Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Pada praktikum hari ini yaitu pada Sabtu, Maret 2019 dilakukan praktikum
Parasitologi yaitu pemeriksaan G. Lamblia . G. Lamblia
adalah protozoa parasit flagellata yang berkoloni danbereproduksi di usus halus,
menyebabkan penyakit giardiasis. Giardia menyerang manusia, tetapi jugadapat
menyerang kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba. Dalam suatu
pemeriksaan di bawah mikroskop melekatnya G. lamblia pada sel epitel usus halus
tidak selalu menimbulkan gejala. Bila ada, hanya berupa iritasi ringan. Perubahan
histopatologi pada mukosa dapat minimal atau berat hingga menyebabkan atrofi vilus,
kerusakan eriterosit, dan hiperplasia kriptus, seperti tampak pada sindrom malabsorbsi.
Terdapat korelasi antara derajat kerusakan vilus dengan malabsorbsi. Tekanan hisapan
dari perlekatan tropozoit menggunakan batil isap dapat merusak mikrovili dan
mengganggu proses absorbsi makanan. Selain itu, multiplikasi tropozoit dengan belah
pasang longitudinal akan menghasilkan sawar antara sel epitel usus dengan lumen usus
yang mengganggu proses absorbsi makanan dan nutrien. Tropozoit tidak selalu
penetrasi ke epitel tetapi dalam kondisi tertentu, tropozoitSetengah dari orang yang
terinfeksi G. lamblia asimtomatik dan sebagian besardari mereka menjadi pembawa
(carrier). (Sinta C.M,2009).
Pada praktikum kali ini tidak ditemukan pada jenis protozoa giardia lamblia.
Protozoa jenis ini biasa ditemukan pada feses segar yang encer, atau dapat juga
ditemukan pada air limbah. Air limbah merupakan tempat hidup yang utama pada
Protozoa Giardia Lamblia. Pada umumnya protozoa ini akan berhubungan pada air
minum. Air minum yang akan di konsumsi oleh manusia tidak di olah dengan baik atau
alat penyaringan untuk air tidak atau jarang dibersihkan. Kurangnya kebersihan dalam
mengelola air minum dapat menyebabkan timbulnya G. Lamblia dalam air minum yang
dikonumsi oleh manusia (Idaman Said, N., Yuliaih, M., 2005).
Infeksi protozoa usus adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat global
terutama pada negara-negara berkembang. Rendahnya tingkat ekonomi, tingkat
pendidikan yang rendah, kebersihan yang rendah, kurangnya akses air bersih, dan
keadaan iklim tropis merupakan faktor yang berhubungan dengan infeksi protozoa usus.
Protozoa yang bersifat parasit dapat menyebabkan obstruksi usus, obstruksi bilier,
retardasi mental, defisiensi vitamin A, malabsorsi vitamin B12 serta lemak, dan anemia
oleh karena defisiensi zat besi. Infeksi parasit sepeti protozoa telah menimbulkan beban
kesehatan global (Tetteh, P., 2012).
Giardia Lamblia adalah penyebab tersering imfeksi protozoa pada saluran cerna
manusia dan paling banyak ditemukan di Negara-negara berkembang. Gejala yang
sering terjadi adalah diare berkepanjangan, dapat ringan dengan produksi tinja
semisolid atau dapat intensif dengan produksi tinja cair. Jika tidak diobati, diare akan
berlangsung hingga berbulan-bulan. Infeksi kronik dicirikan dengan steatore karena
gangguanabsorbsi lemak serta terdapat gangguan absorbsi karoten, folat, dan vitamin
B12. Penyerapan bilirubin oleh G. lamblia menghambat aktivitas lipase pankreatik.
Infeksi campuran dapat menginvasi jaringan seperti kandung empedu dan saluran
kemih. Kelainan fungsi usus halus ini disebut sindrom malabsorpsi klasik dengan gejala
penurunan berat badan, kelelahan, kembung, dan feses berbau busuk. Selain itu,
sebagian orang dapat mengeluhkan ketidaknyamanan epigastrik, anoreksia dan nyeri.
(Sinta C.M,2009).
Diagnosis definitif terhadap G. lamblia ditegakkan melalui pemeriksaan
mikroskopik dengan menemukan bentuk tropozoit dalam tinja encer dan cairan
duodenum atau bentuk kista dalam tinja padat. Bentuk tropozoit hanya dapat ditemukan
dalam tinja segar. Dalam sediaan basah dengan larutan iodin atau dalam sediaan yang
dipulas dengan trikrom morfologi G. lamblia dapat dibedakan Infeksi G. lamblia pada
anakInfeksi G. lamblia lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding orang
dewasa.Pada negara berkembang, hampir 100% anak mengalami infeksi G. lamblia
saat2 tahun pertama kehidupan. Pajanan terhadap parasit kemungkinan terjadi dalam
interval yang sering, sehingga sebagian orang melihat G. lamblia sebagai flora normal
pada individu yang tinggal di negara berkembang.(Sinta C.M,2009).
Gejala klinis pada anak serupa dengan yang dialami oleh orang dewasa. Diare,
anoreksia dan penurunan berat badan merupakan gelaja yang seringditemukan.
Konsekuensi yang paling sering dilaporkan dan berpotensi menjadiserius adalah
insufisiensi nutrisi. Pada bayi dan anak, insufisiensi nutrisi dapat memiliki efek buruk
pada pertumbuhan dan perkembangan. Bentuk utama gangguan nutrisi yang
berhubungan dengan G. lamblia adalah penurunan berat badan atau pada anak, ‘failure
to thrive’, istilah yang menggambarkan pertumbuhan lebih lambat daripada seharusnya.
Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk mengejar pertumbuhannya
dan menyelesaikan dengan sosioekonomi yang rendah (Sinta C.M,2009).

