Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.

Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali


di Kabupaten Muaro Jambi

Darlim Darmawi1

1Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan Return Cost Ratio (R/C)
usaha pemeliharaan sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi. Metode penelitian menggunakan
metode survey, dengan objek penelitian peternak sapi Bali Program PMUK kelompok tani Tunas
Jaya di Desa Kebun IX Kabupaten Muaro Jambi. Jumlah responden penelitian adalah 11 peternak
sapi Bali yang diperoleh secara sensus. Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif. Untuk
mengetahui pendapatan dan Return Cost Ratio (R/C) dari usaha pemeliharaan sapi Bali
menggunakan analisa pendapatan (Rahim, 2007). Curahan jam kerja yang digunakan dalam
kegiatan pemeliharaan ternak sapi maka digunakan standar jam kerja pria (JKP) menurut Siregar
(1996). Sedangkan biaya kandang dan peralatan dilakukan perhitungan penyusutan kandang.
Hasil analisa menunjukkan bahwa pemeliharaan ternak sapi Bali dari 11 responden (100%) masih
merupakan usaha sampingan, dan termasuk kategori pola usaha tani keluarga, dengan
kepemilikan ternak sapi rata-rata 5,61 ST/peternak. Peternak dalam memelihara sapi masih dalam
usia rata-rata yaitu 43,64 th (29-65) tahun sehingga masih termasuk tenaga kerja usia produktif.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa usaha pemeliharaan ternak sapi Bali pada Kelompok Tani
Tunas Jaya dapat memperoleh pendapatan positif yakni rata-rata sebesar Rp. 4.950.953,65,-
/tahun/peternak atau rata-rata sebesar Rp. 412.579,47.-/bulan/peternak. Sedangkan
perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya (Return Cost Ratio (R/C)) yakni pendapatan
sebesar Rp. 272.302.450,-/periode dengan pengeluaran (biaya) pemeliharaan Rp. 218.751.550,-
/periode adalah dengan ratio 1,24. Hal ini memberikan pengertian bahwa setiap modal Rp 100,-
maka akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 124,-

Kata Kunci: Sapi Bali, penerimaan, pengeluaran, pendapatan, return ost Ratio (R/C)

Abstract

This research aims to find out the income and the Return Cost Ratio (R/C) maintenance of Bali
cattle business in Muaro Jambi Regency. This research used survey methods. Object of research is the Bali
cattle ranchers PMUK Program Tunas Jaya farmer groups in the Village of Kebun IX, Muaro Jambi.
Respondents of this research of 11 Bali cattle ranchers who obtained the census. The analysis used is
deskriptive analysis. To find out the income and Return Cost Ratio of the Bali cattle maintenance effort using
the analysis of income (Rahim, 2007). Outpouring of work hours that are used in beef cattle raising activities
then used his standard working hours (JKP) according to Siregar (1996). While the cost of cages and their
equipments with depreciation calculation. Results showed, that the maintenance of Bali cattle from 11
respondents (100%) is still a side business, and includes a category of patterns of family farming, with cattle
ownership on average 5.61 ST / breeder. In maintaining cattle ranchers are still in the average age of 43.64
years (29-65) years including labor that is still produktiv age. Based on research results that the maintenance
effort of Bali cattle in Farmers Branch, Jaya can earn positive income ie the average of Rp. 4,950,953.65, -
/year/farmer or an average of Rp. 412.579,47.-/ year/farmer.-. While the comparison (ratio) between revenue
and expenses (Return Cost Ratio (R / C)) the income of Rp. 272,302,450, -/periode with expenditure (cost)

Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi


14
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

maintenance of Rp. 218,751,550, -/periode is the ratio of 1.24. This gives the sense that every capital of Rp
100, - it will generate income of Rp 124, -

Keywords: Bali Cattle, Revenue, Expenditure, Revenue, Return Cost Ratio (R / C)

