Anda di halaman 1dari 6

Hade ku basa goreng ku basa itu pepatah Sunda yang artinya mulia oleh bahasa hina pun oleh

bahasa.
Maksudnya, kemuliaan dan kehinaan seseorang, sekelompok orang, suatu bangsa, suatu agama, suatu
keyakinan, atau suatu negara sangat ditentukan oleh bahasa yang dipergunakan mereka. Apabila bahasa
yang mereka gunakan sangat bagus, indah, mulia, sopan, mencerahkan, dan menyejukkan, mulialah
mereka. Sebaliknya, apabila bahasa yang mereka gunakan kotor, buruk, dan menyakitkan hati orang lain
tanpa alasan yang jelas dan dibenarkan, hinalah mereka.

Yang dimaksud bagus berbahasa itu bukan berarti hanya lembut, baik, dan tidak menyakiti orang
lain, melainkan pula memiliki dasar pengetahuan yang jelas, tujuan yang pasti, serta memberikan
pencerahan dan mendamaikan kehidupan manusia. Kalaupun dengan sangat terpaksa harus
menggunakan bahasa-bahasa yang keras, tujuannya tetap untuk memuliakan manusia dan kemanusiaan,
bukan untuk berbohong, melindungi kebodohan, menutupi kesalahan, mengaburkan permasalahan,
maupun menimbulkan huru-hara dalam kehidupan.

Yang dimaksud buruk berbahasa itu bukan hanya kotor, kasar, dan rendah, melainkan pula
memiliki maksud-maksud jahat, melecehkan orang lain, menimbulkan huru-hara, menyesatkan manusia,
mengadudomba di antara manusia, menutupi kebohongan, mengajak pada kerusakan, melindungi
kebodohan, menolak kebenaran, mempertahankan sifat keras kepala, melecehkan nasihat-nasihat yang
bermanfaat, menganggap diri selalu paling benar, dan lain sebagainya.

Sunda Kudu Makalangan

Sunda kudu makalangan, ‘Sunda harus aktif mengelola negara’.

Orang Sunda mesti jujur bahwa dirinya telah lama berharap untuk lebih aktif dalam mengelola
negara dan tidak selalu berada di pinggir pentas perpolitikan nasional dan internasional. Pasca-
kehancuran Kerajaan Sunda Pajajaran, lebih tepatnya setelah selesainya Pertempuran Talaga yang
mengakibatkan musnahnya kekuatan pasukan Sunda akibat penyerangan yang dilakukan pasukan
Cirebon, orang Sunda jatuh ke dalam masa Sunda Papa, ‘Sunda Sengsara’. Hal itu terbukti, orang-orang
Sunda pun terpinggirkan dan hidup dalam berbagai kesengsaraan yang bertubi-tubi. Selepas masa itu,
orang Sunda harus terus bersabar melakoni berbagai “uga”, ‘prediksi’ yang wajib terjadi, yaitu memasuki
kehidupan masa Sunda Tunggara, ‘Sunda Menderita’. Penderitaan yang dialami orang Sunda pun bagai
tak berhenti menjatuhkan harga diri dan membuat tanah kekuasaannya dikuasai bukan oleh orang-orang
Sunda. Warga Sunda sendiri tersisih, miskin, merana, dan tak memiliki jalan untuk kembali berjaya.
Takdir bagaikan menutup pintu bagi orang-orang Sunda untuk memperbaiki diri dan harga dirinya.
Kegetiran dan kegetiran selalu menemani.

