Anda di halaman 1dari 22

PROFESI ARSITEK

Nama Kelompok :
I Made Wahyu Wiguna / 1705521021
Made Yoga Pradnyana / 1705521028
Ida Bagus Ariyudha / 1705521061
Putu Hindita Armapriana Thajani / 1705521066
Dewa Gede Satya Ranasika Kusuma / 1705521067

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
PROGAM STUDI ARSITEKTUR
2019
A. PROFESI ARSITEK DAN UNDANG-UNDANG ARSITEK

Ketika menyebut kata ‘Arsitek’, yang ada di benak masyarakat awam adalah
seseorang yang menggambar denah rumah atau membuat sketsa bangunan.Namun
tidak sesederhana itu, Arsitek merupakan sebutan ahli untuk figur yang mampu
memadukan Firmitas (kekokohan/ dayatahan), Utilitas (kegunaan), dan Venustas
(keindahan) dalam peran utamanya mewujudkan tata ruang dan tata massa yang
harmonis guna memenuhi tata kehidupan masyarakat dan lingkungan.

Pemahaman Arsitek berdasarkan UIA Accord on Recommended International


Standards of Professionalism in Architectural Practice and Recommended Guidelines
adalah seseorang yang memiliki kualifikasi secara profesional dan akademis dan secara
umum terdaftar atau memiliki lisensi atau sertifikat untuk melakukan praktik arsitektur
di suatu area lokasi serta memiliki tanggung jawab untuk mengadvokasi perkembangan
yang adil dan berkelanjutan, kesejahteraan dan ekspresi cultural dari suatu habitat
masyarakat dalam bentuk ruang, bentuk dan konteks sejarah.

Mengacu dari standar profesionalisme arsitek yang tertuang dalam UIA


Accord, untuk menjadi arsitek seseorang minimal telah lulus dari pendidikan arsitektur
serta memiliki pengalaman minimum dua tahun kerja praktik/magang yang kemudian
dilanjutkan dengan mengikuti proses registrasi, sertifikasi dan lisensi.

Pada tanggal 12 Juli 2017, Undang-Undang (UU) Arsitek nomer 6 tahun 2017
akhirnya disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. UU Arsitek ini
dibuat sebagai bentuk perlindungan hukum bagi arsitek, pengguna jasa arsitek, hasil
karya arsitektur serta masyarakat luas sekaligus melengkapi aturan yang sudah dibuat
sebelumnya yaitu UU Jasa Konstruksi, UU Bangungan Gedung, dan UU Keinsinyuran.
Secara garis besar, Undang-Undang ini membahas mengenai arsitek dan lingkup
kerjanya, persyaratan untuk menjadi arsitek, hubungan arsitek dengan masyarakat,
pembinaan arsitek, serta tata cara praktek bagi arsitek yang berasal dari luar Indonesia.

Dalam UU Arsitek nomer 6 tahun 2017 pasal 1 disebutkan bahwa Arsitek


adalah seseorang yang melakukan Praktik Arsitek dan telah secara sah memiliki Surat
Tanda Registrasi Arsitek (dulunya disebut sebagai Sertifikat Keahlian (SKA) Arsitek)
yang dikeluarkan oleh Dewan Arsitek Indonesia.

Menginduk pada UIA (Union Internationale des Architectes), Ikatan Arsitek


Indonesia (IAI) membuat daftar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang arsitek.
Kompetensi-kompetensi ini dituangkan di dalam 13 butir Kompetensi Arsitek yang
antara lain mensyaratkan pengetahuan mengenai Teknik Arsitektur, pengetahuan
mengenai sejarah arsitektur, pengetahuan mengenai dampak lingkungan, serta
pengetahuan mengenai manajemen proyek.

Berikut ini adalah 13 butir kompetensi yang menjadi standar pemenuhan kualifikasi
sertifikasi profesional arsitek. Setiap arsitek yang mengajukan sertifikat baru wajib
menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar standar-standar ini, sebagai salah satu bukti
pendalaman dan keterlibatannya dalam setiap proyek yang diajukan sebagai tolak ukur.

