Oleh
Ravina Fatma Nazaretha
NIM. 135100301111085
Mengetahui
Penulis
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
2.1 Nugget
2.2.7 Sanitasi
2.2.8 Limbah
2. Tugas Khusus
Tugas khusus dari pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) di
PT. Malindo Food Delight ini adalah untuk menganalisis
penanganan bahan (material handling) yang diterapkan mulai
dari gudang bahan baku hingga ke tempat produksi,
sehingga jarak pemindahan bahan baku dapat diperkecil dan
mengetahui ongkos material handling.
4. Transportasi
Lokasi perusahaan harus dekat dengan prasarana dan
sarana angkutan atau perhubungan. Misalnya jalan raya,
pelabuhan, atau jalur kereta api. Letak perusahaan berada di
jalan Tol Jakarta-Cikampek, yang merupakan jalan raya utama.
Melalui jalan raya ini perusahaan mendistribusikan produknya
kepada konsumen.
Lokasi PT. Malindo Food Delight berada pada tempat
yang dikhusukan untuk industri. Pemilihan lokasi ini sudah baik,
dilihat dari fasilitas yang disediakan khusus untuk industri,
sehingga menunjang kegiatan PT. Malindo Food Delight. Akses
yang dilalui menuju pabrik tidak untuk umum, sehingga
perjalanan karyawan tidak terhambat macet. Namun,
kekurangannya adalah angkutan umum tidak melewati area
industri. Karyawan yang tidak membawa kendaraan kesulitan
untuk pergi maupun pulang.
Lokasi perusahaan merupakan hal prioritas. Penentuan
lokasi suatu industri didasarkan pada kemampuan untuk
menjaring konsumen sebanyak-banyaknya. Semakin jauh dari
pusat industri, volume penjualan akan berkurang, karena
harganya semakin tinggi akibat naiknya ongkos transportasi.
Apabila lokasi industri tersebut dekat dengan jalan tol, maka
biaya transportasi lebih ringan dan lebih cepat. Letak lokasi juga
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Karyawan
akan datang tepat pada waktunya (Dzulfikri, 2013).
4.4 Ketenagakerjaan
Tabel 4.1 Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja di PT. Malindo Food
Delight
Jabatan Klasifikasi Jumlah
Group Manager 1
Accounting Staff 5
(Group ACC)
Group Credit Manager 1
Control Staff 1
(Group CC)
HRD (Human Manager 1
Research and Staff 3
Development) & GW 4
GA (General Massager 1
Afair)
Group EDP (IT) Manager 1
Ass. Manager 1
Production Manager 1
Administrasi 2
Staff 6
GW 86
Purcashing Manager 1
Staff 4
Quality Control Manager 1
(QC) Staff 4
GW 17
Logistic & Manager 1
Warehouse Staff Logistik 5
Staff 4
Warehouse 4
GW Logistik 12
GW
Warehouse
Engineering Manager 1
Staff 3
GW 8
Total 188
Sumber: PT. Malindo Food Delight
c. Jam Kerja
Pada PT. Malindo Food Delight, setiap tenaga kerja memiliki
jumlah hari kerja yang berbeda-beda. Masing-masing tenaga
kerja memiliki rata-rata jam kerja selama 8 jam/hari. Untuk
tenaga kerja bagian produksi dan tenaga kerja bagian security,
setiap harinya terbagi menjadi 2 shift kerja. Adapun jam kerja
dari setiap tenaga kerja di PT. Malindo Food Delight dapat
dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Jam Kerja Tenaga Kerja pada PT. Malindo Food
Delight
Tenaga Kerja Hari Kerja Jam Kerja
Staff Senin-Jumat 08.30-17.30
(istirahat antara
12.00-13.00)
Bagian Produksi Senin-Jumat Shift 1: 06.00-15.00
Shift 2: 15.00-23.00
Security Senin-Minggu Shift 1: 08.00-20.00
Shift 2: 20.00-08.00
Sumber: PT. Malindo Food Delight
e. Cuti
PT. Malindo Food Delight memberikan cuti kepada setiap
tenaga kerja. Setiap tenaga kerja memiliki hak untuk mengambil
cuti, dimana cuti diberikan untuk satu bulan selama satu kali
sehingga jika diakumulasikan selama satu tahun, tenaga kerja
diperbolehkan cuti selama 12 hari. Namun, harus
dikoordinasikan dengan pimpinan terlebih dahulu mengenai
alasan mengambil cuti. Hal tersebut berlaku untuk tenaga kerja
yang telah bekerja minimal satu tahun berturut-turut.
