Anda di halaman 1dari 23

“SISTEM IRIGASI DAN STANDAR KUALITAS AIR IRIGASI”

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait sistem irrigasi, untuk itu
dari masing-masing peraturan berikut sebutkan Hak, Kewajiban dan sangsi petani atau pengusaha
di bidang pertanian bila melanggar peraturan-peraturan berikut:

a. Undang-undang No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Ø Hak petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Hak untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok untuk memenuhi kehidupannya yang
sehat, bersih, dan produktif.

 Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan
bagi pertanian rakyat untuk sistem irigasi.

 Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari
Pemerintah berdasrkan kewenangannya,untuk dapat mengalirkan air di atas tanah orang
lain berdasarkan persetujuan.

 Hak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air;

 Hak untuk memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya sebagai
akibat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air;

 Hak untuk memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air;

 Hak untuk menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan sumber daya air yang
sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat;

Ø Kewajiban

 Kewajiban setiap warga atau orang utuk mengelola sumber daya air untuk mendaptkan
kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduandan keserasian, keadilan,
kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

 Kewajiban setiap orang untuk mengelola sumber daya air untuk mewujudkan kemakmuran
rakyat.

 Kewajiban pemilik hak usaha air untuk melakukan kegiatan dan memperhatikan untuk:
1. Pemeliharaan dengan memperhatiakn kelangsungan fungsi resapan air dan daerah
tangkapan air.

2. Pengendalian terhadap pemanfaatan sumber air

3. Pengisian air kembali pada sumber air.

4. Pengaturan terhadap prasarana dan sarana sanitasi.

5. Perlindungan sumber air dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada
sumber air.

6. Pengendalian terhadap pengolahan tanah di daerah hulu;

7. Pengaturan daerah sempadan sumber air;

8. Rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau

9. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.

Ø Sangsi petani atau pengusaha di bidang pertanian

 Bagi penguna sumber air dalam pemenuhan kebutuhannya atas sumber air menimbulkan
kerusakan pada sumber air dan lingkungan atau prasarana umum wajib untuk mengganti
kerugian

 Bagi penguna sumber air dalam pemenuhan kebutuhannya atas sumber air
menimbulkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air,
dan/atau mengakibatkan pencemaran air Dipidana dengan pidana penjara paling lama 9
(sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah).

 Bagi penguna sumber air dalam pemenuhan kebutuhannya atas sumber air
menimbulkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumber air serta
kerusakan prasarana. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

 Bagi penguna sumber air dalam pemenuhan kebutuhannya atas sumber air melakukan
pengusahaan sumber daya air tanpa izin dari pihak yang berwenang. Dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)

b. Peraturan Pemerintah No 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Ø Hak petani atau pengusaha di bidang pertanian:


 Hak setiap orang untuk mendapatkan air guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan
produktif.

 Hak guna pakai air yang diperoleh tanpa izin hanya diperuntukkan pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem
irigasi yang sudah ada.

 Hak usah air untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.

 Pemegang izin penggunaan sumber daya air berhak:

1. Untuk menggunakan air, sumber air, dan/atau daya air sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam izin; dan

2. Untuk membangun sarana dan prasarana sumber daya air dan bangunan lain sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam izin.

Ø Kewajiban petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Setiap orang yang memiliki izin dalam penggunaan sumber daya air wajib untuk membayar
biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan membayar kewajiban keuangan lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan

 Setiap orang yang memiliki izin dalam penggunaan sumber daya air wajib untuk melindungi
dan memelihara kelangsungan fungsi sumber daya air.

 Setiap orang yang memiliki izin dalam penggunaan sumber daya air wajib untuk dmelindungi
dan mengamankan prasarana sumber daya air

 Setiap orang yang memiliki izin dalam penggunaan sumber daya air wajib untuk melakukan
usaha pengendalian dan pencegahan terjadinya pencemaran air.

 Setiap orang yang memiliki izin dalam penggunaan sumber daya air wajib untuk melakukan
perbaikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan yang ditimbulkan.

 Setiap orang yang memiliki izin dalam penggunaan sumber daya air wajib untuk memberikan
akses untuk penggunaan sumber daya air dari sumber air yang sama bagi pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.

Ø Sanksi petani atau pengusaha di bidang pertanian:


 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a) Peringatan Tertulis;

b) Penghentian Sementara Pelaksanaan Seluruh Kegiatan; Dan

c) Pencabutan Izin

c. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, Tentang : Sungai

Ø Hak petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak memanfaatkan air sungai sebagai sumber
untuk kegiatan irigasi.

 Petani atau pengusaha di bidang pertanian berhak untuk melakukan eksploitasi dan
pembuatan bangunan sungai dengan izin dari pemerintah atau pihak yang berwenang.

Ø Kewajiban petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya,
dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.

 Masyarakat wajib ikut serta menjaga kelestarian rambu-rambu dan tanda-tanda pekerjaan
dalam rangka pembinaan sungai.

