PENDAHULUAN
Sektor pariwisata merupakan salah satu industri strategis dan telah menjadi satu
sektor industri terbesar di dunia, perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini sangat
berkembang pesat. Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan budaya yang sangatn
mancanegara. Melalui gerakan yang dibuat oleh Menteri Pariwisata yaitu Arif Yahya yaitu
Pesona Indonesia suatu Brand yang digunakan untuk meningkatkan dan memperlhatkan
menjadikan daerah tersebut memiliki potensi yang sangat baik untuk mengembangkan
industri dibidang pariwisata. Pengembangan industri pariwisata merupakan solusi yang baik
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di Sumatera Barat. Pada saat ini sangat
banyak objek wisata alam yang ditawarkan kepada wisatawan, walaupun demikian
pengembangan pariwisata di Sumatera Barat tidak merata sehingga menjadikan tidak semua
tempat wisata di Sumatera Barat memiliki fasilitas yang baik, banyaknya pungutan liar dan
masalah kebersihan masih menjadi permasalahan yang ada pada saat ini.
Kabupaten Solok merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki
pesona alam yang tidak dimiliki daerah lain salah satu nya bukit cinangkiak.Beberapa
tempat pariwisata di solok yang banyak dikunjungi wisatawan adalah kawasan danau atas
danau bawah, danau singkarak, kebun teh dan pada tahun 2017 telah diresmikan tempat
destinasi wisata baru Bukit Cinangkiak banyak diperbincangkan di media sosial. Wisata
Bukit Cinangkiak banyak di kunjungi para wisatawan di saat musim liburan dan akhir
pekan. Banyak wahana yang baru tentunya akan memberikan sensasi liburan yang berbeda.
Secara teori Kepuasan (satisfaction) menurut Kotler dan Keller (2008) yaitu
perasaan kecewa ataupun senang yang dirasakan oleh seseorang, yang timbul akibat
pembeli. Menurut Engel (1990:23) dаlаm Pаyаngаn (2014), kepuаsаn аdаlаh perаsааn
senаng аtаu kecewа seseorаng yаng berаsаl dаri perbаndingаn аntаrа kesаnnyа terhаdаp
hаsil suаtu produk dаn hаrаpаn hаrаpаnnyа. menurut Vаlle (2006) menjelаskаn bаhwа
kepuаsаn merupаkаn pengukurаn untuk menilаi produk dаn pelаyаnаn yаng ditаwаrkаn di
destinаsi pаriwisаtа.
suatu destinasi dan apa yang dirasakan oleh wisatawan selama berwisata. Citra destinasi
bahwa citra destinasi yang positif akan membuat wisatawan merasakan kepuasan yang lebih
baik. Coban (2012) juga menerangkan bahwa wisatawan yang menilai positif terhadap citra
terkait ke orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Coban (2012) juga menunjukkan
bahwa kepuasan memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku setelah pembelian
(berkunjung).
diketahui dengan cara atau perolehan dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka
harapkan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka
kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Sebaliknya jika jasa yang diterima
lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk/tidak
sesuai dengan harapan konsumen. Selanjutnya menurut Kotler (2004) kualitas pelayanan
merupakan bentuk persepsi konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diterima (perceived
service) dengan tingkat pelayanan yang diharapkan (expected sevice). Apabila pelayanan
yang diterima atau yang dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas pelayanan
dipersepsikan baik dan memuaskan. Kepuasan yang telah dibentuk dapat mendorong
konsumen melakukan pembelian ulang dan nantinya akan pelanggan menjadi pelanggan
setia.
