Makalahpembahasan
Makalahpembahasan
PEMBAHASAN
Cairan ekstraseluler dibagi menjadi 3 bagian lagi yaitu cairan interstitial yang merupakan cairan
limfatik yang menempati ruang di sel tersebut. Cairan interstitial menempati 80 % dari cairan ekstraseluler
atau 5 % dari total berat badan. Cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20 % cairan
ekstraseluler atau 15 % dari total berat badan.Selain itu, ada juga cairan transelular yang termasuk cairan
gastrointestinal (GI), cairan empedu, urin, cairan serebrospinal, aqueous humour, cairan sendi, cairan
pleura, cairan peritoneum, dan cairan perikardial.
Zat terlarut yang ada di dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit.Non elektrolit adalah
zat terlarut yang tidak terlarut dan tidak bermuatan listrik yang terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen,
karbon dioksida dan asam-asam organik lainnya.Elektrolit tubuh terdiri dari natrium (Na+), kalium (K+),
kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+),klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), dan sulfat (SO42-).
Ion yang bermuatan positif disebut kation dan yang bermuatan negatif disebut anion.
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan
pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui
membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka
membran tersebut tidak permeable untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel
selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan
energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari
daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel
tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju
difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
2. Peningkatan permeabilitas
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan
konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah
ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air
akan menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang
volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/ zat pelarut dari
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi.
Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan
akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.Jumlah cairan yang keluar
sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas membran.
Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah
yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini
membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K
2.3 Patofisiologi
Edema, pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi ketika cairan dari bagian dalam
pembuluh darah merembes kedalam jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini dapat terjadi
karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh darah atau tidak ada cukup protein dalam aliran darah untuk
menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang tidak mengandung sel-sel darah) (3,4).
Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru. Area yang ada diluar
pembuluh darah kapiler paru ditempati oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut alveoli.
Ini adalah tempat dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan karbondioksida
dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli normalnya mempunyai
dinding yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan biasanya dijauhkan dari alveoli
kecuali dinding-dinding ini kehilangan integritasnya. Edema paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan
cairan yang merembes keluar dari pembuluh darah dalam paru sebagai ganti udara. Ini dapat menyebabkan
persoalan pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan oksigenasi
darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air di dalam paru” ketika menggambarkan kondisi
ini pada pasien (3,4).
Faktor-faktor yang membentuk dan merubah formasi cairan di luar pembuluh darah dan di dalam paru
di tentukan dengan keseimbangan cairan yang dibuat oleh Starling.
dimana Qf = aliran cairan transvaskuler; Kf = koefisien filtrasi; Pmv = tekanan hidrostatik pembuluh
kapiler; Ppmv = tekanan hidrostatik pembuluh kapiler intersisial; σ = koefisien refleksi osmosis; πmv =
tekanan osmotic protein plasma; πpmv = tekanan osmotic protein intersisial .
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru dapat terjadi pada Peningkatan tekanan vena paru tanpa
adanya gangguan fungsi ventrikel kiri (stenosis mitral); Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh
karena gangguan fungsi ventrikel kiri; Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder oleh karena peningkatan
tekanan arteri pulmonalis.
Penurunan tekanan onkotik plasma pada hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati,
atau penyakit nutrisi.
Peningkatan tekanan negatif interstisial pada pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi pleura
(unilateral); Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi saluran napas akut bersamaan dengan
peningkatan volume akhir ekspirasi (asma).
Secara patofisiologi penyakit dasar penyebab edema paru kardiak dibagi menjadi 3 kelompok :
Peningkatan afterload (Pressure overload) : terjadi beban yang berlebihan terhadap ventrikel pada saat
sistolik. Contohnya ialah hipertensi dan stenosis aorta; Peningkatan preload (Volume overload) : terjadi
beban yang berlebihan saat diastolik. Contohnya ialah insufisiensi mitral, insufisiensi aorta, dan penyakit
jantung dengan left-to-right shunt (ventricular septal defect); Gangguan kontraksi otot jantung primer : pada
infark miokard akut jaringan otot yang sehat berkurang, sedangkan pada kardiomiopati kongestif terdapat
gangguan kontraksi otot jantung secara umum.
Penyebab edema paru non kardiak secara patofisiologi dibagi menjadi : Peningkatan permeabilitas
kapiler paru (ARDS) : tenggelam, inhalasi bahan kimia, dan trauma berat; Peningkatan tekanan kapiler paru
: pada sindrom vena kava superior, pemberian cairan berlebih, dan transfusi darah; penurunan tekanan
onkotik plasma : sindrom nefrotik dan malnutrisi.