Anda di halaman 1dari 20

Supervisor

Reading Assignment

Divisi Endokrin, Metabolik dan dr. Hendra Jufri, Sp.PD-KEMD


Diabetes

HORMON TIROID DAN ANTITIROID


Dr. Andi Suryawan

PENDAHULUAN
Hormon tiroid memiliki peran penting dalam proses perkembangan,
terutama pada sistem saraf pusat. Pada orang dewasa, hormon tiroid
mempertahankan homeostatis metabolik dan mempengaruhi fungsi sistem organ.
Hormon tiroid mengandung iodine yang harus didapatkan melalui asupan nutrisi.
Kelenjar tiroid merupakan ruang penyimpanan besar yang mengandung hormon
tiroid dalam bentuk tiroglobulin. Ruang penyimpanan ini menjaga konsentrasi
sistemik hormon tiroid. Sekresi thyroidal didominasi oleh prohormon tiroksin yang
diubah dalam hati dan jaringan lain dalam bentuk aktif berupa triiodothyronine.
Aktivasi lokal tiroksin juga terjadi pada jaringan target (misalnya, otak dan
pituitari) dan semakin diakui sebagai salah satu langkah penting dalam regulasi aksi
hormon tiroid. Konsentrasi serum hormon tiroid diatur secara tepat oleh hormon
hipofisis, thyrotropin (TSH), dengan sistem umpan balik negatif klasik.1, 2
Gangguan pada tiroid sering terjadi. Nodul atau goiter tiroid, pembesaran
tiroid merupakan kelainan yang paling sering terjadi dan diikuti dengan kelainan
seperti tumor jinak atau ganas. Pasien-pasien dengan keadaan tersebut terkadang
memiliki kadar hormon tiroid sirkulasi yang normal. Keadaan terkait hipertiroid
dan hipotiroid atau kelebihan dan kekurangan hormon tiroid akan menunjukkan
gejala klinis yang nyata.1, 2
Pengobatan yang efektif terhadap beberapa kelainan tersebut telah tersedia.
Pengobatan untuk hipotiroid adalah dengan pemberian hormon tiroid, sedangkan
pengobatan hipertiroid adalah dengan memberikan obat anti tiroid untuk
mengurangi sintesis dan sekresi hormon. Merusak kelenjar dengan memberikan
terapi radioyodium tetapi modalitas ini memiliki agresivitas yang tinggi dan
dilakukan apabila hasil pengobatan konvensional tidak menunjukkan respons yang
cukup baik. Keganasan pada tiroid lebih sering lokal dan dapat dilakukan reseksi.
Kondisi metastasis sering menunjukkan respons yang baik dengan terapi
radioyodium.1, 2

