Abstract: Drugs are a serious problem that need to be solved together. Based on the data from City
Narcotics Agency (BNNK) the number of drug abusers in Surabaya is increased. The city of Surabaya
has issued local law (Perwali) Number 65 of 2014 about policies and strategies for the area in the field
of prevention, Combating Drug Abuse and Illicit Drugs (P4GN). The regulation has been in accordance
with the healthy public policy. The aim of this study is to determine the government’s support in
preventing drug abuse. The special purpose is to determine the achievement of the target, implementation
constraints, prevention, and the responsiveness of the community. The research methods was qualitative
approach. Collecting the data through in-depth interviews, documentation, and observation. Informants
from SKPD that is related to the prevention of drug abusers, employee from BNN Surabaya, and a third
resident of drug abusers in Surabaya had selected by purposive sampling. The results in phase to the
target is not in accordance with the Perwali, because it still has obstacles ie outreach to street children,
and the commitment in activities. The government’s efforts in implementing prevention programs of
drug abusers were in conformity with Perwali, including socialization, curriculum integration on anti-
drug, TOT, the establishment of peer counselor, and the establishment of the youth anti-drug cadre.
Responsiveness of people have started going well. People have the awareness and courage to report
drug abuse related to BNN city of Surabaya to be rehabilitated.
Abstrak: Narkoba merupakan masalah yang serius untuk diselesaikan bersama. Berdasarkan data Badan
Narkotika Kota (BNNK) Surabaya, jumlah penyalahguna narkoba di Surabaya meningkat di Tahun
2014 dan 2015. Pemerintah kota Surabaya sudah mengeluarkan Perwali Nomor 65 Tahun 2014 tentang
kebijakan dan strategi daerah bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN). Peraturan tersebut sudah sesuai dengan kebijakan publik berwawasan kesehatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dukungan pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.
Tujuan khusus mengetahui pencapaian target sasaran, kendala pelaksanaan, usaha pencegahan, dan
responsifitas masyarakat. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan datanya
melalui wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Informan dipilih secara purposive sampling
yaitu SKPD terkait pencegahan penyalahguna narkoba, pegawai BNN Kota Surabaya, dan 3 residen
penyalahgunaan narkoba di Surabaya. Hasil penelitian pada pencapaian target sasaran belum sesuai
dengan Perwali tersebut, karena masih memiliki kendala yaitu penjangkauan terhadap anak jalanan, dan
komitmen dalam kegiatan. Usaha pemerintah dalam melaksanakan program pencegahan penyalahguna
narkoba sudah sesuai dengan Perwali, diantaranya sosialisasi, kurikulum integrasi anti narkoba, TOT,
pembentukan konselor sebaya, dan pembentukan kader pemuda anti narkoba. Responsifitas masyarakat
sudah mulai berjalan dengan baik. Masyarakat memiliki kesadaran dan keberanian untuk melaporkan
terkait penyalahgunaan narkoba ke BNN kota Surabaya untuk dilakukan rehabilitasi.
PENDAHULUAN
2008 berjumlah 10.008 jiwa. Tahun 2009
Narkoba merupakan masalah yang meningkat menjadi 11.140 jiwa. Tahun
perlu diperhatikan oleh semua elemen 2010 meningkat menjadi 17.898 jiwa.
masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Tahun 2011 meningkat menjadi 19.128 jiwa.
Narkotika Nasional, kasus penyalahgunaan Tahun 2012 menurun menjadi19.081 jiwa.
