Modul PD-TI TH 2017 FNL PDF
Modul PD-TI TH 2017 FNL PDF
PENDAMPING DESA
TEKNIK INFRASTRUKTUR
PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR
TIM PENULIS: Roni Budi Sulistyo, Nurahman Joko Wiryanu, Hasan Rofiki,
Harbit Manika, Mohamad Zaini, Nurul Hadi, Mohammad Arwani, Mulus
Budianto, Mohammad Sabri, Panji Pradana, Hasim Adnan, Wahyu Hananto
Pribadi, Dindin Abdullah, A. Nur Kholid, Muflihun, Wahjudin Sumpeno,
Nur Kholis, Ariana Azimah.
Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan
di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah
Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara
kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
12. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
13. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan Desa.
14. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program dan program
Satuan Kerja Perangkat (SKPD) atau lintas SKPD, dan program prioritas
kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
15. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
16. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah
Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme
perencanaan pembangunan Daerah.
17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang syah.
19. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
20. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
21. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT dengan rahmatnya bahwa Modul
Pelatihan Pendamping Desa dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan pembaca. Secara umum modul pelatihan ini
dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga pendamping profesional di tingkat
Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung kebijakan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bidang pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan masyarakat secara efektif dan
bekelanjutan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 128
huruf (2) dijelaskan bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Khusus untuk tenaga
Pendamping profesional diantaranya: Tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang
bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Peningkatan kapasitas Pendamping Desa menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan pendampingan Desa yang pada akhirnya akan menentukan pencapaian
tujuan dan target pelaksanaan Undang-Undang Desa. Kapasitas Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat yang dimaksud mencakup: (1) pengetahuan tentang
kebijakan Undang-Undang Desa; (2) keterampilan memfasilitasi pemerintah desa dalam
mendorong tatakelola pemerintah desa yang baik; (3) keterampilan tugas-tugas teknis
pemberdayaan masyarakat; dan (4) sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi
Pendamping Desa sesuai tuntutan pelaksanaan Undang-Undang Desa. Dalam
meningkatkan kinerja pendampingan tercermin dari komitmen, tanggung jawab dan
keterampilan untuk mewujudkan tatakelola desa yang mampu mendorong kemandirian
pemerintah desa dan masyarakat melalui pendekatan partisipatif.
Terkait hal tersebut dirasakan perlu untuk menyusun sebuah modul pelatihan
Pratugas Pendamping Desa yang dapat memberikan acuan kerja di lapangan dalam
rangka membangun kemandirian Desa. Harapan dari kehadiran modul pelatihan ini
dapat memenuhi kebutuhan semua pihak dalam rangka mendorong peningkatan
kapasitas Pendamping Desa sesuai dengan kebutuhan, kondisi di daerah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA
Daftar Istilah
Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Daftar Isi
Panduan Pembaca
Panduan Pembaca
Latar Belakang
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. berkewajiban
untuk melakukan Pendampingan Desa dalam rangka pembangunan, pemberdayaan
masyarakat desa. Salah satunya adalah menyangkut kesiapan pemerintah baik dalam
menyiapkan tata kelola dan penyesuaian kerja birokrasi, maupun dalam melakukan
pendampingan masyarakat Desa. Pendampingan yang dilakukan pemerintah
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi 2015 bertujuan; (a) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan
akuntabilitas Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa; (b) Meningkatkan prakarsa,
kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif;
(c) Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan (d)
Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.
Peningkatan kapasitas fasilitator atau pendamping desa menjadi salah satunya
aspek penting yang dapat membantu pencapai tujuan dan target pelaksanaan Undang-
Undang Desa secara optimal. Kapasitas pendampingan desa yang dimaksud mencakup:
(1) pengetahuan tentang kebijakan Undang-Undang Desa;
(2) keterampilan memfasilitasi Pemerintah Desa dalam mendorong tatakelola
pemerintah desa yang baik;
(3) keterampilan tugas-tugas teknis pemberdayaan masyarakat; dan
(4) sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi pendamping dan tuntutan
Undang-Undang Desa.
Sasaran Pengguna
Secara khusus modul pelatihan ini ditujukan bagi pendamping di Kabupaten/Kota dalam
rangka memandu penyelenggaraan pelatihan. Namun, dalam prakteknya, Modul pelatihan
ini juga dapat dimanfaatkan bagi pemangku kepentingan lain dalam memfasilitasi
kebutuhan pelatihan bagi tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan dan kapasitas
yang beragam mulai dari fasilitator, pemandu, petugas lapang, kelompok perempuan dan
kelompok masyarakat lain.
Harapan lain melalui modul pelatihan ini dapat memberikan kontribusi bagi para
penggerak pembangunan agar mampu memfasilitasi dan menyelenggarakan pelatihan
sederhana sesuai keterampilan yang dimilikinya. Bahkan beberapa komunitas dan
organisasi lain mendapatkan manfaat dari modul pelatihan ini terutama untuk melatih
para pendamping desa. Diharapkan Modul pelatihan ini dapat dibaca pula oleh
kalangan yang lebih luas baik pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga pendidikan,
pusat pelatihan, LSM, serta lembaga lain yang memberikan perhatian terhadap penguatan
Desa.
Ruang Lingkup
Modul pelatihan disusun berdasarkan kajian terhadap kurikulum sebagai kerangka
acuan bagi pengelola dalam penyelenggaraan pelatihan pratugas bagi Pendamping
Desa dalam melaksanakan tugas PD-TI dalam rangka implementasi Undang-Undang
Desa Tahun Anggaran 2016.
Secara umum cakupan tugas PD-TI mencakup peningkatan kapasitas tenaga
Kader Teknis di Desa dalam rangka pembangunan dan pemeliharaan sarana
prasaraa dan lingkungan Desa berdasarkan kemampuan teknis dan sumber
daya lokal yang tersedia;
Selanjutnya, materi Pelatihan pratugas PD-TI dirumuskan berdasarkan hasil kajian
terhadap kompetensi dasar yang harus dimiliki sesuai kerangka acuan kerja yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi PD-TI disusun sesuai tingkat
penguasaan kompetensi yang terdiri: (K1) pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3)
Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan
indikator kedalaman materi, sebagai berikut:
KOMPETEN
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK SI K2 K3
K1
JP
BAHASAN
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kajian Kebutuhan Sarana 1.1. Profil Kebutuhan Sarana Prasarana
Prasarana Desa Desa
1.2. Pengamanan Lingkungan Sosial
Mitigasi Bencana (LISOM)
1.3. Fasilitasi Penetapan Prioritas Usulan
Sarana Prasarana Desa
2. Perencanaan Sarana 2.1. Penyusunan Desain Sarana
Prasarana Desa
Prasarana Desa
2.2. Penyusunan Rencana Anggaran
Biaya Sarana Prasarana Desa
3. Pelaksanaan Sarana 3.1. Pengadaan Barang/Jasa
Prasarana Desa Pembangunan Sarana Prasarana
Desa
3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Sarana
Prasarana Desa
4. Pemanfaatan dan 4.1. Konsep Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana Pemeliharaan Sarana Prasarana
Prasarana Desa Desa
4.2. Tata Cara Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana Prasarana
Desa
5. Penigkatan Kapasitas Kader 5.1. Merancang Program Peningkatan
Teknik dan PLD Kapasitas Kader Teknik
5.2. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas
Kader Teknik
5.3. Fasilitasi Sertifikasi Kader Teknik
JUMLAH JAM PELAJARAN B. PD-TI 30
Sistematika IsiModul
uraian proses panduan. Jangan membatasi diri, kembangkan dan perkaya proses secara
kreatif serta memadukan dengan pengalaman peserta.
Rencana Pembelajaran
SPB
Profil Kebutuhan Sarpras
1.1
Desa Dan Antar Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Memetakan kebutuhan layanan umum dan infrastruktur desa;
2. Mengidentifikasi permasalahan kebutuhan dasar sarana prasarana;
3. Menganalisa kebutuhan sarana prasarana.
Waktu
1,5 JP (67,5 menit)
Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok
Media
Form identifikasi kebutuhan infrastruktur
Lembar survei daftar masalah dan potensi.
Contoh pemetaan infrastruktur desa
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard, meta plan
Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil dan proses yang diharapkan dari sub pokok
bahasan tentang ―Profil kebutuhan Sarana dan Prasarana Desa dan Antar
Desa‖;
2. Mintalah peserta untuk memberikan penjelasan mengapa kebutuhan
sarana dan prasarana desa dan antar desa perlu diprofilkan atau dipetakan.
Kegiatan ini dilakukan melalui curah pendapat dan menuliskanya di
whiteboard.
3. Pelatih selanjutnya menegaskan pentingnya melakukan pemetaan
kebutuhan prasarana dengan memaparkan media tayang yang telah
disediakan.
4. Selanjutnya bagilah peserta menjadi beberapa kelompok (3-5 orang per
kelompok) untuk mensimulasikan:
a. pemetaan kebutuhan prasarana yang meliputi lokasi prasarana, lokasi
tempat tinggal masyarakat (termasuk masyarakat adat),
b. identifikasi permasalahan dampak sosial, lingkungan dan resiko
bencana. dengan menggunakan lembar kerja yang telah disediakan.
c. gunakan lembar kerja 1.1.1.
Infrastrukt Dampak
Rencana
Permasalaha Kondisi ur yang (Sosial,
NO Bidang Lokasi Manfaat Tindak
n Saat Ini dibutuhka Lingkungan,
Lanjut
n Dll)
Segera
direalisasikan
pada tahun ini
Terlalu jauh
Menyingkat karena banyak
jarak tempuh Belum
Antara dusun Jembatan jarak x km Mengurangi anak dusun Q
1 Transportasi anak didik Ada/Ada
Q dan dusun G Gantung dan waktu y lahan produktif yang sekolah
menuju ke tapi RR/RB
jam di desa
sekolah
Tetangga
karena lebih
dekat
2 Sanitasi
3 Kesehatan
4 Pendidikan
5 Penerangan
6 Perkonomian
7 Keamanan
8 Lain lain
Bahan Bacaan
SPB
Profil Kebutuhan Sarpras
1.1.1.
Desa Dan Antar Desa
1 2 3
Berdasarkan pengalaman Anda sebagai fasilitator atau pendamping dalam mengamati dan
terlibat dalam memfasilitasi Musyawarah Desa, hal-hal apa saja yang dapat membangun
hasil positif dan proses yang baik serta diterima oleh semua pihak. Kemukakan pandangan
Acnda dcalam matrik sebagai berikut:
Proses yang
No Kriteria Hal-hal Kritis Saran
dilakukan
1. Partisipatif
2. Demokratis
3. Transparansi
4. Akuntabilitas
6. Pelibatan Perempuan
Catatan: Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta dapat memodifikasi sesuai kebutuhan
dengan menambah kriteria atau indikator untuk menjelaskan temuan dan hal-hal positif
dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa.