FISIOLOGI TIROID
Kelenjar tiroid yang normal akan mengeluarkan beberapa hormon tiroid
yaitu, Triiodotironin (T3) dan Tetraiodotironin (T4,tiroksin) yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan seseorang, regulasi suhu tubuh, dan mengatur
tingkat penggunaan energi tubuh. Kedua hormon ini terdiri dari 59% dan 65%
(masing-masing) yodium sebagai salah satu unsur penyusun yang paling penting.2
Hormon ini diangkut oleh protein pengangkut, protein pengangkut itu
adalah TBG (thyroxine binding globulin), TBPA (thyroxine binding prealbumin),
T3U (T3 resin uptake) dan TBI (thyroxine binding Index). Peningkatan protein
pengangkut TBG menyebabkan peningkatan hormon T4 dan penurunan protein
pengangkut T3U. Peningkatan TBG disebabkan oleh pengobatan estrogen,
perfenazin, Kehamilan, bayi baru lahir, hepatitis infeksiosa dan peningkatan
sintesis herediter. Sedangkan penurunan kadar TBG dipengaruhi oleh pengobatan
steroid anabolik dan androgen, sakit berat atau pembedahan, sindroma nefrotik dan
defisiensi kongenital.3, 4
Yodium berperan sangat penting untuk fungsi hormon tiroid normal.
Yodium hanya didapatkan pada makanan yang mengandung yodium ataupun
makanan yang ditambahkan dengan yodium. Yodium banyak terkandung dalam
makanan laut (seafood), rumput laut, produk susu, dan beberapa sayuran. Garam
laut juga mengandung yodium. Selain itu, produk garam beryodium juga telah
beredar luas. Yodium yang diserap dari makanan pada sistem pencernaan akan
segera didistribusikan dalam cairan ekstraseluler. Tiroid sendiri juga dapat
melepaskan yodium melalui proses diiodinisasi ekstratiroidal dari iodotironin.
Yodium pada cairan ekstraseluler akan dibawa menuju tiroid dan diekskresikan
melalui urine.3
Sebelum yodium yang terperangkap dapat bereaksi dengan tirosin, harus
diioksodasi terlebih dahulu. Reaksi ini dikatalis oleh tiroid peroksidase. Sel-sel
tiroid juga menghasilkan tiroprotein tertentu, suatu globulin dengan kira-kira 120
unit tirosin. Iodinasi tirosin membentuk monoioditirosin dan diiodotirosin, dua
molekul diiodotirosin kemudian bergabung membentuk satu molekul T4, atau satu
molekul diiodotirosin dan satu molekul monoiodotirosin membentuk T3. Bila
terbentuk, hormon-hormon tersebut disimpan sebagai tiroglobulin dalam lumen
folikel (kolloid) sampai siap dikirim ke sel-sel tubuh. Tiroglobulin adalah
glikoprotein globuler besar dengan berat molekul sekitar 660.000 dan pada keadaan
normal dapat dideteksi dalam darah individu pada kadar nanogram t4 dan T3
dilepaskan dari tiroglobulin oleh aktivasi protease dan peptidase.3
Potensi metabolik T3 adalah 10 kali potensi T4. Pada orang dewasa, tiroid
menghasilkan sekitar 100 μg T4 dan 20 μg T3 setiap hari. Hanya 20% T4 yang
bersirkulasi disekresi oleh tiroid, sisanya dihasilkan oleh deyodinasi T4 dalam hati,
ginjal, dan jaringan perifer lain oleh 5’-deiodinase tipe I. Dalam Kelenjar pituitary
dan otak, sekitar 80% T3 yang diperlukan dihasilkan di tempat, dari T4 oleh enzim
yang berbeda, 5’-deiodinase tipe II.3
Tabel 2.1 Rangkuman Kinetik Hormon Tiroid
Variabel T4 T3
Volume distribusi 10 L 40 L
Extrathyroidal pool 800 mcg 54 mcg
Produksi Harian 75 mcg 25 mcg
Fractional turnover per hari 10% 60%

Metabolic clearance per hari 1.1 L 24 L

Waktu paruh (biologis) 7 days 1 day


Kadar Serum
Total 4.8–10.4 mcg/dL 60–181 ng/dL
(62–134 nmol/L) (0.92–2.79 nmol/L)
Free (bebas) 0.8–2.7 ng/dL 230–420 pg/dL
(10.3–34.7 pmol/L) (3.5–6.47 pmol/L)
Jumlah Ikatan 99.96% 99.6%
Potensi Biologis 1 4
Absorption Oral 70% 95%

Hormon-hormon tiroid meningkatkan konsumsi oksigen, merangsang


sintesis protein, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi, dan mempengaruhi
metabolism karbohidrat, lipid dan vitamin. Hormon-hormon bebas memasuki sel,
tempat T4 dapat dikonversi menjadi T3 dengan deiodinasi. T3 interseluler
kemudian masuk nucleus, untuk melekat pada reseptor hormone tiroid. Reseptor
hormone tiroid merupakan anggota superfamili reseptor hormone steroid yang
meliputi glukokortikoid, estrogen, progesterone, vitamin D, dan retinoid.3

HORMON TIROID
Fungsi tiroid dikontrol oleh hipofisis melalui pelepasan thyrotropin
(thyroid-stimulating hormone [TSH]) dan oleh ketersediaan yodium. Thyrotropin
merangsang penyerapan yodium serta sintesis dan pelepasan hormon tiroid.
Thyrotropin juga memiliki efek mempromosikan pertumbuhan yang menyebabkan
hiperplasia sel tiroid dan pembesaran kelenjar (goiter). Tingginya kadar hormon
tiroid menghambat pelepasan TSH, menyebabkan mekanisme kontrol umpan balik
negatif yang efektif. Pada penyakit Graves, gangguan autoimun, limfosit B
menghasilkan antibodi yang mengaktifkan reseptor TSH dan dapat menyebabkan
sindrom hipertiroidisme yang disebut sebagai tirotoksikosis. Karena limfosit ini
tidak rentan terhadap umpan balik negatif, pasien dengan penyakit Graves dapat
memiliki konsentrasi darah yang sangat tinggi dari hormon tiroid dan pada saat
yang sama konsentrasi darah TSH sangat rendah.3
Gambar 2.1 Situs aksi dari beberapa obat antitiroid. I-, ion yodium; I°, unsur
yodium

