Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

ANALISIS PENANGANAN BAHAN (MATERIAL HANDLING)


DI PT. MALINDO FOOD DELIGHT CIKARANG

Oleh
Ravina Fatma Nazaretha
NIM. 135100301111085

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

ANALISIS PENANGANAN BAHAN (MATERIAL HANDLING)


DI PT. MALINDO FOOD DELIGHT CIKARANG

Nama : Ravina Fatma Nazaretha


NIM : 135100301111085
Jurusan : Teknologi Industri Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian

Telah disetujui oleh:

Mengetahui

Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

Dr. Sucipto, STP, MP. Nur Lailatul Rahmah, S.Si, M.Si

NIP. 197306021999031001 NIP. 19840522 201212 2 002

Tanggal Persetujuan Tanggal Persetujuan:


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Esa atas karunia dan


penyertaan kepada penulis dalam menyusun laporan praktek
kerja lapang (PKL) yang berjudul “Analisis Penanganan Bahan
(Material Handling) di PT. Malindo Food Delight, Cikarang”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang
mendukung penyusunan laporan praktek kerja lapang ini. Pihak-
pihak yang mendukung penyusunan laporan praktek kerja
lapang adalah:

1. Ibu Nur Lailatul Rahmah, S.Si, M.Si sebagai dosen


pembimbing PKL yang mengarahkan dalam penyusunan
laporan PKL dan pak Danang Triagus Setiyawan, ST, MT
sebagai dosen penguji.
2. Bapak Afrinsyah Lubis, sebagai pembimbing lapang yang
mengarahkan saat PKL di PT. Malindo Food Delight dan pak
Rohadi yang memberikan bimbingan mengenai tugas
khusus.
3. Bapak Sunarto dan ibu Siti yang membantu akomodasi
sehingga kegiatan PKL dapat berjalan lancar.
4. Saudari Sulva, Nora, dan Jian sebagai rekan PKL di PT.
Malindo Food Delight.
5. Orang tua dan saudara yang memotivasi dan mendukung
dana selama PKL.

Penulis menyadari bahwa laporan PKL ini belum sempurna.


Namun, penulis berharap dengan laporan PKL ini dapat
menambah wawasan penulis. Semoga laporan PKL ini
bermanfaat bagi pihak lain yang memerlukan.

Malang, 25 Juni 2016

Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk,


mengakibatkan perubahan dan peningkatan terhadap pola
konsumsi masyarakat. Masyarakat cenderung menyukai produk
makanan yang praktis, enak, dan bergizi. Untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakat tersebut, produsen
memproduksi makanan olahan yang inovatif. Bahan makanan
yang umum, diproduksi hingga menghasilkan produk yang
menarik, disukai konsumen, dan sehat. Salah satu bahan
makanan yang diolah menjadi produk olahan adalah ayam.
Ayam adalah sumber protein hewani yang diminati
masyarakat Indonesia. Daging ayam dipilih masyarakat, karena
harganya jauh lebih murah dibanding daging sapi. Banyaknya
peternakan ayam broiler di Indonesia menunjukkan tingginya
konsumsi masyarakat terhadap ayam. Permintaan masyarakat
terhadap produk olahan ayam terus meningkat dan cenderung
menginginkan inovasi, baik bentuk maupun rasa. Hasil olahan
ayam, antara lain abon, bakso, sosis, chicken nugget, dan lain-
lain.
Chicken nugget merupakan salah satu produk yang
melakukan inovasi dengan mencampur daging ayam giling dan
bumbu, kemudian dibekukan. Nugget, kini telah menjadi produk
pilihan yang disukai masyarakat. Kepraktisan dan rasanya yang
enak, membuat chicken nugget dipilih sebagai lauk.
Salah satu perusahaan yang memproduksi nugget adalah
PT. Malindo Food Delight. Perusahaan ini membangun dan
mengembangkan pabrik di Bekasi. Pabrik tersebut
memproduksi makanan olahan berbahan baku ayam dengan
kapasitas produksi 9.000 ton per tahun. PT. Malindo Food
Delight tidak hanya memproduksi nugget, tetapi juga sosis yang
terbuat dari daging ayam. Kapasitas produksi perusahaan yang
besar memerlukan material handling yang tepat agar proses
produksi berjalan dengan baik.
Material handling adalah pergerakan bahan mulai dari
penerimaan bahan baku menuju proses produksi hingga
penyimpanan bahan baku atau produk jadi. Biaya material
handling memiliki rasio pengeluaran terbesar dibanding proses
produksi lainnya. Material handling penting dilakukan oleh setiap
perusahaan untuk meminimalkan biaya produksi.
Untuk mengetahui penerapan material handling, maka perlu
dilakukan analisis mengenai material handling. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) di PT. Malindo
Food Delight kegiatan analisis penanganan bahan dilakukan
mulai dari pemindahan bahan baku dari gudang hingga ke
tempat produksi, sehingga jarak pemindahan bahan baku dapat
diperkecil.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pelaksanaan praktek kerja lapang


(PKL) di PT. Malindo Food Delight adalah untuk mengetahui
gambaran umum kondisi di PT. Malindo Food Delight yang
meliputi sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur
organisasi, ketenagakerjaan, mesin dan peralatan, proses
produksi, tata letak fasilitas, sanitasi, limbah, pemasaran, dan
pengendalian mutu.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pelaksanaan praktek kerja lapang


(PKL) di PT. Malindo Food Delight ini adalah untuk menganalisis
penanganan bahan (material handling) yang diterapkan mulai
dari gudang bahan baku hingga ke tempat produksi, sehingga
jarak pemindahan bahan baku dapat diperkecil dan mengetahui
ongkos material handling.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nugget

Nugget adalah produk olahan yang terbuat dari daging


giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan
dilapisi dengan tepung berbumbu (Nisa, 2013). Nugget adalah
makanan berupa daging lumat yang diberi bumbu, dibentuk
sesuai keinginan, dicelupkan ke larutan buttermix, dibalur
dengan tepung roti, lalu dibekukan. Nugget dapat dikonsumsi
langsung sebagai lauk atau sebagai camilan setelah digoreng.
Pembuatan nugget meliputi tahapan, yaitu formulasi adonan,
pengadukan dengan bumbu, pencetakan, pelapisan dengan
bread crumb, pembekuan, dan pengemasan (Murniyati dkk,
2014).
Daging yang dipakai untuk nugget biasanya adalah
daging ayam (Rapatata, 2014). Untuk membuat nugget,
gunakan daging ayam bagian dada tanpa tulang, lemak, dan
kulit (Yuyun, 2007). Berdasarkan bahan pembuatnya, ada
bermacam jenis nugget, seperti nugget ayam, daging sapi, ikan,
udang, dan cumi (Anonimous, 2009).

2.2 Manajemen Industri Secara Umum


2.2.1 Lokasi Perusahaan

Penentuan lokasi sangat menentukan kelangsungan


hidup perusahaan di masa yang akan datang. Pemilihan lokasi
berarti menghindari sebanyak mungkin segi-segi negatif dan
mendapatkan lokasi dengan banyak faktor-faktor positif. Letak
geografis pabrik berpengaruh terhadap sistem produksi yang
ekonomis, karena tata letak fasilitas/mesin dalam pabrik, dan
besarnya biaya operasi (Prasetya dan Lukiastuti, 2009). Kajian
lokasi bertujuan untuk menemukan lokasi optimal bagi setiap
pabrik atau industri, yaitu lokasi yang terbaik secara ekonomis
yakni biaya paling rendah atau pendapatan paling tinggi
(Zaenuddin, 2015).
Perencanaan lokasi merupakan kegiatan strategis yang
bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan sehingga
perusahaan beroperasi dengan lancar, biaya rendah, dan
memungkinkan perluasan di masa datang (Herjanto, 2007).
Beberapa faktor harus dipertimbangkan ketika akan
menentukan lokasi yang optimal. Faktor-faktor yang paling
relevan, yaitu biaya ruang kerja, biaya tenaga kerja, insentif
pajak, dan sumber permintaan (Madura, 2007).

2.2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah serangkaian hubungan


diantara individu-individu di dalam kelompok. Struktur tersebut
dilukiskan dalam bagan organisasi atau diagram. Diagram
organisasi memperlihatkan garis besar hubungan tersebut
menurut fungsi-fungsi dalam usaha, arus tanggung jawab, dan
wewenang (Wiwoho, 2008). Struktur organisasi menentukan
bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan
dikoordinasikan secara formal. Ada enam elemen kunci yang
perlu diperhatikan manajer ketika hendak mendesain struktur
organisasi. Keenam elemen tersebut adalah spesialisasi kerja,
departementalisasi, rantai komando, rentang kendali,
sentralisasi, desentralisasi, serta formalisasi (Robbins dan
Judge, 2008).
Struktur merupakan cara berbagi kegiatan perusahaan.
Struktur internal suatu organisasi memberikan kontribusi untuk
menjelaskan dan memperkirakan perilaku karyawan (Suyanto,
2007). Suatu struktur organisasi mengidentifikasi tanggung
jawab masing-masing posisi jabatan dan hubungan diantara
posisi-posisi tersebut. Jadi, struktur organisasi yang baik dapat
memanfaatkan karyawan-karyawan secara efisien, dan
merancang produk dengan biaya yang relatif rendah (Madura,
2007). Secara umum terdapat lima jenis struktur organisasi
perusahaan, yaitu organisasi lini, staf, lini dan staf, komite, dan
matriks (Soegoto, 2009).
2.2.3 Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang


berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama, dan setelah selesainya masa hubungan kerja (Pitoyo,
2010). Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat
langsung pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada
biaya produksi. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga
kerja yang tidak terlibat secara langsung pada proses produksi
dan biayanya dikaitkan pada biaya administrasi (Pardamean,
2014).
Perusahaan akan menambah jumlah tenaga kerja,
apabila penerimaan yang dihasilkan oleh penambahan tenaga
kerja lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk
penambahan tenaga kerja (Sugiarto dkk, 2007). Saat ini banyak
sekali bermunculan perusahaan penyedia tenaga kerja
(outsourcing). Bagi perusahaan yang membutuhkan tambahan
tenaga kerja dengan cepat dan tidak perlu repot dengan urusan
perekrutan karyawan, outsourcing menjadi solusi (Purba, 2015).

2.2.4 Mesin dan Peralatan

Mesin adalah alat yang mengubah energi panas menjadi


energi mekanik. Energi panas berasal dari hasil pembakaran
bahan bakar (Darmawan, 2008). Mesin dan peralatan yang
digunakan dalam proses produksi sangat mempengaruhi hasil
akhir dari suatu produk. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeliharaan secara rutin terhadap mesin dan peralatan yang
digunakan (Ahmad dan Aprilia, 2013).
Pemakaian mesin dan peralatan, pada suatu saat akan
terjadi biaya operasi mesin dan peralatan. Biaya menjadi lebih
besar dibandingkan dengan biaya operasi, jika mesin tersebut
diganti dengan yang baru atau produktivitasnya menurun. Pada
saat seperti ini, proses operasi menjadi tidak ekonomis lagi
(Mulyadi, 2007). Departemen manajemen produksi memilih
mesin yang cocok untuk proses yang diinginkan, merancang
kebijakan pemeliharaan, dan desain tata letak mesin (Murthy,
2005).
2.2.5 Proses Produksi

Pada saat sebuah perusahaan memproduksi produk


barang atau jasa, maka perusahaan membutuhkan proses
produksi. Sumber daya digunakan untuk memproduksi suatu
barang atau jasa. Proses tersebut menyebutkan kombinasi
berbagai sumber daya yang dialokasikan untuk produksi,
pembagian pekerjaan, dan urut-urutan pekerjaan (Madura,
2007). Di dunia usaha dikenal beberapa tipe proses produksi.
Proses produksi berdasarkan kontinuitasnya dibagi menjadi 3
tipe, yaitu proses produksi terputus-putus (batch process),
proses produksi terus-menerus (continuous process), dan
gabungan keduanya (Subagyo, 2007).
Proses produksi merupakan suatu sistem yang berawal
dari input, proses, output, dan outcome (Tinaprilla, 2007).
Sebuah sistem produksi yang berkembang dengan baik
termasuk peralatan yang fleksibel. Misalnya program otomatis
atau robot, penjadwalan terkomputerisasi, rantai pasok yang
fleksibel, dan sistem persediaan yang dirancang dengan hati-
hati (Simpson et al, 2006).

2.2.6 Tata Letak Fasilitas

Perencanaan tata letak merupakan perencanaan


mengenai tata letak fasilitas pabrik, ruang aktivitas yang
berdasarkan hubungan kedekatan aktivitas, aliran keluar masuk
barang, manusia, dan informasi (Zaharuddin, 2006). Selain
mempertimbangkan lokasi usaha, penentuan layout juga sangat
penting. Menentukan layout atau tata letak fasilitas dapat
menentukan sejumlah efisiensi baik dalam produksi maupun
operasi. Perusahaan harus menentukan tujuan yang hendak
dicapai dan pertimbangan dalam penentuan layout (Suharyadi
dan Arissetyanto, 2007). Sistem aliran material terbagi menjadi
empat tipe tata letak, yaitu tata letak produk, tata letak proses,
tata letak kelompok, dan tata letak tetap (Yuliant dkk, 2014).
Perencanaan tata letak juga memperhatikan perubahan
jenis produk atau desain produk. Bagi perusahaan yang jenis
produk atau desainnya sering berubah, tata letak mesin harus
sefleksibel mungkin dalam mengadaptasi perubahan (Herjanto,
2007). Layout biasanya didasarkan pada urutan alur proses.
Tujuannya, agar efektivitas setiap tahapan dalam proses
produksi berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien (Murdinah
dkk, 2013).

2.2.7 Sanitasi

Sanitasi adalah sebuah sistem perencanaan pengadaan


fasilitas air bersih dan pembuangan limbah dalam lingkungan
rumah (Christina, 2009). Sanitasi memberikan proses
pengajaran mengubah perilaku manusia, untuk mencegah
bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan
berbahaya. Tujuan sanitasi adalah menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia (Wicaksono dan Tisnawati, 2014).
Sanitasi mengusahakan pencegahan penyakit. Melalui
cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan
yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit (Darwin,
2015). Sanitasi merupakan aspek yang sangat penting sebagai
jaminan bagi kosumen atas keamanan konsumsi produk yang
dihasilkan (Wibowo dkk, 2015). Sanitasi mempunyai peran
penting dalam menentukan kualitas makanan, dimana
Escherichia coli sebagai salah satu indikator terjadinya
pencemaran makanan (Yunus dkk, 2015).