Cinangkiak maka dilakukan kegiatan promosi. Kegiatan tersebut dilakukan dengan berbagai
media seperti media elektronik, cetak, dll. Menurut Kotler dan Keller (2009)
Table 1.1
Jumlah Wisatawan Kawasan Wisata Bukit Cinangkiak 2018
Pada table 1.1 terlihat prospek kunjungan wisata di kawasan wisata Bukit
Cinangkiak cukup menjanjikan, keadaan tersebut terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan
yang cenderung meningkat pada hari-hari libur. Hal tersebut terlihat dari jumlah wisatawan
dibulan Januari 2016 yang berjumlah 10.641, namun mengalami penurunan dibulan
Februari hingga Mei. Pada bulan Juni mengalami peningkatan menjadi 15.584 wisatawan.
Bukit Cinangkiak khususnya tentu sangat menjanjikan namun bersifat musiman, jumlah
wisatawan terbanyak terjadi pada hari libur. Menurut Zuhrizul (2013) mengungkapkan
bahwa jumlah wisatawan terbanyak biasanya terjadi momen yang dianggap sakral seperti
saat lebaran, natal, tahun baru, hingga libur sekolah. Jika kita mengacu pada hari-hari
tersebut tentu tidak akan menciptakan sebuah peningkatan volume penjualan. Oleh sebab itu
perusahaan.
harus dilakukan karena pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi bagi masyarakat.
Oleh sebab itu pemerintah harus meningkatkan beberapa hal dalam menarik wisatawan
menyangkut sejauh mana pertimbangan para wiatawan dalam memutuskan untuk berwisata
di kawasan wisata Bukit Cinangkiak, untuk penelitian ini penulis mengambil judul
Berdasarkan Latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Cianangkiak?
1. Bagi akademisi hasil yang diperoleh didalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi yang dapat memberikan manfaat bagi peneliti di masa yang akan datang yang
juga tertarik untuk melakukan penelitian yang sama dengan permasalahan yang
2. Bagi pemerintah Kota Solok, menjadikan suatu masukan atau bahan pertimbangan
evaluasi untuk memperbaiki tempat wisata agar mampu berkembang dan menarik
seseorang, yang timbul akibat membandingkan kinerja yang dihasilkan produk terhadap
ekspetasi pembeli (kotler, 2008). Kepuasan merupakan evaluasi purna beli dimana
sedangkan ketidak puasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan
(Tjiptono, 2012).
Kemudian menurut pendapat para ahli lain Defenisi kepuasan adalah respon atau
tanggapan konsumen mengenai ciri atau keistimewan produk atau jasa, atau produk itu
kinerja produk yang dihasilkan dengan kinerja yang dirasakan oleh wisatawan. Jika
berada di bawah harapan wisatawan tidak puas. Jika kinerja melebihi wisatawan amat
Kepuasan wisatawan merupakan salah satu unsur utama dalam upaya untuk
mempertahankan wisatawan yang telah ada ataupun untuk menarik wisatawan yang
baru. Menurut Tjitono(2012) kepuasan sangat krusial bagi kalangan bisnis, pemerintah
dan konsumen.
Bagi pemerintah, kosep kepuasan/ketidakpuasan konsumen dapat
informasi lebih jelas tentang seberapa puas atau tidak puasnya konsumen lain terhadap
Menurut (Lupiyoadi & Hamdani, 2001) menyatakan ada lima faktor yang harus
1. Kualitas produk, konsumen akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka
3. Emosional, konsumen akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang
lain kagum kepadanya apabila dia memakai produk dengan merek tertentu.
4. Fasilitas memadai yang disediakan oleh para pelaku usaha akan berdampak baik
5. Harga, produk dengan kualitas sama tapi menetapkan harga dengan relatif murah akan
6. Biaya dan kemudahan, konsumen yang tidak [erlu mengeluarkan biaya tambahan atau
membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk, cenderung puas terhadap produk.
iklan produk Anda, pelanggan yang melihat bisa jadi percaya dengan penawaran
Anda.
2.1.1.4 Metode Mengukur Tingkat Kepuasan Konsumen
menurut (Kotler&keler, 2009) terdapat empat metode untuk mengukur kepuasan dalam
penelitian adalah:
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran kepuasan pelanggan adalah dengan
mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai
Perusahaan sedianya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau
perbaikan/penyempurnaan selanjutnya.
