v Universitas Indonesia
Akhir kata, saya berharap Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat membawa manfaat
positif bagi banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.
vi Universitas Indonesia
Poverty is one of the impacts of urbanization that affects the nutritional problems
on toddler. The aim of this final assignment is to give a description about nursing
care process of Mr.S’s family with nutrition imbalance on toddler children.
Nursing interventions that become the main intervention is arranging the schedule
of balanced food menu based on nutritional food balance (contain energy
substances, builder substances and control substance). This intervention is an
effective way to fulfill nutritions demand. Evaluation showed that family
experiencing changed in attitude and behavior towards giving balanced food for
their child, family provided variated food menus according to nutritional food
balance. This intervension also effective to make toddler gain weight, from 7,2
kgs to 7,5 kgs.
ix Universitas Indonesia
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................6
1.4 Tujuan Penulisan ..................................................................................7
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................7
1.4.2 Tujuan Khusus ...........................................................................7
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................8
1.5.1 Manfaat pada Institusi Pendidikan .............................................8
1.5.2 Manfaat pada Institusi Pelayanan ...............................................8
1.5.3 Manfaat pada Institusi Penelitian atau Keilmuan .......................8
x Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................47
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................47
5.2 Saran .............................................................................................................48
5.2.1 Keluarga dengan Balita .....................................................................48
5.2.2 Kader RW 07 .....................................................................................48
5.2.3 Puskesmas Cimanggis .......................................................................49
xi Universitas Indonesia
Urbanisasi yang terjadi sering menimbulkan dampak bagi masyarakat itu sendiri.
Salah satu dampak dari urbanisasi ialah dampak ekonomi. Dampak atau masalah
ekonomi yang sering terjadi di masyarakat perkotaan ialah kemiskinan (Stanhope
& Lancaster, 2004). Kemiskinan merupakan masalah yang terjadi di negara-
negara yang sedang berkembang. Badan Pusat Statistik (2008) mengatakan bahwa
keluarga miskin adalah keluarga yang tidak memiliki kemampuan untuk
mencukupi keutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan dalam rumah tangga akan
berakibat pada kekurangan gizi.
Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada sekelompok
masyarakat di suatu tempat (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2010).
Supariasa (2002) mengemukakan bahwa keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai
suatu proses ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrient tidak
terpenuhi, atau nutrient-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar
daripada yang didapat. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua pendapat
tersebut ialah kurang gizi merupakan suatu penyakit tidak menular, dimana tubuh
1 Universitas Indonesia
mengalami kekurangan zat gizi atau nutrien sehingga terjadi perubahan dalam
tubuh, dan terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu tempat. Salah satu
kelompok masyarakat yang berisiko mengalami kurang gizi ialah balita.
Indonesia termasuk ke dalam 5 besar negara dengan angka gizi buruk maupun gizi
kurang terbanyak di dunia (Anonim, 2012). Prevalensi balita gizi kurang di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Data Departemen Kesehatan
pada tahun 2004 menyebutkan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita di
Indonesia tahun 2004 masing-masing 8,09% dan 20,47% dari seluruh populasi
balita (Pemantauan Status Gizi, 2004, dalam Zega, 2012). Badan Pusat Statistik
(Depkes RI, 2011) menunjukkan penurunan presentasi gizi kurang pada balita.
BPS melaporkan pada tahun 2003-2004 gizi kurang sebesar 25,8%, pada tahun
2005 sebesar 24,7%, pada tahun 2006 sebesar 23,6%, dan pada tahun 2007
menjadi 21,9%. Hasil Riskesdas tahun 2010 (Kemenkes, 2010), didapatkan
prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia pada tahun 2010 ialah sebesar
17,9%.
enam provinsi tersebut, salah satunya ialah provinsi Jawa Barat. Jawa Barat
merupakan provinsi yang masih mengalami masalah gizi kurang pada balita.
Prevalensi gizi kurang dan buruk pada balita tahun 2007 di Jawa Barat sebesar
15% sedangkan pada tahun 2010 sebesar 13% (Depkes RI, 2011). Data tersebut
menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di Jawa Barat di bawah prevalensi
nasional dan cenderung mengalami penurunan.
Kota Depok adalah salah satu kota di Jawa Barat yang turut berperan dalam
menyumbang angka kurang gizi di Jawa Barat. Kota Depok dilaporkan memiliki
jumlah gizi buruk pada balita pada tahun 2005 mencapai 1.133 orang balita, tahun
2006 sebanyak 933 balita, dan pada tahun 2007 mencapai 959 balita penderita gizi
buruk (Safi’i, 2008). Data tersebut juga mencatat bahwa penderita gizi buruk
berasal dari enam kecamatan, yaitu Kecamatan Pancoran Mas dengan penderita
gizi buruk sebanyak 321 balita, diikuti Cimanggis 228 balita, Sawangan 122
balita, Sukmajaya 124 balita, Limo 104 balita, dan Beji 60 balita. Hal ini juga
didukung dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Hardiono,
yang mengatakan ada 52 anak di di bawah lima tahun yang menderita gizi buruk
di Depok. Semuanya tersebar di 21 kelurahan dari 63 kelurahan di Depok (Tirta,
2013).
Supartini (2004) menyebutkan faktor resiko terjadinya masalah gizi pada balita
diakibatkan karena karakteristik balita yang cenderung beraktivitas lebih banyak,
rasa ingin tahu yang besar dan menyukai jenis makanan tertentu saja. Anak sering
Universitas Indonesia
melakukan penolakan terhadap makanan yang tidak ia sukai karena pada tahap
perkembangan balita, kemampuan untuk memilih dan menentukan sendiri
makanan yang ingin dikonsumsi sedang berkembang. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi masalah gizi balita ialah faktor lingkungan. Basuki (2003)
penyebab gizi kurang adalah salah satunya rendahnya pengetahuan ibu tentang
gizi, sehingga balita menjadi kurang diperhatikan dan akhirnya berat badannya
pun di bawah standar. Keluarga, terutama ibu, merupakan salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi masalah gizi balita.
Pengkajian keluarga tidak hanya meliputi data umum namun juga data terkait
keluarga seperti fungsi keluarga dan tahap perkembangan keluarga, serta
Universitas Indonesia
Keluarga Bapak S merupakan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita
khususnya An.B. An.B mengalami tanda-tanda kurang gizi seperti tampak kurus,
rambut kemerahan dan tipis, tampak lemas, lingkar lengan atas 12 cm, dan IMT
berada di antara persentil -3SD dengan -2SD, dan termasuk dalam kategori gizi
kurang (Kemenkes, 2011). Salah satu hal yang menjadi penyebab gizi kurang
pada an.B di keluarga Bapak S ialah tingkat pengetahuan ibu dan asupan gizi yang
kurang seimbang pada an.B. Perawat komunitas memiliki tanggung jawab untuk
melakukan implementasi guna mengatasi masalah gizi kurang pada anggota
keluarga.
Implementasi yang telah dilakukan guna mengatasi masalah kurang gizi pada
keluarga Bapak S terdiri dari tiga macam implementasi, yakni implementasi yang
bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan kesehatan yang dilakukan
perawat mencakup pemberian informasi mengenai pengertian gizi seimbang,
pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda-tanda gizi kurang, akibat gizi
kurang, triguna makanan, porsi untuk anak usia 14 bulan, cara mengolah
makanan, dan cemilan sehat. Perawat juga melakukan demonstrasi
pengelompokkan makanan sesuai triguna makanan, pengukuran porsi makan
anak, pembuatan jadwal menu seimbang, mengolah makanan serta pembuatan
cemilan sehat kepada keluarga Bapak S. Intervensi unggulan dari implementasi
yang telah dilakukan penulis ialah penyusunan jadwal dan menu seimbang pada
balita berdasarkan triguna makanan. Intervensi ini mencakup peningkatan
Universitas Indonesia
Setiap makanan mengandung satu atau dua zat gizi yang mampu membuat
seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang, atau produktif. Konsumsi
makanan sehari-hari yang kurang beranekaragam, akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
hidup sehat dan produktif (Departemen Gizi dan Kesmas FKM UI, 2010).
Konsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam akan membuat kekurangan
zat gizi pada jenis makanan yang satu dilengkapi oleh keunggulan susunan zat
gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur zat gizi
yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu
gizi disebut triguna makanan (Azwar, 2002).
Penyusunan jadwal dan menu seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan
sangatlah penting untuk mengatasi masalah gizi kurang. Hasil penelitian
Muhammad, Hadi, dan Budiman (2009) tentang pola asuh, asupan zat gizi, dan
hubungannya dengan status gizi balita mengidentifikasi bahwa ada hubungan
asupan zat gizi dengan status gizi balita menurut BB/U dan TB/U. Hasil penelitian
plan international Indonesia dan Departemen Gizi Masyarakat IPB (2008, dalam
Hidayati, 2011) di Kabupaten Timor tengah Selatan juga menunjukkan prevalensi
gizi kurang (30%) dan penyebabnya karena kualitas dan kuantitas makanan. Oleh
karena itu, pada makalah ini penulis ingin menjabarkan mengenai asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh penulis pada salah satu keluarga
kelolaan penulis dengan masalah gizi kurang beserta salah satu intervensi, yakni
pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan dan penyusunan menu sesuai
triguna makanan, yang telah dilakukan.
memiliki angka gizi kurang tinggi. Cisalak Pasar merupakan satu dari sekian
banyak daerah di Jawa Barat yang ikut menyumbang angka gizi kurang di Jawa
Barat, khususnya Depok. Gizi kurang merupakan keadaan dimana tubuh
mengalami kekurangan zat gizi sehingga terjadi perubahan dalam tubuh.
Kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gizi kurang salah satunya ialah
balita.
