Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini
tumbuh subur di daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Palmae yang
diduga dari Pulau Jawa. Ternyata tidak hanya di Indonesia, salak juga dapat tumbuh
dan menyebar di Malaysia, Filipina, Brunei, dan Thailand (Soetanto, 2016).

Di Indonesia buah salak biasanya digunakan sebagai buah pencuci mulut yang
dimakan setelah makan, selain itu buah salak dapat di olah diolah dalam bentuk lain,
seperti; sari buah salak, dodol salak, keripik salak, manisan basah salak, dan masih
banyak lagi produk yang dapat diolah dari buah salak ini.

Meskipun produk yang dapat diolah dari buah salak ini beragam dan jumlahnya
sangat banyak tetapi berbanding terbalik dengan harganya yang murah seperti
contohnya di Kota Balikpapan. Masyarakat masih banyak orang yang kurang tertarik
untuk mencoba produk dari olahan buah salak padahal harga dari produk buah ini sudah
cukup murah, salah satu faktor penyebabnya ialah desain kemasan produk buah salah
yang kurang menarik. Desain kemasan itu sangatlah penting dalam sebuah industri
produk olahan, karena desain kemasan adalah hubungan antara bentuk, struktur, bahan,
warna, gambar, tipografi dan informasi dengan elemen desain tambahan untuk
membuat produk yang cocok untuk dipasarkan. Tujuan desain kemasan adalah untuk
memenuhi tujuan pemasaran dengan berkomunikasi secara khas kepada konsumen
mengenai personalitas atau fungsi produk dan menghasilkan suatu penjualan
(Klimchuk dan Krasovec, 2012:65). Selain itu desain kemasan pada produk buah salak
ini dapat diberi label informasi mengenai produsen pembuat produk olahan salak
tersebut, dan memberikan nilai tambah pada produk olahan salak itu sendiri. Berbagai
petunjuk tersebut harus dapat memberikan makna kepada konsumen untuk mengambil
keputusan pembelian.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan harga buah salak di Kota


Balikpapan relatif murah?

2. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai


ekonomis dari buah salak di Kota Balikpapan?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan harga buah salak di Kota


Balikpapan relatif murah

2. Merumuskan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai


ekonomis dari buah salak di Kota Balikpapan

1.4 Ruang Lingkup Lokasi Penelitian

Ruang lingkup lokasi dari penelitian ini adalah Jl. Poros Balikpapan - Samarinda,
Provinsi Kalimantan Timur. Dapat dilihat dari peta Kota Balikpapan berikut:
Sumber: balikpapan.go.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Salak

Tanaman salak (Salacca edulis) termasuk famili Palmae, hampir tidak berbatang,
tingginya 1,5 - 5 m, tegak, dan pelepahnya berduri. Tanaman salak adalah tanaman
asli Indonesia. Tanaman salak dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah,
tanahnya gembur, banyak mengandung bahan organik, dan ada naungan yang cukup.
Tanaman salak tidak tahan terhadap genangan air, maka bila dilakukan penyiraman
harus secukupnya saja.

Tanaman salah termasuk tanaman berumah dua, yakni pada satu tanaman hanya
jenis betina saja atau jantan saja. Penyerbukannya dapat terjadi karena angin atau
serangga. Agar tanaman salak dapat berbuah lebat, maka penyerbukannya perlu
dibantu manusia. (Soetanto, 2016)

2.1.1 Masa Panen Buah Salak

Musim buah paling banyak adalah selama 4 bulan yaitu pada bulan Desember,
Januari, April, dan Mei. Sedangkan, pada bulan-bulan selanjutnya salak tetap berbuah,
tetapi tidak lebat. Biasanya petani salak atau penebas mengetahui kapan saat yang
paling tepat untuk melakukan pemetikan buah salak yang sudah benar-benar tua tetapi
masih dalam keadaan keras. Buah salak yang sudah dimasak dapat diketahui dengan
berbagai cara, antara lain dengan cara dirasakan atau dimakan, dicium baunya, atau
dilihat warnanya (Soetanto, 2016)

