1938
Di tengah keresahan terhadap diskriminasi penggunaan fasilitas olahraga, para pemuda Indonesia
mendirikan Ikatan Sport Indonesia (ISI). Berbentuk federasi, ISI beranggotakan PSSI
(Perserikatan Sepak Bola Indonesia), Pelti (Perserikatan Lawn Tennis Indonesia), dan PBKSI
(Perserikatan Bola Keranjang Seluruh Indonesia).
1946
Terbentuk PORI ( Persatuan Olahraga Republik Indonesia) sebagai badan olahraga bersifat
nasional pada Kongres Olaharga I di Surakarta dengan ketua Widodo Sastrodiningrat. Dibentuk
juga KORI (Komite Olimpiade Republik Indonesia) Antara lain oleh para pimpinan olahraga eks
pengurus Gelora, Putera, dan ISI. Berkedudukan di Yogyakarta, PORI diketuai Widodo
Sastrodiningrat dan KORI dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Ketua Umum: Widodo Sastrodiningrat; Seksi Sepak Bola: Maladi; Atletik: Abdul Aziz;
Renang: Soejadi; Tenis: Soerja Hamidjojo; Bulutangkis: Tri Tjondro Koesoemo; Bola
Basket: Tonny Wen; Bola Keranjang: Soemantri; Panahan: Sri Paku Alam VIII;
Anggar/Menembak: Tjokroatmodjo; Pencak Silat: Wongsonegoro; Gerak Jalan:
Djoewandi.
1948
Pada 9 September, Pekan Olahraga Nasional (PON) I Digelar di Surakarta. PORI dan KORI
membentuk delegasi untuk tampil di Olimpiade XVI di London. Namun batal karena situasi
politik.
1949
Kongres PORI III. PORI menjadi badan coordinator dan induk-induk organisasi olahraga
mendapat hak otonomi.
1950
PORI diubah kepanjangannya menjadi Persatuan Olahraga Indonesia. KORI diubah menjadi
Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
1951
Indonesia tampil di Asian Games I New Delhi. Pada PON II di Jakarta, dicapai kesepakatan
PORI melebur ke KOI karena terjadi tumpang-tindih pelaksanaan tugas selama persiapan Asian
Games. Ketua tetap Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
1952
KOI resmi diakui IOC (11 Maret). Indonesia tampil di Olimpiade Helsinki untuk kali Pertama.
1959
1961
Pemetintah membetuk Komandan Gerakan Olahraga (Kogor) di pusat dan di daerah tingkat I,
untuk mempersiapkan tim Indonesia dan top organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang
olahraga. Di Daerah Tingkat I, Kogor bertugas menggerakkan dan membina bibit atlet untuk
menunjang pembinaan olahraga nasional. Di bawah Demokrasi Terpimpin, segala daya dan
upaya dikerahkan (‘fund and forces) demi sukses kontingen Indonesia dan sebagai tuan rumah
Asia Games.
1962
1963
Februari, KOI diskors IOC karena tidak mengundang Israel dan Taiwan pada Asian Games IV.
Indonesia mengadakan Ganefo I di Jakarta, 10-22 November 1963.
1964
Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI). Kogor, KOI, top
organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI. DORI bertugas menetapkan kebijakan umum
olahraga, membina dan mengawasi seluruh kegiatan olahraga. Despora bertuga mengelola
pembibitan, pembinaan, SDM (penetaran, pembina, pelatih, dan sebagainya), penelitian dan
pengembangan, dukungan anggaran serta pembangunan, pengembangan sarana dan prasarana
olahraga.
1965
1966
President Soekarno menerbitkan Keputusan President Nomor 143 A dan 156 A tentang
pengukuhan KONI (lama) sebagai ganti DORI. Bentukan ini kurang mendapat dukungan dari
pimpinan untuk organisasi olahraga berkaitan masalah politik saat itu. Soeharto yang kemudia
menggantikan Soekarno, membentuk Kabinet Ampera, membubarkan Depora dan membentuk
Direktorat Jendral Olahraga di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada 31
Desember dibentuk KONI (baru) dengan ketua Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sementara KOI
diketahui Sri Paku Alam VIII.
1967
Prsident Soeharto mengukuhkan KONI dengan Keputusan President Nomor 57 Tahun 1967.
Status KONI adalah badan mandiri dan non-pemerintah. Artinya, kegiatan olahraga
dikembalikan pada masyarakat. KONI juga menjadi mitra pemerintah yang membantu dibidang
olahraga. KONI tidak dikendalikan kelompok kekuasaan dan bebas dari kepentingan politik. Sri
Paku Alam VIII lalu mundur dari jabatan Ketua KOI dan dirangkap Sultan Hamengkubuwono
IX. Sekjen dirangkap MF. Siregar setelah secretariat KOI Soeworo wafat.
1978
KONI-KOI dilebur menjadi satu organisasi dengan satu pengurus namun tugas berbeda, dengan
ketua Sultan Hamengkubuwono IX. KONI melakukan pembinaan dalam negeri, KOI melakukan
kegiatan dalam hubungan luar negeri.
1981
Digelar musornas IV KONI dan mengesahkan AD/ ART. KONI menjalankan tugas dalam dan
luar negeri. Untuk tugas luar negeri, KONI berstatus sebagai KOI.
2005
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomo 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai
penjabaran UU No. 3 Tahun 2005; KONI menyelenggarakan Musornaslub, mengesahkan
AD/ART KONI dan KOI serta mengesahkan Rita Subowo sebagai ketua umum KONI dan KOI
masa bakti 2007-2011.
2010
2011
Musornas KONI di NTB, Tono Suratman terpilih sebagai ketua umum KONI.
2012
RAT KONI memutuskan perlu adanya penyempurnaan AD/ART KONI. Dibentuk Pokja dari
unsure KONI Pusat, KONI DKI Jaya, Kalbar, Sultra, PB Perbakin dan PB Ikasi. Pada Desember
2012, Rambuk Olaharaga Nasional KONI di Balikpapan merekomendasikan perlunya
pemerintah menetapkan aturan untuk KONI yang implementatif sebagai satu-satunya wadah
organisasi dalam mencapai prestasi nasional menuju internasional.