Balita harus mengkonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi yang
seimbang agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Salah satu upaya untuk
meningkatkan meningkatkan konsumsi gizi balita yang seimbang adalah dengan
meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang yang disebut triguna
makanan dan penyusunan menu sesuai dengan triguna makanan. Pada tulisan ini,
penulis ingin menjabarkan mengenai asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
kelolaan penulis dengan masalah gizi kurang dan intervensi yang dilakukan, salah
satunya berupa peningkatan pengetahuan ibu mengenai triguna makanan dan
penyusunan menu berdasarkan triguna makanan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
9 Universitas Indonesia
Hughes dan Simpson (1995, dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999)
melaporkan bahwa status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor yang terbesar
yang mempengaruhi kesehatan nutrisi. Kemiskinan sangat identik dengan tidak
tersedianya makan yang adekuat dan rendahnya pengetahuan keluarga dalam
memelihara kesehatan anggota keluarga terutama anak balita (Fitriyani, 2009).
Hal ini menyebabkan anak tidak memperoleh pengasuhan yang baik sehingga
anak tidak memperoleh nutrisi yang baik. Ketidakcukupan anggota keluarga
memperoleh nutrisi dapat menimbulkan berbagai masalah gizi, terutama dalam
keluarga dengan balita.
Universitas Indonesia
Keadaan gizi kurang atau malnutrisi tidak hanya terjadi pada anak saja tetapi juga
dapat dialami oleh orang dewasa seperti ibu hamil dan lanjut usia. Keadaan gizi
kurang dapat dilihat sebagai suatu proses ketika kebutuhan normal terhadap satu
atau beberapa nutrient tidak terpenuhi, atau nutrient-nutrien tersebut hilang
dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat (Supariasa, 2002). Hal ini
didukung oleh Almatsier (2009) yang menyebutkan bahwa kurang gizi dapat
terjadi karena seseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di
dalam tubuh. Kesimpulan yang dapat diambil yakni gizi kurang ialah suatu
keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan pasokan gizi yang adekuat.
Universitas Indonesia
Kurang gizi sangat rentan terjadi di usia balita, karena beberapa sebab, yakni usia
yang terlalu muda, ketergantungan pada orang lain dalam ketersediaan makanan,
kelahiran prematur, BBLR, sistem imun dan sistem pencernaan yang imatur
(Hitchock, Schubert, & Thomas, 1999). Potter dan Perry (2005) menyebutkan,
kecepatan perkembangan menurun ketika usia toddler (usia 1-3 tahun). Pada masa
balita anak membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan untuk
tumbuh kembang, selain itu balita belum mampu mengkonsumsi atau mencerna
makanan yang tersedia dan mereka cenderung mengalami malnutrisi karena
kebutuhan akan zat gizi yang tinggi (Wong, 2008). Kebutuhan balita akan kalori
lebih rendah namun terdapat peningkatan jumlah protein dalam hubungan dengan
berat badan.
Toddler memerlukan minimum 2 porsi (480g) kelompok susu setiap hari untuk
memberikan protein, kalsium, riboflavin dan vitamin A dan B12. Kalsium dan
fosfor penting untuk perkembangan tulang. Separuh dari asupan protein toddler
harus mengandung nilai protein biologi tinggi. Seluruh padi-padian, sereal yang
diperkaya dan roti adalah sumber yang baik akan zat besi dengan tambahan pada
daging. Toddler harus menerima 4 porsi setiap hari dari kelompok sayur dan buah.
Satu porsi harus mengandung sumber vitamin C yang baik. Sedangkan anak usia
prasekolah (3-5 tahun) memerlukan kira-kira 480 g susu setiap hari, 30-90g dari
kelompok daging, empat hingga lima porsi dari kelompok buah dan sayuran, tiga
porsi seluruh padi-padian atau makanan yang diperkaya gizinya dari kelompok
roti dan sereal, dan 3 hingga 4 sendok teh margarine atau mentega (Potter &
Perry, 2005).
Memperhatikan gizi seimbang balita dan tanda gejala balita dengan gizi kurang
merupakan hal yang penting bagi keluarga dan perawat agar dapat mengantisipasi
dan mengidentifikasi masalah gizi kurang. Wong (2008) menyebutkan bahwa
balita dengan masalah gizi kurang memiliki tanda gejala seperti tampak kurus,
kulit kering, terlihat kusam, rambut tipis kemerahan, penurunan berat badan,
rewel, tampak tidak aktif, tidak semangat, dan tidak aktif. Depkes RI (2011)
membagi balita dengan masalah gizi ke dalam 2 bagian, yakni gizi buruk dan gizi
Universitas Indonesia
kurang. Tanda dari balita gizi kurang ialah BB/TB berada diantara percentil -2
sampai -3 Standar Deviasi, Lingkar lengan atas berada di angka 11,5 sampai
dengan 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik, tidak ada komplikasi medis.
Balita yang dikategorikan gizi buruk mempunyai tanda gejala sangat kurus,
edema minimal pada kedua punggung kaki, BB/PB atau BB/TB kurang dari -3
Standar Deviasi, lingkar lengan atas di bawah 11,5 cm (untuk anak usia 6-59
bulan). Balita dengan tanda gejala seperti ini merupakan balita yang harus
diperhatikan perawat agar balita tersebut tidak mengalami tanda gejala lebih lanjut
yang mengindikasikan komplikasi dari masalah gizi kurang. Munculnya tanda
gejala gizi kurang perlu diperhatikan juga oleh keluarga agar dapat melakukan
tindakan sedini mungkin untuk mengatasi masalah gizi kurang tersebut sebelum
memberikan dampak lebih lanjut.
Gizi kurang juga memberikan dampak negatif bagi daya tahan tubuh balita.
Kekurangan asupan nutrisi, khususnya zat pengatur akan membuat tubuh
mengalami kekurangan vitamin dan mineral dimana fungsi dari vitamin dan
mineral ialah membantu tubuh untuk perlindungan terhadap penyakit
(Departemen Gizi & Kesmas FKM UI, 2010). Fitriyani (2009) juga menyebutkan
penyakit infeksi dan nutrisi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi satu
Universitas Indonesia
sama lain. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah Gizi kurang menyebabkan daya
tahan tubuh balita menurun dan balita mudah sakit.
Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya et all (2009) terdiri dari lima tugas,
diantaranya ialah kemampuan mengenal masalah, kemampuan mengambil
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f. Stress dan koping keluarga: Stressor jangka panjang dan stressor jangka
pendek serta kekuatan keluarga, Respon keluarga terhadap stress, Strategi
koping yang digunakan, Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala
yang ditemukan pada fisik balita dengan masalah gizi kurang. Penilaian status
gizi dapat dilakukan dengan antropometri, penilaian biokimia, penilaian klinis
dan penilaian biofisik. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu Berat badan dibanding
umur (BB/U), panjang atau tinggi badan berbanding umur (PB/U), dan berat
badan berbanding panjang atau berat badan (BB/PB) menurut tabel NCHS
(Kemenkes, 2011).
Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)
Indeks Kategori Ambang Batas (z-score)
Status Gizi
Berat Badan menurut Gizi Buruk <-3SD
Umur (BB/U) Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 Bulan Gizi Baik -2SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek <-3SD
Umur (PB/U) Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan Normal -2SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2SD
Berat Badan menurut Sangat Kurus <-3SD
Panjang Badan (BB/PB) Kurus -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan Normal -2SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2SD
digunakan antara lain: darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh lain
seperti hati dan otot (Supariasa, 2002). Penilaian klinis didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. Sedangkan penentuan status gizi secara biofisik adalah
metode penentuan status gizi dengan melihat fungsi dan melihat perubahan
struktur dari jaringan (Supariasa, 2002).
h. Harapan keluarga: Terhadap masalah kesehatan keluarga, Terhadap petugas
kesehatan yang ada
2.3.2 Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manusia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial atau actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan
atau untuk mencegah perubahan (Potter & Perry, 2005). NANDA (2012)
mengemukakan diagnosis ditegakkan dengan beberapa tahap. Tahap pertama ialah
menegakan diagnosis sementara, dimana perawat menetapkan berdasarkan data-
data awal dari tanda gejala yang dilihat perawat dari pasien. Hal ini kemudian
dilanjutkan dengan menganalisis data-data yang ditemukan dan mencari serta
mengkaji lagi untuk menambah data fokus dari masalah yang terjadi pada klien
untuk menegakkan satu diagnosis. Diagnosis yang digunakan saat ini ialah single
diagnosa dimana diagnosa yang ditulis hanya masalah yang terjadi, tidak diikuti
penyebab dan tanda, namun perawat juga harus mengetahui penyebab dan tanda
gejala dari masalah tersebut.
skoring yang dilakukan oleh perawat dan keluarga. Perawat mengkaji sifat
masalah kesehatan, apakah aktual, potensial, atau resiko, setelah itu mengkaji
apakah keluarga menganggap masalah kesehatan tersebut harus diatasi, dan yang
terakhir perawat mengkaji apakah keluarga mau menyelesaikan masalah
kesehatan tersebut bersama dengan perawat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Diagnosis yang mungkin muncul pada masalah gizi kurang dalam domain nutrisi
dalam NANDA (2012) ialah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, ketidakefektifan pola makan bayi, gangguan menelan, risiko
ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan volume cairan, risiko kekurangan
volume cairan ,dan risiko ketidakseimbangan volume cairan. Diagnosis tersebut
ditegakkan sesuai data yang didapat perawat. Perawat kemudian membuat tindak
lanjut berupa perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan prioritas yang
disetujui keluarga.
