa keuntungan tambahanpetani. Dalam
aplikasikesehatan, penggunaan biomembran dalam penyaringan
air,biasanya untuk air minum, itu harus lebih aman untuk tubuh
yanghidup daripada membran polimer sintetis.
Di sini, tujuan dari penelitian ini adalah
untukmempersiapkan membran biofilter untuk Pb proses
penghilangan.Dalam studi ini, membran biofilter dihasilkan dari
batang pisang. Batang pisang dipilih karena ketersediaannya
yang melimpah di Indonesia. Dan untukBisa dibilang, batang
pisang ini bisa jadi masalah lingkungan (menjadi sampah)
karena Indonesia adalah salah satu produsen teratas di dunia.
(Chiaki et al., 2015)Singkatnyaprosedur eksperimental, kami
melakukan tiga langkah percobaan: (1) Persiapan selulosa
mikroba menggunakanAcetobacter xylinum menggunakan
batang pisang sebagai sumber utama; (2) Sintesis selulosa

5
asetat; dan (3) Persiapan biomembran dari memperoleh selulosa
asetat. Untuk menghasilkan membran biofilter, selulosa asetat
dilarutkan ke dalam diklorometana untuk membentuk larutan
obat bius. Kemudian, larutan didoping dicetak dalam cawan
Petri. Beberapa sifat biomembran dikarakterisasi, yaitu:
spektrum inframerah, mikroskop elektron, dan analisis unsur.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kitaberhasil menyiapkan
biomembran dengan ukuran pori 5 mikrometer. Filtrasi efisiensi
membran siap kami adalah 93,7% dari Pb saat menggunakan Pb
dengan konsentrasi 10 ppm.

2.2. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian


a. Alat yang digunakan
1. Gelas kimia
2. Panci 400 mL
3. Autoklaf
4. Oven
5. SEM (Scanning Electron Microscope)
6. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
7. FTIR spektrofotometer (Fourier Transform InfraRed)
b. Bahan yang digunakan

1. Batang pisang 9. Etanol 70%


2. Air kelapa 10. Timbal nitrat
3. Murni komersial gula 11. Diklorometana
4. Urea 12. 2-propanol
5. Amonium sulfat 13. Kertas saring
6. Natrium hidroksida 14. Air suling
7. Asam asetat glasial 15. Acetobacter xylinum
8. Asam sulfat

2.3. Prosedur Kerja


1. Peremajaan Starter dari Acetobacter xylinum

6
2. Sintesis selulosa mikroba dari batang pisang

3. Pemurnian selulosa mikroba

4. Sintesis selulosa asetat

7
5. Persiapan dan pembuatan selulosa membran asetat

6. Karakterisasi membrane
Untuk memastikan hasilnya, kami menganalisis sampel menggunakan yang berikut
karakterisasi: Fourier Transform InfraRed (FTIR; Shimadzu Corp, Jepang), Analisis
Mikroskop Elektron Scanning, Spektroskopi Serapan Atom (AAS).Cara kerja dari masing-
masing alat pengujian tersebut dijabarkan sebagai berikut ini:

a. Scanning Electron Microscope (SEM)


Scanning Electron Microscope (SEM) adalah sebuah mikroskop elektron yang
didesain untuk mengamati permukaan objek solid secara langsung. SEM memiliki
perbesaran 10 – 3.000.000 kali, depth of field 4 – 0.4 mm dan resolusi sebesar 1 – 10
nm.Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field yang besar, resolusi yang baik,
kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM
banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industri (Prasetyo, 2011).

8
Secaralengkap skema SEM dijelaskan olehgambar dibawah ini:

Gambar 2.1 Alat Dan Mekanisme Kerja SEM

Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:


1. Electron gun menghasilkan electron beam dari filamen. Pada umumnya
electron gunyang digunakan adalahtungsten hairpin gundengan
filamenberupalilitantungstenyangberfungsisebagaikatoda.Teganganyang diberikan
kepada lilitan mengakibatkanterjadinya pemanasan. Anoda
kemudianakanmembentukgayayang dapatmenarikelektronmelajumenuju ke anoda.
2. Lensamagnetikmemfokuskanelektronmenujusuatutitikpadapermukaan sampel.
3. Sinar elektronyang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel, maka akan terjadi hamburan elektron, baik
Secondary Electron (SE)atau Back Scattered Electron (BSE)dari
permukaansampeldanakandideteksioleh detektor dandimunculkan dalam bentuk
gambar padamonitorCRT.

b. Spektroskopi FTIR
Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi.
Misalkan dalam suatu percobaan berupa molekul senyawa kompleks yang ditembak
dengan energi dari sumber sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami
vibrasi. Sumber sinar yang digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri arus listrik

9
maka keramik ini dapat memancarkan infrared. Vibrasi dapat terjadi karena energi yang
berasal dari sinar infrared tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi
ataupun eksitasi elektron pada molekul senyawa yang ditembak dimana besarnya energi
vibrasi tiap atom atau molekul berbeda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan
yang menghubungkannya sehingga dihasilkan frekuaensi yang berbeda pula.FTIR
interferogramnya menggunakan mecrosem dan letak cerminnya (fixed mirror dan moving
mirror) paralel. Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada
rentang frekuensi 400 – 4000 cm-1 di mana cm-1 disebut sebagai wavenumber
(1/wavelength) yakni suatu ukuran unit untuk frekuensi. Daerah panjang gelombang yang
digunakan pada percobaan ini adalah daerah inframerah pertengahan (4.000 – 200 cm-1 ).