2.2.8 Limbah

Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan


(Prijambodo, 2015). Perlu dipikirkan pengelolaan limbah, gas
buangan, dan sampah sebagai produk samping pengolahan
bahan dan energi tersebut. Limbah berbahaya karena dapat
meracuni lingkungan hidup jika langsung dilepaskan ke alam
tanpa pengolahan khusus terlebih dahulu (Widmer dan Frick,
2007).
Norma hukum memuat prinsip bahwa penghasil limbah
bahan berbahaya dan beracun wajib melakukan pengelolaan
limbah yang dihasilkan. Perijinan pengelolaan limbah bukan
syarat untuk memperoleh ijin usaha (Adhani, 2015).
Berdasarkan wujudnya, limbah dibedakan menjadi tiga, yaitu
limbah padat, cair, serta gas (Abdurahman, 2008).
2.2.9 Pemasaran

Pemasaran adalah aktivitas untuk mencapai sasaran


perusahaan, dengan mengantisipasi, dan mengarahkan aliran
produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dari produsen
(Cannon dkk, 2008). Sistem pemasaran mengidentifikasi
komponen-komponen utama yang berinteraksi. Komponen
utama tersebut adalah komponen internal maupun eksternal
dari perusahaan, yang memungkinkan perusahaan tersebut
berhasil menyediakan produk atau jasa pada pasar (Hisrich dkk,
2008). Tujuan pemasaran adalah agar konsumen lebih
mengenal sebuah produk atau jasa sehingga menjadi tertarik
dan membeli produk tersebut (Nurrobikha dan Burhan, 2015).
Bauran pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang
terpadu dan saling menunjang satu sama lain (Fuad dkk, 2006).
Variabel bauran pemasaran adalah sebagai berikut: strategi
produk, strategi harga, strategi penyaluran/distribusi dan strategi
promosi. Marketing mix atau bauran pemasaran sangat penting
diperhatikan pada saat awal pembentukan bisnis (Rachmawati,
2011).

2.2.10 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu dilakukan untuk menjamin bahwa


tujuan mutu dalam tahap perencanaan, dapat dipenuhi selama
produksi. Peningkatan mutu dimaksudkan agar perusahaan
secara selektif mengidentifikasi dan mengimplementasikan
perubahan dalam proses secara berkelanjutan. Pengendalian
mutu tidak hanya dilakukan di bagian produksi tetapi juga
dilakukan di semua kegiatan operasi perusahaan. Pengendalian
mutu dilakukan sejak penentuan supplier bahan baku,
pengendalian proses produksi, pengiriman barang, dan
pelayanan pasca penjualan (Herjanto, 2007). Bahan baku
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas produk
yang akan dihasilkan. Adanya pemilihan bahan baku yang
digunakan akan memperkecil risiko kegagalan produk akibat
bahan baku berkualitas rendah. Pemilihan bahan baku juga
akan membantu dalam mempertahankan mutu produk. Oleh
karena itu, seorang pengusaha harus mampu mengenal dan
memilih bahan baku yang berkualitas tinggi (Suryani dkk, 2006).
Sistem pengendalian mutu yang ada pada suatu
organisasi harus di-review secara berkala oleh pihak yang
independen dan kompeten. Tindakan ini memberikan
keyakinan, bahwa kebijakan prosedur dan standar audit yang
ditetapkan telah dipenuhi (Rai, 2008). Pengendalian mutu
dilakukan dengan tujuan mewujudkan mutu yang sesuai dengan
syarat-syarat yang dituntut oleh konsumen. Konsumen harus
dianggap sebagai sasaran, penentu laku tidaknya produk, dan
sumber datangnya keuntungan (Mulianto dkk, 2006).

2.3 Penanganan Bahan (Material Handling)

Penanganan bahan (material handling) dapat diartikan


sebagai menangani material dengan menggunakan peralatan
dan metode yang benar. Perencanaan penanganan bahan
merupakan komponen penting dalam perencanaan fasilitas,
terutama dalam desain tata letak. Oleh karenanya, perencanaan
tata letak dan perencanaan penanganan bahan selalu saling
terkait satu dengan lainnya (Herjanto, 2007). Suatu tata letak
fasilitas produksi yang optimal harus didukung dengan kegiatan
pemindahan bahan (material handling) yang baik (Ningtyas dkk,
2013).
Perbaikan dalam penanganan bahan memiliki dampak
positif terhadap desain kerja dan keergonomisan. Semakin jauh
jarak dan banyaknya pergerakan, akan berpengaruh pada biaya
operasi transportasi dan material handling (Sukmoro, 2010).
Sistem material handling yang kurang sistematis menjadi
masalah yang cukup besar dan mengganggu kelancaran proses
produksi sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan
(Susetyo dkk, 2010). Rancangan tata letak yang baik dapat
meminimalkan biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses
atau material handling (Fuad dkk, 2006).
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di PT. Malindo


Food Delight yang beralamat di jalan Tol Jakarta-Cikampek km.
37 Blok AA-10, Komplek Deltamas Cikarang Pusat-Bekasi, pada
tanggal 18 Januari–16 Februari 2016.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Praktek kerja lapang (PKL) di PT. Malindo Food Delight
dilaksanakan dengan sistem mengikuti dan mengamati aktivitas
yang dilakukan di perusahaan tersebut. Pelaksanaan praktek
kerja lapang tersebut meliputi :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan pengamatan tentang keadaan yang ada
di lapangan.
2. Wawancara dan Diskusi
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara
peneliti dengan narasumber.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen
yang dibuat oleh peneliti sendiri.
4. Studi Literatur
Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data
dengan pencarian informasi dokumen tertulis maupun
dokumen elektronik.

3.3. Materi Kegiatan


Materi yang akan dipelajari selama pelaksanaan praktek
kerja lapang meliputi beberapa bagian yaitu :
1. Tugas Umum
Tugas umum dari pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) di
PT. Malindo Food Delight adalah untuk mengetahui
gambaran umum kondisi di PT. Malindo Food Delight yang
meliputi sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur
organisasi, ketenagakerjaan, mesin dan peralatan, proses
produksi, tata letak fasilitas, sanitasi, limbah, pemasaran, dan
pengendalian mutu.

2. Tugas Khusus
Tugas khusus dari pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) di
PT. Malindo Food Delight ini adalah untuk menganalisis
penanganan bahan (material handling) yang diterapkan mulai
dari gudang bahan baku hingga ke tempat produksi,
sehingga jarak pemindahan bahan baku dapat diperkecil dan
mengetahui ongkos material handling.

3.4 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan


di PT. Malindo Food Delight dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan PKL di PT. Malindo Food Delight

Pelaksanaan bulan/minggu ke-


No Jadwal Kegiatan Nov'15 Des'15 Jan'16 Feb'16 Mar'16 April'16 Mei'16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penulisan
1
Proposal
Konsultasi
2
Proposal
Seminar dan
3
Perbaikan
Praktek Kerja
4
Lapang
Pengumpulan Data
4
Tugas Umum
Pengumpulan Data
5
Tugas Khusus
Pembuatan
6
Laporan dan
Ujian dan
7
Perbaikan Laporan
Pengumpulan
8
Laporan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah dan Tujuan Perusahaan

PT. Malindo Food Delight merupakan perusahaan swasta


nasional yang bergerak di bidang pengolahan ayam. Ayam yang
diolah merupakan jenis ayam broiler. Perusahaan ini didirikan
pada tahun 2011 dan mulai beroperasi pada tahun 2013.
Penjualan produk dimulai pada bulan Maret 2013. PT. Malindo
Food Delight diresmikan pada tanggal 25 November 2013 oleh
Lau Chia Nguang selaku presiden direktur, dr.Hj.Neneng
Hasabah Yasin selaku bupati Kabupaten Bekasi, Tan Lai Kai
selaku Komisaris, Dato’ Lau Bong Wong selaku Presiden
Komisaris, Yongkie Handaya selaku Komisaris Independen, Tan
Sri Lau Tuang Nguang selaku Direktur, Teoh Bee Tang, Ong
Beng Siong, Tang Ung Lee, Mazlan Bin A.Talib selaku Direktur,
dan Dato’ Seri Abdul Azim bin Mohd Zabidi selaku Direktur
Independen. PT. Malindo Food Delight merupakan anak
perusahaan dari PT. Malindo Feedmill Tbk. PT. Malindo
Feedmill merupakan perusahaan yang memproduksi pakan
ternak yang berada di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1997. Selain itu perusahaan ini juga memiliki anak usaha
yang memproduksi parent stock DOC (Day Old Chicks), DOC
komersial, dan ayam broiler.
Latar belakang pendirian PT. Malindo Food Delight yaitu
adanya bahan baku ayam broiler yang dimiliki PT. Malindo Feed
Mill Tbk. Meningkatnya konsumsi masyarakat tehadap makanan
olahan dari ayam juga memberikan peluang besar pendirian
perusahaan. Tujuan pendirian perusahaan yaitu memberi
kontribusi peningkatan gizi masyaratakat melalui produk-produk
makanan olahan bermutu dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan. Selain itu menjadikan inspirasi bagi lapisan
masyarakat tentang makanan sehat dan bergizi. PT. Malindo
Food Delight didirikan berdasarkan akta notaris dengan nomor
AHU-17719.AH.01.01. tahun 2011. Selain itu juga berdasarkan
Surat Ijin Usaha (SIUP) yaitu dari BKPM (Badan Koordinasi
Penanaman Modal) dengan nomor 476-1-IU-I-PMA-
Industri/2013 dengan keputusan mengenai industri pengolahan
dan pengawetan daging unggas serta ikan. Mengenai domisili
perusahaan tercantum dalam surat dengan nomor
503/114/VII/2015/xbank, sedangkan untuk surat ijin dari
kawasan tercantum dalam surat dengan nomor 003/EM/PDL-
GIIC/KD/II/2012.
PT. Malindo Food Delight merupakan salah satu perusahaan
pangan yang telah memiliki sertifikat ISO 9001:2008, ISO
22000:2005 serta sertifikat halal dari MUI untuk jenis produk
daging olahan. Sertifikat ISO 9001:2008 dapat dilihat pada
Lampiran 1. Sertifikat ISO 22000:2005 dapat dilihat pada
Lampiran 2. Sertifikat halal dari MUI dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Visi adalah suatu gambaran mengenai keberhasilan yang


dibentuk untuk kepentingan bersama (Bastian, 2007). PT.
Malindo Food Delight memiliki visi untuk menjadi produsen
makanan terkemuka, berbasis daging olahan berkualitas di
Asia. Perusahaan ingin mengutamakan kepuasan pelanggan
dan semua pemangku kepentingan (stakeholder).
Misi adalah sesuatu yang dilaksanakan oleh suatu
organisasi sebagai penjabaran atas visi yang telah diterapkan
(Bastian, 2007). Misi PT. Malindo Food Delight antara lain:
1. Mengutamakan kepuasan pelanggan.
2. Memproduksi produk makanan olahan yang inovatif
dengan menggunakan teknologi modern serta
menerapkan sistem keamanan pangan untuk
menghasilkan produk berkualitas, halal, dan disukai
pelanggan.
3. Menjadi perusahaan terbaik bagi karyawan dengan
memperhatikan dan meningkatkan nilai-nilai pemangku
kepentingan (stake holder).
4. Memberikan kontribusi pada peningkatan gizi
masyarakat melalui produk-produk makanan olahan
bermutu dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
5. Menjadi inspirasi bagi seluruh lapisan masyarakat
tentang makanan sehat dan bergizi.
4.2 Lokasi Perusahaan

Pemilihan lokasi suatu perusahaan merupakan hal yang


sangat penting, karena lokasi akan mempengaruhi bagaimana
perusahaan akan berjalan kedepannya dalam mencapai tujuan
perusahaan. PT. Malindo Food Delight berlokasi di Jalan Tol
Jakarta-Cikampek Km. 37 Blok AA-10 Komplek Deltamas,
Cikarang Pusat, Bekasi–Jawa Barat. Sedangkan untuk kantor
pusat (Head Office) beralamat di Jalan RS. Fatmawati No.39,
Komplek Duta Mas Fatmawati Blok A 1 No. 30-31-32 Jakarta
Selatan 12150. Lokasi perusahaan cukup strategis karena
berada di kawasan industri yang merupakan salah satu
kawasan industri terbesar se-Asia. Lokasi perusahaan berada
jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu
aktivitas penduduk. Selain itu di kawasan industri tersebut
tersedia air bersih dan tenaga listrik yang cukup untuk semua
aktivitas perusahaan. Adapun alasan pemilihan lokasi
perusahaan yaitu infrastruktur lengkap dan tertata, serta akses
mudah untuk dijangkau. Peta lokasi PT. Malindo Food Delight
dapat dilihat pada Lampiran 4.
PT. Malindo Food Delight berdiri diatas tanah seluas 2,6 ha
atau sama dengan 26.000 m2 dengan luas bangunan 1,6 ha
atau sama dengan 16.000 m2. Bangunan tersebut meliputi pos
satpam, tempat parkir kepala departemen, kantor, laboratorium,
ruang produksi, warehouse, mushola, mess, ruang laundry,
kantin, ruang boiler, ruang operator, ruang panel, ruang pompa,
parkiran karyawan, tempat pengolahan limbah, tempat sampah,
dan area WWTP. PT. Malindo Food Delight dikelilingi langsung
oleh berbagai industry. Perusahaan yang berada di sekitar PT.
Malindo Food Delight yaitu:
Barat : PT. Sanki Crane
Timur : PT. Octo Corindo
Utara : PT. Shiroki Indonesia
Selatan : PT. Nissin
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan perusahaan
menentukan lokasi perusahaan adalah:
1. Bahan baku
Penentuan lokasi perusahaan sangat bergantung dengan
kedekatan bahan baku. PT. Malindo Food Delight menerima
pasokan daging ayam dari Subang, Jawa Barat. Kedekatan
dengan pemasok daging ayam sangat penting untuk menjaga
kualitas daging ayam yang mudah rusak. Selain daging ayam,
kedekatan dengan pemasok bahan baku lain seperti tepung dan
bumbu juga penting, agar proses produksi berjalan lancar.

