Anda di halaman 1dari 7

Mohammad Nizham Salafi (C91218122)

Mohammad miftahus sururi (C91218121)

M zidan abdillah (C91218119)

M riza nehru (C91218123)

M furdaus (C91218120)

BAB 5

Tipe-Tipe Negara

Dalam sejarah pertumbuhan tumbuhan ilmu negara tipe-tipe negara dapat dibagi atas 5 bagian, yaitu:

A. Tipe Negara Timur Purba/Kuno


menurut para ahli barat tipe negara Timur purba adalah Tiranie atau Despotie. Yaitu
bahwa negara Timur purba itu diperintah oleh raja-raja yang berkuasa mutlak dan sewenang-
wenang. pendapat tersebut sesungguhnya tidak seluruhnya dapat dibenarkan, Karena tidak
semua negara Timur purba itu Tirani. di negara barat pun tidak sedikit yang rajanya bertindak
sewenang-wenang.
Tindakan sewenang-wenang daripada seorang raja merupakan suatu penyelewengan
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan karena penyelewengan ini tidak berarti bahwa tipe
daripada negara Timur purba itu adalah Tirani.
B. Tipe negara Yunani purba/kuno
Negara Yunani kuno mempunyai tipe sebagai negara kota atau Polis. negara kota ini
mempunyai wilayah sebesar kota yang dilingkari oleh tembok tembok yang merupakan benteng
pertahanan kalau ada serangan musuh dari luar. Penduduknya sedikit jumlahnya dan
pemerintahannya demokratis.
Pada masa itu warga negara terbagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Golonganbudak: golongan yang tidak dianggap sebagai subjek hukum karena itu tidak
mempunyai hak hukum tidak memiliki apa-apa bahkan merekalah yang dimiliki.
2. Golongan pendatang: golongan ini dianggap ada tetapi tidak mempunyai hak turut campur
tangan dalam pemerintahan. Tetapi hak hak dan sesuatu yang menjadi milik mereka tetap
dihormati.
3. Golongan penduduk asli: golongan yang berhak mengendalikan pemerintahan negara.

Untuk membicarakan sesuatu tentang hal negara dan menetapkan suatu keputusan,
rakyat berkumpul bersama raja di lapangan terbuka secara langsung musyawarah berlangsung
tanpa wakil dan bila perlu dengan perdebatan-perdebatan dan kemudian mengambil keputusan.
Gambaran ini memperlihatkan sebuah bentuk penyelenggaraan negara yaitu demokrasi langsung.

Salah satu kebiasaan orang Yunani kuno adalah membicarakan berbagai persoalan hidup,
termasuk masalah-masalah politik dan negara. Hal itu disebabkan beberapa faktor:

1. Negara mereka sering mengalami pertukaran pertukaran pemerintahan dari monarki


aristokrasi, dari aristokrasi ke tirani dan dari tirani ke demokrasi.
2. Menimbulkan rangsangan untuk mendiskusikan persoalan politik adalah adanya
kebebasan bicara bukan menggunakan kekerasan senjata.
3. Apa yang disebut negara disamakan dengan masyarakat dan sebaliknya masyarakat
identik dengan negara.
4. Cara hidup orang-orang Yunani yaitu menuntut mereka untuk selalu memperhatikan
dan mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi secara bersama-sama.

C. Tipe negara romawi purba/kuno


Pemerintahan yang pertama kali dalam kerajaan Romawi adalah berbentuk monarki atau
kerajaan. pemerintahan monarki ini didampingi oleh sebuah badan perwakilan yang anggotanya
hanya terdiri dari kaum Ningrat. di dalam sistem pemerintahan yang pertama ini telah terlihat
benih-benih demokrasi, yang kemudian dapat dilaksanakan setelah raja yang terakhir diusir dari
tahtanya. pada waktu itu terjadi pertentangan antara kaum ningrat dengan rakyat jelata.
pertentangan tersebut dapat diselesaikan melalui sebuah undang-undang yang terkenal dengan
nama undang-undang duabelas meja.
Tipe dari negara Romawi purba digambarkan sebagai suatu Imperium yang mempunyai
wilayah yang luas sekali karena jajahan jajahannya. pada saat itu di Romawi terdapat suatu ajaran
yang diperolehnya dari Yunani sebagai hasil dari pada proses akulturasi. Akibat dari jajahan itu
timbul pertemuan antara dua kebudayaan dari orang-orang Romawi yang pulang ke negara
asalnya sambil membawa kebudayaan Yunani yang mereka lihat sendiri untuk dijalankan di
Romawi.
Ajaran yang dibawa pulang dari Yunani itu tidak membawa pengaruh terhadap susunan
pemerintahan di Romaw,i yang ada di Romawi adalah Caesar yang mempunyai kekuasaan yang
besar sekali dan dapat bertindak sekehendak hatinya dan terkenal sebagai seorang tiran.