Catatan: Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta dapat memodifikasi sesuai kebutuhan
dengan menambah penjelasan pada masing-masing aspek tata cara Musyawarah Desa.
a. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan desa merupakan hal penting dalam menentukan arah dan
kebijakan pembangunan di desa. Tidak ada pembangunan yang dapat dilakukan tanpa
perencanaan yang disusun berdasarkan kerangka metodologi yang sesuai peraturan dan
peundang-undangan yang ada. Perencanaan Pembangunan desa merupakan manivestasi
dari kewenagan desa berdasarkan asal usul dan kewenangan lokal berskala desa, yang di
dalamnya mengandung unsur kewenangan mengatur dan mengurus pembanguna desa.
Membangun kemandirian desa dalam kerangka Desa Membangun harus dimulai dari
proses perencanaan dan penganggaran desa yang baik, dan diikuti dengan tata kelola
program yang baik pula. Pembangunan desa yang efektif bukanlah semata-mata karena
adanya kesempatan dengan adanya bantuan pendanaan yang cukup besar, akan tetapi
merupakan hasil dari penentuan pilihan-pilihan prioritas kegiatan yang memang menjadi
kebutuhan desa.
Dengan kewenangan yang begitu besar, dan dukungan sumber daya yang besar
pula, maka desa diharapkan mampu membangun dirinya untuk tumbuh dan berkempang
sebagai salah satu kekuatan dalam membangun Indonesia dari pinggiran. Ini merupakan
salah satu dari Nawa Cita Pemerintahan Kabinet Kerja, yang ingin menjadikan desa sebagai
pilar utama dalam membangun Indonesia. Untuk itu, kita tidak boleh mengulang kesalahan
masa lalu, dimana perencanaan pembangunan desa dibuat ―ala kadarnya‖, tidak melakukan
kajian yang sungguh-sungguh sehingga tidak bisa membedakan mana kebutuhan untuk
masyarakat desa dan mana yang hanya keinginan sebagian kecil elit desa.
Harapan menjadikan desa sebagai salah satu pilar utama dalam membangun
Indonesia hanya dapat diwujudkan jika Pemerintah Desa bersama masyarakatnya sungguh-
sungguh melaksanakan perencanaan pembangunan desa yang baik. Pemerintah desa dan
masyarakatnya perlu ―merevolusi mental‖ untuk meninggalkan kebiasaan lama yang menjadi
proses perencanaan hanya sebatas ―menggugurkan kewajiban‖.
b. Pengertian
Berdasarkan Permendagri No 114 tahun 2014 Pasal 1, perencanaan Pembangunan Desa
merupakan proses pentahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa
dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan Unsur Masyarakat secara partisipatif
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa (Permendagri No 114 tahun 2014 Pasal 1).
Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa Pasal 79 menegaskan bahwa Pemerintah
Desa harus menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Kemudian pasal 115 PP 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa menyatakan
Perencanaan pembangunan Desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam menyusun
rancangan RPJM Desa, RKP Desa, dan daftar usulan RKP Desa.
Pentingnya desa memiliki perencanaan pembangunan, karena desa harus mengatur
dan mengurus desa sesuai dengan kewenangannya sebagai desa sebagai self governing
community. Artinya, perencanaan desa akan semakin memperkuat hak dan kewenangan
desa sekaligus mengoptimalkan sumber kekayaan desa (aset desa) sebagai kekuatan utama
membangun desa. Desa tidak lagi selalu ―menunggu perintah atasan‖ dalam
menyelenggarakan urusan dirinya sendiri, ada keberanian dan kreativitas serta inovasi yang
terumuskan dalam dokumen perencanaan yang legal di desa.
Dengan membangun mekanisme perencanaan desa yang didasarkan pada aspirasi
dan partisipasi masyarakat yang ditetapkan dengan peraturan desa, mencerminkan
keberpihakan negara terhadap hak-hak desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat melalui kebijakan perencanan bukan sekedar
pemanis kata, tapi benar -benar menjadi kenyataan.
Perencanaan pembangunan desa sebaiknya memperhatikan hakekat dan sifat desa
yang tentu berbeda dengan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan perwujudan asas
desentralisasi. Sedangkan kemandirian desa berangkat dari asas rekognisi (pengakuan dan
penghormatan) serta asas subsidiaritas (lokalisasi penggunaan kewenangan dan
pengambilan keputusan atau bisa disebut sebagai penerapan kewenangan berskala lokal
desa). Dengan kalimat lain, hakikat dan sifat kemandirian desa adalah kemandirian dari
dalam dan kemandirian dari bawah. Sebagai contoh, selama ini desa bisa mengembangkan
sumber daya lokal secara mandiri (misalnya mendirikan pasar desa, lumbung desa,
pengadaan air bersih, dll.) tanpa harus dikontrol oleh regulasi dari atas.
c. Kewenangan
Perencanaan pada dasarnya merupakan irisan antara pemerintahan dan pembangunan
desa.Pemerintahan mencakup kewenangan, kelembagaan, perencanaan, dan penganggaran.
Perencanaan desa harus berangkat dari kewenangan desa. Perencanaan desa bukan sekadar
membuat usulan yang disampaikan kepada pemerintah daerah, yang lebih penting
perencanaan desa adalah keputusan politik yang diambil secara bersama oleh pemerintah
desa dan masyarakat desa.
Kewenangan desa yang menjadi dasar perencanaan desa kemudian dipertegas dalam
pasal 34 PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa yaitu;
(1) Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas; system
organisasi masyarakat adat; pembinaan kelembagaan masyarakat; pembinaan lembaga
dan hukum adat; pengelolaan tanah kas Desa; dan pengembangan peran masyarakat
Desa.
(2) Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas kewenangan: pengelolaan
tambatan perahu; pengelolaan pasar Desa; pengelolaan tempat pemandian umum;
pengelolaan jaringan irigasi; pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu;
pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar; pengelolaan perpustakaan
Desa dan taman bacaan; pengelolaan embung Desa; pengelolaan air minum berskala
Desa; dan pembuatan jalan Desa antar permukiman ke wilayah pertanian.
(3) Kewenangan tersebut mengindikasikan bahwa rencana pembangunan desa tidak hanya
bersifat fisik dan infrastruktur seperti yang terjadi selama ini, tetapi menyangkut juga
pelayanan publik, ekonomi dan pengembangan kelembagaan serta pemberdayaan
masyarakat dan desa.
d. Prinsip-Prinsip
Prinsip-prinsip perencanaan desa sebagai berikut;
(1) Belajar dari pengalaman dan menghargai perbedaan, yaitu bagaimana perencanaan
desa dikembangkan dengan memetik pembelajaran terutama dari keberhasilan yang
diraih. Dalam kehidupan antar masyarakat di desa tentu ada perbedaan sehingga
penting untuk mengelola perbedaan menjadi kekuatan yang saling mengisi.
(2) Berorientasi pada tujuan praktis dan strategis, yaitu rencana yang disusun harus
dapat memberikan keuntungan dan manfaat langsung secara nyata bagi masyarakat.
Rencana pembangunan desa juga harus membangun sistem yang mendukung
perubahan sikap dan perilaku sebagai rangkaian perubahan sosial.
(3) Keberlanjutan, yaitu proses perencanaan harus mampu mendorong keberdayaan
masyarakat. Perencanaan juga harus mampu mendorong keberlanjutan ketersediaan
sumber daya lainnya.
(4) Penggalian informasi desa dengan sumber utama dari masyarakat desa, yaitu
bagaimana rencana pembangunan disusun mengacu pada hasil pemetaan apresiatif
desa.
(5) Partisipatif dan demokratis, yaitu pelibatan masyarakat dari berbagai unsur di desa
termasuk perempuan, kaum miskin, kaum muda, dan kelompok marjinal lainnya. Harus
dipastikan agar mereka juga ikut serta dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan tidak semata karena suara terbanyak namun juga dengan analisis yang baik.
(6) Pemberdayaan dan kaderisasi, yaitu proses perencanaan harus menjamin upaya-
upaya menguatkan dan memberdayakan masyarakat terutama perempuan, kaum
miskin, kaum muda, dan kelompok marjinal lainnya
(7) Berbasis kekuatan, yaitu landasan utama penyusunan rencana pembangunan desa
adalah kekuatan yang dimiliki di desa. Dukungan pihak luar hanyalah stimulan untuk
mendukung percepatannya.
(8) Keswadayaan, yaitu proses perencanaan harus mampu membangkitkan,
menggerakkan, dan mengembangkan keswadayaan masyarakat.
(9) Keterbukaan dan pertanggungjawaban, yaitu proses perencanaan terbuka untuk
diikuti oleh berbagai unsur masyarakat desa dan hasilnya dapat diketahui oleh
e. Landasan Hukum
Sebelum Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa lahir, desa telah mengenal sistem
perencanaan pembangunan partisipatif. Acuan atau landasan hukumnya waktu itu adalah
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewajiban desa membuat
perencanaan pembangunan dipertegas melalui PP No.72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan
Desa sebagai regulasi teknis turunan dari UU No.32 Tahun 2004 tersebut.
Secara khusus, pengaturan pelaksanaan musrenbang diatur dalam UU No.25 tahun
2004 tentang SPPN. Aturan teknisnya kemudian diatur di Permendagri No.66 Tahun 2007
tentang Perencanaan Desa. Permendagri ini memuat petunjuk teknis penyelenggaraan
Musrenbang untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM
Desa) 5 tahunan dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) tahunan.
Pada praktiknya, meskipun desa telah diwajibkan membuat perencanaan, usulan
program yang digagas masyarakat dan pemerintah desa jarang sekali terakomodir dalam
kebijakan perencanaan pembangunan tingkat daerah. Tidak sedikit pemerintah desa yang
mengeluh karena daftar usulan program prioritas dalam RKP Desa pada akhirnya
terbengkelai menjadi daftar usulan saja. Meski telah berkali-kali diperjuangkan melalui forum
musrenbang kecamatan, forum SKPD dan musrenbang kabupaten, usulan program prioritas
dari desa itu pun harus kandas karena kuatnya kepentingan pihak di luar desa dalam
mempengaruhi kebijakan pembangunan daerah. Pada akhirnya, kue APBD lebih banyak
terserap untuk membiayai program-program daerah. Kalau toh ada proyek pembangunan di
desa, desa hanya menjadi lokus proyek saja, bukan pelaksana apalagi penanggungjawab
proyek.