Pendahuluan sumbangan pendapatan atau sebagai


tabungan khusunya bagi keluarga
Pemerataan dan prioritas
peternak. Dalam menjalankan suatu
pembangunan Propinsi Jambi umumnya
usaha sangat perlu dilakukan suatu
dan pembangunan peternakan
perhitungan jang jelas, sisa hasil dari
khususnya merupakan pembangunan
usaha tersebut dapat diketahui secara
ekonomi kerakyatan, yang diharapkan
dapat menjalar dalam lapisan kehidupan riil. Dan sisa usaha secara tradisional
tersebut apa benar betul-betul beruntung
masyarakat terutama di daerah
pedesaan. Daerah pedesaan telah dapat atau sisa itu hanya merupakan nilai
kontribusi korbanan tenaga dan waktu
memberikan solusi pembangunan akibat
selama pemeliharaan.
dari adanya otonomi daerah. Tentu saja
hal ini tidak terlepas dari perhatian Sebelum melakukan perhitungan
terhadap pendapatan atau keuntungan,
pemerintah pusat, daerah, instansi
terkait dan peranan Perguruan Tinggi maka terlebih dahulu mengetahui secara
nyata atau yang benar-benar apa yang
dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dalam rangka percepatan menjadi komponen dalam suatu
penerimaan dari hasil usaha
pembangunan ekonomi , maka
pemeliharaan ternak tersebut, dan begitu
implementasi dari berbagai program
pembangunan ekonomi kerakyatan ini, juga komponen terhadap pengeluaran
usaha tersebut.
salah satunya adalah berupa bantuan
Penerimaan adalah nilai produksi
atau penyediaan dana sosial dan
yang dihasilkan dari suatu usaha, makin
pinjaman lunak yang diberikan, baik
besar produk yang dihasilkan maka
oleh pemerintah atau swasta, namun
semakin besar pula penerimaannya, dan
realisasi dari kegiatan ini diharapkan
begitu pula sebaliknya, akan tetapi
dapat terlaksana secara optimal
penerimaan yang besar belum tentu
memberikan imbas terhadap kehidupan
menjamin pendapatan yang besar.
masyarakat.
Desa Kebun IX Kabupaten Muaro Pengeluaran tunai usaha keluarga
didefinisikan sebagai jumlah uang yang
Jambi merupkan salah satu desa yang
dibayarkan untuk pembelian barang dan
dapat program bantuan sapi dari
pemerintah yang dikelola oleh kelompok jasa bagi usaha tani. Pendapatan bersih
usaha tani (net farm income) adalah
tani Tunas Jaya. Implementasi usaha
ternak sapi yang dilakukan peternak selisih antara pendapatan kotor usaha
tani dan pengeluaran total usaha
dengan harapan dapat sebagai suatu
tani.Begitu juga dengan pendapatan
tabungan yang dapat digunakan untuk
kebutuhan yang mendesak atau dapat tunai (farm net cash flow) dalah selisih
antara penerimaan tunai usaha ternak
juga sebagai tambahan pendapatan yang
diperoleh selama jangka waktu yang dengan pengeluaran tunai usaha ternak.
Untuk mengetahui nilai ekonomi
relatif lama bila dibandingkan dengan
usaha atau atau mata pencaharian utama berupa pendapatan dari pemeliharaan
ternak sapi tersebut, tentu saja
mereka.
memerlukan perhitungan yang jelas,
Peran ternak sapi selain sebagai
sumber protein juga merupakan sehingga nilai ekonomi baik secara

Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi


15
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

bersih dan tunai dapat diketahui dengan (PMUK) adalah stimulasi dana bagi
cara menganalisanya. pelaku peternakan yang mengalami
Usaha pemeliharaan ternak sapi keterbatasan modal sehingga selanjutnya
merupakan salah satu usaha yang dapat mampu mengakses lembaga permodalan
dijadikan sebagai sumber mata secara mandiri (Dirjen Peternakan, 2008).
pencaharian bagi masyarakat di Kegiatan ini bertujuan untuk (1)
pedesaan. Namun sebagian besar dari memperkuat modal pelaku usaha dalam
kehidupannya diatur dan diawasi oleh mengembangkan usaha agribisnis dan
peternak itu sendiri. Adapun manfaat ketahanan pangan; (2) meningkatkan
ternak sapi untuk kehidupan manusia produksi, produktivitas dan pendapatan
dapat digolongkan kedalam segi pelaku usaha pertanian; (3)
ekonomis, pemenuhan gizi dan sosial mengembangkan usaha pertanian dan
budaya. agroindustri di kawasan pengembangan;
Ternak sapi sebagai ternak (4) meningkatkan kemandirian dan
ruminansia besar lebih digemari oleh kerjasama kelompok; serta (5)
petani karena mempunyai nilai mendorong berkembangnya lembaga
ekonomis yang lebih tinggi dari ternak keuangan mikro agribisnis dan
ruminansia besar lainnya, dimana kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.
daging dan kulit sapi mempunyai Bantuan sapi diprovinsi Jambi
kualitas yang lebih tinggi dari pada kulit melalui program ini terdapat di tiga
kerbau, sapi lebih tahan bekerja diterik wilayah yaitu Kabupaten Tanjung
matahari dari pada kerbau Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan
(Sosroamidjojo dan Soeradji, 1990). Muaro Jambi dengan sistim
Pemeliharaan ternak sapi pengembalian yaitu sistim gaduhan.
dipedesaan umumnya masih merupakan Implementasi dari bantuan dan
peternakan rakyat dengan skala kecil. pemeliharaan ternak sapi yang
Untuk pemeliharaan ternak sapi merupakan lokasi penelitian yaitu di
walaupun dengan skala kecil, peternak desa di Desa Kebun IX Kecamatan
selalu mengalami kesulitan dalam Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi,
mendapatkan atau memperoleh modal berawal dari tahun 2006 sampai
usaha peternakan. Maka dalam hal ini sekarang. Adapun sistim pemeliharaan
pemerintah telah dapat memberikan yang dlakukan yaitu secara semi intensif
peluang yang sebesar besarnya bagi dan merupakan usaha sampingan.
peternak untuk memperolehnya Dari pemeliharaan ini peternak
walaupun dengan sistim kredit atau pada umumnya selalu menaruh harapan
dengan sistim gaduhan. Bantuan ini untuk dapat memperoleh nilai ekonomis
banyak berasal dari program program yaitu berupa pendapatan atau
yang telah dicanangkan pemerintah, keuntungan. Sedangkan untuk melihat
salah satu diantaranya Program Penguat keuntungan tentu saja perlu dilakukan
Modal Usaha Kelompok Tani. perhitungan secara ekonomis, sehingga
Fasilitasi penguatan modal usaha sejauh mana nilai ekonomis tersebut
kelompok ini merupakan bagian dari dapat diperoleh peternak.
upaya pemberdayaan masyarakat petani, Pendapatan bersih usaha tani
yang dikawal dengan kegiatan terkait adalah selisih antara pendapatan kotor
yaitu penguatan kelembagaan petani usaha tani dan pengeluaran total usaha
dan peningkatan SDM petani melalui tani. Pendapatan kotor usaha tani
pembinaan, penyuluhan, pelatihan, merupakan jumlah produk yang
monitoring, evaluasi, dan lainnya. dihasilkan dikalikan harga jual,
Penguatan Modal Usaha Kelompok sedangkan pendapatan bersih usaha tani
Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi
16
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

