Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Geologi Lokal

4.1.1 Stratigrafi Daerah Penelitian


Pada Stasiun pengamatan penelitian dijumpai 20 singkapan batuan (gambar
4.1) dari 20 singkapan batuan tersebut dilakukan rekonstruksi/analis satuan batuan
penyusun daerah penelitian dan hasil analisa, didapatkan 3 satuan batuan yaitu satuan
Batugamping, satuan Andesit dan satuan Aluvial.

Gambar 4.1 Peta Stasiun Pengamatan Penelitian

4.1.1.1 Satuan Batugamping


a. Ciri litologi
Satuan batuan ini tersusun oleh mineral pasir halus berstruktur massif dan
bertekstur ukuran butir halus, kemas tertutup dan komposisi semen karbonatan, nama

17
batuan batugamping, batuan ini sudah mengalami pelapukan dimana proses erosi
yang bekerja sangat intensif dan media utamanya adalah air permukaan. Menurut
Grabau. (1904) Batugamping yang ditemukan di daerah penelitian adalah jenis
batugamping Calsilutite sering di sebut juga mikrokristalin yang terdiri dari butir-
butir berukuran <63 µm sehingga tidak diketahui apakah terdiridari fragmen halus
(pecahan gamping) atau kristal halus. Batugamping ini dapat terbentuk dengan
beberapa cara, yaitu: Penggerusan batugamping yang telah ada sebelumnya, misalkan
dari penghancuran terumbu oleh gelombang laut.

Foto 4.1 Batugamping

b. Penyebaran dan ketebalan


Satuan Batugamping ini menempati sekitar 50% dari luas daerah penelitian,
satuan batuan ini penyebaran dari Timur ke arah Barat.

c. Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi di sekitar daerah penelitian, Batugamping hubungannya
tidak selaras dengan satuan batu andesit dan satuan alluvial.

18
d. Umur dan lingkungan pengendapan
Umur dari satuan batugamping ini berdasarkan geologi lembar Sumbawa adalah
miosen awal (Andi Mangga dkk, 1994). Sedangkan lingkungan penendapannya dari
satuan ini adalah laut dangkal.
4.1.1.2 Satuan Andesit
a. Ciri litologi
Andesit memiliki warna hijau keabuann, struktur massif, tekstur batuanya
porpiritik, tingkat kristalisai hipokristalin, bentuk kristalnya anhedral komposisi
minerlanya plagioklas, kuarsa dan kaca semen silika, nama batuan andesit. Menurut
fenton (1940) batuan yang ditemukan di daerah penelitian adalah jenis Batuan beku
berbutir kasar yang terbentuk jauh di kedalaman, dan memiliki ukuran kristal yang
cukup besar.

Foto 4.2 Batu Andesit


b. Penyebaran dan Ketebalan

Satuan batu andesit ini menempati sekitar 10% dari luas daerah penelitian, satuan
batuan ini penyebaran dari Timur ke arah Barat.

19
c. Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi di sekitar daerah penelitian, Batugamping hubungannya
tidak selaras dengan satuan Batugamping.

d. Umur dan lingkungan pengendapan

Umur dari satuan batu andesit ini berdasarkan geologi lembar Sumbawa
nusatenggara (1998) adalah miosen awal (Andi Mangga dkk, 1994). sedangkan
lingkungan pengendapanya dari satuan ini adalah aliran lava.

4.1.1.3 Satuan Aluvial


a. Cirri litologi
Dengan jenis tanah alluvial memiliki warna cokelat tanah dengan struktur masif,
tekstur ukuran butir kerikil dan bongkahan yang berpariasi dari batu andesit dan
Batugamping. Menurut UNESCO/FAO (1974) endapan aluvial yang ditemukan di
daerah penelitian adalah Fluvisol yaitu Tanah-tanah berasal dari endapan baru.

