RANCANGAN SISTEM
AIR BUANGAN
Rancangan perpipaan air buangan dapat dilakukan setelah sarana alat plambing ditentukan.
Penentuan sarana alat plambing telah dibahas pada materi sebelumnya, sehingga pada
bagian ini tidak dibahas kembali.
Halaman 1
Perancangan Air Buangan
Pipa Pembuangan Gedung yaitu: pipa air buangan yang mengumpulkan (semua
jenis) air buangan dari pipa tegak atau beberapa pipa tegak untuk dialirkan menuju
pipa riool (penyaluran air buangan) gedung.
Pipa riool (penyaluran air buangan) gedung yaitu: pipa air buangan yang
menyalurkan air buangan dari pipa pembuang gedung atau beberapa gedung untuk
dialirkan menuju pipa penyaluran air buangan (riool) kota atau pipa instalasi
pengolahan air buangan.
Sistem perpipaan air buangan tersebut termasuk perlengkapan pipa pada sistem perpipaan
air buangan tersebut.
5.2.1 Umum
Dimensi Perpipaan air buangan dapat ditentukan setelah rancangan sistem perpipaan air
buangan selesai dilakukan.
Dimensi atau ukuran pipa air buangan harus cukup untuk dapat mengalirkan air buangan
secara baik sesuai dengan kaidah Mekanika Fluida,yaitu umumnya untuk pengaliran tanpa
tekanan (open channel), kecuali pada perpipaan yang menggunakan pengaliran dengan
pompa digunakan sistem closed channel. Selain itu pipa air buangan ini harus mencukupi
untuk mengalirkan air buangan yang mengandung kotoran secara memadai, sehingga
kotoran dapat mengalir secara baik.
Pipa yang terlalu besar akan membuat biaya lebih besar dan tidak ekonomis, selain itu pada
pipa yang terlalu besar ini kecepatan aliran akan terlalu kecil yang mengakibatkan kotoran
akan mengendap dan pada akhirnya dapat terjadi penyumbatan.
Pada pipa yang terlalu kecil maka kecepatan aliran akan sangat besar yang dapat
mengakibatkan cepat rusaknya pipa serta dapat terjadi efek “siphon” sehingga air pada Trap
(perangkap) dapat terbawa.
Halaman 2
Perancangan Air Buangan
Untuk aliran air buangan yang menerus (tetap) atau periodik, seperti pompa,
mesin pendingin dsb, unit alat plambing diberikan nilai 2 untuk setiap
kapasitas aliran 3 liter/menit
2
𝑈𝐴𝑃 = 𝑞
3
Dimana:
q = kapasitas aliran (liter/menit)
Halaman 3
Perancangan Air Buangan
𝑈𝐴𝑃 = 200
5.2.3 Ketentuan
Ukuran pipa tidak boleh ada pengecilan (mengecil) dalam arah pengaliran air buangan dari
hulu ke hilir. Dimensi pipa air buangan minimal (tidak boleh kurang) dari 32 mm, sedangkan
pipa yang ditanam dalam tanah harus mempunyai ukuran minimum sebesar 50 mm.
Pipa air buangan yang mengalirkan dari Kloset minimal harus mempunyai ukuran 75 mm
dan pipa yang mengalirkan air buangan dari 2 (dua) kloset atau lebih minimal harus
menggunakan pipa dengan diameter 100 mm.
Pada jalur pipa yang panjang (> 12 meter) ukuran pipa yang digunakan tidak kurang dari 50
mm. Hal ini karena pada pipa kecil akan mudah tersumbat akibat kotoran atau kerak,
walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup.
Interval cabang ini akan menentukan dalam penentuan dimensi pipa tegak dari air buangan.
Halaman 4
Perancangan Air Buangan
Pipa cabang mendatar ini umumnya dipasang dengan kemiringan pipa 1/50 sampai dengan
1/100, seperti ditunjukan pada Tabel 2.
Kecepatan aliran merupakan fungsi dari kemiringan dan diameter pipa.
Diameter pipa cabang yang harus digunakan dapat ditentukan berdasarkan batasan
maksimum dari Unit Alat Plambing yang dapat ditampung pada masing-masing ukuran
diameter pipa. Batasan beban maksimum yang dapat ditampung dapat ditentukan mengacu
pada Plambing Praktis dan berdasarkan National Plambing Code (NPC), seperti ditunjukan
pada Tabel 3. Plambing Praktis digunakan untuk alat plambing yang melayani sarana umum
(public), dimana setiap sarana alat plambing melayani 20 – 30 orang pemakai. Sarana umum
tersebut merupakan sarana dari gedung-gedung umum, seperti : kantor, sekolah, mal
(pertokoan), rumah sakit dll. National Plumbing Code digunakan untuk sarana pribadi,
seperti apartemen, hotel dll, dimana setiap sarana alat plambing melayani 10 – 15 orang
pemakai.
Berdasarkan Tabel 3, tersebut nampak bahwa pipa diameter 32 mm dapat menampung
beban maksimum sebesar 1 (satu) Unit Alat Plambing (UAP) baik berdasarkan Plambing
Praktis maupun NPC, dan pipa diameter 40 mm dapat menampung beban maksimum
sebesar 3 UAP berdasarkan Plambing Praktis maupun NPC, sedangkan pipa diameter 50 mm
dapat menampung beban maksimum sebesar 5 UAP berdasarkan Plambing Praktis dan
dapat menampung beban maksimum sebesar 6 UAP berdasarkan standar NPC.
Halaman 5
Perancangan Air Buangan
Contoh :
Bila Unit Alat Plambing pada jalur pipa horizontal a – b sebesar 15 unit, maka diameter pipa
horizontal yang harus digunakan adalah 100 mm, kemiringan pipa yang dapat digunakan
adalah 1/100. Bila menggunakan standar Plambing Praktis, dan bila menggunakan standar
NPC diameter pipa yang digunakan adalah 75 mm, kemiringan pipa yang dapat digunakan
adalah 1/50.
Contoh Penerapan :
Sarana alat plambing seperti digambarkan pada Gambar 5.30.
Diameter pipa alat plambing dan diameter pipa pembuang alat plambing ditentukan dengan
menggunakan Tabel 5.3.
Unit Alat Plambing dapat ditentukan berdasarkan Tabel 5.4. Dan diameter pipa cabang
horizontal dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 5.6. dan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang umum pada penentuan dimensi pipa air buangan.
Hasil penentuan dimensi perpipaan cabang horizontal air buangan tersebut ditunjukan pada
Tabel 4.
Halaman 6
Perancangan Air Buangan
Halaman 7
Perancangan Air Buangan
Tabel 6 Beban Maksimum UAP untuk pipa tegak lebih dari 3 tingkat/interval
Beban Maksimum
Diameter Pipa
Untuk 1 Tingkat > 1 Tingkat Keterangan
(mm)
Praktis NPC Praktis NPC
32 1 1 2 2
40 2 2 8 8
50 6 6 24 24
65 9 9 42 48
75 14 16 54 60 *
100 72 90 400 500
125 160 200 880 1.100
150 280 350 1.520 1.900
200 480 600 2.880 3.600
250 700 1.000 3.920 5.600
300 1.050 1.500 5.880 8.400
Sumber: Soufyan N. Bambang, Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing, 1988, diolah
Contoh Penerapan :
Pipa Tegak Maksimal 3 Tingkat/Interval
Sistem perpipaan air buangan untuk tiap lantai menerima 90 UAP. Pipa tegak menerima
beban dari 3 tingkat, maka diameter pipa tegak yang diperlukan seperti ditunjukan pada
Gambar 1.
Halaman 8
Perancangan Air Buangan
90 UAP
Pipa Tegak A
Pipa Cabang Horizontal
90 UAP A
90 UAP
(100 mm)
B
Pipa Cabang Horizontal
180 UAP B
(100 mm) 90 UAP
C
270 UAP
(125 mm)
1. Penomoran
2. Penomoran jalur pipa sesuai gambar
3. Unit Alat Plambing (UAP) dari setiap lantai
4. Hasil perhitungan kumulasi dari UAP untuk jalur pipa yang mengalirkan air dari arah hulu ke hilir
5. Penentuan diameter pipa tegak berdasarkan Tabel 5. dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan pada
penentuan dimensi pipa air buangan.
Halaman 9
Perancangan Air Buangan
450 UAP
(125 mm) F
Halaman 10
Perancangan Air Buangan
Catatan:
Penggunaan Pompa mengikuti kaidah Sistem Pompa. Pemilihan
kapasitas pompa disesuaikan dengan kondisi sistem dan
kapasitas pompa yang ada dipasaran.
Halaman 11
Perancangan Air Buangan
Tabel 9 Beban Maksimum Unit Alat Plambing untuk Pipa Pembuang Gedung
Kemiringan Pipa
Diameter 1/192 1/96 1/48 1/24
No Pipa Plambing National Plambing National Plambing National Plambing National Keterangan
(mm) Praktis Plambing Praktis Plambing Praktis Plambing Praktis Plambing
(1) Code (2) (1) Code (2) (1) Code (2) (1) Code (2)
1 50 21 21 26 26
2 65 22 24 28 31
3 75 18 20 23 27 29 36 (*)
4 100 104 180 130 216 150 250
5 125 234 390 288 480 345 575
6 150 420 700 504 840 600 1000
7 200 840 1400 960 1600 1152 1920 1380 2300
8 250 1500 2500 1740 2900 2100 3500 2520 4200
9 300 2340 3900 2760 4600 3360 5600 4020 6700
10 375 3500 7000 4150 8300 5000 10000 6000 12000
Keterangan :
(1) Digunakan kalau setiap alat plambing melayani 20 - 30 orang, dan digunakan sistem vent loop
(2) Digunakan kalau setiap alat plambing melayani 10 - 15 orang, dan digunakan sistem vent individual
(*) tidak lebih dari 2 kloset
Sumber: Soufyan N. Bambang, Perancangan & Pemeliharaan Sistem Plambing, 1988, diolah
Halaman 12
Perancangan Air Buangan
3 80 UAP
1 100 UAP (100 mm)
(100 mm)
100 UAP
4 (100 mm)
80 UAP 150 UAP
2 (100 mm) 5
(100 mm)
CO
CO 100 UAP
100 UAP a’ c'
(100 mm)
(100 mm) Ke pipa
100 UAP b 180 UAP 260 UAP 360 UAP e 510 UAP
CO air kotor
a (100 mm) (125 mm) c (150 mm) d (150 mm) (200 mm) f gedung
CO b' 80 UAP CO e' 150 UAP
(100 mm) (100 mm)
Pipa pembuangan gedung
Kemiringan (S) = 1/96
Halaman 13
Perancangan Air Buangan
3 80 UAP
1 100 UAP (100 mm)
(100 mm)
100 UAP
4 (100 mm)
80 UAP 150 UAP
2 (100 mm) 5
(100 mm)
CO
CO 100 UAP
100 UAP a’ c'
(100 mm)
(100 mm) Ke pipa
100 UAP b 180 UAP 380 UAP 460 UAP 560 UAP e 710 UAP air kotor
CO
a (100 mm) (125 mm) O P (150 mm) c (200 mm) d (200 mm) (200 mm) f gedung
CO b' 80 UAP e'
CO 150 UAP
(100 mm) Pompa (100 mm)
Kap. 300 l/min Pipa pembuangan gedung
Kemiringan (S) = 1/96
Halaman 14
Perancangan Air Buangan
Halaman 15
Perancangan Air Buangan
Catatan:
Pompa air buangan yang dipasang harus mampu mengalirkan air buangan pada
kondisi kapasitas puncak.
Kapasitas pompa yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas pompa yang ada
dipasaran.
Pada plambing, kapasitas air buangan = (100%) kapasitas air minum/air bersih
yang digunakan dan yang akan menjadi air buangan.
Kapasitas air buangan (q) didekti dengan persamaan:
3
𝑞 = 𝑈𝐴𝑃
2
Dimana:
q= kapasitas air buangan (liter/menit)
UAP = unit alat plambing
Contoh:
Pompa dipasang pada pipa air pembuangan dengan beban 180 UAP, seperti
ditunjukan pada Gambar 5, maka kapasitas air buangan adalah:
3
𝑞 = 𝑥180
2
Maka:
𝑞 = 270 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Pompa air buangan yang dipasang harus sama atau lebih besar dari kapasitas air
buangan agar mampu mengalirkan air buangan tersebut. Pompa air buangan
yang dipasang, misalnya mempunyai kapasitas 300 liter/menit.
Beban pompa air buangan tersebut ditentukan dengan persamaan:
2
𝑈𝐴𝑃 = 𝑞
3
Maka:
2
𝑈𝐴𝑃 = 𝑥300
3
𝑈𝐴𝑃 = 200
270 liter/menit
Pompa
Kap. 300 liter/menit
180 UAP 380 UAP
125 mm 150 mm
200 UAP
Halaman 16
Perancangan Air Buangan
Apabila pipa pembuang gedung menerima beban dari sistem perpipaan air hujan, maka
debit/kapasitas dari sistem air hujan perlu dikonversikan menjadi beban air buangan dalam
unit alat plambing (UAP). [Sistem Perpipaan Air Hujan diuraikan terpisah]
Konversi debit/kapasitas sistem air hujan dikonversikan menjadi beban air buangan dengan
persamaan:
Aliran air hujan dianggap merupakan aliran yang menerus (tetap) pada waktu tertentu.
Hal ini serupa dengan kondisi pompa. Oleh karena itu maka unit alat plambing (UAP)
untuk aliran air hujan diberikan nilai 2 untuk setiap kapasitas aliran 3 liter/menit
UAP = 2/3 q
Dimana q = kapasitas aliran air hujan (liter/menit)
Contoh penggunaan: bila air kapasitas hujan yang dialirkan melalui pipa sebesar 450
liter/menit, maka besarnya UAP = 2/3 x 450 = 300
Contoh Penerapan :
a) Sistem Tanpa Pompa
Pada sistem perpipaan air buangan yang tercampur, perpipaan pembuang gedung
menerima aliran air dari pipa tegak air buangan yang melayani lebih dari 3
tingkat/interval, serta pipa tegak air hujan seperti ditunjukan pada Gambar 5 (a).
Perhitungan ditunjukan pada Tabel 12.
a) Sistem Menggunakan Pompa
Pada sistem perpipaan air buangan untuk pipa pembuang gedung tersebut
sebagaimana telah diuraikan pada contoh diatas, pada contoh ini misalnya
digunakan pompa dengan kapasitas 750 Liter/menit, seperti ditunjukan pada
Gambar 5 (b).
Perhitungan ditunjukan pada Tabel 13.
Pipa Tegak
Pipa Tegak
Air Hujan
Air Buangan
2
1
Kap. 450 liter/menit
300 UAP
180 UAP 100 mm
100 mm
300 UAP B’
150 mm
Menuju
180 UAP 480 UAP
Pipa Riol
A 125 mm B 200 mm C Gedung
Halaman 17
Perancangan Air Buangan
Pipa Tegak
Pipa Tegak
Air Hujan
Air Buangan
2
1
Kap. 450 liter/menit
300 UAP
180 UAP 100 mm
100 mm
Pompa
300 UAP B’
150 mm Kap. 750 liter/menit
Menuju
180 UAP 480 UAP 980 UAP
Pipa Riol
A 125 mm B 200 mm C 250 mm E
D Gedung
Halaman 18
Perancangan Air Buangan
Catatan:
Beban air buangan (UAP) = ½ x Kapasitas airbuangan (q)
Untuk air buangan yang menerus (tetap) atau intermiten, seperti air dari
pompa , air hujan, dsb:
Beban air buangan (UAP) = 2/3 x Kapasitas airbuangan (q)
Contoh Penerapan.
Perpipaan Riol Gedung melayani perpipaan pembuang gedung dari 2 gedung, yaitu Gedung
A dan Gedung B, seperti ditunjukan pada Gambar 7. Pipa pembuang dari gedung A
mengalirkan air buangan dengan beban 300 UAP, sedangkan dari Gedung B sebesar 450
UAP. Pada contoh tersebut misalnya: pada pipa pembuang gedung A dilengkapi dengan
pompa, yang dimaksudkan untuk dapat mengalirkan air dari pipa pembuang Gedung A yang
letaknya lebih rendah menuju pipa Riol Gedung.
Diameter
No Pipa Jalur Pipa Unit Alat Plambing Keterangan
(mm)
1 Pipa Pembuang Gedung A-B 300 150
2 Pompa 450 liter/menit B-C 450 liter/menit 300 (*)
3 Pipa Pembuang Gedung C-D 300 + 300 600 200
4 Pipa Riol Gedung D-E 600 200
5 Pipa Pembuang Gedung F-E 450 450 200
6 Pipa Riol Gedung E-G 600 + 450 1050 250
Keterangan:
(*) Kapasitas Pompa minimal (Qp) = 3/2x UAP, digunakan pompa 450 liter/menit.
Beban dari pompa (UAP) = 2/3q
Halaman 19
Perancangan Air Buangan
600 UAP
200 mm
A 300 UAP B C
150 mm D
Pembuang Gedung
600 UAP
Pembuang Gedung
200 mm
450 UAP
E F
200 mm
Riol Gedung
Sistem perpipaan air buangan plambing dapat pula dirancang sistem air buangan terpisah,
dimana air bekas (grey water) dan air kotor (black water) disalurkan pada sistem perpipaan
yang terpisah.
Dasar perancangan pada sistem ini serupa degan perancangan yang telah diuraikan, namun
sistem perpipaan dibuat terpisah, sehingga perhitungan terpisah untuk perhitungan
perpipan sistem air bekas (grey water) dan perhitungan perpipan air kotor (black water).
Halaman 21