 Petani atau pengusaha di bidang pertanian wajib mengelola bangunan sungai yang telah
dibuatnya sesuai dengan pedoman pengoperasian waduk yang ditetapkan oleh Menteri dan
ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Ø Sanksi petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Dipidana berdasarkan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 dan


peraturan perundang-undangan lainnya:
1. Barangsiapa untuk keperluan usahanya hanya melakukan pembangunan bangunan sungai
tanpa ijin sebagaimana diatur dalam Pasal 12 ayat (2) dan Pasal 15 ayat (3),

2. Barangsiapa melakukan pengusahaan sungai dan bangunan sungai tanpa ijin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3),

3. Barangsiapa mengubah aliran sungai, mendirikan,mengubah atau membongkar bangunan-


bangunan di dalam atau melintas sungai, mengambil dan menggunakan air sungai untuk
keperluan usahanya yang bersifat komersil tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,
Pasal 26 dan Pasal 27,

4. Barangsiapa membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun berupa


limbah ke dalam maupun di sekitar sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27.

d. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010, Tentang : Bendungan

Ø Hak petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Berhak untuk memperoleh informasi mengenai rencana pembangunan bendungan dan


pengelolaan bendungan beserta waduknya;

 Berhak untuk menyatakan keberatan terhadap rencana pembangunan bendungan dan


pengelolaan bendungan beserta waduknya yang sudah diumumkan disertai alasannya;

 Berhak untuk memperoleh manfaat atas pembangunan bendungan dan pengelolaan


bendungan beserta waduknya;

 Berhak untuk mengajukan pengaduan kepada pembangun bendungan atau pengelola


bendungan atas kerugian yang menimpa dirinya berkaitan dengan penyelenggaraan
pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya; dan/atau

 Berhak untuk mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah akibat
pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya yang merugikan
kehidupannya.

Ø Kewajiban petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Pengisian awal waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan berdasarkan izin
pengisian awal waduk.
 Bendungan yang tidak mempunyai manfaat lagi atau terjadi kegagalan bendungan yang
mengancam keselamatan masyarakat, Pemilik bendungan wajib melakukan penghapusan
fungsi bendungan.

 Dalam mempertahankan fisik bendungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemilik
bendungan wajib menjaga, memelihara, dan mempertahankan keamanan bendungan serta
lingkungannya.

Ø Sanksi petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Pembangun bendungan tanpa izin dikenai sanksi berupa penghentian pelaksanaan


konstruksi oleh Menteri.

 Pembangun bendungan yang tidak melakukan pelaksanaan konstruksi dikenai sanksi berupa
pencabutan izin pelaksanaan konstruksi oleh Menteri.

 Pembangun bendungan yang melakukan pengisian awal waduk tanpa izin dikenai sanksi
berupa penghentian pengisian awal waduk oleh Menteri.

 Pengelola bendungan yang tidak melakukan perubah struktur bendungan atau tidak
melakukan rehabilitasi bendungan dikenai sanksi berupa pencabutan izin operasi
bendungan.

 Pengelola bendungan yang melakukan perubahan atau rehabilitasi bendungan tanpa izin
dikenai sanksi berupa penghentian kegiatan pelaksanaan perubahan bendungan atau
rehabilitasi bendungan.

e.Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2008 tentang Air Tanah

Ø Hak petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Hak guna air dari pemanfaatan air tanah adalah hak guna air untuk memperoleh dan
memakai atau mengusahakan air tanah untuk berbagai keperluan.

 Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah adalah hak untuk memperoleh dan memakai
air tanah.

 Hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah adalah hak untuk memperoleh dan
mengusahakan air tanah.

 Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari bagi perseorangan ditentukan sebagai berikut:
1. Penggunaan air tanah dari sumur bor berdiameter kurang dari 2 (dua) inci (kurang dari 5
cm);

2. Penggunaan air tanah dengan menggunakan tenaga manusia dari sumu rgali; atau

3. Penggunaan air tanah kurang dari 100 m3/bulan per kepala keluarga dengan tidak
menggunakan system distribusi terpusat.

 Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pertanian rakyat
ditentukan sebagaiberikut:

1. sumur diletakkan di areal pertanian yang jauh dari pemukiman;

2. pemakaian tidak lebih dari 2 (dua) liter per detik per kepala keluarga dalam hal air
permukaan tidak mencukupi; dan

3. debit pengambilan air tanah tidak mengganggu kebutuhan pokoksehari-hari masyarakat


setempat.

Ø Kewajiban petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Melindungi dan melestarikan kondisi dan lingkungan serta fungsi air tanah.

 Melindungi dan melestarikan air tanah sebagaimana Menteri, gubernur,atau


bupati/walikota sesuai kewenangannya menetapkan kawasan lindung air tanah.

 Pelaksanaan perlindungan dan pelestarian air tanah dilakukan dengan:

1. Menjaga daya dukung dan fungsi daerah imbuhan air tanah;

2. Menjaga daya dukung akuifer; dan/atau

3. Memulihkan kondisi dan lingkungan air tanah pada zona kritis dan zona rusak.

 Untuk menjaga daya dukung dan fungsi daerah imbuhan air tanah dilakukan dengancara:
1. Mempertahankan kemampuan imbuhan air tanah;

2. Melarang melakukan kegiatan pengeboran, penggalian atau kegiatan lain dalam radius 200
(duaratus) meter dari lokasi pemunculan mata air; dan

3. Membatasi penggunaan air tanah, kecuali untuk pemenuhan kebutuhan pokoksehari-hari.

 Untuk memulihkan kondisi dan lingkungan air tanah pada zona kritis dan zona rusak
dilakukan dengan cara:

1. Melarang pengambilan air tanah baru dan mengurangi secara bertahap pengambilan air
tanah baru pada zona kritis air tanah;

2. Melarang pengambilan air tanah pada zona rusak air tanah; dan

3. Menciptakan imbuhan buatan.

Ø Sanksi petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Sanksi administratif berupa peringatan tertulissebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat


(2) huruf adikenakan kepada pemegang izin yang melakukanpelanggaran ketentuan
sebagaimana dimaksud dalamPasal 67, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 77 atau Pasal 78.