Saya merasa bahwa dua masa itu, yaitu: Sunda Papa dan Sunda Tunggara telah terlewati. Masih
ada dua masa lagi yang harus dilakoni orang Sunda, yaitu masa Sunda Tampil dan masa Sunda
Makalangan. Untuk masa Sunda Tampil, saat ini sedang berlangsung. Orang Sunda sudah tampil pada
berbagai bidang kehidupan, baik dalam aktivitas swasta, keamanan, maupun pemerintahan. Bahkan,
banyak permasalahan pelik dan tidak bisa diselesaikan oleh orang lain, diselesaikan dengan sempurna
oleh orang Sunda. Misalnya, dalam hal keamanan negara yang sulit dituntaskan, orang Sunda dapat
menyelesaikannya dengan baik. Berbagai konflik sosial dan bersenjata, termasuk pemberontakan
bersenjata yang terjadi di Indonesia sejak kemerdekaan, telah diselesaikan dengan baik oleh Pasukan
Siliwangi. Jika pasukan ini telah bergerak, masalah konflik bersenjata pun selesai. Lihat saja catatan
sejarah. Persoalan komunis, DI/TII, GAM, dan lain sebagainya diselesaikan dengan baik oleh Pasukan
Siliwangi. Dalam bidang pemerintahan, banyak orang Sunda yang telah menjadi menteri dan pejabat
tinggi lainnya. Bahkan, persoalan batas wilayah laut Indonesia diperjuangkan sampai berhasil oleh Otto
Iskandar Dinata. Dalam bidang keagamaan dan sosial, orang Sunda sudah tampil menjadi rujukan
banyak orang untuk menyelesaikan banyak permasalahan mereka. Dalam dunia hiburan, sudah tidak
diragukan lagi bahwa orang Sunda adalah mayoritas dalam jumlah artis dan aktor yang malang melintang
di Indonesia ini karena memiliki anugerah kecantikan dan ketampanan yang berada di atas rata-rata.
Akan tetapi, kita harus mengakui bahwa prestasi-prestasi orang Sunda itu belum cukup mendorong
hidupnya untuk memasuki masa Sunda Makalangan, ‘aktif mengelola negara’.

Orang Sunda selalu berharap segera memasuki masa itu di samping untuk membuktikan dirinya
sebagai suku yang memiliki potensi dan manfaat yang besar bagi bangsa dan negara, juga berkeinginan
untuk menyelesaikan berbagai masalah dan kemelut yang selalu melanda Indonesia. Tak heran banyak
orang Sunda yang kerap menyandarkan harapannya pada berbagai uga dan ramalan tentang keempat
masa itu, yaitu: Sunda Papa, Sunda Tunggara, Sunda Tampil, dan Sunda Makalangan. Sayangnya, banyak
yang membuat syair-syair palsu yang “meninabobokan” orang Sunda hingga menjadi lemah dan hanya
menyandarkan harapannya pada ramalan-ramalan palsu.

Saya sebagai orang Sunda, eh … nggak murni-murni amat sih soal kesundaan saya. Dari garis ayah,
leluhur saya tersambung sebagai orang Jawa. Kakek ayah saya namanya Minggon. Jelas nama Jawa.
Bahkan, di atasnya lagi ada yang nama belakangnya Kolopaking yang mungkin dari Solo.
Kata ayah saya, “Pokoknya leluhur kamu itu bareng berperang dengan Pangeran Diponegoro
melawan Belanda.”

Dari garis ibu lebih dekat lagi ke Suku Jawa. Nenek saya sering tertawa-tawa cekikikan jika pada
sore hari mendengar dongeng dari radio dengan bahasa yang tidak pernah saya mengerti karena
menggunakan bahasa Jawa. Mungkin dongeng itu dongeng jenaka. Kalau mau tidur pun, nenek saya
mengajarkan etika tidur dengan cara Jawa. Dia kebut-kebut kasur dan bantal menggunakan kainnya.
Dikebut-kebut pula seluruh ranjang sampai ke atasnya hingga kainnya hampir menyentuh langit-langit.
Dirapikannya seluruh bantal dan guling. Jadi, tempat tidur itu selalu dirapikan, baik setelah bangun tidur
maupun hendak tidur. Dia melakukannya sambil terus komat-kamit berdoa. Ketika hendak tidur, nenek
saya selalu mengajarkan membaca doa dengan bahasa Jawa yang tidak bisa saya hapal sampai hari ini.

“Niyat ingsun repan riyalat …,” hanya itu yang saya ingat karena saya selalu membaca doa dengan
bahasa Arab seperti yang diajarkan guru ngaji di masjid.