Foto 4.3 Dataran Aluvial

20
b. Penyebaran dan Ketebalan
Penyebaran dataran aluvial di daerah penelitian sekitar 40% dari timur-barat.

c. Hubungan Stratigrafi
Hubungan stratigrafi hubungannya tidak selaras dengan batuan yang ada di
bawahnya.

d. Umur dan lingkungan pengendapan


Alluvial merupakan satuan batuan yang mengalami proses sedimentasi yaitu
pembentukan endapan, pelapukan, transportasi yang dibentuk dari batuan
sebelumnya. Alluvial biasanya terbentuk didaerah pantai dan didaerah sungai.
4.1.2 Struktur geologi

Sesuai dengan pengamatan-pengamatan yang dilakukan pada lokasi di daerah


penelitian, dijumpai struktur geologi yaitu kekar. Kekar yang di temukan di litologi
andesit dengan arah strike/dif sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kekar


No Strike/dip
1 N 2950 E / 440 SW
2 N 2800 E / 250 SW
3 N 3220 E / 220 NE
4 N 3190 E / 200 SW
5 N 2830 E / 410 SW

21
Gambar 4.2 Peta Geologi Daerah Penelitian

4.1.3 Sejarah Geologi


Dilihat dari kondisi daerah penelitian dengan batuan tertua yang berumur
miosen awal. Batuan miosen awal di daerah penelitian ini ialah terdiri dari
Batugamping dan Andesit. Jadi daerah penelitian yang telah diteliti terbentuk oleh,
Batugamping dan terintrusi oleh andesit sehingga terjadi pengangkatan menjadi
daratan. Hasil dari pengangkatan mengalami pelapukan dan proses erosi yang bekerja
sangat intensif dan media utamanya adalah air permukaan, sehingga terbentuk
endapan alluvial.
4.2 Hasil Cross Section

Metode penampang tegak atau biasanya disebut metode cross section


merupakan metode estimasi yang paling umum digunakan dalam estimasi
sumberdaya maupun cadangan. Peta tofografi dengan penampangnya dapat dilihat
pada Gambar 4.3

22
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Membuat sayatan pada peta topografi di daerah penelitian sesuai dengan
keadaan geologi yang dapat mewakili daerah sekitarnya. Dalam hal ini dibuat
sayatan sebanyak 8 sayatan yang terbagi atas 9 blok.
b. Kemudian dilakukan penggambaran dari masing-masing sayatan
c. Setelah itu menghitung luas dari masing-masing penampang dimana luasnya
d. Menaksir volume endapan Batu Gamping secara keseluruhan dengan
menggunakan pendekatan rumus mean area.
Hasil volume yang diperoleh dari perhitungan sumberdaya batugamping di
daerah penelitian dengan menggunakan metode cross section untuk memperoleh
perhitungan Luas, Volume dan Tonase. Setiap Penampang yang telah dibuat
kemudian dihitung. Namum dalam perhitungan Luas Penulis mengunakan software
.
ArcGIS 10.1 (dapat dilihat pada Tabel 4.2). Hasil pengolahan data Sumberdaya
batugamping dengan menggunakan metode cross section dengan rumus mean area.

Tabel 4.2 Perhitungan Luas, Volume dan Tonase Metode Penampang


No Penampang Luas (m2) Volume (m3) Tonase (Ton)
1 A-A' 701,106 66.605.07 158.986,3021
2 B-B' 702,079 112.332,64 268.138,0117
3 C-C' 701,54 108.738,7 259.559,2769
4 D-D' 698,166 101.234,07 241.645,7251
5 E-E' 700,098 98.013,72 233.958,7496
6 F-F' 702,107 168.505,68 402.223,0582
7 G-G' 699,538 153.898,36 367.355,3858
8 H-H' 699,531 104.929,65 250.467,0746
Jumlah 5.604,165 914.257,89 2.182.333,584

23
Dengan Densitas Batugamping = 2,387 Ton/m3 (Alfiana.dkk, 2016), maka
didapat hasil perhitungan sebagai berikut :
Luas Penampang 1 = luas area pada ArcGIS 10.1 x Skala
= 0,100158 m2 x 7000
= 701,106 m2
Volume = Ketebalan x Luas
= (185 m - 90 m) x 701,106 m2
= 66.605,07 m3
Tonase = V x Densitas Batugamping
= 66.605,07 m3 x 2,387 ton/m3
= 158.986,3021 ton
Dan seterusnya sampai sayatan ke 8 sehingga didapatkan hasil Luas total
5.604,165 m2, volume total 914.257,89 m3 dan Tonase total 2.182.333,584 ton yang
diperoleh dari perhitungan sumberdaya batugamping di daerah penelitian dengan
menggunakan metode cross section. Dan pada software ArcGIS 10.1 didapatkan hasil
dengan luas adalah 6.923 m2.

24

Anda mungkin juga menyukai