Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau
menentukan seorang anak menderitamalnutrisi atau tidak, seseorang dapat
menilai manfaat ikut keluarga berencana atau tidak, dan sebagainya
terutama menyerang golongan rentang, seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan
menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik defisiensi besi di
kaitkan dengan anemia gizi besi. Namun sejak 25 tahun terakhir banyak bukti
menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber
daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktifitas kerja.
Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang
atau gangguan absorpsi besi. Disamping itu kekurangan besi dapat terjadi
karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang
mengganggu absorpsi, seperti penyakit gastro intestinal.
Kekurangan besi terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama terjadi bila
simpenan besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritim dalam plasma
hingga 12 ug/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan absorpsi besi yang
terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat-besi total (Total-Iron Binding
Capaciti/TIBC). Pada tahap ini belum dapat terlihat fungsional pada tubuh.
Tahap kedua terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya jenuh
transferin hingga kurang dari 16% pada orang dewasa dan meningkatnya
protoporfirin, yaitu bentuk pendahulu (precursor) hem. Pada tahap ini nilai
hemoglobin di dalam darah masih berada pada 95% nilai normal. Hal ini dapat
mengganggu metabolisme energi, sehingga menyebabkan menurunnya
kemampuan bekerja. Pada tahap ketiga terjadi anemia gizi besi, di mana kadar
hemoglobin total turun di bawah nilai normal. Anemia gizi besi berat ditandai
oleh sel darah merah yang kecil (mikrositosis) dan nilai hemoglobin rendah
(hipokromia). Oleh sebab itu, anemia gizi besi dinamakan anemia hipokromik
mikrositik.
Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih,
pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya
kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan
luka. Di samping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak-
anak kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya
kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar.
11
kemudian melewari alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa dalam
bentuk yang sama dengan menggunakan alat angkut yang sama. Absorpsi besi-
hem tidak banyak dipengaruhi oleh komposisi makanan dan sekresi saluran
cerna serta oleh status besi seseorang. (kurang lebih 5% dari besi total
makakan), terutama di indonesia, namun yang dapat diabsorpsi dapat mencapai
25%sedangkan non hem hanya 5%.
Agar dapat diabsorbsi, besi nonhem di dalam usus halus harus berada
dalam bentuk terlalu. Besi- nonhem diionisasi oleh asam lambung, direduksi
menjai bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam askorbat,
gula dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada suasana Ph hingga 7 di
dalam duo denum, sebagai besar besi dalam bentuk feri akan menghadap,
kecuali dalam keadan terlarut seperti disebutkan di atas. Fero lebih midah larut
pada Ph 7, oleh karna itu dapat diabsorpsi.
Taraf absorpsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang di tentukan
oleh kebutuhan. Terferin mukosa yang dikeluarkan ke dalam empedu berperan
sebagai alat ankut proteinyang bulak-balik membawa besi ke permukaan sel
usus halus untuk di ikat oleh transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran
cerna untuk menggangkut besi lain. Didalam sel mukosa besi dapat mengikat
apoferitin dan membentuk feritin sebagai simpanan besi sementara dalam sel.
Di dalam sel mukosa apoiferitin dan feritinmembentuk poolbesi.
2.2.7faktor faktor yang mempengaruhi zat besi
Di perkirakan hanya 5-15 besi makanan di absorpsi oleh orang dewasa
yang berada dalam status besi baik. Dalam ke adaan defisiensi besi obspsi dapat
mencapai 50% banyak faktor yang mempengaruhi absorpsi zat besi. Bentuk
besi di dalam makanan, besi –hem yang merupakan bjagiana dari hemoglobin
yang terdapat di daging hewan dapat di serap 2 kali lipat dari pada besi non
hem. Kurang lebih 40% di dalam danging ayam dan ikan terdaopat sebagai besi
hem dan selebihnya sebagai non hem besi non hem juga terdapat di dalam telur,
serialiya, kacang kacangan sayuran hijau dan beberapa jenis buah buahan
makan besi hem dan non hem secara bersama dapat meningkatkan penyerapan
14
besi non hem. Danging, ayam, dan ikan mengandung suatu faktor yang
mengandung fsuatu faktor yang membantu zat penyerapan besi faktor ini terdiri
dari ayam amino ynag mengikat zat besi dan membantu penyerapannya susu
sapi,keju,dan telur, tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu
penyerapan besi.
Asam organik seperti fitamin C penyeran besi non hem dengan merubah
bentuk veri menjadi bentuk vero. Seperty telah di jelaskan bentuk vero lebih
jelas di serap vitamin C di samping itu membentuk gugus besi askorbat yang
tetap larut pada PH lebih tinggi dalam duo denum. Oleh karena itu sangat di
anjurkan memakan makan makanan makanan sumber vitamin C tiap kali
makan.
Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di
dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor faktor ini mengikat besi
sehingga mempersult penyerapannya. Protei kedelai menurunkan absorpsi yang
mungkin di sebabkan oleh nilai fitatnya yang tinggi, karna kedelai dan hasil
ilahannya mempunyai kandungan zat besi yang tinngi
Tanin yang merupakan poli fenon dan terdapat di dalam teh dan
beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara
mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh
atau kopi waktu makan. Kalsium dosis tinggi berupa suplemen menghambat
absorpsi besi, namun mekanimesnya belum diketahui dengan pasti.Bayi dapat
lebih banyak menyerap besi yang berasal dari ASI dari pada dari susu sapi.
Tingkay=t ke asaman lambung meningkatkan daya larut besi.
Kekuranga asam klorida di dalam lambung atau penggunaaan obat obatan yang
bersifat basa seperti antasit menghalangi absobsi besi.
Faktor intrinsik didalam lambng membantu penyerapan besi diduga
karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamnin B12.
Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absobsi besi bila
tubuh kekurangan besi atau kebutuhan menungkat pada masa pertumbuhan,
15
absobsi besi non hem dapat meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi
hem dua kali.
2.2.8Fungsi Besi
Dalam keadaan tereduksi besi kehilangan dua elektron, oleh karena itu
mempunyai dua sisa muatan positif. Besi dalam bentuk dua ion bermuatan
positif ini adalah bentuk fero (fe++). Dalam keadaan teroksidasi, besi
kehilangan tiga elektron, sehingga mempunyai sisa tiga muatan positif yang
dinamakan bentuk feri (fe+++). Karena dapat berada dalam dua bentuk ion ini
besi berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-
enzim yang terlibat di dalam reaksi oksidasi- reduksi.
Metabolisme energi. Didalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai
protein pengangkut-elektron, yang berperan dalam langkah-langkah akhir
metabolisme. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari
zat gizi penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses
tersebut dihasilkan ATP. Sebagian besar besi berada di dalam hemoglobin, yaitu
molekul protein mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam
otot. Hemoglobin di dalam darah dapat membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali kerbon dioksida dari keseluruh
sel ke paru-paru untuk di keluarkan dari tubuh mioglobin berperan sebagai
reservoir oksigen menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel
otot.
Kemampuan belajar.Politt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitian-
penelitian yang menunjukkan perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak
yang menderita anemia gizi besi dan almatsier ( 1989) menunjukkan
peningkatan prestasi belajar pada anak anak sekola dasar bila di berikan
suplemen besi hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak oleh lozoff dan
youdim pada tahun 1988
Sistem kekebalan, besi memegang peranan dalam sistem kekebalan
tubuh respon kekebalan sel oleh limposit terganggu karena berkurangnya
membutuhkan sel sel tersebut, yang kemungkinan di sebabkan oleh
16