D. Tipe Negara Abad Pertengahan


Setelah jatuhnya imperium Romawi, sejarah pemikiran tentang negara dan hukum
memasuki zaman baru, yaitu zaman abad pertengahan. Menurut penganut-penganut agama
kristen, tidak ada kekuasaan di dunia ini yangharus ditaati secara patuh, karena pertama-tama
yang harus ditaati adalah perintah Tuhan. Negara-negara pada abad pertengahan sudah
merupakan country state yang sifatnya mendua. Dualisme tersebut disebabkan oleh karrena
adanya dua macam hakyang menjadi dasar bagi terbentuknya negara, yaitu:
1. Hak raja untuk memerintah disebut Rex
2. Hak rakyat disebut Regnum
Tipe negara abad pertengahan ialah feodalistis berdasarkan hak perseorangan yang
mutlak. Tetapi dalam perkembangannya hak milik tidak lagi mutlak, tetapi hak milik mempunyai
kewajiban untuk mengabdi kepada kepentingan umum. Akibat kewajiban tersebut, maka
timbullah hak-hak rakyat yang membatasi kekuasaan dari raja yang dikemukakan oleh aliran
monarchomachen yang akan mencegah tindakan sewenang-wenang raja.

E. Tipe Negara Hukum


Tipe negara ditinjau dari sisi hukum adalah penggolongan negara-negara dengan melihat
hubungan antara penguasa dan rakyat.
1. Tipe Negara Policy
Negara polisi ialah negara yang menyelanggarakan keamanan dan kemakmuran
atau perekonomian. Negara polisi terkenal dengan slogannya “sallus publica supreme lex”
(kepentingan umum sebagai yang harus diutamakan). Praktik kenegaraan dan pemikiran
kenegaraan dan pemikiran kenegaraan baik di Eropa maupun di Inggris, dapatlah
dikatakan bahwa kekuasaan absolut raja-raja semuanya bersandar pada tipe negara
polisi.

2. Tipe Negara Hukum


Pemikiran tentang negara hukum telah muncul jauh sebelum terjadinya Revolusi
1688 di Inggris, tetapi baru muncul kembali pada abad XVII dan mulai populer pada abad
XIX. Sejarah timbulnya pemikiran atau cita negara hukum itu sendiri sebenarnya sudah
sangat tua, jauh lebih tua dari usia Ilmu Negara ataupun Ilmu Kenegaraan. Dalam bukunya
Nomoi, Plato mulai memberikan perhatian dan arti yang lebih tinggi pada hukum. Bagi
Aristoteles, yang memerintah dalam negara bukanlah manusia melainkan pikiran yang
adil, dan kesusilaanlah yang menentukan baik buruknya suatu hukum. Meskipun cita
negara hukum telah lahir sekian abad yang lalu, tetapi untuk mewujudkannya dalam
kehidupan bernegara hingga saat ini bukan persoalan mudah. Pemikiran negara hukum
timbul sebagai reaksi atas konsep negara polisi (polizei staat).

Dalam kepustakaan di indonesia istilah negara hukum merupakan terjemahan langsung dari
rechtsstaat. Isltilah rechtsstaat mulai populer di Eropa sejak abad XIX meskipun istilah ini sudah
lama adanya. Istilah the rule of law mulai populer dengan terbitnya sebuah buku dari Albert Venn
Dicey tahun 1885. Dari latar belakang dan dari sistem hukum yang menopangnya terdapat
perbedaan antara rechtsstaat dengan the rule of law, tetapi perbedaan antara keduanya tidak
dipermasalahkan, karena kedua konsep terdebut mengarah pada satu sasaran yang utama yaitu
pengakuhan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

Konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya
revolusioner, sebaliknya konsep the rule of law berkembang secara evolusioner.

Konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental yang disebut civil law. Sedangkan
konsep the rule of law bertumpu atas sistem hukum common law. Karakteristik civil law adalah
administratis, sedangkan common law adalah yudisial.