Pada umumya banyak penelitian tentang kepuasan yang dilakukan dengan penelitian
suatu destinasi dan apa yang dirasakan oleh wisatawan selama berwisata. Citra destinasi
bahwa citra destinasi yang positif akan membuat wisatawan merasakan kepuasan yang
lebih baik. Coban (2012) juga menerangkan bahwa wisatawan yang menilai positif
merekomendasikan destinasi terkait ke orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Coban
(2012) juga menunjukkan bahwa kepuasan memiliki pengaruh yang positif terhadap
Defenisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat di tawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
fisik. Pelayanan merupakan perilkau produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri perilaku
tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi(Kotler &
keller,2009).
yang tinggi serta pembelian ulang lebih sering. Kemudian pendapat ahli mengatakan
kualitas layanan diartikan sebagai derajat mutu dari layanan yang dihasilkan
layanan dibentuk oleh perbandingan ideal dan persepsi dari kinerja kualitas(Zeithaml &
Bitner, 2003).
Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan yang semakain
baik akan memberikan dampak yang baik pula terhadap wisatawan seperti munculnya
2. Reability/ Keandalan
jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.
tepat.
3.Responsiveness/ Ketanggapan
Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri daro kesigapan
4.Assurance/ Jaminan
lain-lain.
5.Emphaty/ Empati
Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung
2.1.3 Promosi
atau jasa yang dihasilkan dalam usaha untuk membangun hubungan yang
membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan
tersebut adalah:
1. Dana yang digunakan untuk promosi Besarnya dana yang tersedia merupakan
yangmemiliki sumber dana lebih besar, kegiatan promosinya akan lebih efektif
2. Sifat pasar Ada beberapa sifat yang mempengaruhi promotional mix, yaitu:
juga sangat berperan penting pada promotional mix, apalagi dalam hal
Kemudian selanjutnya Ada tiga jenis Daya tarik dalam promosi yang
sehingga hal ini akan menjadi daya tarik yang membedakan dengan
a) Menginformasikan (informing)
c) Mengingatkan (reminding)
perusahaan
Hasil analisis jalur yang menerangkan bahwa secara langsung variabel citra
kontribusi sebesar 53,5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan
wisatawan dapat tercipta dengan adanya citra destinasi yang positif. Wisatawan yang
memiliki penilaian positif mengenai destinasi pariwisata terkait, yaitu Kota Batu maka
yang negatif, maka cenderung menyebabkan rasa ketidakpuasan atau tidak senang
terhadap destinasi pariwisata. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Sun, et al.
(2013) yang menyimpulkan bahwa wisatawan yang mengembangkan persepsi yang positif
memperoleh kepuasan yang lebih baik pada pengalamannya. Hasil penelitian ini juga
memperkuat hasil dari penelitian Coban (2012) yang mana membuktikan adanya pengaruh
secara positif variabel citra destinasi terhadap variabel kepuasan wisatawan. Penelitian ini
memperkuat penelitian Coban (2012), terutama indikator citra kognitif yang secara umum
destinasi pariwisata, terdiri dari atraksi wisata, fasilitas dasar, atraksi budaya, aksesibilitas
dan substruktur pariwisata, lingkungan alam, dan faktor ekonomi. Kemudian juga
sekaligus memperkuat hasil penelitian Artuğer et al. (2013) pada indikator citra afektif
yang terdiri dari item kota yang hidup, kota yang bersemangat, dan kota yang
menyenangkan. Hasil tersebut juga selaras dengan penelitian Mohamad et al. (2011) yang
yang berpengaruh besar terhadap kepuasan yaitu keindahan alam dan juga fasilitas yang
baik. Pengaruh citra destinasi (X) terhadap kepuasan wisatawan (Y1) didukung pula dari
mengenal atau mengetahui Kota Batu sebagai Kota Wisata. Pengetahuan tersebut
yang berkaitan dengan kegiatan wisata. Alasan yang paling banyak dipilih responden
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan dapat dibangun
kualitas pelayanan selalu erat kaitannya dengan kepuasan konsumen hal ini dikarenakan
kualitas pelyanan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi konsumen puas.