 Sanksi administratif berupa peringatan tertulissebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikenakansebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut masingmasinguntuk jangka waktu 1
(satu) bulan.

 Pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajibannyasetelah berakhirnya jangka waktu


peringatan tertulisketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakansanksi
penghentian sementara seluruh kegiatan.

 Sanksi administratif berupa penghentian sementaraseluruh kegiatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3)dikenakan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan.

f. Perturan Pemerintah No 77 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi

Ø Hak petani atau pengusaha di bidang pertanian:


 Petani pemakai air dapat membentuk perkumpulan petani pemakai air sampai tingkat
daerah irigasi sebagai lembaga yang berwenang untuk mengatur pengelolaan daerah irigasi
sebagai satu kesatuan pengelolaan.

 Apabila terjadi hambatan dalam kepengurusan perkumpulan petani pemakai air yang
menyebabkan tidak berfungsinya perkumpulan petani pemakai air sebagai pengelola irigasi,
maka Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi penyelesaian permasalahan perkumpulan
petani pemakai air tersebut.

 Hak guna air irigasi diberikan oleh Bupati/Walikota, Gubernur, dan Menteri sesuai dengan
kewenangannya kepada perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, badan
hukum, badan sosial, perorangan, dan pemakai air irigasi untuk keperluan lainnya pada
setiap sumber air yang dimanfaatkan

 Hak guna air irigasi diberikan terutama untuk kepentingan pertanian dengan tetap
memperhatikan kepentingan usaha lainnya.

 Hak guna air irigasi diberikan berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air pada daerah
pelayanan tertentu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Ø Kewajiban petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Perkumpulan petani pemakai air memiliki wewenang, tugas, dan tanggung jawab dalam
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di wilayah kerjanya.

 Dalam menyelenggarakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang berfungsi


multiguna, perkumpulan petani pemakai air melakukan koordinasi dengan para pemakai air
irigasi untuk keperluan lainnya melalui forum koordinasi daera hirigasi.

 Dalam rangka operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, perkumpulan petani pemakai air,
badan hukum, badan sosial, perorangan, dan pemakai air irigasi untuk keperluan lainnya
bersama-sama Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan pengamanan jaringan
irigasi untuk menjamin kelangsungan fungsinya.

 Dalam rangka pemanfaatan asset jaringan irigasi, perkumpulan petani pemakai air bersama
masyarakat menjaga dan mengawasi keberadaan jaringan irigasi agar dapat memberikan
pelayanan yang optimal bagi seluruh pengguna air irigasi, dengan memperhatikan
keberlanjutan jaringan irigasi dan kelestarian lingkungan.

 Pemanfaatan asset jaringan irigasi dilaksanakan oleh perkumpulan petani pemakai air
melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
Ø Sanksi petani atau pengusaha di bidang pertanian:

 Untuk menghindari kehilangan air, Pemerintah Daerah berwenang menetapkan larangan


membuat galian pada jarak tertentu di luar garis sempadan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1).

 Dilarang mendirikan, mengubah ataupun membongkar bangunan-bangunan lain yang


berada di dalam, di atas, maupun yang melintasi saluran irigasi, kecuali dengan izin
Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

2. Pemerintah telah mengeluarkan standar kualitas Air Irigasi berdasarkan Peraturan


Pemerintah No 82 tahun 2001 (lihat di bahan kuliah yang bersama tugas ini) , untuk itu dari
standar tersebut, melalui studi literatur deskripsikan teknik mengukur masing-masing
standar kualitas air irrigasi baik secara Fisika, Kimia Anorganik, Mikrobiologi, Kimia Organik
(DDT saja). Mengapa kualitas tersebut penting bagi pertanian?

Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu. Syarat yang ditetapkan
sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung tujuan penggunaan, sebagai contoh, air yang
digunakan untuk irigasi memiliki standar mutu yang berbeda dengan air untuk dikonsumsi. Kualitas
air dapat diketahui nilainya dengan mengukur peubah fisika, kimia dan biologi (Rahayu,dkk, 2009).

