Metlitreyhan
Metlitreyhan
PENDAHULUAN
Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini
tumbuh subur di daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Palmae yang
diduga dari Pulau Jawa. Ternyata tidak hanya di Indonesia, salak juga dapat tumbuh
dan menyebar di Malaysia, Filipina, Brunei, dan Thailand (Soetanto, 2016).
Di Indonesia buah salak biasanya digunakan sebagai buah pencuci mulut yang
dimakan setelah makan, selain itu buah salak dapat di olah diolah dalam bentuk lain,
seperti; sari buah salak, dodol salak, keripik salak, manisan basah salak, dan masih
banyak lagi produk yang dapat diolah dari buah salak ini.
Meskipun produk yang dapat diolah dari buah salak ini beragam dan jumlahnya
sangat banyak tetapi berbanding terbalik dengan harganya yang murah seperti
contohnya di Kota Balikpapan. Masyarakat masih banyak orang yang kurang tertarik
untuk mencoba produk dari olahan buah salak padahal harga dari produk buah ini sudah
cukup murah, salah satu faktor penyebabnya ialah desain kemasan produk buah salah
yang kurang menarik. Desain kemasan itu sangatlah penting dalam sebuah industri
produk olahan, karena desain kemasan adalah hubungan antara bentuk, struktur, bahan,
warna, gambar, tipografi dan informasi dengan elemen desain tambahan untuk
membuat produk yang cocok untuk dipasarkan. Tujuan desain kemasan adalah untuk
memenuhi tujuan pemasaran dengan berkomunikasi secara khas kepada konsumen
mengenai personalitas atau fungsi produk dan menghasilkan suatu penjualan
(Klimchuk dan Krasovec, 2012:65). Selain itu desain kemasan pada produk buah salak
ini dapat diberi label informasi mengenai produsen pembuat produk olahan salak
tersebut, dan memberikan nilai tambah pada produk olahan salak itu sendiri. Berbagai
petunjuk tersebut harus dapat memberikan makna kepada konsumen untuk mengambil
keputusan pembelian.
Tujuan dan sasaran yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ruang lingkup lokasi dari penelitian ini adalah Jl. Poros Balikpapan - Samarinda,
Provinsi Kalimantan Timur. Dapat dilihat dari peta Kota Balikpapan berikut:
Sumber: balikpapan.go.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman salak (Salacca edulis) termasuk famili Palmae, hampir tidak berbatang,
tingginya 1,5 - 5 m, tegak, dan pelepahnya berduri. Tanaman salak adalah tanaman
asli Indonesia. Tanaman salak dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah,
tanahnya gembur, banyak mengandung bahan organik, dan ada naungan yang cukup.
Tanaman salak tidak tahan terhadap genangan air, maka bila dilakukan penyiraman
harus secukupnya saja.
Tanaman salah termasuk tanaman berumah dua, yakni pada satu tanaman hanya
jenis betina saja atau jantan saja. Penyerbukannya dapat terjadi karena angin atau
serangga. Agar tanaman salak dapat berbuah lebat, maka penyerbukannya perlu
dibantu manusia. (Soetanto, 2016)
Musim buah paling banyak adalah selama 4 bulan yaitu pada bulan Desember,
Januari, April, dan Mei. Sedangkan, pada bulan-bulan selanjutnya salak tetap berbuah,
tetapi tidak lebat. Biasanya petani salak atau penebas mengetahui kapan saat yang
paling tepat untuk melakukan pemetikan buah salak yang sudah benar-benar tua tetapi
masih dalam keadaan keras. Buah salak yang sudah dimasak dapat diketahui dengan
berbagai cara, antara lain dengan cara dirasakan atau dimakan, dicium baunya, atau
dilihat warnanya (Soetanto, 2016)
Buah salak yang belum masak atau masih muda rasanya agak asam atau sepet.
Tetapi, buah salak yang sudah tua dan masak rasanya manis dan dapat dimakan
langsung sebagai buah segar. Disamping disajikan sebagai buah segar, buah salak
juga dapat disajikan dalam bentuk makanan olahan seperti manisan ataupun sirup.