narkoba setiap tahunnya meningkat. Kasus Berdasarkan latar belakang pendidikan,
tertinggi adalah golongan narkotika. Tahun terbanyak pengguna berlatar belakang SMA
171
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 172
yaitu 19.730 jiwa, diikuti SMP yaitu 9.768 masyarakat pada penyalahgunaan narkoba
jiwa. Latar belakang yang paling banyak yaitu mengganggu ketertiban, rasa takut
dari korban penyalahgunaan narkoba adalah serta meresahkan lingkungan sekitar. Akibat
tingkat SMA dan remaja (KemenkesRI, penyalahgunaan narkoba yang ditimbulkan
2014). terhadap bangsa dan negara yaitu merugikan
Jawa Timur merupakan provinsi padat harkat dan martabat bangsa, merusak
penduduk, dengan jumlah 37.070.731 generasi muda serta merusak ketahanan
juta jiwa, serta luas wilayah 47.922 km2. nasional (Bakhri, 2012). Penyalahgunaan
Informasi dari Badan Narkotika Nasional narkoba jika tidak ditangani secara serius
(BNN) tahun 2013, penyalahguna narkoba sejak dini, dikhawatirkan merusak masa
di Jawa Timur memiliki peringkat nomor depan generasi penerus bangsa. Maka dari
dua setelah Jakarta. Menurut Ditjen itu, perlu upaya yang dilakukan secara terus-
Pemasyarakatan, jumlah narapidana terkait menerus demi mengontrol dan mencegah
masalah narkoba 49.896 jiwa, terdiri peredaran gelap narkoba untuk Indonesia
dari produsen sekitar 952 jiwa, bandar bisa terlepas dari bahaya narkoba tersebut.
5.430 jiwa, pengedar berjumlah 22.092 Peraturan Walikota Surabaya Nomor
jiwa, penadah 2.490 jiwa dan pengguna 65 Tahun 2014 merupakan turunan dari
18.905 jiwa. Semakin tinggi penyalahguna Intruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011
narkoba di jawa timur sehingga dikeluarkan tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi
kebijakan yaitu Pergub Nomor 74 Tahun nasional bidang P4GN. Tujuan P4GN adalah
2012 (KemenkesRI, 2014). menurunkan jumlah penyalahguna narkoba.
Berdasarkan data BNNK Surabaya, Adanya kebijakan Perwali tersebut mampu
kasus penyalahguna narkoba masih menurunkan jumlah penyalahguna narkoba
meningkat. Hal ini terhitung mulai tahun di Surabaya sesuai dengan tujuan Perwali
2014 berjumlah 403 jiwa dengan jumlah yaitu Surabaya bebas dari narkoba dan tidak
laki-laki 376 jiwa dan perempuan 27 ada penyalahguna narkoba yang baru.
jiwa. Tahun 2015 meningkat menjadi 423 Menurut WHO (2009), promosi
jiwa dengan jumlah laki-laki 248 jiwa kesehatan merupakan proses peningkatan
dan perempuan 42 jiwa. Peningkatan kontrol dalam kesehatan. Menurut
angka penyalahguna narkoba tersebut ilmu kesehatan masyarakat, promosi
menjadi masalah bersama bagi masyarakat kesehatan memiliki arti sebagai bagian
Surabaya. Informasi dari Badan Narkotika dari pencegahan masalah kesehatan. Salah
kota Surabaya, penyalahgunaan narkoba satunya yang berkaitan dengan pencegahan
disebabkan oleh kurangnya pemahaman masalah kesehatan adalah program
tentang agama dan keinginan untuk sekedar pencegahan penyalahguna narkoba pada
mencoba. Perwali Surabaya nomor 65 tahun 2015.
Berdasarkan hasil dari kegiatan Berdasarkan strategi promosi kesehatan
rutinitas meeting bersama residen di sesuai deklarasi Ottawa Charterada lima
salah satu tempat rehabilitasi sosial kota diantaranya kebijakan publik berwawasan
Surabaya mengatakan bahwa faktor utama kesehatan, lingkungan yang mendukung
penyebab dari penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan, peningkatan partisipasi
yaitu pergaulan dan lingkungan. masyarakat, pengembangan keterampilan
Narkoba memiliki efek buruk baik terhadap anggota masyarakat, reorientasi
secara individu, keluarga, maupun pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
masyarakat. Efek yang terjadi terhadap Strategi kebijakan publik yang
individu diantaranya gangguan mental, berwawasan kesehatan adalah kebijakan
ketergantungan, gangguan kesehatan, yang selalu menyertakan kesehatan dalam
menjadi pelaku kejahatan, menghancurkan semua aspek. Tujuan kebijakan yaitu
masa depan sendiri serta mengakibatkan menciptakan lingkungan yang mendukung
kematian. Efek buruk terhadap keluarga seseorang agar melakukan hidup sehat.