2.1.2 Manfaat Buah Salak

Buah salak yang belum masak atau masih muda rasanya agak asam atau sepet.
Tetapi, buah salak yang sudah tua dan masak rasanya manis dan dapat dimakan
langsung sebagai buah segar. Disamping disajikan sebagai buah segar, buah salak
juga dapat disajikan dalam bentuk makanan olahan seperti manisan ataupun sirup.
Buah salak yang dijadikan manisan diambil dari buah salak yang sudah tua tetapi
masih keras. (Soetanto, 2016)

2.2 Standar Kualitas Buah

Kualitas buah salak sudah disusun kriteria standar mutu berdasarkan pada
karakteristik buah yang meliputi: keseragaman varietas, tingkat ketuaan, kekerasan
buah, kerusakan kulit buah, ukuran, jumlah buah busuk dan kebersihannya, mengacu
kepada SNI 01-3167-1992. Standar buah salak dikelompokkan dalam 2 kelas mutu,
yaitu mutu I dan mutu II. Masing-masing kelas mutu terbagi dalam 3 ukuran berat
buah, yaitu ukuran besar sekitar lebih dari 61gr dan ukuran sedang 33-60gr dan
ukuran kecil 32gr. Termasuk kelompok mutu I apabila buah seragam dan bebas
kotora. Sementara kelompok mutu II apabila buah boleh kurang seraga dan kulit buah
kurang utuh, tetapi tekstur buah cukup keras. Kesegaran buah salak dapat
dipertahankan lama dengan teknik pengemasan, pengolahan, dan penyimpanan yang
tepat. (Rukmana, 1999)

2.3 Olahan Buah Salak untuk Meningkatkan Nilai Ekonomis


Menurut Rukmana (1999) buah salak dapat diolah menjadi berbagai macam
olahan agar meningkatkan nilai ekonomisnya. Berikut adalah berbagai contoh olahan
buah salak:

1. Asinan Salak

Tata cara pembuatan asinan salak meliputi tahap-tahap aktivitas sebagai


berikut:

A. Pilih buah salak yang masih muda atau buah yang rasanya sepat

B. Kupas kulit buahnya atau tanpa dikupas, kemudian dicuci sampai bersih

C. Rendam buah salak dalam larutan air kapur 5% selama 2-3 jam
kemudian dicuci lagi sampai bersih

D. Rendam buah salak tadi dalam larutan air garam 20%-30% selama 3-4
hari. Hasil perendaman ini diperoleh produk asinan basah

E. Keluarkan buah salak dari tempat perendaman, kemudian segera


dijemur beberapa jam hingga cukup kering. Hasil akhir dari proses ini
diperoleh produk asinan kering

2. Manisan Salak

Tata cara pembuatan manisan salak meliputi tahap-tahap aktivitas sebagai


berikut:

1. Pilih buah salak yang masih muda atau buah yang rasanya sepat

2. Kupas kulit buah dan buang bijinya

3. Cuci buah salak sampai bersih

4. Rendam buah salak dalam air kapur selama 1-2 jam untuk
menghilangkan getahnya

5. Angkat buah salak dari perendaman kemudian cuci sampai bersih

6. Rendam lagi buah salak dalam larutan garam 20% selama 12 jam

7. Cuci kembali buah salak dengan air mendidih


8. Siapkan laruan gula yang terdiri dari 400gr gula dan 400cc air yang
didihkan

9. Dinginkan larutan gula tersebut dan rendam buah salak selama 24-36
jam

10. Angkat buah salak dari larutan gula dan jemur sampai setengah kering

11. Kemas atau bungkus manisan kering dalam kantong plasti sedangkan
manisan basah ditaruh dalam tabung gelas besar atau stoples

3. Buah dalam Sirup

Buah salak mudah rusak atau cepat busuk. Kerusakan buah dapat terjadi
akibat berbagai faktor sehingga buah tidak dapat disimpan lama dalam keadaan
segar. Pada saat panen raya, produksi buah salak sangat melimpah dan tingkat
kerusakan tinggi. Salah satu alternatif mengatasi masalah diatas adalah dengan
mengolah buah salak menjadi buah dalam sirup. Untuk proses pembuatannya,
dapat dilihat dari diagram sebagai berikut:

2.4 Pengemasan Produk Olahan

Pengertian Kemasan Packaging/kemasan, diartikan secara umum adalah bagian


terluar yang membungkus suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari
cuaca, guncangan dan benturan-benturan terhadap benda lain. Setiap bentuk barang
benda yang dibungkus suatu benda di dalamnya dapat disebut dengan
packaging/kemasan sejauh hal tersebut memang melindungi isinya. Dari bentuk,
ukuran, warna serta informasi yang ditampilkan pada kemasan dapat menimbulkan
daya tarik sehingga dapat dibandingkan dengan kemasankemasan sejenis lainnya.
Kemasan merupakan media untuk menancapkan citra merek kepada konsumen
sehingga konsumen mudah mengingat dan fanatik untuk memilih produk. Warna
adalah salah satu dari dua unsur yang menghasilkan daya tarik visual, dan
kenyataannya warna lebih berdaya tarik pada emosi dari pada akal. Warna pada
desain kemasan adalah perangsang paling penting yang menciptakan daya tarik visual.
Warna kemasan yang dipilih harus dapat menyampaikan sebuah pesan dan sesuai
dengan target sehingga dapat menarik pembeli (Klimchuk dan Krasovec, 2007).
Pengunaan warna merupakan pusat dari seluruh proses desain kemasan, tetapi harus
digunakan dengan suatu tujuan bukan semata-mata demi warna. Bentuk memiliki
beberapa pengertian dalam seni dan perancangan, bentuk seringkali digunakan untuk
mengambarkan struktur formal sebuah pekerjaan yaitu cara dalam menyusun dan
mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-bagian dari beberapa komposisi untuk
menghasilkan suatu gambaran yang nyata.

Setiap bahan makanan mempunyai daya tahan yang terbatas sebelum ia


mengalami proses pembusukan. Untuk itu berbagai cara dilakukan untuk
mempertahankan usia pakai dari bahan makanan, salah satu cara yang dilakukan
melalui pengemasan. terdapat berbagai bahan/material yang dapat digunakan sebagai
kemasan makanan. Pengunaan bahan yang tepat dapat mempertahankan usia pakai
dari bahan makanan, namun pengunaan bahan yang salah juga dapat mempercepat
usia pakai dari makanan tersebut, bahan bahkan dapat menimbulkan bahaya kesehatan
bagi konsumen makanan. Kemasan yang tepat dapat meningkatkan minat konsumen
serta membantu melindungi produk serta mempertahankan usia pakai dari bahan
makanan. Oleh karena itu, produk olahanbuah salak nantinya harus menggunakan
packaging yang tepat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana


menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Lexy J. Moleong yang mendefinisikan
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang f
dapat diamati. Dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu
penelitian yang melihat objek penelitian sebagai kesatuan yang terintegrasi,
penelahannya kepada satu kasus dan dilakukan secara intensif, mendalam,
mendetail dan komprehensif.

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun tugas ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu mengkaji objek yang mengungkapkan
fenomena-fenomena yang ada secara konsektual melaluai pengumpulan data
yang diperoleh, dengan melihat unsur-unsur sebagai satuan objek kajian yang
saling terkait selanjutnya mendiskripsikannya.

Alasan penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriktif adalah karena


untuk mengidentifikasi masalah yang urgent masih diperlukan pendalaman lebih
lanjut juga karena penelitian ingin mendapatkan data yang lebih lengkap, lebih
mendalam dan bermakna tentang permasalahan penelitian.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian berlokasi di Jl. Poros Balikpapan - Samarinda, Provinsi


Kalimantan Timur.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini diarahkan kepada pengungkapan pola pikir


yang digunakan penulis dalam menganalisis sasarannya atau dalam ungkapan lain
pendekatan adalah disiplin ilmu yang dijadikan acuan dalam menganalisis objek
yang di teliti sesuai dengan lokasi objek penelitian itu. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi melalui metode kesejahteraan sosial yaitu upaya


kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu
masyarakat dalam upaya meningkatkan wawasan masyarakat serta dalam bantuan
biaya untuk memanfaatkan potensi buah salak agar dapat meningkatkan nilai
ekonomisnya.