Maka kepuasan konsumen akan terjadi apabila harapan konsumen suatu jasa sesuai
dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen tersebut. Kualitas pelayanan yang sesuai
akan membuat nilai persepsi menjadi tinggi. Sebuah nilai harapan akan membuat
mengkonsumsi kembali produk atau jasa tersebut (Kotler & Keler, 2008).
pelanggan menurut (Tjitono, 2008). Salah satu indikator yang cukup handal yang dapat
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa
kaulitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan serta loyalitas
pengunjung wana wisata Tanjung papuma Jember (Malang & Mustikowati, 2001), hasil
penelitian terdahulu yang lain mengatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan wisatawan dan minat kunjungan kembali (studi pada
pengunjung objek wisata air owabong Kabupaten Purbalingga) (Susanto & Rahayu, 2017).
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan dapat dibangun
pembeli potensial atau orang lain untuk mempengeruhi sikapdan perilaku (kepuasan
pelanggam). Dari teori dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara promosi
Dari hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh para peneliti diperoleh
hasil bahwa promosi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kujungan
2014). Kemudian selanjunya hasil penelitian terdahulu yang lainnya mengatakan bahwa
implikasinya terhadap loyalitas wisatawan pada objek periwisata di DKI Jakarta (Rahayu,
2012). Pada hasil penelitian terdahulu berikutnya diperoleh hasil bahwa promosi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung wana wisata Tanjung
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu maka dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut:
Berdasarkan dari perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan,
serta teori yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat suatu kerangka konseptual yang
Destination Image
(X1)
Promosi (X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi objek yang diteliti adalah objek wisata Bukit
Cinangkiak yang berada di kawasan Jorong Tampuniak Singkarak X Koto, Solok, Sumatera
Barat.
Menurut Sugiyono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua wisatawan yang berwisata di kawasan wisata Bukit Cinangkiak. Setelah
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili, Pada penelitian
yang menjadi sampel adalah 100 orang konsumen yang berkunjung ke tempat pariwisata di
kawasan wisata Bukit Cinangkiak. Untuk dapat memilih sampel yang dapat mewakili
populasi, karena adanya jumlah populasi yang tidak terbatas maka diperlukan sebuah teknik
pengambilan sampel yang dapat dapat mewakili populasi. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan ditentukan secara
bebas oleh peneliti. Kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata Mandeh yang berasal dari Indonesia.
2. Wisatawan yang bergender laki-laki dan perempuan yang berusia diatas 15 tahun.
Pada penelitian ini jumlah atau ukuran sampel yang digunakan berjumlah 100 orang.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan rumus Slovin (Husein
Umar, 2010:146), yakni ukuran sampel yang merupakan perbandingan dari ukuran populasi
ditolerir atau diinginkan. Dalam pengambilan sampel ini digunakan taraf kesalahan sebesar
N
n=
N (d)2
Keterangan :
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi
486.396
n=
486.396 (0,1)2
= 100,00041
Jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang dicari secara manual
dan diolah sendiri oleh penulis dan belum dipublikasikan oleh individu, kelompok, ataupun
perusahaan kepada pihak pihak yang berkepentingan. Data dan informasi yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber pada penyebaran kuisoner kepada
100 orang responden yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel. Kemudian data
berdasarkan kisi-kisi dalam bentuk skala likert (skala lima tingkat). Daftar pertanyaan yang
disusun mengikuti model skala dengan skala likert 1 sampai 5 terdiri dari (Sugiyono,2003) :
pernyataan valid atau tidak valid, maka digunakan nilai corrected item to total correlation.