2.3.3 Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Penyusunan perencanaan
diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan, tujuan
yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan juga memuat
kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART
(Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time-oriented) (Carpenito,
2000). Spesific artinya ialah tujuan yang dibuat harus fokus dan sesuai dengan
masalah dan sebab terjadinya masalah. Measurable artinya ialah tujuan yang
dibuat dapat diukur dengan kriteria tertentu. Achievable memiliki arti bahwa
tujuan yang dibuat harus dapat dicapai dan dilakukan oleh keluarga. Realistic
artinya ialah tujuan yang dibuat harus realistis dan sesuai keadaan yang
sebenarnya. Time-oriented berarti tujuan yang dibuat harus memiliki jangka
waktu sebagai target dalam pencapaian tujuan perencanaan.
Universitas Indonesia
2.3.4 Implementasi
Menurut Hitchcock, Schubert, & Thomas (1999), implementasi keperawatan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita pada level
pencegahan primer adalah dengan cara memberikan edukasi pada orang tua
tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam
penyediaan makanan. Hitchcock, Schubert, & Thomas (1999) juga menjelaskan
implementasi pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara melakukan
skrining atau deteksi dini status gizi balita dan pemantauan status gizi balita.
Implementasi pencegahan tersier dapat dilakukan dengan cara upaya rujukan
balita yang sudah mengalami gizi buruk serta rehabilitasi gizi buruk setelah di
rawat di rumah sakit (Huriah, 2006). Perawat generalis, dalam hal ini, lebih
menitikberatkan melakukan pencegahan primer dan sekunder terkait dengan
kelegalan dalam pemberian asuhan keperawatan, walaupun tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan
terkait gizi buruk balita.
Maglaya et all (2009) menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga terdiri
dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga
dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Implementasi yang dapat dilakukan terkait upaya pemenuhan nutrisi
dalam keluarga mencakup pendidikan kesehatan mengenai gizi, gizi seimbang
atau triguna makanan, porsi makan balita, cemilan sehat, serta demonstrasi
mengenai penyusunan menu berdasarkan triguna makanan (gizi seimbang),
pengolahan bahan makanan, dan pemilihan makanan tambahan atau cemilan sehat
(Allender, Rector, & Warner, 2010; Depkes RI, 2011; Fitriyani, 2009; Wilkinson
& Ahern, 2011; Wong, 2008).
Pemberian edukasi kepada orangtua merupakan hal yang penting yang dapat
dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua
khususnya ibu mengenai gizi balita. Basuki (2003) penyebab gizi kurang adalah
salah satunya rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga balita menjadi
kurang diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar.
Pengetahuan orangtua khususnya ibu merupakan satu hal yang penting guna
memperbaiki gizi balita. Salah satunya ialah dengan meningkatkan pengetahuan
ibu mengenai gizi seimbang atau triguna makanan.
Triguna makanan ialah makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur zat gizi yang diiperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantitasnya (Azwar, 2002). Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Penggolongan makanan yang
termasuk triguna makanan menurut Departemen Gizi & Kesmas FKM UI (2010)
adalah sebagai berikut:
a. Zat Tenaga yang mengandung karbohidrat dan lemak, yang diperlukan untuk
kerja otot untuk melakukan kerja luar. zat ini sebagian besar dihasilkan dari
makanan pokok. Contoh sumber zat tenaga ialah nasi, kentang, ubi, jagung,
kacang-kacangan, mentega, dan lain-lain.
b. Zat Pembangun mengandung protein. Terdapat dua jenis proteni yakni
protein metabolik dan protein struktural. Protein metabolik dibutuhkan dalam
Universitas Indonesia
Setiap makanan hanya mengandung satu sampai dua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif
(Martianto, 2013). Setiap orang memerlukan konsumsi makanan yang
beranekaragam. Konsumsi makanan sehari-hari yang kurang beranekaragam, akan
menimbulkan ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (Departemen Gizi dan Kesmas FKM
UI, 2010). Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Perawat perlu membuat jadwal menu seimbang untuk balita agar
orangtua mampu melaksanakan pemberian makan seimbang untuk balitanya.
Universitas Indonesia
Almatsier (2009) menyebutkan menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari
beranekaragam makanan dengan jumlah dari proporsi yang sesuai, sehingga
memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan
proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan
criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara
jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi
sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003). Evaluasi disusun menggunakan SOAP, evaluasi sumatif
dan tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) terdiri dari
subjektif, objektif, analisis, dan perencanaan. Subjektif ialah ungkapan perasaan
atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan. Objektif ialah keadaan obyektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif. Analisis
merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
Perencanaan merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis. Sedangkan evaluasi sumatif ialah evaluasi yang dilakukan dengan
melihat bagaimana efektifnya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh perawat
sesuai dengan tujuan khusus dari intervensi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1 Pengkajian
Keluarga Bapak S (34 tahun) dan Ibu Y (28 tahun) merupakan keluarga inti
dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah, dengan Bapak S
sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam keluarga dalam hal
keuangan, rencana rekreasi, biaya sekolah, dan lain-lain, sedangkan ibu Y ialah
pengambil keputusan dalam hal menu makanan dan kebutuhan sehari-hari. Bapak
S dan Ibu Y memiliki dua anak, yaitu An. A (9 tahun) dan An.B (14 bulan).
Keluarga Bapak S saat ini mengontrak di RT 01 RW 07, Cisalak Pasar, Depok,
setelah sebelumnya keluarga Bapak S tinggal di daerah Kelapa Dua, Jakarta.
Alasan keluarga Bapak S pindah ke Cisalak Pasar ialah karena ingin mempunyai
kediaman sendiri, tidak menumpang dengan keluarga. Bapak S bekerja sebagai
supir pribadi dengan pendapat di bawah Rp 2.500.000,00/bulan. Ibu Y adalah
seorang penjual nasi soto di jalan raya Gadog. Ibu Y mengatakan pendapatan
perbulannya tidak menentu, kadang banyak kadang sedikit. Rata-rata
pendapatannya perbulan kurang lebih Rp 1.000.000,00 yang dipakai untuk
membayar sewa toko sebesar Rp 450.000,00 perbulan serta membeli lagi
peralatan dan bahan yang diperlukan untuk soto. Ibu Y mengatakan angka
tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Bapak S bersuku
Jawa, sedangkan ibu Y bersuku Betawi dan keduanya beragama islam, dimana
keduanya mengaku bahwa tidak ada mitos atau kepercayaan tertentu yang
diyakini terkait masalah kesehatan keluarga.
26 Universitas Indonesia
diperiksa kembali dengan hasil bersih dari flek paru, saat ini juga An.A
mengatakan sudah tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu. Anggota keluarga lain
yang memiliki masalah kesehatan ialah An.B (14 bulan).
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis terhadap An.B didapat bahwa
An.B tampak kurus dengan berat badan 7,2 kg dan panjang badan 72cm, rambut
Universitas Indonesia
kemerahan, tipis, lingkar lengan atas 12cm, turgor kulit baik, warna kulit terlihat
kusam, anak tampak lemas dan rewel. Hasil pengukuran dalam NCHS pada
kategori BB/PB An.B berada diantara percentil -2SD dan -3SD, dimana hal ini
menunjukan bahwa An.B berada dalam status gizi kurang, sedangkan pada
kategori BB/U An.B berada tepat pada percentil -3SD yang menunjukan sangat
kurus dan pada kategori PB/U An.B berada di antara percentil -2SD dan -3SD
yang menunjukan pendek (Kemenkes, 2011). Lingkar lengan An.B, yakni 12cm,
dalam standar NCHS berada diantara -2SD dan -3SD yang menunjukan kategori
kurang (WHO, 2005).
Ibu Y mengatakan memberikan ASI kepada an.B sejak lahir sampai saat ini,
namun ASI yang keluar sedikit, ibu Y tidak tahu penyebabnya mengapa padahal
ia mengaku telah makan makanan yang bergizi seperti mengandung sayur dan
lauk saat hamil dan menyusui. Ibu Y mengatakan dari dulu ASI yang keluar hanya
dari payudara sebelah kanan, dan jumlahnya sedikit. Ibu Y mengatakan ia pernah
menanyakan kepada bidan, namun bidan mengatakan hal tersebut bukanlah suatu
masalah yang berarti. Ibu Y mengatakan ia tidak pernah melakukan perawatan
payudara karena ia tidak mengetahui caranya. Ibu Y mengatakan tidak
memberikan susu formula dengan alasan An.B tidak menyukai susu formula. Ibu
Y mengatakan ia ingin memberikan ASI kepada anaknya guna memenuhi
kebutuhan nutrisi pada anaknya.
3.2 Diagnosis
Diagnosis yang dapat ditegakkan dari data-data yang ditemukan saat pengkajian
ialah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An.B.
b. Ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu Y.
Berdasarkan hasil skoring, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga
Bapak S ialah diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
dimana diagnosis tersebut mendapat skor 4, oleh karena itu penulis hanya
menggambarkan intervensi, implementasi serta evaluasi untuk diagnosis tersebut
pada laporan ini.
Universitas Indonesia
3.3 Perencanaan
Tujuan dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat ialah
menyelesaikan masalah gizi kurang pada An.B. Perawat melakukan perencanaan
untuk menjadi dasar dilakukannya implementasi. Perencanaan yang dibuat
perawat memiliki tujuan umum dan juga tujuan khusus. Tujuan umum dari
perencanaan yang dibuat perawat ialah diharapkan keluarga mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi pada An.B setelah dilakukan kunjungan sebanyak 7 kali.
Tujuan khusus dibuat dengan menjabarkan tujuan umum secara lebih rinci.
Terdapat lima tujuan khusus dalam perencanaan intervensi keluarga terkait fungsi
perawatan keluarga. Kelima hal tersebut ialah mengenal masalah, mengambil
keputusan untuk merawat amggota keluarga, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Tujuan khusus yang dibuat dalam perencanaan diharapkan mampu tercapai dalam
7 kali pertemuan selama 60 menit setiap pertemuan.