1. Perancangan Arsitektur
Kemampuan menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran
estetika dan persyaratan teknis, dan yang bertujuan melestarikan lingkungan
(Ability to create architectural designs that satisfy both aesthetic and technical
requirements, and which aim to be environmentally sustainable)
2. Pengetahuan Arsitektur
Pengetahuan yang memadai tentang sejarah dan teori arsitektur termasuk seni,
teknologi dan ilmu-ilmu pengetahuan manusia (Adequate knowledge of the
history and theories of architecture and related arts, technologies, and human
sciences)
3. Pengetahuan Seni
Pengetahuan tentang seni rupa dan pengaruhnya terhadap kualitas rancangan
arsitektur (Knowledge of the fine arts as an influence on the quality of
architectural design)
4. Perencanaan dan Perancangan Kota
Pengetahuan yang memadai tentang perancanaan dan perancangan kota serta
ketrampilan yang dibutuhkan dalam proses perancanaan itu (Adequate
knowledge on urban design, planning, and the skills involved in the planning
process)
5. Hubungan antara Manusia, Bangunan dan Lingkungan
Memahami hubungan antara manusia dan bangunan gedung serta antara
bangunan gedung dan lingkungannya, juga memahami pentingnya mengaitkan
ruang-ruang yang terbentuk di antara manusia, bangunan gedung dan
lingkungannya tersebut untuk kebutuhan manusia dan skala manusia
(Understanding of the relationship between people and buildings and between
buildings and their environments, and of the need to relate spaces between them
to human needs and scale.)
6. Pengetahuan Daya Dukung Lingkungan
Menguasai pengetahuan yang memadai tentang cara menghasilkan
perancangan yang sesuai daya dukung lingkungan (An adequate knowledge of
the means of achieving environmentally sustainable design.)
7. Peran Arsitek di Masyarakat
Memahami aspek keprofesian dalam bidang Arsitektur dan menyadari peran
arsitek di masyarakat, khususnya dalam penyusunan kerangka acuan kerja yang
memperhitungkan faktor-faktor sosial (Understanding of the profession of
architecture and the role of architects in society, in particular in preparing briefs
that account for social factors)
8. Persiapan Pekerjaan Perancangan
Memahami metode penelusuran dan penyiapan program rancangan bagi sebuah
proyek perancangan (Understanding of the methods of investigation and
preparation of the brief for a design project.)
9. Pengertian Masalah Antar-Disiplin
Memahami permasalahan struktur, konstruksi dan rekayasa yang berkaitan
dengan perancangan bangunan gedung (Understanding of the structural design,
construction, and engineering problems associated with building design.)
10. Pengetahuan Fisik dan Fisika Bangunan
Menguasai pengetahuan yang memadai mengenai permasalahan fisik dan
fisika, teknologi dan fungsi bangunan gedung sehingga dapat melengkapinya
dengan kondisi internal yang memberi kenyamanan serta perlindungan
terhadap iklim setempat (Adequate knowledge of physical problems and
technologies and of the function of buildings so as to provide them with internal
conditions of comfort and protection against climate.)
11. Penerapan Batasan Anggaran dan Peraturan Bangunan
Menguasai keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pihak
pengguna bangunan gedung dalam rentang-kendala biaya pembangunan dan
peraturan bangunan (Necessary design skills to meet building users
requirements within the constraints imposed by cost factors and buildign
regulations.)
12. Pengetahuan Industri Kontruksi dalam Perencanaan
Menguasai pengetahuan yang memadai tentang industri, organisasi, peraturan
dan tata-cara yang berkaitan dengan proses penerjemahan konsep perancangan
menjadi bangunan gedung serta proses mempadukan penataan denah-denahnya
menjadi sebuah perencanaan yang menyeluruh (Adequate knowledge of the
industries, organizations, regulations, and procedures involved in translating
design concepts into buildings and integrating plans into overall planning.)
13. Pengetahuan Manajemen Proyek
Menguasai pengetahuan yang memadai mengenai pendanaan proyek,
manajemen proyek dan pengendalian biaya pembangunan (Adequate
knowledge of project financing, project management and cost control.)