Dalam kepustakaan ada beberapa tipe atau konsep negara hukum, yaitu :
a. Konsep Negara Hukum Liberal
Oleh Immanuel Kant dalam karta ilmiahnya, bahwa pihak yang bereaksi terhadap
negara polizei adalah orang-orang kaya dan pandai, yang disebut sebagai kaum borjuis
liberal. Oleh karena itu, konsep negara hukum hasil pemikirannya pun dinamakan
Negara Hukum Liberal.
Tipe negara hukum liberal ini menghendaki agar negara berstatus pasif artinya
bahwa negara harus tunduk pada peraturan-peraturan negara. Penguasa bertindak
sesuai dengan hukum. Disini kaum liberal menghendaki agar antara penguasa dan
yang dikuasai ada satu persetujuan dalam bentuk hukum, serta persetujuan yang
menguasai penguasa.
Apa sesungguhnya yang di inginkan oleh kaum borjuis liberal ini ? Yang mereka
inginkan ialah agar penyelenggaraan perekonomian atau kemakmuran diserahkan
kepada mereka dan negara jangan turut campur dalam penyelenggaraan
perekonomian tersebut. Jadi hanya wohlfart polizei, sedangkan secherheit polizei
yaitu penjaga tata tertib dan keamanan tetap diselenggarakan oleh negara. Jadi fungsi
negara dalam Negara Hukum Liberal ini hanyalah menjaga tata tertib dan keamanan.
Karena itu negara hukumnya disebut sebagai Negara Hukum Jaga Malam
(Nachrwachter staat).
Penyelenggaraan perekonomian dalam negara hukum liberal berasakan
persaingan bebas, laise faire, laise passer, siapa kuat dia yang menang. Kepentingan
masyarakat tidak usah diperhatikan yang penting mereka ( kaum liberal )
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dengan demikian, penyelenggaraan
perekonomian yang diserahkan penuh kepada swasta, tanpa pemerintah atau negara
turut campur,yang makmur hanyalah konglomerat liberal saja.

b. Konsep Negara Hukum Formal


Negara hukum formal yaitu negara hukum yang diakui rakyat, tindakan
penguasanya berdasarkan hukum tertentu dan menurut undang-undang. Negara
hukum formal juga disebut dengan negara demokratis yang berdasarkan negara
hukum.
Menurut Stahl unsur-unsur utama negara hukum formal sebagai berikut :
a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi.
b. Penyelenggaraan negara berdasarkan trias politik (pemisahan kekuasaan)
c. Pemerintahan didasarkan pada undang-undang
d. Adanya peradilan administrasi

Dari keempat unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari negara hukum
formal yaitu untuk melindungi hak-hak asasi warga negaranya dengan membatasi dan
mengawasi kekuasaan dengan undang-undang. Jadi hanya mengedepankan aspek
firmannya, sehingga hak asasi dan kebebasan individu terlindungi secara formal yang
menghasilkan persamaan dalam aspek hukum dan politik saja.

Sedangkan menurut konsep Kant dari Robert von Mohl menyebutkan bahwa
negara hukum adalah negara yang diperintah oleh hukum. Menurut Mohl, Kant hanya
memerhatikan segi formal hukumnya saja tanpa memerhatikan siapa pembuat hukum
itu. Karena konsep Kant dapat menimbulkan dua kemungkinan yang berlawanan, yaitu
pertama membatasi kekuasaan raja dan sebaliknya yakni membatasi kebebasan hak-
hak masyarakat yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dari sang penguasa.
Karena itu, jika kita menggunakan kriteria yang digunakan oleh Kant, maka negara
diktator ataupun totaliter akan dapat digolongkan dalam negara hukum.

c. Konsep Negara Hukum Materiil


Negara hukum materiil merupakan perkembangan dari negara hukum formal.
Jadi jika pada negara hukum formal tindakan penguasa harus berdasarkan undang-
undang, maka di negara hukum materiil tindakan penguasa dalam hal mendesak demi
kepentingan masyarakatnya dapat dibenarkan meskipun menyimpang dari undang-
undang.
Seiring perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang meningkat, tidak cukup
jika hanya diatur secara formal dengan asas legalitas. Akibatnya negara hukum formal
mendapat kritik pedas di negeri Belanda, sehingga Scheltema beranggapan bahwa
terdapat banyak tindakan kebijaksanaan dari pemerintah dalam berbagai ketentuan.
Hal ini dimungkinkan dengan adanya delegasi dari kekuasaan pembentuk undang-
undang kepada pemerintah dalam membuat peraturan pelaksanaan dan adanya freies
ermessen memungkinkan pemerintah menjamin ketertiban yang lebih adil dalam
usaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Tujuan pelimpahan wewenang oleh
pembentuk undang-undang karena tugas penyelenggaraan negara juga harus
menertibkan ketertiban yang adil. Untuk itu diperlukan ruang lingkup kebebasan
bertindak oleh pemerintah yang lebih luas, yaitu melalui peningkatan pemberian
derita ermessen kepada pemerintah untuk menyelenggarakan negara kesejahteraan.
Perkembangan praktik negara hukum di negara-negara barat telah mengubah
asas legalitas yang asalnya pemerintahan berdasarkan undang-undang menjadi
pemerintahan berdasarkan hukum. Perubahan pengertian ini menunjukkan adanya
pergeseran nilai dalam masyarakat, rakyat tidak lagi terlalu konfrontatif terhadap
kekuasaan penguasa, melainkan berubah dan menganggap pemerintah sebagai
partner untuk mencapai tujuannya, yaitu kemakmuran.
Pada konsep negara kemakmuran, negara mengabdi sepenuhnya kepada
masyarakat. Negara adalah alat satu-satunya untuk menyelenggarakan kemakmuran
rakyat. Jadi pada tipe negara kemakmuran ini tugas daripada negara adalah semata-
mata menyelenggarakan kemakmuran rakyat yang semaksimal mungkin.

