“ SPONDILITIS TUBERKULOSIS”
DI RUANG 18 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh :
PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Oleh :
PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Mengetahui,
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa
merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan
oleh mikrobakterium tuberkulosa. Spondilitis tuberkulosa dikenal juga sebagai penyakit
Pott atau paraplegi Poot. Penyakit ini merupakan penyebab paraplegia terbanyak setelah
trauma, dan banyak dijumpai di Negara berkembang.
Tuberkulosis tulang dan sendi 50% merupakan spondilitis tuberkulosa. Pada
negara yang sedang berkembang, sekitar 60% kasus terjadi pada usia dibawah usia 20
tahun. Sedangkan pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia yang lebih tua.
Meskipun perbandingan antara pria dan wanita hampir sama, namun biasanya pria lebih
sering terkena dibanding wanita yaitu 1,5:2,1. Di Indonesia tercatat 70% spondilitis
tuberkulosis dari seluruh tuberkulosis tulang yang terbanyak di daerah Ujung Pandang.
Umumnya penyakit ini menyerang orang-orang yang berada dalam keadaan sosial
ekonomi rendah (Admin, 2008, http:/www.medicine and lunex.com)
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal terhitung kurang lebih 3 juta
kematian terjadi setiap tahun. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan
istilah yang dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, terutama yang berusia 3-5
tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini
mengalami perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena
dibandingkan anak-anak.
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi diseluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta
kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber
morniditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang berkembang,
terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih menjadi masalah
utama.
Seseorang yang menderita spondilitis akan mengalami kelemahan bahkan
kelumpuhan atau paling kurang mengalami kelemahan tulang, dimana dampak tersebut
akan mempengaruhi aktifitas klien, baik sebagai individu maupun masyarakat.
Perawat berperan penting dalam mengidentifikasikan masalah-masalah dan mampu
mengambil keputusan secara kritis menangani masalah tersebut serta mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang optimal.
Oleh karena itu kami tertarik menyusun makalah inni mengenai asuhan
keperawatan dengan gangguan sistem muskuloskletal : spondilitis tuberkulosisi untuk
meningkatkan asuhan keperawatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
yang bertujuan untuk mencegah, meningkatkan dan mempertahankan stasus kesehatan
klien.
VI. Pengorganisasian
Petugas Penyuluhan :
1. Moderator :
2. Narasumber :
3. Observer :
4. Fasilitator :
5. Evaluator :
IX. Evaluasi
A. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran
Pasien dan keluarga pasien dapat:
- Berespon terhadap pertanyaan yang terkait dengan Bersama pengunjung menyimpulkan materi
penyuluhan
- Menjawab pertanyaan
1. Menjawab salam Peserta dapat memahami materi yang sudah diberikan.
3. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi dilakukan secara langsung dengan
tanya jawab.
b. Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan klien
dan keluarga dapat mengerti dan mengetahui
materi yang diberikan
MATERI
SPONDILITIS TUBERKULOSIS
membahayakan. Vaksinasi ini bersifat aman tetapi efektifitas untuk pencegahannya masih
kontroversial
DAFTAR PUSTAKA
Epi, I. G., Purniti, P. S., Subanada, I. B., & Astawa, P. (2008). Spondilitis Tuberkulosis.
Sari Pediatri , 177-183.
Vitriana. (2002). Spondilitis Tuberkulosa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi FK-UNPAD.