Selain harus memiliki 13 kompetensi tersebut, untuk dapat memiliki Surat


Tanda Registrasi Arsitek seorang arsitek diwajibkan memenuhi persyaratan sebagai
berikut, yaitu lulusan pendidikan arsitektur, mengikuti magang selama minimal 2 (dua)
tahun penuh dan kemudian mengikuti proses registrasi, sertifikasi dan lisensi. Jadi
seperti halnya seorang Sarjana Kedokteran yang harus melalui tahap magang dan uji
kompetensi untuk mendapatkan gelar dokternya, seorang yg baru selesai pendidikan
sarjana (S1) Arsitektur tidak bisa lagi menyebutkan atau disebut Arsitek jika belum
melalui tahapan-tahapan tersebut. Para lulusan S1 tersebut hanya bisa disebut Sarjana
Arsitektur/Sarjana Teknik Arsitektur (bergantung gelar Sarjana dari Perguruan Tinggi
masing-masing). Apabila seseorang mengaku sebagai Arsitek namun tidak dapat
menunjukkan sertifikat ataupun lisensinya, maka yang bersangkutan dapat dikenakan
sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dalam berpraktik, ada beberapa tahapan kegiatan yang termasuk dalam lingkup
Kerja Arsitek, yaitu perencanaan, perancangan, pengawasan, dan/atau
pengkajian.Tahap perencanaan adalah tahapan dimana seorang arsitek melakukan
analisa awal terhadap konsep serta desainnya untuk melihat bagaimana hasil karyanya
dapat menjawab permasalahan yang ada. Tahap selanjutnya adalah perancangan, yaitu
tahap dimana arsitek mewujudkan perencanaan awalnya menjadi sebuah rancangan
yang konkrit dan dapat diwujudkan. Setelah gambar rancangan selesai, tahapan
selanjutnya adalah proses pengawasan saat konstruksi dilakukan untuk memastikan
bahwa pembangunannya sesuai dengan rancangan yang sudah ada. Kemudian, tahapan
terakhir adalah pengkajian dimana arsitek melakukan evaluasi terhadap hasil
rancangannya setelah rancangan tersebut selesai dibangun dan dihuni.

B. ASOSIASI PROFESI ARSITEK

Di Indonesia, asosiasi profesi arsitek terbentuk pada 17 September 1959 yang dipicu
oleh dikeluarkannya instruksi pemerintah untuk membentuk gabungan perusahaan
sejenis. Dimaksudkan selain untuk memudahkan komunikasi antara pemerintah
dengan dunia pengusaha, juga diharapkan dapat menentukan suatu standar kerja bagi
para pelakunya. Ikatan Arsitek Indonesia diprakarsai oleh F. Silaban, yang menggalang
arsitek senior Indonesia pada masa itu, dan Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili
arsitek muda pada masa itu. IAI dibentuk atas kesadaran bahwa pekerjaan perancangan
berada di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung
jawab moral dan kehormatan perorangan yang terlibat.
Sebagai asosiasi profesi tujuan dari IAI adalah untuk :

1. Mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan dasar arsitek


profesional.
2. Meningkatkan penguasaan arsitek pada pengetahuan dan ketrampilan baru
seiring kemajuan teknologi ilmu pengetahuan.
3. Meningkatkan tanggung jawab arsitek pada profesinya sebagai penyedia jasa
pada masyarakat
4. Menempatkan arsitek profesional Indonesia dalam tingkat kompetensi yang
diakui secara internasional.

Terdapat beberapa jenis keanggotaan IAI, antara lain:

1. Anggota Kehormatan (Honorary Members) yaitu seseorang yang dinilai sangat


berjasa bagi perkembangan dunia arsitektur di Indonesia.
2. Anggota Profesional (Corporate Members) yaitu para arsitek lulusan D-3 atau
sarjana teknik arsitektur (S-1) dan memenuhi persyaratan untuk kualifikasi
Arsitek Pratama, Arsitek Madya, atau pun Arsitek Utama; atau ahli yang
keahliannya diakui IAI
3. Anggota Biasa yaitu sarjana atau lulusan D-3 arsitektur yang mempraktikkan
ilmunya, dan sejalan dengan Kode Etik Profesi Arsitek.
4. Anggota Mahasiswa (Student Members) yaitu para mahasiswa jurusan
arsitektur yang sekurang-kurangnya telah menyelesaikan pendidikan tinggi
arsitektur tingkat 3 (tiga) atau telah lulus 100 SKS.