d. Konsep Socialist Legality


Socialist Legality adalah suatu konsep yang dianut di negara-negara
komunis/sosialis yang tampaknya hendak mengimbangi konsep rule of law yang
dipelopori oleh negara-negara Anglo Saxon. Inti dari socialist legalitas yakni hukum
ditempatkan di bawah sosialisme. Hukum adalah alat untuk mencapai sosialisme.
Romashkin antara lain mengemukakan:
“socialist legalitas melekat di dalam sistem sosial dan politik Uni Soviet. Dia
bergantung pada jaminan hak-hak dan kebebasan politik para warga negara, dia
melindungi para pekerja, perumahan, dan hak-hak serta kepentingan jasmani
perseorangan, dan kehidupan, kesehatan, kemuliaan, dan reputasi mereka. Di
bawah sosialisme, materi dan jaminan tunisia hak-hak sipil dan kebebasan
dicampurkan, sementara undang-undangnya menetapkan kondisi-kondisi ini
secara tunisia. Hal inilah yang menyebabkan selalu terjadinya berada di luar
pelaksanaan hukum.”

Dalam socialist legalitas ada suatu jaminan konstitusional tentang propaganda


anti agama yang memang merupakan watak dari negara komunis/sosialis yang
diwarnai oleh doktrin komunis bahwa agama adalah candu bagi rakyat. Menurut Tahir
Azhary konsep socialist legality sulit untuk dapat dikatakan sebagai suatu konsep
negara hukum yang bersifat universal. Tetapi mungkin konsep ini dilihat dari segi
kepentingan negara-negara komunis merupakan konsep yang mereka pandang sesuai
dengan doktrin komunisme/sosialisme.

Jika seperti itu, apakah socialist legalitas sama dengan rule of law negara hukum?
Jawabannya dapat dilihat dari pendapat Kazimerz dan Romashkin yang mengatakan :
“rezim di Rusia yang mengikuti pengaruh kekuasaan salon bukanlah negara hukum,
tetapi merupakan negara polisi. Dalam pada itu mereka sendiri menamakan negaranya
adalah negara diktator proletar.

e. Konsep Negara Hukum menurut Al-Qur’an dan Sunnah


Ibnu khaldun berpendapat, bahwa dalam mulk siyasi ada dua macam bentuk
hukum, yaitu (1) siyasah diniyah dan (2) siyasah aqliyah. Ciri pokok yang mebedakan
kedua macam nomokrasi itu ialah pelaksanaan hukum islam (syariah) dalam
kehidupan negara dan hukum sebagai hasil pemikiran manusia.
Nomokrasi islam adalah suatu negara hukum yang memiliki prinsip-prinsip umum
sebagai berikut, yaitu: (1) kekuasaan sebagai amanah, (2) musyawarah, (3) keadilan,
(4) persamaan, (5) pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, (6)
peradilan bebas, (7) perdamaian, (8) kesejahteraan, (9) ketaatan rakyat.
Bertitik tolak pada asas dan tujuan negara menurut ajaran islam, demikian pula
asas-asas konstitusionalnya yang antara lain adalah asas musyawarah, negara
menurut ajaran islam dapat diberi macam-macam predikat. Beberapa predikat dapat
disebabkan sebagai berikut.
1) Negara ideologi (Daulatul Fikrah)
2) Negara hukum (Daulat Qanuniyah)
3) Negara Teo-demokrasi
4) Negara islam (Darul Islam)

f. Negara Hukum Indonesia


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula dimuat dalam penjelasan,
yang berbunyi “Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasar
atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Materi penjelasan tersebut kemudian diangkat
ke dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945 (perubahan ketiga) berbunyi:”Negara indonesia
adalah negara hukum”. Istilah rechtsstaat tidak lagi dimuat dalam UUD 1945. Demikian
pula tentang kekuasaan kehakiman yang mandiri, diangkat dari penjelasan menjadi
materi muatan UUD 1945 pasal 24 ayat (1). Hal ini akan lebih menguatkan konsep
negara hukum indonesia.

Anda mungkin juga menyukai