merupakan pendapatan usaha kotor diolah secara matematis, melalui


setelah dikurangi biaya produksi. penjumlahan, rataan dan persentase.
Dalam usaha peternakan sebagian Kemudian diuraikan secara deskriptif.
besar tenaga kerja berasal dari keluarga Untuk mengetahui pendapatan
petani sendiri yang terdiri atas ayah dan perbandingan antara pendapatan
sebagai kepala keluarga, istri, dan anak- dengan biaya produksi (pengeluaran)
anak petani. Tenaga kerja yang berasal maka digunakan rumus menurut
dari keluarga petani ini merupakan (Rahim, 2007). Pencurahan Tenaga
sumbangan keluarga pada produksi Kerja keluarga adalah jumlah jam kerja
peternakan secara keseluruhan. yang digunakan dalam kegiatan
Walaupun tidak pernah dibayarkan pemeliharaan ternak sapi maka
dengan uang tunai, namun tentu saja digunakan standar jam kerja pria (JKP)
dapat dianalisa dan dikonversikan, menurut Siregar (1996) dan (Hartoyo,S.
sehingga dapat merupakan komponen 1991).
penerimaan dalam perhitungan Untuk mengetahui pendapatan/
pendapatan yang dinilai dengan uang. keuntungan pemeliharaan ternak sapi
Berdasarkan hal uraian diatas maka maka digunakan analisa pendapatan
telah dilakukan penelitian berjudul (Prawirakusumo, 1990) dan (Soekartawi
Pendapatan Dari Usaha Pemeliharaan dkk, 1987).
Ternak Sapi Bali Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi). Hasil dan Pembahasan
Keadaan Wilayah
Metodologi Penerlitian Desa Kebon IX terletak di
Metode penelitian ini Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
menggunakan metode survey dan
Muaro Jambi, merupakan desa yang
pengamatan langsung ke lapangan
dekat dengan Ibukota Provinsi berada
(Nasir M. 1983). Objek penelitian adalah
pada posisi 01040.111’Ls dan 103039.839’
para peternak sapi dalam kelompok
BT dengan curah hujan 2.332 mm/tahun.
tani Tunas Jaya Di Desa Kebun IX
Akses transportasi lebih mudah dan
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
merupakan daerah urban. Desa ini dapat
Muaro Jambi. Responden penelitian ini
ditempuh dalam waktu +20 menit. Desa
berjumlah 11 KK yang diperoleh secara
ini memiliki luas wilayah 6.500m2
sensus.
dengan batas wilayah sebagai berikut:
Data yang dikumpulkan terdiri sebelah Timur berbatasan dengan Sungai
dari data primer dan data sekunder.
Gelam dan Talang Kerinci, sebelah
Data primer diperoleh melalui selatan berbatasan dengan Desa Talang
wawancara berdasarkan daftar
Belido dan Pal Merah, sebelah barat
pertanyaan meliputi: keadaan potensi
berbatasan dengan Kelurahan Talang
wilayah, kepemilikan sapi, karakteristik Bakung dan Pal Merah sebelah utara
peternak, jumlah curahan jam kerja
berbatasan dengan Desa Tangkit dan
anggota keluarga, komponen-komponen Kelurahan Talang Bakung.
penerimaan dan pengeluaran (biaya)
Desa ini memiliki 1.250 KK.
dari pemeliharaan ternak sapi. Data Masyarakat Desa kebun IX lebih
skunder dihimpun dari lembaga/
beragam Karena dihuni oleh berbagai
instansi yang dianggap mempunyai
macam-macam suku, agama dan adat-
hubungan erat dengan masalah dalam istiadat. Letaknya yang dekat dengan
penelitian ini.
kota ini mempermudah dalam
Data yang diperoleh dari hasil
memasarkan produk pertanian yang
penelitian kemudian ditabulasi dan
Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi
17
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