2. Supply Tenaga Kerja


Lokasi perusahaan berada pada pusat industri di Cikarang.
Letaknya yang berada di pusat industri memberikan pengaruh
positif bagi perusahaan dan masyarakat sekitar. Perusahaan
dapat dengan mudah mendapatkan tenaga kerja dari
masyarakat sekitar dan masyarakat mendapatkan lowongan
pekerjaan.

3. Fasilitas Kawasan Industri


Pusat industri Cikarang yaitu kota Deltamas merupakan
kawasan khusus industri pangan maupun non pangan.
Kawasan industri telah menyediakan fasilitas yang menunjang
kegiatan proses produksi maupun administrasi perusahaan.
Fasilitas tersebut antara lain jaringan listrik, air bersih, dll.

4. Transportasi
Lokasi perusahaan harus dekat dengan prasarana dan
sarana angkutan atau perhubungan. Misalnya jalan raya,
pelabuhan, atau jalur kereta api. Letak perusahaan berada di
jalan Tol Jakarta-Cikampek, yang merupakan jalan raya utama.
Melalui jalan raya ini perusahaan mendistribusikan produknya
kepada konsumen.
Lokasi PT. Malindo Food Delight berada pada tempat
yang dikhusukan untuk industri. Pemilihan lokasi ini sudah baik,
dilihat dari fasilitas yang disediakan khusus untuk industri,
sehingga menunjang kegiatan PT. Malindo Food Delight. Akses
yang dilalui menuju pabrik tidak untuk umum, sehingga
perjalanan karyawan tidak terhambat macet. Namun,
kekurangannya adalah angkutan umum tidak melewati area
industri. Karyawan yang tidak membawa kendaraan kesulitan
untuk pergi maupun pulang.
Lokasi perusahaan merupakan hal prioritas. Penentuan
lokasi suatu industri didasarkan pada kemampuan untuk
menjaring konsumen sebanyak-banyaknya. Semakin jauh dari
pusat industri, volume penjualan akan berkurang, karena
harganya semakin tinggi akibat naiknya ongkos transportasi.
Apabila lokasi industri tersebut dekat dengan jalan tol, maka
biaya transportasi lebih ringan dan lebih cepat. Letak lokasi juga
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Karyawan
akan datang tepat pada waktunya (Dzulfikri, 2013).

4.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah pembagian tugas kepada


individu-individu dalam suatu organisasi. Pembagian tugas
didasarkan pada skill yang dimiliki individu untuk menyelesaikan
tugas. Pemilihan jenis struktur organisasi disesuaikan dengan
bentuk badan usaha. Struktur organisasi akan menentukan arus
tanggung jawab masing-masing posisi jabatan.
PT. Malindo Food Delight menerapkan struktur organisasi
fungsional. Struktur organisasi fungsional adalah struktur
dimana tugas, orang, dan teknologi yang dibutuhkan untuk
menjalankan bisnis dibagi menjadi grup-grup “fungsional”. Grup
tersebut seperti pemasaran, operasi, dan keuangan. Struktur
organisasi fungsional banyak terdapat dalam perusahaan
dengan fokus produk tunggal.
Kelebihan struktur organisasi fungsional adalah :
1. Setiap manajemen menangani bagiannya masing-masing,
sehingga orangnya berkompeten.
2. Struktur kerja yan baik, membuat pekerja bekerja dengan giat
untuk mencapai hasil yang baik.
3. banyak orang yang berkompeten di bidangnya, memunculkan
ide, inovasi, dan kreativitas sehingga perusahaan tidak
berjalan di tempat.
Kelemahan struktur organisasi fungsional yaitu :
1. Sulit mengontrol perusahaan, karena banyaknya divisi serta
ahli di masing-masing bidang.
2. Banyak orang yang ahli di bidangnya, maka menimbulkan
konflik baik secara vertikal maupun horizontal.
3. Muncul persaingan yang tidak sehat, karena masing-masing
individu merasa ahli dan dibutuhkan perusahaan.
PT. Malindo Food Delight dibagi dalam beberapa
departemen. Masing-masing departemen dikepalai oleh kepala
departemen. Dalam struktur organisasi terdapat masing-masing
jabatan serta tugas-tugas dari setiap stakeholder. Setiap jabatan
memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda dalam
mencapai target atau tujuan perusahaan. Struktur organisasi
pada PT. Malindo Food Delight dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berikut deskripsi tugas dan wewenang masing-masing jabatan
pada PT. Malindo Food Delight:
1. Factory Manager/Plant Manager (Manajer Pabrik)
Factory Manager/Plant Manager (Manajer Pabrik) memiliki
tugas yaitu mengontrol kinerja dari semua manajer yang ada,
dimana pengontrolan tersebut termasuk input dan output
ataupun raw material hingga finish good.
2. Group Accounting
Group Accounting memiliki tugas yaitu melakukan final check
untuk kelengkapan dokumen sebelum melakukan
pembayaran, selain itu bertugas mengawasi kinerja seluruh
staff dan supervisor. Melakukan stock opnam, melakukan
recognize saldo. Melakukan control advance, rekrut dan
pinjaman, memeriksa semua kelengkapan seperti jurnal
sebelum membuat finansial report dan membuat finansial
report.
3. Group Credit Control
Group Credit Control memiliki tugas yaitu melakukan kontrol
yang berhubungan dengan credit control. Melakukan autoris
atau merilis barang dengan ketentuan yang sudah
ditetapkan.
4. Head HRD & GA
Head HRD memiliki tugas yaitu menjalankan kebijakan
ketenagakerjaan yang menunjang countorage plan dan
mengimplementasikan dalam program kerja tahunan yang
mencakup perekrutan dan penempatan, training dan
pengembangan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Menyediakan, memelihara dan mengembangkan ketentuan-
ketentuan ke HRD-an yang fair, realistis, up to date dan
dapat diterima oleh tingkat plant cabang, karyawan atau
instansi pemerintah. Mengkoordinasikan urusan perizinan
menyangkut ketenagakerjaan, peralat kerja, operasi kerja
dan fasilitas umum di perusahaan. Menyelesaikan dan
menangani masalah yang berhubungan dengan karyawan.
Menyusun progress report secara berkala atau sewaktu-
waktu sebagai laporan dan evaluasi. Menjaga biaya tenaga
kerja agar tetap efisien dalam sistem kompensasi yang
kompetitif, serta turnover karyawan dalam batas yang
terkendali. Sedangkan untuk tugas dan wewenang GA
(General Afair) yaitu membuat data inventaris dan peralatan
kantor serta memonitor agar peralatan-peralatan tersebut
dalam kondisi baik, serta memonitoring kendaraan
perusahaan, ATK (Alat Tulis Kantor), fasilitas kantor
(fotocopy, telephone dll), melakukan pembayaran jamsostek,
control air dan listrik.
5. Group EDP (IT)
Group EDP (IT) memiliki tugas yaitu mengkoordinasikan
semua anggota IT yang ada di group company, serta
mengontrol kinerja personil IT sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
6. Head Production
Head Production memiliki tugas yaitu mengatur sistem
operasional departemen produksi serta tata ruang kerja serta
penggunaan fasilitas. Melaporkan setiap potensi bahaya
yang mengancam keamanan produk, pada atasan (Plant
manager) atau tim keamanan pangan. Serta memimpin
dalam penerapan dan pengembangan efektivitas sistem
manajemen keamanan pangan.
7. Head Purchasing
Head Purchasing memiliki tugas yaitu melakukan
perencanaan, pengaturan dan penjadwalan pembayaran
untuk memaksimalkan arus kas. Melakukan perencanaan
pembelian sehingga bahan baku dan bahan pendukung yang
dibutuhkan tercukupi dan cukup ruang untuk menempatkan
barang yang dikirim.
8. Head Laboratory (Quality Control)
Head Laboratory memiliki tugas yaitu merencanakan jadwal
pemeriksaan sampel yang masuk, pelaporan hasil uji sampel
dan memastikan kegiatan pelaksanaan laboratory sesuai
dengan good laboratory, praktis dan mendukung regulasi
sistem dan persyaratan pelanggan yang berlaku.
9. Head Logistic & Warehouse
Head Logistic & Warehouse memiliki tugas yaitu mengatur
sistem operasional Departemen logistic dan Warehouse, tata
ruang kerja serta penggunaan fasilitas perusahaan. Selain itu
mengawasi, mengontrol dan mengevaluasi kinerja semua
staff yang ada di Departemen Logistic dan Warehouse
(Cikarang, DEPO beserta stock point Jabar, Jateng, Jatim).
10. Head Maintenance
Head Maintenance memiliki tugas yaitu melakukan
pengecekan report harian perawatan dan perbaikan. Selain
itu membuat laporan mingguan dan daily checklist,
memonitor kondisi mesin melalui form checklist, dan
memantau permintaan barang (keluar dan masuk) spare part
dari tempat penyimpanan (storage).

Struktur organisasi perusahaan adalah fungsionalitas. Dalam


perusahaan struktur organisasi dibagi dalam beberapa
departemen. Pembagian departemen ini memiliki keuntungan
yaitu mempermudah pengawasan terhadap masing-masing
departemen. Staf per departemen menjadi tanggung jawab
kepala departemen. Kepala departemen memiliki tanggung
jawab untuk menyampaikan laporan kepada kepala
perusahaan.
Organisasi memberikan informasi bagi seluruh karyawan
dalam hal hubungan antara atasan dan bawahan. Informasi
hubungan antara karyawan dan tanggung jawabnya. Penentuan
tugas-tugas setiap karyawan sesuai dengan jabatannya. Alur
instruksi, informasi, dan dokumen dalam perusahaan (Wiwoho,
2008).

4.4 Ketenagakerjaan

a. Klasifikasi Tenaga Kerja


Pada PT. Malindo Food Delight tenaga kerja dibagi menjadi
dua yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak
langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang
berhubungan langsung dengan produksi yang biasa disebut
dengan GW (General Worker), sedangkan tenaga kerja tidak
langsung merupakan tenaga kerja yang tidak berhubungan
langsung dengan produksi seperti tenaga kerja yang terdapat
pada kantor. Jumlah tenaga kerja keseluruhan dari PT. Malindo
Food Delight sebanyak 462 orang. Jumlah tenaga kerja
langsung terdiri dari operator yang berjumlah 78 orang, serta
PHL (Pegawai Harian Lepas) berjumlah 76 orang. Sedangkan
untuk tenaga kerja tidak langsung yang terdiri dari staff
berjumlah 47 orang. Adapun jabatan dan jumlah tenaga kerja
pada PT. Malindo Food Delight dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja di PT. Malindo Food
Delight
Jabatan Klasifikasi Jumlah
Group Manager 1
Accounting Staff 5
(Group ACC)
Group Credit Manager 1
Control Staff 1
(Group CC)
HRD (Human Manager 1
Research and Staff 3
Development) & GW 4
GA (General Massager 1
Afair)
Group EDP (IT) Manager 1
Ass. Manager 1
Production Manager 1
Administrasi 2
Staff 6
GW 86
Purcashing Manager 1
Staff 4
Quality Control Manager 1
(QC) Staff 4
GW 17
Logistic & Manager 1
Warehouse Staff Logistik 5
Staff 4
Warehouse 4
GW Logistik 12
GW
Warehouse
Engineering Manager 1
Staff 3
GW 8
Total 188
Sumber: PT. Malindo Food Delight

b. Pengupahan dan Penggajian


Pengupahan tenaga kerja pada PT. Malindo Food Delight
berdasarkan UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) Cikarang.
Nilai UMK Cikarang sebesar Rp 3.484.375. Pengupahan
ataupun penggajian tenaga kerja di lakukan setiap bulan sekali.

c. Jam Kerja
Pada PT. Malindo Food Delight, setiap tenaga kerja memiliki
jumlah hari kerja yang berbeda-beda. Masing-masing tenaga
kerja memiliki rata-rata jam kerja selama 8 jam/hari. Untuk
tenaga kerja bagian produksi dan tenaga kerja bagian security,
setiap harinya terbagi menjadi 2 shift kerja. Adapun jam kerja
dari setiap tenaga kerja di PT. Malindo Food Delight dapat
dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Jam Kerja Tenaga Kerja pada PT. Malindo Food
Delight
Tenaga Kerja Hari Kerja Jam Kerja
Staff Senin-Jumat 08.30-17.30
(istirahat antara
12.00-13.00)
Bagian Produksi Senin-Jumat Shift 1: 06.00-15.00
Shift 2: 15.00-23.00
Security Senin-Minggu Shift 1: 08.00-20.00
Shift 2: 20.00-08.00
Sumber: PT. Malindo Food Delight

d. Fasilitas tenaga kerja


PT. Malindo Food Delight memberikan fasilitas kesehatan
kepada tenaga kerjanya berupa BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial). Sedangkan untuk fasilitas lainnya seperti area
olahraga yang diperuntukkan karyawan melakukan olahraga
seperti futsal dan badminton, kantin, mushola, ruang P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) atau kamar klinik yang
terletak di dalam mess.

e. Cuti
PT. Malindo Food Delight memberikan cuti kepada setiap
tenaga kerja. Setiap tenaga kerja memiliki hak untuk mengambil
cuti, dimana cuti diberikan untuk satu bulan selama satu kali
sehingga jika diakumulasikan selama satu tahun, tenaga kerja
diperbolehkan cuti selama 12 hari. Namun, harus
dikoordinasikan dengan pimpinan terlebih dahulu mengenai
alasan mengambil cuti. Hal tersebut berlaku untuk tenaga kerja
yang telah bekerja minimal satu tahun berturut-turut.
Ketenagakerjaan di PT. Malindo Food Delight dikelola
dengan cukup baik. Karyawan bagian produksi merupakan
masyarakat yang tinggal di sekitar area industri. Ketersediaan
tenaga kerja di sekitar industri, membantu perusahaan dalam
mencari karyawan baru. Perusahaan menjamin kesehatan
karyawan dengan mendaftarkan karyawan pada BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial). Pemberian cuti sebulan sekali
masih kurang, karena cuti tidak dapat diakumulasikan.
Seperti yang diatur pada pasal 3 ayat (2) UU nomor 3
tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja telah dijelaskan
bahwa setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga
kerja (Putri, 2015). Kehadiran aktivitas perusahaan, membuka
lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya. Harapan
masyarakat akan peningkatan sosial ekonomi, merupakan
kesempatan yang diberikan perusahaan (Muchni, 2008).
4.5 Mesin dan Peralatan

PT. Malindo Food Delight menggunakan mesin-mesin yang


digunakan untuk membantu proses produksi. Mesin-mesin yang
digunakan untuk produksi nugget antara lain:
1. Mesin MDM
Merupakan mesin yang digunakan untuk memisahkan antara
daging dan tulang secara mekanik.