Ketenagakerjaan di PT. Malindo Food Delight dikelola
dengan cukup baik. Karyawan bagian produksi merupakan
masyarakat yang tinggal di sekitar area industri. Ketersediaan
tenaga kerja di sekitar industri, membantu perusahaan dalam
mencari karyawan baru. Perusahaan menjamin kesehatan
karyawan dengan mendaftarkan karyawan pada BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial). Pemberian cuti sebulan sekali
masih kurang, karena cuti tidak dapat diakumulasikan.
Seperti yang diatur pada pasal 3 ayat (2) UU nomor 3
tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja telah dijelaskan
bahwa setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga
kerja (Putri, 2015). Kehadiran aktivitas perusahaan, membuka
lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya. Harapan
masyarakat akan peningkatan sosial ekonomi, merupakan
kesempatan yang diberikan perusahaan (Muchni, 2008).
4.5 Mesin dan Peralatan
4. Mesin Mixer
Merupakan mesin yang berfungsi untuk mencampur raw
material agar homogen, sehingga nantinya menghasilkan
adonan yang baik.
5. Mesin Forming
Merupakan mesin yang berfungsi untuk mencetak nugget
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditetapkan. Seperti
contoh pada pencetakan nugget dino, nugget stick, nugget
original dan nugget varian.
6. Mesin Fryer
Merupakan mesin yang berfungsi untuk menggoreng adonan
yang telah dicetak sampai setengah matang
1. Receiving
Dalam receiving terdapat raw material frozen yaitu daging
ayam seperti BSL (Bone, Skin, Leg), BSB, BSL Block, wing dan
tulip wing. Bahan-bahan tersebut dilakukan pengontrolan oleh
QC (Quality Control) seperti kondisi truk pengangkut,
organoleptik, Tcore produk (-18oC), kemasan, identitas produk,
dan COA. Selain itu terdapat dry material seperti tepung, bumbu
yang berbentuk tepung, seasoning (MSG, garam, bawang putih,
bawang merah dalam bentuk bubuk), dan BTP (Bahan
Tambahan Pangan).
4. Mixing
Daging dan dry material yang telah siap tadi kemudian
ditambahkan air dan es. Penambahan es tersebut berfungsi
untuk mempertahankan suhu dalam adonan agar tetap <10oC.
Dimana untuk suhu daging ayam tersebut maksimal 5oC,
sehingga saat di mixing perlu adanya penambahan es agar
suhu dapat dipertahankan <10oC. Setelah dilakukan mixing,
maka jadilah adonan yang siap disimpan terlebih dahulu
sebelum dilakukan forming. Pada adonan tersebut dilakukan
pengecekan oleh QC, dimana parameter yang diukur seperti
suhu adonan <10oC, konsistensi kekentalan adonan, dan
organoleptik (warna, tekstur, dll kecuali rasa).
5. Penyimpanan adonan
Setelah terbentuk adonan, kemudian adonan dimasukkan
kedalam keranjang merah, dimana keranjang merah tersebut
dinding-dindingnya terdapat lubang-lubang yang berfungsi agar
udara dapat masuk kedalam adonan yang disimpan. Adonan
yang telah masuk ke dalam keranjang tersebut selanjutnya
dilakukan proses thawing namun dengan suhu chiller yaitu -3oC
sampai -5oC selama minimal 24 jam. hal tersebut bertujuan agar
adonan nantinya mudah untuk dicetak, karena suhu tersebut
merupakan suhu optimal untuk adonan.
6. Forming
Adonan yang telah disimpan selama 24 jam, kemudian
dicetak dengan menggunakan mesin multi former. Proses
pencetakan produk disesuaikan dengan ketentuan produk.
7. Coating 1
Setelah adonan dibentuk sesuai dengan ketentuan produk,
kemudian dilakukan coating dengan memakai mesin butter
coating. Saat proses coating dilakukan pengecekan suhu dan
konsistensi (kekentalan) adonan yang telah dicetak tersebut
oleh QC. Suhu dalam adonan yang telah dicetak maksimal 5oC
karena pada suhu tersebut bakteri tidak dapat berkembang
dengan cepat.
8. Coating 2
Setelah dilakukan proses coating 1, kemudian dilakukan
proses coating 2. Dalam proses coating 2 memakai mesin bread
crumb yang digunakan untuk menambahkan tepung roti pada
adonan nugget yang sebelumnya telah dicetak. Tepung roti
tersebut sebelumnya telah ditimbang didalam ruang premix
sesuai dengan formula, untuk mengetahui berapa bahan yang
dibutuhkan untuk proses produksi.