yaitu gangguan keharmonisan, aib, serta Selain itu lingkungan memiliki peranan
dapat menghilangkan harapan dari penting dalam perlindungan terhadap
keluarga. Akibat yang ditimbulkan terhadap bahaya narkoba. Lingkungan yang dimaksud
173 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 171–182
meliputi tempat tinggal, tempat bekerja, pemberantasan narkoba. BNN juga memiliki
komunitas lokal, fasilitas umum termasuk arah kebijakan sebagai berikut: peningkatan
akses dan sumber daya kesehatan, serta sumber daya alam, pencegahan, sosialisasi,
peluang untuk pemberdayaan (Notoatmodjo, koordinasi, kerja sama internasional, peran
2012). serta dari semua elemen masyarakat baik
Notoatmodjo (2012), mengatakan kalangan atas ataupun bawah, penegakan
partisipasi masyarakat memiliki peranan hukum, rehabilitasi, komunikasi, informasi
penting dalam pencegahan masalah dan edukasi, pengawasan dan pengendalian
kesehatan yaitu penyalahgunaan narkoba. (BNN, 2009).
Partisipasi tersebut bisa berupa pemberian Berdasarkan Peraturan Walikota
informasi mengenai bahaya narkoba, Surabaya nomor 65 tahun 2014 tentang
pelaporan kasus narkoba, sebagai kader rencana aksi kebijakan dan strategi daerah
pemuda anti narkoba, dan konselor sebaya. bidang P4GN, Perwali yang berkaitan
Setiap masyarakat diharapkan mampu dengan bidang pencegahan penyalahguna
mengendalikan hidupnya serta merubah narkoba yaitu,
perilakunya yang negatif. Hal ini dilakukan
dengan cara berfikir kreatif kritis, empati “Sosialisasi bahaya narkoba, membuat
yang tinggi, kemampuan komunikasi yang modul, pembentukan tim sebaya,
baik, kepercayaan diri kuat, pengendalian memberikan pelatihan dan aktivitas
emosi yang baik, serta mampu mengatasi leadership untuk mencegah penggunaan
tekanan lingkungan sekitar. Cara ini narkoba, membentuk tim deteksi dini,
dilakukan pada suatu organisasi pelayanan membentuk kader pendamping terhadap
kesehatan dengan melibatkan para para pengguna narkoba, memberi
profesional kesehatan, instansi pelayanan informasi dan edukasi tentang bahaya
kesehatan, dan pihak pemerintah terkait penyalahgunaan narkoba, membentuk
(Notoatmodjo, 2012). kader anti narkoba”.
Stahl et al (2006) mengatakan beberapa
pengembangan pada Health In All Policies Pemerintah kota Surabaya memiliki
(HIAP) yaitu usaha untuk meningkatkan dukungan penting dalam hal pencegahan
derajat kesehatan serta memberikan penyalahguna narkoba. Pemerintah
kontribusi kepada kesejahteraan dan melaksanakan program sesuai dengan
kekayaan bangsa. Kontribusi tersebut Perwali.
melalui struktur, mekanisme dan tindakan BNN telah menetapkan lingkungan
yang direncanakan serta dikelola oleh sektor pendidikan sebagai salah satu sasaran
selain kesehatan. strategis pencegahan penyalahguna narkoba.
Pelaksanaan program pencegahan BNN juga sebagai focal point dalam
penyalahguna narkoba tidak berdiri sendiri, pencegahan penyalahgunaan narkoba. BNN
akan tetapi kerjasama antar SKPD yaitu melalui paradigma baru berperan lebih
Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan humanis dalam menangani penyalahgunaan
Pariwisata, Dinas Pemuda dan Olahraga, dan korban penyalahgunaan narkoba. BNN
Dinas Kesehatan, dan BNN kota Surabaya. juga sebagai rujukan dalam pencegahan
Pelaksanaan program pencegahan penyalahgunaan narkoba. Implemetasi
penyalahguna narkoba sesuai dengan salah kebijakan berupa pemberian informasi
satu strategi HIAP yaitu melakukan mitra didukung penuh partisipasi sekolah,
antar sektoral (Stahl, 2006). Kesehatan keluarga, dan masyarakat (BNN, 2009).
penduduk tidak hanya produk dari kegiatan Sistem kebijakan merupakan beberapa
sektor kesehatan saja, akan tetapi melibatkan pola institusional yang terdiri dari tiga
beberapa sektor dan ditentukan oleh kondisi elemen penting yaitu: lingkungan kebijakan,
hidup serta faktor lain yaitu faktor ekonomi pelaku kebijakan, dan kebijakan publik
dan sosial (Stahl, 2006). (Dunn, 2012). Kebijakan publik memiliki
BNN memiliki peranan dalam pengaruh yang kuat dalam perubahan
menjalankan tugas pokok dan fungsi terhadap masalah kesehatan yaitu berupa
pada P4GN terkait pencegahan dan Perwali Surabaya Nomor 65 Tahun
Nuri Pina dan Oedojo Soedirham, Dukungan Pemerintah dalam Mencegah … 174
“...Bisa anak karangtaruna, bisa anak Pariwisata dan Kebudayaan juga sudah
sekolah, bisa anak mahasiswa juga, melakukan sosialisasi ke beberapa tempat
pemuda lainnya pokoknya yang orang hiburan, tetapi belum semuanya.
umur itu tadi 16–30 tahun...”(I2,52) Berdasarkan informasi beberapa Dinas,
mereka belum mencapai target sasaran
Selanjutnya Dinas Pemuda dan secara keseluruhan, hanya kurikulum
Olahraga mengungkapkan pelaksanaan TOT integrasi anti narkoba dan konselor sebaya.
dan sampai pembentukan kader pemuda anti Akan tetapi pemerintah sudah melaksanakan
narkoba. Seperti kutipan berikut ini, program sesuai Perwali yaitu sosialisasi,
pembentukan kader pemuda anti narkoba,
“...Kita melakukan TOT 2 kali, TOT pembentukan konselor sebaya, pelaksanaan
baru tahun ini pelaksanaanya ditrawas TOT, dan kurikulum integrasi anti narkoba.
tempatnya mbak selama 3 hari, kita Kendala pemerintah dalam mencapai
latih mereka, kita latih dari segi fisik, sasaran yaitu sulit dalam menjangkau
dari segi mentalnya...”(I2,52) kalangan anak jalanan, keterbatasan SDM,
belum dilakukan pemantauan. Sesuai
Berdasarkan informasi Dinas Pemuda kutipan berikut ini,
dan Olahraga (Dispora), mereka sudah
melaksanakan sosialisasi 31 kali selama “...Kita kesulitan kalau sosialisasi
tahun 2015, dan TOT selama 3 hari ke anak-anak jalanan mbak ya,
bertempat di Trawas Mojokerto. Peserta karena disana ada kayak mafia nya
TOT diharapkan bisa fokus sehingga gitu mbak bos nya, jadi kita harus
mampu melahirkan kader pemuda anti selesaikan dulu dengan bosnya maka
narkoba yang berkualitas. Berbeda dengan bisa masuk ke anak jalanan. Mereka
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, mereka sudah seperti dijual oleh mafia atau bos
mengungkapkan sasaran fokus terhadap bosnya...”(I4,37)
tempat hiburan. Sesuai dengan kutipan
berikut ini, Dinas Pemuda dan Olahraga juga
mengungkapkan kendala yang dihadapi
“...Kita sasarannya fokus di tempat dalam pelaksanaan program. Sesuai kutipan
tempat hiburan mbak ya, dan apabila berikut ini,
mereka membuka usaha yang
berhubungan dengan narkoba gitu, “...Sementara saat ini belum dilakukan
harus memenuhi syarat ketentuan. Jika pemantauan mb, karena belum kita
melanggar akan kita berikan sanksi anggarkan. Insyaalah rencana kedepan
secara administratif dengan mencopot akan kita pantau agar mereka bekerja
izin...”(I3,35) secara benar...”(I2,52)
yaitu apa yang dapat mereka lakukan dan membekalkan ilmu dan pengetahuannya
bagaimana caranya. Martono dan Joewana terkait pemahaman narkoba.