C. TAHAPAN KERJA PROFESI ARSITEK

Layanan Utama Jasa Arsitek dalam pekerjaan perencanaan dan perancangan Arsitektur
akan dilaksanakan dalam tahapan pekerjaan sebagai berikut:

Pekerjaan Tahap ke 1 : Tahap Konsep Rancangan

Pekerjaan Tahap ke 2 : Tahap Pra Rancangan / Skematik Desain


Pekerjaan Tahap ke 3 : Tahap Pengembangan Rancangan

Pekerjaan Tahap ke 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja

Pekerjaan Tahap ke 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksanaan Konstruksi

Pekerjaan Tahap ke 6 : Tahap Pengawasan Berkala.

Pelaksanaan tahapan-tahapan pekerjaan Perancangan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Tahap 1 : Tahap Konsep Rancangan


(1) Sebelum kegiatan perancangan dimulai, perlu ada kejelasan mengenai
semua data dan informasi dari pengguna jasa yang terkait tentang kebutuhan
dan persyaratan pembangunan agar supaya maksud dan tujuan pembangunan
dapat terpenuhi dengan sempurna.
(2) Pada tahap ini arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi
pemeriksaan seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis dan
pengolahan data yang menghasilkan:
a. Program Rancangan yang disusun arsitek berdasarkan pengolahan data
primer maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai batasan
tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan pembangunan yang
berlaku.
Setelah program rancangan diperiksa dan mendapat persetujuan
pengguna jasa, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk konsep
rancangan.
b. Konsep Rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan
pertimbangan-pertimbangan semua bidang terkait (baik struktur,
mekanikal, elektrikal, dan atau bidang keahlian lain bila diperlukan)
yang melandasi perwujudan gagasan rancangan yang menampung
semua aspek, kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek.
Setelah mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa konsep ini
merupakan dasar perancangan tahap selanjutnya.
2. Tahap 2 : Tahap Prarancangan / Skematik Desain
1) Prarancangan
Pada tahap ini berdasarkan Konsep Rancangan yang paling sesuai dan
dapat memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek menyusun pola
dan gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar.
Sedangkan nilai fungsional dalam bentuk diagram-diagram. Aspek
kualitatif lainnya serta aspek kuantitatif seperti perkiraan luas lantai,
informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya, dan waktu
pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis maupun
gambar-gambar.
2) Sasaran tahap ini adalah untuk:
a. Membantu pengguna jasa dalam memperoleh pengertian yang tepat atas
program dan konsep rancangan yang telah dirumuskan arsitek.
b. Mendapatkan pola dan gubahan bentuk rancangan yang tepat, waktu
pembangunan yang paling singkat, serta biaya yang paling ekonomis.
c. Memperoleh kesesuaian pengertian yang lebih tepat atas konsep
rancangan serta pengaruhnya terhadap kelayakan lingkungan.
d. Menunjukkan keselarasan dan keterpaduan konsep rancangan terhadap
ketentuan Rencana Tata Kota dalam rangka perizinan.

3. Tahap 3 : Tahap Pengembangan Rancangan


1) Pada tahap Pengembangan Rancangan, arsitek bekerja atas dasar
prarancangan yang telah disetujui oleh pengguna jasa untuk menentukan:
a. Sistem konstruksi dan struktur bangunan, sistem mekanikal-elektrikal,
serta disiplin terkait lainnya dengan mempertimbangkan kelayakan dan
kelaikannya baik terpisah maupun secara terpadu.
b. Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, dan
nilai ekonomi.
c. Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan sistem bangunan,
kesemuanya disajikan dalam bentuk gambar-gambar, diagram-diagram
sistem, dan laporan tertulis.
2) Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter
bangunan secara menyeluruh, pasti, dan terpadu.
b. Untuk mematangkan konsep rancangan secara keseluruhan, terutama
ditinjau dari keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya
baik dari segi kelayakan dan fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi
bangunan.