9. Frying (Penggorengan)
Adonan yang telah di coating, kemudian dimasukkan
kedalam tempat penggorengan atau frying dengan suhu minimal
150oC selama 45 sampai 50 detik. Tujuan dari penggorengan ini
sendiri yaitu untuk mematangkan atau membentuk coating serta
membentuk warna agar berwarna kuning keemasan. Namun
proses ini tidak mematangkan produk, melainkan hanya untuk
membentuk warna produk saja. Suhu maksimal produk setelah
proses ini yaitu 60oC.
10. Cooking
Cooking atau biasa disebut dengan pemasakan produk
dilakukan didalam mesin Oven Flow Cook. Waktu yang
dibutuhkan dalam proses cooking ini selama 3 menit untuk
produk nugget, sedangkan suhu yang diperlukan yaitu 150oC.
Tujuan dari proses ini yaitu untuk mematangkan produk dengan
suhu minimal 83oC, dimana pada suhu tersebut semua
mikroorganisme dapat mati. Pada proses ini dilakukan CCP
(Critical Control Point) oleh QC dikarenakan pada proses ini
merupakan step terakhir untuk mengurangi atau mematikan
bakteri hingga pada level aman untuk produk dapat dikonsumsi
yaitu kurang lebih jumlah koloni bakteri sekitar 1 x 104 (Standar
Nasional Indonesia). Selain itu QC juga melakukan pengecekan
terhadap suhu produk dan kondisi organoleptik produk (warna,
rasa, bentuk, aroma dll).
11. Freezing
Setelah dilakukan proses cooking, kemudian dilakukan
freezing pada produk dengan menggunakan mesin spiral
freezer. Produk dimasukkan kedalam spiral freezer dengan
suhu <-27oC dengan waktu 30 hingga 40 menit. Suhu produk
setelah mengalami freezing adalah -18oC, namun pada
kenyataannya biasanya suhu produk adapula hanya -14oC, hal
tersebut dikarenakan spiral freezer yang digunakan mempunyai
kapasitas yang sedikit serta jarak antara proses sebelumnya
dengan freezing yang terlalu dekat sehingga suhu tidak bisa
mencapai -18oC, karena dari proses yang panas langsung
menuju proses pendinginan. Namun hal tersebut masih dalam
kategori batas aman. Dalam proses freezing dilakukan CCP
oleh QC hal tersebut karena ini merupakan step terakhir untuk
mempertahankan jumlah mikroorganisme yang ada dalam
produk dalam level yang aman untuk dikonsumsi.
12. Packing
Proses packing produk dilakukan dengan cara manual,
dimana pemasukan produk kedalam kemasan dilakukan oleh
tenaga kerja yang bertugas. Kemasan yang digunakan yaitu
dengan kemasan primer yang mana bersentuhan secara
langsung dengan produk. Pengemasan dilakukan dengan
memasukkan produk sesuai dengan….
13. Weighing
Proses penimbangan produk dilakukan ketika produk sudah
dimasukkan kedalam kemasan. Penimbangan dilakukan dengan
menggunakan timbangan analitik secara manual oleh tenaga
kerja yang bertugas. Penimbangan dilakukan sesuai dengan
berat produk yang telah ditentukan. Penimbangan dilakukan
bertujuan agar produk yang akan dipasarkan beratnya sesuai
dengan berat produk yang tertera diluar kemasan produk.
14. Sealing
Proses sealing merupakan proses dimana menutup kemasan
agar udara tidak dapat masuk kedalam kemasan serta agar
produk terjaga higienitasnya dan mencegah adanya kontaminasi
lain pada produk. Proses ini dilakukan dengan menggunakan
mesin sealer.
16. Cartoning
Cartoning merupakan proses dimana memasukkan produk
yang telah dikemas dengan kemasan primer kedalam karton.
Karton tersebut terdiri atas tiga lapisan, hal tersebut agar saat
produk yang telah dikarton dimasukkan kedalam suhu dingin,
karton tidak mudah lembek atau hancur.
17. Cold Storage
Setelah produk dimasukkan ke dalam karton, selanjutnya
produk tersebut disimpan ke dalam cold storage dengan suhu -
18oC. Namun, aktualnya dapat mencapai suhu -27oC. Produk
yang telah disimpan ke dalam cold storage mampu bertahan
hingga sesuai dengan tanggal kadaluarsa.
