Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ SPONDILITIS TUBERKULOSIS”
DI RUANG 18 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

RSUD Dr SAIFUL ANWAR


MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhan SPONDILITIS TUBERKULOSIS

RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


Tanggal : 26 Januari 2019

Oleh :
PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Mengetahui,

Persepton Akademik Perseptor Klinik

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Spondilitis Tuberkolosis

Sub Pokok Bahasan :


1. Definisi Spondilitis Tuberkulosis
2. Penyebab Spondilitis Tuberkulosis
3. Tanda Dan Gejala Spondilitis Tuberkulosis
4. Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis
5. Pencegahan Spondilitis Tuberkulosis
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien
Tempat : Ruang tunggu R 18 RSUD DR SAIFUL ANWAR
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Januari 2019
Waktu : 09.00 WIB (1 x 25 menit)

I. Latar Belakang
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa
merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan
oleh mikrobakterium tuberkulosa. Spondilitis tuberkulosa dikenal juga sebagai penyakit
Pott atau paraplegi Poot. Penyakit ini merupakan penyebab paraplegia terbanyak setelah
trauma, dan banyak dijumpai di Negara berkembang.
Tuberkulosis tulang dan sendi 50% merupakan spondilitis tuberkulosa. Pada
negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi pada usia dibawah usia 20
tahun. Sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia yang lebih tua.
Meskipun perbandingan antara pria dan wanita hampir sama, namun biasanya pria lebih
sering terkena dibanding wanita yaitu 1,5:2,1. Di Indonesia tercatat 70% spondilitis
tuberkulosis dari seluruh tuberkulosis tulang yang terbanyak di daerah Ujung Pandang.
Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang berada dalam keadaan sosial
ekonomi rendah (Admin, 2008, http:/www.medicine and lunex.com)
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal terhitung kurang lebih 3 juta
kematian terjadi setiap tahun. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan
istilah yang dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, terutama yang berusia 3-5
tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini
mengalami perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena
dibandingkan anak-anak.
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi diseluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta
kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber
morniditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang berkembang,
terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih menjadi masalah
utama.
Seseorang yang menderita spondilitis akan mengalami kelemahan bahkan
kelumpuhan atau paling kurang mengalami kelemahan tulang, dimana dampak tersebut
akan mempengaruhi aktifitas klien, baik sebagai individu maupun masyarakat.
Perawat berperan penting dalam mengidentifikasikan masalah-masalah dan mampu
mengambil keputusan secara kritis menangani masalah tersebut serta mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang optimal.
Oleh karena itu kami tertarik menyusun makalah inni mengenai asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem muskuloskletal : spondilitis tuberkulosisi untuk
meningkatkan asuhan keperawatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
yang bertujuan untuk mencegah, meningkatkan dan mempertahankan stasus kesehatan
klien.

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan selama 25 menit, keluarga klien mampu memahami
tentang konsep kanker kandung kemih

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 25 menit, keluarga klien mampu memahami :
1. Definisi Spondilitis Tuberkulosis
2. Penyebab Spondilitis Tuberkulosis
3. Tanda dan gejala Spondilitis Tuberkulosis
4. Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis
5. Pencegahan Spondilitis Tuberkulosis
III. Materi (terlampir)
IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab

V. Alat dan Media


1. Leaflet
2. LCD dan Proyektor
3. Laptop

VI. Pengorganisasian
Petugas Penyuluhan :
1. Moderator :
2. Narasumber :
3. Observer :
4. Fasilitator :
5. Evaluator :

VII. Setting Waktu dan Tempat


Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : 09.00 – 09.25 WIB
Tempat : Ruang Tunggu R.18 RSSA
Hari, Tanggal : Sabtu, 26 Januari 2019