menjadi pencaharian utama penduduk yang dipelihara dapat dijadikan sebagai


desa kebun IX. Produk utamanya adalah tabungan.
karet, dan tanaman pangan seperti ubi Ternak sapi yang dipelihara adalah
dan sayur-sayuran. Kondisi ini ternak sapi Bali ciri-ciri yang dimiliki
mendukung bagi perkembangan ternak yang dikemukakan oleh Sugeng (1996),
sapi, baik melalui intensif maupun semi ciri-ciri umum sapi Bali adalah bentuk
intensif melalui integrasi. Menurut tubuh menyerupai banteng tetapi
Mashur dan Muzani (2004), agar usaha ukuran tubuh lebih kecil dengan dada
pengembangan breeding dapat dalam dan badan padat, warna bulu saat
menguntungkan petani maka masih pedet berwarna sawo matang atau
pengembangan model yang perlu merah bata, setelah dewasa warna bulu
dibangun adalah sistem integrasi pada sapi betina pada bagian keempat
kakinya dari sendi sampai kuku
tanaman-ternak (semusim atau tahunan),
berwarna putih, kepala pendek, dahi
perbaikan manajemen pemeliharaan
datar, tanduk pada bagian jantan agak
(reproduksi) dan penerapan sistem
tumbuh keluar sedangkan pada sapi
kandang kolektif sebagai basis
betina agak kebagian dalam, serta kaki
pengembangan pusat-pusat pembibitan menyerupai kaki kerbau.
sapi Bali di pedesaan. Sistem pemeliharaan dilakukan
Di Desa kebun IX ini terdapat secara semi intensif, dimana ternak
kelompok tani yang bernama kelompok dilepas pada siang hari dan
Tani Tunas Jaya yang dibentuk pada dikandangkan pada sore hari serta diberi
tahun 2006 yang diketuai oleh Bapak makan didalam kandang. Hal ini sesuai
Sukamto. Kelompok Tani Tunas Jaya pendapat Sugeng (1996), menyatakan
mendapatkan kesempatan untuk sistem pemeliharaan semi intensif yaitu
mengelola dana PMUK dari pemerintah. pada siang hari ternak dilepas dikebun
Dana yang tidak dikembalikan ke atau pekarangan yang rumputnya
pemerintah ini direspon positif oleh tumbuh subur, kemudian sore harinya
anggota Kelompok Tani Tunas Jaya. ternak dimasukkan dalam kandang dan
Dana yang diberikan tersebut digunakan pada malam harinya ternak diberi
untuk pengadaan ternak sapi. minum berupa hijauan/rumput atau
dedaunan.
Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Bali Kepemilikan Ternak Sapi
Pemeliharaan ternak sapi Berdasarkan pemeliharaan ternak
dipelihara pada kelompok tani Tunas sapi dari bantuan PMUK untuk 11 KK di
Jaya masih bersifat sambilan menurut Kelompok Tani Tunas Jaya selama
Sasroamidjojo (1990) menambahkan periode 2006 sampai 2010 peternak telah
bahwa masyarakat yang memilihara memiliki ternak sapi sebesar 61,75 ST
ternak sapi hanya 2-5 ekor merupakan dengan rata-rata kepemilikan/peternak
usaha sambilan. Sedangkan usaha pokok sebesar 5,61 ST, untuk lebih jelasnya
yaitu petani dan berkebun. Ternak sapi dapat dilihat di Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1. Kepemilikan Ternak Sapi
No Uraian Jumlah Sapi (ST) Persentase (%)
1 Bantuan awal sapi 39 63,16
2 Pertambahan populasi sapi 13,75 22,27
3 Pengembalian ternak sapi 5 8,09
4 Sapi yang dijual 4 6,48
Jumlah 61,75 100
Rata-rata Kepemilikan/peternak 5,61

Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi


18
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

Dari kepemilikan ternak sapi untuk tahun digolongkan kepada usia


5,61 ST maka kepemilikan ini termasuk produktif.
kategori peternakan keluarga sifatnya Pendidikan merupakan salah satu
sebagai usaha sampingan. Menurut syarat penunjang berhasil tidaknya
Tawaf, dkk (1993) membagi skala usaha beternak, karena pendidikan juga
peternakan sapi potong menjadi lima, berpengaruh pada cara berpikir dalam
yaitu (1) Peternakan Tradisional, sifat mengambil keputusan karena akan lebih
baru dimiliki belum diusahakan. (2) mudah menerima suatu hal yang baru
Peternakan Keluarga, sifatnya dan memiliki cara pandang yang lebih
membantu usahatani keluarga, skala baik terhadap suatu obyek. Berdasarkan
pemilikan 1 – 5 ekor. (3) Peternakan pada tabel 3 bahwa rata-rata tingkat
Skala Kecil, sudah berorientasi ekonomi, pendidikan pada Kelompok Tani Tunas
skala pemilikan 6 – 10 ekor. (4) Jaya TTSD 36,36%, tamat SD 54,55% dan
Peternakan Skala Menengah, tamat SMA 9,09%. Selama pemeliharaan
menggunakan in put teknologi ternak sapi peternak dapat menjalankan
berorientasi produksi daging, skala usahanya dengan semestinya, sehingga
pemilikan 11 – 50 ekor. (5) Peternakan usahanya mendapatkan hasil, karena
Skala Besar, padat modal, teknologi didukung oleh pengetahuan dan
tinggi, orientasi input - output, skala pengalaman yang cukup memadai
pemilikan 50 ekor per produksi. walaupun peternak masih
berpendidikan rendah namun mereka
Karakteristik Peternak bisa menulis dan membaca. Menurut
Peternak pada kelompok Tani Kanisius (1993), meyatakan bahwa
Tunas Jaya dalam memelihara ternaknya pengetahuan beternak merupakan salah
berada pada kondisi usia 29-65 tahun satu faktor bagi berhasil tidaknya suatu
masing masing rata rata yaitu 43,64 th. usaha peternakan, karena untuk biasa
Kondisi umur seperti ini termasuk usia mengatasi kesulitan-kesulitan yang
produktif, karena umur produktif dihadapi, tentunya peternak dituntut
bekerja pada dasarnya berkisar antara memilki pengetahuan beternak,
umur 20 tahun sampai umur 65 tahun. keterampilan beternak, pengalaman
Menurut Harjono, dkk (1990) bahwa beternak, pengalaman beternak dan
umur produktif tenaga kerja antara 25-65 memiliki jiwa beternak, untuk itu
tahun. Sedangkan menurut pernyataan diperlukan ekspansi dari peternak
Soekartawi (1988), bahwa secara secara sendiri. Untuk lebih jelas dapat dilihat
praktis pengertian produktif dan bukan pada Tabel 2 di bawah ini.
produktif hanya dibedakan atas umur,
dimana pada umur 20 tahun sampai 65