4.8 Sanitasi
a. Sanitasi Ruang
Sanitasi ruang diterapkan di dalam ruang produksi yang
meliputi area dinding-dinding, pintu, langit-langit dan lantai area
produksi. Proses sanitasi ruang biasanya dilakukan setelah
proses produksi berlangsung. Proses produksi dilakukan selama
2 shift dalam sehari, dimana satu shift untuk produksi nugget
dan satu shift lainnya dilakukan pembersihan mesin, peralatan
dan area produksi. sanitasi pada dinding-dinding, langit-langit
dan lantai dilakukan dengan menyikat menggunakan bahan
kimia yang bersifat basa yang sebelumnya dilarutkan dengan air
terlebih dahulu. Sanitasi pada pintu dilakukan dengan cara
membersihkan pintu apabila ada kerak dengan cara disikat.
Apabila terjadi kerusakan pada segel pintu maka akan
dilaporkan kepada penanggung jawab. Untuk menghalau
serangga masuk kedalam ruang produksi, di depan pintu masuk
dipasang plastik curtain.
c. Sanitasi Pekerja
Sanitasi tidak hanya dilakukan terhadap ruangan maupun
mesin dalam proses produksi, namun para pekerja yang
berhubungan langsung dengan proses produksi juga dilakukan
sanitasi. Para tenaga kerja bagian produksi, tenaga kerja lain
maupun visitor yang akan memasuki ruangan produksi
diwajibkan terbebas dari penyakit hepatitis B, hal tersebut
dikarenakan penyakit tersebut dapat mengkontaminasi produk
yang akan diproduksi serta gejalanya tak terlihat. Sebelum
memasuki ruangan produksi, karyawan bagian produksi harus
memakai pakaian khusus yang telah disediakan. Selain itu
karyawan diwajibkan memakai masker, penutup rambut dan
sepatu boot. Hal wajib lainnya yang harus dilakukan yaitu
mencuci tangan dengan sabun yang bersifat netral serta
mengandung desinfektan. Sanitasi karyawan dilakukan melalui
hygiene person, yaitu sikap karyawan dalam menjaga
kebersihannya sendiri. Hygiene person dilihat dari kebersihan
pakaian yang digunakan karyawan, kuku tidak panjang dan
rambut rapi atau tidak panjang. Saat proses produksi karyawan
diharuskan mengganti sarung tangan setiap 2 jam sekali.
Perusahaan menyediakan fasilitas laundry yang digunakan
untuk mencuci pakaian kotor yang digunakan setelah proses
produksi. Pakaian produksi hanya boleh dipakai didalam ruang
produksi, setelah di luar ruang produksi harus dilepas.
Perusahaan melakukan briefing sebulan sekali untuk
mengontrol hygiene person dari karyawan.
4.9 Limbah
a. Limbah Padat
Limbah padat berasal dari tulang ayam yang tidak terpakai
dalam proses pembuatan nugget. Tulang tersebut dikumpulkan
kemudian disimpan kedalam cold storage. Tulang ayam yang
sudah terkumpul akan dikirim pada penadah. Penadah
memanfaatkan tulang-tulang ayam tersebut untuk bahan
konsentrat pakan sapi.
b. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan kemudian diolah dengan
mnggunakan WWTP (Wastewater Treatment Plant). WWTP
(Wastewater Treatment Plant) merupakan sarana yang
digunakan untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dari
ruang produksi. Penempatan WWTP harus berdekatan dengan
kolam limbah. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan cara
menampung limbah cair hasil produksi dimana tercampur
minyak, lemak, tepung adonan yang tercampur air, detergen,
dan chemical didalam kolam penampungan (screening
chamber). yang selanjutnya ditransfer pada grease trap yang
berfungsi untuk memisahkan minyak, lemak, dan kotoran lain
yang bercampur dalam limbah tersebut. Kemudian air yang
sudah terpisah dari kotoran tersebut ditampung dalam influent
chamber yang selanjutnya dimasukkan kedalam equalizing tank
untuk di aerasi agar bakteri dapat hidup. Kemudian dialirkan
melewati flow control box untuk diperiksa jika ada kotoran yang
ikut bercampur, setelah itu dimasukkan kedalam aeration tank
untuk menghidupkan bakteri. Kemudian dimasukkan dalam
mixing tank untuk mencampur limbah dengan chemical
(coagulant feeder, alkali feeder, ammonia), fungsi alkali sendiri
untuk mengikat limbah tersebut agar dapat mengendap. Lalu
setelah dicampurkan, limbah tersebut ditransfer ke
sedimentation tank untuk dilakukan pemisahan.
