Anda di halaman 1dari 13

BAB I

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Etika

Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlaq); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlaq; nilai mengenai nilai benar dan salah, yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. (Suseno,
1987).
Etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia. (Kattsoff, 1986).

1.2 Pernanan etika

Peranan etika bagi aktivitas mahasiswa yaitu menjadi landasan dalam


melakukan kegiatan yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai dan norma-norma,
sehingga segala perbuatan dan tingkah laku kita dapat diterima masyarakat.

1.3 Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan; kerja atau salah satu kegiatan
kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1989).

1.4 Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. (Kamus Besar


Bahasa Indonesia, 1989).
Mahasiswa adalah sekumpulan manusia intelektual yang akan bermetamorfosa
menjadi penerus tombak estafet pembangunan di setiap Negara, dengan
itelegensinya diharapkan bisa mendobrak pilar-pilar kehampaan suatu negara
dalam mencari kesempurnaan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta secara
moril akan dituntut tanggung jawab akdemisnya dalam menghasilkan “buah karya”
yang berguna bagi kehidupan lingkungan. (www.google.com).

1.5 Macam – macam Aktivitas Mahasiswa

Berbicara tentang aktivitas, mahasiswa memiliki banyak aktivitas selain belajar


sebagai tujuan utama menjadi mahasiswa. Mahasiswa sebagai subjek dapat
memilih apa yang terbaik untuk dirinya. Relitanya aktivitas mahasiswa ada yang
positif dan ada yang negatif, kembali kepada mahasiswa itu sendiri apakah ia
menginginkan jalan yang baik atau tidak. Aktivitas positif mahasiswa selain belajar
adalah mengikuti atau menyelami dunia organisasi di kampus, disiplin akan waktu,
dan mematuhi segala peraturan yang tidak bertentangan dengan norma-norma
yang ada. Sedangkan aktivitas negatif mahasiswa adalah bersikap anarkis dalam
berdemonstrasi, tidak mematuhi peraturan yang berlaku, berbuat keonaran antar
sesama mahasiswa atau mahasiswi, bergaul secara bebas tanpa mengindahkan
peraturan yang ada dan melakukan tindakan curang yaitu menyontek disaat ujian.
BAB II

PEMBAHASAN

Pernahkah Anda mendengar dan melihat sebuah tragedi yang telah terjadi
beberapa tahun yang lalu seperti: tragedi Trisakti, tragedi 27 Juli, peristiwa Ambon,
peristiwa Aceh, tragedi Lampung, dan peristiwa Malari Banyuwangi. Apabila kita
mengingat kembali tragedi Semanggi I yang terjadi pada tanggal 11-13 November
1998 dan tanggal 24 September 1998 tanggal dimana terjadinya tragedi Semanggi II.
Tragedi ini menunjukkan kepada dua kejadiaan protes masyarakat terhadap
pelaksanaan dan agenda sidang istimewa yng mengkibatkan tewasnya warga sipil
sebanyak 17 warga sipil, kemudian kejadian kedua yaitu tragedi Semanggi II
menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh
Jakarta serta menyebabkan 217 korban luk-luka. Pada saat itu, masyarakat dan
mahasiswa menolak sidang istimewa 1998 dan juga menentang dwi fungsi ABRI/TNI.
Sepanjang diadakannya sidang istimewa itu masyarakat berabung dengan
mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota
besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar dari seluruh
Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di Jakarta,
tempat diadakannya sidang istimewa tersebut diliburkan untuk mencegah mahasiswa
karena di bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.
Para pelaku utama dari peristiwa di atas sebagian besar adalah mahasiswa yang
pada dasarnya menginginkan keadilan dan memperjuangkan sebuah makna dari kata
kebenaran.