2. Mesin Bowl Cutter


Merupakan mesin yang berfungsi untuk mencacah daging
atau raw material yang akan diproses.
3. Mesin Grinder
Merupakan mesin yang berfungsi untuk menghancurkan
daging menjadi kecil-kecil.

4. Mesin Mixer
Merupakan mesin yang berfungsi untuk mencampur raw
material agar homogen, sehingga nantinya menghasilkan
adonan yang baik.
5. Mesin Forming
Merupakan mesin yang berfungsi untuk mencetak nugget
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditetapkan. Seperti
contoh pada pencetakan nugget dino, nugget stick, nugget
original dan nugget varian.

6. Mesin Fryer
Merupakan mesin yang berfungsi untuk menggoreng adonan
yang telah dicetak sampai setengah matang

7. Mesin Oven/Flow cook


Merupakan mesin yang berfungsi untuk mengoven produk
yang telah digoreng sebelumnya
8. Spiral Freezer :Merupakan mesin yang berfungsi
untuk membekukan produk yang telah
dioven, kemudian masuk ke spiral
untuk di bekukan. Setelah produk beku,
produk di packing dan disimpan di cold
storage.
9. Metal Detector :Merupakan mesin yang memiliki fungsi
untuk mendeteksi adanya metal ataupun
logam yang terdapat pada produk
sebelum akhirnya produk dikemas
kedalam karton, sehingga mesin ini akan
otomatis menghentikan produk yang
didalamnya terdapat metal atau logam.

Mesin yang digunakan untuk produksi nugget merupakan


mesin yang memiliki fungsi umum. Rata-rata, fungsi mesin
dapat digunakan merupakan fungsi yang umum dimiliki
perusahaan makanan. Mesin khusus nugget adalah mesin
bread crumb, yaitu mesin untuk memberi tepung roti.
Penggunaan mesin dan peralatan yang memadai dan sesuai
kebutuhan akan menghasilkan produk akhir yang berkualitas
(Suprapti, 2007). Penggunaan mesin seharusnya dibuat standar
kerja, cara pengoperasian, pemeliharaan, serta penanganan.
Apabila hal ini dilakukan maka mesin akan dapat beroperasi
dengan baik selama produksi (Yuyun dan Gunarsa, 2011).

4.6 Proses Produksi


Pada PT. Malindo Food Delight menerapkan proses produksi
kontinu. Proses produksi tersebut di pilih karena proses
produksi pada PT. Malindo Food Delight berjalan secara terus-
menerus dalam setiap harinya. Hal tersebut dilakukan karena
produk tidak diperuntukkan hanya satu konsumen saja,
melainkan untuk banyak konsumen sehingga perlu dilakukan
proses produksi secara terus-menerus untuk memenuhi
permintaan konsumen. Pola aliran produksi yang digunakan
yaitu dengan menggunakan pola aliran straight line. Sedangkan
untuk tipe tata letak fasilitas produksi menggunakan tipe product
layout. Kapasitas produksi dalam satu shift ada 5 hingga 6 ton,
sedangkan dalam satu hari terdapat dua shift, sehingga dalam
satu hari kapasitas produksi yang dihasilkan dapat mencapai 10
hingga 12 ton perharinya. Diagram alir proses pembuatan
nugget dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut tahapan –
tahapan pembuatan nugget:

1. Receiving
Dalam receiving terdapat raw material frozen yaitu daging
ayam seperti BSL (Bone, Skin, Leg), BSB, BSL Block, wing dan
tulip wing. Bahan-bahan tersebut dilakukan pengontrolan oleh
QC (Quality Control) seperti kondisi truk pengangkut,
organoleptik, Tcore produk (-18oC), kemasan, identitas produk,
dan COA. Selain itu terdapat dry material seperti tepung, bumbu
yang berbentuk tepung, seasoning (MSG, garam, bawang putih,
bawang merah dalam bentuk bubuk), dan BTP (Bahan
Tambahan Pangan).

2. Penyimpanan Raw Material


Dalam penyimpanan raw material dibagi menjadi dua yaitu
penyimpanan di cold storage untuk raw material dalam bentuk
frozen seperti daging ayam, dan penyimpanan dry storage
digunakan untuk menyimpan dry material seperti bahan tepung-
tepungan dan starch, seasoning (MSG, garam, bawang putih,
bawang merah dan sebagainya dalam bentuk bubuk), dan
pewarna (khusus untuk sosis). Setiap bahan tersebut dilakukan
pengecekan oleh QC seperti pada raw material frozen dicek
GMP (Good Manufacturing Practice), FEFO (First Expired First
Out), dan organoleptik (warna, aroma, tekstur dll).

3. Frozen & Dry Material


Untuk produk frozen seperti daging ayam harus ditimbang
terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan proses produksi.
Bagian produksi melakukan permintaan pada pihak warehouse
untuk daging ayam yang dibutuhkan. Setelah ditimbang,
dilakukan proses thawing pada daging ayam tersebut. Proses
thawing merupakan proses yang menjadi perantara antara
proses frozen dan chilling, untuk suhu frozen -18oC dan untuk
suhu chilling 1oC hingga 5oC. setelah dilakukan thawing,
kemudian dilakukan grinding atau proses penggilingan. Dari
proses grinding kemudian dilakukan penimbangan sesuai
dengan formula atau komposisi yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Penimbangan berfungsi agar bahan yang akan
digunakan dalam produksi sesuai dengan formula yang telah
dirancang sebelumnya sehingga didapatkan produk sesuai
dengan yang diharapkan. Kemudian dalam kondisi meat cart
merupakan kondisi dimana daging siap di mixing.
Sedangkan untuk dry material setelah melalui proses
penyimpanan kemudan dihitung kuantitas yang diperlukan
sesuai dengan formula. Dry material seperti tepung terigu
dilakukan pengecekan dengan cara mengambil sampelnya
untuk dilihat bagaimana cemarannya dan tanggal expired, jika
QC telah melakukan pengecekan dan bahan tersebut dalam
keadaan baik maka dapat dilanjutkan untuk proses berikutnya
yaitu ditimbang sesuai dengan formula dan kemudian dry
material siap untuk di mixing.

4. Mixing
Daging dan dry material yang telah siap tadi kemudian
ditambahkan air dan es. Penambahan es tersebut berfungsi
untuk mempertahankan suhu dalam adonan agar tetap <10oC.
Dimana untuk suhu daging ayam tersebut maksimal 5oC,
sehingga saat di mixing perlu adanya penambahan es agar
suhu dapat dipertahankan <10oC. Setelah dilakukan mixing,
maka jadilah adonan yang siap disimpan terlebih dahulu
sebelum dilakukan forming. Pada adonan tersebut dilakukan
pengecekan oleh QC, dimana parameter yang diukur seperti
suhu adonan <10oC, konsistensi kekentalan adonan, dan
organoleptik (warna, tekstur, dll kecuali rasa).
5. Penyimpanan adonan
Setelah terbentuk adonan, kemudian adonan dimasukkan
kedalam keranjang merah, dimana keranjang merah tersebut
dinding-dindingnya terdapat lubang-lubang yang berfungsi agar
udara dapat masuk kedalam adonan yang disimpan. Adonan
yang telah masuk ke dalam keranjang tersebut selanjutnya
dilakukan proses thawing namun dengan suhu chiller yaitu -3oC
sampai -5oC selama minimal 24 jam. hal tersebut bertujuan agar
adonan nantinya mudah untuk dicetak, karena suhu tersebut
merupakan suhu optimal untuk adonan.

6. Forming
Adonan yang telah disimpan selama 24 jam, kemudian
dicetak dengan menggunakan mesin multi former. Proses
pencetakan produk disesuaikan dengan ketentuan produk.

7. Coating 1
Setelah adonan dibentuk sesuai dengan ketentuan produk,
kemudian dilakukan coating dengan memakai mesin butter
coating. Saat proses coating dilakukan pengecekan suhu dan
konsistensi (kekentalan) adonan yang telah dicetak tersebut
oleh QC. Suhu dalam adonan yang telah dicetak maksimal 5oC
karena pada suhu tersebut bakteri tidak dapat berkembang
dengan cepat.

8. Coating 2
Setelah dilakukan proses coating 1, kemudian dilakukan
proses coating 2. Dalam proses coating 2 memakai mesin bread
crumb yang digunakan untuk menambahkan tepung roti pada
adonan nugget yang sebelumnya telah dicetak. Tepung roti
tersebut sebelumnya telah ditimbang didalam ruang premix
sesuai dengan formula, untuk mengetahui berapa bahan yang
dibutuhkan untuk proses produksi.

9. Frying (Penggorengan)
Adonan yang telah di coating, kemudian dimasukkan
kedalam tempat penggorengan atau frying dengan suhu minimal
150oC selama 45 sampai 50 detik. Tujuan dari penggorengan ini
sendiri yaitu untuk mematangkan atau membentuk coating serta
membentuk warna agar berwarna kuning keemasan. Namun
proses ini tidak mematangkan produk, melainkan hanya untuk
membentuk warna produk saja. Suhu maksimal produk setelah
proses ini yaitu 60oC.

10. Cooking
Cooking atau biasa disebut dengan pemasakan produk
dilakukan didalam mesin Oven Flow Cook. Waktu yang
dibutuhkan dalam proses cooking ini selama 3 menit untuk
produk nugget, sedangkan suhu yang diperlukan yaitu 150oC.
Tujuan dari proses ini yaitu untuk mematangkan produk dengan
suhu minimal 83oC, dimana pada suhu tersebut semua
mikroorganisme dapat mati. Pada proses ini dilakukan CCP
(Critical Control Point) oleh QC dikarenakan pada proses ini
merupakan step terakhir untuk mengurangi atau mematikan
bakteri hingga pada level aman untuk produk dapat dikonsumsi
yaitu kurang lebih jumlah koloni bakteri sekitar 1 x 104 (Standar
Nasional Indonesia). Selain itu QC juga melakukan pengecekan
terhadap suhu produk dan kondisi organoleptik produk (warna,
rasa, bentuk, aroma dll).

11. Freezing
Setelah dilakukan proses cooking, kemudian dilakukan
freezing pada produk dengan menggunakan mesin spiral
freezer. Produk dimasukkan kedalam spiral freezer dengan
suhu <-27oC dengan waktu 30 hingga 40 menit. Suhu produk
setelah mengalami freezing adalah -18oC, namun pada
kenyataannya biasanya suhu produk adapula hanya -14oC, hal
tersebut dikarenakan spiral freezer yang digunakan mempunyai
kapasitas yang sedikit serta jarak antara proses sebelumnya
dengan freezing yang terlalu dekat sehingga suhu tidak bisa
mencapai -18oC, karena dari proses yang panas langsung
menuju proses pendinginan. Namun hal tersebut masih dalam
kategori batas aman. Dalam proses freezing dilakukan CCP
oleh QC hal tersebut karena ini merupakan step terakhir untuk
mempertahankan jumlah mikroorganisme yang ada dalam
produk dalam level yang aman untuk dikonsumsi.

12. Packing
Proses packing produk dilakukan dengan cara manual,
dimana pemasukan produk kedalam kemasan dilakukan oleh
tenaga kerja yang bertugas. Kemasan yang digunakan yaitu
dengan kemasan primer yang mana bersentuhan secara
langsung dengan produk. Pengemasan dilakukan dengan
memasukkan produk sesuai dengan….

13. Weighing
Proses penimbangan produk dilakukan ketika produk sudah
dimasukkan kedalam kemasan. Penimbangan dilakukan dengan
menggunakan timbangan analitik secara manual oleh tenaga
kerja yang bertugas. Penimbangan dilakukan sesuai dengan
berat produk yang telah ditentukan. Penimbangan dilakukan
bertujuan agar produk yang akan dipasarkan beratnya sesuai
dengan berat produk yang tertera diluar kemasan produk.

14. Sealing
Proses sealing merupakan proses dimana menutup kemasan
agar udara tidak dapat masuk kedalam kemasan serta agar
produk terjaga higienitasnya dan mencegah adanya kontaminasi
lain pada produk. Proses ini dilakukan dengan menggunakan
mesin sealer.

15. Metal Detecting


Metal detecting merupakan proses pendeteksian adanya
logam ataupun metal yang terdapat didalam produk. Proses ini
menggunakan mesin metal detector, dimana mesin ini akan
menghentikan produk ketika produk tersebut didalamnya
terdapat metal atau logam. Pada proses ini dilakukan CCP oleh
QC karena proses ini merupakan step terakhir untuk mendeteksi
adanya logam atau metal yang ada didalam produk sehingga
perlu adanya pengendalian.

16. Cartoning
Cartoning merupakan proses dimana memasukkan produk
yang telah dikemas dengan kemasan primer kedalam karton.
Karton tersebut terdiri atas tiga lapisan, hal tersebut agar saat
produk yang telah dikarton dimasukkan kedalam suhu dingin,
karton tidak mudah lembek atau hancur.
17. Cold Storage
Setelah produk dimasukkan ke dalam karton, selanjutnya
produk tersebut disimpan ke dalam cold storage dengan suhu -
18oC. Namun, aktualnya dapat mencapai suhu -27oC. Produk
yang telah disimpan ke dalam cold storage mampu bertahan
hingga sesuai dengan tanggal kadaluarsa.

Proses produksi nugget di PT. Malindo Food Delight


dilakukan dengan sistem kontinu. Aliran bahan produksi nugget
berjalan sesuai dengan urutan proses. Untuk pembuatan nugget
menggunakan BSL (Bone less, Skin less, Leg) dan BSB (Bone
less, Skin less, Breast), yaitu daging ayam tanpa tulang.
Penggunaan BSL dan BSB dapat mempercepat waktu produksi,
karena tidak perlu melakukan pemisahan tulang. Daging BSL
dan BSB merupakan daging bagian paha dan dada. Biasanya
nugget terbuat dari daging bagian dada saja. Namun dengan
menggunakan daging bagian paha, akan mengurangi biaya
produksi. Pengurangan biaya produksi akan membuat rendah
harga jual produk nugget.
Pembuatan chicken nugget pada umumnya hanya
menggunakan daging dari bagian dada. Daging dari bagian ini
banyak disukai konsumen karena kandungan lemaknya rendah,
serabut dagingnya seragam, dan warnanya yang terang. Namun
hal ini akan mengakibatkan tingginya biaya produksi yang pada
akhirnya akan menyebabkan tingginya harga jual produk
chicken nugget. Oleh karena itu, perlu diupayakan alternatif
pembuatan chicken nugget dengan tanpa mengurangi nilai gizi
maupun daya terima konsumen. Caranya, dengan membuat
chicken nugget dari berbagai bagian karkas broiler. Hal ini bisa
menekan biaya produksi yang pada akhirnya akan lebih bisa
diterima konsumen, karena harganya yang terjangkau (Sutaryo
dkk, 2006).