Kelahiran UU No. 6 Tahun 2014 berupaya menyempurnakan sistem perencanaan desa
partisipatif sebelumnya. Berbeda dengan sistem perencanaan desa di bawah naungan UU
No. 32 tahun 2004, UU No. 6 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada desa untuk
mengurus rumah tangganya sendiri membuat perencanaan pembangunan sesuai dengan
kewenanganya. Disini, minimal ada dua kewenangan yaitu kewenangan berdasarkan hak asal
usul dan kewenangan lokal berskala desa. Selain itu, dengan perubahan masa kepemimpinan
kepala desa dari lima tahun menjadi enam tahun, periode perencanaan pembangunan pun
berubah dari lima tahunan menjadi enam tahunan.
Bahkan untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa, UU No.6 tahun
2014 pada pasal 79 ayat (4) menegaskan bahwa Peraturan Desa tentang RPJM Desa dan RKP
Desa sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu-satunya dokumen perencanaan di
desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang hendak menawarkan kerjasama ataupun
memberikan bantuan program pembangunan harus mempedomani kedua produk
perencanaan desa tersebut. Pasal tersebut menegaskan bahwa di masa mendatang, desa
tidak lagi menjadi obyek atau hanya menjadi lokasi proyek dari atas tapi menjadi subyek dan
arena bagi orang desa menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan dan
kemasyarakatan. Dengan kata lain, desa membangun bukan membangun desa. Pada pasal
78 ayat (92) UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan desa meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
f. Ruang Lingkup
Lalu perencanaan apa saja yang termasuk dalam perencanaan pembangunan desa?.Pada
pasal 79 ayat (2) kemudian menyebutkan ada dua yaitu;
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6
tahun;
(2) Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu
tahun.
RPJM Desa pada hakikatnya adalah rencana enam tahunan yang memuat visi dan misi
kepala desa terpilih yang dituangkan menjadi visi misi desa, sehingga warga dapat
mengetahui arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, dan
kebijakan umum desa. Sementara RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu satu tahun dan dibedakan antara 2 jenis kegiatan perencanaan; (1). Kegiatan
yang akan didanai APB Desa, terutama berdasarkan kewenangan lokal skala desa dan (2).
Kegiatan yang tidak mampu dibiayai melalui APB Desa dan bukan merupakan kewenangan
lokal skala desa seperti kegiatan yang mencakup kawasan perdesaan yang perlu diusulkan
melalui mekanisme Musrenbang Kecamatan hingga kabupaten. RKP Desa memuat informasi
prioritas program, kegiatan, serta kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh APB
Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau APBD Kabupaten/kota. Dengan demikian RPJM
Desa dan RKP Desa merupakan pra syarat dan pedoman bagi pemerintah dalam penyusunan
APB Desa.
Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang terdiri dari:
(1) kepala Desa selaku pembina;
(2) sekretaris Desa selaku ketua;
(3) ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan
(4) anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.
Jumlah anggota tim penyusun RPJM Des, paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling
banyak 11 (sebelas) orang. Tim penyusun RPJM Desa, harus mengikutsertakan perempuan.
Tim penyusun RPJM Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM
Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(1) Penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota;
(2) Pengkajian keadaan Desa;
(3) Penyusunan rancangan RPJM Desa; dan
(4) Penyempurnaan rancangan RPJM Desa.
Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan
Kabupaten/Kota dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/kota dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi
tentang arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota dari SKPD yang berwenang.
Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota sekurang-kurangnya meliputi:
(1) Rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
(2) Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
(3) Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
(4) Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
(5) Rencana pembangunan kawasan perdesaan.
Kegiatan penyelarasan, dilakukan dengan cara mendata dan memilah rencana program
dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota yang akan masuk ke Desa. Rencana program
dan kegiatan, dikelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Hasil pendataan dan pemilahan, dituangkan dalam format data rencana program dan
kegiatan pembangunan yang akan masuk ke Desa. Data rencana program dan kegiatan,
menjadi lampiran hasil pengkajian keadaan Desa.
b. Penggalian Gagasan
Penggalian gagasan masyarakat dilakukan untuk menemukenali potensi dan peluang
pendayagunaan sumber daya Desa, dan masalah yang dihadapi Desa. Hasil penggalian
gagasan, menjadi dasar bagi masyarakat dalam merumuskan usulan rencana kegiatan.Usulan
rencana kegiatan, meliputi penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Penggalian gagasan, dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat Desa sebagai sumber data dan informasi. Pelibatan masyarakat Desa, dapat
dilakukan melalui musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur masyarakat,
seperti antara lain: tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; kelompok
tani; kelompok nelayan; kelompok perajin; kelompok perempuan; kelompok pemerhati dan
pelindungan anak; kelompok masyarakat miskin;dan kelompok-kelompok masyarakat lain
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa. Tim penyusun RPJM Desa melakukan
pendampingan terhadap musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur
masyarakat.
Penggalian gagasan, dilakukan dengan cara diskusi kelompok secara terarah, dengan
menggunakan sketsa Desa, kalender musim dan bagan kelembagaan Desa sebagai alat kerja
untuk menggali gagasan masyarakat. Tim penyusun RPJM Desa dapat menambahkan alat
kerja, dalam rangka meningkatkan kualitas hasil penggalian gagasan. Dalam hal terjadi
hambatan dan kesulitan dalam penerapan alat kerja, tim penyusun RPJM Desa dapat
menggunakan alat kerja lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat
Desa.
Berikut ini diuraikan salah satu contoh struktur (outline) dan sistematika penulisan yang
dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Desa dalam penyusunan RPJM Desa.
Dokumen RKP Desa merupakan dokumen prioritas pembangunan desa yang disusun
untuk 1 (satu) tahun anggaran dengan proses sebagai berikut:
(1) Dokumen Rancangan Awal RKP Desa disiapkan sebuah tim dalam tahap persiapan
Musyawarah Desa dengan mengacu pada dokumen hasil evaluasi tahun sebelumnya
dan RPJM Desa;
(2) Dokumen Rancangan Awal RKP Desa dipaparkan dalam forum Musyawarah Desa untuk
menjadi rujukan penentuan arah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
jangka pendek desa oleh peserta Musyawarah Desa;
(3) Finalisasi dokumen dilakukan oleh tim dengan memasukkan rekomendasi dan
kesepakatan peserta Musyawarah Desa.
Penyusunan rancangan RKP Desa dimaksudkan untuk menyajikan informasi/ data tertulis
terkait arah kebijakan, strategi, dan prioritas program/kegiatan 1 tahun ke depan yang akan
dipaparkan dalam kegiatan Musyawarah Desa RKP Desa. Secara khusus pengkajian ini
bertujuan:
(1) Mengidentifikasi kerangka acuan (outline) penulisan rancangan RKP Desa.
(2) Merumuskan tema/bidang/topik pembahasan sesuai dengan hasii evaluasi pelaksanaan
RKP tahun sebelumnya dengan pemutakhiran data, analisis keuangan desa ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Menyusun dokumen rancangan RKP Desa yang akan dibahas saat pelaksanaan
Musyawarah Desa.
Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa
disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai
disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan dengan
peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. RKP Desa menjadi
dasar penetapan APB Desa.Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan
masyarakat Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang: pagu indikatif
Desa; dan rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke Desa. Data dan informasi diterima kepala
Desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan.Tim penyusun RKP
Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa yang meliputi:
(1) Rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
(2) Rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima dari kabupaten/kota;
(3) Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan
(4) Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi
dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
Tim penyusun RKP Desa melakukan penyelarasan rencana program/kegiatan yang masuk ke
Desa yang meliputi:
(1) Rencana kerja pemerintah kabupaten/kota;
(2) Rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota;
(3) Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota.
Hasil pencermatan dituangkan ke dalam format pagu indikatif Desa dituangkan ke dalam
format kegiatan pembangunan yang masuk ke Desa. Berdasarkan hasil pencermatan, tim
penyusun RKP Desa menyusun rencana pembangunan berskala lokal Desa yang dituangkan
dalam rancangan RKP Desa. Bupati/walikota menerbitkan surat pemberitahuan kepada
kepala Desa dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian informasi pagu indikatif Desa.
Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pendampingan kepada pemerintah Desa dalam
percepatan pelaksanaan perencanaan pembangunan sebagai dampak keterlambatan
penyampaian informasi. Percepatan perencanaan pembangunan untuk memastikan APB
Desa ditetapkan pada 31 Desember tahun berjalan.
(3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui kerja sama antar-
Desa dan pihak ketiga;
(4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa sebagai
kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota; dan
(5) Pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa dan/atau unsur
masyarakat Desa.
Pemerintah Desa dapat merencanakan pengadaan tenaga ahli di bidang
pembangunan infrastruktur untuk dimasukkan ke dalam rancangan RKP Desa. Tenaga ahli di
bidang pembangunan infrastruktur dapat berasal dari warga masyarakat Desa, satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota yang membidangi pembangunan infrastruktur; dan/atau
tenaga pendamping profesional.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa, dilampiri rencana
kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya
untuk kerjasama antar Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang
melakukan kerja sama antar Desa dan diverifikasi oleh tim verifikasi.
Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan pembangunan
Desa dan pembangunan kawasan perdesaan kepada Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program dan kegiatan. Usulan
prioritas program dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa.
Rancangan daftar usulan RKP Desa menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun
rancangan RKP Desa.
Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan
RKP Desa yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP
Desa. Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RKP Desa kepada kepala Desa. Kepala
Desa memeriksa dokumen rancangan RKP Desa. Jika masih terdapat kekurangan dan
kesalahan maka Kepala Desa mengarahkan tim penyusun RKP Desa untuk melakukan
perbaikan dokumen rancangan RKP Desa.
Dalam hal kepala Desa telah menyetujui rancangan RKP Desa, maka kepala Desa
jadwalkan segera menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dalam
rangka pengesahan RKP Desa.
Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa dikarenakan terjadi peristiwa khusus kepala Desa
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(1) berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai kewenangan
terkait dengan kejadian khusus;
(2) mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang terkena dampak
terjadinya peristiwa khusus;
(3) menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan dan RAB; dan
(4) menyusun rancangan RKP Desa perubahan.
Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa dikarenakan perubahan mendasar atas kebijakan,
kepala Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(1) Mengumpulkan dokumen perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota;
(2) Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang terkena dampak
terjadinya perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota;
(3) Menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan dan RAB; dan
(4) Menyusun rancangan RKP Desa perubahan.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang
diadakan secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP
Desa.Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan
terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar.
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui camat.
Penyampaian daftar usulan RKP Desa paling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar
usulan RKP Desa menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan
pembangunan kecamatan dan kabupaten/kota. Bupati/walikota menginformasikan kepada
pemerintah Desa tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa. Informasi tentang hasil
pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh pemerintah Desa setelah
diselenggarakannya musyawarah perencanaan pembangunan di kecamatan pada tahun
anggaran berikutnya. Informasi diterima pemerintah desa paling lambat bulan Juli tahun
anggaran berikutnya.
....
1.2
Pengamanan Lingkungan
Sosial Mitigasi Bencana
(LISOMI)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami definisi bencana, jenis bencana dan kerusakan akibat bencana;
2. Menjelaskan definisi mitigasi bencana;
3. Memahami pengamanan lingkungan sosial;
4. Mengidentifikasi dampak sosial pembangunan sarana prasarana.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Pemaparan, curah pendapat
Media
Media Tayang
Form identifikasi dampak dan solusinya
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil dan proses yang diharapkan dari sub pokok
bahasan tentang ―Pengamanan Lingkungan Sosial Dan Mitigasi Bencana‖.
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya
tentang:
Pengertian bencana, jenis-jenisnya, dan dampak kerusakan yang
diakibatkan bencana;
Pengertian mitigasi bencana;
Pengertian pengamanan lingkungan sosial.
3. Berikan tanggapan balik kepada peserta tentang poin-poin di atas dengan
mengacu pada Media Tayang.
4. Bagi peserta menjadi tiga kelompok untuk berdiskusi dengan ketentuan
berikut:
KELOMPOK I : sarana prasarana transportasi dan perekonomian.
KELOMPOK II : sarana prasarana kesehatan, sanitasi, dan pendidikan.
KELOMPOK III : sarana prasarana selain yang telah dibicarakan
Kelompok I dan II.
5. Di kelompok masing-masing, mintalah peserta untuk mendiskusikan
tentang:
Jenis bencana yang terjadi di tempat tugas;
dampak bencana tersebut terhadap prasarana yang dibangun;
penyebab kerentanan prasarana tersebut terhadap bencana;
upaya pengurangan dampak bencana (mitigasi) yang sudah dilakukan
dalam perencanaan sarana prasarana.
6. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk membacakan
hasil diskusinya. Minta kelompok lain untuk memberikan pengayaan dan
tanggapan terhadap hasil diskusi.
7. Pelatih memberikan tanggapan umum dan menyimpulkan sepuluh dampak
yang paling sering terjadi. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan
tentang sebab, jenis, dampak, dan upaya mitigasi dalam mengantisipasi
dampak bencana.
KELOMPOK : ....
OBJEK :...
NO Jenis Sarana Jenis Bencana Dampak Upaya Rujukan/Referensi
Prasarana Kerusakan Pengurangan Perencanaan
Dampak Struktur
Bencana (Konstruksi) dan
Non Struktur
Jalan sirtu Longsor, erosi Jalan terputus, Dipasang Diameter kawat 4
tidak bisa dilalui bronjong mm, anti karat
talud
Pancang
Talud Longsor, erosi Menutup jalur Dipancang,
sungai gebalan rumput
MCK
.....
1.2
Pengamanan Lingkungan
Sosial Mitigasi Bencana
(LISOMI)
Lingkungan hidup sesungguhnya merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan
berbagai faktor, seperti faktor fisik, kimiawi, biologis, sosial, ekonomi dan budaya. Berbagai
jenis tindakan manusia terhadap lingkungan tersebut dapat melahirkan dampak Iingkungan
yang kompleks pula, terutama didalam hubungan timbal balik (ekosistem) diantara dua atau
lebih faktor-faktor Iingkungan.
Dengan demikian patut diperhatikan bahwa pada setiap aktifitas kegiatan pembangunan,
baik berupa pemeliharaan, dan upaya menjalin keserasian hubungan timbal balik, khususnya
antara manusia dengan sumber daya alam berikut lingkungan hidupnya tidak dapat
diabaikan begitu saja. Sejalan dengan rencana kegiatan proyek Pengembangan Usaha
Penggemukan Ternak Sapi Potong (Fattening) oleh FMP, tentunya proyek ini akan
melakukan kegiatan fisik sewaktu melakukan kegiatan operasional. Agar tidak terjadi
perusakan lingkungan maka kegiatan proyek hendaknya tetap diarahkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, antara lain:
1. Kegiatan yang direncanakan akan tetap disesuaikan dengan ketentuan yang sudah
disetujui oleh instansi pemerintah yang terkait.
2. Dampak kelestarian hubungan ekosistem yang serasi dan seimbang antara manusia
sebagai pengguna sumber daya alam dengan lingkungannya, yang menyediakan
sumber daya yang memiliki serba keterbatasan, baik menurut jenisnya, kualitas dan
kuantitasnya.
3. Evaluasi penanganan dampak lingkungan ini akan memberikan gambaran bagi upaya
pemecahan masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek, yaitu
melalui pemahaman secara menyeluruh terhadap hubungan antara manusia dengam
alam lingkungan hidupnya.
Adapun hasil pengevaluasian terhadap penanganan dampak lingkungan adalah
dimaksudkan untuk:
2 Banjir 1. Curah hujan tinggi 1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu
2. Permukaan tanah lebih rendah dan sesuai fungsi lahan.
dibandingkan muka air laut. 2. Pembangunan sistem pemantauan dan
3. Terletak pada suatu cekungan yang peringatan dini pada bagian sungai yang
dikelilingi perbukitan dengan sering menimbulkan banjir.
pengaliran air keiuar sempit. 3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di
4. Banyak pemukiman yang dibangun bantaran sungai serta daerah banjir.
pada dataran sepanjang sungai. 4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
5. Aliran sungai tidak lancar akibat Mengadakan Program Pengerukan sungai.
banyaknya sampah serta bangunan di 5. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih
pinggir sungai. rendah dari permukaan laut.
6. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu 6. Program penghijauan daerah hulu sungai
sungai. harus selalu dilaksanakan serta mengurangi
aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
3 Gelombang Gelombang pasang adalah gelombang air 1. Pemberitahuan dini kepada masyarakat dari
Pasang laut yang melebihi batas normal dan dapat hasil prakiraan cuaca melalui radio maupun
menimbulkan bahaya baik di lautan, alat komunikasi.
maupun di darat terutama daerah pinggir 2. Bila sedang berlayar di tengah laut, usahakan
pantai. Umumnya gelombang pasang menghindari daerah laut yang sedang dilanda
terjadi karena adanya angin kencang/topan, cuaca buruk.
perubahan cuaca yang sangat cepat, dan 3. Membuat/merencanakan pengungsian apabila
karena ada pengaruh dari gravitasi bulan terjadi gelombang pasang di pinggir pantai
maupun matahari. Kecepatan gelombang 4. Membuat infrastruktur pemecah ombak untuk
pasang sekitar 10-100 Km/jam. mengurangi energi gelombang yang datang
terutama di daerah pantai yang bergelombang
besar.
5. Tetap tenang jika terjadi gelombang pasang di
tengah laut maupun di pinggir pantai
4. Gempa Bumi 1. Proses tektonik akibat pergerakan 1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan
kulit/lempeng bumi getaran/gempa khususnya di daerah rawan
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi gempa.
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, 2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti
contohnya terjadi runtuhan tanah standar kualitas bangunan.
4. Aktivitas gunung api 3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar
5. Ledakan Nuklir kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang
telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk
mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan
pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan
cara - cara penyelamatan diri jika terjadi
gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya
penyelamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam
kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan
penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
(gempa bumi, banjir, dan sebagainya) 7. Tingkatkan Kemampuan pertahanan sipil dan
otoritas kedaruratan.
7. Kekeringan Kekeringan adalah hubungan antara
ketersediaan air yang jauh dibawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup,
pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Kekeringan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kekeringan Alamiah
1. Kekeringan Meteorologis berkaitan 1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang
dengan tingkat curah hujan di bawah pengaturan sistem pengiriman data iklim dari
normal dalam satu musim. daerah ke pusat pengolahan data.
2. Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan 2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala
kekurangan pasokan air permukaan dan prioritas penggunaan air dengan
air tanah. memperhatikan historical right dan azas
3. Kekeringan Pertanian berhubungan keadilan.
dengan kekurangan kandungan air di 3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan
dalam tanah sehingga tidak mampu pada tingkat pusat dan daerah.
memenuhi kebutuhan tanaman tertentu 4. Penyediaan anggaran khusus untuk
pada periode waktu tertentu pada pengembangan/perbaikan jaringan
wilayah yang luas. pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
4. Kekeringan Sosial Ekonomi berkaitan kekeringan.
dengan kondisi dimana pasokan 5. Pengembangan/perbaikan jaringan
komoditi ekonomi kurang dari pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
kebutuhan normal akibat kekeringan kekeringan
meteorologi, hidrologi, dan pertanian. 6. Memberikan sistem reward dan punishment
Kekeringan Antropogenik, kekeringan bagi masyarakat yang melakukan upaya
yang disebabkan karena ketidak-patuhan konservasi dan rehabilitasi sumber daya air
pada aturan terjadi karena : dan hutan/lahan.
1. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan
yang direncanakan akibat ketidak-
patuhan pengguna terhadap pola
tanam/pola penggunaan air.
2. Kerusakan kawasan tangkapan air,
sumber-sumber air akibat perbuatan
manusia.
8. Letusan Letusan gunung api adalah merupakan 1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau
Gunung Api bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal selama 24 jam menggunakan alat pencatat
dengan istilah "erupsi". Hampir semua gempa (seismograf). Data harian hasil
kegiatan gunung api berkaitan dengan pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat
zona kegempaan aktif sebab berhubungan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
dengan batas lempeng. Pada batas (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan
lempeng inilah terjadi perubahan tekanan radio komunikasi SSB. Petugas pos
dan suhu yang sangat tinggi sehingga pengamatan Gunung berapi menyampaikan
mampu melelehkan material sekitarnya laporan bulanan ke pemda setempat.
yang merupakan cairan pijar (magma). 2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan
Magma akan mengintrusi batuan atau oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan
tanah di sekitarnya melalui rekahan- aktivitas gunung berapi, antara lain
rekahan mendekati permukaan bumi. mengevaluasi laporan dan data, membentuk
tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke
lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan
Rencana Pembelajaran
SPB
1.3 Fasilitasi Penetapan
Prioritas Usulan Sarana dan
Prasarana Desa dan Antar
Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
Memfasilitasi penetapan prioritas usulan infrastruktur berdasarkan
kebutuhan masyarakat
Waktu
1,5 JP (67,5 menit)
Metode
Pemaparan, curah pendapat, praktek fasilitasi penetapan prioritas
kebutuhan infrastruktur dasar.