2.1 Pengertian Etika

Kata etika merupakan bentuk jamak dari “etos” atau Ta Etha yang berasal dari
bahasa Yunani yang berarti adat-kebiasaan. Istilah etika berarti pemikiran kritis
rasional tentang ajaran moral. Lebih jauh etika didefinisikan sebagai system
moral yakni system nilai dan system norma ( values and norms ) yang dianut oleh
sekelompok manusia sebagai pegangan dalam mengatur atau mengarahakan dan
menilai tingkah laku anggotanya maupun seluruh anggota kelompok. Jadi ketika
berbicara tentang etika tidak terlepas dari moralitas sebagai bahan pemikiran kritis.
Sikap dan tindakan yang dilakukan oleh manusia di muka bumi ini selalu dilihat dari
segi moralitas kemudian dikritisi dengan pemikiran-pemikiran dari etika. Namun
perlu diingat bahwa etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan
filsafat yang merefleksikan ajaran-ajaran moral.
Etika yang merupakan filsafat yang merefleksi ajaran – ajaran moral mempunyai
empat ciri khas, yaitu
1. Rasional, berarti mendasarkan diri pada nalar, pada argumentasi yang
tersedia untuk diperosalkan tanpa pengecualian.
2. Kritis, artinya filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar –
akarnya. Pada pengertian ini pemikiran kritis filsafat tidak menginginkan
sebuah pengertian yang dangkal, tetapi selalu ditanyaka terus bertanya
sampai mendapat suatu jawaban yang pasti.
3. Sistematis, adalah ciri khas dari pemikiran ilmiah. Pemeriksaan yang rasional,
kritis dan mendasar diadakan langkah demi langkah (step by step) secara
teratur. Dengan ini pemikian filsafat dapat mencapai puncak kepenuhannya.
4. Normatif, ciri ini merupakan pemikiran filsafat tidak sekedar melaporkan
pandangan – pandangan moral, melainkan menyelidiki bagaimana
pandangan moral yang seharusnya.
Etika Pada penjelasan ini dimaksudkan pemikiran kritis, mendasar dan
sistematis tentang ajaran – ajaran moral. Etika mau mempertanyakan kenapa kita
harus mengikuti moralitas tertentu, atau kenapa kita harus mengambil suatu sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai macam problem moralitas.

2.2 Fungsi Etika

Etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat diperlukan. Namun hal
ini perlu diketahui bahwa etika tidak langsung membuat seorang manusia menjadi
lebih baik, tetapi etika dengan pemikiran kritisnya mencoba meluruskan suatu
pandangan moralitas yang keliru, yang mungkin dalam kehidupan bermasyarakat
meresahkan banyak orang. Etika cuma mau menimbulkan suatu pemikiran yang
kritis yakni dengan berargumentasi secara rasional dan kritis ketika berhadapan
dengan persoalan moralitas yang membingungkan. Untuk apa manusia
memerlukan oriuentasi etis ini? manusia memerlukan hal ini untuk mengambil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme moral yang merupakan ciri khas zaman kita
sekarang.

Ada tiga alasan mengapa pluralisme moral semakin mencolok:

1. Pandangan moral yang berbeda-beda karena masyarakat indonesia yang


mempunyai suku, budaya serta agama yang berbeda-beda dan hidup
berdampingan antara satu dengan yang lain.
2. Modernisasi membawa perubahan yang besar dalam struktur dan nilai
masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional.
3. Pelbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan,
masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus
hidup.
Manusia memerlukan sarana orientasi agar tidak membingungkan atau ikut arus
dalam menghadapi berbagai macam pluralisme ini.
Pendekatan – pendekatan dalam etika, yaitu :
1. Deskriptif
Pendekatan dalam etika hendak menggambarkan perbuatan dari berbagai
macam tradisi, kebiasaan dan kebudayaan. Pendekatan dalam etika ini lebih
mencari tahu bagaimana berbagai tradisi yang mempersoalkan suatu
masalah yang sama. Oleh karena itu pendekatan ini tidak menjustifikasi suatu
kebudayaan yang ada. Pendekatan ini lebih bersifat mengkomparatifkan
perbedaan cara masyarakat menjawab pertanyaan moral. Etika ini lebih
populer dalam kajian sosiologi dan antropologi karena sifatnya yang
memnjustifikasi sistim moral suatu kebudayaan.
2. Normatif
Etika ini mengkaji moralitas yang ada sekaligus menjustifikasi. Ia mencari
tahu apa yang dimaksud dengan yang baik dan yang buruk dan bagaimana
mengetahuinya.
3. Metaetika
Pendekatan ini lebih menekankan bagaimana gagasan etika berasal dan
apa maknanya. Pendekatan ini lebih bersifat kebahasaan atau pemaknaan
atas segala ucapan moral.
2.3 Peranan dan manfaat Etika