Tujuan khusus yang pertama ialah setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1x60
menit, keluarga mampu mengenal masalah kurang gizi. Mengenal masalah kurang
gizi dapat dinilai dengan menyebutkan definisi gizi, menyebutkan definisi kurang
gizi, menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala masalah kurang gizi, menyebutkan 3
dari 4 penyebab timbulnya masalah kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota
keluarga yang mengalami kurang gizi. Rencana intervensi yang akan
diimplementasi untuk mencapai TUK (tujuan khusus) 1 adalah menjelaskan
kepada keluarga tentang gizi, gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda gejala gizi
kurang, dan membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang. Tujuan khusus pertama harus tercapai sebelum masuk ke
tujuan khusus yang kedua.
Tujuan khusus yang kedua ialah setelah dilakukan pertemuan selama 1x60 menit,
keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami kurang gizi. Rencana intervensi yang akan diimplementasikan untuk
mencapai TUK 2 ialah menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari gizi
Universitas Indonesia
Tujuan khusus ketiga ialah setelah dilakukan pertemuan sebanyak 6x60 menit
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
Perencanaan yang dibuat perawat, dalam implementasi untuk tujuan khusus ketiga
ini perawat harus dapat mendiskusikan dan juga mendemonstrasikan kepada
keluarga mengenai triguna makanan, penyusunan jadwal menu seimbang, porsi
makan untuk anak usia 14 bulan, pengolahan makanan, cemilan sehat, setelah itu
keluarga diharapkan mampu meredemonstrasikan apa yang telah dicontohkan.
Pada kunjungan pertama untuk tujuan khusus ketiga, diharapkan keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang dan 3 dari 4 cara pencegahan
gizi kurang. Setelah itu keluarga diharpkan mampu menjelaskan tiga komponen
triguna makanan beserta contohnya, fungsi triguna makanan dan
mendemonstrasikan pemilahan makanan berdasarkan triguna makanan. Keluarga
juga diharapkan mampu menyebutkan porsi makan sehari untuk anak usia 14
bulan dan mendemonstrasikan porsi makan yang diberikan untuk anak usia 14
bulan dalam satu kali makan. Keluarga diharapkan mampu membuat jadwal menu
harian balita bersama-sama dengan perawat. Keluarga juga diharapkan mampu
menjelaskan cara memilah dan mengolah bahan makanan yang baik, serta
mendemonstrasikannya. Selanjutnya keluarga diharapkan mampu menjelaskan
tentang cemilan sehat untuk balita serta mendemonstrasikan pembuatan selingan
sehat.
Tujuan khusus keempat ialah setelah dilakukan kunjungan selama 1x60 menit
keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk merawat anggota
keluarga dengan gizi kurang. Rencana intervensi yang akan diimplementasikan
untuk mencapai tujuan umum keempat ialah, perawat mendiskusikan bersama
Universitas Indonesia
keluarga mengenai cara penyajian makan, cara mengatasi anak yang tidak
bersedia makan, lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan stattus gizi,
serta memotivasi keluarga untuk dapat melakukan modifikasi lingkungan. Tujuan
ini dinilai dengan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara penyajian makan
anak, menyebutkan 4 dari 5 cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan,
menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status
gizi balita. Keluarga juga mampu melakukan modifikasi lingkungan yang
mendukung meningkatkan nutrisi yang dinilai dengan kunjungan mendadak yang
dilakukan oleh perawat.
Tujuan khusus yang kelima ialah setelah dilakukan kunjungan selama 1x60 menit,
keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan
gizi balita. Rencana intervensi yang dibuat perawat ialah perawat mendiskusikan
fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oleh keluarga, mendiskusikan manfaat
menggunakan fasilitas kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hal ini dinilai dengan keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada di sekitas tempat tinggal,
menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan
keluarga mau mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
3.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai apa yang sudah dijabarkan dalam perencanaan. Perawat melakukan
implementasi dengan menyelesaikan tujuan khusus 1 sampai dengan tujuan
khusus 5. Pelaksanaan implementasi dilakukan perawat selama 7 kali kunjungan
dimana setiap kunjungan perawat memerlukan waktu 45-60 menit.
Intervensi unggulan penulis ialah penyusunan jadwal dan menu seimbang pada
balita berdasarkan triguna makanan. Hal ini mencakup dua hal, yakni peningkatan
pengetahuan mengenai triguna makanan serta penyususnan menu berdasarkan
triguna makanan. Pelaksanaan diskusi mengenai triguna makanan dilakukan
Universitas Indonesia
perawat dengan metode leaflet dan lembar balik. Perawat menjelaskan mengenai
tiga komponen triguna makanan yang merupakan gizi seimbang dan diperlukan
oleh tubuh anak balita. Perawat juga memberi contoh untuk setiap komponen gizi
seimbang. Perawat menjelaskan fungsi dari masing-masing komponen triguna
makanan. Perawat kemudian meminta keluarga untuk menyebutkan kembali
mengenai triguna makan, contohnya, beserta fungsinya. Perawat juga meminta
keluarga untuk memilih makanan sesuai triguna makanan dengan food model
yang dibawa perawat, perawat meminta keluarga mengelompokkan makanan
tersebut sesuai dengan tiga komponen triguna makanan. Perawat memberi
reinforcement positif untuk setiap jawaban yang benar.
3.5 Evaluasi
3.5.1 Evaluasi SOAP
3.5.1.1 Subjektif
Ibu Y mengatakan definisi gizi ialah makanan yang diperlukan tubuh sesuai
dengan usia anak, terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. Ibu Y
mengatakan definisi gizi kurang ialah kurangnya zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh anak. Ibu Y mengatakan penyebab gizi kurang ialah makan sedikit, makan
tidak teratur, penyakit. Ibu Y mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus,
rambut tipis kemerahan, anak tidak ceria, lemas, kulit kering. Ibu Y mengatakan
An.B kurus, berambut tipis dan kemerahan, dan terlihat seperti anak dengan gizi
kurang. Ibu Y mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan
pertumbuhan, jadi bodoh. Ibu Y mengatakan ingin merawat an.B dengan masalah
gizi kurang dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu Y
mengatakan cara mengatasi kurang gizi yaitu makan makanan seimbang, makan
teratur, sesuai kebutuhan balita. Ibu Y mengatakan triguna makanan terdiri dari
Universitas Indonesia
zat tenaga yang mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan
bubur, zat pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh ayam dan tempe,
serta zat pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-
buahan dan sayur. Ibu Y mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk
An.B sesuai jadwal. Ibu Y mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah
yang harganya terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu
Y mengatakan cara mengolah bahan majanan yang baik ialah cuci tangan sebelum
masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru dipotong, sayur jangan
dimasak terlalu lama, beras dicuci hanya dua kali saja. Ibu Y menyebutkan
pengertian cemilan sehat yakni makanan selingan yang mengandung nilai gizi.
Ibu Y menyebutkan tujuan cemiilan sehat yakni untuk membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi anak terutama bagi anak yang sulit makan. Ibu Y menyebutkan
manfaat cemilan sehat yakni aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan
nutrisi anak, bahan mudah diperoleh. Ibu Y menyebutkan contoh cemilan sehat
ialah bubur sumsum, bubur kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai
kacang, buah dan sayur potong, sereal, puding susu atau puding buah. Ibu Y
menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu snack, chiki, minuman bersoda,
makanan berpengawet dan makanan ber-MSG. ibu Y mengatakan tips menyajikan
makanan untuk anak yaitu jumlah makan sesuai dengan porsi, sesuai jadwal
menun, makanan bervariasi, harus ada lauk hewani dan nabati. Ibu Y mengatakan
prinsip mengatasi anak yang tidak mau makan ialah jangan dipaksa, beri makan
sesuai selera anak dan tidak membosankan, jangan memberi makanan yang manis
sebelum makan, makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu Y mengatakan fasilitas
terdekat ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu Y mengatakan manfaat ke
pelayanan kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat
penyuluhan tentang gizi kurang. Ibu Y mengatakan nanti kalau punya uang ingin
memeriksakan anaknya. Ibu Y melaporkan pola makan An.B masih sedikit, 3-5x
suap, namun ibu Y mengatakan saat ini sudah sering berusaha menyediakan sayur
dan lauk dalam setiap kali makan. Pada evaluasi yang dilakukan perawat setiap
kunjungan, dengan menanyakan menu apa yang disiapkan ibu Y hari ini, Ibu Y
mengatakan ia berusaha menyiapkan nasi, sayur dan lauk untuk An.B dalam
Universitas Indonesia
sekali makan setiap hari. Ibu Y juga mengatakan ia mau membuat menu seimbang
untuk seterustnya untuk An.B.
3.5.1.2 Objektif
Keluarga tampak antusias dalam proses penyampaian dan demonstrasi pada setiap
implementasi yang dilakukan perawat. Keluarga tampak terlibat aktif dalam
diskusi. Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda gejala,
dan akibat gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan kembali komponen triguna
makanan beserta contohnya. Keluarga dapat memilih bahan makanan sesuai
triguna makanan yang tepat. Pada evaluasi dan monitoring setiap minggu terhadap
penyusunan menu yang dilakukan perawat, Ibu Y tampak melaksanakan jadwal
menu berdasarkan triguna makanan yang dibuat bersama perawat dengan
melaporkan dan menunjukkan makanan apa saja yang dibuat dan dihidangkan
untuk An.B pada hari itu. Menu makanan yang dibuat ibu Y rata-rata terdiri dari
nasi, sayur, dan lauk yang bervariasi setiap hari. Pada kunjungan mendadak yang
dilakukan perawat, ibu Y sedang menyuapi an.B dengan makanan yang terdiri
dari nasi dan sayur sop yang mencakup kentang, wortel, dan ayam. Pada
kunjungan mendadak selanjutnya, ibu Y juga terlihat mengolah makanan dengan
mencuci tangan, mencuci bahan makanan baru kemudian mengupas dan
memotongnya. Pada posyandu tanggal 10 Juni 2013, Berat Badan An.B naik
menjadi 7,5kg, dimana menurut BB/PB An.B masih dalam kategori gizi kurang,
namun kenaikan berat badan ini menunjukan ada perubahan yang baik yang
terjadi pada An.B. Hasil pengukuran NCHS dalam kategori BB/U, An.B berada di
antara -2SD dan -3SD yang menunjukan bahwa an.B berada dalam kategori
kurus. Hal ini menunjukan kemajuan dimana sebelumnya menurut kategori BB/U,
An.B berada tepat di percentil -3SD yang menunjukan bahwa An/B masuk ke
dalam kategori sangat kurus.
