Anda di halaman 1dari 5

GEOLOGI REGIONAL SUMENEP-MADURA

Gambar 2.1 Pulau Madura

Fisiografi regional Jawa Timur dan Madura secara umum dapat


dikelompokkan menjadi 4 Zona : Zona Rembang-Madura, Zona Kendeng,
Busur Vulkanik saat ini dan zona Pegunungan Selatan (Gambar 2.2). Zona
Rembang-Madura merupakan punggungan terlipa dan membentuk
anticlinorium memanjang arah barat-timur mulai dari Purwodadi, Jawa
Tengah menerus ke daerah Tuban-Surabaya dan berakhir di Pulau Madura.
Zona ini ditempati oleh sedimen klastik laut dangkal dan karbonat yang luas.
Zona Kendeng merupakan anticlinorium yang memanjang dari
Semarang kea rah timur sampai Surabaya. Zona ini pafa umumnya dibentuk
oleh endapan vulkanik, batupasir, batulempung dan napal. Busur Vulkanik
saat ini menempati bagian tengah Jawa Timur merupakan zona Jajaran
gunung api aktif saat ini yang memanjang dari barat-timur dari Gububg
Slamet, Sindoro, Merapi, Kelud, Semeru hingga Gunung Ijen.
Zona Pegunungan Selatan merupakan busur vulkanik Eosen-Miosen
yang terdiri atas endapan silisiklastik, vulkaniklastik, batuan karbonat dan
vulkanik dengan kemiringan lapisan yang seragam kea rah selatan. Zona ini
memanjang dari barat-timur yaitu dari Wonosari, Yogyakarta hingga daerah
Blambangan, Jawa Timur. Zona ini umumnya mempunyai topografi yang
dibentuk oleh batugamping, vulkanik dan sering dijumpai gejala Karst.

Gambar 2.2 Fisiografi Jawa-Madura

Berdasarkan peta geologi Lembar Waru -Sumenep (Situmorang drr.,


1992), daerah penelitian termasuk dari bagian Cekungan Jawa Timur utara.
Tataan stratigrafinya dari tua ke muda adalah Formasi Tawun, Formasi
Ngrayong, Formasi Bulu, Formasi Pasean, Formasi Madura, Formasi
Pamekas-an, dan Aluvium. Kolom stratigrafi beserta litologi tersaji dalam
Gambar 2.3.
Formasi Tawun secara litologis terdiri atas batulempung, napal,
batugamping lempungan de- ngan sisipan orbitoid. Formasi ini berumur
Miosen Awal-Tengah dan sedimennya diendapkan pada lingkungan laut agak
dangkal (sublitoral) dengan ketebalan sekitar 300 m.
Formasi Ngrayong yang menindih secara se-laras atas Formasi Tawun
merupakan perulangan batupasir kuarsa dengan batugamping orbitoid dan
batulempung. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan diendapkan pada
lingkungan laut dangkal (litoral) dengan ketebalan lebih kurang 600 m.
Formasi Bulu diendapkan selaras di atas Formasi Ngrayong. Formasi
ini disusun oleh batugamping dengan sisipan napal pasiran, berumur Miosen
Tengah Atas di lingkungan pengendapan laut dangkal pada zona neritik
tengah, dengan ketebalan formasi sekitar 200 meter.
Formasi Madura sebagian menindih selaras dan sebagian lagi tidak
selaras Formasi Pasean, Formasi Bulu, dan Formasi Ngrayong dan diduga
berumur Pliosen, sedangkan di Lembar Tanjung Bumi-Pamekasan dan
Lembar Surabaya-Sapulu berumur Miosen Akhir- Pliosen. Formasi Madura
terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping dolomitan. Batugamping
terumbu bebentuk padat dan permukaannya umumnya berongga, setempat
dolomitan. Satuan batuan ini beragam antara batu-gamping kapuran, dibagian
bawah batugamping pasiran, batugamping oolit, batugamping hablur dan
batugamping dolomitan. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut
dangkal dan tenang dengan ketebalan sekitar 250 m.
Formasi Pamekasan menindih tidak selaras Formasi Madura terdiri
atas konglomerat, batupasir, batu lempung dan batugamping. Konglomerat
bersi-fat kompak, padat, terpilah buruk dengan komponen dasar terdiri atas
batugamping foraminifera dan Formasi Madura sebagian menindih selaras
dan sebagian lagi tidak selaras Formasi Pasean, Formasi Bulu, dan Formasi
Ngrayong dan diduga berumur Pliosen, sedangkan di Lembar Tanjung Bumi-
Pamekasan dan Lembar Surabaya-Sapulu berumur Miosen Akhir- Pliosen.
Formasi Madura terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping
dolomitan. Batugamping terumbu bebentuk padat dan permukaannya
umumnya berongga, setempat dolomitan. Satuan batuan ini beragam antara
batu-gamping kapuran, dibagian bawah batugamping pasiran, batugamping
oolit, batugamping hablur dan batugamping dolomitan. Formasi ini
diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dan tenang dengan ketebalan
sekitar 250 m.
Formasi Pasean, yang menindih selaras Formasi Bulu, merupakan
perselingan napal dengan batugamping lempungan, batugamping pasiran dan
batugamping oolit, napal pasiran, berbutir halus sampai sedang, berlapis baik
dan mengandung sedikit kuarsa. Formasi ini berumur Miosen Akhir dan
diendapkan dalam laut dangkal (inner sublittoral) dengan tebal kurang lebih
600 m.
Aluvium disusun oleh material lepas berukuran lempung, pasir, kerikil
dan kerakal yang merupakan endapan sungai, pantai dan rawa, berumur
Holosen. Satuan ini menindih secara tak selaras formasi yang lebih tua
lainnya.

Gambar 2.3 Kolom stratigrafi daerah Sumenep ( Situmorang drr., 1992).

Struktur dan Tektonika pada daerah tersebut Menurut kerangka


tektonik regional, wilayah Pamekasan termasuk dalam Cekungan Jawa
Timur. Cekungan ini merupakan Cekungan Belakang Busur yang dibatasi
oleh Busur Karimun Jawa di sebelah barat, Tinggian Meratus di sebelah utara,
Tinggian Masalembo di sebelah timur dan Jalur Perlipatan Selatan di sebelah
selatan (Gambar 2.4). Sejarah tektonik Cekungan Jawa Timur dibedakan dari
sejarah tektonik Jawa bagian barat dan tektonik wilayah Asia Tenggara.
Daerah ini adalah tepian Sundaland Craton bagian tenggara, dimana
batuan dasar merupakan kerak peralihan antara kerak benua dan samudera
yaitu Kelompok Melange berumur Kapur hingga Tersier Bawah.

Gambar 2.4 Tektonik regional Cekungan Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai