Anda di halaman 1dari 88

KATA PENGANTAR

Sesuai kontrak pekerjaan pengawasan teknik jalan Darruba-Daeo-Berebere

Maka kunsultan brkewajiban menyiapkan “Laporan Pendahuluan”, Dan akan

Disampaikan kepada, Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

SNVT Dinas Kimpraswil Maluku Utara.

Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Letak Secara Aksebilitas

Bab III : Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Bab IV: Rencana Kerja

Bab V : Penutup

Konsultan CV. MUTU INTI ENGINEERING CONSULTANT mengucapkan

Terima kasih kepada Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

SNVT Dinas Kimpraswil Maluku Utara, beserta staf dan serta semua pihak yang

telah Membantu dan kerja sama yg sangat berguna kepada Tem Konsultan sehingga

Laporan Pendahuluan dapat selesai pada waktunya.

Konsultan Pengawasan

CV.MUTU INTI ENGINEERING CONSULTANT


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………...................................... I

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. II

BAB-I PENDAHULUAAN………………………………………………………....I-1

I.1.LatarBelakangdanGambarUmum………………………………………………. I-1

I.2. Tujuan Proyek………………………………………………………………….. I-2

I.3. Lingkup Pekerjaang …………………………………………………………… I-3

I.4. Sistematika Laporan Pendahuluan……………………………………………. II-1

BAB-I LETAK SECARA AKSEBILITAS………….……………………………. II-1

II.1.Umum………………………………….. ……………………………………. II-1

II.2. Lingkup Pekerjaan…………………………………………………………… II-2

BAB-III METODEPELAKSANAAN PEKERJAAN………………….………... III-1

III.1. Umum ……………………………………………………………………… III-1

III.2. Pengetahuan Tentang Supervisi Proyek……………………………………. III-1

III.3. Fungsi konsultan pengawas……………………………………………….. III-14

III.4. Tanggung jawab Konsultan Pengawas….………………………………… III-16

III.5. Pengendalian Masalah Mutu …………………………………………....... III-17

III.6. Administrasi Proyek Dan Formulir ……………………………………… III-21

III.7. Pengendalian Kuantitas…………………………..………………………. III-21

III.8. Pengendalian Waktu……………………………………………………… III-23

III.9. Pengendalian Biaya Pelaksanaan ………………………………………... III-27

III.10. Pelaksanaan Termijn……………………………………………………. III-28


III.11. Pemeriksaan Pembayaran

Akhir……………………………………………………………………………………

…… III-29

III.12. Prosedur Perubahan (Contract Change

Order)…………………………………………………………………… III-29

III.13. Laporan Penyelesaian Akhir

……………………………………………………………………………………….....

... III-30

III.14. Pernyataan Perhitungan

Akhir……………………………………………………………………………………

……… III-30

III.15. Addendum

Penutup…………………………………………………………………………………

………………………… III-30

III.16. Dokumen Catatan

Proyek…………………………………………………………………………………

……………….. III-31

III.17 . Pekerjaan Fisik Proyek

…………………………………………………………………………………………

…………… III-38
III.18. Penanganan, Pengecoran dan Pemadatan

Beton…………………………………………………………….. III-70

III.19. Quality Assurance

…………………………………………………………………………………………

………………….. III-80

III.20. Value

Engieering………………………………………………………………………………

………………………………… III-82

III.3. Fungsi Konsultan

Pengawas………………………………………………………………………………

………………… III-14

BAB – IV RENCANA KERJA

…………………………………………………………………………………………

…………………….. IV-1

IV.1.

Umum…………………………………………………………………………………

………………………………………………. IV-1

IV.2. Persiapan Awal dan Studi Data

…………………………………………………………………………………………

… III-3

IV.3. Koordinasi Konsultant dengan Pengguna Anggaran

…………………………………………………………… III-4
IV.4. Koordinasi dengan Unsur Kegiatan Anggaran

(Proyek)………………………………………………………. III-5

IV.5. Koordinasi Team

Konsultant………………………………………………………………………………

……………….. III-6

IV.6. Koordinasi dengan Instansi Terkait

…………………………………………………………………………………….. III-

IV.7. Tahap Construction

Supervision……………………………………………………………………………

……………. III-7

BAB – V PENUTUP

…………………………………………………………………………………………

……………………………….. V-1

V.1. Kesimpulan Dan Saran

…………………………………………………………………………………………

…………….. V-1

Lampiran-

lampiran………………………………………………………………………………

……………………..
BAB

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG DAN GAMBAR UMUM

Di dalam salah satu isi undang-undang Republik Indonesia berbunyi tentang Jalan

yang dinyatakan sebagai salah satu prasarana perhubungan, pada hakekatnya jalan

merupakan unsure penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa. Dalam

rangka mewujudkan peranan tersebut dituntut adanya pembinaan yang menjurus ke

arah profesionalisme di bidang pengelolaan jalan. Untuk memenuhi maksud di atas,

Pemerintah Daerah Propinsi Maluku Utara berupaya mengelola kegiatan pekerjaan

secara profesional.

Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu kegiatan adalah aspek Pengawasan.

Pengawasan dalam lingkup kecil adalah upaya agar Suatu pekerjaan kegiatan

dilaksanakan sesuai dengan yang di rencanakan, Dalam arti luas pengawasan

merupakan usaha mengendalikan suatu pekerjaan agar dicapai hasil yang seoptimal

mungkin. Termasuk Dalam pengendalian ini adalah upaya mengawasi, mengarahkan,

Mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan sehingga dicapai target kwalitas, kuantitas dan

waktu.

Adapun yang dimaksud dalam Kegiatan Acuan Kerja (KAK) ini Adalah suatu

pekerjaan pengawasan yang akan dilaksanakan oleh Penyedia jasa

konsultansi/konsultan Pengawas. Untuk lokasi Pekerjaan pembangunan dari kegiatan


Peningkatan Jala Jembatan pada lokasi Kegiatan Pengawasan teknik Jalan

Daruba-Daeo-Berebere.

I.2 TUJUAN PROYEK

2.1. Tujuan Kegiatan atau sasaran fungsional kegiatan yang Ingin dicapai

meliputi hal hal-hal sebagai berikut :

 Menigkatkan struktur dan kemantapan konstruksi Perkerasan jalan. Upaya ini

dapat berupa peningkatan Daya dukung jalan, serta penyempurnaan geometrik

jalan Termasuk dalam hal ini upaya peninggian muka jalan Guna mencegah

akibat buruk dari genangan air.

 Meningkatkan kapasitas ruas jalan baru pembangunan,Perbaikan ruas jalan

lama dan atau pelebaran badan jalan (Daerah Milik Jalan).

 Menyempurnakan area /bagian ruas jalan guna Kenyamanan dan Kemudahan

akses bagi pemakai jalan Sekaligus memperbaiki dan menyerasikan badan

jalan Dengan lingkungan sekitar jalan, seperti pembuatan trotoar, area parker”

on-street”, menyempurnakan saluran Samping (side ditch) dan lain-lai.

Untuk pencapain tujuan tersebut diperlukan bantuan teknik penyedia jasa

konsultansi/konsultan pengawas untuk :

 Membantu dan mendukung DPU Propinsi Maluku Utara dalam pengawasan

Teknik Jalan pelaksanaan pekerjaan Pengawasan Teknik Jalan Daruba-

Daeo-Berebere.
 Menjamin bahwa pekerjaan konstruksi tercapai sesuai Rencana Perekayasaan

dan dokumen-dukumen yang bersangkutan.

 Menyetujui pekerjaan yang diukur dan memberi keterangan perhitungan

sementara dan terakhir.

 Menyiapkan dan mengadakan laporan tentang kemajuan kegiatan dari segi

administrasi, fisik, dan pembayaran.

2.2. Maksud dan Tujuan Pekerjaan Penyedia Jasa Konsultansi/Konsultan

Pengawas

Adapun maksud dan tujuan penyedia jasa konsultansi/ konsultan ini adalah untuk

mengadakan Pekerjaan Pengawasan Teknis (Supervisi) terhadap pelaksanaan fisik

bagi seluruh rincian Kegiatan pembangunan yang tersebut di atas. Penyedia jasa

konsultansi/ konsultan Pengawas yang akan menangani pekejaan ini, wajib

menyediakan jasanya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan

Pengawasan Teknis tersebut, sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang nantinya

memenuhi persaratan teknis yang diharapkan mencapai hasil yang semaksimal

mungkin. Apabila terjadi perubahan-perubahan di lapangan yang tidak sesuai dengan

rencana (DE) semula, agar dapat dituangkan dalam suatu Berita Acara dan Gambar

Perubahan/Revisi sampai dengan berakhirnya kegiatan.

1.3. LINGKUP PEKERJAAN

3.1. Uraian Umum


Lingkup pekerjaan yang harus dilakukan Penyedia jasa

konsultansi/konsultan Pengawas (Supervisi) ini meleputi kegiatan

pengendalian dan pengawasan kegiatan pembangunan ruas jalan yang

berlokasi di Wilyah Pulau Morotai yaitu Daruba-Daeo, Berebere.

3.2. Uraian Rincian Pekerjaan

Ruas Jalan Daruba-Daeo, Berebere Pulau Morotai ini mempunyai konstruksi lapis
pondasi agregat sebagai Base-Course dan Campuran Asphalt sebgai lapis
permukaan. Lingkup pekerjaan fisik yang akan dilaksankan oleh penyedia jasa
pemborongan/kontraktor untuk pembangunan Ruas Jalan Daruba-Daeo-Berebere
Pulau Morotai ini meliputi:

Pekerjaan galian.

Pekerjaan Lapisan Pondasi.

Pekerjaan Aspal.

Pekerjaan Struktur.

I.4. SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHULUAN

Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah memenuhi syarat pelaksanaan


Paket Pekerjaan Pengawasan Teknik Jalan untuk Jasa Konsultan Pengawasan Teknik
Jalan Daruba-Daeo-Berebere Pulau Morotai.

Terdiri dari bab-bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan: Uraian Umum, Lingkup Pekerjaan, Lokasi Proyek.

BAB II LETAK AKSEBILITAS

Menyajikan lokasi proyek

BAB III METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


Bab ini membahas mengenai cara pelaksanaan mengenai: Pengawasan (Supervisi)
dan perjaan lain yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

BAB IV RENCANA KERJA

Membahas rencana setiap aktivitas dikaitkan dengan waktu, menggambarkan


usulan pendekatan rencana/program kerja yang akan dilakukan konsultan
pengawas.

BAB V PENUTUP

Bab ini, menyajikan batasan-batasan yang harus diperhatikan Konsultan tentang


peraturan-peraturan Pemerintah, baik berupa kepres maupun Keputusan Gubernur,
dan hal-hal lain yang dipandang perlu untuk d ketahui oleh Konsultan.

LAMPIRAN

BAB II

LETAK SECARA AKSEBILITAS

II.1 UMUM

Untuk menuju lokasi pekerjaan/proyek ditempuh dengan menggunakan angkutan


(kapal laut) karena posisi lokasi pekerjaan/proyek ada di seberang Pulau Ternate dan
Halmahera yaitu di Pulau Morotai.

Dengan rute perjalanan sebagai berikut:

1.Daruba-Daeo-Berebere terletak di Pulau Morotai tepatnya, perjalanan dapat


ditempuh dengan menggunakan angkutan laut dan angkutan darat dengan
memakan waktu sekitar 1 jam dari Ternate sampai Sofifi kemudian dilanjutkan
menuju Tobelo di tempuh dengan angkutan darat dengan memakan waktu 4 jam
dan dilanjutka penyebrangan kembali dengan angkuta laut ke Morotai dengan
memakan waktu 8 jam.

Ternate Sofifi
Tobelo Morotai

II.2 LINGKUP PEKERJAAN

Dalam Kegiatan Acuan Kerja (KAK) disebutkan bahwa konsultan Pengawas dalam

membantu Pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan Dinas Pekerjaan

Umum Propinsi Maluku Utara mempunyai lingkup pekerjaan yang meliputi:

 Mengendalikan dan mengawasi rencana kerja penyedia jasa

pemborongan/kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan dari segi kwalitas,

kuantitas serta laju pencapaian volume sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Pendapat Konsultan, pekerjaan ini adalah bagian pekerjaan yang sangat penting

dimana konsultan pengawas harus mengendalikan dan mengawasi setiap rencana

kerja kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pengendalian dan

pengawasan tersebut meliputi segi kualitas, kuantitas dan kemajuan mencapai volume

pekerjaan untuk mendapatkan suatu hasil pekerjaan yang memuaskan dan dapat

dengan jangka waktu pelaksanaan yang telah ditentukan

Memeriksa dan menyetujui pekerjaan-pekerjaan sementara.


Pendapat konsultan, pekerjaan ini dapat merupakan bagian pekerjaan yang tidak

dapat dipisahkan dari pekerjaan lainnya dimana konsultan pengawas harus memeriksa

dan menyetujui pekerjaan-pekerjaan sementara yang dilaksanakan oleh kontraktor

untuk mendukung pekerjaan utama. Pemeriksaan pekerjaan sementara ini bertujuan

untuk mengetahui bagian-bagian mana saja yang merupakan pekerjaan-pekerjaan

sementara.

 Pemeriksaan dan pengetesan.

Pendapat Konsultan, pekerjaan pemeriksaan dan pengetesan adalah pekerjaan yang

mutlak harus dilaksanakan sebelum dimulainya suatu pekerjaan. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan suatu hasil pekerjaan yang sesuai dengan mutu yang diinginkan.

 Membantu penyiapan gambar Shop Drawings.

Pendapat Konsultan, pekerjaan membantu penyiapan gambar Shop drawings harus

dilakukan oleh konsultan pengawas untuk mempercepat kontraktor dalam memulai

pekerjaan fisik. Bilamana kontraktor mengalami hambatan atau kendala dalam

pembuatan gambar shop drawings konsultan harus memberikan suatu jalan

keluar/solusi agar pekerjaan tersebut tetap dapat dilakasanakan tepat waktu.

 Menyiapkan catatan lapangan.

Pendapat Konsultan, pekerjaan menyiapkan catatan lapangan harus dilaksanakan

konsultan pengawas untuk mengamankan semua catatan/data-data yang di dapatkan

dari lapangan. Setelah pelaksanaan pekerjaan telah selesai catatan/data-data lapangan

tersebut diserahkan kepada Pengguna Anggaran (PA).

 Pengukuran Lapangan.
Pendapat Konsultan, pekerjaan pengukuran lapngan adalah bagian pekerjaan yang

tidak terpisahkan dari pekerjaan yang lain dimana konsultan pengawas harus

mengadakan pengukuran lapangan secara brsama-sama dengan kontraktor sebelum

pekerjaan dimulai. Hal tersebut dilaksanakan untuk menghasilkan suatu pekerjaan

yang sesuai letak, ukuran dan volume dari rencana awal yang telah disepakati

bersama.

 Mengkaji usulan perubahan yang diajukan penyedia jasa

pemborong/kontraktor.

Pendapat Konsultan, Pekerjaan mengkaji usulan perubahan yang diajukan

kontraktor dapat dilaksanakan sejauh usulan perubahan tersebut masih dalam batas

toleranasi dan tidak menyimpang dari bidang pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

 Mengusulkan perubahan pekerjaan.

Pendapat Konsultan, pengusulan perubahan pekarjaan oleh konsultan pengawas perlu

dilakukan bilamana pekerjaan awal tidak dapat dilaksanakan di lapangan.

 Membuat perhitungan dan gambar kerja apabila terjadi

perubahan/motifasi di lapangan.

Pendapat Konsultan, pekerjaan membuat perhitungan dan gambar kerja apabila

terjadi perubahan di lapangan harus dilakukan untuk mengetahui bersama perubahan

yang terjadi serta pengaruhnya terjadi terhadap kecukupan biaya yang telah

disediakan.

 Membantu penyedia jasa pemborongan/kontraktor dalam mempersiapkan

As built drawing.
Pendapat Konsultan, membantu kontraktor dalam mempersiapkan As built drawing

dapat dilaksanakan untuk ketelitian dan keakuratan dari pekerjaan yang telah

dilaksanakan dengan yang dituangkan dalam gambar As built drawing.

 Mengendalikan dan mengawasi perubahan-perubahan yang terjadi di

lapangan.

Pendapat Konsultan, pekerjaan mengendalikan dan mengawasi perubahan-

perubahan yang terjadi di lapangan mutlak dilaksanakan oleh konsultan pengawas.

Hal tersebut dilaksanakan untuk mengetahui secara jelas setiap perubahan yang

terjadi di lapangan serta mengarahkan agar pekerjaan tidak menyimpang dari rencana

awal.

 Membuat Justifikasi Teknik Untuk Perubahan Pekerjaan/Tambah Kurang

Atau Perpanjangan Waktu.

Pendapat Konsultan, pembuatan justifikasi teknik untuk perubahan

pekerjaan/tambah kurang atau perpanjangan waktu harus dilakukan konsultan

pengawas untuk menjustifikasi pekerjaan yang mengalami perubahan antara lain :

proses terjadinya perubahan, besarnya perubahan serta kaitanya terhadap nilai

kontrak. Demikian juga halnya bila kontraktor mengajukan perpanjangan waktu

pelaksanaan harus dilakukan justifikasi terhadap perpanjangan waktu tersebut, antara

lain : hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perpanjangan waktu, jumlah jumlah

penambahan waktu yang disetujui dan perubahn jadwal pelaksanaan pekerjaan.


 Memeriksa dan menandatangani berita acara bobot kemajuan pekerjaan

yang diajukan oleh penyedia jasa pemborongan/kontraktor untuk

pembayan termin.

Pendapat Konsultan, memeriksa dan menanda-tangani. Berita Acara Kemajuan

pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor untuk pembayaran termin harus dilakukan

oleh konsultan pengawas untuk mengetahui kebenaran dan ketepatan jumlah bobot

kemajuan yang telah dicapai oleh kontraktor. Berita Acara Bobot Kemajuan

pekerjaan tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk pembayaran termin atas

prestasi yang telah dilaksanakan kontrakator.

 Menyampaikan usulan penyempurnaan pekerjaan.

Pendapat Konsultan, penyampaian usulan penyempurnaan-penyempurnaan pekerjaan

perlu dilakukan konsultan pengawas untuk mendapatkan suatu hasil pekerjaan yang

memuaskan.

 Membantu pengguna anggaran dalam proses serah terima PHO dan FHO.

Pendapat Konsultan, membantu pengguna anggaran (PA) dalam serah terima PHO

dan FHO harus dilaksanaka konsultan pengawas untuk mengevaluasi total kemajuan

pekerjaan yang dicapai kontraktor, menentukan taggal serah terima dan

mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk serah terima proyek. Hal itu dilakukan

untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut sudah dapat diserah-terimakan dari

kontraktor kepada penggu Pengguna Anggaran (PA) atau belum.


Pekerjaan Fisik dipercayakan kepada kontraktor :

PT GUNAYASA DIANARTHA

Pekerjaan Pengawasan dipercayakan kepada konsultan:

CV. MUTU INTI ENGINEERING CONSULTANT

DATA PROYEK:

1. KEGIATAN : Pembangunan Jalan Maluku Utara III

2. Pekerjaan : Pekerjaan Teknik Jalan Daruba-Daeo-Berebere

3. Sumber Dana : APBN 2008

4. Panjang Jalan : 3.6 KM

5. Lokasi : Daruba-Daeo-Berebere Pulau Morotai

6. KANTOR : PT GUNAYASA DIANARTHA

7. Konsultan : CV. MUTU INTI ENGINEERING CONSULTANT

8. Waktu Pelaksanaan : 180 Hari Kalender

BAB III

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


III.1 UMUM

Tugas konsultan sesuai dengan kerangka Acuan kerja (KAK) yang mencakup

pekerjaan pokok, yaitu “supervisi”. Tujuan dari pekerjaan konsultan ini adalah untuk

jasa konsultan pengawas pada pekerjaan Pengawasan Teknik Jalan Daruba-Daeo-

Berebere.

Layanan konsultan ini adalah untuk melaksanakan pengawasan proyek Dinas

Pekerjaan Umum Maluku Utara Direktorat Jendral Bina Marga pada pekerjaan

Pengawasan Teknik Ruas Jalan Daruba-Daeo-Berebere, serta melakukan value

engineering.

III.2 PENGETAHUAN TENTANG SUPERVISE PROYEK

Tugas konsultan pengawas secara garis besar akan meliputi:

 Pengendalian teknis.

 Pengendalia atas proses kordinasi terkait.

 Pengendalian administrasi proyek.

 Evaluasi rencana proyek.

 Verifikasi hasil pekerjaan penyedia jasa pemborong/kontraktor.

 Kontrol sistematika terhadap kegiatan lapangan.

 Kunjungan lapnagan/site visit.

 Sistem informasi manejemen proyek.

 Value engineering.
Secara garis besar penjabaran uraian tugas tersebut diatas sebagai berikut dibawah

ini:

3.2.1 PENGENDALIAN TEKNIS

Bertindak untuk dan atas nama Pengguna aggaran (PA) mengendalikan pelaksanaan

fisik pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia jasa atau pemborong/kontraktor

dengan rentang meliputi “Pre-audit”, “Monitoring”, dan “Post-audit”.

Lingkup pengendalian antara lain meliputi:

 Aspek mutu hasil pekerjaan.

 Aspek volume pekerjaan.

 Aspek waktu penyelesaian pekerjaan.

 Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantu

dalam kontrak pemborong.

1). Rentang kendali “Pre-audit”

Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “Pre-audit”

adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :

 Pengumpulan dan analisis terhadap data.

 Pengecakan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap kondisi

lapangan.

 Pemeriksaan terhadap kesiapan penyedia jasa pemborong/kontraktor, yang

meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.


Kegiatan pengumpulan dan analisis data, informasi dan hasil pekerjaan antara lain :

 Jenis pekerjaan.

 Kuantitas pekerjaan.

 Kwalitas yang dipersyaratkan.

 Schedulle pelaksanaan.

 Schedulle pembayaran.

Pengecekan hasil perencanaan dilakukan dengan cara membawa hasil perencanaan ke

lokasai proyek untuk menentukan apakah hasil perencanaan tersebut telah sesuai

dengan kondisi yang ada.

Apabila ternayata dari hasil pengeceka hasil design tidak sesuai dengan kondisi

lapngan, konsultan pengawas akan membuat alternative lain yang sesuai untuk

diajuakn kepada Pengguna Anggaran.

Material dan peralatan yang didatangakan penyedia jasa pemborong/kontraktor akan

diteliti lebih dahulu oleh konsultan sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang

akan ditetapkan.

Jadwal waktu yang dibuat oleh penyedia jasa pemborong/kontraktor akan di teliti

lebih dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan

dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan mengerjakannya serta

alat yang akan digunakan. Apabila menurut analisis tidak seimbang antara volume

dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka konsultan akan
menyerahkan kepada penyedia jasa pemborong/kontraktor untuk menyiapkan tenaga

kerja dan peralatan yang memadai agar bisa selelesai tepat pada waktunya.

Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan

tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan.

Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan menggantikan nilai

pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainya sehingga terjadi

kompensasi dan tidak memerlukan biaya

Tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat persetujuan dari

Pengguna Anggaran (PA).

Dalam hal ini, konsultan ber-upaya menghindari pekerjaan tambah, justru

mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi teknis dan biaya

memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.

2). Rentang kendali “Monitoring”

Kegiatan pengendalian teknis rentang “Monitoring” adalah kegiatan-kegiatan yang

dilakukan selama masa pelaksanaan pekerjaan. Meskipun konsultan telah melakukan

“per-auditan” namun setiap langkah pelaksanaan pekerjaan akan terus dimonitor agar

apabila terjadi penyimpangan segara diketahui dan dapt diluruskan kembali sesuai

petunjuk yang benar. Selama periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi

terhadap progress dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan penyedia jasa

pemborong/kontraktor.

Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kami jaga sebaik-

baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehigga
kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil

pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain mengawasi pekerjaan

fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar proyek, agar

jangan sampai agar jangan sampai pelaksana lapangan berikut pekerja-pekerjanya

mengganggu, mematikan serta merusak flora dan fauna yang ada.

Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan

peraturan-peraturan yang berikut.

3). Rentang kendali “Post-audit”

Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi penyedia

jasa pemborong/kontraktor. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk pengajuan

pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun penyedia jasa pemborong/kontraktor tidak

dapat menyajika permintaan pembayaran sebelum mendapat rekomendasi dari

konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaanya sudah memenuhi persyaratan teknis

atau tidak.

3.2.2 PENGEDALIAN ATAS KOORDINASI TERKAIT

Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut

diatas berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu dilakukan oleh

pihak lain (khususnya oleh Pengguna Anggaran ).

Kordinasi dengan instansi terkait, antara lain dilakukan dengan :

 Dinas PU Maluku Utara.

 Konsultan lain yang terkait.

 Instasi terkait lainya.


3.2.3 PENGENDALIAN ADMINISTRASI PROYEK

Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta

mengendalikan pelaksanaan keseluruhan system administrasi proyek yang

diawasinya, yaitu mencakup antara lain surat, memorandum, risalah, laporan, contoh

barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, kontrak & addendum dan lain-lain yang

dianggap perlu. Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan konsultan

pengawas untuk maksud diatas adalah :

 Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaika sampai tuntas

maksud dari surat masuk maupun keluar.

 Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam

pelaksanaan tugas konsultan.

 Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan

yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas.

 Membuat foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan.

 Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar

sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan.

 Membatu/menyiapkan addendum serta lain-lain yang dianggap perlu.

3.2.4 EVALUASI RENCANA

Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana proyek yang akan dilaksanakan

serta menyerahkan perubahan/penyempurnaan penyesuaian rencana yang perlu


dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan proyek dengan

sebaik-baiknya.

3.2.5 VERIVIKASI HASIL PEKERJAAN KONTRAKTOR

Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa

hasil pekerjaan penyedia jasa pemborong/kontraktor telah memenuhi segala

persyaratan untuk proses selanjutnya yaitu persetujuan pengguna anggaran.

3.2.6 KONTROL SISTIMATIKA TERHADAP KEGIATAN LAPANGAN

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol

manajemen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa

dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-tengah atau

dengan cara perencanaan yang mendadak akan mengakibatkan hasil kerja yang tidak

memuaskan. Untuk menaggulangi masalah ini, diperlukan suatau kontrak yang

sistimatik. Konsultan pengawas perlu menerapkan system control yang baik

dilapangan.

Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan dilapangan memiliki tiga tujuan, yaitu :

1). Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang

kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka harus

dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk mengatasinya.

2). Memastikan bahwa pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga

peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.

3). Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh pengguna anggaran

tidak dilampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.


Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan

dilapngan yaitu :

 Pencapaian target kemajuan fisik.

 Pencapaian target keuangan.

 Pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.

 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin evektivitas dan

efesiansi kerja lapangan.

 Pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian/divisi.

Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau

menunjukan tendensi yang tidak menggembirakan. Dengan mengetahui keadaan dan

situasi masalah dengan benar, maka langkah-langkah yang diambil untuk

mengatasinya akan lebih cepat dan efektif.

3.2.7 KUNJUNGAN LAPANGAN/SITE VISIT

Frekwensi kunjungan ke lapanga tergantung dari pentingnya keadaan lapngan,

sifatnya dapt secara harian, mingguan. Frekwesi kunjungan juga dapat bergantung

pada tahapan dari pengguna anggaran (PA) yang mengelolanya beserta para teamnya

sesuai kebutuhan.

3.2.8 PENGONTROLAN PROYEK

Merencanakan dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, dan yang

dipengaruhi oleh bermacam-macam factor. Karna itu Network/S-Curve Chert yang

telah disetujui sebangai pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodik atau

sesuai kondisi di check kembali:


 Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.

 Apakah ditepati dalam jangkan panjang atau segera.

 Nantinya akan ditepati (jangka panjang).

Bila perlu dapat di adakan perubahan baru untuk mengendalika jalanya proyek seperti

yang dikehendaki.

1). JARAK WAKTU CONTROL

Jarak waktu control dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu yaitu :

1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu.

2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.

2). CARA MENGOTROL

Dibedakan 3 cara mengotrol, sebagai berikut :

 Flow chart untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai :

 Flow chart untuk mengujikan pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai :

 Flow chart uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai :

3.2.9 SISTEM INFORMASI MANEJEMEN PROYEK

Sistim informasi manajemen proyek pada hakekatnya adalah suatu sistim untuk

mendukung pihak Pengguna Anggaran (PA) dalam memantau dan mengembalikan

proyek.

Tujuan sistim ini untuk digunakan pihak pemilik dalam mendapatkan informasi

proyek setiap saat atau secara berkal, cepat dan akurat. Sistim ini dibuat dan

dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi yang dihadapi
dilapangan serta mengintegritasikan keinginan-keinginan dari pihak Pengguna

Anggaran yang mewakili pihak pemilik proyek tentang apa yang ingin dimonitor dan

dikendalikan.

Dilapangan setiap hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan agar

perkembanganya terjadi sesuai rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam

besaran uang dan besaran waktu.

Khusus untuk mengotrol mutu pekerjaan, paranan sistim informasi manajemen

proyek hanya sebagai penerus informasi saja.

Pengotrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan

dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolak ukur mengukur mutu pekerjaan

adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan). Perkembangan pekerjaan yang terjadi

selalau diikuti oleh perkembangan datanya atau dimonitor diamna perkembangan

suatu proyek selalu diikuti oleh perkembangan data proyeknya. Volume data kian

hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data proyek sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna

Anggaran, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data proyek yang telah

dikumpulkan secara periodik kemudian diolah/proses untuk dijadikan informasi

proyek (laporan proyek). Artinya dari laporan proyek dapat diketahui perkembangan

pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan proyek ini Pengguna

Anggaran dapat mengevaluasi tentang perkembangan proyeknya, pertumbuhan dari

tiap-tiap perkerjaan dilapangan dengan diperbandingkan terhadap rencana.