3.5.1.3 Analisis
Hasil observasi yang dilakukan penulis atau yang dilaporkan oleh keluarga
didapatkan perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1
hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An.B juga telah teratasi
Universitas Indonesia
3.5.1.4 Planning
Rencana yang dilakukan perawat merupakan rencana tindak lanjut atau discharge
planning. Tindak lanjut untuk keluarga ialah meminta ibu Y untuk terus
menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan dan kebutuhan makan
untuk anak balita serta menyediakan menu seimbang untuk An.B. Penulis juga
akan berkordinasi dengan mahasiswa Spesialis Keperawatan Komunitas dalam
pemantauan status gizi keluarga Bapak S khususnya An.B, dan melaporkan hasil
pengkajian sampai evaluasi ke Puskesmas.
Tujuan khusus ketiga juga telah dicapai oleh keluarga Bapak S. Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang, menyebutkan kembali
takaran porsi untuk anak usia 14 bulan dan mendemonstrasikannya, menyebutkan
kembali definisi triguna makanan, komponen-komponen triguna makanan, dan
memberikan 2 contoh dari tiap komponen triguna makanan, mendemonstrasikan
memilah makanan berdasarkan triguna makanan dengan food model, menyusun
jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu seimbang yang telah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Jumlah total penduduk di Cisalak Pasar berdasarkan rekapitulasi yang didapat dari
data di kantor kelurahan Cisalak Pasar pada bulan Desember 2012 ialah sebesar
24.617 jiwa. Total penduduk di RW 07 mencapai hampir 10% dari jumlah total
penduduk Cisalak Pasar, yakni sebanyak 2248 jiwa yang terdiri dari 1243 jiwa
laki-laki dan 1005 jiwa perempuan. Jumlah total penduduk ini mencakup berbagai
usia, di antaranya ialah lansia, dewasa, remaja, anak sekolah dan juga balita.
Mayoritas penduduk memiliki tingkat pendidikan SMA, menganut agama Islam
dan berasal dari suku Jawa. Pekerjaan yang dimiliki oleh penduduk RW 07
bermacam-macam, diantaranya ialah pegawai swasta, buruh, wiraswasta, PNS,
dan penarik ojek. Mayoritas penduduk RW 07 memiliki pendapatan perbulan
sebesar lebih dari RP 1.000.000,00.
39 Universitas Indonesia
Hasil pengkajian yang didapat oleh penulis dan kelompok dari mengikuti tiga
posyandu di RW 07 ialah setiap posyandu memiliki balita dengan masalah yang
sama yakni masalah gizi. Hasil screening penulis di tiga posyandu RW 07 didapat
data (menurut kategori BB/U) 13 dari seluruh balita yang datang di posyandu
RW 07 mengalami masalah gizi, dimana 5 diantaranya mengalami gizi buruk dan
8 balita lainnya mengalami gizi kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI
(2013) yang menyatakan 25% balita di Cisalak Pasar mengalami gizi kurang,
salah satu RW yang merupakan kantung balita gizi kurang di kelurahan Cisalak
Pasar ialah RW 07.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Teori terkait KKMP
Dampak dari perkembangan perkotaan atau urbanisasi salah satunya ialah dampak
ekonomi. Fitriyani (2009) menyatakan kekurangan ekonomi sangat identik
Universitas Indonesia
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis terhadap An.B didapat bahwa
An.B tampak kurus dengan berat badan 7,2 kg dan panjang badan 72cm, rambut
kemerahan, tipis, anak tampak lemas, rewel, lingkar lengan 12 cm, dan kulit
kusam. Hasil pengukuran dalam NCHS pada kategori BB/PB An.B berada
diantara percentil -2SD dan -3SD, dimana hal ini menunjukkan bahwa An.B
berada dalam status gizi kurang, sedangkan pada kategori BB/U An.B berada
tepat pada percentil -3SD yang menunjukan sangat kurus dan pada kategori PB/U
An.B berada di antara percentil -2SD dan -3SD yang menunjukan pendek
(Kemenkes, 2011). Lingkar lengan An.B, yakni 12cm, dalam standar NCHS
berada diantara -2SD dan -3SD yang menunjukan bahwa kurang dari normal.
Rambut kemerahan, tipis, anak tampak lemas, Lingkar lengan atas berada di
antara 11,5-12,5, dan kulit kusam merupakan ciri anak dengan masalah gizi
kurang (Depkes RI, 2011; Wong, 2008).
Salah satu penyebab gizi kurang ialah penyebab langsung yang berupa kurangnya
asupan nutrisi ke dalam tubuh (UNICEF, 2010). Ibu Y mengatakan An.B hanya
makan 3-5 suap setelah itu An. B tidak mau makan lagi. Ibu Y mengatakan tidak
memberikan susu formula dengan alasan An.B tidak menyukai susu formula.
Hal-hal tersebut sesuai dengan pendapat Wong (2008) yang menyebutkan bahwa
pada masa balita terjadi penurunan asupan nutrisi yang dimanifestasikan dengan
Universitas Indonesia
berkurangnya selera makan, pemilih makanan, dan susah makan. Hal ini perlu
diperhatikan karena balita membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan
makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Basuki (2003) juga menyebutkan penyebab gizi kurang adalah salah satunya
rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga balita menjadi kurang
diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar. Ibu Y
mengatakan ia tidak mengetahui mengapa anaknya makin lama makin kurus. Ibu
Y sudah menyadari kondisi anaknya yang kurus, namun ibu Y sendiri mengaku
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ibu Y pernah mengalami mengasuh anak
yang memiliki gizi kurang juga sebelumnya, yakni An.A, namun walaupun begitu
ibu Y mengaku belum paham mengenai gizi kurang. Ibu Y sebagai ibu dari An.B
yang memiliki masalah gizi kurang mengaku kurang memahami tentang gizi dan
gizi kurang sehingga ia tidak terlalu memikirkan keadaan anaknya.
Universitas Indonesia
Hasil yang diperoleh ialah setelah dilakukan intervensi selama 7 kali pertemuan,
An.B mengalami kenaikan berat badan dari 7,2 kg menjadi 7,5 kg, dan panjang
dari 72cm menjadi 73cm. Hasil pengukuran NCHS menurut BB/PB An.B masih
dalam kategori gizi kurang, namun kenaikan berat badan ini menunjukan ada
perubahan yang baik yang terjadi pada An.B. Hasil pengukuran NCHS dalam
kategori BB/U, An.B berada di antara -2SD dan -3SD yang menunjukan bahwa
an.B berada dalam kategori kurus. Hal ini menunjukan kemajuan dimana
sebelumnya menurut kategori BB/U, An.B berada tepat di percentil -3SD yang
menunjukan bahwa An/B masuk ke dalam kategori sangat kurus. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Muhammad, Hadi, dan Budiman (2009) tentang pola asuh,
asupan zat gizi, dan hubungannya dengan status gizi balita yang mengidentifikasi
Universitas Indonesia
bahwa ada hubungan asupan zat gizi dengan status gizi balita menurut BB/U dan
TB/U.
Pembuatan jadwal menu seimbang harian juga harus dilakukan agar ibu
mengetahui seberapa banyak porsi yang dapat diberikan pada anak balita.
Almatsier (2009) menyebutkan menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari
beranekaragam makanan demgan jumlah dari proporsi yang sesuai, sehingga
memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan
proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Proverawati dan Asfuah
(2010) menambahkan bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein,
lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.
keluarga Bapak S. Tindak lanjut dapat dilakukan untuk terus memantau masalah
gizi yang terjadi di keluarga, yang dapat dilakukan oleh keluarga, kader, maupun
petugas kesehatan setempat.
Tindak lanjut yang dapat dilakukan keluarga ialah sebisa mungkin keluarga terus
menyediakan menu seimbang untuk kebutuhan gizi an.B. Tindak lanjut yang
dapat dilakukan kader ialah harus dapat menjadi role model dalam pemenuhan
gizi balita dengan menyediakan makanan tambahan dengan gizi seimbang saat
posyandu. Kader juga dapat memantau status gizi balita di wilayah RW 07, salah
satunya ialah keluarga Bapak S khususnya An.B. Tindak lanjut yang dapat
dilakukan tenaga kesehatan terutama perawat puskesmas ialah menindaklanjuti
laporan dari kader dengan melakukan kunjungan rumah untuk memantau
perkembangan balita yang memiliki masalah gizi kurang, serta melakukan
penyuluhan agar dapat membantu mengatasi gizi kurang yang terjadi di keluarga.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Gizi kurang merupakan masalah umum yang terjadi dimasyarakat perkotaan.