(2008) juga mengatakan alasan pendekatan Dispora melaksanakan TOT di
informatif kurang maksimal dalam Pacet Mojokerto dengan tujuan untuk
mencegah penyalahguna narkoba, karena membentuk kader pemuda anti narkoba.
informasi yang disampaikan dengan cara Pelaksanaan TOT tersebut berdasarkan
menakut-nakuti dan memperlihatkan cara Peraturan Walikota Surabaya nomor 65
pemakaian secara langsung. Pesan menakut- tahun 2014. Subargus (2011) mengatakan
nakuti sulit diterima oleh para remaja. tujuan pelaksanaan training tidak hanya
Mereka menganggap pemberian informasi untuk memberikan pengetahuan saja,
melalui sosialisasi hanya menanamkan rasa melainkan untuk berbuat lebih baik. Output
keingintahuan yang tinggi untuk mencoba TOT tidak hanya selesai pada pelaksanaan
menyalahgunakan narkoba. Pemerintah saja, akan tetapi mampu membentuk kader
memberikan informasi kepada masyarakat pemuda anti narkoba yang berkualitas
melalui contoh langsung cara pemakaian dan dan memberikan kontribusi dalam hal
pengaruh narkoba. Pemerintah beranggapan pencegahan penyalahguna narkoba.
agar dapat mencegah pemakaiannya. Akan Pelaksanaan program pencegahan
tetapi menurut Martono dan Joewana (2008) penyalahguna narkoba memiliki kaitan
menunjukkan hasil sebaliknya, mereka dengan kerjasama lintas sektoral.
memiliki keinginan yang besar untuk Government of South Australia (2010)
mencobanya. Masyarakat khususnya para mengungkapkan bahwa salah satu kunci
remaja mempunyai rasa ingin tahu yang mencapai HIAP adalah adanya penciptaan
tinggi, semakin mereka dilarang, maka aliansi atau kerjasama dan kemitraan
mereka akan semakin mendekati larangan yang mengakui kepentingan bersama dan
tersebut. Ketika belum memiliki dasar yang share target. Kerjasama lintas sektoral
kuat untuk menghindari penyalahgunaan merupakan salah statregi keberhasilan HIAP.
narkoba, mereka akan terjebak. Berdasarkan SK Walikota Tentang Tim
Alasan terbentuknya konselor sebaya aksi P4GN, pemerintah yang bertanggung
yaitu sebagai penghubung pemerintah jawab dalam hal pencegahan penyalahguna
dengan masyarakat dalam penyampaian narkoba melaksanakan tugasnya sesuai
informasi terkait narkoba dan bahayanya. dengan tupoksi masing-masing dan
Konselor sebaya akan menyampaikan kerjasama dengan BNN Kota Surabaya.
kepada teman sebayanya yang belum Peran BNNK dalam melaksanakan program
mendapatkan informasi dari pemerintah pencegahan sebagai fasilitator dari SKPD
terkait narkoba tersebut. Sesuai teori terkait. Kerjasama lintas sektoral sudah
Kadarmata (2012) terkait peran dinas mulai berjalan dengan adanya perwali
pendidikan yaitu pemberdayaan masyarakat tersebut dan lebih terintegrasi.
di lingkungan sekolah. Hal ini yang sudah Kerjasama lintas sektoral yang
terbentuk pada konselor sebaya serta sudah terimplementasi diantaranya Dinas
fungsinya sebagai pencegahan berbasis Pendidikan sebagai koordinator dalam
pembinaan kecerdasan emosional karena hal program pencegahan penyalahguna
emosi mereka yang sudah terbentuk. narkoba bekerja sama dengan BNN kota
Modul terkait narkoba dalam kurikulum Surabaya sebagai fasilitator. kerjasama
integrasi anti narkoba masuk sistem belajar dengan yang dilakukan Dinas Kesehatan
mengajar di tingkat SMP dan SMA. Menurut ketika akan melakukan test urine selesai
Ramly (2006) kurikulum diartikan sebagai pelaksanaan sosialisasi. Selain itu ketika
output sistem perkembangan kegiatan akan memetakan wilayah di tempat hiburan
belajar mengajar. Kurikulum integrasi yang rentan dengan transaksi narkoba, BNN
anti narkoba merupakan perkembangan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Dan
masalah penyalahgunaan narkoba di Kebudayaan. Dinas Pemuda dan Olahraga
Surabaya, sehingga perlu dikembangkan juga selalu bekerja sama dengan BNN
inovasi baru dalam sistem belajar mengajar. kota Surabaya sebagai fasilitator dalam
Melalui kurikulum ini, pihak sekolah penyampaian informasi terkait pemahaman
181 Jurnal Promkes, Vol. 3, No. 2 Desember 2015: 171–182
itu juga sesuai dengan salah satu strategi Kadarmanta. 2012. Mencegah Narkoba Di
HIAP yaitu kerjasama lintas sektoral. Sekolah, Jakarta: Forum media utama.