Bila nilai corrected item to total correlation suatu butir pernyataan lebih besar dari 0.30
maka butir pertanyaan/pernyataan tersebut dinyatakan valid, dan apabila nilai corrected
item to total correlation lebih kecil dari 0,30 maka butir pertanyaan / pernyataan
Uji realibilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu
gejala / kejadian. Semakin tinggi realibilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat
pengukur tersebut. Dalam melakukan perhitungan Alpha, digunakan alat bantu program
komputer yaitu SPSS dengan menggunakan model Alpha. Sedangkan dalam pengambilan
keputusan realibilitas, suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih
Dalam melakukan pengujian statistik, maka penulis melakukan pengujian data yang
lainnya dan tidak membandingkan satu variabel dengan variabel lain. Untuk mendapatkan
Keterangan:
f = Frequensi
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
N = Netral
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Sedangkan mencari tingkat pencapaian jawaban responden digunakan rumus berikut
RATA − RATA
𝑇𝐶𝑅 =
5
sebagai berikut :
90% - 100% = Sangat baik
80% - 89,99% = Baik
65% - 79,99% = Cukup baik
55% - 64,99% = Kurang baik
0% 54,99% = Tidak baik
1. Uji Normalitas
Menurut Santoso (2001) uji normalitas dilakukan untuk mengetahui pola distribusi
dari variance dari data apakah menyebar mengikuti garis lurus atau berdistribusi normal
atau sebaliknya. Untuk mengetahui pola distribusi dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini digunakan bantuan uji nonparametrik one sampel kolmogorov smirnov
test.
1. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen.Jika terjadi korelasi yang kuat, maka dapat
multikolinearitas adalah:
2. Uji Heteroskedasitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual suatu persamaan ke pengamatan yang lain.jika varians
dari suatu pengamatan lain tetap, maka disebut komokedastisitas dan jika varians berbeda
maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser Test. Uji Glejser Test ini dilakukan
dengan cara meregresi variabel bebas terhadap nilai residual yang telah dilakukan dengan
cara meregres variabel bebas terhadap nilai residualnya yang telah unstandardzied.
terhadap keputusan mengunjungi objek wisata digunakan uji regresi linear berganda,
Santoso (2001) secara umum regresi linear berganda dapat dapat disusun dalam fungsi
Dimana :
Y : Keputusan wisatawan
X1 : Variabel people
X2 : Variabel physical evidence
X3 : Variabel promosi
a : Konstanta
b1 : Koefisien regresi variabel lokasi
b2 : Koefisien regresi variabel physical evidence
e : Variabel pengganggu
paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya
koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Koefisien determinasi (R²) nol
Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa
variabel independen berpengaruh terhadap varibel dependen. Selain itu koefisien
3.5.3.2 Uji F
Pada saat H0 ditolak, dan dengan sendirinya H1, H2 dan H3 yang diterima, maka
sesuai dengan bentuk H1, H2 dan H3. Minimal ada satu dari semua variabel independen
yang digunakan adalah secara signifikan mempengeruhi variabel dependen (Asra et al,
2017). Rumus yang digunakan untuk uji ini adalah sebagai berikut:
𝐑𝟐/𝐊
𝐅=
(𝟏 − 𝐑𝟐)/(𝐧 − 𝐤 − 𝟏)
Dimana :
R : Koefisien determinasi
1. Jika nilai signifikan < α maka keputusan Ha diterima dan H0 ditolak, bebarti dapat
secara simultan.
2. Jika nilai signifikan > α maka keputusan Ha ditolak dan H0 diterima, bebarti dapat
Merupakan suatu uji statistic yang digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh
variable independen terhadap variable dependen secara parsial atau individu. Gujarati
Keterangan :
Sb : Standar baku
B : Koofesien regresi
Dalam melakukan estimasi data maka digunakan tingkat toleransi kesalahan sebesar
5%
Kriteria pengujian :
diterima maka dapat disimpulkan bahwa variable independen berpengaruh positif dan
diterima maka dapat disimpulkan bahwa variable independen tidak berpengaruh positif