Gambar 2.2 Alat dan Cara Kerja Spektrofotometer FT-IR

c. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)


Spektroskopi serapan atom (bahasa Inggris: atomic absorption spectroscopy)
merupakan prosedur dalam kimia analisis yang menggunakan prinsip energi yang diserap
atom. Atom yang menyerap radiasi akan menimbulkan keadaan energi elektronik
terekesitasi. Teknik ini dikenalkan oleh ahli kimia Australia pada tahun 1955 yang
dipimpin oleh Alan Walsh dan oleh Alkemade danMillatz di Belanda. Komersialisasi
pertama kali dilakukan pada tahun 1959, dan banyak sekali
yangmenggunakannya.Permasalahan yang terjadi sebelum tahun tersebut adalah sifat atom
menciptakan garis absorpsi yang sangat dangkal.
Spektroskopi serapan atom digunakan untuk menganalisis konsentrasi analit dalam
sampel. Elektron pada atom akan tereksitasi pada orbital yang lebih tinggi dalam waktu
singkat dengan menyerap energi (radiasi pada panjang gelombang tertentu). Secara umum,
setiap panjang gelombang akan bereaksi pada satu jenis elemen sehingga inilah yang
menjadi kelemahan penggunaan alat ini. Selisih nilai absorbansi blanko (tanpa sampel
yang ditargetkan) dibandingkan dengan sampel uji merupakan nilai konsentrasi zat target
yang diinginkan. Ketika nilai konsentrasi sudah diketahui, maka dapat diketahui

10
satuan massa yang lain. Dalam pengukurannya dibutuhkan sebuah kurva standar yang
elemennya adalah konsentrasi analit dibandingkan dengan nilai absorbansi
(serapan). Kurva standar dibuat menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasi zat
yang ingin diuji dengan berbagai perbedaan konsentrasi.

Gambar 2.3Alat dan Bagan Alir Kerja Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

2.4. Pembahasan dan Hasil Diskusi


2.4.1. Peremajaan Starter dari Acetobacter xylinum
Peremajaan bertujuan untuk mengaktifkan kembali bakteri yang telah disimpan
lama.Peremajaan starter dilakukan dengan menggunakan starter air kelapa, gula, urea
danAcetobacter xylinum.Dalam penelitian ini, air kelapa digunakan untuk
mediapertumbuhan karena mengandung banyak nutrisi yang diperlukan oleh bakteri.
(Persyaratan, 1985) Air kelapa dibersihkan dari kontaminan melaluipenyaringan.
Nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri diberikan oleh sukrosa (sebagai
sumber karbon) dan urea (sebagai sumber nitrogen). Merebus dan mengaduk
dilakukan untuk memberikan pencampuran dan untuk mempercepat proses pengenceran
zat.Proses pencampuran ini juga digunakan untuk membunuh sel-sel bakteri yang tidak

11
diinginkan sehingga proses fermentasi. Karena itu, prosesnya akan terbebas dari
kontaminan. Chilling adalah diperlukan agar starter bakteri dapat tumbuh dengan baik
karena optimumsuhu untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum adalah 25 ° -27 ° C. (Gillis
et al., 1989)
Selain itu, Acetobacter xylinum tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3-4 sehingga
kita perlu mengatur pH Selain menghambat pertumbuhan bakteri lain. (Gullo & Giudici,
2008).SetelahMedia fermentasi sudah siap, kemudian ditambahkan bakteri ke dalamnya
untuk peremajaan.Fermentasi dilakukan dalam botol yang disterilkan. Proses peremajaan
akan berhasil jika hanya ada lapisan tipis putih yang terbentuk di bagian atas larutan.
Dalam penelitian ini, lapisan putih terbentuk pada hari keempat, yang dapat digunakan
secara langsung untuk membuat selulosa mikroba.

2.4.2. Sintesis selulosa mikroba dari batang pisang


Demikian pula, sebagai prosedur peremajaan bakteri, sintesis selulosa mikroba dari
batang pisang menggunakan sejumlah gula, amonium sulfat, dan bakteri Acetobacter
xylinum.Pada tahap pertama, batang pisang harus dibersihkan dan dicuci. Kemudian, kita
memotong batang pisang menjadi potongan kecil untuk memfasilitasi proses blender.
Setelah itu, kami mengambil konsentrat cairnya. Konsentrat batang pisang akan digunakan
sebagai media, karena mengandung selulosa, tanin, lignin, hemiselulosa dan nutrisi lain
yang dapat dimanfaatkan oleh bakteri. (Das & Singh, 2004) Selain itu, penambahan gula
sebagai energi dan sumber karbon yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membangun
protoplasma (Russell & Cook, 1995), serta amonium sulfat untuk sumber nitrogen
(Gamborg et al., 1968 ). Nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein yang penting
dalam pertumbuhan sel dan pembentukan enzim (Stark et al., 1998).
Perebusan dan pengadukan dilakukan untuk mempercepat proses pengenceran
bahan. Selain itu, tujuan merebus juga untuk membunuh bakteri yang tidak diinginkan
yang dapat mengganggu proses pembuatan selulosa. (Mistry, 2001) Proses chilling
dilakukan agar pemeliharaan starter Acetobacter xylinum jangan sampai mati karena suhu
tinggi.Menyesuaikan pH dilakukan pada kisaran 3-4 dengan menambahkan asam asetat
sebagai buffer pH 4. Ini dimaksudkan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum tetapi menghambat yang lain yang tidak
diinginkan. Selain itu, asam asetat juga berguna sebagai substrat untuk Acetobacter
xylinum. (Effendi et al., 2015) Setelah media konsentrasi batang pisang siap, tambah

12
Acetobacter xylinum starter dengan beberapa variasi volume (yaitu 100 mL, 150 mL, dan
200 mL) untuk membandingkan selulosa mikroba yang akan terbentuk.
Proses inkubasi dilakukan di ruang tertutup agar terhindar dari sinar matahari
sehingga pertumbuhan selulosa mikroba bisa efektif. Proses ini akan menghasilkan
gumpalan putih yang disebut nata dengan ketebalan sekitar 0,10 - 0,50 cm. Dalam
penelitian ini, selulosa terbentuk pada hari kesembilan dengan ketebalan 0,5 cm.
Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel (yaitu adaptasi
fase, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat,
pertumbuhan fase dan fase kematian). (Mota et al., 2013) Selama 0-24 jam, fase adaptasi
sedang berlangsung di mana pertumbuhan nata belum terjadi dan bakteri starter akan
melakukan adaptasi ke media baru. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan
sel dalam kecepatan rendah dan kemajuan hanya dalam beberapa jam.Fase eksponensial
berlangsung dalam 1-5 hari.Pada fase ini bakteri menghasilkan enzim yang disebut
polimerase ekstraseluler sebanyak untuk mengatur polimer glukosa menjadi selulosa. Ini
adalah fase yang menentukan tingkat strain Acetobacter xylinum dalam menghasilkan
nata. Ketika keseimbangan antara tumbuh dan sel mati telah diperoleh, lebih banyak nata
diproduksi.Fase ini terjadi pada hari kesembilan dari masa inkubasi.
Gambar 1 menunjukkan gambar foto selulosa mikroba. Berdasarkan Gambar 1, itu
menunjukkan bahwa variasi volume starter juga dapat mempengaruhi pembentukan
selulosayang dihasilkan. Lebih banyak starter ditambahkan ke media, pertumbuhan bakteri
akan lebih optimal. Kinerja ini bisa dilihat dari ketebalan nata yang terbentuk.
Tambahandari 200 mL bakteri starter diproduksi nata yang ketebalannya 0,5 cm dengan
struktur putih halus dan jelas bukan variasi lain dalam 100 dan 150 mL starter. Hal ini
dapat terjadi karena jumlah starter bakteri berpengaruh terhadap produksi selulosa yang
menghasilkan membran selulosa asetat.Semakin banyak volume ditambahkan, semakin
besar produksi selulase yang dihasilkan. Karena distribusi ukuran pori lebih menyebar dan
halus, ukuran pori bisa lebih padat.
Selama metabolisme yang sedang berlangsung dari Acetobacter xylinum, monomer
selulosa (dihasilkan dari sekresi bakteri) terus mengikat satu sama lain membentuk lapisan
yang terus mengentalkan yang. Semakin banyak sekresi Acetobacter xylinum, semakin
tebal selulosa yang dihasilkan dari proses fermentasi.

