PENDAHULUAN
3.1.2 Bahan
1. Biji kakao fermentasi
Kakao dalam
kemasan
Pembukaan
3.2.2 Penentuan Adanya Biji Berbau Asap Abnormal atau Berbau Asing Lainnya
Kakao
Pembelahan
Pengamatan aroma
Sampel biji kakao yang akan digunakan dibelah menjadi dua bagian. Setelah
itu dilakukan pengamatan secara organoleptik adanya bau asap abnormal dan bau
asing lainnya dengan mencium bagian dalam dari setiap contoh uji. Apabila tidak
ditemukan adanya bau asap abnormal dan bau asing lainnya maka contoh uji
dinyatakan tidak ada, apabila ditemukan adanya bau asap abnormal dan
bau asing lainnya maka contoh uji dinyatakan ada. Pengujian ini berfungsi untuk
mengetahui sudah tidaknya biji kakao memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan
SNI 2323-2008.
3.2.3 Penentuan Kadar Kotoran
Kakao
Penimbangan 1000 gr
Pengamatan kotoran
Penimbangan
Pertama-tama menyiapkan biji kakao yang akan diuji. Setelah itu, biji kakao
ditimbang sebanyak 1000 gram. Kemudian dilakukan pengamatan kotoran yang
ada pada sampel. Kotoran berupa plasenta, biji dempet (cluster), pecahan biji,
pecahan kulit, biji pipih dan ranting yang telah diperoleh, masing-masing
dipisahkan ke dalam wadah yang berbeda. Selanjutnya dilakukan penimbangan
pada masing-masing jenis kotoran untuk mengetahui bobotnya yang nantinya
dapat berfungsi dalam perhitungan kadar kotoran. Setelah itu dilakukan
perhitungan kadar kotoran yang diperoleh dan dinyatakan dalam persentase
bobot/bobot. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui sudah tidaknya biji kakao
memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan SNI 2323-2008.
3.2.4 Penentuan Jumlah Biji Kakao Per Seratus Gram
Kakao
Penimbangan 100 gr
Penggolongan
Pemotongan panjang
Pengamatan
Perhitungan
Hasil
Pengamatan
Kakao Baru Kakao Lama
Serangga hidup Tidak ada Tidak ada
Benda asing Tidak ada Tidak ada
Kadar air - -
Biji berbau asap abnormal Tidak ada Ada
Biji berbau asing Tidak ada Ada
Plasenta 1,27 g/1000 g 0 g/1000 g
Biji dempet 48,52 g/1000 g 9,47 g/1000 g
Pecahan kulit 4,8 g/1000 g 3,11 g/1000 g
Biji pipih 65,52 g/1000 g 36, 31 %
Ranting 0,24 g/1000 g 0,24 g/1000 g
Jumlah biji/100 gram 87biji 83 biji
Biji berjamur 0 biji/300 biji 7 biji/300 biji
Biji slaty 12 biji/300 biji 24 biji/300 biji
Biji berkecambah 0 biji/300 biji 0 biji/300 biji
Biji berserangga 0 biji/300 biji 3 biji/300 biji
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Kadar Kotoran
5.2 Penentuan Adanya Biji Berbau Asap Abnormal atau Berbau Asing
Lainnya
Penentuan adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya
diamati secara organoleptik yaitu dengan mencium bagian dalam dari setiap
contoh uji. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, pada sampel biji kakao baru
tidak ditemukan adanya bau asap abnormal atau berbau asing lainnya. Sedangkan
pada biji kakao lama, ditemukan adanya bau asap abnormal atau berbau asing
lainnya. Seingga kakao baru memiliki kualitas yang baik sesuai dengan SNI 2323-
2008 tentang persyaratan mutu umum biji kakao yaitu dengan tidak ditemukannya
biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya, sedangkan kakao lama
memiliki kualitas yang rendah karena terdapat bau asap abnormal atau bau asing
lainnya.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Persyaratan atau ketentuan yang digunakan untuk menentukan mutu biji
kakao di Indonesia tertuang dalam SNI 2323-2008 (BSN, 2008). SNI
mengatur penggolongan mutu biji kakao kering maupun persyaratan umum
dan khususnya guna menjaga konsistensi mutu biji kakao yang dihasilkan.
2. Berdasarkan penggolongan biji kakao menurut ukuran berat bijinya per 100
gram, biji kakao baru termasuk kedalam golongan A dan biji kakao lama
termasuk kedalam golongan AA.
3. Berdasarkan kadar biji cacatnya, biji kakao baru termasuk kedalam mutu I,
sedangkan sampel biji kakao lama termasuk kedalam mutu II.
6.2 Saran
Seorang praktikan harus mengetahui tentang prosedur praktikum yang akan
dilakukan. Selain itu, perlu adanya peningkatan ketelitian dari praktikan dalam
melakukan pengamatan dan menjalankan praktikum. Hal tersebut bertujuan agar
praktikum berjalan dengan baik dan nantinya akan menghasilkan data-data yang
sesuai dan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Hatmi, R. U., & Rustijarno, S. (2012). Teknologi Pengolahan Biji Kakao Menuju
SNI Biji Kakao 01-2323-2008. BPTP Yogyakarta.
Munarso, Misnawi. 2016. Cita Rasa, Tekstur, dan Warna Cokelat. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Wood, G.A.R. 1975. Cocoa Tropical Agriculture. Series 3th. Longmans. London.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
a. Kakao baru
b. Kakao lama
Plasenta = x 100% = 0%
a. Kakao baru
b. Kakao lama
1. Kakao Lama
a. Acara 1
b. Acara 3
c. Acara 4
d. Acara 6
2. Kakao Baru
a. Acara 1
b. Acara 3
c. Acara 4
d. Acara 6