Pengguna Anggaran mengendalikan proyeknya dengan keputusan-keputusan yang

dibuat dan diimplementasikan ke projet site. Hasil dari implementasinya menciptakan

data proyek baru dan dengan demikian siklus project management control system

berulang kembali. Siklus ini baru berhenti apabila projet telah selesai.

III.3 FUNGSI KONSULTAN PENGAWAS

Fungsi konsultan pengawas pada dasarnya dibagi dalam dua fungsi, yaitu :

1). Fungsi administratif

Fungsi administratif terdiri dari :

a. Membantu pengguna anggaran dalam memahami dan melaksanakan

ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak,

terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas kontraktor.

b. Mengadakan komonikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas

pekerjaan konstruksi jalan (peningkatan, pemeliharaan/perbaikan,

pembangunan baru)

c. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-

foto yang dibuat sebelum proyek berlangsung (mulai), sedang berjalan dan

proyek selasai, serta kejadian di lapangan.

d. Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan Chage Orde” dan “Addendum”

sehingga perubahan-perubahan kontrak yang di perlukan dapat dibuat secara

optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.

e. Menyiapkan dan menyamapaikan laporan pekerjaan secara berkala.


2). Fungsi pengawasan (supervise)

Fungsi pengawasan (supervis) meliputi :

a. Membantu Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya


dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai dengan desain, persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.
b. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terprinci
untuk mendukung review design (bila ada),membantu Pengguna Anggaran
(PA) sehingga perubashan dresign tersebut dapat dilaksanakan.
c. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan perhitungan
volume pekerjaan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran, sehingga
semua pengukuran pekerjaan perhitungan volume dan pembayaran didasarkan
kepada ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak.
d. Meninjau pengadaan personil dan peralatan kontraktor sesuai dengan
kebutuhan yang dipersyaratkan.
e. Memantau dan cek pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk “Termin”.
f. Melakukan pengecekan dan persetujuan gambar terlaksana (As Built
Drawing).
g. Membantu Pengguna Anggaran (PA) dalam menyiapkan pelaksanaan
“Provisional Hand Over (PHO)”.
h. Membantu Pengguna Anggaran (PA) dalam pengawasan pekerjaan dalam
periode pemeliharaan.
III. 4. TANGGUNG JAWAB KONSULTAN PENGAWAS

Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pengguna Anggaran (PA)


bahwahasil pelaksanaan pembangunan Pengawasan Teknik Jalan Daruba-Daeo-
Berebere yang dilaksanakan oleh penyedia jasa pemborong/kontraktor adalah
benar-benar sesuai ketentuan dalam kontrak pemborong.

Konsultan akan memberukan jaminan segala ijin kerja. Persetujuan dari setiap
jenis/langkah pelaksanaan dan persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan.

Untuk memperjelas uraian tersebut diatas, berikut ini dilengkapi Bagan Alir
Aktivitas Pengawasan Pekerjaan dimulai sampai pekerjaan selesai.

III. 5. PENGENDALIAN MASALAH MUTU

Selama periode konstruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan,


arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada penyedia jasa
pemborong/kontraktor guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan
dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah
ini namun tidak terbatas pada :

 Peralatan laboratorium.
 Penyimpanan bahan/material.
 Cara pengangkutan material/campuran ke lokasi proyek.
 Pengujian material yang akan digunakan.
 Test lapangan.
 Administrasi dan formulir-formulir.
3.5.1. PERALATAN LABORATORIUM

Peralatran laboratorium yang perlu dipergunakan, kalau tidak ditentukan lain


adalah sebagai berikut :

 Compaction Test.
 CBR Test.
 Berat Jenis.
 Atterberg Limit Test.
 Analisa ukuran butir.
 Density Test, Metoda Sand Cone,
 Test Ekstraksi.
 Kadar Rongga Udara Campuran.
 Thermometer Logam.
 Test Beton.
 Dan lain-lain seperti disebutkan dalam Spesifikasi.

Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup berpengalaman


dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.

3.5.2. PENYIMPANAN BAHAN/MATERIAL

Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk
menjamin perlindungan kualitas.

Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah


dapat diperiksa oleh konsulatan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan puing, harus
mempunyai drainase yang lancar.

Bahan-bahan yang diletakan lengsung di atas tanah tidak boleh digunakan dalam
pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas
dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.

Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk mencegah
segradasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air.
Tinggi maksimum tumpukan 5 m.

Penumpukan berbagai ragam agregat untuk hotmix, harus dipisahkan dengan


papan pembatas guna mencegah pencampuran bahan-bahan.

Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk mencegah kejenuhan agregat
yang akan mengakibatkan penurunan kualitas.

3.5.3. CARA PENGANGKUTAN MATERIAL

Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk


perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada disekitar proyek.

Pengangkutan material perlu ditutup dengan bahan tebal guna tidak berceceran.

Bilamana terjadi gangguan diantara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan


mempunyai wewenang untuk memerintahkan penyedia jasa
pemborong/kontraktor dan untuk menentukan uruten pekerjaan yang diperlukan
guna mempercepat penyelesaian seluruh proyek.
3.5.4. PENGUJIAN MATERIAL YANG AKAN DIGUNAKAN

Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspeksikan oleh konsultan.
Staff anggota team konsultan setiap akan membuat rencana untuk menginspeksi
material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja penyedia jasa
pemborong/kontraktor.

Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan,


namun dapat diperiksa ulang dan di-test kembali oleh konsultan.

Agar mendapatkan campuran yang baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi,


sebelum pekerjaan dimulai perlu dibuatkan dahulu suatu rencana yang disetujui
konsultan, antara lain untuk pekerjaan : Pengaspalan, Pembetonan.

3.5.5. TEST LAPANGAN

Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu diadakan


pengujian/tes lapangan seperti apa yang disebutkan dalam persyaratan pengujian.

III.6. ADMINISTRASI PROYEK DAN FORMULIR-FORMULIR

Sebagai kelengkapan administrasi kegiatan yang umum digunakan. Contoh


form-form yang diperlukan proyek antara lain sebagai berikut dibawah ini dapat
dilihat pada lampiran 1. Form-form contoh ini dapat dimodifikasi/disesuaikan
dengan keperluan proyek.

 Buku direksi
 Time schedule
 MC 0 (Mutual Check Awal).
 Request & shop drawing.
 Laporan mingguan.
 Record cuaca.
 Photo dokumentasi.
 Change order.
 Addendum.
 Monthly Certificate (MC).
 PHO (Provisional Hand Over).
 Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan proyek.

III.7. PENGENDALIAN KUANTITAS

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-


bahan/campuran yang ditempatkan atau dipindahkan oleh kontraktor atau yang
terpasang. Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan atas :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.


 Metode perhitungan.
 Lokasi kerja.
 Jenis pekerjaan.
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan baik kualitas maupun elevasi


dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume
pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas
dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh konsultan dan mendapat
persetujuan pengguna anggaran.

Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain :

1) Pengukuran Meter Persegi (m²)


Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang
dan lebar, setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau
toleransi yang dibenarkan dalam spesifikasi.

2) Pengukuran Meter Panjang (m)


Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang,
setelah penampang suatu konstruksi telah sesuai dengan gambar yaitu
dimensinya.

3) Pengukuran Meter Kubik (m³)


Pengukuran dilapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang
dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur atau
core drill (untuk hotmix), sehingga panjang, lebar dan tebal menghasilkan
volume yang akurat.

4) Pengukuran Berat
Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan dua cara :
 Pertama, yaitu pertimbangan dengan timbangan atau Truck Scale.
 Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis
bahan tersebut (berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).

Formulir untuk perhitungan kuantitas tersebut dapat dilist pada Quantity Sheet.
III.8. PENGENDALIAN WAKTU

Di dalam proyek jalan , alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja perhari
adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian
pekerjaan.

Dibawah ini adalah bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian


agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan memboroskan
waktu, tenaga dan biaya.

3.8.1. SCHEDUL

Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang


dibuat penyedia jasa pemborong/kontraktor. Apakah rencana kerja program
pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Misalnya dalam musim
hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau untuk
pekerjaan pengaspalan misalnya untuk kondisi kerja yang sama.

Kemudian juga Construction Method, urutan kerja penyedia jasa


pemborong/kontraktor apakah suda sistematis, konsepsional dan benar.
Selanjunya berdasarkan schedule penyedia jasa pemborong/kontraktor yang sudah
disetujui, konsultan pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut.

Dari team schedulle tersebut bisa dijabarkan kedalam target harian, sehingga
setiap hari apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak, bila target
volume tersebut tidak tercapai maka selisih volume harus diprogramkan/dikejar
untuk schedulle hari berikutnya.
Dengan Team Schedulle yang dibuat dan disetujui itu bila dilaksanakan dengan
baik sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik maka diharapkan
proyek bisa diselesaikan sesuai jadwal (On Schedulle).

3.8.2. ALAT BERAT (HEAVY EQUIPMENT)

Untuk mengerjakan pekerjaan underpass, diperlukan alat berat,bisa


kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.

Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu
kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil, misalnya
untuk pengaspalan, maka alat yang digunakan Dump Truk, Tangki Air, Buldozer,
Motor Grader, Wheel Loader, Exafator, Walles, Mollen. Dari alat tersebut
dihitung produksi nyata per jam, kemudian per jam kemudian produksi terkecil
yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu. Demikian pula peralatan
pekerjaan beton maupun alat angkut beton dilapangan harus di analisis
kapasitasnya agar sesuai dengan kebutuha. Sedemikian sehingga volume
pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

3.8.3 TENAGA KERJA

Demikian juga untuk tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja
yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa diselesaikan oleh tenaga kerja
sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi perjaan diperkirakan
tidak bisa diselesaikan.

Maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua sheet atau kerja
lembur/overtime. Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang
cukup/efektif maka diharapkan pelaksanaan bisa tepat waktu sesuai dengan yang
ditargetkan.
3.8.4 JUMLAH JAM KERJA

Untuk penyelesaian pekerjaan, tergantung juga pada jam kerja per hari. Jumlah
jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil daripada bila
per jam kerja lebih banyak. Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat,
tenaga kerja, sedemikian hingga volume pekerjaan yang ditargetkan bisa
diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa diselesaikan dalam satu hari siang,
maka perlu untuk kerja malam/overtime.

Untuk administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara


optimal maka konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh “Network
Planning” yang umumnya telah dibuat oleh penyedia jasa pemborong/kontraktor
dengan metode lintas kritis (Critical Path Method/CPM). Mengingat sangat
pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka
konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning” dari penyedia jasa
pemborong/kontraktor dan akan membantu kontraktor dalam mereview dan
menyusun kembali “Network Planning” tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/S-
Curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang
baik/cocok untuk pekerjaan jalan/underpass karena dapat
mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu. Schedulle ini, pada arah “basis”
menunjukkan lokasi STA, sedangkan arah “ordinat” menggambarkan waktu.

3.9 PENGENDALIAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK

Didalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantu :

 Biaya proyek
 Estimated Quantity/volume pekrjaan
 Harga satu perjaan

Guna pengndalian biaya pelaksanaan proyek, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut :

 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-


benar sehingga kuantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana.
Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada
akhirnya biaya yang dikeluarakan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
segi pengukuran/kuantitas dan kualitas, sehingga biaya yang dikeluarkan
adalah benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak dan harga satuan pekerjaan yang sudah ada dalam kontrak
pelaksanaan, sehingga biaya proyek dibayarkan sesuai item pekerjaan
yang ada dalam kontrak.

3.10 PEMERIKSAAN TERMIJN

Penyedia jasa pemborong/kontraktor harus menyerahkan suatu nialai estimasi dari


pekerjaan yang dilaksanakan kepada Team Leader pada setiap akhir bulan yang
berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai “Termijn”. Format termijn harus
sesuai dengan standar atau diusulkan oleh konsultan dan disetujui Penggunaan
Anggaran (PA). Team Leader akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang
diajukan pada tarmijn dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang
telah terjadi dilapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menanda-tangani oleh
wakil penyedia jasa pemborong/kontraktor, konsultan, dan pengguna anggaran
(PA).
3.11 PEMERIKSAAN PEMBAYARAN AKHIR

Tim pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah
lalu. Pembayaran terdahulu yang sudah disetujui apabila terdapat kesalaha masih
dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya.

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang
telah dibayar sebelumnya, sehingga kuatitas/volume yang dibayar dalam
pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

3.12 ROSEDUR PERUBAHAN (CONTRACT CHANGE ORDER)

Perubahan terhadap pekerjaan dapat dimulai oleh Engineer atau penyedia jasa
pemborong/kontraktor dan harus disetujui denagan suatu perintah pembayaran
yang ditetapkan dalam suatu perintah perubahan tersebut menyajikan suatu
perubahan dalam struktur Harga Satuan Jumlah Kontrak, maka Perintah
Perubahan harus dirundingkan dan di rumusksn dalam suatu Addendum.

3.13 LAPORAN PENYELESAIAN AKHIR

Bila penyedia jasa pemborong/kontraktor menganggap pekerjaan akan selesai,


termasuk semua kewajiban dalam Periode Jaminan, maka ia harus membuat
permohonan untuk serah terima pertama. Setelah penyelesaian dari setiap
pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima, dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan
membantu mempersiapkan sertifikat penyelesaian akhir.

3.14 PERNYATAAN PERHITUNGAN AKHIR

Penyedia jasa pemborong/kontraktor harus membuat permohonan untuk


pembayaran perhitungan akhir, bersama-sama dengan semua rincian pendukung
sebagaimana diperlukan oleh engineer.
Setelah peninjauan kembali oleh engineer dan jika diperlukan, amandendum oleh
penyedia jasa pemborong/kontraktor, egineer akan mengeluarkan suatu
pernyataan perhitungan akhir yang disetujui untuk pembayaraan oleh Pengguna
Anggaran .

3.15 ADDENDUM PENUTUP

Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan Akhir.


Setelah memperoleh tandatangan penyedia jasa pemborong/kontraktor, engineer
akan menyampaikan addendum penutupan tersebut pada Pengguna Anggaran
untuk ditandatangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir yang
disetujui.

3.16 DOKUMEN CATATAN PROYEK

Penyedia jasa pemborong/kontraktor harus memelihara suatu catatan yang cermat


tentang semua perubahan dalam Dokumen Kontrak dan Dokumen Catatan Proyek
selama pelaksanaan pekerjaan. Penyajian rencana pemeliharaan lalu lintas selama
masa pelaksanaan pembangunan jalan dimaksudkan menyampaikan gambaran
masalah yang ada dan yang diperkirakan terjadi pada masa pelaksanaan.