13
Gambar 1. Gambar foto selulosa mikroba
Dalam proses metabolisme, membran selulosa terbentuk karena aktivitas
Acetobacter xylinum terhadap gula. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan sebagai
berikut.Karbohidrat dalam medium dipecah menjadi glukosa, yang kemudian berikatan
dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) untuk membentuk prekursor penanda selulosa
oleh enzim selulosa sintetase.Selanjutnya, kami dilepaskan ke lingkungan yang
membentuk jalinan selulosa di permukaan medium.Selama metabolisme karbohidrat,
glikolisis (yang dimulai dengan konversi glukosa menjadi glukosa-6-fosfat) terjadi dan
diakhiri dengan pembentukan asam piruvat). Glukosa-6-fosfat, yang terbentuk dalam
proses ini, digunakan untuk menghasilkan selulosa oleh Acetobacter xylinum.

2.4.3. Pemurnian Selulosa Mikroba


Proses pemurnian selulosa mikroba dilakukan dengan merendam nata ke larutan
NaOH. Perendaman dengan NaOH bertujuan untuk memisahkan selulosa dari lignin atau
senyawa lain, dimana komponen non selulosa akan menghambat ikatan hidrogen antara
rantai molekuler selulosa.

Gambar 2.Degradasi lignin. Gambar diadopsi dari referensi (Crawford & Crawford, 1980)

14
Reaksi dengan larutan NaOH menyebabkan molekul lignin terdegradasi sebagai hasil
karena penghentian ikatan aril-eter, karbon-karbon, aril-aril dan alkil-alkil sehingga lignin
terlarut.Kehadiran lignin dalam senyawa ditandai oleh munculnya solusi kuning
gelap.Reaksi ditunjukkan pada Gambar 2.

Penjelasan tentang degradasi dijelaskan oleh kelompok Crawford. (Crawford &


Crawford, 1980) Singkatnya, degradasi lignin diprakarsai oleh serangan atom-atom H
yang terikat pada gugus fenolik OH oleh ion hidroksil (OH) NaOH.Atom-atom H dalam
molekul menjadi asam karena atom-atom O memiliki elektronegativitas yang besar. Lebih
atom O elektronegatif akan menarik elektron dalam atom H, sehingga atom H bermuatan
positif sebagian (δ +) dan mudah dipisahkan menjadi ion H +. Keasaman juga dipengaruhi
oleh efek resonansi dari gugus alkil dalam posisi para, sehingga atom H fenolik dalam
kelompok akan lebih asam. Reaksi selanjutnya adalah penghentian aril-eter dan ikatan
karbon-karbon yang menghasilkan fragmen yang larut dalam NaOH.Perendaman dengan
NaOH menghasilkan nata dengan warna kuning gelap dalam larutan NaOH
kuning.Perendaman dilanjutkan dengan menggunakan asam asetat sampai nata putih
kekuningan yang dihasilkan.Tujuan dari pencelupan ini adalah untuk menetralisir
kandungan non-selulosa yang masih ada dalam selulosa mikroba.Jumlah lignin terlarut
dapat diindikasikan dari warna terang larutan.
Perbedaan selulosa mikroba sebelum dan sesudah lignin dihilangkan ditunjukkan
pada Gambar 3.Setelah direndam dengan asam asetat, selulosa mikroba direndam dengan
air sulingan.Dengan demikian, nata dan solusinya menjadi putih dan jelas. Perendaman
dengan air suling ditujukan untuk menghilangkan bau asam dan mengurangi kadar asam.
(Browne, 1919) Kemudian, kami mengeringkan dan mulai memproduksi selulosa asetat.

Gambar 3. Gambar-gambar foto Soaking Nata dengan (a) NaOH dan (b) Acetic

15
2.4.4. Sintesis selulosa asetat
Pembuatan selulosa asetat terdiri dari tiga tahap, yaitu: pembengkakan, asetilasi, dan
hidrolisis. Fase pembengkakan bertujuan untuk mengaktifkan pulpa, menggunakan asam
asetat pekat. Variasi asam asetat dengan gumpalan paling banyak dihasilkan pada variasi
1:32. Pengadukan dilakukan untuk meningkatkan luas permukaan kontak selulosa asetat
yang akan meningkatkan reaktivitas selulosa asetat terhadap reaksi asetilasi.
Penambahan asam sulfat glasial dalam reaksi berfungsi sebagai katalis. Proses
asetilasi juga bertujuan untuk memperkecil ukuran pori, karena ukuran pori rata-rata akan
lebih kecil sejalan dengan meningkatnya reaksi produk. Asetilasi periode panjang dapat
menyebabkan selulosa dan selulosa asetat terdegradasi, mengakibatkan rumpun
turun.Kemudian ditambahkan air suling ke dalam selulosa asetil.Fase ini disebut tahap
hidrolisis yang bertujuan untuk mendegradasi asam asetat glasial menjadi asam
asetat.Hasil akhir dari presipitasi ini adalah gumpalan putih kekuningan selulosa asetat
seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil tahap pembengkakan dengan (a) asam asetat glasial; (B) asetilasi oleh
asam sulfat pekat; (c) hidrolisis dengan air suling

Gambar 5. Filtrasi selulosa asetat

2.4.5. Persiapan membrane


Pada tahap persiapan awal membran selulosa asetat, menyaring warna kekuningan
gumpalanputih bertujuan untuk memisahkan rumpun dari filtrat.Selanjutnya, mencuci

16
dengan airsuling bertujuan untuk mengurangi bau dan kandungan asamnya.Hasilnya dapat
dilihat padaGambar 5.
Dalam proses shapping membrane, kami menggunakan lapisan pendukung polyester.
Membran selulosa asetat dengan lapisan pendukung poliester memiliki kekuatan yang
lebih baik daripada tanpanya.Penambahan koagulan 2-propanol bertujuan untuk
mendapatkan struktur membran yang lebih padat.Sementara itu, mencuci dengan air
mengalir bertujuan untuk menghilangkan semua sisa pelarut dan aditif.

2.4.6. Analisis Fourier Transform InfraRed (FTIR)


Untuk membuktikan keberadaan selulosa asetat dan menentukan apa kelompok
fungsional yang terkandung dalam membran, kami menganalisis sampel menggunakan
FTIR (Lihat Gambar 6, 7, dan 8). Penjelasan rinci tentang hasil FTIR disajikan sebagai
berikut.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 bahwa hasil spektrum IR mendeteksi
puncak pada panjang gelombang 1714,72 cm-1, yang menunjukkan adanya gugus acetyl
dan rantai ester karboksil, serta menunjukkan adanya lignin dan hemiselulosa. Selain itu,
ada puncak pada panjang gelombang 1639.49 cm-1, yang menunjukkan adanya gugus C =
C pada cincin aromatik lignin. Hemiselulosa dapat dilihat dari adanya puncak pada
panjang gelombang 1425,40 cm-1. Tiga kelompok menunjukkan kehadirannya
hemiselulosa dan lignin. Di sisi lain, hasil spektrum IR menunjukkan puncak pada panjang
gelombang 3348.42 dan 2897.08 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H dan -OH, di mana
keduanya merupakan kelompok utama selulosa.

Gambar 6.spektrum FTIR dari mikroba

Gambar 7 menunjukkan hasil spektrum IR selulosa asetat dan selulosa mikroba.Itu


Hasil penelitian menunjukkan bahwa selulosa asetat dan selulosa mikroba memiliki
perbedaan yang signifikan. FTIR selulosa asetat menunjukkan puncak tajam pada panjang
gelombang 1722.43 dan 1267.23 cm-1, yang mengindikasikan gugus karbonil C = O dan

17
CO ester. Selain itu, hasil FTIR selulosa asetat juga menunjukkan gugus fungsi karbonil C
= O dan CO ester. Kelompok-kelompok ini signifikan untuk selulosa asetat, sementara ini
puncak dalam selulosa mikroba tidak memeriksa.Ini membuktikan bahwa selulosa telah
berubah menjadi selulosa asetat. Selain itu, spektrum FTIR selulosa asetat melebar tajam,
khususnya pada puncak dalam panjang gelombang 3433,29 cm-1, yang menunjukkan
adanya gugus hidroksil (-OH).

Gambar 7.spektrum FTIR selulosa

Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8, hasil identifikasi kelompok fungsional


dalam spektrum ftir untuk membran bio adalah oh getaran peregangan dalam bilangan
gelombang di 3350,35 cm-1 dan diperkuat oleh strain ikatan C-C dalam jumlah gelombang
di 1058,92 cm-1. Kemudian, bilangan gelombang di 1232,51 cm-1 menunjukkan adanya
getaran lentur C-H, dan bilangan gelombang di 669,30 cm-1 menunjukkan adanya getaran
lentur C-H. Selain itu, pita absorpsi pada panjang gelombang 1658,78 cm -1 yang
ditunjukkan dengan keberadaan regangan C = O. Dengan demikian, biomembran memiliki
gugus fungsi, termasuk C = O, -COOH, dan –OH, yang membuktikan keberadaan selulosa
asetat melalui keberadaan penyerapan gelombang panjang.

Gambar 8. Spektrum FTIR dari biomembran Asetat

Pada 1724,36, 1232,51, dan 3350,35 cm-1, ada puncak dan intensitas yang berbeda.
Tiga spektrum menunjukkan perbedaan pita absorpsi secara signifikan pada bilangan
gelombang 1724,36 cm-1, menunjukkan gugus karbonil dan serapan C = O. Hal ini

18
disebabkan faktor pengaruh pelarut yang menyebabkan selulosa terikat satu sama lain
untuk membentuk serat yang sangat kuat.

2.4.7. Hasil SEM


Struktur morfologi membran dapat dianalisis serta menentukan ukuran pori-porinya
dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) Analysis (Lihat Gambar
9).Dalam penelitian ini, ada tiga membran yang dianalisis menggunakan SEM, selulosa
mikroba, selulosa asetat, dan biomembran.Kami menemukan bahwa permukaan cross-
sectional ketiga dari membran menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan analisis
SEM, diameter ukuran pori membran adalah 5 mikrometer, di mana jenis biomembran ini
dapat dikategorikan sebagai membran mikrofiltrasi. Dengan membandingkan ketiga
membran, pori-pori biomembran lebih padat daripada selulosa mikroba dan selulosa
asetat.Ini mungkin karena pengaruh faktor koagulan.

Gambar 9. Gambar SEM dari permukaan membran dengan pembesaran 5000 x. Angka (a),
(b), dan (c) adalah selulosa mikroba, selulosa asetat, dan biomembran. selulosa asetat,

2.4.8. Pb pemisahan logam menggunakan biomembran


Penentuan selektivitas membran terhadap logam berat dilakukan dengan
mengkualifikasi membran (lihat Gambar 10).Dalam penelitian ini, kami menggunakan Pb
sebagai representasi logam berat.Membran yang memiliki selektivitas tinggi juga dianggap
memiliki selektivitas yang baik.Penentuan parameter dinyatakan dalam koefisien
penolakan penyerapan Pb filtrat yang diukur dengan analisis AAS.
Gambar 10 menunjukkan kurva yang dihasilkan dari standarisasi larutan Pb logam.
Kami menemukan bahwa kurva memiliki regresi linier 0,9976 dengan 5, 10, 15 ppm, 20,
dan 25 ppm larutan standar Pb.