Klasifikasi dan kriteria kualitas air di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, kualitas air diklasifikasikan menjadi empat kelas
yaitu:

Kelas I : dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan konsumsilainnya

Kelas II :dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan dan mengairi tanaman

Kelas III :dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman

Kelas IV : dapat digunakan untuk mengairi tanaman


Secara sederhana, kualitas air dapat diduga dengan melihat kejernihannya dan mencium baunya.
Namun ada bahan-bahan pencemar yang tidak dapat diketahui hanya dari bau dan warna,
melainkan harus dilakukan serangkaian pengujian. Hingga saat ini, dikenal ada dua jenis pendugaan
kualitas air yaitu fisik-kima dan biologi.

a) Monitoring kualitas air secara fisik

Monitoring kualitas air secara fisik dapat dilakukan dengan mengukur peubah-peubahnya seperti
suhu, muatan sedimen, kecepatan aliran, ukuran batuan dasar sungai, turbiditas/kekeruhan, warna,
bau, keadaan kanopi dan jenis vegetasi di sekitar sungai. Peubah-peubah yang digunakan
pada pemantauan fisik merupakan informasi pendukung dalam penentuan kualitas air secara kimia
dan biologi (Rahayu,dkk, 2009).

· Prosedur Pengukuran

Semua peubah fisik dapat diukur langsung di lapangan. Prosedur pengukuran untuk masing-masing
peubah adalah sebagai berikut:

a. Suhu

Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu air adalah termometer standar(tidak perlu
menggunakan termometer khusus pengkur air). Langkah dalam pengukuran suhu adalah:

a) Catat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air

b) Masukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit

c) Baca suhu saat termometer masih di dalam air, atau secepatnya setelah dikeluarkan dari dalam
air

d) Ukur suhu di dua titik yang berbeda (kurang lebih berjarak 1 km dari titik awal atau tergantung
panjang sungai) untuk mengetahui perbedaan suhu di sungai tersebut.

b.Pengukuran lebar, kedalaman dan kecepatan aliran air

Pengukuran lebar, kedalaman dan kecepatan aliran air sungai telah diterangkan secara rinci pada
Bab II dari buku ini mengenai Pengukuran Parameter Hidrologi.Dengan melakukan pengukuran profil
sungai, maka luas penampang sungai dapat diketahui. Luas penampang sungai (A) merupakan
penjumlahan seluruh bagian penampang sungai yang diperoleh dari hasil perkalian antara interval
jarak horisontal dengan kedalaman air atau dapat dituliskan sebagaiberikut:

dimana:

L=lebar penampang horisontal (m); D=Kedalaman (m)

A(m )2= L1D1 + L 2D2 + .........LnDn


Kecepatan aliran merupakan hasil bagi antara jarak lintasan dengan waktu tempuh atau dapat
dituliskan dengan persamaan:

dimana:V = kecepatan (m/detik); L=panjang lintasan (m); t = waktu tempuh (detik)

v = L/t

Kecepatan yang diperoleh dari metode ini merupakan kecepatan maksimal sehingga perlu dikalikan
dengan faktor koreksi kecepatan. Pada sungai dengan dasar yang kasar faktor koreksinya sebesar
0.75 dan pada dasar sungai yang halus faktor koreksinya 0.85, tetapi secara umum faktor koreksi
yang dipergunakan adalah sebesar 0.65.

c.Penutupan permukaan (kanopi) sungai

Penutupan kanopi dihitung dalam satuan persen. Langkah-langkah dalam menghitung persentase
penutupan kanopi adalah:

o Tentukan plot contoh berukuran minimal 400 m pada bagian sungai. Lebar plot contoh
mengikuti lebar sungai, sementara ukuran panjang disesuaikan sehingga memperoleh luasan
minimal 400 m

o Hitung persentase kanopi vegetasi yang menutupi permukaan badan sungai pada plot contoh

o Hitung luas plot contoh, lalu bandingkan antara persen kanopi yang menutupi sungai dengan
luas plot. Secara sederhana dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

CC ( % ) = AV/AP x 100%

dimana: CC=penutupan kanopi (%); AV=luas area yang tertutup vegetasi (m2 ); AP=luas plot (m2 )

b) Monitoring kualitas air secara kimia

Peubah-peubah yang diamati pada monitoring kualitas air secara kimia adalah keasaman (pH),
oksigen terlarut, daya hantar listrik, kandungan nitrat, nitrit, amonia, fosfat, keberadaan bakteri dan
kandungan bahan kimia lainnya sesuai dengan penggunaan air. Sebagian besar peubah
dalam monitoring kualitas air secara kimia hanya dapat diketahui di laboratorium, karena
memerlukan analisa tertentu. Pengukuran kualitas air berdasarkan peubah kimia telah menjadi
standar umum untuk mengetahui kualitas air karena:

· Hasil pengukuran secara langsung dapat menunjukkan jenis bahan pencemar yang
menyebabkan penurunan kualitas air
· Hasil pengukuran berupa nilai kuantitatif yang dapat dibandingkan dengan nilai ambang batas
anjuran sehingga dapat menunjukkan tingkat pencemaran yang terjadi.

Meskipun demikian, pengukuran peubah kimia memiliki keterbatasan yaitu:

· Memerlukan biaya yang relatif mahal dan harus dilakukan di laboratorium

· Hasil pengukuran bersifat sesaat, karena hanya mewakili saat pengambilan contoh saja. Oleh
karena itu, pengukuran harus dilakukan secara berulang-ulang dalam seri waktu

· Belum ada standarisasi teknik analisis, sehingga antara laboratorium satu dengan lainnya
menggunakan cara yang berbeda-beda dan tentunya akan memberikan hasil yang berbeda-beda
pula

· Belum ada standarisasi nilai ambang batas jenis-jenis bahan pencemar yang diperbolehkan,
sehingga masing-masing negara memiliki nilai ambang batas yang berbeda-beda (Rahayu,dkk, 2009).