Pada pengamatan yang telah dilakukan untuk mengamati ada tidaknya Giardia
lamblia pada sampel feses didapat hasil negatif Giardia lamblia dan justru ditemukan
adanya tropozoit berinti 1 dari Entamoeba coli di dalam sampel feses tersebut.
Entamoeba coli penting dipelajari untuk membedakan dengan Entamoeba histolytica yang

merupakan agen penyebab amoebiasis. Entamoeba coli termasuk protozoa apatogen dimana

Infeksi Entamoeba coli bersifat asimptomatis. Namun parasit Entamoeba coli sering dijumpai pada

infeksi Entamoeba histolytica pada penderita amebiasis. Dalam siklus hidupnya Entamoeba coli

memiliki kemiripan dengan siklus hidup Entamoeba histolytica hanya saja tanpa adanya penjalaran

ekstraintestinal. Infeksinya terjadi dengan menelan kista matang yang berinti 8 dan biasanya tidak

mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid. Diagnosisnya adalah dengan ditemukannya

bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja. Entamoeba coli memiliki bentuk trofozoit dan

kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut:

1. Bentuk ameboid, ukuran 15-50 µm.


2. Sitoplasma mengandung banyak vakuola yang berisi bakteri, jamur dan debris
(tanpa eritrosit).
3. Nukleus dengan karyosom sentral dan kromatin mengelilingi pinggirannya.
4. Pseudopodia kurang lebar, sehingga tidak progresif dalam bergerak

Dengan morfologi demikian, maka trofozoit E. coli sangat mirip dengan bentuk
prekista dari E. histolytica.

Siklus hidup E. coli menyerupai E. histolytica, namun tanpa adanya penjalaran


ekstraintestinal. Penularan terjadi karena termakan bentuk kista malalui jalan yang
sama dengan penularan E. histolytica. Infeksi E. coli bersifat asimtomatis dan non
patogen. Namun parasit E. coli sering dijumpai bersamaan dengan infeksi E. histolytica
pada penderita amebiasis. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan tinja. Bentuk
trofozoit E. coli agak sukar dibedakan dengan bentuk prekista E. histolytica. Kista
mudah dibedakan bila telah memiliki lebih dari 4 inti. Pengobatan tidak diperlukan
karena protozoa ini non patogen.

Gambar 1. Tropozoit Entamoeba coli oleh Peter Darbon

Gambar 2. Tropozoid Entamoeba coli yang ditemukan pada sampel feses

Karena ditemukannya kesamaan antara tropozoit yang kami temukan dengan


literatur, maka dapat dinyatakan bahwa pada sampel memang dtemukan tropozoit
Entamoeba coli. Selain itu ditemukan juga proglotid, lemak, dan serat-serat makanan.
Dapus

Sinta C.M,2009. Infeksi Giardia Lambria. Fakultas Kedokteran. Universitas indonesia.


Diakses pada halaman : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122516-S09005fk-
Infeksi%20campuran-Literatur.pdf. Diakses pada : Selasa 2 April 2019.

Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

Idaman Said, N., Yuliaih, M. 2005. Mikroorganisme dan Parasit. Mikroorganisme


Patogen dan Parasit di Dalam Air Limbah Dometik Serta Alternatif Teknologi
Pengolahan, Vol 1, JAI Vol 1 No 1.

Tetteh P. A comparative study of intestinal parasitic infection and associated risk


factor among primaty school children in six neighbouring communities in
Kumasi, Ghana: Ayigya, Kentinkrono, Aboabo, Manhyia, Gyinyase, and
Kyirapatre. Thesis. Kumasi: Departement of Clinical Microbiology Kwame
Nkrumah University of Science and Technology, 2012. p. 6-47.

Anda mungkin juga menyukai