T3 adalah sekitar 10 kali lebih kuat dari T4. Karena T4 dikonversi ke T3 di


sel target, hati, dan ginjal, sebagian besar efek T4 beredar mungkin karena T3.
Hormon tiroid mengikat reseptor intraseluler yang mengontrol ekspresi gen yang
bertanggung jawab untuk banyak proses metabolisme. Protein disintesis di bawah
kontrol T3 yang berbeda tergantung pada jaringan yang terlibat; protein ini
mencakup, misalnya, Na + / K + ATPase, protein kontraktil tertentu di otot polos
dan jantung, enzim yang terlibat dalam metabolisme lipid, dan komponen
perkembangan penting dalam otak. T3 juga mungkin memiliki efek reseptor-
mediated membran terpisah di beberapa jaringan.3
Aksi hormon tiroid pada tingkat organ meliputi pertumbuhan yang normal
dan perkembangan dari sistem saraf, skeletal dan sistem reproduksi serta
mengontrol metabolisme lemak, karbohidrat, protein dan vitamin.
Penggunaan klinis hormon tiroid disebut sebagai terapi hormon tiroid dapat
dicapai baik dengan T3 atau T4. Levotiroksin sintetis (T4) biasanya merupakan
obat pilihan. T3 (liothyronine) memiliki durasi aksi yang lebih cepat namun
memiliki waktu paruh yang lebih pendek dan lebih mahal.3

Biosintesis
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yang disimpan sebagai residu
asam amino dari tiroglobulin. Tiroglobulin merupakan merupakan glikoprotein
yang menempati sebagian besar folikel koloid kelenjar tiroid.5
Secara garis besar sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormon
tiroid terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a) ambilan (uptake) ion yodida (I-) oleh
kelenjar; b) oksidasi yodida dan yodinasi gugus tirosil pada tiroglobulin; c)
penggabungan residu yodotirosin yang akan menghasilkan yudotironin; d)
reabsorbsi koloid tiroglobulin dari dalam lumen ke dalam sel; e) proteolisis
tiroglobulin dan pengeluaran atau sekresi tiroksin dan triyodotironin ke aliran
darah; f) recycling yodium di antara sel-sel tiroid melalui deyodinasi dari mono-
dan diyodotirosin dan pengguanaan kembali ion yodida; dan g) konversi T4
menjadi T3 di jaringan perifer dan kelenjar tiroid.5

Farmakokinetik
 Transpor tiroid
Pada keadaan normal, yodium dalam sirkulasi terdapat berbagai bentuk, sekitar
95% adalah yodium organik dan sisanya sebagai yodida. Sebagian besar yodium
organik berada dalam bentuk tiroksin (90-95%) dan sisanya berada di
triyodotironin.5
Dalam darah hormon tiroid terikat kuat dengan berbagai protein plasma,
dalam bentuk ikatan non kovalen. Sebagian besar terikat pada thryroxine-binding
globulin (TBG), T3 ikatannya sangat lemah dan mudah terlepas kembali, oleh
karena itu kerja T3 lebih cepat bila dibandingkan dengan T4, serta masa kerjanya
lebih cepat bila dibandingkan dengan T4. Tiroksin juga terikat degan transtiretin,
suatu retinol-binding protein, yang kadarnya lebih tinggi dati TBG dan terutama
mengikat tiroksin. Adanya ikatan hormon tiroid dengan protein plasma,
menyebabkan tidak mudahnya hormon ini di metabolisme dan diekskresikan
sehingga masa paruhnya cukup panjang.5
Hanya sedikit tiroksin yang terikat albumin dan hampir tidak mempunyai
peran fisiologik, kecuali pada familialdysalbuminemic hyperthyroxinemia.
Sindroma ini merupakan kelainan autosomal dominan, ditandati dengan afinitas
albumin yang meningkat terhadap tiroksin akibat terjadinya mutasi gen albumin.5
Besarnya aktivitas biologik hormon tiroid ditentukan oleh jumlah hormon
tiroid bebas dalam plasma. Jumlah ini sangat tergantung dari jumlah TBG plasma.
Selama jumlah hormon tiroid bebas di plasma dalam batas normal, tidak akan
muncul keadaan hipo atau hiperfungsi tiroid.5
Ikatan hormon tiroid dengan protein plasma dapat memproteksi hormon ini
dari proses metabolisme dan ekskresi, sehingga masa paruhnya dalam sirkulasi
panjang. Hanya sekitar 0,03% tiroksin dan 0,3% triyodotironin dari total hormon
tersebut dalam keadaan bebas.5
Aktivitas metabolik hormon tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormon yang
bebas. Karena afinitas ikatannya yang tinggi dengan protein plasma maka adanya
perubahan kadar protein plasma akan mempengaruhi kadar hormon dalam serum.
Beberapa obat dan berbagai kondisi patologik dan fisiologis dapat meningkatkan
pengikatan hormon tiroid dengan protein plasmanya dan kadar proteinnya. Tabel di
bawah menunjukkan berbagai faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
ikatan hormon tiroid dengan TBG.5