Karena saya lahir di Bandung, berbahasa Ibu Sunda, hidup di lingkungan Sunda, banyak
memahami Sunda dan kesundaan, serta merasa nyaman dengan hal-hal itu, saya meyakini dan
mengklaim diri bahwa saya adalah orang Sunda. Di samping itu, memang ayah dan ibu saya tidak pernah
menggunakan bahasa Jawa sepanjang hidupnya. Mereka selalu menggunakan bahasa Sunda dan lahir di
tanah Sunda.

Sebagai orang Sunda, saya berharap bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk menginjakkan
kaki berdiri dan melangkah menyongsong masa Sunda Makalangan. Orang Sunda harus menunjukkan
dirinya untuk menjadi pemecah persoalan, bukan menjadi pemicu masalah ataupun pembuat kekusutan.
Baik mereka yang duduk di eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun sebagai rakyat biasa, harus
mengerahkan potensinya memberikan solusi-solusi positif bagi permasalahan-permasalahan yang terjadi
di Indonesia.

Orang Sunda sudah diberikan anugerah yang besar oleh Allah swt. Sunda itu bukan hanya nama
suku, melainkan pula nama agama, yaitu Sunda Wiwitan. Agama Sunda Wiwitan adalah agama Islam
yang diajarkan oleh Nabi Prabu Siliwangi Alaihissalam. Di dalam agama ini ada ajaran yang kita kenal
sebagai pepatah hade ku basa goreng ku basa, ‘mulia oleh bahasa hina oleh bahasa’. Jika kita mencintai
Nabi Prabu Siliwangi, patuhilah ajarannya, laksanakan segala nasihatnya. Jika kita ingin menjadi penerus
Prabu Siliwangi as, pedomani seluruh titahnya. Jangan hanya bikin organisasi kesundaan, tetapi tidak
melaksanakan ajaran Sunda itu sendiri. Jangan hanya mengucapkan nama Prabu Siliwangi berulang-
ulang hingga hampir menyaingi mengucapkan nama Nabi Muhammad saw, tetapi bersikap hanya
menyandarkan pada dongeng-dongeng kesaktian Prabu Siliwangi as. Prabu Siliwangi sakti karena dia
adalah Nabi kepercayaan Allah swt. Prabu Siliwangi terkenal ke seluruh dunia karena tercatat sebagai
manusia sempurna yang tidak memiliki cacat dalam sepanjang hidupnya. Jika kita ingin jiwa Prabu
Siliwangi as hadir di tengah-tengah kita, lakukan segala ajarannya. Ajaran Prabu Siliwangi as adalah
ajaran Islam yang kemudian disempurnakan oleh ajaran Islam yang dibawa Muhammad saw.

Ajaran Prabu Siliwangi as yang dapat menjadi pemecah persoalan bangsa Indonesia saat ini adalah
hade ku basa goreng ku basa. Negeri ini sedang sakit karena kehilangan kemampuan berbahasa yang
baik, benar, mulia, dan mencerahkan. Presiden RI Jokowi mencemaskan perkataan-perkataan kotor yang
berseliweran di Medsos. Kapolri Tito Karnavian berulang-ulang mengimbau masyarakat untuk tidak
langsung percaya berita-berita di Medsos. Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengkhawatirkan adanya
penunggang-penunggang gelap dari dalam dan luar negeri yang memanfaatkan persoalan dalam negeri
Indonesia untuk merampok kekayaan sumber daya alam Indonesia.

Apa ini artinya?

Artinya, negeri ini sedang sakit menderita kerusakan jiwa akibat kehilangan kemampuan
berbahasa yang penuh kehormatan. Negeri ini sedang gemar berbahasa penuh keburukan yang
menistakan dirinya, keluarganya, masyarakatnya, dan negaranya sendiri.

Hade ku basa goreng ku basa, ‘mulia karena bahasa dan hina karena bahasa’, mengajarkan bahwa
kemuliaan dan kehinaan kita ditentukan oleh bahasa yang kita gunakan. Bahasa itu menentukan rasa,
membina jiwa, membimbing rohani. Bahasa yang buruk akan menghancurkan kestabilan jiwa dan
menyerahkan diri kita pada syetan. Bahasa yang baik akan melembutkan hati, melapangkan pikiran,
meluaskan pandangan, menajamkan spiritual, membuat bijak ruhani, dan mendekatkan diri kepada Allah
swt.