Pada masa pelaksanaan pembangunan, diperkirakan akan ada beberapa aktivitas


lain antara lain :

 Pemasangan untuk pengaman dan kerapian pekerjaan pada kedua sisi


jalan.
 Perjaan tanah, menggali dan mengangkut keluar lokasi
 Pekerjaan drainase
 Pekerjaan perkerasan jalan
 Pemasangan form work
 Pengecoran beton
 Pekerjaan pengaspalan
 Pekerjaan bangunan pelengkap lainnya yang berkaitan dengan perjaan

Semua pekerjaan tersebut diatas jelas menjadi kendala bagi semua kelancaran dan
keselamatan kerja bagi pemakai jalan maupun bagi perja proyek.

Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal
dan seminimum mungkin akibat buruk yang ditimbulkannya.

Untuk mengantisipasi pengurangan lebar jalur efektif, bahu jalan dibagian luar yang
sudah diperkeras bisa dipakai sebagai jalur lalulintas khusus untuk kendaraan
penumpang atau sejenisnya dan alternatif lain dengan membuat jalur baru dengan
memanfaatkan areal yang kosong disekitar lokasi pekerjaan tersebut.

Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil galian harus ditangani
dengan baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi
proyek. Tidak kalah pentingnya dari penaganan tersebut diatas adalah cara pemuatan
dan transportasi pembuangan tanah hasil galian harus memperhatikan lingkunga.

Tanah yang dimuat diatas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer diatas
permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada giliranya mengambat arus lalu lintas
yang ada.

a.Mengurangi kemacetan

dlam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan denagan perambuan
sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan
penaggulangan gangguan.
2). Keselamatan kerja

Indikasi diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut :

a.Disiplin kerja

 Pengendalian pelaksanaan dilapangan secara ketat dan terus menerus


dimonitor dengan pelengkapan komonikasi untuk dapat saling
berhubungan setiap saat dengan cepat.
 Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian proyek sesuai jadual
yang ditetapkan.

Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan lapangan yang mencakup


seluruh aspek terkait.

Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa factor keselamatan kerja yang terkait, antara
lain :

 Factor perambuan darurat


 Sistim transportasi pada lokasi proyek
 Atribut pada tenaga kerja
 Aspek
 Dan lain-lain

Pada tahap pelaksanaan, dimana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani dan
melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja daripada semua
eksponenen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progress yang hendak
dicapai.
Pada tahap ini, gambar pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai
berikut:

1) Perambuan darurat

seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada tahap pelaksanaanpun


mempunyai adil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam
melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah perambuan.

Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu


peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta
lingting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya seperti ditunjukan pada
keperluan “rambu darurat”.

Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroprasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan
warna crossing “kuning-hitam” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot
lingt” atau cat berpender yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari.
Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot linht.

2) Sistim transportasi pada lokasi proyek

Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

 Pintu keluar/masuk kendaraan proyek pada daerah kerja ditentukan, rute


perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya
tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak teradi konflik. Dump truck
yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet kebelakang namun
harus masih tetap dalam area perambuan.
 Untuk pengankutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan penutup
bak belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer
dimuka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja
terkena air hujan dan ini dapat meningkatkan kecelakaan fatal.
 Mobilisasi peralatan berat kelapangan juga harus memperhatikan keselamatan
dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta bantuan pengawal
dari pihak kepolisian.

3) Atribut Pada Tenaga Kerja

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat
dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi
refleksionis warna orange menyolok yang harus selalu dikenakan pada saat
melaksanakan tugas.

Penggunaan topi dilapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi


keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan
apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroprasi sangat membahayakan dan
mengurangi akurasi kerja.

4) Atek(Austransi Tenaga Kerja)

Jaminan perlindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah


beresiko tinggi adalah mutlak dipelukan. Setiap tenaga kerja tesebut harus
dijamin dengan asuransi tenaga kerja ynag lebih dikenal dengan Astek.

Mengingat pentingnya Astek pada pelaksanaan pekerjaan tersebut maka Astek


merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dokumen kontrak, jadi
merupakan satu kesatuan pada dokumen kontrak.

3.17 PEKERJAAN FISIK PROYEK

3.17.1 PEMATOKAN DAN PENGUKURAN


suatu pembangunan membutuhkan pelaksanaan seluruh elemen-elemennya pada
posisi yang benar. Untuk memindahkan suatu gambar rencana dari atas kertas ke
suatu bangunan dilapangan, maka dibutuhkan:

 Dilokasi harus ada sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan
pada suatu sistem kordinat yang tetap.
 Perencanaan konstrusi harus dikaitkan pada sistem kordinat yang sama.

Apabila terdapat ketidak jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan
keraguan interprestasi, maka pengawas lapangan harus menghubungi perencananya
untuk mendapatkan penjelasan. Penyedia jasa pemborong/kontraktor bertangguang
jawab dalam penentuan dan pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas
lapangan harus memastiakan bahwa kontraktor mendapatkan informasi yang tepat
serta menyiapkan titik-titk kontrol yang dipasang.

1) Pengukuran horizontal
Pengukuran horizontal didasarkan baik pada sistem kontrol garis ataupun
sistem kordinat, namun bila dibutuhkan dapat merupakan kombinasi dari
kedua system diatas.
2) Pengukuran fertikanl
Ketinggian permukaan tanah dapat diukur dari titik Bench Mark (BM).
Geometri vertical garis Kontrol biasanya ditentukan. Data ini merinci
rangkaian titik tagen vertical, ketinggian dan kemiringan permukaan akhir.

3) Titik kontrol survei


Suatu jaringan titik kontrol ditentukan untuk mencakup seruh daerah
proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan
kontrusi. Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter.
Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan
tapi bebas dengan area kegiatan, dimaksud untuk menghindari
kemungkinan adanya pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk
pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik konrol harus selalu
dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat terjadi pada
dasar tanah, pada timbunan pelapisan tanah atau proses dalam tanah itu
sendiri, seperti prosese yang terjadi akibat besarnya veriasi kelembaban.
5) penentuan elemen-elemen struktur
Letak dari elemen-elemen utama seperti kepala jembatan, pilar dan
bangunan atas ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang
digunakan. Tititk offset referensi harus ditetapkan untuk tiap pilar dan
kepala jembatan. Letak danjarak offset tiap-tiap titik refrensi harus hati-hati
dibutuhkan dan dikenali dilapangan dan untuk menyiapkan tahap
penentuan kembali yang mudah bagi letak pilar dan kepala jembatan lama
pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak tergaggu. Letak elemen-
elemen kecil lain seperti kerb, parapet, galian drainase ditentukan
berdasarkan pada letak elemen-elemen dengan prtimbanga pengukuran.
Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen yang telah ditentukan
harus di periksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan
dilakukan oleh staf egineer dengan menggunakan peralatan lain yang
berbeda dengan peralatan yang digunakan pada saat penampatan dan
pematokan awal.
Bagi penyedia jasa pemborong/kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan
ulang atas hasil pekerjaannya itu sendiri, dianjurkan untuk menggunakan
methode lain ynag berbeda dengan methode yang telah digunakan pada
saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan dari
ketidak terpatan identifikasi patok, ketidak tepatan penandaan atau
kesalahan dalam melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda
tinggi dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi
sampai pada titik akhir pada sisi yang lain, kemudian diikatkan pada titik
kontrol hasil surfei pertama. Pemeriksaan ini tidak diperkenankan
dilakukan hanya denga mengukur dari suatu titik akhir saja atau dua titik
akhir pada sisi yang terpisah.
3.17.2 MATERIAL/BAHAN-BETON
1). Semen
Konsultan pengawas harus memastikan bahwa penyedia jasa
pemborong/kontraktor memenuhi persyaratan syarat-sayarat teknik yang
berhubungan dengan pemakaian, penyimpanan dan umur semen.

2). Agregat
Pemilihan agregat yang sesuai sangat penting pada produksi beton yang baik.
Agregat beton harus terdiri dari partikel-partikel yang bersih, keras dan tahan serta
serta cukup kuat untuk menahan beban yang diterima oleh beton. Pada umumnya,
agregat tersebut terdiri dari pasir atau krikil alam, atau batu pecah.
Agregat beton harus :
 Cukup kuat dan keras untuk dapat menghasilkan beton degan kekuatan tekan
tekan yang memenuhi syarat, dan tahan terhadap abrasi.
 Bersih atau bebas dari kotoran seperti zat-zat organic, karena dapat
menghambat pembekuan dan pengerasan beton. Tidak mengandung lanau
dan lempung karena dapat memperlambat beton. Partikel-partikel yang
lemah dan lunak dapat mengurangi kekuatan beton dan dapat hancur bila
terbuka terhadap cuaca. Lempung atau bahan lemah lainnya yang menutupi
permukaan bahan agregat dapat mengurngi ikatan antara agregat dan pasta
element.
Gradasi
Agregat yang bergradasi baik akan menghasilkan beton yang mudah
dikerjakan, agregat yang tidak memenuhi gradasi yanag diisyaratkan tidak cenderung
untuk terjadi pemisahan (segregation) dan airnya akan merembes keluar (bleeding).
Pada umunya pasir yang bergradasi kasar paling di kehendaki. Disisi lain, semua
pasir harus mengandung kuantitas partikel halus yang cukup untuk membantu
mendapatkan kemampuan pengerjaan yang baik. Suatu gradasi pasir demikian
mempunyai kadar udatra yang besar, oleh karena itu memerlulakan pasta semen
dalam jumlah besar untuk dapat menghasilkan campuran yang dapat dikerjakan
dengan baik.
Bentuk partikel dan tekstur permukaan
Bentuk partikel dan permukaan dari agregat akan mempengaruhi kemampuan
pegerjaan pada beton. Partikel serpihan (flakey) bersudut tidak hanya menyulitkan
dalam pengerjaan tetapi jugan menyembabkan pemisah, maka harus dihindari.
Kekuatan maksimum, dengan sedikit kesulitan dalam pengerjaan, akan dihasilkan
oleh agregat pecah (crushed) dengan pelekatan antara muka muka batuan yang tidak
rata.
Ukuran pemaksimum
Penghematan yang paling besar didapatkan bila ukuran agregat masimum terbesar
digunakan. Factor-faktor yang membatasi gradasi adalah kemampuan kemampuan
peralatan pengaduk, pengangkatan dan pengecoran untuk dapat menagani ukuran-
ukuran lebih besar, dan jarak bebas (spacing) antara acuan dan tulangan. Ukuran
agregat maksimum tidak boleh melebihi dua pertiga jarak bebas antra tulagan atau
tiga perempat selimut beton hingga penulangan. Dalam syarat-syarat teknik,
penggunaan pada berbagai bagian pekerjaan diberi batasan yang menggambarkan
batasan-batsan tersebut diatas.
3). Air
Air yang dipakai untuk beton tidak boleh mengandung garam, larutan organik, atau
bahan lain yang akan menggaggu hidrasi semen. Air yang dapat diminum bisanya
memuaskan. Jika ada kekurangan, suatu batch percobaan beton harus dibuat dan diuji
untuk membandingkan tingkat pengerasan dan kekuatan ultematenya dengan beton
serupa yang dibuat dengan iar murni/segar.
Air laut tidak boleh digunakan pada beton bertulang, karena menyebabkan korosi
pada baja tulang.
4). Udara
Kehadiran rongga didalam beton sangat mengurangi kekuatanya. Jumlah sekecil 5
persen dapat mengurangi kekuatan dengan kekuatan 30 persen, dan 2 persen dapat
mengurangi kekuatan 10 persen.
Rongga pada beton adalah :
 Gelabung udara yang tetahan, atau
 Ruangan yang tertinggal setelah air berlebihan dihilangkan, hal ini tergantung
pada ratio semen air (water cement ratio) dari campuran.
Telah biasa dilaksanakan untuk entrain udara hingga 8 persen dalam beton dengan
menggunakn campuran tambahan yang sesuai. Gelembung udara tersebut jauh lebih
kecil (0,05 mm) daripada terpisah-pisah sehingga tidak berbentuk saluran untuk
lewatnya air dan permeabilitas beton tidak bertambah.
3.17.3 PENYIMPANAN BAHAN
1). Semen
Harus disimpan dalam gudang semen atau bangunan tahan cuaca dan teratur agar
dapat digunakan dengan urutan sesuai pengiriman.
Semen yang disimpan lebih dari empat bulan harus diuji kembali sebelum digunakan.
2). Agregat
Agregat harus disimpan dalam bak (bin) atau tempat penimbunan (stockpile)
berdasarkan dengan pekerjaan dengan tiap ukuran dipisah dari ukuran lainnya secara
pasti untuk mencegah saling tercampur. Lantai penimbunan harus kering dan dilapisi
kerikil atau bahan untuk mencegah bercampuran timbunan dengan tanah.
3). Baja tulangan
Baja tulangan harus ditumpuk, ditinggikan dari permukaan pada penyangga kayu
yang baik sehingga batang-batang bebas dari lempung atau bahan lain yang dapat
mencegah pengikat (bonding).
Karat permukann atau debu harus dihilangkan sebelum pemasangan. Baja tulang
harus diperiksa jauh hari sebelum waktu pemasangan untuk penjamin bahwa
pekerjaan dapat dipenuhi.
3.17.4 PERANCAH BANGUNAN
Desain perancah harus memperhitungka besar, arah dan lamanya gaya-gaya tersebut
bekerja secara tersendiri maupun secara kolektif. Disain dari semua komponen dan
sambungan perancah harus memenuhi standar yang berkaitan dengan syarat-syarat
teknik dan peraturan yang berlaku.
Komponen perancah harus direncanakan untuk membatasi lendutan hingga 1/300 dari
betang, dan untuk mencegah retak pada bagian yang telah dicor sebelumnya dengan
pembebanan pengecoran yang dilakukan kemudian lendutan balok dan perubahan
dimensi pada komponen serta sambungan harus dibatasi, untuk menjamin bahwa
beton yang selesai berada dalam batasan toleransi yang diijinkan.
3.17.5 PEKERJAAN JALAN/PAVEMENT
\1). Komponen utama aktivitas pekerjaan pavement
Pembangunan jalan meliputi dan tidak terbatas pada :
a. Penentuan batas-batas jalan.
b. Pekerjaan galian.
c. Pekerjaan timbunaan.
d. Penyiapan subgade/tanah dasar.
e. Pembuatan sub base course & base course.
f. Pembuatan lapis permukaan / pengaspalan /

a). penentuan batas-batas perjaan


Sebelum pekerjaan dimulai perlu diadakan pengukuran, khususnya berkenan
dengan ukuran lebar jalan, lokasi jalan, elevasi permukaan, struktur drainase.
Penyedia jasa pemborong/kontraktor dan konsultan harus mencapai persetujuan
terlebih dahulu mengenai ketepatan pengukuran agar hasil pekerjaan sesuai
dengar Gambar Kontrak.
b). perkerjaan galian
perkerjaan ini umumnya terdiri dari galian, pembuangan dari tanah atau batuan
atau bahan-bahan lainnya dari badan jalan atau yang berdekatan yang diperlukan
untuk pembentukan konstruksi jalan. Pekerjaan tersebut juga diperlukan untuk
pembuatan saluran air dan selokan, untuk pondasi untuk pipa, gorong-gorong
atau struktur lainya, untuk pekerjaan stabilisasi, untuk bahan-bahan konstruksi
galian tambahan atau pembuangan bahan-bahan sisa galian dan pada umumnya
untuk pembentukan tempat kerja yang sesuai dengan spesipikasi.
c). pekerjaan timbunaan
pekerjaan ini terdiri dari pengangkutan, penempatan dan pemadatan tanah atau
bahan-bahan butiran untuk pekerjaan timbunaan, untuk pengurungan kembali
pada parit atau galian disekeliling pipa atau daerah luar struktur, penimbunan
untuk pembentukan konstruksi menurut garis, kelandaian dan ketinggian dari
penampang melintang yang ditentukan.
d). penyimpanan subgrade/tanah dasar

pekerjaan ini terdiri dari persiapan permukaan tanah dasar setelah penyelesaian
pekerjaan-pekerjaan penggalian atau penimbunan untuk penempatan lapisan
pondasi bawah (subbase), trotoar, jalur-jalur pemisah (median) dan bahu jalan
(termasuk tempat parkir dan persimpangan) pekerjaan meliputi penggalian kecil
dan pekerjaan timbunan diikuti dengan pembetukan, pemadatan dan
pengujian/test laboratorium maupun test lapangan, serta pemeliharaan daripada
permukaan yang dipersiapkan sampai bahan-bahan perkerasan jalan ditempatkan
diatasnya.

e). pembuatan subbase course & base course

pekerjaan ini terdiri dari penyediaan , pemrosesan, pengangkutan,


penghamperan, pembasahan dan pememadatan agregat dari campuran batu pecah
bergradasi tertentu pada suatu permukaan yang dipersiapkan untuk itu.