Prosedur pengukuran

Umumnya, peubah dalam monitoring kualitas air secara kimia hanya dapat diukur di
laboratorium, kecuali pH. Namun dengan berkembangnya teknologi, beberapa peubah dapat diukur
langsung di lapangan menggunakan bahan kimia penguji dalam bentuk tablet yang telah tersedia
dan dikenal dengan nama 'water test kit'. Akan tetapi bahan tersebut hanya tersedia di tempat-
tempat tertentu dan harganya relatif mahal.Sebelum melakukan pengujian, tentunya harus
dilakukan pengambilan contoh air.Contoh air yang telah diambil, selanjutnya akan diuji secara kimia
untuk beberapa peubah yang diperlukan dalam monitoring kualitas air seperti pH, Nitrat, Fosfat, DO,
BOD dan Coliform.

Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan 'water test kit' atau membawa contoh air
untuk diuji di laboratorium.Pengujian variabel kimia air seperti pH, Nitrat, Fosfat, DO dan BOD
menggunakan 'water test kid' dapat dilakukan sesuai dengan petunjuk yang tertera pada peralatan
tersebut.Sementara itu, pengujian pH dapat juga dilakukan dengan menggunakan kertas indikator
pH (kertas lakmus) atau bahan khusus penguji pH yang tersedia di toko kimia. Cara pengukurannya
adalah:

· Siapkan gelas ukur/tabung untuk pengujian, cuci tabung dan isi dengan air yang akan diuji

· Celupkan kertas lakmus ke dalamnya, biarkan beberapa saat sampai terjadi perubahan warna.
Bandingkan warna kertas lakmus dengan warna standar

· Catat pH sesuai dengan warna standar

c) Monitoring kualitas air secara biologi (Biomonitoring)

Biomonitoring adalah monitoring kualitas air secara biologi yang dilakukan dengan melihat
keberadaan kelompok organisme petunjuk (indikator) yang hidup di dalam air. Kelompok organisme
petunjuk yang umum digunakan dalam pendugaan kualitas air adalah:
· Plankton: mikroorganisme yang hidup melayang-layang di dalam air

· Periphyton: alga, cyanobacter, mikroba dan detritus yang hidup di dalam air

· Mikrobentos: mikroorganisme yang hidup di dalam atau di permukaan air

· Makrobentos: makroinvertebrata yang hidup di dalam atau di permukaan air

· Makrophyton: tumbuhan air

· Nekton: ikan

Kelompok tersebut digunakan dalam pendugaan kualitas air karena dapat mencerminkan pengaruh
perubahan kondisi fisik dan kimia yang terjadi di perairan dalam selang waktu tertentu. Namun,
metode ini memiliki beberapa kelemahan antara lain:

a. Tidak dapat mengidentifikasi penyebab perubahan yang terjadi

b. Hasil pendugaan menunjukkan kualitas air secara ekologi tetapi tidak dapat menunjukkan
adanya bahan patogen atau organisme berbahaya lainnya

c. Hanya dapat dilakukan oleh orang yang mengerti tentang biologi perairan ataupun orang yang
telah dilatih, karena harus mengidentifikasi secara taksonomi kelompok-kelompok organisme
petunjuk.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi kualitas air yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan
penggabungan antara pemantauan kualitas air secara fisik-kimia dan biologi (Rahayu,dkk, 2009).

3. Kualitas Air di sepanjang Sungai Brantas telah di lakukan monitoring secara periodik oleh
Perum Jasa Tirta, tetapkan wilayah pengairan yang tidak memenuhi standar air
irrigasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 , dari masing-masing periode
pengamatan. Beri penjelasan bila kualitas air tersebut tidak meneuhi standar air irrigasi apa
pengaruh terhadap produksi pertanian dan ekosistemnya.

Kriteria mutu air sesuai rencana pendayagunaan air didasarkan pada hasil pengkajian penggunaan
air. Penanggulangan pencemaran air dilakukan dalam upaya mencegah meluasnya pencemaran pada
sumber air melalui pengendalian debit air pada sumber air dan melokalisasi sumber pencemaran
pada sumber air.

Masuknya suatu unsur pencemaran ke dalam sumber-sumber air yang tidak jelas tempat masuknya
dan secara teknis tidak dapat ditetapkan baku mutu air limbah, dikendalikan pada faktor
penyebabnya.

Berdasarkan pada Undang – Undang No. 82 tahun 2001, menyebutkan bahwa, upaya pengelolaan
kualitas air dilakukan pada :

1. Sumber air yang terdapat di dalam hutan lindung;


2. Mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan

3. Akuifer air tanah dalam.

Kualitas Air Sungai di Wilayah Brantas Hasil Pemantauan Laboratorium PJT-I

Januari - Maret 2010

DO BOD COD
No Lokasi Keterangan
(mg/L) (mg/L) (mg/L)

Min Max Min Max Min Max

Jembatan memenuhi standar air


1. 6.50 8.00 9.20 12.65 29.14 45.17
Bumiayu irrigasi

Kedung memenuhi standar air


2. 7.40 8.50 9.45 21.78 28.12 78.45
Pedaringan irrigasi

3. Waduk tidak memenuhi standar


4.30 8.20 2.45 1440.00 7.21 80.19
Sengguruh air irrigasi

4. Jembatan memenuhi standar air


6.70 7.80 6.10 21.13 16.14 61.18
Sengguruh irrigasi

Waduk
Sutami hulu tidak memenuhi standar
5. 4.60 10.00 1.15 820.00 2.47 47990.00
air irrigasi

Waduk
Sutami tidak memenuhi standar
6. 2.50 10.30 < 1.6 690.00 4.38 31.15
tengah air irrigasi

Waduk tidak memenuhi standar


7. 1.60 9.80 < 1.6 660.00 3.60 13760.00
Sutami hilir air irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


8. 3.20 4.00 1.05 11.05 2.31 42.55
Kalipare irrigasi

Jembatan tidak memenuhi standar


9. 4.00 5.50 0.65 430.00 1.66 13760.00
Kesamben air irrigasi
Waduk memenuhi standar air
10. 4.20 5.00 < 1.6 11.25 2.16 33.97
Wlingi D/S irrigasi

Waduk memenuhi standar air


11. 7.10 8.40 2.45 13.40 7.26 38.97
Lodoyo D/S irrigasi

Pakel tidak memenuhi standar


12. 5.20 7.30 1.90 350.00 5.77 31.96
Tambangan air irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


13. 4.90 4.90 < 1.6 -1.60 3.30 3.30
Ngujang irrigasi

Bendung
memenuhi standar air
14. Mrican 5.20 60.00 3.25 15.38 9.93 55.15
irrigasi

15. Jembatan 6.90 7.20 3.05 11.15 9.76 37.29 memenuhi standar air
Mengkikis irrigasi

Ngrombot memenuhi standar air


16. 6.10 6.70 1.96 6.20 5.72 20.59
Tambangan irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


17. 6.10 6.60 2.96 11.35 6.70 39.81
Ploso irrigasi

Jembatan
memenuhi standar air
18. Padangan 6.70 6.70 3.45 3.45 13.65 13.65
irrigasi

Bendung memenuhi
19. Lengkong 6.10 6.60 3.11 7.59 10.17 24.87
Baru standar air irrigasi

April - Juni 2010

DO BOD COD
No Lokasi Keterangan
(mg/L) (mg/L) (mg/L)

Min Max Min Max Min Max

Jembatan memenuhi standar air


1. 5.60 9.50 4.90 19.65 15.45 58.28
Bumiayu irrigasi
Kedung memenuhi standar air
2. 6.20 9.70 6.50 20.25 20.33 78.45
Pedaringan irrigasi

3. Waduk tidak memenuhi standar


5.40 9.60 3.70 27.00 12.91 80.19
Sengguruh air irrigasi

4. Jembatan memenuhi standar air


6.60 8.90 1.80 21.13 4.46 61.18
Sengguruh irrigasi

Waduk memenuhi standar air


5. 5.00 9.20 0.75 7.50 1.41 24.96
Sutami hulu irrigasi

Waduk
memenuhi standar air
6. Sutami 3.10 9.60 1.35 9.20 2.34 31.15
irrigasi
tengah

Waduk memenuhi standar air


7. 1.40 10.70 1.25 18.45 2.75 52.44
Sutami hilir irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


8. 3.20 4.50 1.85 15.33 3.27 48.02
Kalipare irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


9. 4.40 8.90 0.75 10.30 1.68 31.80
Kesamben irrigasi

Waduk Wlingi memenuhi standar air


10. 5.00 7.80 1.05 11.25 2.46 33.97
D/S irrigasi

Waduk memenuhi standar air


11. Lodoyo D/S 5.70 7.60 2.05 13.40 4.49 38.97
irrigasi

Pakel memenuhi standar air


12. 5.20 7.60 3.15 10.75 9.64 34.57
Tambangan irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


13. 6.80 6.80 1.40 1.40 3.93 3.93
Ngujang irrigasi

Bendung memenuhi standar air


14. 4.80 7.20 1.45 17.83 3.88 58.53
Mrican irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


15. 6.60 7.20 2.95 11.15 8.96 37.29
Mengkikis irrigasi

Ngrombot memenuhi standar air


16. 6.20 6.60 4.43 5.17 13.64 20.59
Tambangan irrigasi

17. 6.00 6.50 4.91 11.35 21.00 39.81


Jembatan memenuhi standar air
Ploso irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


18. 6.20 6.70 1.62 10.19 7.18 56.24
Padangan irrigasi

Bendung
memenuhi standar air
19. Lengkong 6.10 6.70 2.92 7.08 10.17 36.06
irrigasi
Baru

Juli - September 2010

DO BOD COD
No Lokasi Keterangan
(mg/L) (mg/L) (mg/L)

Min Max Min Max Min Max

Jembatan memenuhi standar air


1. 6.60 7.30 4.50 6.30 14.49 20.71
Bumiayu irrigasi

Kedung memenuhi standar air


2. 6.20 6.80 4.25 11.90 14.62 38.76
Pedaringan irrigasi

3. Waduk memenuhi standar air


6.00 7.00 4.15 15.50 13.98 52.80
Sengguruh irrigasi

4. Jembatan memenuhi standar air


4.00 6.50 3.55 15.38 12.73 46.52
Sengguruh irrigasi

Waduk memenuhi standar air


5. 1.80 7.80 2.10 4.40 6.06 14.23
Sutami hulu irrigasi

Waduk
memenuhi standar air
6. Sutami 2.00 7.60 1.70 8.10 4.48 25.33
irrigasi
tengah

