Reading Assignment
PENDAHULUAN
Hormon tiroid memiliki peran penting dalam proses perkembangan,
terutama pada sistem saraf pusat. Pada orang dewasa, hormon tiroid
mempertahankan homeostatis metabolik dan mempengaruhi fungsi sistem organ.
Hormon tiroid mengandung iodine yang harus didapatkan melalui asupan nutrisi.
Kelenjar tiroid merupakan ruang penyimpanan besar yang mengandung hormon
tiroid dalam bentuk tiroglobulin. Ruang penyimpanan ini menjaga konsentrasi
sistemik hormon tiroid. Sekresi thyroidal didominasi oleh prohormon tiroksin yang
diubah dalam hati dan jaringan lain dalam bentuk aktif berupa triiodothyronine.
Aktivasi lokal tiroksin juga terjadi pada jaringan target (misalnya, otak dan
pituitari) dan semakin diakui sebagai salah satu langkah penting dalam regulasi aksi
hormon tiroid. Konsentrasi serum hormon tiroid diatur secara tepat oleh hormon
hipofisis, thyrotropin (TSH), dengan sistem umpan balik negatif klasik.1, 2
Gangguan pada tiroid sering terjadi. Nodul atau goiter tiroid, pembesaran
tiroid merupakan kelainan yang paling sering terjadi dan diikuti dengan kelainan
seperti tumor jinak atau ganas. Pasien-pasien dengan keadaan tersebut terkadang
memiliki kadar hormon tiroid sirkulasi yang normal. Keadaan terkait hipertiroid
dan hipotiroid atau kelebihan dan kekurangan hormon tiroid akan menunjukkan
gejala klinis yang nyata.1, 2
Pengobatan yang efektif terhadap beberapa kelainan tersebut telah tersedia.
Pengobatan untuk hipotiroid adalah dengan pemberian hormon tiroid, sedangkan
pengobatan hipertiroid adalah dengan memberikan obat anti tiroid untuk
mengurangi sintesis dan sekresi hormon. Merusak kelenjar dengan memberikan
terapi radioyodium tetapi modalitas ini memiliki agresivitas yang tinggi dan
dilakukan apabila hasil pengobatan konvensional tidak menunjukkan respons yang
cukup baik. Keganasan pada tiroid lebih sering lokal dan dapat dilakukan reseksi.
Kondisi metastasis sering menunjukkan respons yang baik dengan terapi
radioyodium.1, 2
FISIOLOGI TIROID
Kelenjar tiroid yang normal akan mengeluarkan beberapa hormon tiroid
yaitu, Triiodotironin (T3) dan Tetraiodotironin (T4,tiroksin) yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan seseorang, regulasi suhu tubuh, dan mengatur
tingkat penggunaan energi tubuh. Kedua hormon ini terdiri dari 59% dan 65%
(masing-masing) yodium sebagai salah satu unsur penyusun yang paling penting.2
Hormon ini diangkut oleh protein pengangkut, protein pengangkut itu
adalah TBG (thyroxine binding globulin), TBPA (thyroxine binding prealbumin),
T3U (T3 resin uptake) dan TBI (thyroxine binding Index). Peningkatan protein
pengangkut TBG menyebabkan peningkatan hormon T4 dan penurunan protein
pengangkut T3U. Peningkatan TBG disebabkan oleh pengobatan estrogen,
perfenazin, Kehamilan, bayi baru lahir, hepatitis infeksiosa dan peningkatan
sintesis herediter. Sedangkan penurunan kadar TBG dipengaruhi oleh pengobatan
steroid anabolik dan androgen, sakit berat atau pembedahan, sindroma nefrotik dan
defisiensi kongenital.3, 4
Yodium berperan sangat penting untuk fungsi hormon tiroid normal.