4. Tahap 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja


1) Pada tahap Pembuatan Gambar Kerja, berdasarkan hasil Pengembangan
Rancangan yang telah disetujui pengguna jasa, Arsitek menerjemahkan
konsep rancangan yang terkandung dalam Pengembangan Rancangan
tersebut ke dalam gambar-gambar dan uraian-uraian teknis yang terinci
sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan dapat menjelaskan
proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi.
Arsitek menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar-gambar
kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang
jelas, lengkap dan teratur, serta perhitungan kuantitas pekerjaan dan
perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan yang jelas, tepat, dan terinci.
2) Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan konstruksi, agar
supaya konsep rancangan yang tergambar dan dimaksud dalam
Pengembangan Rancangan dapat diwujudkan secara fisik dengan mutu
yang baik.
b. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang administrasi
pelaksanaan pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang
terkandung dalam dokumen pelelangan dan dokumen
perjanjian/kontrak kerja konstruksi.

5. Tahap 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksana Konstruksi


1) Penyiapan Dokumen Pengadaan Pelaksana Konstruksi
Pada tahap ini, arsitek mengolah hasil pembuatan Gambar Kerja ke dalam
bentuk format Dokumen Pelelangan yang dilengkapi dengan tulisan Uraian
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat teknis pelaksanaan pekerjaan-(RKS) serta
Rencana Anggaran Biaya (RAB) termasuk Daftar Volume (Bill of
Quantity/BQ).
Sehingga secara tersendiri maupun keseluruhan dapat mendukung proses:
a. Pemilihan pelaksana konstruksi
b. Penugasan pelaksana konstruksi
c. Pengawasan pelaksanaan konstruksi
d. Perhitungan besaran luas dan volume serta biaya pelaksanaan
pembangunan yang jelas.
2) Pada Tahap Pelelangan arsitek membantu pengguna jasa secara menyeluruh
atau secara sebagian dalam:
a. Mempersiapkan Dokumen Pelelangan;
b. Melakukan prakualifikasi seleksi pelaksana konstruksi;
c. Membagikan Dokumen Pelelangan kepada peserta/lelang;
d. Memberikan penjelasan teknis dan lingkup pekerjaan;
e. Menerima penawaran biaya dari pelaksana konstruksi;
f. Melakukan penilaian atas penawaran tersebut;
g. Memberikan nasihat dan rekomendasi pemilihan Pelaksanaan
Konstruksi kepada pengguna jasa
h. Menyusun Perjanjian Kerja Konstruksi antara Pengguna Jasa dan
Pelaksana Konstruksi
3) Sasaran tahap ini adalah:
Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu konstruksi yang wajar dan
memenuhi persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan sehingga Konstruksi
dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.

6. Tahap 6 : Tahap Pengawasan Berkala


1) Dalam tahap ini:
a. Arsitek melakukan peninjauan dan pengawasan secara berkala di
lapangan dan mengadakan pertemuan secara teratur dengan pengguna
jasa dan Pelaksana Pengawasan Terpadu atau MK yang ditunjuk oleh
pengguna jasa.
b. Dalam hal ini, arsitek tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan harian
atau menerus.
c. Penanganan pekerjaan pengawasan berkala dilakukan paling banyak 1
(satu) kali dalam 2 (dua) minggu atau sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam sebulan.
2) Apabila lokasi pembangunan berada di luar kota tempat kediaman arsitek,
maka biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perjalanan arsitek
ke lokasi pembangunan, wajib diganti oleh pengguna jasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atau yang ditetapkan dan disepakati bersama
sebelumnya.
3) Sasaran tahap ini adalah:
a. Untuk membantu pengguna jasa dalam merumuskan kebijaksanaan dan
memberikan pertimbangan-pertimbangan untuk mendapatkan
keputusan tindakan pada waktu pelaksanaan konstruksi, khususnya
masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rancangan yang
dibuat oleh arsitek.
b. Untuk membantu Pengawas Terpadu atau MK khususnya dalam
menanggulangi masalah-masalah konstruksi yang berhubungan dengan
rancangan yang dibuat oleh arsitek.
c. Untuk turut memastikan bahwa pelaksanaan konstruksi dilakukan
sesuai dengan ketentuan mutu yang terkandung dalam rancangan yang
dibuat oleh arsitek.