19
Gambar 10. Kurva standardisasi Pb terhadap absorpsi

Gambar 11 menunjukkan bahwa Pb logam dalam filter.Kami menemukan bahwa Pb


diamati sebagai padatan tersuspensi dengan warna putih solid. Hasil skrining ini akan
dianalisis menggunakan analisis AAS.

Gambar 11. Hasil penyaringan Pb logam menggunakan biomembran

Tabel 1 menunjukkan hasil analisis AAS. Sampel terdiri dari beberapa konsentrasi
pakan, tergantung pada konsentrasi larutan Pb. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1,
konsentrasi optimum untuk filtrasi logam Pb adalah 10 ppm konsentrasi pakan. Hal ini
disebabkan konsentrasi pakan biomembran lainnya (yaitu 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm)
telah jenuh. Ini karena konsentrasi zat terlarut telah tersuspensi di permukaan membran
dan terakumulasi kemudian.Alasan utamanya bisa dijelaskan berikut ini.Pb konsentrasi di
sisi atas lapisan membran (antara larutan dan permukaan membran) meningkat dan diikuti
oleh penurunan permeabilitas air.Hal ini menyebabkan tersumbatnya permukaan membran
yang ditandai oleh penurunan kemampuan filtrasi membran terhadap larutan Pb.

20
Tablet 1. Hasil analisis AAS filtrat logam Pb menggunakan biomembran

Kurva efisiensi Pb Metal Filtration dapat dilihat pada Gambar 12. Kami menemukan
bahwa kinerja filtrasi terbaik adalah ketika melakukan biomembran pada 10 ppm
konsentrasi logam Pb. Tingkat efisiensi dalam kondisi maksimum adalah sekitar 93,70%.

Gambar 12. Kurva efisiensi biomembran filtrasi logam Pb

2.5. Membran
A. Pengertian Membran
Membran berasal dari bahasa Latin “membrana” yang berarti kulit kertas. Saat ini
kata “membran” telah diperluas untuk menggambarkan suatu lembaran tipis fleksibel atau
film, bertindak sebagai pemisah selektif antara dua fase karena bersifat semipermeabel.
Proses pemisahan membran berupa perpindahan materi secara selektif karena daya
dorong atau penggerak yang berupa perbedaan konsentrasi, tekanan, potensial listrik,
atau suhu. Proses pemisahan dengan menggunakan membran ada pemisahan fasa cair-cair
umumnya didasarkan atas ukuran partikel dan beda muatan dengan gaya dorong (diving
force) berupa perbedaan temperatur ( ∆T ), perbedaan tekanan (∆P) perbedaan konsentrasi
(∆C ), perbedaaan energi (∆E), dan medan listrik. Hasil pemisahan berupa retentat (bagian
dari campuran yang melewati membran).

21
Berdasarkan asalnya membran dibagi menjadi membran alami dan sintetik.
Membran alami biasanya dibuat dari selulosa dan derivatnya seperti selulosa nitrat dan
selulosa asetat.Sedangkan contoh membran sintetik seperti poliamida, polisulfon dan
polikarbonat.Berdasarkan struktur dan prinsip pemisahannya, membran dapat dibagi
menjadi :

a. Membranberpori
Membran jenis ini memiliki ruang terbuka atau kosong, terdapat berbagai macam
jenis pori dalam membran. Pemisahan menggunakan membran ini berdasarkan ukuran
pori. Selektivitas ditentukan lewat hubungan antara ukuran pori dan ukuran partikel yang
dipisahkan. Jenis membran ini biasanya digunakan untuk pemisahan mikrofiltrasi dan
utrafiltrasi. Berdasarkan ukuran kerapatan pori, membran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Makropori : membran dengan ukuran pori > 50nm,
2. Mesopori : membran dengan ukuran pori antara 2 – 50 nm,
3. Mikropori : membran dengan ukuran pori < 2 nm (Mulder,1996).

b. Membrannon-pori
Membran non-pori dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang
sama baik, baik gas maupun cairan. Membran non-pori berupa lapisan tipis dengan ukuran
pori kurang dari 0,001 µm dan kerapatan pori rendah. Membran ini dapat memisahkan
spesi yang memiliki ukuran sangat kecil yang tidak dapat dipisahkan oleh membran
berpori.Membran non-pori digunakan untuk pemisahan gas dan pervaporasi, jenis
membran dapat berupa membran komposit atau membran asimetrik, pemisahannnya
berdasarkan pada kelarutan dan perbedaaan kecepatan difusi dari partikel.

c. Carrier Membran (membranpembawa)


Mekanisme perpindahan massa pada membran jenis ini tidak ditentukan oleh
membran (atau material dari membran) tetapi ditentukan oleh molekul pembawa yang
spesifik yang memudahkan perpindahan spesifik terjadi. Ada dua konsep mekanisme
perpindahan dari membran jenis ini yaitu :carrier tidak bergerak di dalam matriks
membran atau carrier bergerak ketika dilarutkan dalam suatu cairan. Permselektivitas
terhadap suatu komponen sangat tergantung pada sifat molekul carrier.Selektivitas yang
tinggi dapat dicapai jika digunakan carrier khusus. Komponen yang akan dipisahkan dapat
berupa gas atau cairan, ionik atau non-ionik.

22
Berdasarkan geometri porinya, membran dibedakan atas membran asimetrik dan
simetrik.

1) Membransimetrik
Membran ini mengandung pori dengan ketebalan 10-200 µm. Membran ini memiliki
struktur pori yang homogen di seluruh bagian membran. Jenis membran ini kurang efektif
karena memungkinkan lebih cepat terjadinya penyumbatan pori dan mengakibatkan
fouling atau penyumbatan pori pada penggunanya.

2) Membranasimetrik
Membran ini terdiri dari dua lapisan, yaitu kulit yang tipis dan rapat
denganketebalan0,1-0,5µmdanlapisanpendukungberporibesardenganketebalan 50-150 µm.
Membran asimetrik menghasilkan selektivitas yang lebih tinggi disebabkan oleh rapatnya
lapisan atas membran dan mempunyai kecepatan permeasi yang tinggi karena tipisnya
membran. Tingginya laju filtrasi pada membran asimetrik ini disebabkan mekanisme
penyaringan permukaan.Partikel yang ditolak tertahan pada permukaan membran (Mulder,
1996). Tingkat pemisahan membran asimetrik jauh lebih tinggi dari pada membran
simetrik pada ketebalan yang sama. Hal ini disebabkan karena pada membran
simetrik, partikel yang melewati pori akan menyumbat pori-pori membran sehingga
penyaringan membran menurun drastis (Mulder,1996).

23
Berdasarkan sistem operasinya dibedakan atas system dead-end dan crossflow.
Gambaran mengenai system dead-end dan crossflow dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar skema sistem operasi membran


Berdasarkantekanan yang digunakan sebagaigaya, membran dapatdiklasifikasikan
menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Mikrofiltrasi
Membran mikrofiltrasi (MF) dapat dibedakan dari membran reverse osmosis (RO)
dan ultrafiltrasi (UF) berdasarkan ukuran partikel yang dipisahkannya. Pada membran
mikrofiltrasi, garam-garam tidak dapat direjeksioleh membran. Proses filtrasi dapat
dilaksanakan pada tekanan relatif rendah yaitu di bawah 2 bar. Membran mikrofiltrasi
dapat dibuat dari berbagai macam material baik organik maupun anorganik. Membran
anorganik banyak digunakan karena ketahananya pada suhu tinggi. Beberapa teknik yang
digunakan untuk membuat membran antara lain sintering, track atching, stretching, dan
phase inversion.

b. Ultrafiltrasi

24
Proses ultrafiltrasi berada diantara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Ukuran pori
membran berkisar antara 1 µm sampai 1 nm. Ultrafiltrasi digunakan untuk memisahkan
makromolekul dan koloid dari larutannya. Membran ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi
merupakan membran berpori dimana rejeksi zat terlarut sangat dipengaruhi oleh ukuran
dan berat zat terlarut relatif terhadap ukuran pori membran. Ukuran molekul yang dapat
lolos melewati membraneultrafiltrasi berkisar antara 104-108 dalton (Mulder, 1996).
Proses ultrafiltrasi (UF) berada diantara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Ukuran
pori membran berkisar antara 0,05 µm sampai 1 nm. Karakteristik membran umumnya
dinyatakan dalam Molecular Weight Cut Off(MWCO), atau berat molekul yang ditolak
oleh membran. Berat Molekul yang dapat ditolak oleh membran ultrafiltrasi berkisar
antara 104-108 Dalton. Padaprinsipnya membran ultrafiltrasi digunakan untuk memisahkan
makromolekul dan koloid dari larutannya. Membran ini merupakan membran berpori di
mana rejeksi zat terlarut sangat dipengaruhi oleh ukuran dan berat zat terlarut relatif
terhadap ukuran pori membran. Transport pelarut secara langsung berhubungan dengan
besarnya tekanan yang diberikan. Membran ultrafiltrasi mempunyai struktur yang
asimetrik dengan lapisan atas yang lebih padat (ukuran pori lebih kecil dan porositas
permukaan lebih rendah) sehingga mengakibatkan ketahanan hidrodinamiknya lebih tinggi
(Widayanti, N;2013).
Secara komersial membran-membran ultrafiltrasi biasanya dibuat dari material-
material polimer dan teknik yang digunakan adalah teknik inversi fasa. Polimer yang
umum digunakan antara lain polimida, polisulfon, selulosa asetat dan lain sebagainya.
Pada prinsipnya proses membran ultrafiltrasi telah banyak digunakan untuk memisahkan
molekul-molekul besar dari moleku- molekul kecil. Aplikasinya banyak ditemukan dalam
berbagai bidang industri seperti makanan, tekstil, farmasi, industri kertas, dan masih
banyak lagi yang lain (Mulder,1996).

c. ReverseOsmosis
Membran reverse osmosis (osmosis balik) digunakan untuk memisahkan zat terlarut
yang memiliki berat molekul yang rendah seperti garam anorganik atau molekul organik
kecil seperti glukosa dan sukrosa dari larutannya. Membran yang lebih dense (ukuran pori
lebih kecil dan porositas permukaan lebih rendah) denga tahanan hidrodinamik yang lebih
besar diperlukan pada proses ini. hal ini menyebabkan tekanan operasi pada osmosis balik
akan sangat besar untuk menghasilkan fluks yang sama dengan proses mikrofiltrasi dan
ultrafiltrasi. Untuk itu pada umumnya, membran osmosis balik memiliki sruktur asimetrik

25
dengan lapisan atas yang tipis dan padat serta matriks penyokong dengan tebal 50 sampai
150 µm. Tahanan ditentukan oleh lapisan atas yang rapat (Widayanti, N; 2013).

B. Teknik Pembuatan Membran


Teknik-teknik yang digunakan pada proses pembuatan membran antara lain
sintering, stretching, track-etching, template leaching, pelapisan (coating), dan inversi
fasa (Widayanti, N;2013).

a. Sintering
Sintering adalah teknik yang sangat sederhana, bisa dilakukan baik pada bahan
anorganik maupun organik. Bubuk dengan ukuran tertentu dikompresi
dandisinteringpadatemperaturtinggi.Selamasinteringantarmukaantarapartikel yang
berkontak hilang m\embentuk pori. Teknik ini menghasilkan membran dengan ukuran pori
0,1 sampai 10 µm.

b. Stretching
Stretching adalah suatu metode pembuatan membran dimana film yang telah
diekstrusi atau foil yang dibuat dari bahan polimer semi kristalin ditarik searah proses
ekstruksi sehingga molekul-molekul kristalnya akan terletak paralel satu sama lain. Jika
stress mekanik diaplikasikan maka akan terjadi pemutusan dan terbentuk struktur pori
dengan ukuran 0,1 sampai 0,3µm.

c. Track-Etching
Track-Etching merupakan metode dimana film atau foil ditembak oleh parikel radiasi
berenergi tinggi tegak lurus ke arah film. Partikel akan merusak matriks polimer dan
membentuk suatu lintasan. Film kemudian dimasukkan ke dalam bak asam atau basa dan
matriks polimer akan membentuk goresan sepanjang lintasan untuk selanjutnya
membentuk pori silinder yang sama dengan distribusi pori yang sempit.

