LANDASAN TEORI
3.2.1. Hopper
Hopper merupakan salah satu alat dari instalasi peremuk
limestone. Hopper berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara dari material umpan, yang selanjutnya material tersebut
diumpankan ke crusher oleh alat pengumpan (hopper). Hopper ini
terbuat dari beton yang dilapisi oleh plat baja pada dinding-
dindingnya dengan tujuan agar terhindar dari keausan akibat
gesekan dan benturan dinding dengan limestone.
Kapasitas hopper dapat dihitung berdasarkan rumus
volume trapesium yang terpancung, yaitu:
𝟏
Vh = 𝒕 (Latas + Lbawah + √𝐋 𝐚𝐭𝐚𝐬 + 𝐋 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐡 )
𝟑
3.2.2. Feeder
Pengumpan terletak pada dasar dari hopper yang
merupakan tempat jatuhnya material umpan. Kegunaan
pengumpan yaitu untuk membawa dan mengumpankan material
dari hopper menuju ke alat peremuk (crusher). Penggunaan alat
pengumpan bertujuan agar proses pengumpanan dari hopper
menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju yang
konstan, sehingga dapat mencegah terjadinya penumpukan
material kerena memberikan umpan kepada crusher secara teratur
dan kontinyu. Feeder yang digunakan pada tempat penelitian
adalah Wobbler Feeder. Wobbler Feeder merupakan salah satu alat
feeder yang mempunyai roda – roda begerigi, yang fungsinya
mendorong material ke hammer crusher dan menyaring material
yang berukuran 10 – 15 cm untuk langsung jatuh ke belt conveyor.
Jarak antar roda ± 10 -15 cm. Posisi wobbler feeder berada di
bawah hopper dan digerakkan dengan motor DC. Wobbler feeder
ini di pasang berjajar dengan posisi berselang-seling vertical dan
horizontal dalam arah putaran dan speed yang sama.
TA = T x Kc x Km x Kf
Pedoman untuk
K Karakteristik Material Faktor C
Kuat Tekan
Kerikil Keras, 2,500 – 4,000
Batuan Keras 0.8 – 0.9
Basalt, dll. kg/cm2
Andesite, 1,000 – 2,500
Batuan Sedang 1
Granite, dll. kg/cm2
Batugamping, 1,000 kg/cm2
Batuan Halus 1.1 – 1.2
Marmer, dll. maks.
Tabel 3.2 Faktor M untuk Kandungan Air dari Material Hubungannya dengan
Ukuran Bukaan Crusher
60 𝑥 𝑞 𝑥 𝑉
𝑄= ……………………………..4
1000 𝑥 𝐿
Keterangan:
R = Jumlah jam untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu
saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang
serta waktu untuk perawatan prefentif.
We = Wp-(Wn+Wu)
Dimana:
We = Waktu kerja efektif
Wp = Waktu kerja Produktif
Wn = Waktu hambatan yang disebabkan oleh faktor alat
Wu = Waktu hambatan yang disebabkan oleh faktor manusia
𝑾𝑬
E= x 100%
𝑾𝑷
Dimana:
E = Efisiensi Kerja
WE = Waktu Efektif
WP = Waktu Produktif
3.5. Metode Statistik Untuk Menentukan Harga Rata-Rata
Dimana:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data
pengamatan
fi = frekuensi data ke-i
n = banyaknya sampel data
𝑥̅ = rata-rata nilai sampel
b. Mean Data Distribusi Frekuensi
Merupakan data yang dikelompokkan menurut
kelas-kelas dengan panjang kelas tertentu.
∑ 𝑓𝑖 .𝑥𝑖
𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖
Keterangan:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data
pengamatan
fi = frekuensi data ke-i
𝑥̅ = rata-rata nilai sampel
3.5.1.2. Median
Dalam pengamatan, biasanya terdapat satu atau dua nilai
yang sangat besar atau sangat kecil yang menyebabkan
rata-rata hitung tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya. Hal ini diatasi dengan menggunakan harga
tengah yang disebut Median. Median adalah nilai atau
titik tengah dari seluruh data setelah diurutkan menurut
besarnya sehingga untuk data tersebar dapat dicari
dengan mengurutkan data terlebih dahulu kemudian
mencari letak nilai tengah dengan prosedur:
i. Banyak data ganjil: nilai median merupakan nilai
yang berada tepat di tengah gugus data.
ii. Banyak data genap: nilai median merupakan rata-
rata dari dua nilai data yang berada di tengah
gugus data.
a. Median Data Tunggal
Nilai median dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan rumus sebagai berikut:
Untuk n data ganjil
𝑋𝑛+1
Me =
2
Dimana:
Me = median
Xn = banyak data pengamatan ke-n
Dimana:
Me = Median
b = batas bawah kelas median
p = panjang interval
n = banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median (∑fi)
3.5.1.3. Modus
Modus merupakan nilai atau data yang sering muncul
atau terjadi. Untuk mencari nilai modus, data harus
disusun dalam urutan yang meningkat atau menurun lalu
hitunglah frekuensinya. Nilai dengan frekuensi paling
besar tersebut adalah modus.
a. Modus Data Tunggal
Modus dari data yang belum dikelompokkan
merupakan ukuran yang memiliki frekuensi
tertinggi yang sering muncul.
b. Modus Dalam Distribusi Frekuensi
Untuk menentukan nilai modus dari table
distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
𝑏₁
Mo = b + xp
𝑏₁+𝑏₂
Keterangan:
Mo = Modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang interval
𝑏₁ = frekuensi kelas modus – frekuensi
sebelumnya
𝑏₂ = frekuensi kelas modus – frekuensi
sesudahnya
Keterangan:
∑ = lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan
fi = frekuensi data ke-i
n = banyaknya sampel data
𝑥̅ = rata-rata nilai sampel
6. Menentukan perbaikan waktu hambatan
Perbaikan waktu hambatan dapat menggunakan rumus
modus data frekuensi distribusi, yaitu:
𝑏₁
Mo = b + xp
𝑏₁+𝑏₂
Dimana:
Mo = Modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang interval
𝑏₁ = frekuensi kelas modus – frekuensi sebelumnya
𝑏₂ = frekuensi kelas modus – frekuensi sesudahnya