Tabel 2.2 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengikatan hormon tiroid dengan
TGB
Meningkatkan Ikatan Menurunkan Ikatan
Jenis Obat
Esterogen Glukokortikoid
Metadon Androgen
Klofibrat L-Asparaginase
5-flurourasil Salisilat
Heroin Asam mefenamat
Tamoksifen Anti epilepsi
Furosemid
Selective esterogen receptor
modulators

Faktor sistemik Penyakit kongenital


Penyakit hati Penyakit akut dan kronik
Porfiria
Infeksi HIV
Penyakit kongenital

 Biotransformasi dan Ekskresi


Tiroksin lambat sekali dieliminasi oleh tubuh dengan massa paruh 6-8 hari. Pada
hipotiroidisme masa paruhnya memendek menjadi 3-4 hari dan memanjang
menjadi 9-10 hari pada hipertiroidisme. Perubahan ini dapat mengambarkan adanya
perubahan dalam kecepatan metabolisme. Bila pengikatan dengan TGB
meningkat.5

REGULASI FUNGSI TIROID


Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan
20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri. Perubahan dari T4 menjadi T3
di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu. Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada
protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini.
Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan
kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil. Agar kelenjar tiroid berfungsi
secara normal, maka berbagai faktor harus bekerja sama secara benar:-
hipotalamus- kelenjar hipofisa- hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam
darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya). Fungsi dari
hormon-hormon tiroid antara lain adalah:
a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya
meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan
produksi panas.
b. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi
waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya
dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel
kelenjar.
c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
d. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropine.
e. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksiotot dan menambah irama jantung.
f. Merangsang pembentukan sel darah merah
g. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme
h. Bereaksi sebagai antagonis insulin Tirokalsitonin mempunyai jaringan
sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum
dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar
kalsium serum yang rendah akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan
sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran
tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di
lambung.5
Gambar 2.2 Regulasi Fungsi Tiroid