D. HAK MILIK DAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL PROFESI


ARSITEK
1. Hak Milik
a. Hak kepemilikan atas setiap dokumen perancangan yang telah dibuat oleh
Arsitek, dalam setiap kondisi akan tetap berada pada Arsitek, termasuk
setelah penyelesaian proyek atau setelah pemutusan hubungan kerja,
ataupun bila rancangan yang telah diselesaikan tersebut tidak direalisasikan.
b. Dokumen Perancangan tersebut baik sebagian maupun keseluruhan tidak
diperkenankan digunakan oleh pengguna jasa untuk proyek lain ataupun
ditambahkan pada proyek yang bersangkutan kecuali atas seizin dari
arsitek dengan suatu persetujuan tertulis, dan dengan kesepakatan
penambahan imbalan jasa atas penggunaan dokumen tersebut sesuai dengan
ketentuan imbalan jasa.
2. Hak Perwujudan Rancangan
a. Hak perwujudan adalah hak untuk merealisasikan atau mewujudkan suatu
rancangan arsitektur menjadi suatu wujud karya arsitektur yang nyata.
b. Pengguna Jasa mendapatkan hak perwujudan rancangan sebanyak 1 (satu)
kali setelah memenuhi kewajiban membayar imbalan jasa atas penugasan
untuk pembuatan rancangan arsitektur dan segala sesuatu yang menyangkut
penugasan tersebut kepada arsitek.
c. Perwujudan ulang berdasarkan rancangan arsitektur dengan atau tanpa
perubahan apapun, wajib memberitahukan dan dengan persetujuan tertulis
dari arsitek dan dengan imbalan jasa sesuai ketentuan imbalan jasa
perwujudan ulang rancangan arsitektur yang berlaku.
3. Tanda Nama
Arsitek berhak untuk membubuhkan tanda nama arsitek pada gambar arsitektur
4. Hak Dokumentasi dan Hak Penggandaan
a. Arsitek memiliki hak dokumentasi termasuk membuat gambar-gambar atau
foto-foto maupun rekaman dalam bentuk lainnya baik keadaan di dalam
maupun di luar bangunan hasil rancangannya.
b. Hanya arsitek yang memiliki hak penggandaan atas gambar-gambar
rancangan arsitektur yang dibuatnya.
5. Hak Kekayaan Intelektual meliputi hak-hak di atas diatur sesuai dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta;
b. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten;
c. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek;
d. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri; dan
e. Peraturan Perundang-undangan yang mengatur Hak Kekayaan Intelektual
lainnya.
E. PERHITUNGAN IMBALAN JASA PROFESI ARSITEK

Biaya Bangunan sampai Kategori Bangunan


Khusus Sosial 1 2 3
Kurang Rp 200 juta < 2,50% 6,50% 7,00% 8,00%
Rp 200 juta Mengikuti 2,50% 6,50% 7,00% 8,00%
Rp 2 milyar Ketentuan dari 2,50% 5,51% 5,90% 6,48%
Rp 4 milyar Pemerintah 4,78% 5,13% 5,60%
Rp 20 milyar yang berlaku 4,20% 4,52% 4,92%
Rp 40 milyar 3,71% 4,01% 4,38%
Rp 60 milyar 3,29% 3,58% 3,92%
Rp 80 milyar 2,92% 3,20% 3,52%
Rp 100 milyar 2,60% 2,88% 3,18%
Rp 120 milyar 2,32% 2,59% 2,88%
Rp 140 milyar 2,07% 2,34% 2,62%
Rp 160 milyar 1,86% 2,12% 2,39%
Rp 180 milyar 1,67% 1,98% 2,20%
Rp 200 milyar 1,51% 1,76% 2,03%
Rp 220 milyar 1,37% 1,62% 1,88%
Rp 240 milyar 1,25% 1,51% 1,76%
Rp 260 milyar 1,16% 1,41% 1,67%
Rp 280 milyar 1,09% 1,34% 1,59%
Rp 300 milyar 1,04% 1,29% 1,54%
Rp 500 milyar 1,00% 1,25% 1,50%
Lebih Rp 500 milyar 1,00% 1,25% 1,50%
KATEGORI BANGUNAN