Buah salak yang dijadikan manisan diambil dari buah salak yang sudah tua tetapi
masih keras. (Soetanto, 2016)
Kualitas buah salak sudah disusun kriteria standar mutu berdasarkan pada
karakteristik buah yang meliputi: keseragaman varietas, tingkat ketuaan, kekerasan
buah, kerusakan kulit buah, ukuran, jumlah buah busuk dan kebersihannya, mengacu
kepada SNI 01-3167-1992. Standar buah salak dikelompokkan dalam 2 kelas mutu,
yaitu mutu I dan mutu II. Masing-masing kelas mutu terbagi dalam 3 ukuran berat
buah, yaitu ukuran besar sekitar lebih dari 61gr dan ukuran sedang 33-60gr dan
ukuran kecil 32gr. Termasuk kelompok mutu I apabila buah seragam dan bebas
kotora. Sementara kelompok mutu II apabila buah boleh kurang seraga dan kulit buah
kurang utuh, tetapi tekstur buah cukup keras. Kesegaran buah salak dapat
dipertahankan lama dengan teknik pengemasan, pengolahan, dan penyimpanan yang
tepat. (Rukmana, 1999)
1. Asinan Salak
A. Pilih buah salak yang masih muda atau buah yang rasanya sepat
B. Kupas kulit buahnya atau tanpa dikupas, kemudian dicuci sampai bersih
C. Rendam buah salak dalam larutan air kapur 5% selama 2-3 jam
kemudian dicuci lagi sampai bersih
D. Rendam buah salak tadi dalam larutan air garam 20%-30% selama 3-4
hari. Hasil perendaman ini diperoleh produk asinan basah
2. Manisan Salak
1. Pilih buah salak yang masih muda atau buah yang rasanya sepat
4. Rendam buah salak dalam air kapur selama 1-2 jam untuk
menghilangkan getahnya
6. Rendam lagi buah salak dalam larutan garam 20% selama 12 jam
9. Dinginkan larutan gula tersebut dan rendam buah salak selama 24-36
jam
10. Angkat buah salak dari larutan gula dan jemur sampai setengah kering
11. Kemas atau bungkus manisan kering dalam kantong plasti sedangkan
manisan basah ditaruh dalam tabung gelas besar atau stoples
Buah salak mudah rusak atau cepat busuk. Kerusakan buah dapat terjadi
akibat berbagai faktor sehingga buah tidak dapat disimpan lama dalam keadaan
segar. Pada saat panen raya, produksi buah salak sangat melimpah dan tingkat
kerusakan tinggi. Salah satu alternatif mengatasi masalah diatas adalah dengan
mengolah buah salak menjadi buah dalam sirup. Untuk proses pembuatannya,
dapat dilihat dari diagram sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun tugas ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu mengkaji objek yang mengungkapkan
fenomena-fenomena yang ada secara konsektual melaluai pengumpulan data
yang diperoleh, dengan melihat unsur-unsur sebagai satuan objek kajian yang
saling terkait selanjutnya mendiskripsikannya.
1. Pendekatan Komunikasi
1. Data Primer
Data primer yaitu Sumber data yang di peroleh penulis di lapangan bersama
informan baik berupa wawancara maupun observasi langsung yaitu di sekitar
Kota Balikpapan
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang dikumpulkan untuk melengkapi data
primer yang diperoleh dari buku-buku, hasil penelitian, jurnal yang berkaitan
dengan penelitian ini dan sifatnya melengkapi data primer seperti buku tentang
mitigasi bencana yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai dari:
2. Reduksi Data
Dalam proses ini penulis dapat melakukan pemilihan data yang hendak
dikode mana yang dibuang dan mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa
yang sedang berkembang.
3. Penyajian Data
BAB IV
Dari pendekatan penelitian dan pengumpulan data yang telah dilakukan, hasil
analisis yang diperoleh adalah kurangnya wawasan masyarakat dalam pengolahan
buah salak agar dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta rasa takut para petani
buah salak untuk menaikkan harga jual dari buah salak dikarenakan mereka
beranggapan apabila mereka menaikkan harga maka minat konsumen untuk membeli
buah salak berkurang.
Selain itu, kurangnya fasilitas atau teknologi pendukung yang dapat membantu
dalam pengolahan buah salak agar dapat memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta
kurangnya perhatian dari Pemerintah Kota Balikpapan dalam pemberdayaan petani
buah salak serta pembudidayaan dari buah salak itu sendiri.
4.2 Rekomendasi
2. Penerapan konsep One Village One Product (OVOP), yang bertujuan untuk
memajukan industri kecil apabila program pemberdayaan pengolahan buah salak
menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi akan dilakukan. Hal ini juga dapat
menjadi indikator branding produk
4.3 Kesimpulan
https://journal.uc.ac.id/index.php/performa/article/download/346/315