Yodium hanya didapatkan pada makanan yang mengandung yodium ataupun
makanan yang ditambahkan dengan yodium. Yodium banyak terkandung dalam
makanan laut (seafood), rumput laut, produk susu, dan beberapa sayuran. Garam
laut juga mengandung yodium. Selain itu, produk garam beryodium juga telah
beredar luas. Yodium yang diserap dari makanan pada sistem pencernaan akan
segera didistribusikan dalam cairan ekstraseluler. Tiroid sendiri juga dapat
melepaskan yodium melalui proses diiodinisasi ekstratiroidal dari iodotironin.
Yodium pada cairan ekstraseluler akan dibawa menuju tiroid dan diekskresikan
melalui urine.3
Sebelum yodium yang terperangkap dapat bereaksi dengan tirosin, harus
diioksodasi terlebih dahulu. Reaksi ini dikatalis oleh tiroid peroksidase. Sel-sel
tiroid juga menghasilkan tiroprotein tertentu, suatu globulin dengan kira-kira 120
unit tirosin. Iodinasi tirosin membentuk monoioditirosin dan diiodotirosin, dua
molekul diiodotirosin kemudian bergabung membentuk satu molekul T4, atau satu
molekul diiodotirosin dan satu molekul monoiodotirosin membentuk T3. Bila
terbentuk, hormon-hormon tersebut disimpan sebagai tiroglobulin dalam lumen
folikel (kolloid) sampai siap dikirim ke sel-sel tubuh. Tiroglobulin adalah
glikoprotein globuler besar dengan berat molekul sekitar 660.000 dan pada keadaan
normal dapat dideteksi dalam darah individu pada kadar nanogram t4 dan T3
dilepaskan dari tiroglobulin oleh aktivasi protease dan peptidase.3
Potensi metabolik T3 adalah 10 kali potensi T4. Pada orang dewasa, tiroid
menghasilkan sekitar 100 μg T4 dan 20 μg T3 setiap hari. Hanya 20% T4 yang
bersirkulasi disekresi oleh tiroid, sisanya dihasilkan oleh deyodinasi T4 dalam hati,
ginjal, dan jaringan perifer lain oleh 5’-deiodinase tipe I. Dalam Kelenjar pituitary
dan otak, sekitar 80% T3 yang diperlukan dihasilkan di tempat, dari T4 oleh enzim
yang berbeda, 5’-deiodinase tipe II.3
Tabel 2.1 Rangkuman Kinetik Hormon Tiroid
Variabel T4 T3
Volume distribusi 10 L 40 L
Extrathyroidal pool 800 mcg 54 mcg
Produksi Harian 75 mcg 25 mcg
Fractional turnover per hari 10% 60%
HORMON TIROID
Fungsi tiroid dikontrol oleh hipofisis melalui pelepasan thyrotropin
(thyroid-stimulating hormone [TSH]) dan oleh ketersediaan yodium. Thyrotropin
merangsang penyerapan yodium serta sintesis dan pelepasan hormon tiroid.
Thyrotropin juga memiliki efek mempromosikan pertumbuhan yang menyebabkan
hiperplasia sel tiroid dan pembesaran kelenjar (goiter). Tingginya kadar hormon
tiroid menghambat pelepasan TSH, menyebabkan mekanisme kontrol umpan balik
negatif yang efektif. Pada penyakit Graves, gangguan autoimun, limfosit B
menghasilkan antibodi yang mengaktifkan reseptor TSH dan dapat menyebabkan
sindrom hipertiroidisme yang disebut sebagai tirotoksikosis. Karena limfosit ini
tidak rentan terhadap umpan balik negatif, pasien dengan penyakit Graves dapat
memiliki konsentrasi darah yang sangat tinggi dari hormon tiroid dan pada saat
yang sama konsentrasi darah TSH sangat rendah.3
Gambar 2.1 Situs aksi dari beberapa obat antitiroid. I-, ion yodium; I°, unsur
yodium
Biosintesis
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yang disimpan sebagai residu
asam amino dari tiroglobulin. Tiroglobulin merupakan merupakan glikoprotein
yang menempati sebagian besar folikel koloid kelenjar tiroid.5
Secara garis besar sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormon
tiroid terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a) ambilan (uptake) ion yodida (I-) oleh
kelenjar; b) oksidasi yodida dan yodinasi gugus tirosil pada tiroglobulin; c)
penggabungan residu yodotirosin yang akan menghasilkan yudotironin; d)
reabsorbsi koloid tiroglobulin dari dalam lumen ke dalam sel; e) proteolisis
tiroglobulin dan pengeluaran atau sekresi tiroksin dan triyodotironin ke aliran
darah; f) recycling yodium di antara sel-sel tiroid melalui deyodinasi dari mono-
dan diyodotirosin dan pengguanaan kembali ion yodida; dan g) konversi T4
menjadi T3 di jaringan perifer dan kelenjar tiroid.5
Farmakokinetik
Transpor tiroid
Pada keadaan normal, yodium dalam sirkulasi terdapat berbagai bentuk, sekitar
95% adalah yodium organik dan sisanya sebagai yodida. Sebagian besar yodium
organik berada dalam bentuk tiroksin (90-95%) dan sisanya berada di
triyodotironin.5
Dalam darah hormon tiroid terikat kuat dengan berbagai protein plasma,
dalam bentuk ikatan non kovalen. Sebagian besar terikat pada thryroxine-binding
globulin (TBG), T3 ikatannya sangat lemah dan mudah terlepas kembali, oleh
karena itu kerja T3 lebih cepat bila dibandingkan dengan T4, serta masa kerjanya
lebih cepat bila dibandingkan dengan T4. Tiroksin juga terikat degan transtiretin,
suatu retinol-binding protein, yang kadarnya lebih tinggi dati TBG dan terutama
mengikat tiroksin. Adanya ikatan hormon tiroid dengan protein plasma,
menyebabkan tidak mudahnya hormon ini di metabolisme dan diekskresikan
sehingga masa paruhnya cukup panjang.5
Hanya sedikit tiroksin yang terikat albumin dan hampir tidak mempunyai
peran fisiologik, kecuali pada familialdysalbuminemic hyperthyroxinemia.
Sindroma ini merupakan kelainan autosomal dominan, ditandati dengan afinitas
albumin yang meningkat terhadap tiroksin akibat terjadinya mutasi gen albumin.5
Besarnya aktivitas biologik hormon tiroid ditentukan oleh jumlah hormon
tiroid bebas dalam plasma. Jumlah ini sangat tergantung dari jumlah TBG plasma.
Selama jumlah hormon tiroid bebas di plasma dalam batas normal, tidak akan
muncul keadaan hipo atau hiperfungsi tiroid.5
Ikatan hormon tiroid dengan protein plasma dapat memproteksi hormon ini
dari proses metabolisme dan ekskresi, sehingga masa paruhnya dalam sirkulasi
panjang. Hanya sekitar 0,03% tiroksin dan 0,3% triyodotironin dari total hormon
tersebut dalam keadaan bebas.5
Aktivitas metabolik hormon tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormon yang
bebas. Karena afinitas ikatannya yang tinggi dengan protein plasma maka adanya
perubahan kadar protein plasma akan mempengaruhi kadar hormon dalam serum.
Beberapa obat dan berbagai kondisi patologik dan fisiologis dapat meningkatkan
pengikatan hormon tiroid dengan protein plasmanya dan kadar proteinnya. Tabel di
bawah menunjukkan berbagai faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
ikatan hormon tiroid dengan TBG.5
Tabel 2.2 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengikatan hormon tiroid dengan
TGB
Meningkatkan Ikatan Menurunkan Ikatan
Jenis Obat
Esterogen Glukokortikoid
Metadon Androgen
Klofibrat L-Asparaginase
5-flurourasil Salisilat
Heroin Asam mefenamat
Tamoksifen Anti epilepsi
Furosemid
Selective esterogen receptor
modulators
b. Liotironin
Dibuat secara sintetis khasiatnya 5 kali lebih kuat dari tiroksin. Mulai
kerjanya cepat, efek maksimal dicapai setelah 2-3 hari dan terapi bertahan sampai3
hari setelah penghentian. Plasma T1/2-nya 1-2 hari. Efek sampingnya lebih
berbahaya khususnya infrak jantung, maka kurang layak bagi terapi jangka panjang.
Zat ini hanya digunakan bila dibutuhkan kerja pesat dan kuat misalnya pada
mixsudema. Juga jika tiroksin tidak efektif dan sebagai zat pembantu diagnosa
untuk hipertirosis. Dosis : pada hipotirosis berat oral permulaan 25 mcg sehari
berangsur-angsur dinaikan sampai maksimal sampai 75 mcg. Pada mixudsdema
dan stuma 1 dd 2,5-5 mcg.9
Mekanisme kerja
Antitiroid golongan tionamida misalnya profiltiourasil, menghambat proses
inkorporasi yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin dan juga menghambat
penggabungan residu yodotirosil ini untuk membentuk yodotironin. Kerjanya
dengan menghambat enzim feroksidase sehingga oksidasi ion iodida dan gugus
yodotirosilterganggu. Profil tiourasil juga menghambat deodinasi tiroksin menjadi
tryodotironin di jaringan perifer, sedangkan metimazol tidak memiliki efek ini.5
Farmakokinetik
Tiourasil didistribusi ke seluruh jaringan tubuh dan diekskresi melalui urin
dan air susu ibu tetapi tidak melalui tinja. Propiltiouarsil pada dosis 100mg
mempunyai massa kerja 6-8 jam, sedangkan metimazol pada dosis 30-40 mg
bekerja selama kira-kira 24 jam.dengan dosis di atas keadaan eutiroid biasanya
mencapai dalam waktu 12 minggu.5
Efek samping
Propiltiourasil dan metimazol jarang sekali menimbulkan efek samping dan
bila timbul biasanya mempunyai gambaran yang sama; frekuensinya kira-kira 3%
untuk profil tiourasil dan 7% untuk metimazol. Agranulositosis akibat
propiltiourasil hanya timbul dengan frekuensi 0,44% dan dengan metimazol hanya
0,12%. Meski jarang, agranolositosis merupakan efek samping serius untuk
metimazol, efek samping ini bersifat tergantung dosis sedang untuk propiltiourasil
tidak tergantung dosis. Reaksi yang paling sering timbul antara lain purpura dan
papular rash yang kadang-kadang hilang sendiri. Gejala lain yang jarang sekali
timbul antara lain nyeri dan kaku sendi terutama pada tangan dan pergelangan.
Reaksi demam obat hepatitis dan nefritis dapat terjadi pada penggunaan
propiltiourasil dosis tinggi.5
Indikasi
Antitiroid digunakan untuk terapi hipertiroidisme, untuk mengatasi gejala
klinik sambil menunggu remisi spontan, dan sebagai persiapan operasi. Juga dapat
digunakan sebagai kombinasi dengan yodium radioaktif untuk mempercepat
perbaikan klinis sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif. Selain itu,
antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran
kelenjar tiroid bentuk difus maupun nodular. Efek terapi umumnya tampak setelah
3-6 minggu terapi. Besarnya efek hambatan fungsi tiroid tergantung dari berat
ringannya gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah hormon yang tersedia
dan besarnya dosis yang diberikan. Dosis terapi biasanya tidak sampai menghambat
fungsi tiroid secara total. Waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan setiap
pasien berlainan. Apabila obat yang diberikan sudah melebihi kebutuhan maka pada
pasien tampak gejala hipotiroidisme, misalnya lemah, kantuk serta nyeri otot dan
sendi. Kadang-kadang gejala hipotiroidisme yang timbul begitu hebat hingga
pasien perlu mendapat sediaan tiroid. Dalam keadaan ini handaknya pemberian anti
toroid diteruskan dengan dosis yang lebih kecil. Jadi selama pengobatan dengan
antitiroid harus diperhatikan ada tidaknya gejala hipotiroidisme secara klinis
maupun laboratoris. Perubahan fungsi tiroid menuju normal umumnya disertai
pengecilan goiter. Goiter yang membesar selama pengobatan ini disebabkan oleh
hipotiroidisme yang timbul karena terapi berlebihan.Sebagian kecil pasien dengan
hipotiroidisme dapat mengalami remisi spontan setelah menjalani terapi antitiroid
selama satu tahun. Keuntungan penggunaan antitiroid antara lain mengurangi