4.7 Tata Letak Fasilitas

Pemilihan tata letak merupakan hal yang sangat penting


dalam sebuah perusahaan. Tata letak pada PT. Malindo Food
Delight terdapat tata letak umum dan tata letak produksi. Tata
letak pada tempat produksi yang diterapkan pada PT. Malindo
Food Delight yaitu Product Layout. Untuk fasilitas umum yang
digunakan oleh tenaga kerja antara lain:
a. Laboratorium
Laboratorium disediakan oleh perusahaan untuk menguji
bahan baku sebelum diproses lebih lanjut, serta digunakan
untuk menguji produk akhir sebelum sampai ke tangan
konsumen.
b. Ruang Ganti dan Loker
Ruang ganti dan loker disediakan perusahaan hanya untuk
karyawan bagian produksi saja. Ruang ganti yang disediakan
dibagi menjadi dua untuk pria dan wanita, begitu juga untuk
loker yang disediakan. Ruang ganti dan loker berada pada
pintu masuk ruang produksi. Dalam ruang ganti tersebut
disediakan satu set pakaian khusus yang digunakan dalam
proses produksi seperti baju khusus, sepatu, sarung tangan,
masker dan penutup kepala.
c. Mess
Perusahaan menyediakan dua mess yang digunakan untuk
beristirahat. Di dalam salah satu mess terdapat ruangan P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) atau biasa disebut
dengan klinik yang digunakan untuk tempat pertolongan
pertama jika ada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
saat melakukan pekerjaannya. Fasilitas yang disediakan
didalam mess antara lain tempat tidur, televisi, lemari es,
dispenser, meja makan, dan dua kamar mandi.
d. Mushola
Perusahaan meyediakan mushola sebagai tempat untuk
beribadah bagi karyawan yang beragama muslim. Mushola
yang terdapat di perusahaan sebanyak satu buah yang
letaknya diantara mess dan tempat laundry. Didalam
mushola disediakan peralatan sholat yang dapat digunakan
karyawan.
e. Toilet
Jumlah toilet yang tersedia sebanyak kurang lebih 10 buah.
Lantai toilet terbuat dari ubin yang selalu dijaga
kebersihannya. Pembersihan toilet dilakukan secara rutin
oleh pegawai yang bersangkutan dan dilakukan jadwal
pembersihannya.
f. Tempat Parkir
Perusahaan menyediakan dua tempat parkir, yaitu untuk
karyawan dan untuk atasan. Tempat parkir untuk atasan
terletak di depan kantor, sedangkan tempat parkir untuk
karyawan terletak di bagian belakang dekat dengan kantin.
g. Tempat Laundry
Perusahaan menyediakan tempat laundry sebagai tempat
untuk mencuci pakaian yang digunakan karyawan bagian
produksi. Di dalam tempat laundry terdapat dua mesin, yaitu
mesin pencuci dan mesin pengering.
h. Kantin
Kantin disediakan oleh perusahaan untuk tempat karyawan
istirahat makan siang. Didalam kantin terdapat penjual yang
menyediakan makanan, minuman, dan makanan ringan.

i. Area Olah Raga


Perusahaan menyediakan area olah raga yang digunakan
untuk tenaga kerja yang ingin berolah raga. Didalam area
tersebut juga disediakan fasilitas untuk olah raga futsal,
badminton dll.

Tata letak fasilitas PT. Malindo Food Delight diatur agar


proses bongkar muat bahan baku nugget berjalan baik. Di
sekitar area produksi juga terdapat garis kuning sebagai lintasan
yang aman bagi pejalan kaki. Penempatan fasilitas umum
diletakkan terpusat di belakang pabrik, agar karyawan bisa
istirahat dan juga sholat. Tata letak produksi yang digunakan
adalah product layout, sehingga produksi nugget berjalan sesuai
aliran proses produksi.
Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia
industri. Tata letak fasilitas merupakan pengaturan fasilitas-
fasilitas, guna menunjang kelancaran proses produksi. Tata
letak berdasarkan product layout dikelompokkan berdasarkan
langkah-langkah pemrosesan (Kristinawati, 2007).

4.8 Sanitasi

PT. Malindo Food Delight menerapkan sanitasi dan cleaning


pada ruangan produksi, mesin dan peralatan serta para pekerja.
Hal tersebut dilakukan agar lingkungan kerja menjadi aman dan
nyaman. Tujuan dari sanitasi sendiri yaitu untuk mengurangi
kontaminasi bakteri secara fisik maupun kimia, mengurangi
potensi tikus dan lalat, memberikan kesan yang baik terhadap
pelanggan. Sanitasi merupakan syarat wajib bagi peraturan
BPOM/ISO/Halal.

a. Sanitasi Ruang
Sanitasi ruang diterapkan di dalam ruang produksi yang
meliputi area dinding-dinding, pintu, langit-langit dan lantai area
produksi. Proses sanitasi ruang biasanya dilakukan setelah
proses produksi berlangsung. Proses produksi dilakukan selama
2 shift dalam sehari, dimana satu shift untuk produksi nugget
dan satu shift lainnya dilakukan pembersihan mesin, peralatan
dan area produksi. sanitasi pada dinding-dinding, langit-langit
dan lantai dilakukan dengan menyikat menggunakan bahan
kimia yang bersifat basa yang sebelumnya dilarutkan dengan air
terlebih dahulu. Sanitasi pada pintu dilakukan dengan cara
membersihkan pintu apabila ada kerak dengan cara disikat.
Apabila terjadi kerusakan pada segel pintu maka akan
dilaporkan kepada penanggung jawab. Untuk menghalau
serangga masuk kedalam ruang produksi, di depan pintu masuk
dipasang plastik curtain.

b. Sanitasi Mesin dan Peralatan


Sanitasi pada mesin maupun peralatan yang berhubungan
dengan proses produksi dilakukan sanitasi tujuannya agar
menghindari adanya kontaminasi terhadap produk. Sanitasi
yang dilakukan pada mesin dan peralatan sampai detail terkecil
seperti baut. Bahan kimia yang digunakan dalam proses sanitasi
harus food grade.sanitasi dilakukan pada mesin-mesin antara
lain mesin grinder, mixer, frayer, oven, conveyor, pallet dan
keranjang. Proses sanitasi mesin dan peralatan dilakukan pada
ruang khusus cleaning dan sanitasi. Sanitasi pada mesin dan
peralatan dilakukan dengan cara membersihkan mesin maupun
peralatan sesudah digunakan dalam proses produksi. Mesin
dan peralatan tersebut disemprot dengan bahan kimia khusus
yang telah dilarutkan air. Untuk pembersihan mesin frayer dan
oven yang keraknya masih tipis dibersihkan dengan
menggunakan bahan kimia bersifat basa. Sedangkan untuk
mesin frayer dan oven dengan kerak yang tebal dilakukan
pembersihan dengan menggunakan bahan kimia yang bersifat
asam. Untuk sanitasi pada body mesin digunakan bahan kimia
yang bersifat basa.

c. Sanitasi Pekerja
Sanitasi tidak hanya dilakukan terhadap ruangan maupun
mesin dalam proses produksi, namun para pekerja yang
berhubungan langsung dengan proses produksi juga dilakukan
sanitasi. Para tenaga kerja bagian produksi, tenaga kerja lain
maupun visitor yang akan memasuki ruangan produksi
diwajibkan terbebas dari penyakit hepatitis B, hal tersebut
dikarenakan penyakit tersebut dapat mengkontaminasi produk
yang akan diproduksi serta gejalanya tak terlihat. Sebelum
memasuki ruangan produksi, karyawan bagian produksi harus
memakai pakaian khusus yang telah disediakan. Selain itu
karyawan diwajibkan memakai masker, penutup rambut dan
sepatu boot. Hal wajib lainnya yang harus dilakukan yaitu
mencuci tangan dengan sabun yang bersifat netral serta
mengandung desinfektan. Sanitasi karyawan dilakukan melalui
hygiene person, yaitu sikap karyawan dalam menjaga
kebersihannya sendiri. Hygiene person dilihat dari kebersihan
pakaian yang digunakan karyawan, kuku tidak panjang dan
rambut rapi atau tidak panjang. Saat proses produksi karyawan
diharuskan mengganti sarung tangan setiap 2 jam sekali.
Perusahaan menyediakan fasilitas laundry yang digunakan
untuk mencuci pakaian kotor yang digunakan setelah proses
produksi. Pakaian produksi hanya boleh dipakai didalam ruang
produksi, setelah di luar ruang produksi harus dilepas.
Perusahaan melakukan briefing sebulan sekali untuk
mengontrol hygiene person dari karyawan.

Proses sanitasi yang dilakukan perusahaan sudah baik.


Perusahaan melakukan sanitasi mesin dan peralatan setelah
produksi selesai. Pengontrolan bagian ruang produksi yang
rusak langsung dilaporkan dan diperbaiki. Briefing sanitasi
karyawan dilakukan rutin sebulan sekali, untuk menjaga hygiene
person.
Sanitasi tempat pengolahan makanan sangat menentukan
kualitas makanan. Sanitasi yang buruk dapat menyebabkan
kontaminasi makanan. E.coli merupakan salah satu Indikator
pencemaran makanan. Selain sanitasi, ada hubungan yang
signifikan antara personal higiene dengan kontaminasi E.coli
pada makanan. Personal higiene harus dijaga, karena
melakukan kontak langsung dengan makanan (Yunus dkk,
2015).

4.9 Limbah

Limbah yang dihasilkan pada proses produksi PT. Malindo


Food Delight yaitu berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah
padat yang dihasilkan berasal dari tulang ayam. Limbah cair
yang dihasilkan berupa sludge atau lumpur. Limbah tersebut
bercampur menjadi satu diantaranya ada lemak, minyak, tepung
adonan yang sudah tercampur air, detergen, chemical untuk
pembersihan sanitasi yang selanjutnya mengalami proses
pengolahan.

a. Limbah Padat
Limbah padat berasal dari tulang ayam yang tidak terpakai
dalam proses pembuatan nugget. Tulang tersebut dikumpulkan
kemudian disimpan kedalam cold storage. Tulang ayam yang
sudah terkumpul akan dikirim pada penadah. Penadah
memanfaatkan tulang-tulang ayam tersebut untuk bahan
konsentrat pakan sapi.

b. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan kemudian diolah dengan
mnggunakan WWTP (Wastewater Treatment Plant). WWTP
(Wastewater Treatment Plant) merupakan sarana yang
digunakan untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dari
ruang produksi. Penempatan WWTP harus berdekatan dengan
kolam limbah. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan cara
menampung limbah cair hasil produksi dimana tercampur
minyak, lemak, tepung adonan yang tercampur air, detergen,
dan chemical didalam kolam penampungan (screening
chamber). yang selanjutnya ditransfer pada grease trap yang
berfungsi untuk memisahkan minyak, lemak, dan kotoran lain
yang bercampur dalam limbah tersebut. Kemudian air yang
sudah terpisah dari kotoran tersebut ditampung dalam influent
chamber yang selanjutnya dimasukkan kedalam equalizing tank
untuk di aerasi agar bakteri dapat hidup. Kemudian dialirkan
melewati flow control box untuk diperiksa jika ada kotoran yang
ikut bercampur, setelah itu dimasukkan kedalam aeration tank
untuk menghidupkan bakteri. Kemudian dimasukkan dalam
mixing tank untuk mencampur limbah dengan chemical
(coagulant feeder, alkali feeder, ammonia), fungsi alkali sendiri
untuk mengikat limbah tersebut agar dapat mengendap. Lalu
setelah dicampurkan, limbah tersebut ditransfer ke
sedimentation tank untuk dilakukan pemisahan.
Lumpur yang mengendap ditransfer ke bak lumpur (sludge
drying bed), kemudian kotoran yang mengambang dipompa
dengan scum skimmer pump lalu dikembalikan pada aeration
tank. Selanjutnya hasil air yang jernih di filter dengan influent
pump lalu dimasukkan dalam tabung sand filter dan carbon filter
untuk menghilangkan bakteri atau racun yang ada dalam air.
Setelah itu dialirkan dengan diberi chlorine feeder untuk
menjernihkan air dan membunuh bakteri yang ada di air.
Kemudian air tersebut ditampung pada effluent tank, lalu
dialirkan atau dibuang ke kawasan. Air yang dibuang tersebut
berupa air bersih dengan pH normal. Sedangkan untuk lumpur
yang ditampung pada bak sludge drying bed dibiarkan hingga
kering kemudian dimasukkan kedalam karung dan dilakukan
pengolahan lanjutan oleh pihak kedua. Standar kadar limbah
cair di PT. Malindo Food Delight dapat dilihat pada Tabel 4.3 di
bawah ini.

Tabel 4.3 Standar Kadar Limbah Cair


BAKU
NO. PARAMETER SATUAN
MUTU *)
1 BOD mg/L 300
2 COD**) mg/L 500
3 Sulfida (H2S) mg/L 0,05
4 Detergen (MBAS) mg/L 5
5 Fenol mg/L 0,5
6 Minyak & Lemak mg/L 15
7 pH (260C)**) - 6,0 - 9,0
8 Amonia Total (NH3-N)**) mg/L 20
9 Zat Padat Tersuspensi (TSS)**) mg/L 200
10 Warna mg/L 300
11 Tembaga (Cu)**) mg/L 2
12 Seng (Zn)**) mg/L 5
13 Kromium heksavalen (Cr VI)**) mg/L 0,1
14 Kromium Total (Cr)**) mg/L 0,5
15 Kadmium (Cd)**) mg/L 0,05
16 Timbal (Pb)**) mg/L 0,1
17 Nikel (Ni)**) mg/L 0,2
Keterangan: *) = Peraturan Kawasan Industri GIIC (Greenland
International Industrial Center), Lampiran 10 Baku Mutu
Air Limbah yang memasuki Sistem Pembuangan Limbah
**) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
< = Lebih kecil
Sumber: PT. Malindo Food Delight (2016)

Pengolahan limbah cair di perusahaan sudah baik, karena


limbah hasil pengolahan sudah memenuhi standar kadar limbah
cair. Pengolahan limbah cair dilakukan agar standar air limbah
tercapai, sebelum dibuang ke kawasan. Pengolahan limbah cair
sudah sangat baik, karena menggunakan WWTP. WWTP
adalah pengolahan dengan beberapa perlakuan yang sesuai
dengan standar.
Limbah cair dijumpai pada industri yang menggunakan air
pada proses produksinya. Limbah ini akan melalui beberapa
proses pengolahan, sebelum nantinya dibuang ke badan air
penerima. Pengolahan air limbah bertujuan untuk mempercepat
penjernihan air limbah dan mengurangi konsentrasi senyawa
beracun air limbah. Limbah yang memenuhi standar baku mutu
lingkungan, selanjutnya dibuang ke badan air penerima
(Wulansari, 2011).