Waduk memenuhi standar air


7. 2.00 8.20 1.75 5.50 4.89 16.51
Sutami hilir irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


8. 2.20 7.40 2.45 5.45 6.07 15.35
Kalipare irrigasi

9. Jembatan 6.90 7.90 3.35 4.05 9.28 12.55 memenuhi standar air
Kesamben irrigasi

Waduk Wlingi memenuhi standar air


10. 5.10 8.10 1.25 4.50 2.99 12.45
D/S irrigasi

Waduk memenuhi standar air


11. 5.50 6.90 1.65 4.70 4.10 15.63
Lodoyo D/S irrigasi

12. Pakel 7.30 8.10 3.60 4.30 9.40 12.67 memenuhi standar
Tambangan airirrigasi

Jembatan memenuhi standar air


13. 7.10 7.10 2.10 2.10 6.96 6.96
Ngujang irrigasi

Bendung Memenuhi standar air


14. 6.20 7.80 3.95 4.90 11.17 14.33
Mrican irigasi

Jembatan memenuhi standar air


15. 4.40 7.30 2.30 7.25 6.02 22.22
Mengkikis irrigasi

Ngrombot memenuhi standar air


16. 5.75 6.50 3.15 4.25 8.62 15.47
Tambangan irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


17. 4.82 6.30 2.35 3.86 8.26 11.40
Ploso irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


18. 5.91 6.80 2.27 2.60 8.16 11.53
Padangan irrigasi

Bendung
memenuhi standar air
19. Lengkong 6.30 6.60 2.70 3.77 8.13 12.24
irrigasi
Baru

Oktober – Desember 2010

DO BOD COD
No Lokasi Keterangan
(mg/L) (mg/L) (mg/L)

Min Max Min Max Min Max


Jembatan memenuhi standar air
1. 4.40 6.80 1.55 4.55 3.42 13.57
Bumiayu irrigasi

Kedung memenuhi standar air


2. 3.70 7.00 2.80 21.60 8.81 60.21
Pedaringan irrigasi

3. Waduk memenuhi standar air


4.90 7.40 3.05 14.35 9.07 40.52
Sengguruh irrigasi

4. Jembatan memenuhi standar air


4.80 6.20 4.10 22.85 12.87 64.84
Sengguruh irrigasi

Waduk memenuhi standar air


5. 3.20 8.10 2.35 7.10 6.64 23.51
Sutami hulu irrigasi

Waduk
memenuhi standar air
6. Sutami 2.20 8.00 1.35 6.05 2.05 17.94
irrigasi
tengah

7. Waduk 2.50 8.00 1.55 6.70 3.98 19.88 memenuhi standar air
Sutami hilir irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


8. 2.20 3.70 3.15 4.50 9.62 12.88
Kalipare irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


9. 3.80 6.80 4.10 6.75 11.46 17.56
Kesamben irrigasi

Waduk Wlingi memenuhi standar air


10. 4.60 8.40 2.90 4.30 8.15 12.21
D/S irrigasi

Waduk memenuhi standar air


11. 6.20 8.10 3.95 6.35 10.27 17.65
Lodoyo D/S irrigasi

Pakel memenuhi standar air


12. 5.90 7.70 2.05 5.60 5.60 15.54
Tambangan irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


13. 4.20 4.20 4.60 4.60 13.60 13.60
Ngujang irrigasi

Bendung memenuhi standar air


14. 6.70 8.40 2.85 7.10 8.37 19.06
Mrican irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


15. 4.20 7.30 3.60 5.20 11.16 16.84
Mengkikis irrigasi

16. Ngrombot 5.86 6.61 1.98 21.16 7.76 180.96 memenuhi standar air
Tambangan irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


17. 6.28 6.39 1.04 8.29 6.15 40.07
Ploso irrigasi

Jembatan memenuhi standar air


18. 3.60 6.14 5.78 9.73 29.98 74.02
Padangan irrigasi

Bendung
memenuhi standar air
19. Lengkong 5.57 6.52 2.h21 8.71 6.63 41.48
irrigasi
Baru

Penjelasan

Melalui kajian literatur, beri rekomendasi bagaimana cara agar wilayah pengairan yang tidak
memenuhi standar kualitas air irigasi menjadi air irigasi yang memenuhi standar kualitas air irigasi
bagi usaha pertanian.

Jawaban:

Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas air adalah sistem filter,baik
itu sistem filter mekanik maupum biologi.

Sistem filter mekanik merupkan sistem yang berfungsi mengurangi partikel-partikel yang ada
di dalam air. Hingga ukuran partikel tertentu filter bisa menguranginya dari kolom air. Sehingga
air terbebas dari partikel yang berpelunga menimbulkan polusi lanjutan. Sedangkan sistem filter
biologi merupakan filter yang memanfaatkan aktivitas biologi baik itu yang ukuran kecil maupun
besar untuk mengurangi polusi di perairan (Nana, dkk, 2008)

Beberapa strategi untuk memperbaiki kualitas air irigasi menurut Universitas Brawijaya (2010),
dapat ditempuh melalui kegiatan pencegahan di lahan agar residu pupuk dan pestisida tidak segera
masuk ke air permukaan, perbaikan kualitas air sungai yang sudah tercemar dengan berbagai teknik,
salah satunya fitoremediasi, serta meningkatkan kesadaran masyarakat umum, khususnya petani
mengenai dampak residu pupuk dan pestisida yang tidak hanya akan menimpa tanah, tapi juga
tanaman, ternak bahkan manusia. Terkait fitoremediasi, tanaman kangkung dan akar wangi. Kedua
tanaman ini, sesuai dengan penelitian Program Studi Ilmu Tanah (Agroekoteknologi) Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya , mampu memperbaiki kualitas air irigasi yang ditandai dengan BOD,
COD, serta beberapa unsur hara lain yang menurun sehingga kualitas air menjadi lebih baik.

Sedangkan menurut Upi, (2010) terdapat beberpa alternatif untuk memperbaiki kulitas air irigasi
yaitu:

1. Lumpur aktif (Activated Sludge)


Lumpur adalah materi yang tidak larut yang selalu nampak kehadirannya di dalam setiap tahap
pengolahan, tersusun oleh serat-serat organik yang kaya akan selulosa dan di dalamnya terhimpun
kehidupan mikroorganisme.

2. Saringan trickling (Trickling Filter)

Merupakan suatu bejana yang tersusun oleh lapisan materi kasar, keras dan kedap air.Kegunaannya
untuk mengolah air buangan dengan mekanisme aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan-lahan
melalui lapisan batu untuk kemudian disaring.

Saringan trickling memiliki 3 sistem utama yaitu:

a. Distributor

b. Pengolahan

c. Pengumpul

3. Kolam oksidasi/stabilisasi (Oxidation Ponds)

Kolam ini tidak memerlukan biaya yang mahal. Terdapat beberapa kolam yang utama digunakan
yaitu kolam fakultatif, kolam maturasi, dan kolam anaerob.
kelebihan kolam ini :

(a) Beban BOD pada kadar rendah dapat menghasilkan kualitas efluen sehingga 97 %.

(b) Alga yang hidup dalam kolam mempunyai potensi sebagai sumber protein yang tinggi dan dapat
digunakan untuk perikanan. Ikan dapat dibiakkan dalam kolam maturasi.

(c) Kolam pengoksidaan juga dapat digunakan untuk mengolah air sisa industri dan air yang
mengandung logam berat.

(d) Pengoperasiannya mudah. Kebutuhan pengoperasiannya minimum.


Kekurangan kolam pengoksidaan seperti berikut:

(e) Kolam pengoksidaan ini untuk mengalirkan efluen dengan kepekatan suspended solis (SS) dan
BOD yang tinggi

(f) Pengeluaran bau yang busuk mengganggu penduduk yang tinggal di sekitar kolam ini. Hal ini
terjadi jika tidak ada cahaya matahari (ketika hujan dan waktu malam).

(f) Untuk membuat kolam pengoksidaan diperlukan kawasan yang luas jika dibandingkan dengan
sistem konvensional yang lain. Sehingga tidak sesuai jika dibuat di kawasan yang tanahnya mahal.

4. Parit oksidasi (Oxidation Ditch)

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, axidation ditch mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan
lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%).
5. Perabukan Cairan

Merupakan suatu proses penanganan limbah organik yang pekat secara aerobik dimana energi yang
berasal dari oksidasi limbah dilakukan oleh mikroorganisme dihasilkan pada suhu operasi yang
dinaikkan. Naiknya suhu akan menyebabkan : kekentalan padatan total tertinggi menurun (di bawah
kondisi aerob), meningkatkan laju reaksi oleh mikroorganisme dan membantu menghasilkan
stabilitas bahan organik yang cepat dan detuksi patogen. Keberhasilan proses perabukan cairan
ditentukan oleh aerob yang dapat memindahkan oksigen yang cukup untuk memnuhi kebutuhan
oksigen dari campuran cairan yang pekat.

6. Kontraktor biologik berputar (rotating biological contractor)

Analog dengan rotating trickling filter/penyaring menetes berputar. Digunakan antara lain untuk
menangani limbah kota, air limbah yang berasal dari industri pengemasan daging, susu dan keju,
minuman keras dan anggur, produksi babi dan unggas, pengolahan sayuran dan indutri perekat dan
kertas.

7. Bioremediasi

Bioremediasi merupakan suatu teknologi inovatif pengolahan limbah, yang dapat menjadi
teknologi alternatif dalam menangani pencemaran yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan di
Indonesia. Bioremediasi ini teknik penanganan limbah atau pemulihan lingkungan, dengan biaya
operasi yang relatif murah, serta ramah dan aman bagi lingkungan.

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme


(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Ada dua jenis
bioremediasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi. Sementara bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-side
dilakukan dengan cara tanah yang tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan yang
lebih terkontrol, kemudian diberi perlakuan khusus dengan menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-
situ dapat berlangsung lebih cepat, mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang
lebih beragam, dan lebih mudah dikontrol dibanding dengan bioremediasi in-situ.

Anda mungkin juga menyukai