(1) Bangunan Khusus

Bangunan-bangunan yang dimiliki, digunakan, dan dibiayai oleh Pemerintah sesuai


tercantum dalam Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

(2) Bangunan Sosial

Memiliki sosial yang tidak bersifat komersial (nonkomersial):

a. Masjid, gereja dan tempat peribadatan lainnya, rumah penampungan yatim piatu,
bangunan pelayanan masyarakat dengan luas bangunan maksimum 250 m2.

b. Bangunan rumah tinggal atau hunian dengan luas maksimum 36 m2.

(3) Bangunan Kategori 1

Memiliki karakter sederhana, kompleksitas, dan tingkat kesulitan yang rendah:

a. Tipe Hunian: asrama, hostel

b. Tipe Industri: bengkel, gudang

c. Tipe Komersial: bangunan-bangunan tidak bertingkat, tempat parkir

(4) Bangunan Kategori 2

Memiliki karakter, kompleksitas, dan tingkat kesulitan rata-rata

a. Tipe Hunian: apartemen, kondominium, kompleks perumahan

b. Tipe Industri: gardu pembangkit listrik, gudang pendingin, pabrik


c. Tipe Komersial: bangunan parkir bertingkat, kafetaria, restoran, kantor, perkantoran,
rukan, ruko, toko, pusat perbelanjaan, pasar, hanggar, stasiun, terminal,
superblok/fungsi campuran

d. Tipe Komunitas: auditorium, bioskop, ruang pameran, ruang konferensi, ruang


serbaguna, ruang pertemuan, perpustakaan, penjara, kantor pelayanan umum

e. Tipe Pelayanan Medis: klinik spesialis, klinik umum, rumah jompo

f. Tipe Pendidikan: sekolah, tempat perawatan

g. Tipe Rekreasi: gedung olahraga, gimnasium, kolam renang, stadion, taman umum

(5) Bangunan Kategori 3

Memiliki karakter khusus, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tinggi:

a. Tipe Hunian: rumah tinggal privat

b. Tipe Komersial: bandara, hotel

c. Tipe Komunitas: galeri, ruang konser, museum, monumen, istana

d. Tipe Pelayanan Medis: rumah sakit, sanatorium

e. Tipe Pendidikan: laboratorium, kampus, pusat penelitian / riset

f. Tipe Peribadatan: gereja, klenteng, masjid, dan lain-lain dengan luas lebih dari 250
m2

g. Tipe Lain: kantor kedutaan, kantor lembaga tinggi negara, pemugaran, renovasi,
bangunan dengan dekorasi khusus
F. JENIS PROFESI ARSITEK

1. Konsultan Arsitek Mandiri

Pekerjaan yang paling diharapkan dan paling umum dicita-citakan oleh mahasiswa
arsitektur adalah menjadi seorang arsitek Mandiri yang langsung berhubungan dengan
pemilik proyek. Arsitek Mandiri dapat dirikan konsultan sendiri atau bekerja secara
freelance. Arsitek freelance tidak terikat kontrak dengan perusahaan lain dan langsung
mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya kepada pemilik proyek. Sehingga dalam
hal ini arsitek Mandiri bebas mengekspresikan ide-idenya dalam mewujudkan
bangunan sesuai dengan harapan pemiliknya.

2. Arsitek Di Biro Konsultan Orang Lain

Biro konsultan arsitektur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa


konsultasi desain yang merancang bangunan. Produk-produknya berupa gambar
rancangan dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi, spesifikasi material
bangunan, furniture dan artwork, serta soft furnishing untuk mempercantik ruang
maupun bangunan. Arsitek yang bekerja di sebuah biro konsultan arsitektur memiliki
tugas untuk membuat rancangan sesuai yang diinginkan oleh pihak lain, prinsipal
arsitek, maupun pemilik proyek. Di Indonesia ada banyak konsultan arsitek yang saat
ini mempekerjakan lulusan arsitek dari berbagai universitas di Indonesia.