Lumpur yang mengendap ditransfer ke bak lumpur (sludge
drying bed), kemudian kotoran yang mengambang dipompa
dengan scum skimmer pump lalu dikembalikan pada aeration
tank. Selanjutnya hasil air yang jernih di filter dengan influent
pump lalu dimasukkan dalam tabung sand filter dan carbon filter
untuk menghilangkan bakteri atau racun yang ada dalam air.
Setelah itu dialirkan dengan diberi chlorine feeder untuk
menjernihkan air dan membunuh bakteri yang ada di air.
Kemudian air tersebut ditampung pada effluent tank, lalu
dialirkan atau dibuang ke kawasan. Air yang dibuang tersebut
berupa air bersih dengan pH normal. Sedangkan untuk lumpur
yang ditampung pada bak sludge drying bed dibiarkan hingga
kering kemudian dimasukkan kedalam karung dan dilakukan
pengolahan lanjutan oleh pihak kedua. Standar kadar limbah
cair di PT. Malindo Food Delight dapat dilihat pada Tabel 4.3 di
bawah ini.
4.10 Pemasaran
3. Penimbangan
Sebelum dilakukan penimbangan, daging ayam beku harus
di Thawing selama 12 jam dalam ruangan chiller dengan suhu
1-50C. Bahan baku harus ditimbang sesuai dengan formula
pembuatan nugget. Untuk penakaran bumbu menjadi tanggung
jawab bagian premix dari departemen research and
development. Pada tahap ini QC memastikan bahwa bahan
baku dari warehouse dapat digunakan untuk proses produksi
dan sesuai dengan formula. Jika bahan baku sesuai maka
proses selanjutnya dapat dilakukan.
4. Pencampuran Bahan
Pada proses pencampuran bahan, QC memastikan bahwa
langkah-langkah dari pencampuran sudah berjalan sesuai
dengan Standard Operating Procedur (SOP). QC juga
mengecek suhu saat proses mixing. Suhu maksimal mixing
yakni 120C, karena jika pada suhu diatas 120C bakteri dapat
tumbuh. Waktu saat pencampuran juga harus tepat, agar bahan
tercampur dengan baik. Setelah itu dicek warna, aroma, dan
suhu (maksimal 120C). Setelah mixing dilakukan pembekuan,
agar saat pembentukan (forming) nugget dapat dicetak dan
tidak lembek. Pada saat pencetakan QC memeriksa berat per
pieces dan suhu adonan. Adonan dijaga pada suhu -30C sampai
-40C. QC juga mengecek tentang kebersihan mesin. Proses
selanjutnya yakni coating butter mix, bread crumb, QC
mengecek berat nugget per pieces.
5. Pemasakan
Pada tahap pemasakan QC bertugas untuk memastikan
bahwa suhu lapisan tengah (TCore) minimal 830C sampai 970C.
Pada proses penggorengan dilakukan proses pengecekan
kematangan dari nugget. Setelah didapat hasil dari kematangan
departemen QC memeriksa dengan mengambil beberapa
sampel. Setelah itu QC memberikan konfirmasi kepada
departemen produksi tentang kelayakan dari nugget yang
diproduksi.
6. Pembekuan
Proses pembekuan menggunakan Spiral Freezer selama
30-40 menit. Pada tahap ini QC melakukan pengecekan apakah
suhu dan waktu dari mesin spiral sudah sesuai yakni -310C.
Serta suhu produk akhir harus minimal -140C.
7. Packing
Sebelum dilakukan pengemasan, departemen QC
melakukan pengecekan terhadap kemasan primer (plastik).
Pengecekan tersebut meliputi kebersihan, bentuk fisik dan
kesesuaian antara kode produksi dan tanggal kadaluarsa
produk. Setelah produk masuk dalam kemasan plastik, maka
proses selanjutnya adalah mengecek adanya bahan bahan
metal dengan menggunakan metal detector. Jika produk terbukti
mengandung bahan metal, maka produk dibuang. Setelah
produk lolos uji metal maka selanjutnya adalah pengemasan
kedalam karton. Sebelum pengemasan, QC mengecek keadaan
dari karton pengemas. Pengecekan meliputi kebersihan, bentuk
fisik dan kesesuaian antara kode produksi dan tanggal
kadaluarsa.
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Lampiran 9.
Lampiran 10
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran . Foto dengan Pendamping Lapang
Lampiran 21. Perhitungan Ongkos Material Handling
c. Total biaya
= 81,90/jam
c. Total Biaya
= 21.859,25/jam
= 81,90/jam
c. Total Biaya
= 21.859,25/jam
= 81,90/jam
c. Total Biaya
= 81,90/jam
c. Total Biaya
= 21.859,25/jam
= 81,90/jam
c. Total Biaya
= 21.859,25/jam