tindakan operatif dan segala komplikasi yang mungkin timbul dan juga mengurangi
terjadinya miksedema yang menetap karena penggunaan yodium radioaktif, selain
itu semua kelainan yang ditimbulkan oleh antitiroid umumnya reversibel, sehingga
obat ini bisa diberikan sebagi terapi sementara sambil menunggu tindakan yang
lebih tepat. Pada ibu hamil dan hipertiroidisme, antitiroid merupakan obat terpilih
(propiltiourasil) karena tiroidektomi sering menimbulkan abortus. Yodium
radioaktif tidak dapat diberikan terutama setelah trimester pertama kehamilan,
karena merusak kelenjar tiroid fetus. Antitiroid pada umumnya tidak berefek buruk
pada kehamilan tetapi sebaiknya dosis obat ini dikurangi terutama pada trimester
ketiga kehamilan untuk menghindari terjadinya goiter pada fetus. Sediaan antitiroid
sering digunakan bersama-sama yodium untuk persiapan operasi tiroid pada pasien
hipertiroidisme. Bila hanya antitiroid saja yang diberikan, maka vaskularisasi tiroid
akan bertambah dan kelenjar jadi lebih rapuh sehingga menyulitkan jalannya
operasi. Dengan pemberian yodium vaskularisasi dan kerapuhan tersebut akan
berkurang.4, 5
Contoh Obat-obat untuk hipertiroidisme :
a. Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontra indikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa
menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/
m2/hari,dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi
setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme
ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari
dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan menghambat
oksidasidari iodin dan menghambat sintesis tiroksin dan triodothyronin. 10
b. Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada
kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis
diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18
bulan.Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg
dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai
dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU
bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan
menyusui.10
c. Methimazole
Nama generik : methimazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis
pelihara 0,2mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk
dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari;
hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri
lambung,edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan
yelosupression, kehamilan.10
DAFTAR PUSTAKA
1. Brent GA, Koenig RJ. Chapter 39. Thyroid and Anti-Thyroid Drugs. In:
Brunton LL, Chabner BA, Knollmann BC, editors. Goodman & Gilman's
The Pharmacological Basis of Therapeutics, 12e. New York, NY: The
McGraw-Hill Companies; 2011.
2. Dong BJ, Greenspan FS. Thyroid & Antithyroid Drugs. In: Katzung BG,
Trevor AJ, editors. Basic & Clinical Pharmacology, 13e. New York, NY:
McGraw-Hill Medical; 2015.
4. Reid SM, Middleton P, Cossich MC, Crowther CA. Interventions for clinical
and subclinical hypothyroidism in pregnancy. The Cochrane Library. 2010.
5. Ascobat P. Hormon Tiroid dan Anti Tiroid In: Gunawan SG, Setiabudi R,
Nafrialdi, editors. Farmakologi dan Terapi. 5 ed. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
p. 424-32.
6. Molina PE. Chapter 4. Thyroid Gland. Endocrine Physiology, 4e. New York,
NY: The McGraw-Hill Companies; 2013.
7. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. The Thyroid Gland. Ganong’s
Review of Medical Physiology, 25e. New York, NY: McGraw-Hill Education;
2016.
10. Yulinah E. ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia. Jakarta: Ikatan Apoteker
Indonesia; 2014.