Pemrosesan meliputi pemecahan, penyaringan, pencampuran dan setiap operasi


pelaksanaan lainnya untuk menghasilkan suatu bahan sesuai dengan persyaratan
pengujian bahan/material apakah bisa digunakan atau tidak untuk agregat sesuai
dengan persyaratan, jika test lapangan dilakukan untuk pengendalian kualitas.

f). pekerjaan pengaspalan

pelapisan aspal direncanakan dengan meggunakan prosedur khusus yang


diberikan yang diberikan dalam spesifikasi, untuk menjamin bahwa asumsi-
asumsi rencana mengenai kabar aspal efektif, rongga udara, stabilitas, dan
ketebalan lapisan aspal benar-banar terpenuhi.

Equipment yang digunakan pada umumnya terdiri dari Sprayer, Asphalt,


Tandem Roller, Pneumatic Tire Roller dan Dump Truck.

 Marshal test
 Extraction test
 Suhu campuran
 Density
 Dan lain-lain yang disebutkan dalam spesifikasi.
2). Jenis dan fungsi lapisan perkerasan
Konstrusi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas
tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya.
Konstruksi perkerasan terdiri dari :

 Lapisan permukaan (surface course)


 Lapisan pondasi atas (base course)
 Lapisan pondasi bawah (subbase course)
 Lapisan tanah dasar (subgrade)
a). Lapisan permukaan (surface course)
Lapisan permukaan berfungsi sebagai :
 Lapis perkerasan penahan beban roda
 Lapis kedap air
 Lapis aus
 Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah.
b). Lapis pondasi atas (base course)
fungsi lapisan pondasi atas ini antara lain sebagai :
 Menahan gaya lintang beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan
bawahnaya.
 Lapisan peresapan
 Bantalan terhadap lapisan permukaan
c). Lapis pondasi bawah (subbase couse)
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
 Menyebarkan beban roda ke tanah dasar
 Effisiensi pengguna material
 Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal
 Lapis peresapan
 Lapisan pertama agar pekerjaan berjalan lancer
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain :
 Agregat bergradasi baik : Batu pecah atau sirtu
 Stabilitas : Cement trated subbase, lime treated subbase, Lime treated
subbase, Soil cement stabilization, Soil lime stabilization
d). lapisan tanah dasar (subgrade)
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
tanah baik yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan.
Kekuatan dan keawetan konstruksi pekerjaan jalan sangat ditentukan oleh sifat-sifat
daya dukung tanah dasar.
3). Material konstruksi perkerasan
a). tanah dasr
Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang
berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya, yang telah dipadatkan sampai tingkat
kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang baik serta berkemampuan
mempertahankan perubahan volume selama masa pelayan walaupun terdapat
perbedaan kondisi lingkungan.
Sifat masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air, kondisi
lingkungan, dan lain sebagainya.
Daya dukung tanah dasar dapat diperkirakan dengan memper-gunakan hasil
klasifikasi ataupun dari pemeriksaan CBR (California Bearing Radio).
b). Agregat
Agregat/batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu
mengandung 92 – 95 % agregat berdasarkan persentase berat. Dengan demikian daya
duklung, keawetan dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan
hasil campuran agregat dengan material lain.
Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu
lintas. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi
perkerasan jalan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu :
 Kekuatan dan kewenangan (strength & durability) lapisan perkerasan
dipengaruhi oleh : gradasi, ukuran maksimum, bentuk butir, tekstur
permukaan.
 Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, dipengaruhi oleh : porositas,
kemungkinan basah, jenis agregat.
 Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman
dan aman, dipengaruhi oleh : tahan geser (skid resistance), campuran yang
memberikan kemudahan dalam pelaksanaan (workability)
Gradasi
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi
agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan
stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan.
Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
 Gradasi seragam (uniform graded) :
Adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama atau mangandung agregat halus
yang sedikit. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi
seragam akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi,
stabilitas kurang, berat volume kecil.
 Gradasi rapat (Danse graded) :
Merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang, sehingga
dinamakan juga agregat bergradasi baik (well radet). Agregat dengan gradasi rapat
akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat
drainase jelek dan berat volune besar.
 Gradasi buruk (poorly graded)
Merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi 2 kategori diatas. Agregat
bergradasi buruk yang umum digunakan untuk lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi
senjang (gap graded), merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang atau
sedikit sekali. Agregat dengan gradasi senjang akan menghasilkan lapisan perkerasan
yang mutunya terletak antara kedua jenis diatas.
Kadar lempung
Lentur mempengaruhi mutu campuran agregat dengan aspal, karena :
 Lempung membungkus partikel-partikel agregat sehingga ikatan
antara agregat dengan aspal berkurang.
 Luas daerah yang harus diselimuti aspal bertambah.
 Tipisnya lapisan aspal mengakibatkan lapisan mudah terosidasi
sehingga lapisan cepat rapuh /getas.
 Lempung cenderung menyerap air yang berakibat hancurnya lapisan
aspal
Daya tahan agregat
Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur/pecah oleh pengaruh
mekanis atau kimia.
Bertu dan tekstur agregat
Bentuk dan tekstur mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang dibentuk
oleh agregat tersebut.
 Partikel agregat bulat saling bersentuhan dengan luas bidang kontak kecil
sehingga menghasilkan daya interlocking yang lebih kecil dan lebih mudah
tergelincir.
 Partikel agregat berbentuk lonjong mempunyai sifat interlocking hamper sama
dengan yang berbentuk bulat.
 Partikel berbentuk kubus mempunyai bidang kontak yang lebih luas, memberi
interlocking/saling mengunci yang lebih besar, dan lebih tahan terhadap
deformasi yang timbul. Agregat berbentuk kubus ini paling baik digunakan
sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan
 Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu pencampuran, pemadatan,
ataupun akibat beban lalu lintas, oleh karena itu banyaknya agregat pipih ini
dibatasi dengan menggunakan nilai indeks kepipihan yang disyaratkan.
Daya letak terhadap aspal
Faktor yang mempengaruhi lekatan aspal dan agregat dapat dibedakan atas 2 bagian
yaitu :
 Sifat mekanis yang tergantung dari : pori-pori dan absorsi, bentuk bentuk dan
tekstur permukaan, Ukuran butir.
 Sifat kimiawi dari agregat.
Berat jenis (specific graviyi)
Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agregat dengan
aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan juga untuk
menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume
yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih
banyak. Disamping itu agregat dengan kadar pori besar membutuhkan jumlah aspal
yang banyak.
c). Aspal
sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu
komponen kecil, umumnya 4-7 % berdasarkan berat, tetapi merupakan komponen
yang relatif mahal.
Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh
dan akibat daya adhesinya terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini
dapat diatasi/dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-langkah
yang baik dalam proses pelaksanaan.
Jenis aspal berdasarkan cara diperolehnya dapat dibedakan atas :

 Aspal alam : contoh aspal buton


 Aspal buatan : contoh aspal minyak
Aspal minyak dapat minyak dapat dibedakan :
 Aspal keras/panas (asphalt cement =AC) : AC pen 40/50, AC pen 60/70, AC
pen 85/100, AC pen 120/150, AC pen 200/300.
 Aspal dingin/cair (cut back asphalt) : RC (Rapid Curing Cut Back), MC
(Medium curring cut back), SC (Slow Curring cut back).
 Aspal emulsi (Emulsion asphalt) : Kationik, anionik, Nonionik, RS (Rapid
Setting), MS (Medium setting), SS (Slow Setting).
Aspal yang dipergunakan pada konstrusi pekerjaan jalan berfungsi sebagai :
 Bahan pengkiat
 Bahan pengisi
Berarti aspal haruslah mempunyai daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca,
mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elasitas yang baik.
4). a. karakteristik campuran
Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton campuran
panas adalah :
 Stabilitas
 Durabilitas
 Fleksibilitas
 Tahan geser
 Kedap air
 Kemudahan pengerjaan
 Fatique resistance
b). Perencanaan campuran
Campuran antara agreset dan aspal harus ditentukan/direncanakan seoptimal mungkin
sehingga dihasilkan lapisan perkerasan dengan kwalitas yang baik, meliputi gradasi
agregat (dengan juga memperhatikan mutu agregat) dan kadar aspal sehingga
dihasilkan lapisan perkerasan yang dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Kadar aspal cukup memberikan kelenturan
 Stabilitas cukup memberikan kemempuan memikul beben sehingga tak
terjadi deformasi yanh rusak.
 Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan
akibat beban berulang dan flow dari aspal
 Dapat memberikan kemudahan kerja
c). pemedatan
pemadatan dilakukan dalam 3 tahap yang berurutan :
 Pemadatan awal (breakdown rolling) :
Berfungsi untuk mendudukan material pada posisinya dan skaligus
memadatkannya. Alat yang digunakan adalah Tandem Roller.
 Pemadatan antar/kedua (secondary rolling ) :
Merupakan pemadatan seperti pemadatan akibat beban lalu lintas. Alat yang
dilakukan adalah Pneumatic Tire Roller.
 Pemadatan akhir (Finishing rolling) :
Untuk menghilangkan jejak-jejak roda ban. Penggilasan dilakukan pada
temperatur diatas titik lembek aspal. Alat pemadatan yang dilakukan adalah
Tandem Roller.
3.17.6 PRINSIP-PRINSIP DASAR DARI BETON BERTULANG
Terdapat banyak persyaratan struktur dimana beton biasa tidak akan memberikan
pemecahan yang diharapkan. Beton bertulang menerima lebih banyak kondisi
pembebanan dari pada beton biasa. Juga dapat digunakan untuk memperkecil
lendutan dan mengurangi ukuran keretakan.
Walaupun pembuatan desain dan detail beton merupakan tugas perencana, adalah
penting bahwa mereka yang mengawasi penulangan yang digunakan di lapangan
dapat memehami prinsip-prinsip dasar beton bertulang. Ini akan membantu mereka
akan mengerti, mengapa diperlukan penanganan penulangan yang harus benar dan
ditempatkan dengan benar pada posisi sesuai yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
Sifat beton :
 Praktis dan mudah dibentuk waktu masih baru
 Berkekuatan tinggi waktu keras
 Berkekuatan tarik rendah
 Mempunyai perlawanan (ketahanan) terhadap api
 Tidak mahal
Sifat Baja :
 Dapat dibuat menjadi batang-batang yang cocok untuk dimasukkan kedalam
beton
 Mempunyai kekuatan tarik tinggi
 Mempunyai ketahanan rendah terhadap api
 Mahal
Baja dan beton dikombinasikan bersama karena :
 Setelah pengerasan, beton melekat pada penulangan baja dan keduanya
bertindak sebagai satu kesatuan apabila diberi suatu beban. Ini berarti tendensi
pada beton untuk tengangan dan retak pada daerah tegangan tarik dapat
langsung dibawah oleh batang-batang baja yang ditanamkan di daerah itu.
 Apabila mengalami perubahan tempratur, memulai atau menyusut dalam
jumlah yang sama-sama. Apabila ini tidak terjadi, kekurangan pengikatan
antara beton dan baja akan mencegah tegangan beton untuk diteruskan pada
penulangan baja dan beton akan retak dan runtuh.
 Beton yang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap kerusakan oleh api,
melindungi baja bertulang yang ditanam didalamnya, menjaga dari kehilangan
kekuatan pada panas yang tinggi.
Tipe-tipe tegangan yang dijumpai pada suatu struktur :
 Tekanan : tegangan-tegangan tekan cenderung untuk menyababkan
hancurnya beton
 Tarikan : tegangan-tegangan tarik cenderung untuk menyebabkan beton
merenggang dan retak
 Geseran : tegangan geser cenderung untuk menyebabkan penggelinciran
diantara bagian-bagian yang berdekatan dalam beton.
Perencanaan beton bertulang
Perencanaan sebuah struktur meneliti bagaimana beton melengkung karena beban
rencana. Ia menentukan dimana tegangan tarik dan kelebihan tegangan geser terjadi,
dan menempatkan penulangan baja yang cukup di daerah-daerah ini untuk melawan
tegangan tersebut.
Penulangan geser
Tegangan geser ada 2 tipe :
 Tegangan geser vertikal seperti yang ditunjukan pada suatu balok didukung
sederhana terjadi diatas tumpuan sebagai hasil dari beben berat yang
cenderung menyebabkan bagian tengah menggelincir tegak lurus kebewah
relatif terhadap sambungan akhir balok.
 Tegangan geser horizontal dihasilkan akibat kecenderungan balok yang
melendut karena beban dan pecah menjadi belahan-belahan horizontal.
Pada ujung suatu kombinasi geser vertikal dan horizontal menghasilkan tegangan
tarik diagonal yang menyebabkan retak diagonal.
3.17.7 DESAIN CAMPURAN BETON
Campuran beton biasanya direncanakan atas dasar gradasi agregat bahan yang
terdapat di tempat. Campuran percobaan harus di uji minimum empat minggu
sebelum kegiatan pengecoran.
Desain campuran percobaan harus menjelaskan campuran tambahan atau abu terbang
(fly ash) yang dipakai, bila menggunakanya
Egineer dilokasi harus memastikan bahwa ia mempunyai detail lengkap mengenai
gradasi rencana yang disetujui, dan harus memeriksanya secara periodik pada bahan
yang dipakai. Jika ada perubahan besar yang timbul, penyebabnya harus diselidiki
dan penyedia jasa pemborong/kontraktor diprintahkan mengambil langkah-langkah
untuk memperbaiki gradasinya. Sebagai usaha terakhir, penyedia jasa
pemborong/kontraktor mungkin perlu merencanakan kembali campuran dan
menyerahkan kembali campuran kepada Egineer untuk persetujuan.
Tidak boleh ada penyimpangan dari campuran beton yang disetujui kecuali mendapat
izin dari Egineer.
3.17.8 PRODUSI BETON
Tujuan semua prosedur batching dan campuran adalah untuk menghasilkan beton
yang seragam mengandung bahan-bahan dalam perbandingan yang disyaratkan. Utuk
mencapai hal ini perlu dijamin bahwa :
 Bahan dipelihara agar homogen dan tidak saling terpisah sebelum dan
pada waktu batching.
 Peralatan yang tersedia akan membantu batching bahan secara tepat
dalam jumlah yang diperlukan, dan jumlah tersebut akan dapat diganti
dengan mudah jika dan bila diperlukan.
 Perbandingan bahan yang diperlukan dipelihara dari batch ke batch lain.
 Semua bahan dimasukan kedalam pengaduk dalam urutan yang benar.
 Semua bahan dicampur dengan menyeluruh pada waktu pengadukan dan
semua partikel agregat dilapisi dengan pasta semen.
 Beton, bila dikeluarkan dari pengaduk, akan seragam dan homogen dalam
tiap batch dan dari batch ke batch lainya.
a). Beton yang diaduk dilokasi (Site-batch)
beton yang diaduk setempat (Sit- batch) dicampur dalam pengaduk mekanis dilokasi.
Tempat pengadukan beton (concrete mixing plant) paling baik terletak di lokasi dan
pada ketinggian yang mudah bagi pemasukan agregat kedalam tabung penyimpanan
(hopper) dan pengiriman beton yang sudah dicampur kelokasi pekerjaan. Tempat
paling baik untuk menimbang adalah antara bak agregat dan pengaduk sehingga
penuangan (discharge) dapat dilakukan langsung kedalam pengaduk.
Sebelum dimulai operasi pengadukan, alat harus diperiksa untuk memastikan
kelancaran serta kebersihanya khususnya harus diperhatikan drum pengaduk.
3.18.9 PENANGANAN, PENGECORAN DAN PEMADATAN BETON
Penanganan Beton
Dalam penanganan beton, keterlambatan harus diperkecil dan beton harus dijaga
supaya tidak mengering atau terjadi pemisahan. Jika pekerjaan tertunda dalam jangka
waktu lama, harus dipikirkan pemakaian set retader (memperlambat pengerasan)
dalam campuran dan diambil langkah agar beton dalam keadaan dingin selama masa
tertundanya pekerjaan. Dalam hal apapun beton tidak boleh dicor kedalam acuan bila
tingkat kemudahan pengerjaannya (workability) telah hilang, yaitu slup asli telah
banyak berkurang oleh pengeringan atau pengerasan wal (initial setting), sebab ini
dapat menghasilkan beton berpori yang lemah. Air tidak boleh ditambahkan pada
waktu penanganan sebab tidak dapat bercampur secara efektif dan dapat
memperlambat beton.
Pemisahan (segregation) adalah berpisahnya agregat kasar dari adukan beton
(mortar).
Untuk mencegah pemisahan, langkah berikut harus diadakan :
 Menjamin pengadukan dengan benar.
 Pengangkutan tanpa benturan atau gerakan berlebihan.
 Pengecoran beton serapat mungkin pada posisi akhir dalam acuan, jangan
memaksakannya mengalir kesamping dengan alat penggetar (internal
vibrator) yang berlebihan. Jika beton harus dipindahkan dalam acuan pakailah
sekop. Catatan : suatu pengecualian adalah beton yang dicor dalam zone dari
gelagar pratekan post-tensioned dimana beton mungkin harus dicor bebas dari
penulangan rapat dan dipindah mendatar untuk memungkinkan pengawasan
efektif terhadap pemadatan disekitar angker.
 Mmemekai hopper dan talang pengecoran berbentuk pipa jika tinggi jatuh 2 m
atau lebih.
 Menghindari penulangan beton mengenai landasan tulangan vertical.
 Mejamin sambungan acuan terikat rapat untuk menhindari kehilangan air dan
adukan.
 Memasukkan dan mengeluarkan penggetar (vibrator) internal secara vertikal.
Peralatan Pengecoran Beton
Pilihan peralatan tergantung pada kondisi dan persyaratan lapangan. Harus diambil
langkah untuk mengurangi pemisahan beton dan pengeringan terlalu dini.
Cara-cara paling lazim untuk pengecoran adalah dengan ember kibble dan pompa
beton. Beton dalam volume yang sedikit dapat dicor oleh pekerja dengan
menggunakan kereta dorong dan atau tukang. System talang yang paling besar lebih
efektif bila medan memungkinkan. Sudut kemiringan 25 hingga 30 derajat adalah
ideal untuk beton dengan slump 40 sampai 50 mm.
Beton dapat dicor secara tepat dan menerus dengan pompa yang digunakan oleh tim
yang terdiri dari dua orang yang pertama mengendalikan pompa sedangkan yang
kedua mengerahkan aliran dengan pekerjaan didepan operator penggetat dan finisher
beton. Pompa biasanya merupakan unit yang lengkap yang dinaikan diatas truk
dengsn kapasitas pengiriman berkisar antara 10 hingga 100 meter kubik per jam. Pipa
penyaluran pada umumnya terbuat dari baja atau karet dengan penhubung yang
mudah untuk dilepas.
Pengecoran Beton Dalam Acuan
Sebelum pengecoran dimulai, acuan harus dibersihkan secara menyeluruh dengan
menyemprot udara atau air untuk melepaskan sisa-sisa bahan yang lepas. Mungkin
perlu menyediakan lubang sementara untuk membersihkan dasar acuan guna
memungkinkan pembersihan dengan baik.
Pengecoran harus diawasi dengan hati-hati menjamin bahwa acuan dan tulangan tidak
rusak atau perpindahan tempat, dan juga beton tidak terpisah. Bila beton dicor dalam
acuan vertical untuk kolom dan dinding, tingkat pengecoran harus dikendalikan
dengan hati-hati untuk menjamin bahwa tingkat itu tidak melebihi tingkat dalam
desain acuan.
Pemadatan Beton
Maksud pemedatan beton adalah untuk memastikan bahwa diperoleh kepadatan
maksimum dan bahwa kontak menyeluruh antara beton dengan permukaan baja
penulangan dan acuan dapat dicapai.
Pemadatan menyeluruh sangat penting karena menghasilkan :
 Kekuatan maksimum
 Beton yang padat dan kedap air
 Pembentukan sudut dengan baik
 Penampilan permukaan yang baik
 Ikatan yang baik dengan penulangan baja, dan
 Selimut (penutup) beton yang padat pada penulangan baja.
Tindakan pencegahan untuk pengecoran beton dalam cuaca panas
Suhu tinggi menyababkan percepatan hidrasi semen yang mengakibatkan
berkurangnya waktu untuk pengerasan. Air juga hilang oleh penguapan, terutama
dalam keadaan banyak angin. Hal ini mengakibatkan hilangnya kemudahan pekerjaan
(workability) beton dan selanjutnya mempersulit pengecoran, pemadatan dan
penyelesaian. Hal ini akan menghasilkan beton berpori yang lemah dan timbulnya
retakan akibat penyusutan.
Penyemprotan lapisan tipis dapat memperlambat penguapan dan memungkinkan
pekerjaan penyelesaian dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
Jika suhu sekeliling mungkin melampaui 32 C, sebagian atau semua tindakan
pencegahan berikut harus diambil untuk mencegah pengerasan beton lebih awal :
 Pengecoran beton dilakukan pada suhu udara setempat kemungkinan dibawah
32 C, (pada pagi hari atau diwaktu malam, terutama untuk pengecoren pelat
lantai).
 Melindungi timbunana agregat dari panas matahari.
 Menyemprot timbunana agregat kasar dengan air.
 Penambahan pecahan es sebagai pangganti air campuran.
 Penyuntikan nitrogen cair kedalam cair kedalam campuran pada waktu
campuran berada didalam pengaduk.
 Pembungkusan atau penanaman pipa persedia air.
 Pengecetan tanki air dengan cat putih.
 Pendinginan penulangan dan acuan dengan semprotan air.
 Melindungi daerah kerja dan tangki air dari panas matahari.
 Pembuatan penahan angin.
 Mengurangi waktu untuk pengecoran dan penyelesaian.
 Menutupi pekerjaan yang sudah selesai tanpa ditunda-tunda.
 Segera dimulai perawatan.
Beton tidak boleh dicor pada perjaan bila :
 Suhu udara ditempat diatas 35 C
 Suhu udara setempat mungkin akan melampaui 35 C dalam waktu 2 jam
setelah pengecoran.
3.18.10 PERAWATAN BETON
Tujuan perawatan adalah menahan kelembaban di dalam beton pada waktu semen
berhidrasi, oleh karena itu usahakan tercapai kekuatan struktur yang diinginkan dan
tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan untuk ketahanannya.
Permukaan beton yang tidak dirawat akan terkikis lebih cepat dari yang dirawat, dan
dalam lingkungan agresif, permeabilitas tinggi dapat menyebabkan berkaratnya
penyulangan. Perawatan yang kurang dapat menyebabkan pula penyusutan beton
lebih banyak.
Setelah beton dicor dan dipadatkan, beton harus dilindungi serta dirawat dengan
memadai sesuai dengan syarat-syarat teknik.
Semua sifat-sifat beton seperti kekuatan, kerapatan air, ketahanan terhadap aus dan
stabilitas volume meningkat sesuai dengan umur beton selama terdapat kondisi yang
memadai untuk hidrasi yang berlanjut dari semen. Peningkatan itu berlangsung
dengan cepat pada umur awal tetapi berlanjut dengan lebih lambat untuk suatu masa
yang tidak ditentukan.
Dua kondisi diperlukan :
 Adanya kelembaban.
 Suhu yang memadai
Beton dapat dipelihara kelembabannya dengan beberapa cara perawatan yaitu :
 Cara yang memberikan tambahan kelembaban pada permukaan beton pada
waktu pengerasan awal. Cara-cara ini termasuk menggenagi, menyiram dan
menutupi dengan penutup basah (misalnya karung, tanah, pasir atau jerami).
 Cara-cara yang mencegah kehilangan kelembaban dari beton dengan
menutupi permukaan. Hal ini dapat dilakukan dengan kertas tahan air,
lembaran plastik, cairan pembentuk dan menutupi dengan penutup basah
(misalnya karung, tanah, pasir ataujerami).
 Perawatan suhu tinggi, misalnya perawatan uap tinggi dan auto cleaving suhu
tinggi mempercepat reaksi kimia dan kelembaban diberikan oleh uap atau
dipertahankan oleh ruangan auto clave.
Perawatan harus dilanjutkan tanpa gagguan selama mungkin paling sedikit untuk
masa yang disyaratkan (umumnya 7 hari), dimulai saat beton telah diberi
penyelesaian awal.
3.18.11 PENGUJIAN BETON
Pengujian pengendalian mutubeton harus dilaksanakan menurut cara pengujian
AASHTO, ASTM yang sesuai dalam syarat-syarat teknik. Selain pengujian
komponen bahan peton, beton diuji pada waktu pembuatan untuk konsistesi dan
kemudahan pekerjaan (workability), dan setelah mengeras untuk kekuatan tekan
serta sifat-sifat lain.
Penilitian visual oleh pengawas pengalaman, pada beton yang dikirim ke lokasi
sangat penting mendetesi kesalahan dalam batching. Perubahan yang tampak
harus segera dilanjutkan dengan pengujian slump dan pembuatan silinder
pengujian tambahan jika dianggap perlu.
Pengujian slump
Pengujian slump dari beton yang baru dicampur merupakan cara utama untuk
meneliti konsistensi dan kemudahan pekerjaan (workability).
Pengujian slump harus dilakukan pada campuran percobaan dan suatu kisaran
(range) slump yeng diterima harus ditentukan pada saat itu. Pada umumnya slump
beton kurang dari 50 mm memerlukan banyak usaha yang mencapai pemedatan
yang cukup, sedangkan slump beton diatas 100 mm biasanya tidak diperlukan,
kecuali untuk beton yang di pompa.
Pengujian slump harus dilakukan pada tiap bact beton yang disediakan oleh
pengaduk transit sebelum dicor pada acuan. Jika slump telalu tinggi atau terlalu
rendah, penyebabnya harus di cari dan di perbaiki. Beton dan slump diluar kisaran
(range) yang ditentukan harus di tolak.
Pengujian kekuatan tekan
Pengujian kuat tekan beton yang mengeras diperlukan pada waktu pelaksanaan
untuk menjamin bahwa asumsi desain untuk kekuatan tekanan dipenuhi. Jumlah
benda uji yang diambil dari tiap tuangan beton sesuai dengan Syarat-syarat
Teknik. Benda uji yang harus diambil dari talang tuang (discharge) dari pengaduk
atau truk. Benda uji tidak boleh diambil dari bagian perempat (quarter) pertama
atau terakhir dari beton dalam pengaduk atau truk. Benda uji harus didapatkan
dengan hati-hati, diselesaikan dan ditandai dengan jelas untuk identifikasi lebih
lanjut dengan batch serta truk dan lokasi beton yang diwakili oleh benda uji.
Benda uji harus diusahakan tetap lembab sampai sebelum pengujian. Benda uji
boleh dikeluarkan dari acuan (demoulded) setelah 18 jam, jika perlu, dan di
angkut secara hati-hati ke lab pengujian dalam keadaan masih tertutup dengan
karung basah atau dibungkus plastik untuk mencegah pengeringan.
Waktu pengujian
Biasanya diterimanya beton dihubungkan dengan kekuatan 28 hari. Akan tetapi
oleh karena urutan pelaksanaan berlangsung dalam waktu yang singkat, dan
pengecoran lebih lanjut akan disambung pada beton yang ada kurang dari 28 hari
setelah pengecoran sebelumnya, pengujian tambahan yang lebih awal dari 28 hari
mungkin diperlukan. Pengawas pelaksanaan harus mengusahakan bahwa tiap bagian
beton mempunyai kekuatan dan mutu yang memadai sebelum dibangun diatasnya
oleh bagian beton yang lain, karena itu menyebabkan langkah perbaikan sukar
dilaksanakan bilamana kelak ditemukan beton dengan kekuatan kurang (Under
Strength)/
Dalam hal ini pengawas pe;laksana harus menentukan , dengan pengujian
sebelumnya karena peningkatan kekuatan terhadap waktu mutu beton yang dipakai
sehingga penilaian perbandingan dapat dilakukan pada waktu kurang dari 28 hari.

Penerimaan dan Penolakan


Beton adalah bahan dengan kekuatan variable, dan cara normal untuk menyatakan
kekuatan yang perlu adalah 95 persen atau kekuatan “karakteristik”, yaitu kekuatan,
dimana 95 % dari semua pengujian akan melampaui kekuatan yang dipersyaratkan
(dan 5 % akan dibawah kekauatan yang disyaratkan).
Kekuatan yang ditargetkan dipilih berdasarkan derajat pengendalian mutu yang
diharapkan pada bahan dan penanganan beton di lapangan. Syarat-syarat Teknik
harus diteliti untuk pedoman mengenai pilihan deviasi standar dan kekauatan yang
menyebabkan penolakan terhadap beton.

3.19 QUALITY ASSURANCE


Jaminan mutu memerlukan structural terhadap metode supervise. Juga diperlukan
supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih besar), standarisasi
test dan pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan) serta criteria untuk penaksiran
(termasuk toleransi yang diijinkan). Diperlukan pula guideline yang spesifik untuk
supervisor dan client atau pihak ke tiga (seperti konsultan atau team audit teknis).
Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil adalah kecermatan
rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang tersedia dan/atau
berdasrkan survey yang tidak akurat cenderung mendapatkan lebih banyak masalah
mutu dibandingkan dengan rancangan yang secara akurat mewakili kebutuhan-
kebutuhan di lapangan.

Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan
kontraktor mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua pengetesan harus dibayarkan
oleh Pemberi Tugas (kecuali kontrak tersebut secara spesifik menetapkan yang
sebaliknya), dengan kata lain cadangan anggaran untuk pengetesan merupakan
persyaratan untuk lebih memperkuat mutu.

Persyaratan testing pada dasarnya berarti pergeseran tanggung jawab yaitu :


kontraktor harus membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut spesikasinya,
bukannya supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan berada di bawah standard.
Mememulai dan membentuk perubahan tanggung jawab ini bukanlah praktek yang
mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah terbentuk harus dibuang,
praktek dan prosedur baru, harus diambil tetapi input-input seperti peng-auditan
teknis, evaluasi yang dilakukan kontraktor dan lain-lain cenderung mempunyai
dampak pada pendekatan pada masalah ini. Pertama-tama perlu untuk member jalan
pada public luas dalam pemerintah untuk melihat hasil perhitungan teknis. Yang
kedua, alternatif untuk format kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu
ditentukan, ditest dan dibentuk.

Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut melalui


saran-saran sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang berhubungan dengan
evaluasi yang dilakukan kontraktor, saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

3.20 VALUE ENGINEERING


Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value engineering
untuk membantu Pengguna Anggaran (PA) dalam hal mencarikan alternatif yang
lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Dalam proyek ini, value engineering anatara lain dapat dilakukan dengan jalan :
 Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih mudah dan
lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi konstruksi.
 Menerapkan metode konstruksi, termasuk manjemen operasi alat berat, sehingga
didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal dan efisien. Dengan cara ini
diharapkan diperoleh biaya yang lebih murah dan waktu pelaksanaan bisa
dipercepat.

1. Definisi Value Engineering


Value engineering adalah suatu teknik manjemen yang telah teruji yang
menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian rupa
untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau sitem dengan tujuan untuk
memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang paling
kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan penampilan,
rehabilitas, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan suatu proyek.
Program value engineer, mencari kemampuan manejemen seseorang untuk
mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat menentukan biaya
yang tidak berguna dan menghilangkannya.
Program value egieneer secara teoritis dapat digunakan kapan sja selama siklus
pelaksanaan pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai untuk
dikerjakan, langsung dilakukan studi studi value egieneering.
2. Phase rencana kerja value egieering.
 Analisis fungsi.
 Upaya-upaya khusus yang kreatif yang menghasilkan alternative disain.
 Prinsip tidak mengurangi performance yang diminta Pengguna Anggaran.
 Penempatan biaya yang diperlukan untuk tiap-tiapfungsi
a. Phase pemilihan (seleksi)
Memilih proyek :
 Apa yang dipelajari
 Siapa akan melaksanakan
 Apa yang perlu diketahui untuk mulai studi tersebut
b. Informasi (investigasi)
Periksa proyek :
 Proyek apakah itu
 Apa masalahnya
 Berapa biayanya
 Apa saja yang telah dilaksanakan
 Apa yang dilaksanakan
Analisis fungsi dan biaya :
 Apa basic fungsinya
 Apa fungsi keduanya
 Berapa biayanya
 Dapatkah beberapa fungsi dihilangkan
c. Spekulasi
Spekulasi alat altarnatif :

 Apa guna fungsi yang lainya


 Dimana saja yang ada
 Bagaimana fungsi itu akan bisa tampil
d. Evaluasi
Evaluasi altarnatif :
 Apakah tiap ide dapat berjalan
 Berapa biayanya
 Apakah tiap tipe memenuhi fungsi dasar
 Alternatif mana yang terbaik
1). Revisi desain
Dalam periode pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan review
desing untuk penyusuaian-penyesuaian lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan
biaya serta kondisi lapangan.
Prinsip-prinsip dasar, standar-standar dan kriteria serta ketentuan-ketentuan untuk
pekerjaan review desing antara lain dan tidak terbatas pada aspek-aspek teknis
sebagai berikut :
a. Standar perencanaan
Referensi yang dipakai sebagai dasar perhitungan dan perencanaan antara lain dan
tidak terbatas pada.
 Bridge Managemen Sistem (BMS), 1991
 Tata cara pelaksanaan survai lalu lintas jalan No. 017/T/BNKT/1990
 Tata cara survai kondisi jalan kota, No. 005/T/BNKT/1991
 Tata cara pelaksanaan inventasrisasi jembatan kota, No. 016/T/BNKT/1990
 Petunjuk perencanaan drainase permukaan jalan, SK SNI T-22-1991-03
 Tata cara perencanaan marka jalan, No. 012/T/BNKT/1990
 Tata cara perencanaan persimpangan sederhana jalan perkotaan, No.
002/T/BNKT/1991
 Standar perencanaan geometrik jalan perkotaan, maret 1992
 Spesifikasi standar perencanaan geometrik jalan antar kota, Desember 1990
 Panduan penentuan klasifikasi fungsi jalan di wilayah perkotaan, No.
010/T/BNKT/1990
 Peraturan penentuan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisa
komponen, SNI-1732-1989-F (SK BI-2.3.26.1987)
 Tata cara perencanaan teknik lansekap jalan, No. 003/T/BM/1996, maret 1996
 Tata cara perencanaan pembebanan jembatan/jalan raya, SNI-1725-1989-F
(SK BI-1.3.28.1987)
 Urban drainage guidelines and technical desing standards, tahun 1994 yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya
 Spesifikasi tanaman lansekap jalan, No. 09/S/BNKT/1991
 Petunjuk/Tata cara/ standar lainnya yang berhubungan.
b. komponen perencanaan review desingn
Jenis/komponen perencanaan yang mungkin akan dilakukan review design dapat
meliputi antara lain ;
1. Geometrik
perencanaan geomatrik
2. Penentuan tebal perkerasan
Perhitungan tebal perkerasan lentur dilakukan dengan metode analisa
komponenen Bina Marga beserta AASHTO 1986.
3. Drainase/side ditch
Prinsip-prinsip perencanaan drainase permukaan, analisa hidrologi dan analisa
hidrolika disajikan dalam bagan alir seperti pada gambar 4.22.4.
Semua komponen perencanaan yang akan dilakukan value engineering, akan
dikerjakan secara Computerized program, sehingga akan mempercepat tugas
konsultan dalam membantu Pengguna Anggaran.
II). Metode konstruksi
Dengan adanya analisa yang baik dalam contruction Method diharapkan
peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani suatu
proyek.
Untuk mendapat hasil yang optimal dan efisiensi, diperlukan suatu rencana/metode
kerja yang tepat.
Kebutuhan peralatan dan pengendalian biaya proyek dapat ditentukan dari metode
kerja yang dipakai.
a. Analisa alat berat pada aktivitas pekerjaan utama
pada pekerjaan pengaspalan proyek jalan, aktivitas pekerjaan utama yaitu
pada operation, transport-tation hotmix & overlay.
Tinjauan aktifitas ditekankan pada pekerjaan tersebut diatas karena yang dominan
(major item) berkaitan terhadap alat berat.
Untuk analisis pekerjaan ini diperlukan data sebagai berikut :
 Kuantitas Aspalt
 Jarak angkat rata-rata kelokasi
 Waktu yang disediakan
Alat yang digunakan :
 Wheel Loader
 Dump Truck
 Tandem Roller
 Pneumatic Tire Roller (PTR)
Tipe atau kapasitas alat berat beserta jumlahnya bisa ditentukan dan dihitung
berdasarkan kuantitas hotmix dan waktu yang di targetkan.
b. Formulasi perhitungan produksi alat berat
Wheel Loader
q1xkx60xE
Q=
Cms

2D 2D
Cms =
F!
+ F
+Z

Dimana :
Q1 : Kasitas munjung (m3)
K : Faktor bucket
Cms : Cyle time (menit)
Dump Truck
Cx60xExM
P=
Cmt

D D
Cmt=n.Cms + + 𝐭 + + t2
V1 V2

Capasitas Dump Truck

N=produksi Per Cycle Mesin Pengisi

C=nxq

Dimana :

P : Produsi per jam (m3/jam, ton/jam)

C : Produksi per cycle (m3, ton)

E : Job efficiency

Cmt : Cycle time (menit)

M : Jumlah dump truck

n. Cms : Waktu muat (menit)

D/V1 : Waktu kembali (menit)

t1 : Waktu dumping (menit)

D/V2 : Waktu kembali (menit)

t2 : Waktu tunggu untuk mengisi kembali (menit)

n : Jumlah siklus pengisian


Cms : Cycle time mesin pengisi (menit)

D : Jarak angkut (m)

V1 : Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit)

V2 : Kecepatan rata-rata truck kosong (m/menit)

q : Produksi per cycle mesin pengisi (m3,ton)

Tandem Roller, Pneumatic Tire Roller

WxVxHxE
Q=
N
Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)

W : Lembar efektif pemadatan (m)

V : Kecepatan kerja (m/jam)

H : Tebal padat satu lapis (m)

N : Jumlah pass

E : Job efeciency

c. Pendekatan kondisi kerja

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan
kondisi sebagai berikut :

 Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali
mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau
kondisi khusus.
 Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan.
 Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan untuk
overtime.
d. Analisa waktu penyelesaian

Total volume pekerjaan =V (ton)

Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)

V
Waktu yang diperlukan : T= (jam, konversi kebulan)

e. Pola dan kerangka pemekiran manajemen operasi alat berat


analisis efisiensi alat berat pekerjaan pengaspalan proyek jalan berdasarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut :

 Analisis system pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya dalam


rangka efisiensi pelaksanaan proyek.
 Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang
digunakan, dan biaya alat.
 Analisis tersebut menghasilkan : Jangka waktu pelaksanaan pembangunan,
Jenis alat, Kapasitas alat, Jumlah alat, Pengaturan dan penenpatan alat berat,
bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya operasi alat.
 Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat merupakan salah
satu komponen untuk value engineering, disamping komponen proyek lainnya

BAB IV

RENCANA KERJA

IV.1 UMUM

Didalam peleksanaan pekerjaan layanan jasa konsultasi, perlu adanya suatu Rencana
Kerja yang kosepsional, efektif dan efesien sedemikian rupa, sehingga setiap aktivitas
kerja terprogram dengan dengan baik dalam rangka mencapai target suksesnya
pekerjaan layanan jasa konsultansi.

Rencana Kerja yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan ketentuan dalam


Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Reference (TOR).
Dalam penyusunan Rencana Kerja antara lain dan tidak terbatas berdasar pada :

 Ruang lingkup pekerjaan


 Volume pekerjaan
 Batas waktu
 Keahlian personil
 Jumlah personil
 Peralatan yang dipakai
 Schedule mobilisasi
 Arahan Pemberi Tugas
 Aspek-aspek teknis dan non teknis lainnya

Secara garis besar Rencana Kerja tersebut diuraikan seperti berikut ini :

Untuk melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dan hasil dengan mutu yang tinggi
akan dilaksanakan sesuai dengan jadual kerja yang direncanakan.

Rencana kerja disusun dan dilaksanakan berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan
waktu pelaksanaannya. Rencana kerja disusun secara sistematis dengan tujuan agar
tercapai sasaran dan tujuan pekerjaan ini.

Untuk mendapat efektivitas tinggi atas input konsultan dan untuk menggunakan
sumberdaya yang tersedia secara efisien, kita perlu mengikuti suatu perencanaan dan
pelaksanaan system layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini baik
kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol sambil menghindari beban
pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan memerlukan
mobilisasi staf tambahan dan pengenalan terhadap proyek dan pada umumnya
mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan, hal ini diupayakan dihindari.

Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai


berikut:

1). Persiapan awal, studi terdahulu

2). Koordinasi konsultan dengan Pengguna Anggaran

3). Koordinasi dengan unsur proyek

4). Koordinasi team konsultan

5). Koordinasi dengan instansi terkait


6). Tahap construction supervision

Block diagram umum rencana kerja konsultan diperlihatkan pada gambar 5.1.

IV.2 PERSIAPAN AWAL DAN STUDI DATA

Persiapan awal

Konsultan segera mengadakan mobilisasi keseluruhan personil sesuai Manning


Schedule dan atau kebutuhan aktivitas pekerjaan. Untuk itu team konsultan
mengadakan persiapan untuk pekerjaan Pengawasan Teknik Jalan Daruba-Daeo-
Berebere dan tidak terbatas :

 Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor dll.


 Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.
 Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi dan pihak-
pihak terkait.
 Penyiapan format/form-form standar yang akan diperliukan/digunakan selama
periode pekerjaan.
 Pengumpulan data yang tersedia.
 Studi/analisa data yang tersedia.
 Field reconnaissance/site visit.
 Mempelajari kembali desing dan scope pekerjaan fisik.

Studi data

Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan pengawasan


Pembangunan Pengawasan Teknik Jalan Daruba-Daeo-Berebere adalah berupa
gambar-gambar rencana dan spesifikasi- spesifikasi, baik teknis maupun umum yang
akan dikumpulkan/dicari konsultan pengawas untuk dipelajari dan kemudian
dilaksanakan. Data tersebut umumnya dapat diperoleh Pengguna Anggaran.

IV.3 KOORDINASI KONSULTAN DENGAN PENGGUNA ANGGARAN

Koordinasi dengan Pengguna Anggaran perlu dilakukan secara rutin dan dengan
frekwensi yang cukup.