EFEK HORMON TIROID


Efek yang umum dari hormon tiroid adalah mengaktifkan transkripsi inti
sejumlah besar gen. Oleh karena itu, di semua sel tubuh sejumlah besar enzim
protein, protein struktural, protein transpor, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil
akhirnya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh.6
Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolik selular dengan cara
meningkatkan aktivitas dan jumlah sel mitokondria, serta meningkatkan transpor
aktif ion-ion melalui membran sel. Hormon tiroid juga mempunyai efek yang
umum juga spesifik terhadap pertumbuhan. Efek yang penting dari fungsi ini adalah
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan
beberapa tahun pertama kehidupan pasca lahir.6
Efek hormon tiroid pada mekanisme tubuh yang spesifik meliputi
peningkatan metabolisme karbohidrat dan lemak, peningkatan kebutuhan vitamin,
meningkatkan laju metabolisme basal, dan menurunkan berat badan. Sedangkan
efek pada sistem kardiovaskular meliputi peningkatan aliran darah dan curah
jantung, peningkatan frekuensi denyut jantung, dan peningkatan kekuatan jantung.
Efek lainnya antara lain peningkatan pernafasan, peningkatan motilitas saluran
cerna, efek merangsang pada sistem saraf pusat (SSP), peningkatan fungsi otot, dan
meningkatkan kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.6
 Efek Pada Metabolisme Lemak
Semua aspek metabolisme lemak ditingkatkan di bawah pengaruh hormon
tiroid. Lipid akan diangkut dari jaringan lemak, meningkatkan konsentrasi asam
lemak bebas di dalam plasma; hormon tiroid juga sangat mempercepat proses
oksidasi asam lemak bebas oleh sel.7
 Efek Pada Plasma dan lemak Hati
Meningkatnya hormon tiroid menurunkan jumlah kolesterol, fosfolid, dan
trigliserida dalam darah, walaupun sebenarnya hormon ini juga meningkatkan asam
lemak bebas. Sebaliknya, menurunnya sekresi tiroid sangat meningkatkan
konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida plasma dan hampir selalu
menyebabkan pengendapan lemak secara berlebihan di dalam hati.7
 Efek Pada Metabolisme Vitamin
Hormon tiroid meningkatkan jumlah berbagai enzim dan karena vitamin
merupakan bagian penting dari beberapa enzim dan koenzim, maka hormon tiroid
ini meningkatkan kebutuhan akan vitamin.7
 Efek Pada Laju Metabolisme Basal
Hormon tiroid meningkatkan metabolisme sebagian besar tubuh, kelebihan hormon
ini akan meningkatkan laju metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100
persen di atas nilai normalnya. Sebaliknya, bila tidak ada hormon tiroid yang
dihasilkan, maka laju metabolisme basal menurun sampai hampir setengah nilai
normal; yaitu, laju metabolisme basal menjadi 30 sampai 45.7
 Efek Pada Berat Badan
Bila produksi hormon tiroid meningkat hampir selalu menurunkan berat
badan, dan bila produksinya sangat berkurang maka hampir selalu timbul kenaikan
berat badan.7
 Efek Pada Sistem Kardiovaskular
Aliran Darah dan Curah Jantung. Meningkatnya metabolisme dalam
jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan memperbanyak jumlah produk akhir
dari metabolisme yang dilepaskan dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi
pada sebagian besar jaringan tubuh,sehingga meningkatkan aliran darah. Akibat
dari meningkatnya aliran darah, maka curah jantung juga akan meningkat.
Frekuensi Denyut Jantung Lebih meningkat di bawah pengaruh hormon tiroid
daripada perkiraan peningkatan curah jantung. Hormon tiroid ini mungkin
berpengaruh langsung pada eksitabilitas jantung, yang selanjutnya meningkatkan
frekuensi denyut jantung. Kekuatan Denyut Jantung Peningkatan aktivitas
enzimatik yang disebabkan oleh peningkatan produksi hormon tiroid tampaknya
juga meningkatkan kekuatan denyut jantung bila sekresi hormon tiroid sedikit
berlebih. Volume Darah Hormon tiroid menyebabkan volume darah sedikit
meningkat. Efek ini mungkin disebabkan oleh vasodilatasi, yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah darah ang terkumpul dalam sistem sirkulasi. Tekanan Arteri
Karena terdapat peningkatan aliran darah melalui jaringan di antara dua denyut
jantung, maka tekanan nadi menjadi sering meningkat.7
 Efek Pada Respirasi
Meningkatnya kecepatan metabolisme akan meningkatkan pemakaian
oksigen dan pembentukan karbondioksida.7
 Efek Pada Saluran Cerna
Selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, hormon tiroid
meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna.
Seringkali, terjadi diare. Kekuatan hormon tiroid dapat menimbulkan konstipasi.7
 Efek Pada Sistem Saraf Pusat
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga menimbulkan
disosiasi pikiran, dan sebaliknya, berkurangnya hormon tiroid akan menurunkan
fungsi ini.7
 Efek Terhadap Fungsi Otot
Sedikit peningkatan hormon tiroid biasanya menyebabkan otot bereaksi
dengan kuat, kekurangan hormon tiroid menyebabkan otot sangat lamban. Tremor
Otot adalah gejala yang paling khas dari hipertiroidisme adalah timbulnya tremor
halus pada otot. Tremor ini timbul dengan frekuensi cepat yakni 10 sampai 15 kali
perdetik. Tremor disebabkan oleh bertambahnya kepekaan sinaps saraf di daerah
medula yang mengatur tonus otot.7
 Efek Pada Tidur
Penderita hipertiroid sering kali merasa capai terus menerus; tetapi karena
efek eksitasi dari hormon tiroid pada sinaps, timbul kesulitan tidur. Sebaliknya,
somnolen yang berat merupakan gejala khas dari hipotiroidisme, disertai dengan
waktu tidur yang berlangsung selama 12 sampai 14 jam sehari.7
 Efek Pada Kelenjar Endokrin Lain
Hormon toroid meningkatkan sebagian besar aktivitas metabolisme yang
berkaitan dengan pembentukan tulang, akibatnya, meningkatkan kebutuhan
hormon paratiroid. Hormon tiroid meningkatkan kecepatan inaktivasi hormon
glukokortikoid adrenal oleh hati.7
 Efek Hormon Tiroid Pada Fungsi Seksual
Pada pria, berkurangnya hormon tiroid menyebabkan hilangnya libido, dan
sebaliknya, sangat berlebihnya hormon ini sering kali menyebabkan impotensi.
Pada wanita, kekurangan hormon tiroid sering kali menyebabkan timbulnya
menoragia dan polimenore, timbulnya pendarahan menstruasi yang berlebihan dan
lebih sering. Kekurangan hormon ini menimbulkan periode menstruasi yang tak
teratur.7

OBAT-OBAT GANGGUAN TIROID


Obat untuk hipotiroid
Sebagian besar pasien hipotiroid memiliki kegagalan kelenjar tiroid
(hipotiroidisme primer). Penyebabnya adalah tiroiditis autoimun kronik (penyakit
Hashitomoto), hipotiroidisme iatrogenic, defisiensi yodida, kekurangan enzim,
hiplasiatiroid dan goitrogen.8
Kegagalan pituitary (hipotiroidisme sekunder) adalah penyebab yang tidak
sering terjadi yang disebabkan oleh tumor pituitary, terapi operasi, radiasi, pituitary
eksternal, nekrosis pituitary, tumor metastatic, tuberculosis, histiositosis dan
mekanisme autoimun.8
Mekanisme terjadinya hipotiroid yaitu awalnya hypothalamus
mengeluarkan TRH yang merangsang adenohipofisis. Adenohipofisis
mengeluarkan TSH yang merangsang tiroid. Tiroid akan mengeluarkan hormon T3
dan T4. Tapi berhubung intake yodida kurang, jumlah T3 dan T4 tidak cukup dan
tidak bisa melakukan umpan balik negative untuk menyetop TSH. Akibatnya TSH
berlebih dan menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia kelenjar tiroid.
Hipotiroidisme diobati dengan levotiroksin (T4). Obat diberikan sekali sehari
karena waktu paruh yang panjang. Keadaan mantap tercapai setelah 6- minggu.
Toksisitas secara secara langsung berkaitan dengan kadar tiroksin dan memberikan
gejala seperti gelisah, palpitasi jantung dan takikardia, intoleransi terhadap panas
dan berat badan terhadap panas dan berat badan menurun tanpa sebab.8
Contoh obat-obat untuk hipotiroidisme antara lain adalah :
a. L-Tiroksin
Levo-thyroxin Na, tetraiodtironin, T4, Thyrax, EuthyroxHormon ini dibuat
secra sintesis dan telah menggantikan dengan tuntas tiroid yang kerjanya kurang
konstan dan penakarannya kurang seksama. Tiroksin berfungsi sebagai prohormon
untuk liotironin, yang lebih aktif. Deiodisasi T4menjadi T3 terjadi secara enzimatis
di hati, ginjal dan otot. Mulai kerjanya lambatdengan masa laten 7-10 hari, efek
maksimalnya tercapai setelah 3-4 minggu, tetapi bertahan lama. Bila terapi
dihentikan, obat masih berkerja terus selama 1 sampai 3 minggu. Resorpsinya dari
usus tidak menentu (50-80%) dan tergantung pada adanya makanan, maka
sebaiknya diminum pada lambung kosong. Plasma T1/2-nya 6-7hari, sehingga
cukup dengan single strip dose sehari. Eliminasinya seperti T3,terjadi untuk 60%
melalui deiodisasi menjadi tirosin, 25% melalui konjugasi dengan
glukuronida/sulfat yang dieksresikan lewat empedu untuk kemudian dideiodisasi
pula. Dosis : Oral permulaan 1 dd 25 mcg (garam-Na) ½ - 1 jam a.c ;setiap 2 minggu
dinaikan dengan 25 mcg, pemeliharaan 1 dd 100 – 125 mcg a.c. Lansia dan pasien
jantung : permulaan 1 dd 12,5 mcg.9

b. Liotironin
Dibuat secara sintetis khasiatnya 5 kali lebih kuat dari tiroksin. Mulai
kerjanya cepat, efek maksimal dicapai setelah 2-3 hari dan terapi bertahan sampai3
hari setelah penghentian. Plasma T1/2-nya 1-2 hari. Efek sampingnya lebih
berbahaya khususnya infrak jantung, maka kurang layak bagi terapi jangka panjang.
Zat ini hanya digunakan bila dibutuhkan kerja pesat dan kuat misalnya pada
mixsudema. Juga jika tiroksin tidak efektif dan sebagai zat pembantu diagnosa
untuk hipertirosis. Dosis : pada hipotirosis berat oral permulaan 25 mcg sehari
berangsur-angsur dinaikan sampai maksimal sampai 75 mcg. Pada mixudsdema
dan stuma 1 dd 2,5-5 mcg.9

Obat untuk Hipertiroid (Antitiroid)


Penyebab yang paling umum (lebih dari 70% orang) adalah produksi
berlebih darihormon tiroid oleh keseluruhan kelenjar tiroid. Kondisi ini juga dikenal
sebagai grave’s disease. Hipertiroidisme pada grave’s disease adalah akibat
antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) untuk mengeluarkan terlalu banyak hormon tiroid. Penyebab
hipertiroidisme lainnya adalah strauma noduler toksik, tiroiditis, penyakit
troboblastis, pemakaian yodium yang berlebihan.5

 Mekanisme kerja
Antitiroid golongan tionamida misalnya profiltiourasil, menghambat proses
inkorporasi yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin dan juga menghambat
penggabungan residu yodotirosil ini untuk membentuk yodotironin. Kerjanya
dengan menghambat enzim feroksidase sehingga oksidasi ion iodida dan gugus
yodotirosilterganggu. Profil tiourasil juga menghambat deodinasi tiroksin menjadi
tryodotironin di jaringan perifer, sedangkan metimazol tidak memiliki efek ini.5

 Farmakokinetik
Tiourasil didistribusi ke seluruh jaringan tubuh dan diekskresi melalui urin
dan air susu ibu tetapi tidak melalui tinja. Propiltiouarsil pada dosis 100mg
mempunyai massa kerja 6-8 jam, sedangkan metimazol pada dosis 30-40 mg
bekerja selama kira-kira 24 jam.dengan dosis di atas keadaan eutiroid biasanya
mencapai dalam waktu 12 minggu.5

 Efek samping
Propiltiourasil dan metimazol jarang sekali menimbulkan efek samping dan
bila timbul biasanya mempunyai gambaran yang sama; frekuensinya kira-kira 3%
untuk profil tiourasil dan 7% untuk metimazol. Agranulositosis akibat
propiltiourasil hanya timbul dengan frekuensi 0,44% dan dengan metimazol hanya
0,12%. Meski jarang, agranolositosis merupakan efek samping serius untuk
metimazol, efek samping ini bersifat tergantung dosis sedang untuk propiltiourasil
tidak tergantung dosis. Reaksi yang paling sering timbul antara lain purpura dan
papular rash yang kadang-kadang hilang sendiri. Gejala lain yang jarang sekali
timbul antara lain nyeri dan kaku sendi terutama pada tangan dan pergelangan.
Reaksi demam obat hepatitis dan nefritis dapat terjadi pada penggunaan
propiltiourasil dosis tinggi.5