Masyarakat memiliki peran penting Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan
dalam pencegahan penyalahguna narkoba. Didaerah Bermasalah Kesehatan.
Masyarakat sudah mulai merespon secara Kemenkes RI. 2014. Infodatin Say no to Drugs
positif dan melakukan peran aktif dalam say yes to LiveI. Jakarta: Kementerian
pencegahan penyalahguna narkoba. Kesehatan Republik Indonesia.
Terbentuknya konselor sebaya, kader Lisa FR-Nengah Sutrisna, J. (2013) Narkoba,
pemuda anti narkoba, peran orang tua, peran psikotropika dan gangguan jiwa,
guru BK sudah mulai berjalan dengan baik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pemerintah hanya melakukan pendampingan Martono, lydia Harlina dan Joewana, Satya.
yang inten agar peran tersebut dilaksanakan 2008. Peran orangtua dalam mencegah
oleh masyarakat secara keseluruhan. dan menanggulangi Penyalahgunaan
Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka. Maulana,
H.D.J. 2009.Promosi Kesehatan, Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Akhri, S. 2012.Kejahatan Narkotik dan Notoatmodjo, S. 2005.Promosi Kesehatan
Psiotropik. Jakarta: Gramata Publising. Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Rienika
Bakhri, S. 2012. Kejahatan Narkotik dan Cipta.
Psiotropik. Jakarta: Gramata Publising. Notoatmodjo, S. 2012.Promosi Kesehatan
BNN. 2009.Advokasi Pencegahan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta cipta.
Timur: BNN. Perwali Surabaya, n.6. 2014. Kebijakan
BNN. 2011.Pedoman Prosedur Kerja Bidang pencegahan pemberantasan
Advokasi P4GN. Jakarta Timur. penyalahgunaan peredaran gelap
Damanik, K.I. 2012. Otonomi Daerah, narkoba.
Etnonasionalisme, Dan Masa Depan Pina, N. 2016. Peran Pemerintah Kota
Indonesia. Jakarta: YOI. Surabaya dalam pencegahan narkoba.
Depdiknas, S.n.2.t..s.i.t.p.d.p.i..m. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
2006Permendiknas. Jakarta: PAU- Universitas Airlanga. Surabaya.
PPAI. Pratiwi.Niniek, L. 2013.Pemberdayaan
D e p k e s , R . 2 0 0 9 . P ro f i l K e s e h a t a n Masyarakat Dan Perilaku Kesehatan,
Indonesia. Jakarta: Departemen Republik Surabaya: AUP.
Indonesia. Salam, A. 2007.Desentralisasi dan Otonomi
Domai, D. 2011.Sount Governance. Malang: Daerah, Jakara: LIPI Press.
UB Press. Subargus, Amin. 2011. Promosi Kesehatan
Duun, W.N. 2012. Pengantar Analisis Melalui Pendidikan Kesehatan
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Masyarakat. Yogyakarta: Gyoshin
Mada University Press. Publishing.
Green, T.D.&.B.A. 2012.Multimedia Project Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian
In The Classroom. USA: Corwin Press, Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta.
Inc. UPI, F. 2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Ramly, Ishak. 2006. Inilah Kurikulum PT.Imtima.
Sekolah. Jakarta: PTS Profesional.
Juliana, L.F.-N.S. 2013. Narkoba, psikotropika
dan gangguan jiwa, Yogyakarta: Nuha
Medika.