IV.4 KOORDINASI DENGAN UNSUR KEGIATAN (PROYEK)


Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting” antara
Konsultan, Penyedia jasa pemborong/kontraktor dan Pengguna Anggaran, disini bisa
dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara lain :

 Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-raguan


atau kesalahan dalam pelaksanaan.
 Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh kontraktor.
 Kemajuan pekerjaan.
 Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada kontraktor dan atau
sebaliknya.
 Masalah-masalah dilapangan dan pemecahanya.
 Rencana kerja penyedia jasa pemborong/kontraktor untuk bulan berikutnya.
 Dan lain-lain

Bila terjadi hal-hal khusus, misalnya kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu
dilaksanakan dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan
meeting khusus.

Project meeting antara konsultan dan penyedia jasa pemborong/kontraktor dilakukan


secara periodik (mingguan), untuk kondisi khususdapat dilakukan dalam rentang 2-3
harian.

IV.5 KORDINASI TEAM KONSULTAN

Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan tugasnya


sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi Team Leader dengan
staffnya, seperti antara lain dan tidak terbatas pada :

a). Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :

 Laporan harian, mingguan dan bulanan.


 Aktivitas yang sudah dan akan dilaksanakan.
 Masalah lapangan dan pemecahannya.
 Penjelasan dan diskusi teknis untuk menunjang kelancaran pekerjaan.

b). professional staff (Tenaga Inti) Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari
atau secara berkala kelapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan
bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak. Intensivitas kunjungan
lapangan direncanakan + 80 % setiap bulannya, sisanya + 20 % setiap bulan untuk
mengadakan evaluasi, analisis, koordinasi di kantor proyek. Namun personil
konsultan akan selalu tetap berada dilapangan setiap hari dengan mengatur
penempatan/schedule.

c). Sub Proffesional Staff (Junior RE) akan melaksanakan inspeksi harian untuk
meyakinkan bahwa material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai dengan
dokumen kontrak dalam hal mutu, volume dan waktu.

d). Pertemuan-pertemuan khusus antara Team Leader dengan team atau staff
konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan (harian), agar tejadi
komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.

IV.6 KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT

Dalam rangka melaksanakan tugas pengawas teknik, konsultan perlu melakukan


koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait yang berhubungan dengan scope
pekerjaan.

IV.7 TAHAP CONSTRUCTION SUPERVISION

konsultan pengawas selama periode konstruksi, akan senantiasa member arahan,


bimbingan bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia jasa
pemborong/kontraktor guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan
baik, tepat kualitas, tepat waktu dan tepat biaya dengan berdasarkan dokumen kontrak
dan petunjuk teknis lainnya.

Selain itu, tugas konsultan meliputi :

Malakukan sertifikasi atas pekerjaan penanganan jalan dan underpass yang


dilaksanakan oleh Penyedia jasa pemborong/kontraktor.

Secara rinci, pekerjaan yang dilakukan pada tahap pengawasan (supervisi) sebagai
berikut :

Masa konstruksi :

1). Mengecek data titik survey di lapangan

2). Menyelenggarakan pengawasan terus menerus dilapangan untuk mendapatkan


kepastian bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan didalam
dukumen kontrak.
3). Memeriksa test laboratorium dan test lapangan untuk pekerjaan fisik, juga
material yang akan digunakan dan metode kerja untuk mendapatkan kepastian sudah
sesuai dengan persyaratan.

4). Menjaga, mengendalikan, mengontrol, meng-evaluasi rencana kemajuan


pekerjaan yang terbaru berupa bar-chart dan atau metode lain yang digunakan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disetujui.

5). Memeriksa dan menyetuji semua gambar kerja dan detailnya yang diajukan oleh
Penyedia jasa pemborong/kontraktor, penyesuaian desing bila diperlukan, agar sesuai
dengan kebutuhan teknis/lapangan.

6). Memberikan laporan secara berkala semua pengukuran kuantitas pekerjaan yang
sudah di test termasuk pengguna material, dengan menggunakan bentuk yang sudah
disetujui oleh Pengguna Anggaran.

7). Memberikan laporan khusus jika ada masalah yang timbul, dan memberikan
rekomendasi pemecahan permasalahan.

8). Membantu mempersiapkan semua perubahan (change orders) dan membantu


Pengguna Anggaran pada saat negosiasi harga dan biaya konstruksi terhadap
perubahan kontrak tersebut (bila ada).

9). Mengevaluasi dan membantu menyiapkan rekomendasi bagi Pengguna Anggaran


dalam bertindak atas klaim terhadap kontrak, perselisihan, penambahan lingkup
pekerjaan kontrak dan perubahan-perubahan lain diluar lingkup pekerjaan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.

10). Memeriksa rancangan sertifikat pembayaran yang akan disertifikasikan oleh


konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan Pengguna Anggaran (PA)

11). Menyediakan bantuan dan arahan pada saat yang tepat bagi kontraktor didalam
semua masalah yang ada hubunganya dengan dokumen kontrak, pengecekan terhadap
survey tanah dasar, test pengawasan mutu dan masalah lain yang berhubungan
dengan dipenuhinya kontrak dan kemajuan pekerjaan.

12). Menjamin penerimaan dan menjaga sebagai laporan tetap, semua jaminan yang
diperlukan dibawah syarat-syarat yang tercantum didalam dokumen kontrak, untuk
material dan peralatan yang digunakan di proyek. Semua material yang digunakan di
proyek termasuk sumbernya juga harus disetujui terlebih dahulu.
13). Menyediakan informasi yang diperlukan oleh Pengguna Anggaran, menghadiri
dan mencatat semua rapat/pertemuan dengan penyedia jasa pemborong/kontraktor,
Pengguna Anggaran dan Instansi pemerintah lainnya serta menyediakan bantuan
teknis bilamana diperlukan dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek dan
masalah-masalah kontrak lainnya.

14). Mendokumentasikan kondisi cuaca harian, kondisi diluar normal dilapanagan,


peralatan Penyedia jasa pemborong/kontraktor dan personil di lapangan serta
peristiwa/kejadian yang bisa mengakibatkan keterlambatan, dan langkah-langkah
yang diambil untuk mencegah keterlambatan tersebut.

15). Memberikan bantuan saran (advis) kepada Pengguna Anggaran didalam


menyusun kebijakan dan langkah untuk mencegah dan mengurangi klaim.

16). Membuat laporan mingguan, laporan bulanan, laporan teknik/khusus dan laporan
akhir proyek seperti yang ditugaskan oleh Pengguna Anggaran.

17). Pemeriksa Serah Terima Sementara penyiapan laporan dan Berita Acara Serah
Terima Sementara yang diperlukan dan menyiapkan Sertiffikat Penerimaan
Sementara (certificate of Profisional Acceptance)

Secara ringkas, semua aktivitas dilapangan, dirangkum dibawah ini :

1. Pematokan bersama (setting out)


Semua survey dilapangan selama pematokan bersama dan selama konstruksi akan
dilaksanakan oleh penyedia jasa pemborong/kontraktor di bawah petunjuk konsultan
pengawas.
Hasil survey tersebut akan dikaitkan dengan gambar-gambar konstruksi, kondisi
yang ada dan beberapa ketidaksesuaian antara gambar-gambar dan kondisi-kondisi
yang ada akan dipergunakan oleh konsultan pengawas untuk mereview design untuk
keperluan proyek.
2. Persiapan lapangan
Pada tahap persiapan dilapangan, konsultan pengawas akan mengawasi dan mencek
aktivitas-aktivitas konstruksi sebagaimana yang dijabarkan dibawah ini :
 Memeriksa kualitas dari semua bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk
konstruksi.
 Penyiapan Badan Jalan.
 Penyiapan rancangan campuran pekerjaan (jod mix formula) untuk aspal,
beton dan lain-lain.
 Lokasi letak bahan-bahan.
 Kondisi tumpukan bahan di lokasi kerja.
 Jumlah dan kondisi semua peralatan.
 Jumlah personil penyedia jasa pemborong/kontraktor.
 Jumlah dan kualitas bahan-bahan.
 Kondisi cuaca.
 Prosedur administrasi Penyedia jasa pemborong/kontraktor.
 Form/formulir kerja.
 Persiapan form work.
 Mengecek jadual Penyedia jasa pemborong/kontraktor.
 Persiapan konstruksi.
3. Pekerjaan konstruksi
Setelah mobilisasi dan persiapan di lapangan telah selesai dan diperiksa oleh
konsultan pengawas dan Pengguna Anggaran (PA) maka Penyedia jasa
pemborong/kontraktor akan diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan konstrusksi.
Konsultan pengawas akan mengecek langsung dalam hal-hal berikut dibawah ini :
 Metode pekerjaan konstruksi
 Campuran-campuran bahan
 Pengecekan jadual
 Kondisi cuaca dari waktu ke waktu selama periode pelaksanaan pekerjaan
 Pengambilan contoh (samping).

Sebelum pekerjaan fisik dimulai, Penyedia jasa pemborong/kontraktor harus


mengajukan “Reques” terlebih dahulu, yang berisi antar lain :

 Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan


 Lokasi pekerjaan
 Peralatan yang akan digunakan
 Estimasi volume pekerjaan
 Material yang akan digumakan
 Rencana jam kerja
 Jumlah tenaga kerja.
4. Pengawasan mutu
Pekerjaan yang perlu diawasi dengan teliti dan cermat selama pengawasan kualitas
antara lain sebagai berikut :
Sebelumnya penyedia jasa pemborong/kontraktor memulai aktivitas konstruksi,
penyedia jasa pemborong/kontraktor akan membuat suatu permohonan secara
tertulis kepada konsultan pengawas untuk prosedur konstruksi dan persetujuan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Konsultan akan :
 Menginspeksi dan menyetujui bahan-bahan yang akan digunakan
 Menginspeksi dan menyetujui pelaksanaan pekerjaan fisik
 Menginspeksi dan menyetujui metode dan ketelitian pekerjaan konstruksi
 Memeriksa/menginstruksikan test-test lapangan
 Memeriksa/ menginstruksikan test laboratorium terhadap sample-sampel
yang diambil dari lokasi kerja
 Memeriksa/menginstruksikan test-test yang lain sesuai dengan spesifikasi
5. Pengawasan kuantitas
Pekerjaan yang perlu diawasi dengan teliti dan cermat selama pengawasan kuantitas
antara lain sebagai berikut :
Pengawasan kuantitas (quantity control) akan mengecek bahan-bahan yang akan
ditempatkan atau yang dipindahkan oleh penyedia jasa pemborong/kontraktor.
Konsultan pengawas akan memproses bahan-bahan dan produk fisik nya
berdasarkan atas :
 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.
 Metode perhitungan.
 Lokasi kerja.
 Jenis pekerjaan (work item)
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.
6. Catatan-catatan teknis
Catatan-catatan akan dikeluarkan/diberikan dari waktu ke waktu, untuk
memberikan petunjuk-petunjuk kepada penyedia jasa pemborong/kontraktor guna
meningkatkan aspek-aspek pekerjaan fisik, metode kerja/consctruction method dan
lain-lain.
Demikian juga catatan-catatan/instruksi-instruksi diberikan juga untuk pekerjaan
yang hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi.
7. Pemeliharaan
Pekerjaan yang dilakukan pada tahap masa pemeliharaan antara lain :
 Mengawasi kualitas dan kuantitas pekerjaan selama masa pemeliharaan
 Memeriksa kondisi hasil pekerjaan yang telah diselesaikan pada tahap
konstruksi yang mungkin terjadi kerusakan-kerusakan yang perlu diperbaiki
 Membantu Pengguna Anggaran dalam pendataan penyiapan daftar
kekurangan dan kerusakan pekerjaan (defect list) yang harus diperbaiki.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan dan saran-saran

Sebagai kesimpulan dari seluruh kegiatan ini adalah sebagai barikut :

Pada decade ini masalah kualitas hasil pekerjaan jalan yang kurang memadai menjadi
isu yang cukup menarik perhatian khgususnya.

Kualitas hasil jalan yang kurang memadai dari pekerjaan jalan tersebut dilihat dari
beberapa hal yang antara lain :

1. Kesalahan Desain
2. Kesalahan Pelaksanaan dan Pengawasan
3. Kesalahan Pemanfaatan
4. Kesalahan tak terduga lainnya.

Untuk menghindarai kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan, diperlukan sistem


Quality Assurance yang berguna untuk mencegah terjadinya kesalahan, dan
menemukan kesalahan pada saat yang tepat.

Quality Assurance adalah semua kegiatan yang diperlukan untuk memberikan rasa
percaya (Conidance) bahwa suatu konstruksi jalan akan berfungsi dengan baik
selama masa pelayanan.

Spesifikasi teknis yang baik pada umumnya mengikuti struktur dan tiap artikel
kurang lebih sebagai berikut :

1. Deskripsi atau lingkup pekerjaan


2. Pekerjaan lain yang terkait
3. Bahan atau material
4. Methode pekerjaan
5. Syarat hasil akhir dan pengendalian mutu
6. Cara pengukuran hsil kerja
7. Cara pembayaran

Spesifikasi teknis ini merupakan suatu standart dalam arti kata berlaku untuk semua
pekerjaan jalan yang sejenis.
1. Diskripsi/Lingkup pekerjaan
- Mencakup seluruh bagian-bagian pekerjaan yang tercakup artikel/jenis
pekerjaan yang dimaksud.
- Pada umumnya yang tercakup lebih luas/banyak dari judul/jenis pekerjaan itu
sendiri
- Menentukan jenis peralatan yang diperlukan
- Mempengat mempengaruhi struktur analisa harga satuan
2. Bahan/Material
- Mencakup ketentuan bahan baku maupun bahan olahan
- Mencakup tata cara “Handing”
3. Methode pelaksanaan
- Sebelum pelaksanaan diharuskan melekukan percobaan
- Mengatur cara dan urat-uratan pelaksanaan yang disarakan, keadaan, cuaca,
pengendalian mutu dsb
4. Syarat hasil ukur
- Merupakan persyaratan paling penting/menentukan sebelum pekerjaan
tersebut layak untuk diterima dan dibayar
- Bagian dari proses pengendalian mutu tahap akhir
5. Cara pengukuran hasil kerja
- Mengandung unsur “penyederhanaan” dan memperkecil kemungkinan
“Silang pendapat” dilapangan
- Hasil pada umumnya lebih kecil daripada apa yang telah dikerjakan
- Sangat mempengaruhi “faktor koreksi” dalam analisa harga satuan
6. Cara pembayaran
- Mencakup satuan dari pembayaran
- Pembayaran dimaksudkan sebagai “kompensasi” dari tenaga kerja, bahan,
peralatan, dsb. Dalam rangka melaksanakan seluruh bagian-bagian pekerjaan
yang tercakup dalam diskripsi pekerjaan yang dimaksud

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa spesifikasai teknis sangat meningkat bagi semua
pihak yang terkait dalam proyek yang dihadapi pada semua pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai