Anda di halaman 1dari 12

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN

NARKOBA DI KOTA SURABAYA

Nuri Pina, Oedojo Soedirham


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: rifi_f@yahoo.com

Abstract: Drugs are a serious problem that need to be solved together. Based on the data from City
Narcotics Agency (BNNK) the number of drug abusers in Surabaya is increased. The city of Surabaya
has issued local law (Perwali) Number 65 of 2014 about policies and strategies for the area in the field
of prevention, Combating Drug Abuse and Illicit Drugs (P4GN). The regulation has been in accordance
with the healthy public policy. The aim of this study is to determine the government’s support in
preventing drug abuse. The special purpose is to determine the achievement of the target, implementation
constraints, prevention, and the responsiveness of the community. The research methods was qualitative
approach. Collecting the data through in-depth interviews, documentation, and observation. Informants
from SKPD that is related to the prevention of drug abusers, employee from BNN Surabaya, and a third
resident of drug abusers in Surabaya had selected by purposive sampling. The results in phase to the
target is not in accordance with the Perwali, because it still has obstacles ie outreach to street children,
and the commitment in activities. The government’s efforts in implementing prevention programs of
drug abusers were in conformity with Perwali, including socialization, curriculum integration on anti-
drug, TOT, the establishment of peer counselor, and the establishment of the youth anti-drug cadre.
Responsiveness of people have started going well. People have the awareness and courage to report
drug abuse related to BNN city of Surabaya to be rehabilitated.

Keywords: government suport, drug prevention, Surabaya

Abstrak: Narkoba merupakan masalah yang serius untuk diselesaikan bersama. Berdasarkan data Badan
Narkotika Kota (BNNK) Surabaya, jumlah penyalahguna narkoba di Surabaya meningkat di Tahun
2014 dan 2015. Pemerintah kota Surabaya sudah mengeluarkan Perwali Nomor 65 Tahun 2014 tentang
kebijakan dan strategi daerah bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN). Peraturan tersebut sudah sesuai dengan kebijakan publik berwawasan kesehatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dukungan pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.
Tujuan khusus mengetahui pencapaian target sasaran, kendala pelaksanaan, usaha pencegahan, dan
responsifitas masyarakat. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan datanya
melalui wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Informan dipilih secara purposive sampling
yaitu SKPD terkait pencegahan penyalahguna narkoba, pegawai BNN Kota Surabaya, dan 3 residen
penyalahgunaan narkoba di Surabaya. Hasil penelitian pada pencapaian target sasaran belum sesuai
dengan Perwali tersebut, karena masih memiliki kendala yaitu penjangkauan terhadap anak jalanan, dan
komitmen dalam kegiatan. Usaha pemerintah dalam melaksanakan program pencegahan penyalahguna
narkoba sudah sesuai dengan Perwali, diantaranya sosialisasi, kurikulum integrasi anti narkoba, TOT,
pembentukan konselor sebaya, dan pembentukan kader pemuda anti narkoba. Responsifitas masyarakat
sudah mulai berjalan dengan baik. Masyarakat memiliki kesadaran dan keberanian untuk melaporkan
terkait penyalahgunaan narkoba ke BNN kota Surabaya untuk dilakukan rehabilitasi.

Kata kunci: dukungan pemerintah, pencegahan narkoba, Surabaya

PENDAHULUAN
2008 berjumlah 10.008 jiwa. Tahun 2009
Narkoba merupakan masalah yang meningkat menjadi 11.140 jiwa. Tahun
perlu diperhatikan oleh semua elemen 2010 meningkat menjadi 17.898 jiwa.
masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Tahun 2011 meningkat menjadi 19.128 jiwa.
Narkotika Nasional, kasus penyalahgunaan Tahun 2012 menurun menjadi19.081 jiwa.
narkoba setiap tahunnya meningkat. Kasus Berdasarkan latar belakang pendidikan,
tertinggi adalah golongan narkotika. Tahun terbanyak pengguna berlatar belakang SMA

171
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 172

yaitu 19.730 jiwa, diikuti SMP yaitu 9.768 masyarakat pada penyalahgunaan narkoba
jiwa. Latar belakang yang paling banyak yaitu mengganggu ketertiban, rasa takut
dari korban penyalahgunaan narkoba adalah serta meresahkan lingkungan sekitar. Akibat
tingkat SMA dan remaja (KemenkesRI, penyalahgunaan narkoba yang ditimbulkan
2014). terhadap bangsa dan negara yaitu merugikan
Jawa Timur merupakan provinsi padat harkat dan martabat bangsa, merusak
penduduk, dengan jumlah 37.070.731 generasi muda serta merusak ketahanan
juta jiwa, serta luas wilayah 47.922 km2. nasional (Bakhri, 2012). Penyalahgunaan
Informasi dari Badan Narkotika Nasional narkoba jika tidak ditangani secara serius
(BNN) tahun 2013, penyalahguna narkoba sejak dini, dikhawatirkan merusak masa
di Jawa Timur memiliki peringkat nomor depan generasi penerus bangsa. Maka dari
dua setelah Jakarta. Menurut Ditjen itu, perlu upaya yang dilakukan secara terus-
Pemasyarakatan, jumlah narapidana terkait menerus demi mengontrol dan mencegah
masalah narkoba 49.896 jiwa, terdiri peredaran gelap narkoba untuk Indonesia
dari produsen sekitar 952 jiwa, bandar bisa terlepas dari bahaya narkoba tersebut.
5.430 jiwa, pengedar berjumlah 22.092 Peraturan Walikota Surabaya Nomor
jiwa, penadah 2.490 jiwa dan pengguna 65 Tahun 2014 merupakan turunan dari
18.905 jiwa. Semakin tinggi penyalahguna Intruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011
narkoba di jawa timur sehingga dikeluarkan tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi
kebijakan yaitu Pergub Nomor 74 Tahun nasional bidang P4GN. Tujuan P4GN adalah
2012 (KemenkesRI, 2014). menurunkan jumlah penyalahguna narkoba.
Berdasarkan data BNNK Surabaya, Adanya kebijakan Perwali tersebut mampu
kasus penyalahguna narkoba masih menurunkan jumlah penyalahguna narkoba
meningkat. Hal ini terhitung mulai tahun di Surabaya sesuai dengan tujuan Perwali
2014 berjumlah 403 jiwa dengan jumlah yaitu Surabaya bebas dari narkoba dan tidak
laki-laki 376 jiwa dan perempuan 27 ada penyalahguna narkoba yang baru.
jiwa. Tahun 2015 meningkat menjadi 423 Menurut WHO (2009), promosi
jiwa dengan jumlah laki-laki 248 jiwa kesehatan merupakan proses peningkatan
dan perempuan 42 jiwa. Peningkatan kontrol dalam kesehatan. Menurut
angka penyalahguna narkoba tersebut ilmu kesehatan masyarakat, promosi
menjadi masalah bersama bagi masyarakat kesehatan memiliki arti sebagai bagian
Surabaya. Informasi dari Badan Narkotika dari pencegahan masalah kesehatan. Salah
kota Surabaya, penyalahgunaan narkoba satunya yang berkaitan dengan pencegahan
disebabkan oleh kurangnya pemahaman masalah kesehatan adalah program
tentang agama dan keinginan untuk sekedar pencegahan penyalahguna narkoba pada
mencoba. Perwali Surabaya nomor 65 tahun 2015.
Berdasarkan hasil dari kegiatan Berdasarkan strategi promosi kesehatan
rutinitas meeting bersama residen di sesuai deklarasi Ottawa Charterada lima
salah satu tempat rehabilitasi sosial kota diantaranya kebijakan publik berwawasan
Surabaya mengatakan bahwa faktor utama kesehatan, lingkungan yang mendukung
penyebab dari penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan, peningkatan partisipasi
yaitu pergaulan dan lingkungan. masyarakat, pengembangan keterampilan
Narkoba memiliki efek buruk baik terhadap anggota masyarakat, reorientasi
secara individu, keluarga, maupun pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
masyarakat. Efek yang terjadi terhadap Strategi kebijakan publik yang
individu diantaranya gangguan mental, berwawasan kesehatan adalah kebijakan
ketergantungan, gangguan kesehatan, yang selalu menyertakan kesehatan dalam
menjadi pelaku kejahatan, menghancurkan semua aspek. Tujuan kebijakan yaitu
masa depan sendiri serta mengakibatkan menciptakan lingkungan yang mendukung
kematian. Efek buruk terhadap keluarga seseorang agar melakukan hidup sehat.
yaitu gangguan keharmonisan, aib, serta Selain itu lingkungan memiliki peranan
dapat menghilangkan harapan dari penting dalam perlindungan terhadap
keluarga. Akibat yang ditimbulkan terhadap bahaya narkoba. Lingkungan yang dimaksud
173 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 171–182

meliputi tempat tinggal, tempat bekerja, pemberantasan narkoba. BNN juga memiliki
komunitas lokal, fasilitas umum termasuk arah kebijakan sebagai berikut: peningkatan
akses dan sumber daya kesehatan, serta sumber daya alam, pencegahan, sosialisasi,
peluang untuk pemberdayaan (Notoatmodjo, koordinasi, kerja sama internasional, peran
2012). serta dari semua elemen masyarakat baik
Notoatmodjo (2012), mengatakan kalangan atas ataupun bawah, penegakan
partisipasi masyarakat memiliki peranan hukum, rehabilitasi, komunikasi, informasi
penting dalam pencegahan masalah dan edukasi, pengawasan dan pengendalian
kesehatan yaitu penyalahgunaan narkoba. (BNN, 2009).
Partisipasi tersebut bisa berupa pemberian Berdasarkan Peraturan Walikota
informasi mengenai bahaya narkoba, Surabaya nomor 65 tahun 2014 tentang
pelaporan kasus narkoba, sebagai kader rencana aksi kebijakan dan strategi daerah
pemuda anti narkoba, dan konselor sebaya. bidang P4GN, Perwali yang berkaitan
Setiap masyarakat diharapkan mampu dengan bidang pencegahan penyalahguna
mengendalikan hidupnya serta merubah narkoba yaitu,
perilakunya yang negatif. Hal ini dilakukan
dengan cara berfikir kreatif kritis, empati “Sosialisasi bahaya narkoba, membuat
yang tinggi, kemampuan komunikasi yang modul, pembentukan tim sebaya,
baik, kepercayaan diri kuat, pengendalian memberikan pelatihan dan aktivitas
emosi yang baik, serta mampu mengatasi leadership untuk mencegah penggunaan
tekanan lingkungan sekitar. Cara ini narkoba, membentuk tim deteksi dini,
dilakukan pada suatu organisasi pelayanan membentuk kader pendamping terhadap
kesehatan dengan melibatkan para para pengguna narkoba, memberi
profesional kesehatan, instansi pelayanan informasi dan edukasi tentang bahaya
kesehatan, dan pihak pemerintah terkait penyalahgunaan narkoba, membentuk
(Notoatmodjo, 2012). kader anti narkoba”.
Stahl et al (2006) mengatakan beberapa
pengembangan pada Health In All Policies Pemerintah kota Surabaya memiliki
(HIAP) yaitu usaha untuk meningkatkan dukungan penting dalam hal pencegahan
derajat kesehatan serta memberikan penyalahguna narkoba. Pemerintah
kontribusi kepada kesejahteraan dan melaksanakan program sesuai dengan
kekayaan bangsa. Kontribusi tersebut Perwali.
melalui struktur, mekanisme dan tindakan BNN telah menetapkan lingkungan
yang direncanakan serta dikelola oleh sektor pendidikan sebagai salah satu sasaran
selain kesehatan. strategis pencegahan penyalahguna narkoba.
Pelaksanaan program pencegahan BNN juga sebagai focal point dalam
penyalahguna narkoba tidak berdiri sendiri, pencegahan penyalahgunaan narkoba. BNN
akan tetapi kerjasama antar SKPD yaitu melalui paradigma baru berperan lebih
Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan humanis dalam menangani penyalahgunaan
Pariwisata, Dinas Pemuda dan Olahraga, dan korban penyalahgunaan narkoba. BNN
Dinas Kesehatan, dan BNN kota Surabaya. juga sebagai rujukan dalam pencegahan
Pelaksanaan program pencegahan penyalahgunaan narkoba. Implemetasi
penyalahguna narkoba sesuai dengan salah kebijakan berupa pemberian informasi
satu strategi HIAP yaitu melakukan mitra didukung penuh partisipasi sekolah,
antar sektoral (Stahl, 2006). Kesehatan keluarga, dan masyarakat (BNN, 2009).
penduduk tidak hanya produk dari kegiatan Sistem kebijakan merupakan beberapa
sektor kesehatan saja, akan tetapi melibatkan pola institusional yang terdiri dari tiga
beberapa sektor dan ditentukan oleh kondisi elemen penting yaitu: lingkungan kebijakan,
hidup serta faktor lain yaitu faktor ekonomi pelaku kebijakan, dan kebijakan publik
dan sosial (Stahl, 2006). (Dunn, 2012). Kebijakan publik memiliki
BNN memiliki peranan dalam pengaruh yang kuat dalam perubahan
menjalankan tugas pokok dan fungsi terhadap masalah kesehatan yaitu berupa
pada P4GN terkait pencegahan dan Perwali Surabaya Nomor 65 Tahun
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 174

2014. Adanya kebijakan tersebut mampu penyalahguna narkoba di kota Surabaya,


menurunkan jumlah penyalahguna narkoba program pencegahan narkoba serta
di kota Surabaya. Tujuan penelitian ini yaitu observasi tentang kegiatan pencegahan
untuk mengetahui dukungan pemerintah penyalahgunaan narkoba. Instrumen yang
kota Surabaya dalam hal pencegahan digunakan adalah peneliti sendiri, panduan
penyalahguna narkoba tersebut. wawancara, perekam suara, kamera dan
lembar observasi. Analisis data dilakukan
dengan transkip dari wawancara, observasi,
METODE
dan studi dokumentasi. Kemudian dilakukan
Penelitian ini merupakan penelitian penyederhanaan dengan merangkum.
kualitatif. Pengumpulan data menggunakan Selanjutnya data disusun berdasarkan
teknik wawancara mendalam, observasi, klasifikasi dan diteliti kembali dengan
dan studi dokumentasi. Informan yang cermat. Setelah data dianggap cukup dan
dipilih secara purposive sampling, dengan telah sesuai maka laporan disusun sampai
jumlah informan 8 orang. Informan terdiri pada kesimpulan.
kepala seksi pendidikan masyarakat bidang
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas
HASIL
Pendidikan, kepala seksi Pengendalian
dan Pemberantasan Penyakit (PPP) bidang Hasil penelitian menunjukkan peran
Pengendalian dan Pemberantasan Masalah Pemerintah sudah sesuai dengan Perwali.
Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan, Peran tersebut diantaranya sosialisasi,
kepala seksi kepemudaan Dinas Pemuda pembentukan koselor sebaya, pembentukan
dan Olahraga, Staff bidang rekreasi kader pemuda anti narkoba, kurikulum
hiburan umum (RHU) Dinas Pariwisata integrasi anti narkoba, dan pelaksanaan
dan Kebudayaan, kepala Seksi Pencegahan Traininf of Trainer (TOT).
dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Dari hasil penelitian didapatkan
Kota Surabaya, masing-masing sebanyak perbandingan antara normatif dengan realita
1 informan dan 3 residen penyalahguna kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
narkoba di kota Surabaya. Alasan SKPD kota Surabaya yang disajikan pada tabel 1.
tersebut terpilih sebagai informan karena Berdasarkan tabel 1, Pemerintah
sesuai dengan surat keputusan Walikota kota Surabaya memberikan dukungan
Surabaya nomor 188.45/260/436.1.2/2013 penuh dalam pencegahan penyalahguna
Tanggal 1 Juli 2013 Tentang Tim aksi narkoba. Dukungan ini seperti sosialisasi,
P4GN. Penelitian ini berlangsung antara pembentukan konselor sebaya, kader
bulan November 2015 sampai Januari 2016. pemuda anti narkoba, pelaksanaan TOT,
Lokasi penelitian yaitu Dinas Pendidikan dan kurikulum integrasi anti narkoba.
yang bertempat di Jl. Jagir Wonokromo No. pelaksanaan program memiliki capaian
356 Surabaya, Dinas Pemuda dan olahraga target sasaran yaitu SMA, SMP, masyarakat,
yang bertempat di Jl. Jimerto 25–27 Lt. karang taruna, PNS, dan ibu rumah tangga.
IV Surabaya, Dinas kesehatan bertempat Pencapaian target sasaran belum memiliki
di Jl. Jemursari No. 197 Surabaya, Dinas kesesuaian dengan standart normatif,
Kebudayaan dan Pariwisata yang bertempat karena memiliki beberapa kendala di
di Jl. Adityawarman 110 Surabaya, BNN lapangan antara lain kesulitan melakukan
Kota Surabaya di Jl. Gayungsari Barat III penjangkauan terhadap anak jalanan, SDM
47/49 Surabaya, dan para residen di RSOS yang terbatas, dan belum dilaksanakan
Jl. Pandugo YKP 30 PC Surabaya. pemantauan setelah program dibentuk.
Data pemerintah tentang dukungan Berdasarkan hasil wawancara dengan
pemerintah kota Surabaya dalam upaya infoman di BNNK Surabaya, BNNK
pencegahan penyalahguna narkoba dan melaksanakan program pencegahan
alasan residen menyalahgunakan narkoba. penyalahguana narkoba masih belum
Data ini diperoleh dari hasil wawancara sesuai dengan target sasaran. Berikut
mendalam. Data sekunder diperoleh ungkapannya,
dari studi dokumentasi tentang jumlah
175 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 171–182

Tabel 1. Standar target dan temuan di lapangan


No Kegiatan Normatif Realita
1. Pencapaian − P e l a j a r t i n g k a t − Kurikulum integrasi anti narkoba sudah masuk
target sasaran SMAdan SMK ke semua instansi. Pembentukan konselor setiap
program instansi sudah terbentuk. Sosialisasi masih 26
pencegahan kali dari 221 SMA dan SMK
narkoba − P e l a j a r t i n g k a t − Sosialisasi sudah berjalan dengan sasaran 91
SMP dari 341 instansi. Kurikulum integrasi anti
narkoba sudah merata. Konselor sebaya sudah
merata.
− Karang taruna − TOT masih dilaksanakan 2 kali dengan sasaran
180 orang.
− PNS − Sosialisasi di lakukan 16 instansi.
− Ibu rumah tangga − Sosialisasi 59 kali melalui PKK dan organisasi
perempuan.
2. Kendala − Tidak ada kendala − Kendala dalam menjangkau para anak
pelaksanaan dalam pelaksanaan jalanan, Sumber Daya Manusia(SDM)
program program dalam melaksanakan program masih kurang,
pemerintah belum melakukan pemantauan
setelah program terbentuk.
3. Dukungan − Sosialisasi − Terlaksana di semua elemen masyarakat, akan
Pemerintah kota tetapi belum secara keseluruhan.
Surabaya dalam − P e m b e n t u k a n − Sudah terbentuk di setiap masing-masing
pencegahan konselor sebaya sekolah ada 3 anak.
penyalahguna − Pembentukan − Sudah terbentuk, akan tetapi masih 180 orang
narkoba kader pemuda anti dari karang taruna, mahasiswa dan Ormas
narkoba kepemudaan.
− TOT − Sudah dilaksanakan di Pacet dua kali pada
bulan September dan Oktober.
− Kurikulum integrasi − Terlaksana, launcing bulan Juni 2015 dan saat
anti narkoba ini sudah masuk sistem belajar mengajar.
4. Kerjasama Kerjasama dalam Berjalan maksimal, setiap SKPD melaksanakan
lintas sektoral pencegahan program bekerjasama dengan BNNK Surabaya.
penyalahguna narkoba Dinas pendidikan memiliki tanggung jawab
di pendidikan formal. Dinas Pemuda dan
Olahraga memiliki tanggung jawab terhadap
pemuda. Dinas Kesehatan fokus melaksanakan
tes urine selesai sosialisasi, Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan lebih kepada tempat hiburan.
5. Responsifitas Peran masyarakat Masyarakat melakukan perannya dalam pencegahan
masyarakat mendukung narkoba diantaranya guru BK, orang tua, konselor
program pencegahan sebaya, kader pemuda anti narkoba akan melaporkan
penyalahguna narkoba ke BNN jika ada yang menyalahgunakan narkoba.

“...Luasnya kota surabaya dan juga Kemudian pihak BNNK Surabaya


padatnya penduduk kota surabaya, mengatakan pelaksanaan sosialisasi sering
banyak sekali sekolah yg belum kepada pendidikan formal.
kita jangkau, sedangkan anggaran
dari pemerintah itu terbatas, jadi “...Sosialisasi kita sering ke tempat
pelaksanaan kami dalam menjangkau Sekolah-sekolah mbak ya, di SD,
kami memerikan informasi dari mulut SMP, SMK, SMA, tapi kita juga ke
ke mulut, terus juga mengadvokasi guru masyarakat...”.(I5,27)
dan wali murid...” (I5,27)
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 176

Berdasarkan ungkapan informan I1,


pemerintah sudah mengeluarkan kurikulum
integrasi anti narkoba dan masuk dalam
sistem belajar mengajar di sekolah tingkat
SMP, SMA. Kurikulum integrasi anti
narkoba menjelaskan tentang pemahaman
narkoba, dan pencegahannya. Dinas
Pendidikan tidak hanya launcing kurikulum,
akan tetapi sosialisasi terkait pemahaman
narkoba seperti kutipan berikut ini,

“...Kalau Dinas Pendidikan terkait


sosialisasi, terutama ke sekolah
dan mahasiswa, selain itu juga ada
pelatihan konseling guru TK, jadi
anaknya, Guru BK, orang tuanya,
dan kepala sekolah, kalau ini nggak
sinkron, enggak sambung, percuma
mbak...”(I1,34)

Dinas Pendidikan dalam melakukan


pencapaian target sasaran sosialisasi yaitu
Gambar 1. Kegiatan sosialisasi pencegahan kalangan siswa dan mahasiswa, selain itu
penyalahguna narkoba di kota Dinas Pendidikan melakukan pelatihan
Surabaya kepada para guru BK, orang tua murid,
dan kepala sekolah. Sama halnya dengan
Sesuai informasi BNNK Surabaya, yang diungkapkan oleh Dinas Pemuda dan
program pencegahan penyalahguna Olahraga. Sesuai dengan kutipan ini,
narkoba belum mencapai target sasaran
secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan “...Jadi kita kan karena di Dispora itu
ketidak seimbangan antara sasaran dengan kan ada bidang pemuda jadi tujuan
pelaksana program. Berdasarkan hasil studi kita untuk pencegahan penyalahguna
dokumentasi, pemerintah mencapai target narkoba itu adalah pemuda, sesuai
sasaran program sosialisasi belum semua dengan Undang-Undang kepemudaan
masyarakat tercakup. Nomor 40 Tahun 2009, itu usia pemuda
Berdasarkan gambar 1, Pemerintah adalah dari 16-30, itu yang kita
melaksanakan sosialisasi terbanyak di SMP tuju...”(I2,52)
sebanyak 91 instansi dari 341 instansi.
Pelaksanaan sosialisasi belum memiliki Kemudian Dinas Pemuda dan Olahraga
kesesuaian dengan jumlah instansi sasaran. juga mengatakan pencapaian sasaran
Dinas Pendidikan juga mengungkapkan sosialisasi selama tahun 2015. Sesuai
pencapaian target sasaran program dan dengan kutipan berikut ini,
usaha pencegahan. Sesuai dengan kutipan
berikut ini, “...Kita sosialisasi dalam satu tahun
itu ada 31 kali kegiatan per kecamatan,
“...Jadi kemaren dinas pendidikan itu sistemnya perkecamatan kita roudshow
bersama BNN, launcing kurikulum mbak....”(I2,52)
integrasi anti narkoba di sekolah SMP
Dinas Pemuda dan Olahraga
SMA mbak, jadi misalnya matematika
mengatakan terkait sasaran dalam
atau pelajaran bahasa di indonesia,
pelaksanaan program. Sesuai kutipan berikut
dijelaskan bagaimana narkoba itu,
ini,
seperti apa, dan macem macem seperti
itu....”(I1,34)
177 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 171–182

“...Bisa anak karangtaruna, bisa anak Pariwisata dan Kebudayaan juga sudah
sekolah, bisa anak mahasiswa juga, melakukan sosialisasi ke beberapa tempat
pemuda lainnya pokoknya yang orang hiburan, tetapi belum semuanya.
umur itu tadi 16–30 tahun...”(I2,52) Berdasarkan informasi beberapa Dinas,
mereka belum mencapai target sasaran
Selanjutnya Dinas Pemuda dan secara keseluruhan, hanya kurikulum
Olahraga mengungkapkan pelaksanaan TOT integrasi anti narkoba dan konselor sebaya.
dan sampai pembentukan kader pemuda anti Akan tetapi pemerintah sudah melaksanakan
narkoba. Seperti kutipan berikut ini, program sesuai Perwali yaitu sosialisasi,
pembentukan kader pemuda anti narkoba,
“...Kita melakukan TOT 2 kali, TOT pembentukan konselor sebaya, pelaksanaan
baru tahun ini pelaksanaanya ditrawas TOT, dan kurikulum integrasi anti narkoba.
tempatnya mbak selama 3 hari, kita Kendala pemerintah dalam mencapai
latih mereka, kita latih dari segi fisik, sasaran yaitu sulit dalam menjangkau
dari segi mentalnya...”(I2,52) kalangan anak jalanan, keterbatasan SDM,
belum dilakukan pemantauan. Sesuai
Berdasarkan informasi Dinas Pemuda kutipan berikut ini,
dan Olahraga (Dispora), mereka sudah
melaksanakan sosialisasi 31 kali selama “...Kita kesulitan kalau sosialisasi
tahun 2015, dan TOT selama 3 hari ke anak-anak jalanan mbak ya,
bertempat di Trawas Mojokerto. Peserta karena disana ada kayak mafia nya
TOT diharapkan bisa fokus sehingga gitu mbak bos nya, jadi kita harus
mampu melahirkan kader pemuda anti selesaikan dulu dengan bosnya maka
narkoba yang berkualitas. Berbeda dengan bisa masuk ke anak jalanan. Mereka
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, mereka sudah seperti dijual oleh mafia atau bos
mengungkapkan sasaran fokus terhadap bosnya...”(I4,37)
tempat hiburan. Sesuai dengan kutipan
berikut ini, Dinas Pemuda dan Olahraga juga
mengungkapkan kendala yang dihadapi
“...Kita sasarannya fokus di tempat dalam pelaksanaan program. Sesuai kutipan
tempat hiburan mbak ya, dan apabila berikut ini,
mereka membuka usaha yang
berhubungan dengan narkoba gitu, “...Sementara saat ini belum dilakukan
harus memenuhi syarat ketentuan. Jika pemantauan mb, karena belum kita
melanggar akan kita berikan sanksi anggarkan. Insyaalah rencana kedepan
secara administratif dengan mencopot akan kita pantau agar mereka bekerja
izin...”(I3,35) secara benar...”(I2,52)

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga Dinas Pendidikan juga mengungkapkan


mengungkapkan sasaran dalam pelaksanaan terkait pemantauaan yang belum
sosialisasi. Berikut kutipannya, dilaksanakan. Seperti kutipan berikut ini,

“...Kita juga pernah melakukan “...Belum mbak, belum dilakukan.


sosialisasi di tempat hiburan Kita fokus dulu pada kurikulum dan
dengan kerjasama BNN dan Dinas sosialisasi karena juga semuanya masih
Kesehatan...”(I3,35) berjalan satu tahun ini dan belum kita
anggarkan juga. Pelan- pelan dulu lah
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mbak...”(I1,34)
mengungkapkan pencapaian target sasaran
di beberapa tempat hiburan. Mereka Berbeda dengan informasi dari BNNK
memberikan ketentuan dan syarat secara Surabaya, kendala mereka yaitu kurangnya
administratif pada awal proses perizinan SDM. Seperti kutipan berikut,
membangun tempat hiburan. Dinas
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 178

“...Kendala kita lebih ke interen Dinas Kesehatan juga melakukan


tenaga penyuluh, PNS 2, Non PNS 4 kerjasama lintas sektoral. Seperti kutipan
atau 5, misalnya kegiatan MOS kita berikut ini,
kebanjiran permintaan. Kalau untuk
eksternal kebanyakan sih ke kecamatan “...Kita setiap melakukan sosialisasi
kecamatan ya, susah mensinkronkan selalu kerjasama dengan dinas terkait
waktu, waktunya pas kadang tidak mbak ya, dan BNN. Kita fokus pada test
sesuai dengan target pesertanya, urine nya...”(I4,37).
sama menyocokkan jadwal, jadi
koordinasi dulu dengan kelurahan atau Responsivitas masyarakat yang mulai
kecamatan...”(I5,27) berjalan yaitu koselor sebaya, kader pemuda
anti narkoba, para guru BK, dan orangtua.
Berdasarkan ungkapan dari pemerintah Seperti kutipan berikut ini,
dan BNNK Surabaya, mereka memiliki
kendala dalam pelaksanaan program, yaitu “...Alasan kita terbentuknya konselor
SDM tenaga penyuluh yang terbatas, sulit sebaya yaitu untuk bisa menjangkau
menjangkau para anak jalanan, dan belum lebih ke para siswa, dan mereka mampu
dilakukan pemantauan. Sesuai informasi mensosialisasikan itu, mereka sudah
Dinas Pendidikan dan Dispora, mereka kita latih, karena kalau kita sendiri
belum melakukan pemantauan karena masih kesana juga tidak mampu, selain itu
fokus melaksanakan kegiatan pencegahan tadi sudah masuk dalam kurikulum
dan belum dianggarkan. Dinas Kesehatan belajar...” (I1,34)
memiliki kesulitan dalam penjangkauan
terhadap anak jalanan karena sudah dikuasai Dinas Pendidikan juga mengungkapkan
oleh para mafia yang mengakomodir peran aktif guru BK. Seperti kutipan berikut
mereka. ini,
Kerjasama lintas sektoral sudah
dilaksanakan oleh pemerintah dengan “...Selain itu juga ada pelatihan kepada
BNNK Surabaya, seperti yang diungkapkan Guru BK agar mereka tahu arah
Dinas Pendidikan. Berikut kutipannya, pelaporannya kemana...” (I1,34)

“...Kemaren dinas pendidikan itu, Dispora mengatakan peran kader


bersama BNN, itu hanya satu-satunya di pemuda anti narkoba, seperti kutipan berikut
Indonesia yang mempunyai kurikulum ini,
integrasi anti narkoba di sekolah, jadi
misalnya matematika atau e pelajaran “...Nah kader pemuda ini, mereka
bahasa di indonesia...”(I1,34) nanti dilingkungan mereka sendiri
kalau memang dia bisa memberikan
Sama halnya yang diungkapkan oleh pencerahan, sosialisasi, kalau itu
Dinas Pemuda dan Olahraga, seperti kutipan dilingkungan mereka sendiri...”(I2,52)
berikut ini,
BNNK Surabaya juga mengungkapkan
“...Kita kerjasama dengan BNN ya, jadi peran aktif orangtua. Seperti kutipan berikut
BNN sebagai narasumber ya...”(I2,52) ini,

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga “...Kita memberikan pelatihan kepada


melakukan kerjasama dalam pelaksanaan masyarakat mbak ya, khususnya
program, seperti kutipan berikut ini, para orang tua agar mereka memiliki
pemahaman untuk melindungi anaknya
“...Kegiatan sosialisasi itu bukan kita, dari jeratan narkoba itu. Ada orang
itu lebih cenderung kerjasama dengan tuanya secara suka rela agar anaknya
Dinas Kesehatan dan BNN...”(I3,35) di rehab karena diketahui kalau
anaknya menggunakan narkoba...”
(I5,27)
179 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 171–182

PEMBAHASAN Anak jalanan mencari nafkah ataupun


Jika dibandingkan antara normatif dan hanya berkeliaran dijalanan sehingga dapat
realita, dukungan pemerintah mencapai menjadi pemicu dalam penyalahgunaan
target sasaran program pencegahan narkoba karena faktor lingkungan dan
penyalahguna narkoba di kota Surabaya kurangnya pengetahuan terkait narkoba
belum secara optimal. Penyalahgunaan berpengaruh besar terhadap penyalahgunaan
narkoba meningkat dari tahun 2014 sampai narkoba. Anak jalanan memiliki hak
2015karena masih ada beberapa masalah terkait pengetahuan pemahaman narkoba.
dan kendala. Kendala tersebut diantaranya Pemberian informasi tidak hanya dilakukan
sulit menjangkau anak jalanan, SDM yang kepada anak yang berada di pendidikan
terbatas serta belum dilakukan pemantauan formal. Anak jalanan memiliki risiko
setelah program dibentuk yaitu konselor tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba
sebaya, kader pemuda anti narkoba, karena minimnya informasi dan lingkungan
kurikulum integrasi anti narkoba. yang mendukung. Faktor utama yang
Berdasarkan Undang-Undang menyebabkan penyalahgunaan narkoba
Pendidikan PP Nomor 32 Tahun 2013 yaitu lingkungan. Jika lingkungan sekitar
tentang Standar Nasional Pendidikan mendukung, maka akan mudah mereka
(S.N.P) terkait monitoring dan evaluasi terjebak dalam penyalahgunaan narkoba.
kurikulum pendidikan dilakukan oleh Masalah selanjutnya adalah tidak
pemerintah daerah ataupun kota. Secara memiliki kesesuaian target sasaran dengan
normatif dilakukan oleh dinas pendidikan realisasi di lapangan terkait pencegahan
dalam pemantauan kurikulum integrasi anti narkoba. Pelaksanaan program menjadi
narkoba. Menurut Dunn (2012) pemantauan komitmen bersama di semua elemen
memiliki fungsi yaitu kepatuhan, dimana masyarakat. Menurut Kadamarta (2012)
pemantauan bermanfaat dalam penentuan komitmen bersama memiliki pengaruh
tindakan dari para administrator program, yang kuat terhadap terealisasinya program
staff, dan pelaku lain sesuai dengan prosedur pencegahan penyalahguna narkoba.
yang sudah dibuat. Kepatuhan disini Komitmen ini dilakukan oleh masyarakat
diartikan program pencegahan penyalahguna ataupun pihak pemerintah melalui penyatuan
narkoba sudah berjalan sesuai dengan dan penyelarasan rencana aksi.
standart normatif yang ada. Setiap program Dukungan pemerintah diantaranya
jika tidak dilakukan pemantauan dan evaluasi sosialisasi di masyarakat, pembentukan
tidak akan diketahui keberhasilannya, konselor sebaya, kurikulum integrasi anti
seperti pembentukan konselor sebaya, narkoba, kader pemuda anti narkoba, dan
kader pemuda anti narkoba, dan kurikulum pelaksanaan TOT. Pemerintah melaksanakan
integrasi anti narkoba. Pemantauan memiliki program berdasarakan Perwali Surabaya
peranan penting dalam keberhasilan suatu Nomor 65 Tahun 2014 dan mengacu
program, salah satunya program pencegahan pada SK Walikota. Salah satu cara upaya
penyalahguna narkoba. Jika pemantauan pencegahan yang dilakukan pemerintah
dilakukan oleh pemerintah setelah program yaitu sosialisasi. Tujuan sosialisasi agar
dilaksanakan, maka akan diketahui tingkat masyarakat dapat mencegah penyalahgunaan
keberhasilan pelaksanaan program. Sesuai narkoba. Menurut Martono dan Joewana
dengan Perwali, ada ketentuan waktu dalam (2008) pendekatan sosialisasi memiliki bobot
melaksanakan pemantauan dan evaluasi tertinggi dalam pencegahan penyalahguna
yaitu setiap satu tahun sekali. narkoba terutama pada remaja. Pemerintah
Kendala lain yang dihadapi yaitu menganggap para remaja tidak memiliki
melakukan penjangkauan di kalangan pengetahuan tentang bahaya narkoba,
anak jalanan, sehingga hal ini perlu sehingga perlu diberikan informasi. Realita
dilakukan strategi yang sesuai dengan dilapangan asumsi ini tidak benar karena
sasaran. Menurut Departemen Sosial RI masyarakat jenuh dengan penyuluhan.
(2005) terkait anak jalanan yaitu anak yang Pemberian informasi belum memberikan
memiliki kehidupan dijalanan dan sebagian solusi dalam pencegahan penyalahgunaan
banyak menghabiskan waktu dijalanan. narkoba. Permasalahan yang mereka hadapi
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 180

yaitu apa yang dapat mereka lakukan dan membekalkan ilmu dan pengetahuannya
bagaimana caranya. Martono dan Joewana terkait pemahaman narkoba.
(2008) juga mengatakan alasan pendekatan Dispora melaksanakan TOT di
informatif kurang maksimal dalam Pacet Mojokerto dengan tujuan untuk
mencegah penyalahguna narkoba, karena membentuk kader pemuda anti narkoba.
informasi yang disampaikan dengan cara Pelaksanaan TOT tersebut berdasarkan
menakut-nakuti dan memperlihatkan cara Peraturan Walikota Surabaya nomor 65
pemakaian secara langsung. Pesan menakut- tahun 2014. Subargus (2011) mengatakan
nakuti sulit diterima oleh para remaja. tujuan pelaksanaan training tidak hanya
Mereka menganggap pemberian informasi untuk memberikan pengetahuan saja,
melalui sosialisasi hanya menanamkan rasa melainkan untuk berbuat lebih baik. Output
keingintahuan yang tinggi untuk mencoba TOT tidak hanya selesai pada pelaksanaan
menyalahgunakan narkoba. Pemerintah saja, akan tetapi mampu membentuk kader
memberikan informasi kepada masyarakat pemuda anti narkoba yang berkualitas
melalui contoh langsung cara pemakaian dan dan memberikan kontribusi dalam hal
pengaruh narkoba. Pemerintah beranggapan pencegahan penyalahguna narkoba.
agar dapat mencegah pemakaiannya. Akan Pelaksanaan program pencegahan
tetapi menurut Martono dan Joewana (2008) penyalahguna narkoba memiliki kaitan
menunjukkan hasil sebaliknya, mereka dengan kerjasama lintas sektoral.
memiliki keinginan yang besar untuk Government of South Australia (2010)
mencobanya. Masyarakat khususnya para mengungkapkan bahwa salah satu kunci
remaja mempunyai rasa ingin tahu yang mencapai HIAP adalah adanya penciptaan
tinggi, semakin mereka dilarang, maka aliansi atau kerjasama dan kemitraan
mereka akan semakin mendekati larangan yang mengakui kepentingan bersama dan
tersebut. Ketika belum memiliki dasar yang share target. Kerjasama lintas sektoral
kuat untuk menghindari penyalahgunaan merupakan salah statregi keberhasilan HIAP.
narkoba, mereka akan terjebak. Berdasarkan SK Walikota Tentang Tim
Alasan terbentuknya konselor sebaya aksi P4GN, pemerintah yang bertanggung
yaitu sebagai penghubung pemerintah jawab dalam hal pencegahan penyalahguna
dengan masyarakat dalam penyampaian narkoba melaksanakan tugasnya sesuai
informasi terkait narkoba dan bahayanya. dengan tupoksi masing-masing dan
Konselor sebaya akan menyampaikan kerjasama dengan BNN Kota Surabaya.
kepada teman sebayanya yang belum Peran BNNK dalam melaksanakan program
mendapatkan informasi dari pemerintah pencegahan sebagai fasilitator dari SKPD
terkait narkoba tersebut. Sesuai teori terkait. Kerjasama lintas sektoral sudah
Kadarmata (2012) terkait peran dinas mulai berjalan dengan adanya perwali
pendidikan yaitu pemberdayaan masyarakat tersebut dan lebih terintegrasi.
di lingkungan sekolah. Hal ini yang sudah Kerjasama lintas sektoral yang
terbentuk pada konselor sebaya serta sudah terimplementasi diantaranya Dinas
fungsinya sebagai pencegahan berbasis Pendidikan sebagai koordinator dalam
pembinaan kecerdasan emosional karena hal program pencegahan penyalahguna
emosi mereka yang sudah terbentuk. narkoba bekerja sama dengan BNN kota
Modul terkait narkoba dalam kurikulum Surabaya sebagai fasilitator. kerjasama
integrasi anti narkoba masuk sistem belajar dengan yang dilakukan Dinas Kesehatan
mengajar di tingkat SMP dan SMA. Menurut ketika akan melakukan test urine selesai
Ramly (2006) kurikulum diartikan sebagai pelaksanaan sosialisasi. Selain itu ketika
output sistem perkembangan kegiatan akan memetakan wilayah di tempat hiburan
belajar mengajar. Kurikulum integrasi yang rentan dengan transaksi narkoba, BNN
anti narkoba merupakan perkembangan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Dan
masalah penyalahgunaan narkoba di Kebudayaan. Dinas Pemuda dan Olahraga
Surabaya, sehingga perlu dikembangkan juga selalu bekerja sama dengan BNN
inovasi baru dalam sistem belajar mengajar. kota Surabaya sebagai fasilitator dalam
Melalui kurikulum ini, pihak sekolah penyampaian informasi terkait pemahaman
181 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 171–182

narkoba dan pembentukan kader pemuda anak untuk mengetahui permasalahannya.


anti narkoba. Perhatian yang diberikan orang tua terhadap
Responsifitas masyarakat memiliki anaknya dapat menumbuhkan rasa tanggung
peranan penting dalam pencegahan jawab anak untuk memberikan yang terbaik
penyalahguna narkoba. Berdasarkan hasil kepada orang tua mereka.
penelitian, masyarakat memiliki respons Peran serta masyarakat sangat penting
positif serta berpartisipasi dalam program dalam hal tercapainya suatu tujuan
penyalahgunaan narkoba, walaupun belum kebijakan, peran masyarakat dikaitkan
secara keseluruhan masyarakat melakukan dengan Peraturan Walikota Surabaya Nomor
partisipasi. Partisipasi masyarakat dalam 65 Tahun 2014. Seperti yang disampaikan
program pencegahan tersebut yaitu oleh Dhermawan (2012) terkait masyarakat
terbentuknya konselor sebaya, mereka dikatakan sebagai masyarakat yang
diharapkan mampu menyambungkan mandiri apabila mereka mampu mengenali
informasi ke masyarakat, membantu masalah yang ada pada mereka ataupun
program pemerintah dalam hal pencegahan lingkungan sekitar serta berbagai faktor
penyalahguna narkoba tersebut. selain yang mempengaruhi masalah tersebut.
koselor sebaya, kader pemuda anti narkoba,
mereka juga sebagai penyambung informasi
KESIMPULAN
dari pemerintah dalam hal pencegahan
penyalahguna narkoba dan juga melaporkan Perwali Surabaya Nomor 65 Tahun
ketika disekitar lingkungannya ada yang 2014 tentang rencana aksi kebijakan dan
menyalahgunakan narkoba tersebut. strategi daerah bidang P4GN memuat
Peran masyarakat dalam pencegahan beberapa program dalam pencegahan
penyalahguna narkoba di sekolah yaitu penyalahguna narkoba. Program tersebut
guru Bimbingan Konseling (BK). Guru diantaranya sosialisasi, pembentukan
BK memiliki peranan untuk memantau konselor Sebaya, pembentukan kader
para siswa yang memiliki perilaku kurang pemuda anti narkoba, pelaksanaan TOT, dan
baik. Selain itu, kewenangan guru BK kurikulum integrasi anti narkoba di tingkat
memberikan informasi kepada para siswa SMP serta SMA. Pencapaian target sasaran
agar terhindar dari penyalahgunaan narkoba. dalam pelaksanaan program pencegahan
Menurut Sarwono (2010) peran guru BK penyalahguna narkoba di kota Surabaya
memberikan bimbingan ataupun konseling belum mencapai secara keseluruhan,
secara pribadi terkait permasalahan karena masih ada beberapa kendala yaitu
siswa. Salah satu permasalahannya yaitu sulit menjangkau kalangan anak jalanan,
perubahan perilaku pada siswa yang tidak keterbatasan SDM pelaksana. Masalah
seperti biasanya. Berdasarkan peranan yang dihadapi adalah belum dilakukan
guru BK, guru BK dapat mengetahui pemantauan karena belum dianggarkan.
siswa yang melakukan penyalahgunaan Dukungan yang dilakukan
narkoba atau tidak. Kemudian guru BK oleh pemerintah dalam pencegahan
segera melaporkan kondisi siswa ke BNNK penyalahguna narkoba di kota Surabaya
Surabaya untuk dilakukan rehabilitasi ketika sudah dilaksanakan sesuai dengan Perwali
ada yang menyalahgunakan narkoba. Surabaya Nomor 65 Tahun 2014. Bentuk
Orang tua memiliki peranan penting dukungan pemerintah adalah sosialisasi,
dalam hal pencegahan penyalahguna pembentukan konselor sebaya, kurikulum
narkoba. Pemberian informasi terhadap integrasi anti narkoba, pembentukan kader
para orang tua mampu melindungi anaknya anti narkoba, dan pelaksanaan TOT.
untuk tidak menyalahgunakan narkoba. Para Kerjasama lintas sektoral memiliki
orang tua yang sudah diberikan pelatihan pengaruh yang kuat dalam keberhasilan
terkait pemahaman dan pencegahan narkoba suatu program, salah satunya program
diharapkan mampu menjaga anaknya untuk pencegahan penyalahguna narkoba.
tidak menyalahgunakan narkoba. Selain Berdasarkan SK Walikota, untuk
itu orang tua juga selalu memberikan memaksimalkan pelaksanaan program perlu
waktu sebagai pendengar yang baik bagi dilakukan kerjasama lintas sektoral. Selain
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 182

itu juga sesuai dengan salah satu strategi Kadarmanta. 2012. Mencegah Narkoba Di
HIAP yaitu kerjasama lintas sektoral. Sekolah, Jakarta: Forum media utama.
Masyarakat memiliki peran penting Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan
dalam pencegahan penyalahguna narkoba. Didaerah Bermasalah Kesehatan.
Masyarakat sudah mulai merespon secara Kemenkes RI. 2014. Infodatin Say no to Drugs
positif dan melakukan peran aktif dalam say yes to LiveI. Jakarta: Kementerian
pencegahan penyalahguna narkoba. Kesehatan Republik Indonesia.
Terbentuknya konselor sebaya, kader Lisa FR-Nengah Sutrisna, J. (2013) Narkoba,
pemuda anti narkoba, peran orang tua, peran psikotropika dan gangguan jiwa,
guru BK sudah mulai berjalan dengan baik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pemerintah hanya melakukan pendampingan Martono, lydia Harlina dan Joewana, Satya.
yang inten agar peran tersebut dilaksanakan 2008. Peran orangtua dalam mencegah
oleh masyarakat secara keseluruhan. dan menanggulangi Penyalahgunaan
Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka. Maulana,
H.D.J. 2009.Promosi Kesehatan, Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Akhri, S. 2012.Kejahatan Narkotik dan Notoatmodjo, S. 2005.Promosi Kesehatan
Psiotropik. Jakarta: Gramata Publising. Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Rienika
Bakhri, S. 2012. Kejahatan Narkotik dan Cipta.
Psiotropik. Jakarta: Gramata Publising. Notoatmodjo, S. 2012.Promosi Kesehatan
BNN. 2009.Advokasi Pencegahan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta cipta.
Timur: BNN. Perwali Surabaya, n.6. 2014. Kebijakan
BNN. 2011.Pedoman Prosedur Kerja Bidang pencegahan pemberantasan
Advokasi P4GN. Jakarta Timur. penyalahgunaan peredaran gelap
Damanik, K.I. 2012. Otonomi Daerah, narkoba.
Etnonasionalisme, Dan Masa Depan Pina, N. 2016. Peran Pemerintah Kota
Indonesia. Jakarta: YOI. Surabaya dalam pencegahan narkoba.
Depdiknas, S.n.2.t..s.i.t.p.d.p.i..m. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
2006Permendiknas. Jakarta: PAU- Universitas Airlanga. Surabaya.
PPAI. Pratiwi.Niniek, L. 2013.Pemberdayaan
D e p k e s , R . 2 0 0 9 . P ro f i l K e s e h a t a n Masyarakat Dan Perilaku Kesehatan,
Indonesia. Jakarta: Departemen Republik Surabaya: AUP.
Indonesia. Salam, A. 2007.Desentralisasi dan Otonomi
Domai, D. 2011.Sount Governance. Malang: Daerah, Jakara: LIPI Press.
UB Press. Subargus, Amin. 2011. Promosi Kesehatan
Duun, W.N. 2012. Pengantar Analisis Melalui Pendidikan Kesehatan
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Masyarakat. Yogyakarta: Gyoshin
Mada University Press. Publishing.
Green, T.D.&.B.A. 2012.Multimedia Project Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian
In The Classroom. USA: Corwin Press, Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta.
Inc. UPI, F. 2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Ramly, Ishak. 2006. Inilah Kurikulum PT.Imtima.
Sekolah. Jakarta: PTS Profesional.
Juliana, L.F.-N.S. 2013. Narkoba, psikotropika
dan gangguan jiwa, Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai