Anda di halaman 1dari 3

Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya

atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade
terakhir. Re-emerging disease atau yang biasa disebutresurging disease adalah wabah penyakit
menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap
tahunnya,yaitu :
 Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi
 Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)
 Perubahan iklim dan lingkungan
 Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikrobial
yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin.
 Pekembangan industri dan ekonomi
 Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel
diseases)
 Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.

Sudah banyak microbial agent( virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi menyebabkan
wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk mengubah pola penyakit
tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti yang dirilis dalam National
Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang membagi menjadi 3 kelompok besar,
yaitu :
1. Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir
2. Grup II : Re-emerging pathogen
3. Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme

Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public health


surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaanemerging dan re-
emerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi
laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat
juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging disease ini.
WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem peringatan
dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan
sistemsurveillance untuk emerging dan re-emerging disease khususnya untuk wabah
penyakit pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan intrepretasi
dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic
preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan
angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease Control and
Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory
syndrome (SARS), di mana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus
dilaksanakan yaitu:
1. Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual
dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumah sakit.
2. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory
ilness di dalam komunitas.
3. Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory
ilness di lingkup rumah sakit.
4. Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A , obat antrimicrobial
dan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute respiratory ilness

Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah :


(1) Menyediakan informasi seperti pemantauan secara efektif terhadap distribusi dan angka
prevalensi, deteksi kejadian luar biasa, pemantauan terhadap intervensi, dan memprediksi
bahaya baru.
(2) Melakukan tindakan dan intervensi.

Sehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang


bersifat endemik,epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan
akibat wabah penyakit tersebut.
Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih
dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip
penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini:
1. Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan komunitas
2. Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan
3. Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu, komunitas dan
internasional
4. Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang dirancang
khusus untuk kejadian pandemik.
5. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai relevan.

Referensi:

WHO.http://www.who.int/csr/disease/influenza/pipguidance2009/en/index.html

WHO.http://www.aclu.org/pdfs/privacy/pemic_report.pdf

NIAID.http://www.niaid.nih.gov/topics/Flu/understandingFlu/Pages/definitionsOverview.aspx

WHO.http://www.who.int/csr/disease/influenza/pandemic/en/

NIAID.http://www.niaid.nih.gov/topics/emerging/Pages/list.aspx

Anda mungkin juga menyukai