d. Template-Leaching
Template-Leaching merupakan suatu teknik lain untuk membuat membran berpori
yaitu dengan cara melepaskan salah satu komponen (leaching). Membran gelas berpori
dapat dibuat dengan caraini.

e. Inversifasa

26
Inversi fasa merupakan salah satu metode pembuatan membran. Inversi fasa adalah suatu
proses pengubahan bentuk polimer dari fasa cair menjadi padatan dengan kondisi
terkendali. Proses pemadatan (solidifikasi) ini diawali dengan transisi dari fasa cair ke
fasa dua cairan (liquid-liquid demixing). Tahap tertentu selama proses demixing, salah
satu fasa cair (fasa polimer konsentrasi tinggi) akan memadat sehingga akan terbentuk
matrikspadat.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi morfologimembran


1. Jenis Sistem Pelarutnonpelarut
Pemilihan sistem pelarut–nonpelarut sangat mempengaruhi struktur membran yang
dihasilkan.Nonpelarut yang digunakan sebagai koagulanharus dapat larut dalam pelarut.
Air adalah nonpelarut yang umum digunakan dalam proses inversi fasa. Air adalah
nonpelarut yang umum digunakan dalm proses infersi fasa.
Proses pencampuran dapat berlangsung secara sempurna jika komposisi semua
bahan penyusun membran mempunyai daya larut yang sama. Di samping itu komposisi
total sangat menentukan homogenitas dan kinerja membran.Kelarutan polimer berkurang
dengan bertambahnya massa molekul. Jika suatu polimer dapat larut dalam pelarut yang
cocok kemudian ditambahkan bukan pelarut (jika larutan polimer dituangkan ke dalam
bukan pelarut yang jumlahnya berlebihan) maka polimer akan mengendap.

2. Pemilihan polimer (jenispolimer)


Merupakan salah satu faktor penting karena akan membatasi jenis pelarut dan
nonpelarut yang digunakan. Pemilihan material membran menjadi penting dengan
memperhatikan faktor fouling (efek adsorpsi, karakteristik hidrofilik/ hidrofobik),
kestabilan termal dan kimia.

3. Komposisi pelarut
Komposisi pelarut merupakan parameter lain yang sangat mempengaruhi jenis
struktur membran yang terbentuk. Pembuatan membran selulosa asetat dapat
menggunakan dua macam pelarut.Sistem selulosa asetat/aseton/air menghasilkan tipe
membran yang mempunyai tipe membran yang rapat (Widayanti, N; 2013).
Beberapa pelarut yang digunakan untuk pembuatan membran selulosa asetat yaitu
dimetil formamida (DMF), dimetil asetamida (DMAc), aseton, dioksan, tetrahidrofuran

27
(THF), asam asetat (HAc), asam format, aseton dan dimetil sulfoksida (DMSO). Polimer
harus larut secara sempurna oleh pelarut.Semakin dekat harga parameter kelarutan antara
polimer dan pelarut (selisih (∆δ (tabel 2.1)) parameter kelarutan antara polimer dan pelarut
semakin kecil) maka kelarutannya makin baik.Kelarutan itu dapat dilihat dari harga
parameter kelarutan. Nilai parameter kelarutan untuk selulosa asetat adalah 19,96MPa1/2.
Parameter kelarutan beberapa pelarut selulosa asetat ditunjukkan pada tabel :
Tabel Parameter Kelarutan

4. Komposisi bakkoagulasi
Penambahan pelarut ke dalam bak koagulasi adalah parameter lain yang sangat
mempengaruhi jenis struktur membran yang terbentuk. Jumlah pelarut maksimum yang
dapat ditambahkan ditentukan oleh posisi binodal. Seperti gambar 2.2, saat binodal
berganti arah mendekati sumbu polimer/pelarut, maka pelarut yang dapat ditambahkan ke
dalam bak koagulasi akan lebih banyak. Jika bak koagulasi hanya mengandung air murni,
instantaneous demixing akan terjadi karena jalur komposisi awal akan memotongbinodal.

5. Komposisi larutanpolimer
Komposisi larutan polimer harus tetap berada pada satu fasa sehingga tidak terjadi
demixing, sehingga penambahan bahan lain dalam larutan polimer akan mempengaruhi
struktur membran. Penambahan air sebagai non pelarut ke dalam larutan polimer
menyebabkan terjadinya peristiwainstantaneous demixing. Apabila larutan polimer tidak

28
mengandung air pembentukan membran
terjadimelaluimekanismepemisahantertunda(delayeddemixing)sehinggadiperoleh membran
non porous (Mulder, 1996).

6. Waktu penguapan larutandope


Waktu penguapan ini berkaitan dengan berapa kuantitas pelarut yang meninggalkan
film polimer ketika proses pembentukan pori-pori membran sedang berlangsung. Dalam
hal ini pelarut berfungsi sebagai pembentuk pori. Saat pori terbentuk, pelarut berada dalam
pori-pori tersebut kemudian disesak oleh nonpelarut dalam bak koagulasi hingga terjadi
solidifikasi. Sebelum solidifikasi, penguapan pelarut menyebabkan pori yang sudah
terbentuk menyatu kembali. Semakin lama waktu penguapan, semakin sedikit dan semakin
kecil diameter pori yang terbentuk (Kesting, 1971).

7. Penambahanaditif
Aditif memiliki fungsi yang spesifik. Fungsi tersebut meliputi perlindungan terhadap
pengaruh lingkungan seperti penolak nyala, penyerap radiasi ultrafiolet, antioksidan,
antiozon (stabilitas termal dan kimia), mempemudah pemrosesan, memperbaiki kekuatan
mekaniknya (Widayanti, N ; 2013). Efek aditif pada larutan casting tergantung pada
sejauh mana pengaruh aditif pada tingkat pengendapan dalam hal ini aditif yang dimaksud
ialah MSG. Aditif dalam larutan casting meningkatkan tingkat pengendapan, tetapi jika
aditif, misalnya untuk benzene ada dalam larutan casting akan cenderung untuk
mengurangi tingkat pengendapan. Oleh karena itu mendukung struktur spons (Idris
etal.,2008).
D. KarakterisasiMembran
Karakterisasi pada membran diklasifikasikan menjadi beberapa uji, yaitu :