 Indikasi
Antitiroid digunakan untuk terapi hipertiroidisme, untuk mengatasi gejala
klinik sambil menunggu remisi spontan, dan sebagai persiapan operasi. Juga dapat
digunakan sebagai kombinasi dengan yodium radioaktif untuk mempercepat
perbaikan klinis sementara menunggu efek terapi yodium radioaktif. Selain itu,
antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran
kelenjar tiroid bentuk difus maupun nodular. Efek terapi umumnya tampak setelah
3-6 minggu terapi. Besarnya efek hambatan fungsi tiroid tergantung dari berat
ringannya gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah hormon yang tersedia
dan besarnya dosis yang diberikan. Dosis terapi biasanya tidak sampai menghambat
fungsi tiroid secara total. Waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan setiap
pasien berlainan. Apabila obat yang diberikan sudah melebihi kebutuhan maka pada
pasien tampak gejala hipotiroidisme, misalnya lemah, kantuk serta nyeri otot dan
sendi. Kadang-kadang gejala hipotiroidisme yang timbul begitu hebat hingga
pasien perlu mendapat sediaan tiroid. Dalam keadaan ini handaknya pemberian anti
toroid diteruskan dengan dosis yang lebih kecil. Jadi selama pengobatan dengan
antitiroid harus diperhatikan ada tidaknya gejala hipotiroidisme secara klinis
maupun laboratoris. Perubahan fungsi tiroid menuju normal umumnya disertai
pengecilan goiter. Goiter yang membesar selama pengobatan ini disebabkan oleh
hipotiroidisme yang timbul karena terapi berlebihan.Sebagian kecil pasien dengan
hipotiroidisme dapat mengalami remisi spontan setelah menjalani terapi antitiroid
selama satu tahun. Keuntungan penggunaan antitiroid antara lain mengurangi
tindakan operatif dan segala komplikasi yang mungkin timbul dan juga mengurangi
terjadinya miksedema yang menetap karena penggunaan yodium radioaktif, selain
itu semua kelainan yang ditimbulkan oleh antitiroid umumnya reversibel, sehingga
obat ini bisa diberikan sebagi terapi sementara sambil menunggu tindakan yang
lebih tepat. Pada ibu hamil dan hipertiroidisme, antitiroid merupakan obat terpilih
(propiltiourasil) karena tiroidektomi sering menimbulkan abortus. Yodium
radioaktif tidak dapat diberikan terutama setelah trimester pertama kehamilan,
karena merusak kelenjar tiroid fetus. Antitiroid pada umumnya tidak berefek buruk
pada kehamilan tetapi sebaiknya dosis obat ini dikurangi terutama pada trimester
ketiga kehamilan untuk menghindari terjadinya goiter pada fetus. Sediaan antitiroid
sering digunakan bersama-sama yodium untuk persiapan operasi tiroid pada pasien
hipertiroidisme. Bila hanya antitiroid saja yang diberikan, maka vaskularisasi tiroid
akan bertambah dan kelenjar jadi lebih rapuh sehingga menyulitkan jalannya
operasi. Dengan pemberian yodium vaskularisasi dan kerapuhan tersebut akan
berkurang.4, 5
Contoh Obat-obat untuk hipertiroidisme :
a. Propiltiourasil (PTU)
 Nama generik : Propiltiourasil
 Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
 Indikasi : hipertiroidisme
 Kontra indikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa
menyusui.
 Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
 Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/
m2/hari,dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi
setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme
ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari
dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari
 Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
 Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan menghambat
oksidasidari iodin dan menghambat sintesis tiroksin dan triodothyronin. 10

b. Karbimazole
 Nama generik : Karbimazole
 Indikasi : hipertiroidisme
 Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada
kehamilan dan masa menyusui.
 Bentuk sediaan : tablet 5 mg
 Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis
diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18
bulan.Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg
dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai
dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
 Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
 Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU
bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan
menyusui.10

c. Methimazole
 Nama generik : methimazole
 Indikasi : agent antitiroid
 Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.
 Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
 Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis
pelihara 0,2mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk
dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari;
hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
 Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri
lambung,edema.
 Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan
yelosupression, kehamilan.10
DAFTAR PUSTAKA

1. Brent GA, Koenig RJ. Chapter 39. Thyroid and Anti-Thyroid Drugs. In:
Brunton LL, Chabner BA, Knollmann BC, editors. Goodman & Gilman's
The Pharmacological Basis of Therapeutics, 12e. New York, NY: The
McGraw-Hill Companies; 2011.

2. Dong BJ, Greenspan FS. Thyroid & Antithyroid Drugs. In: Katzung BG,
Trevor AJ, editors. Basic & Clinical Pharmacology, 13e. New York, NY:
McGraw-Hill Medical; 2015.

3. Trevor AJ, Katzung BG, Kruidering-Hall M. Thyroid & Antithyroid


Drugs. Katzung & Trevor's Pharmacology: Examination & Board
Review, 11e. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2015.

4. Reid SM, Middleton P, Cossich MC, Crowther CA. Interventions for clinical
and subclinical hypothyroidism in pregnancy. The Cochrane Library. 2010.

5. Ascobat P. Hormon Tiroid dan Anti Tiroid In: Gunawan SG, Setiabudi R,
Nafrialdi, editors. Farmakologi dan Terapi. 5 ed. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
p. 424-32.

6. Molina PE. Chapter 4. Thyroid Gland. Endocrine Physiology, 4e. New York,
NY: The McGraw-Hill Companies; 2013.

7. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. The Thyroid Gland. Ganong’s
Review of Medical Physiology, 25e. New York, NY: McGraw-Hill Education;
2016.

8. Garber J, Cobin R, Gharib H, Hennessey J, Klein I, Mechanick J, et al. Clinical


practice guidelines for hypothyroidism in adults: cosponsored by the American
Association of Clinical Endocrinologists and the American Thyroid
Association. Endocrine Practice. 2012;18(6):988-1028.

9. Lee Vermeulen, Kolesar JM. McGraw-Hill's 2016/2017 Top 300 Pharmacy


Drug Cards. New York: McGraw-Hill Education; 2015.

10. Yulinah E. ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia. Jakarta: Ikatan Apoteker
Indonesia; 2014.

Anda mungkin juga menyukai