Angka gizi kurang di perkotaan semakin sulit untuk diturunkan. Salah satu kota
yang memiliki angka gizi kurang yang tinggi ialah kota Depok. Angka gizi kurang
maupun gizi buruk di kota Depok pada tahun 2007 tercatat berasal dari enam
kecamatan, yaitu Kecamatan Pancoran Mas yang merupakan kecamatan dengan
penderita gizi buruk terbanyak yaitu 321 balita, diikuti Cimanggis 228 balita,
Sawangan 122 balita, Sukmajaya 124 balita, Limo 104 balita, dan Beji 60 balita
(Safi’i, 2008). Hal ini jelas perlu diperhatikan khususnya oleh tenaga kesehatan
salah satunya perawat. Perawat komunitas mempunyai peranan penting dalam
mengatasi masalah gizi kurang di daerah perkotaan.
Peran perawat komunitas pada tulisan ini tergambar pada asuhan keperawatan
keluarga yang dilaksanakan oleh penulis pada keluarga Bapak S, khususnya An.B.
An.B mengalami tanda-tanda kurang gizi seperti tampak kurus, rambut
kemerahan dan tipis, dan IMT berada di antara persentil -3SD dengan -2SD, dan
termasuk dalam kategori gizi kurang (Kemenkes, 2011). Salah satu hal yang
menjadi penyebab gizi kurang pada An.B di keluarga Bapak S ialah tingkat
pengetahuan ibu dan asupan gizi yang kurang seimbang pada An.B. perawat
komunitas memiliki tanggung jawab untuk melakukan implementasi guna
mengatasi masalah gizi kurang pada anggota keluarga.
Implementasi yang telah dilakukan perawat terdiri dari implementasi yang bersifat
kognitif, afektif, dan psikomotor. Implementasi ini dilakukan guna mencapai
tujuan yang telah dibuat oleh penulis pada perencanaan. Implementasi untuk
mengatasi masalah gizi kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas
kesehatan keluarga. Salah satu impelementasi yang dilakukan penulis ialah
penyusunan jadwal dan menu seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan.
47 Universitas Indonesia
Penyusunan jadwal dan menu seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan,
yang mencakup peningkatan pengetahuan mengenai triguna makanan dan
pembuatan jadwal menu harian berdasarkan triguna makanan, sangatlah penting
untuk mengatasi masalah gizi kurang. Hasil evaluasi yang didapat penulis dari
implementasi yang dilakukan ialah berat badan An.B naik dari 7,2kg saat
pengkajian awal menjadi 7,5 kg. Ibu Y melaporkan bahwa ia menyediakan
makanan sesuai yang dijadwalkan. Berdasarkan kunjungan dadakan yang
dilakukan oleh penulis juga didapat hasil bahwa ibu Y memberikan makanan
berupa nasi dan sayur sop yang terdiri dari wortel, kentang dan ayam kepada
anaknya.
5.2 Saran
Penulisan ini diharapkan mampu menggambarkan asuhan keparawatan pada
keluarga Bapak S dengan masalah gizi kurang. Beberapa keterbatasan dalam
penulisan ini semoga dapat disempurnakan dan dilengkapi dikemudian hari. Saran
yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
5.2.2 Kader RW 07
Penulis menyarankan kepada kader, khususnya kader RW 07 agar dapat
melakukan pendampingan keluarga dengan anak ataupun balita yang berisiko
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice.
(5th ed). Philadelphia : Lippincott.
Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community Health Nursing:
promoting and protecting the public’s health. (7th ed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anonim (2012). Kasus Gizi Buruk, Indonesia Masuk Lima Besar. Diakses dari:
http://www.beritasatu.com/kesehatan/26743-kasus-gizi-buruk-indonesia-
masuk-lima-besar.html pada tanggal 10 Juni 2013 (pukul 20.30)
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2007). Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
50 Universitas Indonesia
Faith, et all. (2004). Parental feeding attitudes and styles and child body mass
index: Prospective analysis of a gene-environment interaction. Diakses dari
http://www.medline.com pada tanggal 11 Juli 2013 (pukul 11.00)
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing :
research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
Hamid, A.Y. S. (2003). Terapi keluarga pada masalah Kesehatan Jiwa dalam
konteks keluarga. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Makalah tidak diterbitkan.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E & Thomas, S.A. (1999). Community health
nursing: caring in action. Albany: Delmar Publisher.
Universitas Indonesia
Maglaya, A.S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul. (2009). Ilmu keperawatan komunitas:
pengantar dan teori. Jakarta: Salemba Medika.
Muhammad, A., Hadi, H., dan Boediman, D. (2009). Pola asuh, asupan zat gizi
dan hubungannya dengan status gizi anak balita masyarakat Suku Muaulu
di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Provisi Maluku. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, 2009.
Santoso, S & Rianti, AL. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta
Universitas Indonesia
Soekirman, et all. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Stanhope & Lancaster. (2004). Community health nursing. (5th ed). St Louis
United States: Mosby Inc.
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Tirta, Ilham. (2013). Gizi Buruk Ditemukan di 21 Kelurahan di Depok. Diakses dari
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/03/083451835/Gizi-Buruk-
Ditemukan-di-21-Kelurahan-di-Depok pada tanggal 10 Juni 2013 (pukul
20.30).
Wilkinson, J.M., dan Ahern, N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Wong, D.L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 1. Jakarta: EGC.
Zega, H.R. (2012). Status Gizi Balita dan Kemiskinan di Indonesia Tahun 20120
(Analisis Sata Sekunder Riskesdas 2010). Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Universitas Indonesia
PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK ) : Bapak S
2. Alamat dan Telpon : RT 01/07, Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok, telp.
085723481114
3. Komposisi Keluarga :
No Nama Jenis kelamin Hub dgn TTl/Umur Pendidikan
KK
1. Ibu Y Perempuan Istri 28 tahun SMA
2. An. A Perempuan Anak 9 tahun SD
3. An. B Laki-laki Anak 14 bulan Belum sekolah
Genogram
Bpk S Ibu Y
(34th) (28th)
An. A An.B
(9th) (14bln)
Riwayat
Gizi
Gizi
kurang
buruk
Keterangan
: entry point
: tinggal serumah
4. Tipe keluarga
Keluarga bapak S merupakan keluarga inti dengan bapak S yang berperan sebagai
pengambil keputusan dalam keluarga.
III. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
Rumah keluarga bapak S merupakan bangunan permanen dan merupakan rumah
kontrakan yang berukuran 5x10 m2. Rumah tersebut tampak bersih. Rumah tersebut
terdiri dari teras berukuran 1x5 meter, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, dan
ruang keluarga/ ruang TV.
Rumah tampak gelap, terutama di bagian dapur dan kamar tidur. Selain itu rumah
juga berantakan dan minim ventilasi. Jendela hanya ada di depan rumah (ruang tamu
dan salah satu kamar tidur) dan jarang dibuka sehingga rumah terasa gelap. Warna
dinding rumah adalah hijau. Selain itu, jarak air dan jamban rumah Bpk S > 10
meter. Ibu Y mengatakan airnya termasuk jernih karena digali lebih dalam yaitu 30
m. Saluran pembuangan air adalah selokan yang mengalir di depan rumah dan tidak
ada sampah pada selokan tersebut. Selain itu, tempat pembuangan sampah adalah
tong sampah yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua minggu
sekali. Ibu Y biasa mencuci dan menjemur pakaian di depan rumah.
Denah rumah:
dapur
Keterangan:
toilet
: jendela
Ruang : pintu
keluarga
Kamar tidur
4
terasAsuhan keperawatan ..., Riyantina Herlita, FIK UI, 2013
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
RIYANTINA HERLITA, S.Kep
0806457275
V. Fungsi keluarga
22. Fungsi Afektif
Bpk S dan Ibu Y sangat menyanyangi anaknya. Hal ini terlihat dari kesabaran Bpk S
dan Ibu Y dalam mengasuh anak-anaknya. Seluruh anggota keluarga Bpk S saling
menyayangi satu sama lain. Selain itu, Bpk S dan Ibu Y saling mengenali karakter
dan kebiasaan setiap anggota keluarganya.
23. Fungsi sosialisasi
Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Bpk S
mengatakan karena ia mengganggap bahwa hidup harus dinikmati maka ia sering
mengajak anggota keluarga yang lain untuk bercanda atau bersenda-gurau, walaupun
Bpk S pulang ke rumah 3 hari sekali. Sosialisasi anggota keluarga dengan tetangga
juga baik. An.A juga aktif bermain dengan teman sebayanya.
24. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga mengatakan An.A (9tahun) pernah memiliki riwayat gizi buruk saat
berusia 1 tahun, saat itu keluarga masih tinggal di daerah Kelapa Dua, sehingga an.A
menjalani program rawat jalan gizi di puskesmas Kelapa Dua. Berat badan An.A
saat ini sudah sesuai dengan usianya yakni BB: 25, TB: 132, IMT: 14,34, masuk
dalam kategori gizi baik. Ibu Y mengatakan An.A juga memiliki riwayat Flek Paru
(TB) pada usia 1-2 tahun dan pernah mengalami pengobatan OAT selama 6 bulan
tanpa putus obat, dan telah diperiksa kembali dengan hasil bersih dari flek paru, saat
ini juga An.A mengatakan sudah tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu. Anggota
keluarga lain yang memiliki masalah kesehatan ialah An.B (14 bulan).
An.B tampak kurus. Ibu Y mengatakan An.B mengalami penurunan BB sejak
berusia kurang dari 1 tahun, dimana berat lahir An. B ialah 3800 gram dengan
panjang 42cm. An. B lahir spontan dengan dibantu bidan. Saat ini imunisasi An.B
telah lengkap dan telah mendapat vitamin A. Ibu Y mengatakan ia tidak mengetahui
13 Kulit Warna cokelat, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit
elastis, lembab
14 Pemeriksaan tambahan Glukosa: 88 mg/dl
3. An.A
No Pemeriksaan Hasil
1 Tanda Vital Suhu: 36,3C Nadi: 96x/menit
RR: 22x/menit
2 BB 25kg
10
13 Kulit Warna putih, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit
elastis, lembab
4. An.B
No Pemeriksaan Hasil
1 Tanda Vital Nadi: 98x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 36,50C (aksila)
2 BB 7,2kg
3 TB 72 cm
4 IMT - BB/U: sangat kurus (tepat di -3SD= 7,2kg)
- PB/U: pendek (diantara -3SD= 70,6 dan -2SD=73,1)
- BB/PB: kurang (diantara -3SD= 7,1 dan -2SD= 7,7)
5 Kepala rambut tipis, kemerahan
5 Mata Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
6 Telinga Nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-), serumen
(-),bentuk normal
7 Hidung Tidak ada kelainan, sekret (-), tidak ada pembesaranpolip
8 Mulut dan gigi Gigi masih utuh, bibir simetris, lidah berwarna merah
11
12
ANALISIS DATA
DIAGNOSIS
No DATA
KEPERAWATAN
1. Data Subjektif Ketidakseimbangan nutrisi
- Ibu Y mengatakan ia tidak mengetahui kurang dari kebutuhan tubuh
mengapa anaknya makin lama makin pada An.B
kurus.
- Ibu Y mengatakan An.B hanya makan 3-5
suap setelah itu An. B tidak mau makan
lagi.
- Ibu Y mengaku jarang memasak sayur.
- Ibu Y sering membeli makanan di luar
karna sibuk
- Ibu Y mengaku jarang menyediakan menu
lengkap (nasi, lauk, sayur) untuk An.B.
- Ibu Y sering membelikan jajanan untuk
An.B di warung, seperti makanan ringan,
bolu kemasan, ataupun teh kemasan,
apabila An.B tidak mau makan.
- Ibu Y sudah menyadari kondisi anaknya
yang kurus, namun ibu Y sendiri mengaku
tidak tahu apa yang harus dilakukan.
- Ibu Y mengaku belum paham mengenai
gizi kurang.
- Ibu Y mengatakan ia belum pernah
membawa anaknya ke pelayanan
kesehatan terkait masalah gizi anaknya,
hanya ke posyandu rutin untuk meninbang
sehingga dapat memantau berat badan
An.B.
- Ibu Y mengatakan tidak memberikan susu
formula dengan alasan An.B tidak
menyukai susu formula.
Data Objektif
- An.B tampak kurus
- BB: 7,2 kg
- PB: 72cm
- IMT:
BB/U: sangat kurus (tepat di -3SD=
7,2kg)
PB/U: pendek (diantara -3SD= 70,6
dan -2SD=73,1)
BB/PB: kurang (diantara -3SD= 7,1
dan -2SD= 7,7)
- Rambut kemerahan, tipis
- Lingkar lengan atas 12cm (kategori
13
14
SKORING DATA
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah : 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini menjadi masalah
aktual yang terjadi saat ini dan menjadi
kekhawatiran Ibu Y
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah : 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan masalah
aktual yang timbul saat ini dan menjadi
kekhawatiran Ibu Y
15
16
1.2 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
definisi kurang gizi Kurang gizi adalah diketahui keluarga mengenai pengertian kurang
17
1.3 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
tanda dan gejala mampu menyebutkan 4 diketahui keluarga mengenai tanda dan gejala
masalah kurang gizi. dari 5 tanda dan gejala kurang gizi.
kurang gizi, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
a. badan kurus. pemahaman keluarga mengenai tanda dan
b. Rambut tipis dan gejala kurang gizi.
mudah dicabut. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
c. Lemah dan pucat. tanda dan gejala kurang gizi dengan
d. Kulit kering dan menggunakan media flip chart
kusam. d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
e. Kaki, tangan, dan bertanya tentang materi yang disampaikan
sekitar mata e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
bengkak. belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
18
1.4 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui
penyebab timbulnya mampu menyebutkan 3 keluarga mengenai penyebab kurang gizi.
masalah kurang gizi. dari 4 penyebab kurang b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
gizi, yaitu: pemahaman keluarga mengenai penyebab
a. makanan yang kurang gizi yang benar.
masuk ke dalam c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
tubuh kurang dari penyebab timbulnya kurang gizi dengan
kebutuhan tubuh. menggunakan media flip chart
b. Makanan yang d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
masuk ke dalam bertanya tentang materi yang disampaikan
tubuh tidak e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
seimbang. belum dimengerti
c. Makan tidak f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang
teratur. telah dijelaskan
d. Adanya penyakit g. Berikan reinforcement positif atas usaha
tertentu. keluarga
1.5 Mengidentifikasi Respon verbal Keluarga mengatakan a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota
anggota keluarga yang anak mengalami keluarga yang mempunyai tanda dan gejala
mengalami kurang kurang gizi dengan tubuh kekurangan gizi.
gizi. menyebutkan tanda dan b. Berikan reinforcement positif atas apa yang
gejala tubuh yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
kekurangan zat gizi.
2. Setelah dilakukan
pertemuan ke 1
sebanyak 1x40
menit, keluarga
mampu
19
2.1 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
akibat kurang gizi. mampu menyebutkan 2 diketahui keluarga mengenai akibat kurang
dari 3 akibat kurang gizi.
gizi, yaitu: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
a. gangguan pemahaman keluarga mengenai akibat kurang
pertumbuhan. gizi.
b. Mudah terserang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyakit. kurang gizi dengan menggunakan media flip
c. Menurunkan daya chart
pikir/kecerdasan d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
2.2 Pengambilan Respon afektif Keluarga memutuskan a. Bantu keluarga untuk mengenal dan
keputusan untuk untuk merawat anak menyadari adanya masalah kurang gizi sesuai
mengatasi anggota yang mengalami dengan materi yang telah diberikan.
keluarga yang kurang gizi. b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat
mengalami kurang anggota keluarga yang mengalami kurang gizi
gizi. c. Berikan reinforcement atas keputusan yang
20
3.1. Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang
cara mengatasi mampu menyebutkan 3 dilakukan untuk meningkatkan berat badan
masalah kurang gizi. dari 4 cara mengatasi anak Z.
kurang gizi, yaitu: b. Diskusikan cara mengatasi kurang gizi atau
a. makan makanan cara untuk meningkatkan berat badan anak Z.
yang seimbang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
(triguna makanan). cara mengatasi kurang gizi atau cara untuk
b.Makanan sesuai meningkatkan berat badan anak Z dengan
dengan kebutuhan menggunakan media flip chart.
balita (1200 kkal). d. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
c. Makan yang teratur. materi yang telah disampaikan.
d.Menggunakan e. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
prinsip penyajian yang dicapai oleh keluarga.
makanan.
3.2 Menyebutkan dan Respon verbal Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
mendemonstrasikan dan porsi makan untuk diketahui keluarga mengenai porsi makan
porsi makanan untuk psikomotor balita usia 14 bulan balita
balita usia 14 bulan dalam sehari ialah: b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
a. Nasi 3 porsi (1 porsi= pemahaman keluarga mengenai porsi makan
¾ gelasatau 100gr); yang benar.
21
3.3 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
triguna makanan. komponen Triguna diketahui keluarga mengenai triguna makanan.
makanan beserta 2 b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
contohnya : pemahaman keluarga mengenai triguna
1. zat tenaga, sebagai makanan yang benar.
sumber tenaga c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
untuk beraktivitas triguna makanan dengan menggunakan media
dan sumber flip chart.
makanan pokok d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
(karbohidrat) bertanya tentang materi yang disampaikan.
seperti, nasi, roti, e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
gula, singkong, ubi, belum dimengerti.
dll. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
2. Zat pembangun, yang telah dijelaskan.
sebagai pupuk g. Berikan reinforcement positif atas usaha
untuk proses keluarga.
berpikir, terdapat
22
3.4 Menyusun jadwal Respon verbal Anggota keluarga a. Dorong keluarga untuk menceritakan bagaimana
menu harian & psikomotor mampu menyusun penyusunan menu
berdasarkan triguna jadwal menu b. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
makanan berdasarkan triguna cara menyusun jadwal menu berdasarkan triguna
23
3.5 Menyebutkan cara Respon verbal Anggota keluarga a. Dorong keluarga untuk menceritakan cara
mengolah makanan. mampu menyebutkan 3 mengolah makanan.
dari 4 cara mengolah b. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
makanan, yaitu: cara mengolah makanan dengan menggunakan
1. sayuran dan buah media flip chart.
dicuci di air yang c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali
mengalir terlebih materi yang telah disampaikan.
dahulu baru d. Berikan reinforcement terhadap kemampuan
dipotong-potong. yang dicapai oleh keluarga.
2. Sayuran dimasak
jangan terlalu lama.
3. Alat-alat masak
dan makan dicuci
bersih.
4. Cuci tangan
sebelum masak
dan makan.
3.7 Menyebutkan Respon verbal Keluarga dapat a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
cemilan sehat, menyebutkan cemilan diketahui keluarga mengenai cemilan sehat
manfaat, serta sehat ialah cemilan/ b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
contohnya makan selingan yang pemahaman keluarga mengenai cemilan sehat
disediakan di sela jam yang benar.
makan balita yang c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
terbuat dari bahan cemilan sehat dengan menggunakan media flip
makanan yang aman leaflet.
yang mengandung d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
komponen gizi untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.
membantu memenuhi e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
kebutuhan gizi belum dimengerti.
seimbang baita. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
Manfaatnya ialah: yang telah dijelaskan.
a. Aman bagi balita g. Berikan reinforcement positif atas usaha
b. Mengandung keluarga.
komponen gizi
c. Mudah dibuat
25
4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 3
sebanyak 1x40
menit, keluarga
mampu
memodifikasi
26
4.1 Menyebutkan cara Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara
penyajian & afektif mampu menyebutkan 3 menyajikan makanan.
makanan. dari 4 cara menyajikan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
makanan, yaitu: pemahaman keluarga yang benar.
a. jenis makanan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
bervariasi setiap cara menyajikan makanan dengan
harinya. menggunakan media flip chart.
b. Mengkombinasikan d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
jenis makanan bertanya tentang materi yang disampaikan.
hewani dan nabati. e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
c. Perhatikan jadwal belum dimengerti.
menu makanan. f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
d. Jumlah makanan yang telah dijelaskan.
sesuai dengan g. Berikan reinforcement positif atas usaha
kebutuhan keluarga.