Tabel 2. Karekteristik Peternak


K.T Tunas Jaya
No Uraian
Data Primer Keterangan
1 Jumlah 11 KK
Peternak
2 Umur 43,64(29-65) Thn Produktif
3 Pendidikan TTSD=4(36,36)% Bisa menulis dan membaca
SD=6(54,55)%
SMA=1(9,09)%
4 Pengetahuan Turun Temurun, Belajar Sendiri dan Mempunyai wawasan
Pelatihan. pengetahuan beternak sapi
5 Pengalaman 5,63 Berpengalaman

Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi


19
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

Pada Tabel 2 di atas bahwa rata- pengetahuan beternak sapi. Berdasarkan


rata masing pengalaman beternak 5,63 hal diatas peternak dalam mengelola
tahun. Pengetahuan yang diperoleh usaha ternak mereka dengan baik tanpa
peternak yaitu secara turun temurun, menemui kendala kendala yang berarti.
belajar sendiri dan pelatihan sehingga
peternak mempunyai wawasan,

Tabel 3. Perhitungan Penerimaan, Pengeluaran, Pendapatan

No Jumlah Satuan/unit Nilai Ekonomis


Uraian Non Tunai
(Satuan) (Rp) Tunai (Rp) Jumlah (Rp)
(Rp)
1 PENERIMAAN:

Sapi Bantuan 39 ST 7000000 - 273.000.000 273.000.000


R 11416667
(3000000-
Pertambahan Populasi 13,75 ST 7000000) - 132.000.000 132.000.000
R 9057143
(5000000-
Penjualan Sapi 4 ST 7600000) 27.800.000 - 27.800.000
Kotoran Sapi Dipakai 197830 3000 - 29.674.500 29.674.500
Kotoran Dijual 190530 3000 28.579.500 - 28.579.500
Jumlah 56.379.500 434.674.500 491.054.000

2 PENGELUARAN (BIAYA):

Biaya Tetap
Kandang 1.195.000 - 1.195.000
Peralatan 227.400 - 227.400

Biaya Tidak Tetap


Curahan Tenaga Kerja 38051250 - 190.256.250 190.256.250
Pakan Tambahan 19162,5 1000 19.162.500 - 19.162.500
Minum Tambahan 171,55 1000 715.400 - 715.400
Obat-obatan 5.375.000 - 5.375.000
IB 28 X 65000 1.820.000 - 1.820.000
Jumlah 28.495.300 190.256.250 218.751.550

3 PENDAPATAN :
Total
Pendapatan/periode 272.302.450
Rata2
Pendapatan/thn 54.460.490
Rata2 Pendapatan/
tahun/Peternak 4.950.953,65
Rata2 Pendapatan/
bulan/Peternak 412.579,47