Orang Sunda harus memulai sejak sekarang lebih mengendalikan bahasa yang digunakan, baik di
dunia nyata, maupun di dunia maya. Kita harus memberikan contoh berbahasa yang penuh kemuliaan
untuk mendamaikan dan melembutkan suasana. Dengan berbahasa yang penuh kehormatan, pikiran
kita akan semakin baik, jiwa semakin bijak, pandangan semakin luas sehingga ada banyak kunci
kehidupan dan pengetahuan yang semakin terlihat secara nyata. Pengetahuan dan kunci tentang hidup
yang telah terbuka di dalam batin kita akan mencerahkan kehidupan kita sendiri dan memberikan jalan
penyelesaian masalah bagi orang lain.
Jika orang Sunda sudah letih menderita dan sengsara, secepat mungkin gunakan bahasa-bahasa
yang baik dan bijak sehingga nilai diri kita di hadapan Sang Hyang Tunggal yaitu Sang Hyang Kersa yaitu
Sang Hyang Widi yaitu Sang Hyang Jatiraga yaitu Allah swt semakin tinggi. Jika nilai diri kita sudah
semakin tinggi, Sang Hyang Wujud yaitu Allah swt akan mempercayai kita untuk menjadi perkakas-Nya
dalam memimpin manusia menuju kebenaran hakiki.

Hentikan bermimpi orang Sunda mendapatkan zaman keemasan dan zaman kemuliaan jika hanya
bangga dengan ikat kepala bermotif batik, pakaian hitam-hitam atau putih-putih, menggunakan berbagai
pernak-pernik tradisi Sunda, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk berbahasa yang baik dan mulia
sebagaimana yang diajarkan Nabi Prabu Siliwangi Alaihissalam. Jangan lagi menyebut-nyebut nama suci
Prabu Siliwangi jika orang Sunda justru menjadi agen-agen pemicu kerusuhan, huru-hara, dan
menyesatkan pikiran orang lain. Tidak pantas kalian menjadi orang Sunda jika tidak menjaga perdamaian
di antara manusia.

Prof. Dr. H. Ateng Syafrudin, S.H. (alm) pernah mengatakan kepada saya secara langsung ketika
saya membantunya menyusun biografinya, “Orang Sunda punya sifat asli nyanghulu ka hukum, nunjang
ka nagara.”

Maksudnya orang Sunda aslinya adalah kaum yang mematuhi hukum sekaligus menegakkan
hukum dan selalu menunjang kedaulatan negara. Orang Sunda secara otomatis tanpa diperintah akan
menyediakan dirinya untuk keutuhan bangsa dan negara. Jika ada orang Sunda yang tidak menghormati
hukum dan tidak menjaga tegaknya negara, tak pantas dia disebut orang Sunda.

Allah swt tidak akan memberikan masa Sunda Makalangan jika orang Sunda tidak mampu
berbahasa yang baik, menyejukkan, dan mencerahkan. Pedomani ajaran Prabu Siliwangi as untuk
berbahasa yang baik, benar, dan mulia hingga orang-orang akan menuju diri kita untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang dideritanya. Jika orang Sunda sudah menjadi tujuan banyak orang, saat
itulah Sunda Makalangan akan terjadi. Allah swt akan percaya penuh kepada orang Sunda. Insyaallah.

Hade ku basa goreng ku basa, Indonesia bisa mulia karena bangsanya mampu berbahasa yang
baik dan mulia, tetapi Indonesia bisa hancur karena bangsanya berbahasa kotor, hina, penuh
kebohongan, dan sarat dengan kesesatan.
Orang Sunda punya ajaran Sunda dari Prabu Siliwangi as, mulia oleh bahasa hina oleh bahasa.
Didik diri dan negeri ini untuk menjadi orang-orang mulia dengan bahasa penuh kemuliaan. Songsonglah
Sunda Makalangan terjadi secara nyata dalam kehidupan ini. Untuk Indonesia dan untuk dunia.

Anda mungkin juga menyukai