1. FluksMembran
Kinerja suatu membran ditentukan oleh dua parameter, fluks dan selektifitas.Fluks
volume adalah jumlah volume permeat yang diperoleh pada operasi membran persatuan
waktu dan satuan luas permukaan membran. Permeabilitas akan menentukan harga fluks
yang merupakan volume permeat yang melewati tiap satuan luas permukaan membran per
satuan waktu. Fluks volume dirumuskan pada persamaan2.1
(2.1)
Dimana :
= fluks volume (L/m2 .Jam) V = volume permeat(L)

29
A = luas permukaan(m2)
t = waktu(Jam)

2. Selektifitasmembran
Selektifitas membran terhadap campuran secara umum dinyatakan oleh satu dari dua
parameter yaitu koefisien rejeksi (R) dan faktor pemisahan (α).Campuran larutan encer
yang terdiri dari pelarut (sebagian besar air) dan zat terlarut lebih sesuai dengan retensi
terhadap terlarut.Zat terlarut sebagian atau secara sempurna ditahan sedang molekul
pelarut air dengan bebas melalui membran.Rejeksi dinyatakan dalam persamaan 2.3.

R = (1 – Cp/Cf)x 100% (2.2)


dimana :
R = koefisien rejeksi,
Cp = Konsentrasi permeat, Cf = konsentrasi umpan
R adalah parameter yang tidak berdimensi, sehingga tidak berpengaruh unit
konsentrasinya.Nilai R berkisar antara 100% (jika zat terlarut dapat ditahan secara
sempurna) dan 0% zat terlarut dan pelarut melalui membran secara bebas (Mulder,1996).

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

.Dari makalah ini dapat disimpulkan :

1. Pembuatan biomembran dari batang pisang dapat dilakukan dengan cara


mengkonversi batang pisang dengan kandungan selulosa tinggi ke dalam membran
biofilter. Batang pisang ini digunakan sebagai sumber untuk membuat membran
mikrofiltrasi yang sangat baik untuk proses penyaringan Timbal (Pb).
2. Ukuran pori membran yang dibuat adalah 5 mikrometer dengan efisiensi
penyaringan 93,70% untuk 10 ppm larutan logam Timbal (Pb).

3.2 Saran
Saran penulis adalah hendaknya penulis menambahkan referensi yang relevan lagi
mengenai materi pendukung jurnal polimerisasi terutama sumber berbahasa indonesia.
Semoga kedepannya makin banyak referensi yang lebih baik sertal lebih mudah dipahami.

31

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Seledri
    Makalah Seledri
    Dokumen56 halaman
    Makalah Seledri
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Makalah Polimer
    Makalah Polimer
    Dokumen13 halaman
    Makalah Polimer
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Lds Suhu Dan Luas Permukaan-1
    Lds Suhu Dan Luas Permukaan-1
    Dokumen6 halaman
    Lds Suhu Dan Luas Permukaan-1
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • TSTS
    TSTS
    Dokumen12 halaman
    TSTS
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Polimer
    Klasifikasi Polimer
    Dokumen4 halaman
    Klasifikasi Polimer
    Rico Frathama
    Belum ada peringkat
  • ANTIOKSIDAN ALAMI
    ANTIOKSIDAN ALAMI
    Dokumen15 halaman
    ANTIOKSIDAN ALAMI
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kimia Hayati
    Makalah Kimia Hayati
    Dokumen56 halaman
    Makalah Kimia Hayati
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Kimia Hayati Dhani Fero
    Kimia Hayati Dhani Fero
    Dokumen54 halaman
    Kimia Hayati Dhani Fero
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASAN FLAVONOID DALAM BIJIPEPAYA
    PEMBAHASAN FLAVONOID DALAM BIJIPEPAYA
    Dokumen34 halaman
    PEMBAHASAN FLAVONOID DALAM BIJIPEPAYA
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kimia Hayati
    Makalah Kimia Hayati
    Dokumen56 halaman
    Makalah Kimia Hayati
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • PEMBAHASAN FLAVONOID DALAM BIJIPEPAYA
    PEMBAHASAN FLAVONOID DALAM BIJIPEPAYA
    Dokumen34 halaman
    PEMBAHASAN FLAVONOID DALAM BIJIPEPAYA
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • LAJU DAN KESETIMBANGAN
    LAJU DAN KESETIMBANGAN
    Dokumen32 halaman
    LAJU DAN KESETIMBANGAN
    Ahmad Nurkholis Majid
    Belum ada peringkat
  • ANTIOKSIDAN ALAMI
    ANTIOKSIDAN ALAMI
    Dokumen15 halaman
    ANTIOKSIDAN ALAMI
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Makalah Seledri
    Makalah Seledri
    Dokumen56 halaman
    Makalah Seledri
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Makalah Seledri
    Makalah Seledri
    Dokumen56 halaman
    Makalah Seledri
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • TMP - 31734-BAB II-1274135831
    TMP - 31734-BAB II-1274135831
    Dokumen32 halaman
    TMP - 31734-BAB II-1274135831
    Fera Della Ayunda
    Belum ada peringkat
  • Perc 7
    Perc 7
    Dokumen6 halaman
    Perc 7
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Kesetimbangan Kimia
    Kesetimbangan Kimia
    Dokumen8 halaman
    Kesetimbangan Kimia
    Maulana Latif
    Belum ada peringkat
  • Perc 7
    Perc 7
    Dokumen6 halaman
    Perc 7
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Perc 7
    Perc 7
    Dokumen6 halaman
    Perc 7
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Di Bumi Ini Terdapat Banyak Sekali Kandungan Sumber Daya Alamnya
    Di Bumi Ini Terdapat Banyak Sekali Kandungan Sumber Daya Alamnya
    Dokumen3 halaman
    Di Bumi Ini Terdapat Banyak Sekali Kandungan Sumber Daya Alamnya
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Biokim Fero
    Biokim Fero
    Dokumen9 halaman
    Biokim Fero
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Perc 7
    Perc 7
    Dokumen6 halaman
    Perc 7
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Perc 7
    Perc 7
    Dokumen6 halaman
    Perc 7
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Makalah Mangan
    Makalah Mangan
    Dokumen17 halaman
    Makalah Mangan
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Enzim
    Enzim
    Dokumen15 halaman
    Enzim
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Getaran
    Getaran
    Dokumen14 halaman
    Getaran
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat
  • Getaran
    Getaran
    Dokumen14 halaman
    Getaran
    Fitarenica Talia Purba
    Belum ada peringkat