VIII. Kegiatan Penyuluhan


Waktu Kegiatan Respon Media Metode
Penyuluhan Audience
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
5 menit pembukaasssn 2. Memperhatikan
2. Memperkenalkan 3. Memperhatikan
diri 4. Memperhatikan
3. Menjelaskan 5. Menjawab pertanyaan
tujuan penyuluhan yang ajukan oleh
4. Menyebutkan penyuluh Ceramah
materi yang akan
diberikan
5. Memberikan
beberapa
pertanyaan pada
audience tentang
materi
penyuluhanyang
akan dilaksanakan
Pelaksanaan 1. Membagikan 1. Menerima dan
10 menit leaflet pada membaca leaflet yang
audience telah dibagikan
2. Definisi 2. Memperhatikan
Spondilitis 3. Memperhatikan
Tuberkulosis 4. Memperhatikan
3. Penyebab 5. Memperhatikan Leafl Ceramah
spondilitis 6. Memperhatikan et &
tuberculosis 7. Memperhatikan LCD
4. Tanda dan gejala
spondilitis
tuberculosis
5. Penatalaksaan
spondilitis
tuberculosis
6. Pencegahan
spondilitis
tuberculosis
7. Menjelaskan
tentang 5k, 6
Langkah Mencuci
Tangan dan
pemilihan tempat
sampah
Evaluasi 1. Memberikan 1. Bertanya
5 menit kesempatan pada 2. Menjawab pertanyaan
audience untuk
bertanya tentang
materi yang telah
diberikan
2. Memberikan Leaflet Ceramah &
pertanyaan pada & LCD Tanya Jawab
audience tentang
materi
penyuluhan yang
telah disampaikan
Terminasi 1. Mengucapkan 1. Mendengarkan
5 menit terimakasih atas 2. Menjawab salam
perhatian yang
diberikan Ceramah
2. Mengucapkpan
salam penutup

IX. Evaluasi
A. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran
Pasien dan keluarga pasien dapat:
- Berespon terhadap pertanyaan yang terkait dengan Bersama pengunjung menyimpulkan materi
penyuluhan
- Menjawab pertanyaan
1. Menjawab salam Peserta dapat memahami materi yang sudah diberikan.

N Evaluasi Pembelajaran Ya Tidak


o
1. Evaluasi structural
a. Satuan Acara Pengajaran sudah siap sesuai
dengan masalah keperawatan
b. Kontrak waktu sudah tepat dengan kelompok
masyarakat
c. Media sudah disiapkan yaitu leaflet dan slide
2. Evaluasi Proses
a. Media dapat digunakan dengan baik
b. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai
waktu.
c. Partisipasi peserta yang hadir
d. Peserta aktif memperhatikan
e. Peserta dapat mengikuti sampai selesai

3. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi dilakukan secara langsung dengan
tanya jawab.
b. Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan klien
dan keluarga dapat mengerti dan mengetahui
materi yang diberikan
MATERI
SPONDILITIS TUBERKULOSIS

1 Definisi Spondilitis Tuberculosis


Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang
belakang. Spondilitis TB telah ditemukan pada mumi dari Spanyol dan Peru pada tahun
1779. Infeksi Mycobakcterium tuberculosis pada tulang belakang terbanyak disebarkan
melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi terutama oleh penyebaran melalui
hematogen (Epi, Purniti, Subanada, & Astawa, 2008)
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB
merupakan kejadian TB ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh (Brunner,
Suddart, & Smeltzer, 2008). Spondilitis TB merupakan infeksi tulang belakang yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Paramarta et al., 2008)

2 Penyebab Spondilitis Tuberkulosis


Spondilitis tuberkulosa terutama ditemukan pada kelompok usia 2-10 tahun dengan
perbandingan yang hampir sama antara wanita dan pria. Tuberkulosa tulang belakang
merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain dalam tubuh; 90-95%
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe
bovine) dan 5-10% oleh Mycobacterium tuberculosis atipik. Lokasi spondilitis tuberkulosa
terutama pada daerah vertebra torakalis bawah dan vertebra lumbalis atas, sehingga diduga
ada infeksi sekunder dari tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui
pleksus Batsori pada vena para vertebralis. (Aru W. Sudoyo, 2009)