Sebelum lebih mendalami makna atau pengertian dari etika, saya akan
memberikan contoh kasus yang berhubungan dengan etika dan mahasiswa.
Peristiwa ini terjadi di Makasar, pelaku dari peristiwa ini adalah mahasiswa UMI
(Universitas Muslim Indonesia) yang pada saat itu mengenakan jas almamater
berwarna hijau sedang berdemonstrasi. Para mahasiswa UMI tadi ramai-ramai
memukuli salah seorang professor yang saat itu dalam kondisi sakit hendak diantar
ke rumah sakit, hanya kerena anak beliau hendak memindahkan pagar penghalang
jalan utama karena hendak buru-buru mengantar sang professor ke rumah sakit.
Memalukan! Mungkin itu yang Anda katakan ketika mengetahui peristiwa yang
melibatkan para mahasiswa ini. Dimanakah etika mereka semua? Apakah mereka
berpikir apakah dampak yang akan mereka terima setelah mereka menganiaya
perofessor itu?.
Para mahasiswa itu mengatasnamakan demokrasi dalam melakukan tindakan
itu, tapi apakah kebebasan berdemokrasi tidak mengindahkan makna dan peranan
etika?.
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang;
kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Jadi, etika adalah
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika tidak sama dengan etiket, “Etika”
berarti “moral” dan “Etiket” berarti “sopan santun”.
Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of
Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan
yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu
hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek
itu sendiri.
Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan-
dambaan dan keharusan. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat
dikelompokkan dalam empat tingkatan yaitu :
1. Nilai – nilai kenikmatan
Dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan
tidak mengenakkan yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak
enak.
2. Nilai – nilai kehidupan
Dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan
misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, dan kesejahteraan umum.
3. Nilai – nilai kejiwaan
Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak
tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Misalnya nilai
keindahan, kebenaran maupun lingkungan.
4. Nilai – nilai kerohaniaan
Dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci.
Misalnya nilai-nilai pribadi. Ada empat macam nilai-nilai kerohanian, yaitu :
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada perasaan manusia.
c. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak
manusia.
d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai
ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral
mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Makna moral yang
terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah
lakunya. Jadi norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Antara
norma dan etika memiliki hubungan yang sangat erat yaitu etika sebagai ilmu
pengetahuan yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.
Etika memiliki peranan atau fungsi diantaranya yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian
tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau
kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai
mahasiswa
3. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita
hadapi sekarang.
4. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam
menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
5. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan
etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

Adapun beberapa manfaat dari Etika dalam kehidupan sehari – hari, Manfaat
etika secara umum, adalah :
1. Dapat menyelsaikan suatu masalah – masalah moralitas maupun sosial
lainnya yang membengungkan masyarakat dengan pemikiran yang sitematis
dan kritis.
2. Berusaha menggunakan nalar sebagai dasar pijak, bukan dengan perasaan
yang akan merugikan banyak orang. Karena itu bekerja secara sistematis
dan teratur.
3. Berusana mengakui kesaahan dengan mempertahankan kebenaran, jika
salah katakana salah dan jika benar katakana benar serta jangan suka
memutarbalikkan fakta.
4. Berusaha menyelidiki suatu masalah sampai ke akar – akarnya bukan hanya
ingin mengetahui tanpa memperdulikan.
5. Menjadi seseorang yang tahu membedakan mana yang baik dan mana yang
tidak baik agar senantiasa tidak termakan KKN.
6. Menjadi seorang mahasiwa dan profesional yang handal serta mampu
menyuarakan aspirasinya.