4.10 Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan


oleh perusahaan agar suatu barang ataupun jasa yang
dihasilkan dapat sampai ke tangan konsumen. Strategi
pemasaran yang diterapkan oleh PT. Malindo Food Delight yaitu
menggunakan bauran pemasaran (Marketing Mix) yang terdiri
dari product (produk), price (harga), place (distribusi), dan
promotion (promosi). Selain itu, PT. Malindo Food Delight juga
menerapkan strategi STP (Segmenting, Targeting, Positioning).
Adapun konsep pemasaran 4P sebagai berikut:
a. Product (Produk)
PT. Malindo Food Delight memiliki tiga brand produk yaitu
Sunny Gold, Ciki Wiki, dan Sobat. Untuk produk nugget
sendiri memiliki brand Sunny Gold dan Ciki Wiki. Adapun
keunggulan yang dimiliki oleh produk yaitu terbuat dari
daging segar yang berasal dari peternakan ayam sendiri.
Kaya akan kandungan protein dan sehat, dan rasa lebih lezat
dibandingkan dengan produk kompetitor.
b. Price (Harga)
Harga merupakan hal yang penting ketika membeli sebuah
produk. Strategi harga yang digunakan oleh PT. Malindo
Food Delight yaitu dengan mematok harga yang kompetitif
atau bersaing dimana harga masih di bawah produk-produk
yang telah memiliki nama besar. Harga tersebut masih di
bawah produk competitor, tujuannya agar mampu
menjangkau pasar yang lebih luas lagi.
c. Place (Distribusi)
Distribusi produk yang telah dilakukan mencakup pulau
jawa, Bali, dan Sumatera. Sasaran saluran distribusi yaitu
untuk modern market seperti hypermart dan carefour.
Sedangkan untuk tradisional market dilakukan
pendistribusian ke agen-agen kemudian retail ataupun
langsung ke tangan konsumen. Pola distribusi yang
dilakukan pada PT. Malindo Food Delight yaitu zero level
channel, one level channel dan two level channel.
d. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan salah satu cara yang digunakan
perusahaan untuk menarik minat konsumen dengan
mengenalkan keunggulan produk. Promosi yang dilakukan
untuk pemasaran produk pada PT. Malindo Food Delight
dilakukan dengan cara pengiklanan di radio dan koran. Serta
dilakukan promosi secara langsung dengan mengadakan
event yang biasa disebut “Grebek Pasar”. Di dalam event
tersebut dilakukan promosi produk-produk PT. Malindo Food
Delight dengan memperkenalkan keunggulan yang dimiliki
produk, serta dilakukan demo memasak, dan menjual produk
secara langsung. Rencana promosi produk akan dilakukan
dengan menggunakan social media yaitu facebook dan
twitter. Hal tersebut dikarenakan banyaknya masyarakat
yang menggunakan media social. Media sosial merupakan
sarana promosi yang baik dan diharapkan mampu menarik
minat konsumen lebih banyak.

Adapun strategi pemasaran dengan menggunakan STP


sebagai berikut:
a. Segmenting (Segmentasi)
Untuk segmentasi yang digunakan dari segi demografis yaitu
mengarah pada kelas menengah atas dan kelas menengah
bawah. Dimana pengelompokan tersebut dibagi berdasarkan
produk, yaitu untuk produk dengan brand Sunny Gold
diperuntukkan konsumen kelas menengah atas, sedangkan
brand Ciki Wiki dan Sobat diperuntukkan konsumen kelas
menengah bawah. Produk Ciki Wiki lebih ditargetkan untuk
anak-anak. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkatan harga
yang ditetapkan untuk produk-produk tersebut.
b. Targeting (Target)
Target pemasaran produk-produk PT. Malindo Food Delight
ini mengarah pada sasaran ibu-ibu muda antara 25 sampai
35 tahun, dan anak-anak.
c. Positioning (Posisi)
PT. Malindo Food Delight memposisikan produk sebagai
follower atau pengikut. Posisi tersebut merupakan posisi
dimana menempatkan produk-produk di bawah produk yang
telah memiliki nama besar.

Promosi yang dilakukan PT. Malindo Food Delight belum


cukup baik. Promosi masih terbatas pada media koran dan
radio. Terbatasnya media promosi dapat membuat produk tidak
dikenal masyarakat. Hal ini akan membuat produk nugget
perusahaan kalah bersaing dengan produk nugget perusahaan
lainnya. Segmentasi perusahaan menjangkau semua kalangan,
dengan membuat brand nugget yang berbeda sesuai segmen.
Perusahaan melakukan analisis pasar untuk menentukan
segmen pasar yang ingin dituju. Adanya analisis tersebut dapat
menghasilkan segmentasi pasar yang terbaik. Setelah segmen
pasar ditetapkan, perusahaan melakukan promosi sesuai
dengan segmen tersebut. Tujuan promosi, untuk
memperkenalkan produk pada setiap segmen (Mudayana,
2010).

4.11 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu pada PT. Malindo Food Delight


dilakukan oleh Departemen Quality Control (QC) yang mana
bertanggungjawab terhadap pengendalian mutu terpadu
perusahaan dan menjadi gerbang terakhir sebelum produk
sampai ke tangan konsumen. Ruang lingkup QC meliputi
penerimaan bahan baku, proses produksi sampai distribusi
produk. Setiap produk diuji secara sampling agar didapat
gambaran terhadap mutu dari produk yang dihasilkan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Proses analisa mutu
pada produk nugget meliputi analisa bahan baku yang masuk,
proses produksi serta distribusi produk.

a. Pengendalian Mutu Bahan Baku


Pengendalian mutu bahan baku perusahaan diserahkan
kepada perusahaan supplier. Perusahan supplier bahan baku
merupakan perusahaan yang sudah memiliki lisensi mutu dan
merupakan perusahaan yang telah dipercaya. Oleh karena itu,
pengendalian mutu bahan baku pada PT. Malindo Food Delight
dimulai dari penerimaan bahan baku. Tetapi QC juga melakukan
pengawasan secara umum terhadap perusahaan supplier
bahan baku. Setiap bahan baku yang masuk dilakukan
pengecekan oleh QC. Misalnya saja untuk bahan tepung
dilakukan pengecekan dengan cara dilihat bagaimana kondisi
tepung itu sendiri seperti warna, aroma, tekstur serta diayak
untuk mengetahui apakah di dalam tepung tersebut terdapat
benda asing yang dapat membahayakan jika dikonsumsi atau
kondisi sudah baik, begitupun untuk bahan-bahan lain juga
dilakukan pengecekan agar mutu dari bahan-bahan yang akan
melalui proses produksi mampu terjaga dan nantinya
menghasilkan produk yang bermutu baik.

b. Pengendalian Mutu Proses Produksi


Sebelum melakukan proses produksi nugget, tidak hanya
setiap prosesnya saja yang harus memenuhi persyaratan
ataupun peraturan, melainkan tenaga kerja yang menangani
proses produksi juga harus memenuhi beberapa peraturan,
antara lain:
1. Memakai baju yang telah disediakan perusahaan untuk
menjaga kebersihan tenaga kerja
2. Memakai penutup kepala agar produk tidak
terkontaminasi rambut dan mencegah kotoran masuk
pada rambut
3. Mencuci tangan agar bersih dan terhindar dari mikroba
4. Memakai sarung tangan agar produk tercegah dari
kontaminasi
5. Menggunakan sepatu boots untuk mencegah terjadinya
terpleset saat bekerja
6. Menggunakan masker agar CO2 dan bakteri yang
dihasilkan dari pernafasan tidak mengkontaminasi
produk
7. Melepaskan perhiasan yang digunakan seperti cincin,
gelang dan jam tangan, serta tidak diperbolehkan
membawa handphone
8. Untuk bagian cold storage diwajibkan untuk
menggunakan jaket agar tidak kedinginan
9. Mencuci alas sepatu boots dengan air sabun sebelum
memasuki ruang produksi agar sepatu bersih dan
menghindari dari kontaminasi
Setiap proses produksi pada PT. Malindo Food Delight
dilakukan pengendalian mutu agar produk yang dihasilkan
nantinya memiliki mutu yang baik. Penerapan pengendalian
mutu proses produksi pada PT. Malindo Food Delight adalah
sebagai berikut:
1. Penerimaan bahan baku
Pengendalian mutu pada bahan baku (raw material) di PT.
Malindo Food Delight meliputi analisis kondisi truk yang
digunakan untuk mengangkut, analisis kondisi packanging
sekunder dan analisa organoleptik pada bahan baku yang
meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur. Bahan baku
pembuatan nugget terbagi menjadi 3 macam bentuk bahan,
yakni daging ayam, bahan yang berbentuk tepung-tepungan
serta bumbu dan minyak.
Adapun kriteria untuk kondisi truk yang digunakan untuk
mengangkut bahan utama ayam karkas yaitu merupakan truk
(mobil box) yang kondisinya tertutup dengan suhu didalamnya
sekitar <-14oC hal tersebut untuk menjaga agar ayam tetap
dalam kondisi beku. Truk yang digunakan untuk mengangkut
harus dalam kondisi bersih baik bagian dalam truk maupun
bagian luar truk. Bagian dalam truk misalnya untuk lantai tidak
boleh berkarat, tidak tercampur dengan bahan kimia atau
kontaminasi lainnya seperti bahan nonpangan atau pangan
yang mengandung najis. Di dalam truk atau mobil box bahan
baku ditata sesuai dengan kode produksinya. Untuk bahan baku
selain daging, kondisi truk harus tertutup rapat, lantai bersih dan
tidak berkarat. Selain itu, kondisi di dalam truk atau mobil box
harus terbebas dari kutu dan ceceran bahan lain, tidak
tercampur dengan bahan pangan lain, nonpangan atau pangan
yang mengandung najis, tidak dicampur dengan bahan kimia
atau penyebab kontaminasi lainnya serta didalamnya dialasi
oleh pallet dan ditata sesuai dengan kode produksinya.
Penerimaan bahan baku memiliki beberapa kriteria yaitu
pada kondisi kemasan sekunder bahan daging, dimana plastik
pembungkus harus dalam kondisi bersih serta tidak sobek.
Sedangkan untuk bahan baku tepung-tepungan, harus terdapat
inner plastik agar bahan baku tidak bersentuhan langsung
dengan karung. Kondisi karung harus baik meliputi jahitannya
yang rapi, tertutup sempurna dan warna benang tidak berwarna
putih sehingga tidak menyerupai warna bahan, serta terdapat
identitas bahan baku seperti nama produk, tanggal atau kode
produksi, tanggal atau kode produksi, tanggal kadaluarsa dan
nama supplier. Untuk identitas harus jelas meliputi label harus
kuat, tulisan jelas dan tidak mudah terlepas ataupun terhapus.
Kondisi kemasan harus utuh, tidak sobek atau tidak jebol.
Kondisi pengemas sendiri harus bersih, tidak berdebu, tidak
berbau diluar bau produk serta tidak ada bekas tapak kaki.
Untuk bahan baku minyak, kondisi tangki harus bersih dan tidak
dalam kondisi yang terbuka.
Untuk organoleptik bahan baku daging ayam, kenampakan
harus utuh dengan suhu tengah minimal -12oC, bebas dari bulu
ayam, warna daging putih segar khas daging, tidak memiliki
bekas memar serta bau amis khas daging ayam. Untuk bahan
baku tepung-tepungan warna harus sesuai dengan warna khas
bahan, aroma khas bahan, rasa khas dari bahan serta tekstur
yang khas dari bahan. Pengendalian mutu pada minyak yakni
dengan pengambilan sampel yang diuji menggunakan TPM
(Total Polar Material) meter untuk mengetahui Free Fatty Acid
atau asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak. Nilai
FFA berbanding lurus dengan nilai TPM. Nilai FFA dalam
minyak yang baik yakni <14%. Untuk mendapat perhitungan
yang tepat QC melakukan verifikasi TPM meter dengan
melakukan pengecekan atau pengkalibrasian dengan pihak luar
sekali dalam setahun.

2. Penyimpanan bahan baku


Penyimpanan bahan baku daging dilakukan di dalam cold
storage dengan suhu standar -180C. Sebelum dilakukan
penyimpanan, organoleptik pada daging harus dilihat seperti
warna, aroma, rasa dan tekstur. Selain itu PH daging juga
diukur. PH daging yang baik yaitu jika PH daging netral. Selain
itu dihitung jumlah mikroba yang terdapat dalam daging dengan
menggunakan TPC (Total Plate Count) untuk menghitung
jumlah mikroba. Mikroba yang memungkinkan ada dalam
daging ayam adalah Coliform. Bahan baku selain daging dan
minyak disimpan dalam warehouse dengan suhu standar dry
store antara 10-200C dengan kelembapan 30%-50%. Untuk
bumbu yang berbentuk tepung, dilakukan pengecekan secara
berkala dalam jangka waktu sebulan sekali. Bumbu dilakukan
pengecekan secara mikro untuk mengetaui apakah tumbuh
jamur atau bakteri lainnya. Juga dilakukan pengecekan
organoleptik seperti warna, aroma, rasa dan tekstur dari bumbu.
Serta dilakukan pengecekan kadar air untuk mengetahui
kandungan air dalam bumbu apakah masih layak digunakan
atau tidak bisa digunakan. Untuk minyak hanya dilakukan
pengecekan di awal atau pada proses penerimaan saja. Untuk
bahan dengan jenis tepung dilakukan pengecekan pH, kadar air
dan pengecekan mikro seperti TPC, yeast dan Mold. Serta
dilakukan pengecekan organoleptik seperti warna, aroma,
tekstur dan rasa. Jika bahan baku dengan jenis tepung terdapat
kutu, maka QC melakukan tindakan awal dengan melakukan
pengayakan. Jika bahan baku berjamur, maka bahan baku tidak
dapat digunakan untuk proses produksi.

3. Penimbangan
Sebelum dilakukan penimbangan, daging ayam beku harus
di Thawing selama 12 jam dalam ruangan chiller dengan suhu
1-50C. Bahan baku harus ditimbang sesuai dengan formula
pembuatan nugget. Untuk penakaran bumbu menjadi tanggung
jawab bagian premix dari departemen research and
development. Pada tahap ini QC memastikan bahwa bahan
baku dari warehouse dapat digunakan untuk proses produksi
dan sesuai dengan formula. Jika bahan baku sesuai maka
proses selanjutnya dapat dilakukan.

4. Pencampuran Bahan
Pada proses pencampuran bahan, QC memastikan bahwa
langkah-langkah dari pencampuran sudah berjalan sesuai
dengan Standard Operating Procedur (SOP). QC juga
mengecek suhu saat proses mixing. Suhu maksimal mixing
yakni 120C, karena jika pada suhu diatas 120C bakteri dapat
tumbuh. Waktu saat pencampuran juga harus tepat, agar bahan
tercampur dengan baik. Setelah itu dicek warna, aroma, dan
suhu (maksimal 120C). Setelah mixing dilakukan pembekuan,
agar saat pembentukan (forming) nugget dapat dicetak dan
tidak lembek. Pada saat pencetakan QC memeriksa berat per
pieces dan suhu adonan. Adonan dijaga pada suhu -30C sampai
-40C. QC juga mengecek tentang kebersihan mesin. Proses
selanjutnya yakni coating butter mix, bread crumb, QC
mengecek berat nugget per pieces.

5. Pemasakan
Pada tahap pemasakan QC bertugas untuk memastikan
bahwa suhu lapisan tengah (TCore) minimal 830C sampai 970C.
Pada proses penggorengan dilakukan proses pengecekan
kematangan dari nugget. Setelah didapat hasil dari kematangan
departemen QC memeriksa dengan mengambil beberapa
sampel. Setelah itu QC memberikan konfirmasi kepada
departemen produksi tentang kelayakan dari nugget yang
diproduksi.

6. Pembekuan
Proses pembekuan menggunakan Spiral Freezer selama
30-40 menit. Pada tahap ini QC melakukan pengecekan apakah
suhu dan waktu dari mesin spiral sudah sesuai yakni -310C.
Serta suhu produk akhir harus minimal -140C.

7. Packing
Sebelum dilakukan pengemasan, departemen QC
melakukan pengecekan terhadap kemasan primer (plastik).
Pengecekan tersebut meliputi kebersihan, bentuk fisik dan
kesesuaian antara kode produksi dan tanggal kadaluarsa
produk. Setelah produk masuk dalam kemasan plastik, maka
proses selanjutnya adalah mengecek adanya bahan bahan
metal dengan menggunakan metal detector. Jika produk terbukti
mengandung bahan metal, maka produk dibuang. Setelah
produk lolos uji metal maka selanjutnya adalah pengemasan
kedalam karton. Sebelum pengemasan, QC mengecek keadaan
dari karton pengemas. Pengecekan meliputi kebersihan, bentuk
fisik dan kesesuaian antara kode produksi dan tanggal
kadaluarsa.

8. Penyimpanan produk jadi


Penyimpanan produk jadi dilakukan di dalam cold storage.
Suhu ruangan cold storage -280C. QC juga memastikan bahwa
prduk disusun berdasarkan kode produksi dan jumlah tumpukan
maksimal dari produk. Selain itu, QC juga memeriksa
kebersihan palet dan kebersihan dari ruangan.

c. Pengendalian Mutu Produk Akhir


Pengendalian mutu produk akhir pada PT. Malindo Food
Delight bertujuan agar produk yang dihasilkan mampu memiliki
mutu yang baik sebelum akhirnya berada di tangan konsumen,
sehingga diharapkan dengan adanya pengendalian mutu produk
akhir ini mampu meningkatkan kepercayaan konsumen
terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Pengendalian mutu produk akhir ini meliputi bagaimana
distribusi produk dapat berjalan hingga ke tangan konsumen.
Pada tahap ini QC memastikan bahwa suhu distribusi harus
minimal -18oC. Pada tahap distribusi, bagian QC hanya
mengecek laporan dari departemen logistik. Distribusi produk
merupakan tanggungjawab dari departemen logistik. Sehingga
departemen QC harus mendapatkan laporan mengenai
distribusi produk dari departemen logistik.

Pengendalian mutu PT. Malindo Food Delight dilakukan


mulai dari raw material datang, proses produksi, dan distribusi
produk akhir. Pengendalian mutu dilakukan dengan prosedur
yang jelas. Koordinasi pengendalian mutu berjalan dengan baik,
sehingga apabila ada gangguan teknis saat produksi akan dapat
diatasi.
Perusahaan melibatkan dua bagian yang saling terkait
dalam menentukan mutu hasil produksi, yaitu bagian gudang
dan bagian produksi. Mutu dari produk telah ditentukan sejak
persiapan bahan di bagian gudang. Kesalahan penimbangan
dan pemberian salah satu unsur bahan yang diminta oleh
bagian produksi akan mempengaruhi mutu roti yang dihasilkan
(Tisnowati dkk, 2008).
BAB V TUGAS KHUSUS ANALISIS PENANGANAN BAHAN
(MATERIAL HANDLING)

5.1 Material Handling daging ayam dan tepung terigu

Proses penanganan daging ayam dilakukan mulai


penerimaan dari supplier hingga proses produksi. Daging ayam
yang bersifat basah ditempatkan pada cold storage dengan
sistem racking, yaitu penyusunan ke atas untuk mempermudah
pihak warehouse mengawasi daging ayam. Tepung terigu
ditempatkan pada warehouse yang merupakan gudang untuk
semua bahan yang bersifat kering seperti bumbu-bumbu. Di
warehouse disimpan dengan sistem FEFO (First Expired First
Out). Tepung terigu yang mendekati tanggal kadaluarsa akan
dikeluarkan terlebih dahulu untuk diproduksi.

5.2 Proses Material handling daging ayam dan tepung


terigu
Bahan baku merupakan hal yang penting bagi industri
makanan seperti PT. Malindo Food Delight. Bahan baku utama
dalam pembuatan nugget adalah daging ayam dan tepung
terigu. Daging ayam yang digunakan PT. Malindo Food Delight
berasal dari rumah potong ayam yang merupakan bagian dari
PT. Malindo Food Delight. Untuk tepung terigu diperoleh dari
supplier tepung yang dihubungi oleh pihak purchasing sesuai
planning produksi.

1. Proses penyimpanan daging ayam dan tepung terigu

Daging ayam yang dikirim supplier dikemas dengan


kemasan primer plastik dan kemasan sekunder karung. Daging
ayam tidak langsung diterima, tetapi melalui tahap pengecekan
oleh QC (Quality Control). Setelah daging ayam dinyatakan
layak oleh QC, maka karyawan warehouse akan menyusun
daging ayam di atas palet untuk mempermudah pengangkutan
selanjutnya dengan forklift. Daging ayam disusun dengan
memperhatikan ketinggian tumpukan racking. Maksimal
ketinggian adalah 130 cm. Walaupun kapasitas maksimal palet
1 ton, tetapi karena ketinggian maksimal hanya 130 cm, maka
jumlah karung per palet hanya berbobot 500 kg yaitu sekitar 20
karung. Setelah karung selesai ditumpuk, forklift akan
mengangkat palet masuk ke dalam storage dan menyusun di
atas racking. setelah penyusunan, forklift akan kembali lagi ke
depan unloading untuk mengangkut palet yang telah tersusun
karung daging ayam diatasnya.

Penerimaan tepung terigu dilakukan di warehouse


khusus bahan-bahan kering. Sebelum diterima, tepung terigu
dicek oleh QC terlebih dahulu. Setelah dinyatakan layak, makan
karyawan warehouse akan menyusun karung tepung di atas
palet.berbeda dengan daging ayam, untuk penyimpanan di
warehouse tidak menggunakan sistem racking. Tepung terigu
disimpan berdampingan dengan bahan lain tanpa penyusunan.
Oleh karena itu, penyusunan karung tepung di atas palet
memanfaatkan kapasitas palet, tapi juga memperhatikan
keselamatan karyawan. Untuk satu palet maksimal 750 kg yaitu
sekitar 30 karung. Karung yang telah disusun di atas palet
kemudian diangkut oleh 2 orang karyawan dengan handlift ke
dalam dry store.

5.3 Jenis Angkutan Material Handling

Dalam produksi nugget pada PT. Malindo Food Delight


terdapat beberapa proses penanganan bahan (Material
Handling). Proses penanganan bahan meliputi pemindahan dari
gudang menuju tempat produksi. Adapun proses penanganan
bahan meliputi:

1. Pemindahan daging ayam dari cold storage ke tempat


produksi.

2. Pemindahan tepung terigu dari warehouse ke premix.

3. Pemindahan tepung terigu dari premix ke mixer.

4. Pemindahan adonan nugget ke chiller.

5. Pemindahan adonan nugget dari chiller ke mesin forming.

6. Pemindahan finish good ke cold storage.

Peralatan material handling yang digunakan ada dua,


yaitu forklift, handlif, dan palet. Forklift dan handlift merupakan
alat yang digunakan untuk mengangkut, sedangkan palet
merupakan alat pembantu mempermudah pengangkutan.
Fungsi forklift, handlift, dan palet dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Peralatan Material Handling pada PT. Malindo


Food Delight

No Nama mesin/alat Fungsi


1 Forklift Untuk mengangkut daging ayam
dari truk ke cold storage atau finish
good dari cold storage ke truk
2 Handlift Untuk mengangkut tepung terigu
dari truk ke warehouse atau ke
ruang premix
3 Palet Sebagai alas untuk melindungi
daging ayam dan tepung dari
kontak langsung dengan lantai
(Sumber : PT. Malindo Food Delight)

5.4 Volume Alat Material Handling

Volume kapasitas material handling pada tiap proses


tidak sama pada setiap bahan yang dipindahkan. Hal ini
tergantung kapasitas alat material handling dan kemampuan
karyawan. Volume kapasitas alat material handling pada PT.
Malindo Food Delight dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Volume Material Handling PT. Malindo Food


Delight

No Nama mesin/alat Kapasitas angkut


1 Forklift (cold storage) Max 3 ton
2 Handlift Max 3 ton
3 Palet Max 1 ton
(Sumber: data primer PT. Malindo Food Delight)

5.5 Jarak Tempuh Material Handling

Material handling berkaitan dengan jarak yang harus


ditempuh untuk memindahkan suatu bahan. Pada jarak juga
dapat dilihat efektif dan efisien material handling. Jarak yang
harus ditempuh dalam proses material handling dapat dilihat
pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 Jarak Material Handling

No Proses pemindahan bahan Jarak (m)


1 Pemindahan daging ayam dari 72
cold storage ke tempat produksi
2 Pemindahan tepung terigu dari 51
warehouse ke premix
3 Pemindahan tepung terigu dari 42
premix ke mixer
4 Pemindahan adonan nugget ke 34,5
chiller
5 Pemindahan adonan nugget 46
dari chiller ke mesin forming
6 Pemindahan finish good ke cold 83,5
storage 4
(Sumber : data primer PT. Malindo Food Delight)

5.6 Kecepatan Material Handling

Berdasarkan informasi yang didapat, dapat diperkirakan


kecepatan material handling pada PT. Malindo Food Delight
seperti pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Perhitungan Kecepatan Material Handling

No Proses Jarak Waktu Kecepatan


pemindahan (m) (s) (m/s)
bahan
1 Pemindahan
daging ayam dari
72 58 1,24
cold storage ke
tempat produksi
2 Pemindahan
tepung terigu dari
51 40 1,275
warehouse ke
premix
3 Pemindahan
tepung terigu dari 42 80 0,5
premix ke mixer
4 Pemindahan
adonan nugget ke 34,5 35 0,98
chiller
5 Pemindahan
adonan nugget dari
46 45 1,02
chiller ke mesin
forming
6 Pemindahan finish
good ke cold 83,5 95 0,87
storage 4
5.7 Operator Material Handling

Pada proses material handling, karyawan yang berkaitan


adalah karyawan yang melakukan material handling dengan
memindahkan secara manual ke atas palet, mengunakan alat
seperti forklift dan handlift. Karyawan yang melakukan material
handling adalah karyawan warehouse, premix, dan produksi.
Pada saat pemindahan bahan dari truk supplier ke cold storage
membutuhkan tiga orang dan satu operator untuk
mengoperasikan forklift. Demikian juga dengan pemindahan
tepung terigu ke dalam dry store juga membutuhkan 4 orang.
Untuk pemindahan daging dari cold storage membutuhkan satu
karyawan. Pemindahan tepung terigu dari warehouse ke premix
dan dari premix ke mixer dilakukan satu karyawan. Pemindahan
adonan nugget dari mixer ke chiller dilakukan satu karyawan.
Pemindahan adonan nugget dari chiller ke mesin forming
dilakukan satu karyawan dan pemindahan finish good ke cold
storage dilakukan satu karyawan.

5.8 Biaya Material Handling

No Nama mesin/alat Umur Harga beli (Rp)


ekonomis
1 Forklift (cold 10 tahun Rp 419.004.000
storage)
2 Forklift (finish 10 tahun Rp 308.433.500
good)
3 Handlift 15 tahun Rp 2.358.752
4 Palet 10 tahun Rp 1.049.475,328
(Sumber : data primer dan sekunder PT.Malindo Food Delight)

Data tersebut didapatkan dari data keuangan purchasing


PT. Malindo Food Delight. Namun, karena keterbatasan
informasi yang tidak bisa didapatkan mengenai umur ekonomis
alat, maka dilakukan pencarian informasi melalui sumber terkait.
Harga alat didasarkan pada nilai tukar sekarang.
Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk membayar karyawan yang terkait dengan
proses produksi. Karyawan yang terkait dengan proses produksi
dan melakukan material handling adalah karyawan warehouse,
premix, dan produksi. Karyawan mendapatkan gaji setiap
sebulan sekali. Untuk karyawan warehouse, premix, dan
produksi memiliki besar gaji yang sama yaitu Rp 3.484.375. jadi
biaya karyawan per jam adalah Rp 21.777,35.

Forklift adalah alat yang menggunakan baterai untuk


beroperasi. Pada tahun 2015 dilakukan servis baterai untuk
forklift yang digunakan di warehouse. Biaya servis baterai
sebesar Rp 1.500.000 dan biaya servis dilakukan tiga kali dan
masing-masing biayanya Rp 6.000.000. Jadi total biaya
perawatan forklift adalah Rp 19.500.000.

5.9 Ongkos Material Handling

Ongkos material handling perpindahan bahan dapat


dilihat pada Tabel 5.5. OMH/m (Rp/m) diperoleh melalui
pembagian antara total biaya operasi/jam (Rp/jam) dengan jarak
angkut/jam (m/jam). Untuk perhitungan ongkos material
handling dapat dilihat pada Lampiran.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

PT. Malindo Food Delight, Cikarang merupakan


perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan daging ayam,
yaitu nugget. Lokasi perusahaan berada di Jalan Tol Jakarta-
Cikampek Km. 37 Blok AA-10 Komplek Deltamas, Cikarang
Pusat, Bekasi–Jawa Barat. Struktur organisasi yang digunakan
perusahaan adalah struktur organisasi fungsional. Tenaga kerja
dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak
langsung. Sistem produksi yang diterapkan perusahaan adalah
kontinu. Tata letak produksi menerapkan product layout.
Sanitasi mesin dilakukan setelah proses produksi selesai.
Limbah yang dihasilkan adalah limbah padat yang berasal dari
tulang ayam dan kantong plastik. Limbah cair berasal dari
proses sanitasi mesin yang bercampur dengan adonan nugget
dan bahan kimia untuk sanitasi. Strategi pemasaran
menggunakan bauran pemasaran, yaitu product, price, place,
dan promotion. Pengendalian mutu dilakukan terhadap bahan
baku, proses produksi, penyimpanan raw material, dan produk
akhir.
Penerapan material handling di perusahaan tidak dilakukan
secara sistematis. Material handling terjadi mulai proses
persiapan bahan hingga produk jadi.

6.2 Saran

Kegiatan material handling perlu mendapat perhatian


khusus, karena mempengaruhi proses produksi. Penggunaan
alat yang tepat dapat mempermudah proses perpindahan
bahan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2009. Variasi Nugget Crispy dan Sehat.


Demedia. Jakarta.

Adhani, H. 2015. Konstitusionalitas Tindak Pidana


Lingkungan Hidup. Adhani. Jakarta.

Ahmad, I, S dan Aprilia, C. 2013. Peningkatan Kinerja Mesin


Dengan Pengukuran Nilai OEE Pada Departemen
Forging di PT. AAP. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 1
(2): 67.

Bastian, I. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik.


Erlangga. Jakarta.

Cannon, J.P, Perreault, J.W.D, dan McCarthy, E.J. 2008.


Pendekatan Manajemen Global. Salemba Empat.
Jakarta.
Christina. 2009. Menghitung RAB Pembangunan Rumah.
Media Pressindo. Yogyakarta.

Darmawan, I. 2008. Merawat dan Memperbaiki Mobil Bensin.


Puspa Swara. Jakarta.

Darwin, E. 2015. Etika Profesi Kesehatan. Deepublish.


Yogyakarta.

Dzulfikri. 2013. Penentuan Lokasi Pabrik dalam Rencana


Untuk Perluasan Perusahaan (Studi di PT. 3M
Indonesia dengan Sistem Proses Hierarki
Analitik). Jurnal Aplikasi Manajemen. 1(2): 165-167.

Fuad, M, Christin, H, Sugiarto dan Paulus, Y.E.E. 2006.


Pengantar Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta.

Hisrich, R.D, Peters, M.P, dan Shepherd, D.A. 2008.


Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta.

Kristinawati, E. 2007. Perancangan Tata Letak Mesin dengan


Menggunakan Konsep Group Technology Sebagai
Upaya Minimasi Jarak dan Biaya Material
Handling. Jurnal Optimum. 1(1): 72.

Madura, J. 2007. Pengantar Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.

Muchni, H. 2008. Pengaruh Keberadaan PT. PMKS (Pbarik


Minyak Kelapa Sawit) Talikumain Terhadap
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan
Hulu. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. 2(4): 59.
Mudayana, A.A 2010. Analisis Strategi Pemasaran Produk.
Laparoscopy Dirumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Jurnal kesehatan masyarakat. 2(4): 137-
138.

Mulianto, S, Cahyadi, E.R, Widjajakusuma, M.K. 2006.


Panduan Lengkap Supervisi diperkaya Perspektif
Syariah. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian


Manajemen. Salemba Empat. Jakarta.

Murdinah, Apriani, S.N.K, Nurhayati, dan Subaryono. 2013.


Membuat Agar dari Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Murniyati, Suryaningrum, D dan Muljanah, I. 2014. Membuat


Filet Lele & Produk Olahannya. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Murthy, P.R. 2005. Production and Operations Management.


New Age International. New Delhi.

Ningtyas, A.N, Choiri, M, dan Azlia, W. 2013. Perancangan


Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi dengan
Metode Grafik dan CRAFT untuk Minimasi Ongkos
Material Handling. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Sistem Industri. 3(3): 495.
Nisa, T.K. 2013. Pengaruh Substitusi Nangka Muda
(Artocarpus heterophyllus lmk) Terhadap Kualitas
Organoleptik Nugget Ayam. Food Science And
Culinary Education Journal. 2(1): 64.

Nurrobikha dan Burhan, A. 2015. Buku Ajar Konsep


Kebidanan. Deepublish. Yogyakarta.
Pardamean, M. 2014. Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit Secara Profesional. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Pitoyo, W. 2010. Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan.


Visi Media. Jakarta.

Prasetya, H dan Lukiastuti, F. 2009. Manajemen Operasi.


Media Pressindo. Yogyakarta.

Prijambodo, S.W. 2015. Bunga Rampai Hukum dan Filsafat di


Indonesia. Deepublish. Yogyakarta.

Purba, O. 2015. Panduan Praktis Mendirikan Berbagai


Badan Usaha. Raih Asa Sukses. Jakarta.

Putri, F.A. 2015. Pelaksanaan Pengawasan Terhadap


Kewajiban Perusahaan Untuk Mengikutsertakan
Pekerja dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja.
Jurnal Hukum. 1(1): 4.

Rai, I.G.A. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Salemba


Empat. Jakarta.

Rapatata. 2014. Top 50 Bisnis Kuliner Unik Super Kreatif.


Penebar Plus. Jakarta.

Robbins, S.P, dan Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi.


Salemba Empat. Jakarta.

Soegoto, E.S. 2009. Entrepreneurship : Menjadi Pebisnis


Ulung. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan. PT. Elex Media


Komputindo. Jakarta.

Sugiarto, Herlambang, T, Brastoro, Sudjana, R, dan Kelana, S.


2007. Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian
Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Suharyadi dan Arissetyanto N. 2007. Kewirausahaan:


Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda.
Salemba Empat. Jakarta.

Sukmoro, W. 2010. Turning Loss Into Profit. PT. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Suprapti, M.L. 2007. Keripik, Manisan Kering dan Sirup


Nangka. Kanisius. Yogyakarta.

Suryani, A, Hidayat, E, Sadyaningsih, D, dan Hambali, E. 2006.


Bisnis Kue Kering. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susetyo, J, Simanjuntak, R.A, dan Ramos, J.M. 2010.


Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi
dengan Pendekatan Group Technology Dan
Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos
Material Handling. Jurnal Teknologi. 1(3): 76.

Sutaryo, Nurwantoro, Mulyani, S, dan Setiani, B.E. 2006. Kadar


Kolestrol, Keempukan dan Tingkat Kesukaan
Chicken Nugget dari Berbagai Bagian Karkas
Broiler. Jurnal Protein. 1(13): 53.

Suyanto, M. 2007. Strategic Management Global Most


Admired Companies: Perusahaan Yang Paling
Dikagumi. Andi. Yogyakarta.

Wicaksono, A.A dan Tisnawati, E. 2014. Teori Interior. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Wibowo, S, Peranginangin, R, Darmawan, M, dan Hakim, A.R.


2015. Teknik Pengolahan ATC dari Rumput Laut
Eucheumacottonii. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widmer, P dan Frick, H. 2007. Hak Konsumen dan Ekolabel.
Kanisius. Yogyakarta.

Wiwoho, A. 2008. Pengetahuan Tata Hidang. Erlangga.


Jakarta.

Yuliant, R, Saleh, A dan Bakar, A. 2014. Usulan Perancangan


Tata Letak Fasilitas Perusahaan Garmen CV. X
dengan Menggunakan Metode Konvensional.
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. 3(2): 73-74.

Yunus, S.P, Umboh, J.M.L, dan Pinontoan, O. 2015. Hubungan


Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi Dengan
Kontaminasi Escherichia coli pada Makanan di
Rumah Makan Padang Kota Manado. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat Unsrat. 2(5): 211.

Yuyun, A. 2007. Aneka Nugget Sehat Nan Lezat. Agromedia.


Jakarta.

Zaenuddin, M. 2015. Isu, Problematika dan Dinamika


Perekonomian dan Kebijakan Publik. Deepublish.
Yogyakarta.

Zaharuddin, H. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. CV. Dian


Anugerah Prakasa. Bekasi.
LAMPIRAN

Lampiran 1. ISO 9001


Lampiran 2. ISO 22000
Lampiran 3. Sertifikat Halal
Lampiran 4. Denah PT. Malindo Food Delight
Lampiran 5. Struktur Organisasi
Lampiran 6. Diagram Alir Proses Produksi
Lampiran 7. Baku Mutu Air Limbah PT. Malindo Food
Delight
Lampiran 8.

Lampiran 9.
Lampiran 10
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran . Foto dengan Pendamping Lapang
Lampiran 21. Perhitungan Ongkos Material Handling

A. Pemindahan daging ayam dari cold storage ke tempat


produksi

a. Biaya depresiasi Forklift (cold storage)


ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

419.004.000 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 1 ℎ𝑎𝑟𝑖


=
10 𝑥 240 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚
= 21.823,125/jam

b. Jarak angkut tiap jam


22 𝑚 3600 s
= 𝑥 = 609,23𝑚/𝑗𝑎𝑚
130 s 1 𝑗𝑎𝑚

c. Total biaya

Total biaya = depresiasi forklift+ biaya operator + biaya


perawatan
19.500.000
= 21.823,125 + 21.777,35 + (240𝑥20𝑥8 𝑗𝑎𝑚)
= 44108,29/jam

d. Ongkos material handling


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 44108,29
OMH = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 = 609,23
= 𝑅𝑝 72,40/𝑚

B. Pemindahan tepung terigu dari warehouse ke premix

a. Biaya depresiasi handlift


ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
=
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
2.358.752 x 1 tahun x 1 hari
=
15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 240 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚

= 81,90/jam

b. jarak angkut tiap jam


51 𝑚 3600 𝑠
𝑥 = 4590 𝑚/𝑗𝑎𝑚
40 𝑠 1 𝑗𝑎𝑚

c. Total Biaya

Total Biaya = depresiasi handlift + biaya operator + biaya


perawatan
0
= 81,90 + 21.777,35 + ( )
20 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚

= 21.859,25/jam

d. Ongkos Material Handling


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 21.859,25
OMH = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 = 4590
= 𝑅𝑝 4,76/𝑚

C. Pemindahan tepung terigu dari premix ke mixer

a. Biaya depresiasi Handlift


ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
=
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
2.358.752 x 1 tahun x 1 hari
=
15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 240 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚

= 81,90/jam

b. jarak angkut tiap jam


42 𝑚 3600 𝑠
𝑥 = 1890 𝑚/𝑗𝑎𝑚
80 𝑠 1 𝑗𝑎𝑚

c. Total Biaya

Total Biaya = depresiasi handlift + biaya operator + biaya


perawatan
0
= 81,90 + 21.777,35 + (20 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚)

= 21.859,25/jam

d. Ongkos Material Handling


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 21.859,25
OMH = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 = 1890
= 𝑅𝑝 11,57/𝑚

D. Pemindahan adonan nugget ke chiller

a. Biaya depresiasi Handlift


ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
=
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
2.358.752 x 1 tahun x 1 hari
=
15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 240 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚

= 81,90/jam

b. Jarak angkut tiap jam


34,5 𝑚 3600 𝑠
𝑥 = 3548,57 𝑚/𝑗𝑎𝑚
35 𝑠 1 𝑗𝑎𝑚

c. Total Biaya

Total Biaya = depresiasi handlift + biaya operator + biaya


perawatan
0
= 81,90 + 21.777,35 + (20 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚)
= 21.859,25/jam

d. Ongkos Material Handling


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 21.859,25
OMH = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 = 3548,57
= 𝑅𝑝 6,16/𝑚

E. Pemindahan adonan nugget dari chiller ke mesin forming

a. Biaya depresiasi Handlift


ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
2.358.752 x 1 tahun x 1 hari
15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 240 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚

= 81,90/jam

b. jarak angkut tiap jam


46 𝑚 3600 𝑠
𝑥 = 3680 𝑚/𝑗𝑎𝑚
45 𝑠 1 𝑗𝑎𝑚

c. Total Biaya

Total Biaya = depresiasi handlift + biaya operator + biaya


perawatan
0
= 81,90 + 21.777,35 + ( )
20 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚

= 21.859,25/jam

d. Ongkos Material Handling


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 21.859,25
OMH = = = 𝑅𝑝 5,94/𝑚
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 3680
F. Pemindahan finish good ke cold storage 4

a. Biaya depresiasi Handlift


ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
=
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
2.358.752 x 1 tahun x 1 hari
=
15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 240 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚

= 81,90/jam

b. jarak angkut tiap jam


83,5 𝑚 3600 𝑠
= 𝑥 = 3164,21 𝑚/𝑗𝑎𝑚
95 𝑠 1 𝑗𝑎𝑚

c. Total Biaya

Total Biaya = depresiasi handlift + biaya operator + biaya


perawatan
0
= 81,90 + 21.777,35 + (20 𝑥 8 𝑗𝑎𝑚)

= 21.859,25/jam

d. Ongkos Material Handling


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 21.859,25
OMH = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 = 3164,21
= 𝑅𝑝 6,90/𝑚

Anda mungkin juga menyukai