Lama seseorang dalam menjalankan serta mengambil keputusan, semakin


usaha yang dilakukan maka akan lama waktu yang dijalani maka semakin
memudahkan dalam mengatasi masalah banyak pula pengalaman yang
Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi
20
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

diperoleh. Swastha (1987), bahwa Diketahui bahwa jumlah nilai


pengalaman dapat mempengaruhi ekonomi dari seluruh komponen-
pengamatan seseorang dalam bertingkah komponen penerimaan usaha ternak sapi
laku, pengalaman dapat diperoleh dari Bali pada kelompok tani Tunas Jaya di
semua perbuatan dimasa lampau atau Muaro Jambi sebesar
dapat pula dipelajari sebab dengan Rp.491.054.000./periode (komponen
belajar seseorang akan memperoleh tersebut terdiri dari sapi bantuan awal,
pengetauhuan. Pengalaman pertambahan populasi, penjualan sapi,
mempengaruhi tingkat pengetahuan kotoran sapi yang dipakai, kotoran sapi
seseorang terhadap suatu masalah yang yabg dipakai).
dihadapi. Kemudian nilai ekonomis usaha
ternak sapi Bali pada kelompok tani
Pendapatan Hasil Pemeliharaan Ternak Tunas Jaya di Muaro Jambi sebesar dari
Sapi seluruh komponen pengeluaran (biaya)
Selama periode tahun 2006 sampai terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak
tahun 2010 pemeliharaan ternak sapi di tetap, sebesar Rp. 218.751.550,-/periode
Kelompok Tani Tunas Jaya dilakukan (komponen tersebut terdiri dari
analisa yakni berupa pendapatan. penyusutan kandang, penyusutan
Sebelum menghitung pendapatan, perlu peralatan, curahan tenaga kerja, pakan
diidentifikasi komponen komponen tambahan, minum tambahan, obat-
penerimaan dan komponen-komponen obatan dan IB). Dengan demikian dari
pengeluaran dari pemeliharaan ternak hasil perhitungan dan analisa bahwa
sapi. Sehingga pendapatan dapat usaha pemeliharaan ternak sapi Bali
diperoleh dari hasil pengurangan antara pada kelompok tani Tunas Jaya pada
penerimaan dikurangi pengeluaran dan Tabel 4 di bawah ini menunjukan
dapat dilihat Tabel 3. pendapatan yang positif.

Tabel 4. Pendapatan dan Return Cost Ratio Usaha Pemeliharaan Sapi Bali
Nilai Ekonomi (Rp)
No Uraian Total (Rp) Ket
Tunai Non Tunai
1 Penerimaan 56.379.500 434.674.500 491.054.000
2 Pengeluaran 28.495.300 190.256.250 218.751.550
3 Jumlah Pendapatan/periode 27.884.200 244.418.250 272.302.450 Positif(+)
Rata2 Pendapatan/th 5.576.840 48.883.650 54.460.490 Positif(+)
Rata2Pendapatan/
th/peternak 506.985,45 4.443.968,2 4.950.953,65 Positif(+)
Rata2 Pendapatan/
bulan/peternak 42.248,79 370.330,68 412.579,47 Positif(+)
4 Return Cost Ratio 1,24

Secara ekonomi pendapatan yang Pendapatan ini sekaligus merupakan


dapat dihasilkan dari usaha ternak asapi pendapatan yang dapat diterima bagi
Bali selama periode 5 tahun pada peternak. Oleh karena itu peternak agar
kelompok tani tunas Jaya adalah sebesar dapat berupaya untuk meningkatkan
Rp. 272.302.450,-/peride. Dengan skala usahanya agar memperoleh
demikian pendapatan rata-rata adalah mendapatan yang lebih besar.
sebesar Rp. 4.950.953,65,- Soekardono (2009), menyatakan bahwa
/tahun/peternak atau rata-rata sebesar penerimaan dari hasil usaha adalah
Rp. 412.579,47.-/bulan/peternak. segala sesuatu yang dihasilkan dari

Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi


21
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Mei 2011, Vol. XIV. No.1

suatu produk usaha tani. Semakin besar Daftar Pustaka


produk yang dihasilkan maka semakin Dirjen Peternakan. 2008. Petunjuk Teknis
besar pula penerimaan. Pengembangan Perbibitan Ternak
Kemudian pada Tabel 3 dapat dilihat Sapi Brahman Cross EX Impor
dari hasil analisa menggambarkan bahwa Tahun 2008. http://ditjennak.go.id/
perbandingan (nisbah) antara penerimaan regulasi%5CPerDJP26181_2008.pdf.
dan biaya (Return Cost Ratio (R/C) ) yakni Disnak Tanjung Jabung Barat. 2009. Road
pendapatan sebesar Rp. 272.302.450,- Map Pengembangan Ternak Sapi di
/periode dengan pengeluaran(biaya) Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
pemeliharaan Rp. 218.751.550,-/periode Kerjasama Dinas Peternakan
adalah dengan ratio 1,24. Hal ini Kabupaten Tanjung Jabung Barat
memberikan pengertian bahwa setiap modal dengan Lembaga Penelitian
Rp 100,- maka akan menghasilkan Universitas Jambi. Tanjung Jabung
pendapatan sebesar Rp 124,- Barat.
Harjono, B. S. Wisadirana dan Susilo E.
1990. Analisis Produktif Tenaga
KESIMPULAN Kerja dan Kesempatan Kerja Wanita
Pada Usaha Peternak Sapi Perah.
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Laporan Penelitian Pusat Ilmu
usaha pemeliharaan ternak sapi Bali
Sosial. Universitas Brawijaya,
pada Kelompok Tani Tunas Jaya
Malang.
dapat memperoleh pendapatan positif
Rahim, A. 2007. Pengantar Teori dan
yakni rata-rata sebesar Rp.
Kasus Ekomonika Pertanian.
4.950.953,65,-/tahun/peternak atau
Penebar Swadaya, Jakarta.
rata-rata sebesar Rp. 412.579,47.-
/bulan/peternak. Sastroamidjojo S. M. 1990. Peternakan
2. Perbandingan (nisbah) antara Umum. Yasaguna. Jakarta.
Sastroamidjojo, M. S. dan Soeradji. 1990.
penerimaan dan biaya (Return Cost
Peternakan Umum. Yasaguna.
Ratio (R/C) ) yakni pendapatan
Jakarta.
sebesar Rp. 272.302.450,-/periode
Soekardono. 2009. Ekonomi Agribisnis
dengan pengeluaran(biaya)
Peternakan. Penerbit Akademika
pemeliharaan Rp. 218.751.550,-
Pressindo. Jakarta.
/periode adalah dengan ratio 1,24.
Soekartawi. 1986. Manajemen Keuangan.
Hal ini memberikan pengertian
Penerbit YKPN. Yogyakarta.
bahwa setiap modal Rp 100,- maka
Soekartawi. 1988. Ternak Sapi Potong
akan menghasilkan pendapatan
sebesar Rp 124,- dan Kerja. Yasaguna. Jakarta.
Sugeng, B.Y. Sapi Potong. 1996. Penebar
Saran Swadaya. Jakarta.
Untuk meningkatkan pendapatan Swastha.B. 1987. Manajemen Pemasaran
peternak dari pemeliharaan ternak sapi Analisa Perilakau Konsumen.
Bali, maka tingkat kepemilikan ternak Liberty: Yogyakarta.
sapi setiap peternak perlu ditingkatkan Tawaf. R, Sulaeman dan TS. Udiantono.
kepemilikan sapi. Kemudian para 1993. Agro Industri Sapi Potong,
peternak perlu diberikan pengetahuan Prospek Pengembangan Pada PJPT
tentang bagaimana cara menghitung II. PT. Insan mitra Satya Mandiri.
pendapatan dari pemeliharaan ternak Yogyakarta.
sapi yang benar. Tawaf R., Sulaeman dan TS. Udiantono.
1993. Strategi Pengembangan
Industri Peternakan Sapi Potong
Berskala Kecil dan Menengah.
Proseding Agroindustri Sapi
Potong. PPA, Cides dan UQ. Jakarta

Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Bali di Kabupaten Muaro Jambi


22

Anda mungkin juga menyukai