3.3 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer yaitu Sumber data yang di peroleh penulis di lapangan bersama
informan baik berupa wawancara maupun observasi langsung yaitu di sekitar
Kota Balikpapan

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang dikumpulkan untuk melengkapi data
primer yang diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian, jurnal yang berkaitan
dengan penelitian ini dan sifatnya melengkapi data primer seperti buku tentang
mitigasi bencana yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap


gejala-gejala yang di teliti. Observasi menjadi salah satu tekhnis pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan di catat secara
sistematis (Usman, 2008). Metode observasi yang akan digunakan penulis yakni
dengan pengamatan lingkungan lembaga yang akan diteliti yaitu bagaimana
upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis buah salak di Kota Balikpapan

2. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara


langsung oleh pewawancara (pengumpulan data) kepada informan, dan jawaban
informan dicatat atau direkam dengan alat perekam (Soehartono, 2008).

Wawancara digunakan untuk memperoleh suatu data, sehingga wawancara


tersebut dapat memungkinkan penulis untuk dapat mengetahui bagaimana upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis buah salak di Kota
Balikpapan

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data langsung di tempat


penelitian. Dokumentasi merupakan sumber data yang stabil, dimana
menunjukkan suatu fakta yang telah berlangsung. Untuk penelitian ini,
dokumentasi yang dapat digunakan adalah mengenai dokumentasi pengolahan
buah salak agar memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai dari:

1. Analisis Selama Pengumpulan Data

Biasanya dilakukan dengan triangulasi data. Kegiatan-kegiatan analisis data


selama pengumpulan data meliputi: menetapkan fokus penelitian, penyusunan
temuan-temuan sementara berdasarkan data yang terkumpul, pembuatan rencana
pengumpulan data berikutnya, penetapan sarana selanjutnya (informasi, situasi,
dan dokumen).

2. Reduksi Data
Dalam proses ini penulis dapat melakukan pemilihan data yang hendak
dikode mana yang dibuang dan mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa
yang sedang berkembang.

3. Penyajian Data

Menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan


kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yang sebenarnya adalah sebagian dari satu kegiatan


yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama kegiatan berlangsung
juga merupakan tinjauan ulang pada catatan lapangan yang ada.

BAB IV

ANALISIS & KESIMPULAN

4.1 Hasil Analisis

Dari pendekatan penelitian dan pengumpulan data yang telah dilakukan, hasil
analisis yang diperoleh adalah kurangnya wawasan masyarakat dalam pengolahan
buah salak agar dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta rasa takut para petani
buah salak untuk menaikkan harga jual dari buah salak dikarenakan mereka
beranggapan apabila mereka menaikkan harga maka minat konsumen untuk membeli
buah salak berkurang.
Selain itu, kurangnya fasilitas atau teknologi pendukung yang dapat membantu
dalam pengolahan buah salak agar dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta
kurangnya perhatian dari Pemerintah Kota Balikpapan dalam pemberdayaan petani
buah salak serta pembudidayaan dari buah salak itu sendiri.

4.2 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah melakukan pemberdayaan dan sosialisasi petani buah salak agar


mereka dapat mengolah buah salak menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis
tinggi. Secara tidak langsung, hal ini tentu dapat meningkatkan perekonomian di Kota
Balikpapan apabila menjadi komoditas unggulan dan dapat bersaing diluar.

2. Penerapan konsep One Village One Product (OVOP), yang bertujuan untuk
memajukan industri kecil apabila program pemberdayaan pengolahan buah salak
menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi akan dilakukan. Hal ini juga dapat
menjadi indikator branding produk

4.3 Kesimpulan

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan, masyarakat sebagai pelaksana, dan


pihak swasta, khususnya akademisi desain atau desainer professiona harus konsisten
dalam berpartisipasi bersama masyarakat dalam melaksanakan dan mengawasi
berjalannya program yang telah disusun, pengembangan desain produk olahan buah
salak memegang peranan yang sangat penting. Diperlukan peran desainer yang sangat
kuat untuk dapat mengembangkan desain yang dapat memahami kebutuhan pasar
sekaligus mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam pengolahan dan
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh industri.
DAFTAR PUSTAKA

Soetanto, Edy. “ Teknologi Tepat Guna Manisan Buah-Buahan “ 2016.


Jakarta

Rukmana, Rahmat. “ SALAK: Prospek Agribisnis dan Teknik Usaha Tani ”


1999. Yogyakarta: Kanisius.

https://journal.uc.ac.id/index.php/performa/article/download/346/315

Anda mungkin juga menyukai