Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Katarak
Katarak berasal dari bahsa Yunani “kataarrhakies” air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 1999:
207). Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. ( Ns.
Anas Tamsuri,2011)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) katarak adalah
penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.
Pada tahun 2002,WHO memperkirakan katarak adalah penyebab kebutaan
yang dapat dipulihkan (reversible blinddness) pada lebih dari 17 juta
penduduk dunia(47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di seluruh dunia,
dan dapat diperkirakan akan mencapai 40 juta penderita pada tahun 2020.
Di Indonesia, survei kesehatan indra pengelihatan dan pendengaran tahun
1993-1996, menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Selain itu masyarakat
Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat
dibandingkan penderita di derah subtropis. Dibandingkan dengan angka
kebutaan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan di
Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, thailand
0,3%). Insiden katarak 0,1% (210 ribu orang) per tahun, sedangkan yang
dioperasi baru kurang lebih 80.000 orang per tahun. (Sjamsu
Budiono,2013)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola
mata. Katarak terjadi akibat kekeruhan pada lensa mata yang
mengakibatkan tergantungnya cahaya masuk kedalam bola mata, sehingga
penglihatan menjadi kabur dan lama kelamaan dapat menyebabkan
kebutaan (Ilyas S,2014)
B. Penyebab Terjadinya Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Kimia
2. Penyakit predisposisi
3. Genetik dan gangguan perkembangan
4. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
5. Usia ( Ns. Anas Tamsuri,2011)

Katarak dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor seperti


kelainan bawaan sejak lahir, penyakit ,trauma, efek samping obat, dan
radiasi sinar matahari. Tetapi, umumnya penyebba terbesar adalah proses
ketuaan atau faktor usia (Agnes Trithias Arimbi, 2012)
Berdasarkan risiko penyebabnya. Katarak dapat digolongkan ke
dalam beberapa tipe, yaitu sebagai berikut:
1. Katarak kongenital
Katarak yang ditemukan pada anak-anak. Biasanya adalah
katarak yang ditemukan pada bayi ketika waktu lahir yang
disebabkan oleh virus rubella pada ibu yang hamil muda.
2. Katarak Komplikata
Katarak yang disebabkan oleh beberapa jenis infeksi dan
penyakit tertentu seperti diabetes milletus, Hipertensi, glaukoma,
lepasnya retina atau ablasi retina dan penyakit umum tertentu
lainya.
3. Katarak Trauma
Katarak yang di akibatkan oleh cedera mata seperti:
pukulan keras, luka tembus, luka menyayat, panas tinggi atau
bahan kimia dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa. Katarak
trauma dapat terjadi pada semua umur.
4. Katarak Senilis
Katarak yang disebabkan oleh proses ketuan atau faktor
usia hingga lensa mata menjadi keras dan keruh. Katarak senilis
merupakan tipe katarak yang paling banyak ditemukan biasanya
ditemukan pada golongan usia di atas 40 tahun keatas (Ilyas,2006)
C. Patofisiologi
Menurut Prof.Sjamju Budiono (2013) patofisiologi terjadinya katarak
adalah:
1. Kelainan bawaan
Adanya gangguan proses perkembangan embrio saat dalam
kandungan dan kelainan pada kromosom secara genetik dapat
menimbulkan kekeruhan lensa saat lahir. Pada umumnya kelainan
tidak hanya pada lensa tetapi juga pada bagian tubuh yang lain
sehingga berupa suatu sindrom.
2. Proses penuaan
Seiring dengan bertambahnya usia , lensa mata akan
mengalami pertambahan berat dan ketebalan yang mengalami
penurunan daya akomodasi. Setiap pembentukan lapisan baru dari
serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami
kompresi dan pengerasan. Modifikasi kimia dan pembelahan
proteolitik crystallins (lensa protein) mengakibatkan pembentukan
kumpulan protein dengan berat molekul yang tinggi. Kumpulan
protein ini dapat menjadi cukup banyak untuk menyebabkan
fluktasi mendadak indeks bias lokal lensa, sehingga muncul
hamburan cahaya dan mengurangi transparansi dari lensa.
Modifikasi kimia dari protein nukleus lensa juga dapat
meningkatkan pigmentasi, sehingga lensa tampak berwarna kuning
kecokelatan dengan bertambahnya usia. Perubahan lain yang
berkaitan dengan pertambahan usia termasuk di dalamnya adalah
penurunanan konsentrasi glutation dan kalium, dan peningkatan
konsentrasi natrium dan kalsium dalam sitoplasma sel lensa.
Patogenesis yang multifaktorial dan tidak sepenuhnya dipahami.
3. Penyakit Siskemik
Adanya kelainan siskemik yang tersering menyebabkan
katarak adalah diabetes milletus. Dasar patogenesis yang melandasi
penurunan visus pada katarak dengan diabetes adalah teori
akumulasi sorbitol yang terbentuk dari aktivitasi alur polyol pada
keadaan hiperglikemia yang mana akumulasi sorbitol dalam lensa
akan menarik air ke dalam lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang
merupakan dasar patofisiologi terbentuknya katarak. Dan yang
kedua adalah teori glikosilasi protein, di mana adanya AGE akan
mengganggu struktur sitoskeletal yang dengan sendirinya akan
berakibat pada turunnya kejernihan lensa.
4. Trauma
Adanya trauma akan mengganggu struktur lensa mata baik
secara makroskopis maupun mikroskopis. Hal ini diduga
menyebabkan adanya perubahan struktur lensa dan gangguan
keseimbangan metabolisme lensa sehingga katarak dapat
terbentuk.
5. Penyakit Mata lainnya
Adanya glaukoma dan uveitis menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit yang menyebabkan kekeruhan lensa.
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia
diatas 70 tahunan, dapat diperkirakan adanya katarak dalam
berbagai derajat, namun katarak dapat juga diakibatkan oleh
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local menahun.
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh
berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air
yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan
kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorida
dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak
mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat
perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil dan
penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dan
pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidik
epidemiologi menunjukan bahwa di daerah-daerah yang panjang
tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya
meningkat pada usia 65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih
lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempunyai efek terhadap
lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan.
Setalah pembedahan, lensa diganti dengan kacamataafakia, lensa
kotak atau lensa tanam intraocular. ( Ns. Anas Tamsuri,2011)
Meskipun patogenesis katarak belum sepenuhnya
dimengerti, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat
agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan
mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan
mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat
lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang
menyimpang (Vaughan dan Asbury, 2008). Penambahan usia akan
menyebabkan lensa menjadi lebih berat dan lebih tebal, lapisan
baru serabut lensa membentuk korteks dan akhirnya nukleus
menjadi tertekan dan mengeras. Melalui mekanisme kimia,
kristalina mengalami agregasi dan berat molekulnya meningkat.
Hasil agregasi protein mengakibatkan penurunan kecerahan,
perubahan indek refraksi lensa serta penyebaran sinar (American
Academy of Ophtalmology, 2007-2008).

Anda mungkin juga menyukai