3 Tanda Gejala Spondilitis Tuberkulosis


Spondilitis tuberkulosis tidak tampak pada tahun pertama kehidupan.Mulai timbul
setelah anak belajar berjalan dan melompat.Kemudian terjadi pada semua umur.Keluhan
yang paling dini berupa rasa pegal dipunggung yang belum jelas lokasinya. Kemudian
terasa nyeri sejenak kalau badan digerakkan atau tergerak. Pada tahap yang agak lanjut
nyeri dipunggung itu ditambah dengan nyeri intercostal yang bersifat radikular.Nyeri itu
terasa bertolak dari ruas tulang belakang dan menjalar sejajar dengan iga ke dada dan
berhenti tepat digaris tengah dada.Untuk mengurangi keadaan ini anak menarik
punggungnya kuat – kuat.Anak menghindari penekukan tubuh waktu mengambil sesuatu
dilantai jika terpaksa dia hanya menekukkan lututnya untuk menjaga punggungnya untuk
tetap lurus. Rasa nyeri akan membaik bila dia beristirhat.
Tanda – tanda pada tingkatan yang berbeda :
1. Pada leher, jika mengenai vertebra servikal penderita tidak suka memutar kepalanya
dan duduk dengan meletakkan dagu di tangannya. Dia akan merasa nyeri pada leher
atau pundaknya. Jika terjadi abses, pemebengkakan dengan fluktuasi yang ringan akan
tampak pada sisi yang sama pada leher dibelakang otot sternum mastoid atau tonjolan
pada bagian belakang mulut (faring)
2. Pada punggung bawah sampai iga terakhir (region toraks). Dengan adanya penyakit
pada region ini, penderita memiliki punggung yang besar. Dalam gerakan memutar dia
lebih sering menggerakkan kakinya dari pada mengayunkan pinggulnya. Saat
memungut sesuatu dari lantai dia menekuk lutunya sementara punggungnya tetap lurus.
Kemudian akan terdapat pembengkakan atau lekukan yang nyata pada tulang belakang
(Gibus) diperlihatkan dengan korpus vertebra yang terlipat
3. Jika abses ini menjalar menuju dada bagian kanan dan kiri serta akan muncul sebagai
pembengkkan yang lunak pada dinding dada (abses dingin yang sama dapat
menyebabkan tuberculosis kelenjar getah bening interkosta). Jika menuju ke punggung
dapat menekan serabut saraf spinal yang menyebabkan paralisis.
4. Saat tulang belakang yang terkena lebih rendah dari dada (regio lumbal), dimana juga
berada dibawah serabut saraf spinal, pus juga dapat menjalar pada oto sebagai mana
pada tingkat yang lebih tinggi. Jika ini terjadi akan tampak sebagai pembengkakan
lunak di atas atau dibawah ligamentum pada lipatan paha atau di bawahnya tetap pada
sisi dalam bagian paha (abses psoas).
5. Pada pasien dengan malnutrisi akan didapatkan demam (kadang-kadang demam tinggi),
kehilangan berat badan dan kehilangan nafsu makan
Berdasarkan derajatnya, Manifestasi klinis spondilitis tuberkulosis sebagai berikut :
Derajat Manifestasi Klinis
I Kelemahan pada abggota gerak bawah terjadi setelah
melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini
belum terjadi gangguan saraf sensorik.

II Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah, tetapi klien


masih dapat melakukan pekerjaan
III Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang
membatasi gerak aktivitas klien serta hipostesia/anastesia

IV Terjadi gangguan saraf sensori dan motorik disertai gangguan


defekasi dan miksi

4 Penatalaktanaan Spondilitis Tuberkulosis


Berikut ini adalah penatalaksanaan untuk mengatasi Spondilitis Tuberkulosis:
1) Terapi Konservatif
a. Pemberian nutrisi yang bergizi
b. Pemberian kemoterapi atau terapi anti tuberkulosa
Pemberian kemoterapi anti tuberkulosa merupakan prinsip utama terapi pada
seluruh kasus termasuk tuberkulosa tulang belakang. Pemberian dini obat
antituberkulosa dapat secara signifikan mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Hasil penelitian Tuli dan Kumar dengan 100 pasien di India yang menjalani terapi
dengan tiga obat untuk tuberkulosa tulang belakang menunjukkan hasil yang
memuaskan. Mereka menyimpulkan bahwa untuk kondisi negara yang belum
berkembang secara ekonomi manajemen terapi ini merupakan suatu pilihan yang
baik dan kesulitan dalam mengisolasi bakteri tidak harus menunda pemberian
terapi (Vitriana, 2002).
c. Istirahat di tempat tidur
Istirahat dapat dilakukan dengan memakai gips terutama pada keadaan akut
atau fase aktif. Istirahat ditempat tidur dapat berlangsung 3 – 4 minggu, sampai
dicapai keadaan yang tenang secara klinis, radiologis dan laboratoris. Nyeri akan
berkurang, spasme otot-otot paravertebral menghilang, nafsu makan pulih dan
berat badan meningkat., suhu tubuh normal. Secara laboratoris, laju endap darah
menurun, tes mantoux diameter < 10 mm. Pada pemeriksaan radiologis tidak
dijumpai penambahan destruksi tulang, kavitasi ataupun sekuester (Moesbar,
2006).
d. Imobilisasi
Pemasangan gips bergantung pada level lesi, pada daerah servikal dapat
dilakukan immobilisasi dengan jaket minerva , pada daerah torakal, torakolumbal
dan lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset disertai fiksasi
pada salah satu panggul. Immobilisasi pada umumnya berlangsung 6 bulan,
dimulai sejak penderita diizinkan berobat jalan (Moesbar, 2006).
2) Terapi Operatif
Tujuan terapi operatif adalah menghilangkan sumber infeksi, mengkoreksi
deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan lebih lanjut. Salah
satu tindakan bedah yang penting adalah debridement yang bertujuan menghilangkan
sumber infeksi dengan cara menbuang semua debri dan jaringan nekrotik, benda asing
dan mikro-organisme.
Indikasi operasi :
1. Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secara klinis dan
radiologis memburuk.
2. Deformitas bertambah, terjadi destruksi korpus multipel.
3. Terjadinya kompresi pada medula spinalis dengan atau tidak dengan defisit
neurologik, terdapat abses paravertebral
4. Lesi terletak torakolumbal, torakal tengah dan bawah pada penderita anak. Lesi
pada daerah ini akan menimbulkan deformitas berat pada anak dan tidak dapat
ditanggulangi hanya dengan OAT.
5. Radiologis menunjukkan adanya sekuester, kavitasi dan kaseonekrotik dalam
jumlah banyak.

5 Pencegahan Spondilitis Tuberkulosis


Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan suatu strain Mycobacterium

bovis yang dilemahkan sehingga virulensinya berkurang. BCG akan menstimulasi

immunitas, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa menimbulkan hal-hal yang

membahayakan. Vaksinasi ini bersifat aman tetapi efektifitas untuk pencegahannya masih

kontroversial
DAFTAR PUSTAKA

Epi, I. G., Purniti, P. S., Subanada, I. B., & Astawa, P. (2008). Spondilitis Tuberkulosis.
Sari Pediatri , 177-183.

Moesbar, N. (2006). Infeksi Tuberkulosa pada Tulang Belakang. Majalah Kedokteran


Nusantara Volume 39 , 279-289.

Vitriana. (2002). Spondilitis Tuberkulosa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi FK-UNPAD.

Zuwanda, & Janitra, R. (2013). Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis.


CDK-208 , 661-673.

Anda mungkin juga menyukai