3. Pegawai Di Perusahaan Developer

Arsitek juga dapat bekerja sebagai pegawai di perusahaan developer. Tugasnya adalah
merancang bangunan yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut. Gaji bagi seorang
arsitek di perusahaan ini Tentunya cukup lumayan. Ada banyak perusahaan developer
yang terkenal di Indonesia seperti Agung Podomoro, Alam Sutera, Ciputra Group,
Lippo Group dan lainnya yang terus berkembang dari waktu ke waktu
4. Bekerja Di Perusahaan Kontraktor

Arsitek juga bisa bekerja di perusahaan kontraktor untuk membuat atau melaksanakan
pekerjaan proyek. Di perusahaan ini arsitek bisa menjadi perancang maupun pelaksana
dan pengawas pekerjaan di lapangan. Arsitek yang bekerja di lapangan juga disebut
on-site arsitek yang bertugas untuk memantau pelaksanaan proyek agar sesuai dengan
apa yang ada dalam gambar rancangan.

5. Pegawai Di Badan Usaha Milik Negara

Hingga saat ini ada banyak Badan Usaha Milik Negara yang membutuhkan jasa dari
lulusan arsitektur. Tugas arsitek dalam Badan Usaha Milik Negara adalah untuk
menjadi analisis perancangan maupun sebagai pengawas dalam pengembangan sebuah
BUMN. Contoh BUMN yang memerlukan tenaga arsitek seperti Angkasa Pura,
Pertamina, Brantas dan lain sebagainya.

6. Pegawai Negeri Sipil

Untuk PNS ada beberapa lembaga pemerintah yang mengharapkan jasa seorang
lulusan arsitektur. Yang paling sering adalah Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR). Lembaga ini bertugas untuk mengembangkan dan
mengawasi kawasan perumahan rakyat sesuai peraturan yang berlaku.

7. In House Arsitek

In-house arsitek adalah sebutan untuk lulusan arsitek yang dikontrak untuk bekerja di
perusahaan tertentu dengan tujuan utama mengembangkan atau memelihara properti
perusahaan tersebut. Tugas arsitek disini tidak hanya merancang tapi juga mengawasi
bangunan milik perusahaan itu. Sebagai contoh adalah In-house arsitek di sebuah resort
hotel yang bertugas untuk menjaga bangunan hotel agar tetap dalam kondisi baik, serta
memberikan usulan dalam pengembangan bangunan tersebut.

G. KEMUNGKINAN LAIN PROFESI ARSITEK

1. Seniman Atau 3D Artist

Mahasiswa arsitek pasti tidak asing lagi dengan gambar tangan. Namun dengan
berkembangnya teknologi, mahasiswa arsitektur masa kini semakin pandai
menampilkan gambar presentasinya dalam gambar 3 dimensi yang terlihat realistis.
Karena itu lulusan arsitek juga ada yang berpindah profesi menjadi seorang 3D artist
yang melayani pembuatan gambar 3D untuk tujuan marketing bagi pemilik proyek
maupun untuk sebuah biro konsultan arsitektur.

2. Sebagai Penata Dekorasi

Lulusan arsitek tentunya mempelajari apa yang disebut dengan estetika, dan
kemampuan ini bisa diandalkan untuk merancang dekorasi panggung, tempat
pernikahan dan lain-lainnya.

3. Sebagai Desainer Produk

Arsitek juga pandai dalam hal proporsi dan skala sehingga sangat memungkinkan
berkeja sebagai desainer produk.

4. Sebagai Kepala Pemerintahan

Seorang arsitek tentu juga mengerti dengan tata ruang sebuah wilayah. Juga mengerti
akan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam prasarana fisik. Sehingga arsitek cocok
juga mengisi jabatan sebagai kepala daerah. Contohnya adalah Ridwan Kamil yang
menjadi Walikota Bandung. Beliau dulunya adalah lulusan arsitek dan pada masa
pemerintahannya pembangunan di kota bandung lebih digenjot.
DAFTAR PUSTAKA

Yuwono, Ismantoro Dwi, 2018, Memahami Berbagai Etika Profesi dan Pekerjaan
, Jakarta: Media Pressindo

https://www.iai-jakarta.org/ (Diakses : 17 Februari 2018, Pukul 20.00 WITA)

Anda mungkin juga menyukai