4.2 Menyebutkan cara Respon verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara
mengatasi anak yang & afektif mampu menyebutkan 4 mengatasi anak yang tidak bersedia makan
tidak bersedia makan. dari 5 prinsip cara b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
mengatasi anak yang pemahaman keluarga yang benar.
tidak bersedia makan, c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
yaitu: cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan
a. jangan dipaksa dengan menggunakan media flip chart.
tapi, ikuti d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
keinginan anak bertanya tentang materi yang disampaikan.
misalnya, sambil e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
bermain. belum dimengerti.
b. Beri makan sesuai f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
27
4.3 Memodifikasi Respon Verbal Anggota keluarga a. Diskusikan bersama keluarga tentang
lingkungan yang & afektif mampu menyebutkan 3 modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
mendukung untuk dari 4 lingkungan yang status gizi balita.
meningkatkan status mendukung untuk b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
gizi balita. meningkatkan status pemahaman keluarga yang benar.
gizi balita, yaitu: c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
a. makan bersama modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
anggota keluarga status gizi balita dengan menggunakan media
yang lain. flip chart.
b. Menggunakan alat d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
makan yang bertanya mengenai materi yang dibahas
menarik. e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi
c. Makan sambil yang telah dibahas
bercerita. f. Berikan reinforcement positif atas usaha
d. Jenis makanan keluarga.
bervariasi dan
menarik.
5. Setelah dilakukan
28
5.1 Menyebutkan Respon verbal Keluarga dapat a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas
fasilitas pelayanan menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
kesehatan yang kesehatan yang dapat b. Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas
terdapat disekitar dikunjungi: kesehatan yang dapat dikunjungi
lingkungan tempat - Puskesmas c. Berikan reinforcement positif atas usaha
tinggal terkait dengan - Rumah sakit keluarga
peningkatan status - Klinik dokter
gizi balita.
5.2 Menjelaskan Respon verbal Keluarga dapat a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
manfaat mengunjungi menyebutkan manfaat diketahui keluarga mengenai manfaat
fasilitas pelayanan kunjungan: mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan sesuai - Mendapatkan b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
jadwal. pemeriksaan pemahaman keluarga mengenai manfaat
kesehatan anak. tersebut
- Mendapatkan c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
penyuluhan atau manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan
pendidikan kesehatan dengan menggunakan media flip
kesehatan. chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang
belum dimengerti
29
5.3 Mengunjungi Respon afektif Keluarga rutin a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
fasilitas pelayanan mengunjungi kesehatan.
kesehatan pelayanan kesehatan b. berikan reinforcement positif atas usaha
untuk pemeriksaan keluarga untuk menggunakan fasilitas
kesehatan anak pelayanan kesehatan.
30
b. Menjelaskan Verbal Menyusui adalah 1.2.1 Jelaskan pada keluarga tentang pengertian
pengertian memberikan makanan menyusui.
menyusui kepada bayi yang 1.2.2 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan
langsung dari payudara kembali pengertian caries gigi
1.2.3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang
diberikan keluarga.
c. Menyebutkan Verbal 3 dari 6 Faktor yang 1.3.1 Diskusikan dengan keluarga faktor yang
faktor-faktor yang menghambat proses menghambat proses menyusui
menghambat menyusui: 1.3.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
proses menyusui 1. Kelainan pada bayi faktor penghambat proses menyusui
(kelainan mencerna 1.3.3 Jelaskan kembali faktor penghambat menyusui
31
d. Menyebutkan Verbal 3 dari 6 Manfaat 1.4.1 Jelaskan pada keluarga manfaat menyusui bagi
manfaat menyusui menyusui bagi anak: bayi
bagi anak 1. anak mendapat 1.4.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
immunoglobulin untuk 1.4.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang manfaat
melindunginya dari menyusui yang telah di jelaskan.
banyak penyakit dan 1.4.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga
infeksi 1.4.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
2. anak lebih optimal
dalam perkembangan
3. anak lebih jarang
mengalami diare dan
penyakit saluran cerna
lain
4. jenis protein dalam
32
e. Menyebutkan Verbal 3 dari 5 Manfaat 1.5.1 Jelaskan pada keluarga manfaat menyusui bagi
manfaat menyusui menyusui bagi ibu: ibu
bagi Ibu 1. mencegah perdarahan 1.5.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
dan anemia pasca 1.5.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang manfaat
melahirkan menyusui yang telah di jelaskan.
2. mengurangi risiko 1.5.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga
kanker ovarium dan 1.5.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
payudara
3. memberikan rasa
dibutuhkan
4. mempercepat kembali
ke berat semula pasca
melahirkan
5. sebagai metoda KB
dengan syarat bayi
diberi ASI ekslusif
sebelum 6 bulan
f. Menyebutkan Verbal 2 dari 3 manfaat 1.6.1 Jelaskan pada keluarga manfaat menyusui bagi
33
2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan untuk
merawat masalah
pemberian ASI pada
anggota keluarga :
a. Menjelaskan akibat Verbal 2 dari 4 Akibat tidak 2.1.1 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat
tidak menyusui menyusui tidak menyusui
1. Anak mudah sakit 2.1.2 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
2. Nutrisi yang didapat 2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali
anak kurang dari akibat jika caries gigi tidak ditangani.
kebutuhan tubuhnya 2.1.4 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
3. Risiko kanker
payudara pada ibu
akibat ASI yang tidak
dikeluarkan
4. Perasaan tidak nyaman
pada payudara ibu
akibat payudara
membengkak
b. Mengambil Verbal Ungkapan merawat 2.2.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara merawat
keputusan masalah menyusui pada masalah menyusui pada anggota keluarga yang
34
3. Keluarga mampu
merawat masalah
pemberian ASI pada
anggota keluarga
dengan
a. Menjelaskan Verbal Cara-cara merawat 3.1.1 Diskusikan dengan keluarga tentang cara
cara perawatan masalah menyusui: perawatan anggota keluarga dengan masalah
masalah 1. Mulailah menyusui menyusui.
pemberian ASI pada saat anak baru 3.1.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
dilahirkan apa yang telah disampaikan.
2. Lakukan menyusui 3.1.3 Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga
dengan kedua belum mampu mengungkapkan sesuai dengan
payudara secara standar.
bergantian 3.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
3. Lakukan perawatan keluarga.
payudara
4. Berikan posisi yang
nyaman saat menyusui
bagi ibu dan anak
5. Tetap menyusui
apabila ibu bekerja
dengan memompa
35
b. Mendemonstrasikan Redemons- Merawat payudara pada 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat payudara pada
cara perawatan trasi anggota keluarga: anggota keluarga.
payudara Cara merawat payudara 3.2.2 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
yang benar: kembali apa yang telah diajarkan.
1. Membersihkan puting 3.2.3 Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih
susu dengan memerlukan.
mengompres kedua 3.2.4 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.
puting susu dengan
kapas yang sudah
dibahasi baby oil/
minyak selama 3-5
menit setelah itu usap
daerah puting dengan
kapas untuk
mengangkat kotoran
2. Memijat payudara
dengan memakai
kedua tangan,
sekeliling payudara
diurut memutar searah
jarum jam dan
kemudian berbalik
arah/berlawanan
36
c. Merawat masalah Kunjungan Melakukan perawatan 3.3.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat
menyusui pada tidak masalah menyusui masalah menyusui pada anggota keluarga
anggota keluarga terencana 3.3.2 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.
4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang
untuk merawat
masalah menyusui
a. Menyebutkan Verbal Modifikasi lingkungan 4.1.1 Diskusikan dengan keluaraga cara memodifikasi
modifikasi dalam merawat masalah lingkungan untuk merawat masalah menyusui
lingkungan menyusui : 4.1.2 Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali
dalam merawat 1. Estimasi pekerjaan hal yang telah di diskusikan.
masalah dan lamanya waktu 4.1.3 Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.
menyusui menyusui 4.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
2. Sediakan keluarga.
kenyamanan dan
privasi saat menyusui
3. Menyusui sepanjang
bayi menginginkan
37
5. Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
dan sosial untuk
merawat anggota
keluarga dengan
caries gigi.
a. Menyebutkan Verbal Fasilitas kesehatan dan 5.1.1 Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan
fasilitas sosial yang dapat yang digunakan keluarga dalam merawat
kesehatan yang digunakan keluarga anggota keluarga dengan masalah kesehatan
38
39
50
Diagnosa 1:
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An.B
No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi
Ya Tidak
1 Keluarga mampu menyebutkan pengertian
Gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam makanan √
yang diperlukan tubuh untuk kelangsungan
kehidupannya.
2 Keluarga mampu menyebutkan Kurang gizi
adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak √
mendapatkan zat-zat tubuh tertentu dari
makanan.
3 Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 tanda
dan gejala kurang gizi, yaitu:
a. badan kurus. √
b. Rambut tipis dan mudah dicabut.
c. Lemah dan pucat.
d. Kulit kering dan kusam.
e. Kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak.
52
53
56
Kesimpulan:
Keluarga Bp S berada pada tahap kemandirian tingkat III
57