2.4 Hubungan Etika dengan Mahasiswa

Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam
contoh kasus mahasiswa Universitas Muslim Indonesia yang sudah diceritakan di
atas, dapat kita nilai bahwa etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa
maupun orang lain, dengan memahami peranan etika mahasiswa dapat bertindak
sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat
mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan etika menjadi sebuah alat kontrol
yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis. Dengan etika
mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun
itu. Islam telah mengajarkan kepada bahwa kita harus berperilaku sopan terhadap
orang yang lebih tua dari kita dan etika juga sudah di jelaskan di dalam Islam, etika
di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan mahasiswa sebagai mahluk Allah SWT.
yang telah diberikan karunia berupa akal, akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya
kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk baik mahluk hidup ataupun
benda mati.
Sebagai seorang mahasiswa yang beretika, mahasiswa harus memahami betul
arti dari kebebasan dan tanggung jawab, karena banyak mahasiswa yang apabila
sedang berdemonstrasi memaknai kebebasan dengan kebebasan yang tidak
bertangung jawab.

2.5 Kebebasan dan Tanggung Jawab

Sebenarnya tidak ada manusia yang tidak tahu apa itu kebebasan, karena
kebebasan merupakan kenyataan yang akrab dengan kita semua. Dalam hidup
setiap manusia kebebasan adalah unsur hakiki. Kadang-kadang kebebasan
dimengerti sebagai kesewenang-wenangan. Kalau begitu, orang disebut bebas bila
ia dapat berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya.
Bebas dimengerti sebagai terlepas dari segala kewajiban dan keterkaitan.
Kebebasan dilihat sebagai izin atau kesempatan untuk berbuat semaunya. Banyak
mahasiswa yang tidak beretika salah mengartikan kebebasan, mereka mengartikan
kebebasan dalam arti kesewenang-wenangan. Kata “bebas” disalahgunakan
sebab “bebas” sesungguhnya tidak berarti “lepas dari segala keterkaitan”. Jadi
kebebasan yang sejati adalah kebebasan yang mengandaikan keterikatan oleh
norma-norma.
Batas-batas kebebasan, diantaranya :
1. Faktor-faktor dari dalam
Kebebasan pertama-tama dibatasi oleh faktor-faktor dari dalam, baik fisik
maupun psikis.
2. Lingkungan
Kebebasan dibatasi juga oleh lingkungan, baik alamiah maupun sosial.
Contohnya orang yang berasal dari lingkungan miskin tidak bebas masuk
perguruan tinggi karena yang ingin masuk perguruan tinggi harus memenuhi
syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh golongan orang yang kurang mampu.
3. Kebebasan orang lain
Kebebasan ini dibatasi apabila semua gerak-gerik seseorang dibatasi oleh
orang lain, dan ternyata mengakui kebebasan orang lain secara konkret
berarti menghormati hak-hak orang lain.
4. Generasi-generasi mendatang
Kebebasan dibatasi oleh juga oleh masa depan umat manusia atau oleh
generasi-generasi sesudah kita. Contohnya kebebasan kita dalam menguasai
dan mengeksploitasi alam dibatasi sampai titik tertentu, sehinga alam bisa
menjadi dasar hidup bagi generasi-generasi mendatang.
Mahasiswa yang ideal adalah mahasiswa yang dapat bertanggung jawab atas
segala sesuatu yang dilakukannya. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta
penjelasan tentang tingkah lakunya dan bukan saja ia bisa menjawab-kalau Ia mau-
melainkan juga ia harus menjawab. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak
boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang perbuatannya.

2.6 Anarkisme, Mahasiswa, dan Etika

Anarkisme berasal dari kata dasar anarki dengan imbuhan isme. Kata anarki
merupakan kata serapan dari bahasa Inggris anarchy atau anarchie
(Belanda/Jerman/Perancis), yang berakardari kata Yunani anarhos/anarchein.
Anarkisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara,
pemerintahan dengan kekuasaan adalah lembaga-lembaga yang menumbuh
suburkan penindasan terhadap kehidupan. Oleh karena itu negara, pemerintahan,
beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.
Sedangkan anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki.
Dalam arti lain anarkis yaitu kegiatan yang bersifat menuju kekerasan, tidak mau
mengalah dan eakan kata musyawarahsudah tidak berlaku.
Tindakan anarkis tidak sepenuhnya identik dengan mahasiswa, tetapi dalam
realitanya masih ada mahasiswa yang menganut anarkisme. Menurut seorang
mahasiswi UNTIRTA, mahasiswa yang menganut paham anarkis disebut juga
mahasiswa prematur yang sudah tidak bisa memilih mana yang baik dan yang
buruk.
Kini gelar mahasiswa sebagai kaum intelektual perlahan mulai bergeser menjadi
kaum anarkis. Dalam masyarakat yang sehat, anarkisme tidak akan muncul,
karena masyarakat paham bagaimana menyelesaikan setiap persoalan secara
baik, rasional, dan harus sesuai dengan etika.
Menurut Denny JA. ada tiga kondisi lahirnya gerakan sosial seperti gerakan
mahasiswa yang melakukan tindakan anarkis. Pertama, gerakan sosial dilahirkan
oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan itu. Kedua, gerakan sosial
timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada. Ketiga, gerakan
sosial semata-mata masalah kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak.
Gerakan mahasiswa mengaktualissikan potensinya melalui sikap-sikap dan
pernyataan yang bersifat imbuan moral. Mereka mendorong perubahan dengan
mengetengahkan isu-isu moral sesuai sifatnya yang bersifat ideal. Ciri khas
gerakan mahasiswa adalah mengaktualisasikan nilai-nilai ideal mereka karena
ketidakpuasan terhadap lingkungan sekitarnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai seorang Mahasiswa dan profesional yang handal, mahasiswa harus


tahu dan peka terhadap problem-problem moral yang terjadi dalam masyarakat.
Jangan hanya menjadi seorang Mahasiwa / profesional yang hebat namun ketika
berhadapan dengan pemikiran kritis tentang problem - problem moralitas di sana
ia menjadi tak berguna. Problem - problem moralitas dalam masyarakat tidak akan
pernah terselesaikan. Oleh karena itu pemikiran-pemikiran kritis untuk menjawab
problem - problem tersebut senantiasa diperlukan.
Tujuan utama mempelajari Etik adalah guna menjunjung tinggi martabat etika
di masyarakat, memelihara dan menjaga kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan layanan diatas keutamaan pribadi, menentukan baku standar
sendiri dan penilaian masyarakat mengenai baik dan buruknya pribadi seseorang.

3.2 Saran

Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis ingin mengajukan beberapa saran :
1. Hendakna setiap Mahasiswa dapat membantu suatu pendirian dalam beragam
pandangan dan moral.
2. Mahasiswa mampu membedakan mana yang boleh dan tidak boleh, mana
yang baik dan tidak baik.
3. Mahawiswa dapat membantu dan mampu menentukan pendapat.
4. Menjembatani semua dimensi atau nilai – nilai.
DAFTAR PUSTAKA :

1. Prof. Dr. Franz Magnis Suseno cs, Etika Sosial. Panduan untuk mahasiswa –
Jakarta. Gramedia pustaka,1996.
2. Prof. Dr. Franz Magnis Suseno.Etika Dasar. Masalah-masalah pokok filsafat
moral. Yogyakarta, Kanisius, 1987.
3. Univ. Mercu buana, Etika dan perilaku profesional sarjana, Yogyakarta. Graha
ilmu, 2013.

Anda mungkin juga menyukai