Media
Isian Lembar survei daftar masalah dan potensi dalam SPB 1.1.
Media Tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
7. Menjelaskan tujuan, hasil dan proses yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang ―Fasilitasi penetapan Prioritas usulan sarana dan
Prasarana Desa dan Antar Desa‖;
8. Menjelaskan langkah-langkah dan alternatif proses fasilitasi untuk
menetapkan skala prioritas kebutuhan sarana dan prasarana desa dan
antar desa. Media tayang disediakan dan dapat ditambahkan sesuai
dengan kondisi setempat.
9. Ajaklah peserta untuk mensimulasi proses fasilitasi penentuan skala
prioritas usulan. Sebaiknya menggunakan kelompok yang sudah dibentuk
melalui pembahasan SPB 1.1.
10. Berilah kesempatan kepada peserta untuk melakukan proses fasilitasi
penentuan skala prioritas dengan metode yang mudah untuk diterapkan
di masyarakat. Misalnya:
Buatlah tabel dengan daftar jenis infrastruktur yang dibutuhkan di desa.
Buatlah kolom di sebelahnya dan berilah judul dengan menggunakan
minimal 3 parameter penilaian dengan mengacu pada lembar kerja
1.3.1.
Isi kolom parameter sesuai data yang diperoleh dari anggota kelompok
yang berperan sebagai anggota masyarakat.
Hitunglah berapa banyak parameter yang dihasilkan dan buatlah daftar
prioritas.
Antisipasi jika ada beberapa jenis infrastruktur yang mempunyai jumlah
nilai parameter sama, diskusikan dengan kelompok untuk mencari solusi
terbaik.
11. Setelah selesai, berikan kesempatan pada kelompok lain untuk
memberikan penilaian terhadap metode fasilitasi yang sudah dilakukan.
Apa kelemahan atau titik kritis dari metode yang sudah dilakukan dan
berilah solusinya.
12. Pelatih selanjutnya menegaskan kembali pentingnya memfasilitasi
penentuan kebutuhan prioritas prasarana dengan memaparkan media
tayang.
13. Buatlah catatan dan kesimpulan dari hasil pembahasan.
Sanitasi
Kesehatan
Pendidikan
Penerangan
Perekonomian
Keamanan
Dll
Bahan Bacaan
SPB
1.3 Fasilitasi Penetapan Prioritas
Usulan Sarana Prasarana
Desa dan Antar Desa
Mengadakan musyawarah penetapan prioritas usulan merupakan musyawarah untuk
mengambil keputusan terhadap usulan yang didanai melalui Dana Desa. Keputusan
pendanaan harus mengacu pada peringkat usulan yang telah dibuat pada saat
musyawarah prioritas usulan.
Tujuan : a. Membahas dan menetapkan jenis kegiatan yang akan didanai oleh
Dana Desa berikut besar dananya.
b. Menyusun jadwal pelaksanaan Dana Desa.
c. Membahas berbagai keluhan yang timbul selama proses di tahap
perencanaan.
Waktu : Setelah pembuatan dan pemeriksaan desain serta RAB, dan RKP Des.
Tempat : Kantor Desa atau Balai Pertemuan di Desa, atau tempat lain yang
memungkinkan untuk penyelenggaraan pertemuan.
Persiapan : 1. Desa telah mengetahui dan menyetujui bentuk desain jenis kegiatan
dengan segala perubahannya yang akan dibawa ke musyawarah
penetapan prioritas usulan.
.....
RencanaPembelajaran
SPB
2.1 Pengantar Desain Teknik
Prasarana (Gambar Desain
Dan Cara Perhitungan
Teknik)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
4. Menjelaskan maksud dan tujuan pentingnya metode kerja dan RKS dalam
dokumen perencanaan;
5. Mengetahui dasar-dasar penyusunan metode kerja dan RKS berbagai
prasarana desa;
6. Menyusun bagian penting dari Metode Kerja dan RKS untuk prasarana
yang dibangun;
7. Menyebutkan tujuan dan manfaat dari pembuatan desain;
8. Mengetahui langkah-langkah untuk melaksanakan pembuatan desain;
9. Melakukan analisa perhitungan teknis prasarana desa yang akan dibangun.
Waktu
4 JP (180 menit)
Metode
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Media
Panduan singkat penyusunan desain beserta detailnya
Media Tayang contoh-contoh desain prasarana desa
Analisa Perhitungan Teknis
Panduan singkat desain (word)
Daftar isi desain (word)
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
14. Pelatih menjelaskan tentang tujuan, hasil, dan proses dari proses
pembelajaran sub pokok bahasan ―Pengantar Desain Teknik Prasarana‖.
Bahan Bacaan
SPB
Pengantar Desain Teknik
2.1
Prasarana
berada dalam pori- pori batu bata atau adukan dapat keluar seluruhnya.
15 Pekerjaan Kosen Bahan – bahan :
Pintu, Jendela,
Pekerjaan kosen pintu, jendela, ventilasi harus menggunakan kayu yang
Ventilasi Dan Pintu
berkwalitas baik, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat cacat-cacat
kayu.
Untuk pekerjaan kosen pintu jendela menggunakan kayu ukuran 6 x 13 cm
(ukuran jadi).
Daun pintu panil menggunakan papan rangkanya dibuat dari papan klas II
ukuran 3, 8/13 cm sesuai dengan gambar rencana.
Pedoman pelaksanaan :
Semua ukuran kosen dan pintu dibuat sesuai dengan gambar, semua
permukaan kayu yang tampak harus diketam halus, rata dan mempunyai
ketebalan yang sama.
Setiap sambungan harus kuat, kaku dan siku dan dilaksanakan sesuai
dengan peraturan yang ada.
Pada batang tegak harus dipasang angker dengan jarak 50 cm terbuat dari
besi dia. 10 mm.
Neut / sepatu kosen pintu harus memakai angker besi dia 10 mm.
Bagian yang berhubungan dengan tembok harus dicat menie.
Bingkai daun jendela ukuran dan bentuk disesuaikan dengan gambar.
16 Pekerjaan Rangka Konstruksi rangka atap dari bahan kayu.
Atap
Kayu untuk konstruksi atap minimal kayu kelas II.
Konstruksi atap dirancang untuk bisa menahan beban vertikal dan
horizontal yang dipersyaratkan peraturan perencanaan yang berlaku.
Jarak maksimal antar kuda-kuda 300 cm.
Penghubung antar kuda-kuda dipasang sepasang ikatan angin secara
menyilang, ukuran minimal (5 x 10) cm.
Jarak maksimal antar gording 150 cm, ukuran minimal (8 x 12) cm
Jarak maksimal antar kaso 50 cm, ukuran minimal (5 x 7) cm
Jarak reng sesuaikan dengan jenis genteng yang dipakai, ukuran minimal
(2 x 3) cm.
17 Pekerjaan Atap Penutup atap menggunakan atap Genteng, Genteng Metal atau Atap
Seng.
Sudut kemiringan atap atau tinggi atap dibuat sesuai dengan gambar.
Bubungan /Nok Atas, jurai luar menggunakan Genteng, Genteng Metal
atau Seng Plat (sesuai dengan pilihan penutup atap).
18 Pekerjaan Rangka Rangka plafond dan penggantung dipakai kayu yang berkwalitas baik,
Plafond/Langit- ukuran disesuaikan dengan gambar. Rangka utama minimal menggunakan
Langit kayu (5 x 10) cm dengan jarak 120 cm. Rangka pembagi minimal
menggunakan kayu (5 x 7) cm dengan jarak 60 cm. Kayu penggantung
minimal menggunakan kayu (5 x 7) cm dengan jarak antar penggantung
150 cm.
persetujuan Fasilitator.
Pengecatan kayu :
Sebelum dicat bidang kayu dimenie terlebih dahulu dengan cat menie
yang berkwalitas baik.
Pori-pori, serat kayu dan tekikan didempul dan diamplas dengan bahan
yang berkwalitas baik.
Lapisan akhir dikehendaki mempunyai lapisan yang rata, kuat dan
mengkilap. Cat akhir digunakan cat Bee Brand atau setaraf, dengan
pengecatan dilakukan 2 kali dengan selang waktu 16 jam atau lebih.
Pengecatan tembok :
Bidang plesteran dicat dasar terlebih dahulu menggunakan bahan yang
berkwalitas baik.
Untuk meratakan, menutup pori-pori plesteran harus didempul terlebih
dahulu. Bidang tersebut dibiarkan kering selama kurang lebih dari 1 (satu)
minggu sebelum diamplas.
Lapisan cat akhir dikehendaki warna yang rata dan kuat. Cat akhir
digunakan cat kwalitas baik atau dengan pengecatan 2 (dua) kali. Sebelum
lapisan berikutnya dilakukan, bagian plesteran yang belum rata harus
didempul kembali sampai bagian tersebut menjadi rata.
Pengecatan plafond
Permukaan plafond dicat dasar kemudian diplamir/dempul dan diamplas
hingga rata serta dibersihkan.
Lapisan cat akhir dengan cat kwalitas baik atau dilakukan dua kali sampai
diperoleh lapisan yang rata dengan selang waktu 16 jam atau lebih.
22 Pekerjaan Instalasi Sistem instalasi listrik :
Listrik
Sistem tegangan listrik dari jaringan PLN ke jaringan distribusi ialah 110 V
/ 220 V, 1 fase, dimana sentral (nol) dari sistem dihubung tanahkan
(Grounded netral).
Dari panel listrik utama, tenaga listrik didistribusikan secara radial
ketempat-tempat yang memerlukannya, titik lampu, stop kontak dan
peralatan-peralatan lain. Untuk tegangan 220 Volt maka semua peralatan-
peralatan seperti panel-panel, stop kontak harus dihubung tanahkan
sesuai dengan peraturan yang ada.
Sistem pengabelan :
Kabel-kabel primer, sekunder, maupun kabel yang titik-titik lampu, stop
kontak harus dipilih dari produksi pabrik-pabrik yang telah mendapat
sertifikat dari PLN atau dari laboratorium LMK di Jakarta. Kabel yang
digunakan untuk instalasi penerangan adalah NYA 3 x 2,5 mm2, pemasang
didalam tembok dan diatas plafond harus dengan pipa pelindung PVC dia.
5/8 ‖ merk setaraf ―MASPION‖.
Lampu – lampu :
Lampu SL 18 VA merk setaraf Phillip, lengkap dengan fittingnya dipasang
sesuai dengan gambar instalasi listrik.
Shaklar lampu dan stop kontak :
Shaklar lampu dan stop kontak dipasang pada tempat yang telah
ditentukan dengan ketinggian antara 120 – 140 cm diatas lantai. Type
shaklar lampu dan stop kontak terbenam dinding (inbouw) warna putih,
mutu setaraf BROCO.
Alat-alat pengamanan :
Alat pengaman arus lebih, arus bocor dan arus hubung singkat dari jenis
sekering konvensional lengkap dengan box sekeringnya dengan
pembagian group sebagaimana tercantum pada gambar atau menurut
petunjuk Direksi. Ampere meter disesuaikan dengan kebutuhan.
Pengerjaan Instalasi :
Untuk pekerjaan instalasi listrik harus dikerjakan oleh instalatur yang
sudah mendapat izin menyelenggarakan pemasangan instalasi listrik dari
PLN, Instalatur yang bersangkutan harus mengadakan pengujian terhadap
instalasi yang dipasangnya dam memberikan jaminan bahwa instalasi
listrik tersebut telah siap untuk dialiri listrik dari PLN dengan daya
sebagaimana dalam gambar.
23 Pekerjaan Halaman Halaman lokasi pekerjaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran bekas
/ Pembersihan bongkaran atau sisa-sisa dari bahan bangunan setelah pekerjaan selesai.
kebutuhan.
Batu split harus mempunyai ukuran yang hampir sama antara 10sampai 15
mm. Kadar lumpur maksimum 1 %, jika lebih maka harus dicuci.
Batu split yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakansebelum
mendapat persetujuan mengenaimutu dari Fasilitator.
5 Air Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan, bahan
pencuci agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya daripenggunaannya seperti minyak, alkali,
sulfat, bahan organik,garam, silt (lanau).
Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 %
dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang
diperkenankan adalah 0,5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor
maksimum 1,5% atau 15 gr/lt. Jika terdapat keraguanmengenai air,
dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebutke Laboratorium
pemeriksaan yang diakui.
TPK tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur.
Jika memungkinkan dipakai airyang memenuhi syarat untuk air minum.
6 Tulangan/ Besi Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan gambar rencanadan
Beton sesuai dengan Standar Nasional Indonesia NI-2.
Tulangan yang dipakai untuk diameter ≤12 adalah tulanganpolos,
sedangkan untuk dimeter >12 adalah tulangan ulir (deform).
Pada waktu pengecoran beton, tulangan harus bersih dan bebasdari
kerusakan/ karat.
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SKSNI T15-1991-03
dengan mutu baja U-32 untuk tulangan ulir dan U-24untuk tulangan
polos.
Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syaratbebas dari
kotoran-kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidakbercacat seperti retak dan
lain-lain.
Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan gambarbestek.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin dan dengan cara yang tidak merusaktulangan tersebut.
Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selamadan
sesudah pengecoran tidak bergeser tempatnya.
Terhadap ketepatan serta untuk mendapatkan penutup beton (beton
decking) yang tertentu dan sama harus dipasang blok beton (beton tahu).
Penahan jarak yang berbentuk blok persegiterbuat dengan campuran 1
pc: 3 ps dipasang 4 buah/m2 cetakandan harus tersebar merata.
7 Batu Bata Batu bata yang akan digunakan harus baru, terbuat dari tanah yang baik
sesuai dengan dengan ukuran 24 x 10 x 4,5 cm, berkualitas baik dan telah
diperiksa/disetujui Fasilitator.
Batu bata harus berkekuatan tekan /compressive strength sebesar 30
kg/cm2, dan bisa menahan gaya horizontal/shear strength sebesar 1,7
kg/cm2.
Batu bata harus matang, bila direndam air akan tetap utuh, tidak pecah
atau hancur.
Batu bata yang pecah/retak tidak dibenarkan digunakan untuk dipasang,
kecuali untuk melengkapi, misalnya sudut.
Sebelum dipasang batu bata. harus direndam air hingga jenuh air.
Ukuran ukuran bata harus seragam dan dapat disesuaikan berdasarkan
tebal dinding akhir yang disyaratkan dalam gambar kerja
8 Kayu Kayu untuk konstruksi rangka atap harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu. Ukuran kayu sesuai dengan hasil perancangan.
Kayu untuk kusen, daun pintu dan jendela harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu. Semua permukaan diserut halus. Ukuran bersih setelah
diserut :kayu kusenminimal (5 x 11) cm, kayu rangka daun pintu minimal (3
x 10) cm, kayu rangka daun jendela minimal (3 x 6) cm.
Kayu rangka langit-langit (plafond) harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu.
Kayu bekisting menggunakan jenis kayu kelas III.
....
Rencana Pembelajaran
SPB
Penyusunan Desain dan RAB
2.2
(Pengukuran, Survei Lapangan,
Survei Harga, Jadwal Kegiatan)
Tujuan
1. Peserta dapat menyebutkan tujuan dan manfaat dari pembuatan desain
dan RAB bersama masyarakat;
2. Peserta dapat menjelaskan kelengkapan dokumen desain dan RAB;
3. Peserta dapat menyusun langkah-langkah untuk melaksanakan
pembuatan desain dan RAB bersama masyarakat;
4. Peserta dapat menyebutkan formulir-formulir yang digunakan dalam
penyusunan desain dan RAB;
5. Peserta dapat melakukan analisa perhitungan volume pekerjaan dan
RAB berdasarkan survey teknis dan harga satuan bahan, alat dan tenaga
kerja;
6. Peserta mampu menentukan tahapan dan target-target pembangunan
infrastruktur dan jadwal kerja;
7. Memfasilitasi kelayakan teknis.
Waktu
8 JP (360menit)
Metode
Paparan
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Simulasi praktek membuat desain dan RAB
Media
Slide desain dan RAB
Panduan singkat desain dan RAB
Daftar isi desain dan RAB
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, harapan, dan proses dari pembelajaran sub pokok bahasan
―Penyusunan dan Desain RAB‖.
2. Curah pendapat istilah lokal untuk kegiatan konstruksi.
3. Tanyakan siapa diantara peserta yang sudah memiliki pengalaman dalam
menyusun desain dan RAB. Mintalah peserta tersebut untuk menceritakan
apa saja yang dilakukan pada saat menyusun desain dan RAB.
4. Bagikan metaplan kepada peserta. Mintalah kepada tiap peserta untuk
menuliskan minimal 3 manfaat dari penyusunan desain dan RAB bersama
masyarakat.
5. Buat rangkuman dan tanggapan atas jawaban dari tulisan di metaplan.
6. Tanyakan kepada peserta, apa dampak negatif yang akan terjadi jika
penyusunan desain dan RAB hanya dilakukan oleh Pendamping dan tidak
melibatkan masyarakat?.
7. Buat penegasan manfaat dari penyusunan desain dan RAB melibatkan
masyarakat, serta sumber dana penyusunan desain dan RAB dan larangan
bagi Pendamping untuk mengelola/menerima dana penyusunan desaindan
RAB tersebut di wilayah tugasnya.
Kelengkapan Dokumen Desain
8. Jelaskan kelengkapan dokumen yang wajib dipenuhi dalam tiap jenis
kegiatan prasarana.
9. Tanya jawab
Langkah-Langkah Penyusunan Desain
10. Jelaskan tentang proses pembuatan desain dan RAB.
11. Minta peserta menanggapi panduan pembuatan desain dan RAB
12. Lakukan Tanya jawab seperlunya tentang hal-hal yang belum jelas.
13. Kapan dilakukan desain dan RAB?
14. Bagikan formulir-formulir yang terkait desain dan RAB. Jelaskan dan
Tanya jawab cara pengisiannya dan sekaligus berlatih untuk mengisi,
berlaku untuk setiap peserta.
Penyusunan Desain
15. Berikan berbagai contoh desain dan RAB terdahulu kepada setiap peserta
sebagai referensi.
16. Lakukan diskusi kelompok sesuai kelompok pada praktek lapangan dengan
tugas sebagai berikut :
Melengkapi perhitungan hasil survei yang meliputi : VAP, MAP dan
menyempurnakan Take off sheet (TOS).
Menggambar sketsa-sketsa konstruksi dalam long section dan cross
section.
Menghitung volume pekerjaan konstruksi, bila cukup waktu minta
mereka melakukan perhitungan RAB dengan harga satuan yang
diperkirakan.
Masing-masing peserta dalam kelompok harus membuat laporan hasil
penyusunan desain dan RAB dan menyerahkannya kepada pelatih.
17. Pelatih menyimpulkan dan menegaskan tentang proses desain dan RAB,
terkait dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi.
18. Menyusun jadwal kegiatan
16. Menjelaskan detail-detail dan asumsi desain kepada pemberi pekerjaan ( di PNPM-PPK
adalah masyarakat)
17. Melakukan konsultasi desain bersama nara sumber
18. Mendapat persetujuan yang berwewenang
19. Merencanakan metode tepat untuk menjamin mutu (penerimaan bahan, sistem trial,
pemeriksaan)
20. Membuat jadwal pekerjaan.
....
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menetapkan metode pengadaan barang dan jasa (PBJ);
2. Menyusun langkah pengadaan barang dan jasa;
3. Mempersiapkan tim pengadaan barang dan jasa serta Tim Pelaksana
Kegiatan (TPK) Pembangunan Infrastruktur.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Paparan, Simulasi, Tanya Jawab, Curah pendapat, Diskusi, Presentasi
Media
LKPP No 13 Tahun 2013
Perbup tentang pengadaan barang dan jasa
Matriks langkah fasilitasi barang dan Jasa
Slide pengadaan barang dan jasa
Daftar kasus-kasus penyimpangan pelelangan
Alat Bantu
Flipt Chart, kertas metaplan tiga warna, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses dari sesi pembelajaran ―Pengadaan Barang
Dan Jasa‖.
Pemahaman Pengadaan Barang Dan Jasa
2. Bagikan metaplan kepada masing-masing peserta sebanyak 3 buah dengan
warna yang berbeda (biru, kuning, putih).
3. Mintalah kepada peserta untuk menuliskan:
a. Tujuan pengadaan barang dan jasa dalam dana desa pada metaplan
warna biru.
b. Alasan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan
sederhana, metaplan warna kuning.
c. Ketentuan pengadaan barang dan jasa pada dana desa, warna putih.
4. Kelompokkan metaplan yang berisi jawaban sama/serupa, kemudian
lakukan pembahasan.
Proses Pengadaan Barang Dan Jasa
5. Jelaskan secara singkat rencana pengadaan.
6. Lakukan Tanya jawab untuk memastikan peserta memahami materi yang
disampaikan.
7. Jelaskan cara pengadaan dengan mengacu pada media tayang.
8. Lakukan tanya jawab untuk memastikan peserta memahami materi yang
disampaikan.
9. Jelaskan Prosedur pelelangan dengan mengacu pada media tayang.
10. Lakukan Tanya jawab untuk memastikan peserta memahami materi yang
disampaikan.
Permasalahan-Permasalahan Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Dan
Peran Pendamping
11. Tayangkan masalah-masalah yang sering terjadi pada pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa oleh masyarakat.
12. Diskusikan dengan curah pendapat peran dan kegiatan yang harus
dilakukan Pendamping dalam :
Proses pengadaan barang dan jasa.
Mengantisipasi permasalahan-permasalahan.
Penegasan
13. Jelaskan implementasi nilai-nilai utama (prinsip-prinsip utama dalam Dana
Desa).
1 TUJUAN
Pengadaan bahan/alat bertujuan untuk memperoleh bahan/alat yang
berkualitas baik, terjamin persediaannya dan harga lebih murah. Pengadaan
bahan atau alat harus memenuhi prinsip-prinsip pokok sebagai berikut:
a. Transparansi
b. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan secara jelas)
c. Pembelajaran bagi masyarakat untuk mengelola pembangunan
Melalui pengadaan bahan/alat yang transparan dan akuntabilitas akan
memudahkan pengawasan, dan menghindari praktek tindak korupsi (mark-up,
kolusi, nepotisme, dsb)
2 PROSEDUR PENGADAAN
2.1 Penentuan kebutuhan pengadaan
Penentuan jumlah kebutuhan pengadaan bahan/alat harus sesuai
dengan RAB. Proses identifikasi penentuan apakah bahan tersebut
dapat dipenuhi oleh masyarakat setempat dari material lokal atau
diadakan dari luar harus dilakukan oleh PDTI, TPK dan masyarakat pada
tahap penyusunan RAB.
Pengadaan bahan/alat mencakup:
a. Jumlah bahan/alat
b. Bahan fabrikasi atau bahan yang tidak dapat dipenuhi dari lokal,
syarat kualitas atau kapasitas
c. Jadwal pengadaan, termasuk ketetapan tempat pengiriman
(dekat/jauh di lokasi kerja)
d. Penentuan harga dan penjual/pemasok (supplier/leveransir/agen)
Catatan:
Khusus sewa alat, jika hasil survei ternyata membuktikan
bahwa alat yang berasal dari pemerintah lebih murah dari
swasta maka boleh dilakukan penunjukan langsung namun
harus dijamin kebenarannya oleh TA KAB (Form FORM –
Hasil Survei Bahan / Alat). Perbandingan harga ini berdasar
atas tahun pembuatan, kapasitas dan jenis alat yang sama,
Harga dari pemasok sudah termasuk pajak. Kewajiban
menyetor pajak adalah tanggung jawab pemasok pemenang
lelang. TPK tidak mengurus atau melaporkan pembayaran
pajak
2.3. Prosedur Pelelangan
2.3.1. Penentuan Calon Pemasok
TPK melakukan survei harga satuan serta calon pemasok dan hasilnya
dicatat pada Form IV.6 Revisi, harus diverifikasi oleh PDTI dan TA KAB
dimana keduanya harus mempunyai survei harga satuan sebagai
pembanding. Hasil akhir survei harga ini dapat diketahui paling lambat
pada proses desain.
Calon pemasok bisa juga tidak harus badan usaha yang biasa dikenal
masyarakat serta berpengalaman sebagai pemasok, tapi yang penting
harus sanggup mencari bahan/alat dengan menggunakan tenaga dan
kendaraan sendiri. Bila jumlah pemasok masih dianggap kurang banyak
(minimal 3 pemasok), atau jika jumlah minimal tersebut dinilai belum
mewakili, TPK harus mencari tambahan pemasok lainnya.
N Uraian Masalah Saran kepada FT, jangan mengulangi kesalahan seperti disebut di
o bawah !!!
I Survei Harga Satuan Bahan, alat dan tenaga:
1. Dengan alasan bahwa di sekitar desa banyak anggota masyarakat yang punya
truk dan mampu mengadakan bahan, seperti batu, pasir maka tidak dilakukan
pelelangan dan hanya langsung diminta mendatangkan dengan harga yang
disepaki secara lesan oleh TPK
2. Memecahkan nilai pengadaan untuk menghindari proses pelelangan
3. RPD dibuat selalu kurang dari 15 juta sebagai salah satu cara untuk
menghindari pelelangan.
4. TPK berfungsi sebagai pemasok bahan/alat dengan alasan pada saat lelang tidak
ada pemenang dan TPK mampu mencari harga lebih murah. Sebab lain adalah
pemasok yang diundang tidak pernah hadir.
5. Dengan tujuan agar uang tidak beredar ke luar desa dibuat musyawarah dan
menawarkan pengadaan kepada masyarakat setempat untuk mengadakan
bahan/alat dengan plafon tertentu, padahal masyarakat dimaksud tidak
berprofesi sebagai pemasok sehingga mengakibatkan munculnya makelar
bahan/alat
6. Pelelangan tidak dilakukan karena alasan bahan standar pemerintah yang
dianggap sudah mempunyai harga standar pada semua tempat padahal, harga ini
masih dipengaruhi oleh biaya angkut (contoh : semen)
7. Adanya pengertian bahwa setiap bahan yang nilainya dalam RAB > 15 juta,
harus melakukan pelelangan, walupun hal ini sebetulnya tidak berlaku untuk
bahan yang dikumpulkan oleh kelompok/individu masyarakat (tidak dikuasai
pemasok)
8. Satu kegiatan dibagi beberapa sub bagian sehingga batasan nilai bahan per sub
bagian menjadi < 15 juta
9. Mengatasnamakan kesepakatan masyarakat, langsung menunjuk suplier yang
dipercaya di daerah setempat
10. Menyatakan tidak adanya suplier yang tersedia, padahal di lokasi tetangga
desa/kec tersedia.
11. Para suplier telah diundang pada saat persiapan pembuatan desain dan RAB
....
Rencana Pembelajaran
SPB
3.2 Pelaksanaan Pekerjaan
(Trial, Monitoring, Dan
Pelaporan)
Tujuan
Setelah sesi pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan manfaat pemeriksaan untuk kegiatan sarana prasarana;
2. Mengisi Formulir Pemeriksaan jenis jenis Infrastruktur;
3. Menyebutkan isi laporan akhir dan macam pelaporan administrasi
kegiatan sarana prasarana desa.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Paparan, Curah pendapat, Diskusi kelompok Pleno
Media
Contoh Formulir Pemeriksaan yang sudah terisi
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
Pengantar
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui sesi
pembelajaran sub pokok bahasan ―Pelaksanaan Pekerjaan‖.
LEMBAR KERJA
Bahan Bacaan
SPB
Pelaksanaan Pekerjaan (Trial,
3.2
monitoring dan Pelaporan)
Persiapan pelaksanaan
Ada kegiatan yang harus dilakukan di desa sebelum pelaksanaan dapat
dimulai. Pertama harus melakukan pelatihan kepada tim-tim yang ada di desa.
Pelatihan dilakukan biasanya oleh KT, yang bertanggung jawab untuk manajemen
konstruksi. Pelatihan dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk memanggil
semua anggota pelaksana desa untuk pelatihan khusus. Topik yang diberikan
termasuk segala hal tentang administrasi desa: rencana penggunaan dana,
pembukuan dan bukti pengeluaran, pengadaan bahan dan alat, penerimaan bahan,
dan pelaporan.
Tim desa bertanggung jawab atas pembuatan jadwal kegiatan di desanya. Hal
ini perlu sinkronisasi dengan desa lain. Jadwal dibuat dan dikoreksi dengan bantuan
KT.
Tim desa bertanggung jawab atas pendaftaran tenaga kerja. Orang yang mau
ikut bekerja dalam kegiatan pembangunan prasarana harus terdaftar terlebih dahulu
dengan menggunakan Format A yang telah disediakan. Pada format ini disebut jenis
kelamin, alamat, apakah orangnya merupakan pemuda atau pemudi, dan apakah
termasuk dalam rumah tangga miskin. Penggunaan format ini akan memudahkan
penghitungan jumlah angkatan kerja di laporan. Orang boleh mendaftarkan diri
sampai dengan kegiatan selesai. PENDAMPING menjaga agar pendaftaran dilakukan
dengan baik, terutama kesempatan kerja diberikan kepada kelompok sasaran, yaitu
rumah tangga miskin.
Gunakan sistem trial — Sistem trial adalah cara yang dapat digunakan untuk
melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam
pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-betul dibuat dengan kualitas
yang memenuhi segala persyaratan teknis, karena contoh merupakan
batas maksimal kualitas yang akan dikejar oleh masyarakat.
Sistem trial akan lebih efektif (lebih berhasil) apabila dibuat contoh tiap
tahap. Contoh pembentukan badan jalan, contoh penghamparan pasir,
contoh pemasangan batu utama dan pinggir, contoh lengkap dengan
batu pengunci. Contoh sebaiknya dibuat seawalnya. Contoh tidak
perlu digilas dan tidak menggunakan lapisan penutup. Perlu ada contoh
dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi. Pada bagian di daerah
sawah atau rawa dibuat contoh dan trial sendiri. Trial tidak diperlukan
untuk bagian yang sangat kecil, yang dapat diawasi langsung oleh PDTI
sendiri.
Penerimaan bahan
Semua bahan yang dibeli harus diterima oleh tim desa. Untuk bahan yang
dikirim dengan volume besar (banyak kendaraan), penerimaan dilakukan oleh
checker yang ditunjukkan oleh desa. Checker diberi pelatihan singkat oleh pelaksana
desa atau KT tentang persyaratan penerimaan bahan. Bahan harus diperiksa baik
kualitasnya maupun kuantitasnya, dan langsung mengisi delivery order (DO) supaya
desa tahu berapa banyak diterima dan harus dibayar. Bahan yang dikirim dan tidak
diperiksa layak untuk ditolak oleh desa, termasuk semua yang diterima dan tidak
memenuhi standar kualitas.
Pengendalian kualitas
Salah satu tugas besar dari KT adalah pengendalian kualitas. Tim desa,
termasuk pelaksana dan kepala kelompok kerja, harus dilatih oleh KT tentang cara
mengendalikan kualitas, karena KT tidak akan hadir di desa setiap hari. Pengendalian
kualitas harus dilakukan setiap saat, dan hanya akan efektif bila dapat dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Setiap kali KT berkunjung ke lapangan, harus melakukan
penilaian paling sedikit secara visual terhadap kualitas. Pada kesempatan lain, hal
yang sama harus dilakukan oleh kelompok kerja, pelaksana, tim monitoring, dan
masyarakat.
Administrasi
Salah satu tugas pokok seorang KT adalah menjaga kualitas administrasi
pelaksana desa khusus kegiatan pembangunan prasarana.
Bendahara desa bertanggung jawab untuk pembukuan semua penerimaan
dan pengeluaran dana, dan sebulan sekali pembukuan diperiksa dan ditandatangani
oleh kepala desa, pelaksana, dan PENDAMPING. Pemeriksaan insidental harus selalu
dilakukan dan kualitas pembukuan dijaga dengan ketat. Setiap item dalam buku kas
dikaitkan dengan bukti pengeluaran atau penerimaan dana, dengan pakai kode
bukti. Pembukuan dilakukan agar manajemen selalu tahu saldo dana berapa, sisa
alokasi dana berapa, dan dana dikeluarkan kepada siapa. Sesuai prinsip akuntabilitas
dan transparansi, pembukuan dapat diperiksa oleh siapa saja, kapan saja.
Pada saat tertentu, pelaksana desa menyiapkan Laporan Penggunaan Dana
(LPD) sebagai pertanggungjawaban penggunaan dana yang sudah diterima. LPD
terdiri dari rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran, dengan dilampirkan bukti-bukti
dan tanda terima barang.
Selain laporan keuangan ini, pelaksana desa juga harus menyiapkan laporan bulanan.
Laporan ini terdiri dari laporan kemajuan fisik dan biaya, data tenaga kerja yang
diperlukan (angkatan kerja dan Hari Orang Kerja, baik umum maupun khusus Rumah
Tangga Miskin), serta permasalahan yang dihadapi.
Menyelesaikan masalah
Pendamping membantu desa menyelesaikan masalah, tetapi untuk masalah
teknis dan manajemen konstruksi KT lebih berperan. Penyelesaian masalah dapat
dilakukan dengan banyak cara, termasuk penggunaan metode Analisis Masalah
secara Rasional maupun metode Berpikir ke Samping. Identifikasi dan penyelesaian
masalah pasti dapat perhatian khusus pada kunjungan TA Kab. atau Tim Koordinasi
Kabupaten ke desa.
Pemeriksaan pelaksanaan
Salah satu cara mendorong kualitas fisik yang baik adalah melakukan
pemeriksaan prasarana pada saat sedang dilaksanakan. Tersedia banyak formulir dan
petunjuk untuk pemeriksaan kualitas, termasuk faktor yang mendukung manfaat dan
fungsi prasarana, daya tahan prasarana, kemudahan dalam pemeliharaan, dan
dampak terhadap lingkungan. KT dapat melakukan pemeriksaan setiap saat. Format
dan petunjuknya dapat digunakan dalam pelatihan teknis untuk pelaksana desa.
Untuk pemeriksaan teknis, setiap aspek dari jenis prasarana dapat dinilai Cukup
(memenuhi syarat teknis), Agak Kurang (masih terdapat bagian yang belum
memenuhi syarat teknis), atau Kurang (pada umumnya belum memenuhi syarat
teknis, atau ada bagian yang sangat jelek). Tidak harus memeriksa setiap item yang
ada pada formulirnya hanya yang sudah dapat diperiksa.
Formulir pemeriksaan juga digunakan oleh pemeriksa lain, termasuk TA Kab.,
tim kabupaten, tim provinsi, tim nasional, dan misi supervisi. Format pemeriksaan
juga dapat digunakan pasca konstruksi untuk menilai daya tahan prasarana dan
tingkat pemeliharaan.
Satu kegunaan format pemeriksaan prasarana adalah untuk melakukan
kunjungan silang (cross-visit) atau pemeriksaan pra-audit. Untuk kedua
pemeriksaan tersebut, prasarana diperiksa oleh wakil dari desa lain. Untuk cross-
visit, tamu biasanya dari desa lain di kecamatan yang sama. Untuk pra-audit tamu
berasal dari desa-desa di kecamatan lain. Hasil pemeriksaan cross-visit maupun pra-
audit dijelaskan kepada wakil desa yang diperiksa, sebagai umpan balik yang dapat
digunakan untuk memperbaiki keadaannya sebelum pemeriksaan akhir atau audit
dari instansi pemeriksaan pemerintah (Bawasda atau BPKP).
Untuk pemeriksaan dari PDTI DAN PDP, para TA Kab., atau konsultan provinsi
dan nasional, diharapkan buku bimbingan diisi. Buku bimbingan adalah sebuah
buku yang selalu siap diisi di Posko desa. Buku ini diisi oleh PDTI DAN PDP dengan
pembimbingannya, yang berupa temuan dan saran perbaikan yang dijelaskan dan
dilengkapi sketsa (bila perlu). Tim desa menulis tanggapan atas pembimbingan
tersebut, dan tanggapan diparaf oleh PDTI DAN PDP kalau sudah dibaca. Parafnya
berarti sudah dibaca, bukan disetujui. Bila tidak disetujui, pembimbingan diisi
dengan tanggapan dari PDTI DAN PDP.
Buku bimbingan sebaiknya diisi oleh PENDAMPING. Bila diperiksa bersama TA
Kab., komentar TA Kab. dijelaskan kepada PENDAMPING, kemudian ditulis oleh
PENDAMPING di buku. Jika TA Kab. atau supervisor lain memeriksa sendiri, boleh
menulis langsung di buku bimbingan (tetapi tanggapan tetap diparaf oleh PDTI DAN
PDP sendiri.
Hasil pemeriksaan juga dapat menentukan isi dari In-Service Training para
pelaksana desa dan On-the-Job Training kepada pelaku di desa. Semua ini
ditentukan oleh PDTI DAN PDP, dengan bantuan pelaksana desa dan tim desa.
Pemeriksaan dilakukan pada saat kemajuan fisik cukup maju, seperti 30%.
Diperiksa lagi sekitar 60% dan pada saat pelaksanaan selesai. Jika kualitas kurang
baik pada saat 30%, sebaiknya diperiksa lebih sering, misalnya 50% dan 75%. Tujuan
pemeriksaan bukan untuk mencari siapa yang salah, tetapi untuk membangun
prasarana yang bermutu.
Selain pemeriksaan kualitas prasarana, disediakan beberapa format lain untuk
pemeriksaan kualitas manajemen konstruksi, pemeriksaan administrasi, dan
pemeriksaan transparansi. Format ini digunakan seperti format pemeriksaan kualitas
fisik, untuk pemeriksaan oleh PDTI DAN PDP, TA Kab., dan pada cross-visit dan pra-
audit. Format pemeriksaan administrasi termasuk aspek administrasi umum, buku
kas, pembayaran tenaga kerja, LPD, dan pelaporan.
Formulir Pemeriksaan Fisik Lapangan, diisi oleh PDTI, atau orang lain yang
mempunyai keahlian dalam bidang teknis yang bersangkutan.
Untuk penilaian kualitas teknis diuraikan hal-hal yang harus diperiksa menurut
jenis prasarana. Untuk setiap hal tersebut, penilai memilih satu dari lima kategori
penilaian, yaitu:
Tidak ada Jika hal tersebut tidak ada pada prasarana yang
sedang dilaksanakan, misalnya untuk penilaian
gorong-gorong ternyata tidak ada gorong-gorong
Informasi mengenai standar kualitas yang ditentukan dapat dipelajari dari
Petunjuk Teknis. Yang diharapkan adalah kualitas yang memenuhi standar dan
tahan lama.
Fisik dan Biaya dan RAB sesuai harga aktual, termasuk bagian yang dikerjakan secara
swadaya. Gambar dan RAB tidak perlu dilengkapi take-off sheet, karena segala
perhitungan dapat dilihat pada paket desain dan Berita Acara Revisi yang telah
dibuat. Berita Acara Revisi dilampirkan pada dokumen penyelesaian.
Ada kewajiban untuk mengambil beberapa macam foto untuk
memperlihatkan apa yang telah dikerjakan dan proses pelaksanaan:
Foto prasarana pada saat 0%, 50%, dan 100%, diambil dari titik yang
sama dan sudut pandang yang sama. Foto diambil untuk semua jenis
prasarana yang dibangun dan aspek kuncinya.
Foto masyarakat bekerja ramai-ramai di lapangan
Foto perempuan ikut bekerja di lapangan
Foto pembayaran langsung kepada pekerja
Proses penyelesaian termasuk pengisian dua jenis laporan dan serah terima,
saat pelaksana desa menyerahkan kembali prasarana ke desa dan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Kalau musyawarah sudah dilaksanakan,
baru dianggap masa pelaksanaan selesai.
Pemeliharaan
Prasarana yang sudah diserahkan kembali ke desa wajib dipelihara dengan
kemampuan desa. Untuk mendukung kegiatan pemeliharaan, desa akan memilih
tim pemeliharaan yang bertanggung jawab untuk mengelola proses identifikasi
kebutuhan pemeliharaan dan mengarahkan masyarakat dalam kegiatan
pemeliharaan.
Tim yang dipilih untuk mengelola pemeliharaan sebaiknya terdiri dari dua
unsur. Ada unsur tokoh masyarakat yang cukup berwibawa untuk mendorong
perhatian dan tindakan masyarakat. Unsur tokoh dibantu oleh unsur pemuda yang
rajin melakukan survei atas kebutuhan pemeliharaan. Kedua unsur ini perlu
pelatihan, yang biasanya dilakukan oleh KT di desa. Pelatihan disesuaikan dengan
jenis prasarana yang dilaksanakan, dan termasuk topik identifikasi kebutuhan,
pembuatan rencana (termasuk kebutuhan bahan, tenaga, dan biaya), dan kegiatan
yang akan efektif untuk memperbaiki kerusakan dan memperpanjang masa
pemakaian prasarana. Tim mengadakan pertemuan secara periodik dan rutin untuk
membahas kebutuhan dan rencana kerja.
Kegiatan pemeliharaan termasuk unsur pembersihan (saluran pinggir,
gorong-gorong, areal di sekitar bak air), perbaikan kecil (mengisi lubang atau alur
kecil, memperbaiki kebocoran pipa, dan sebagainya), atau perbaikan periodik
(membentuk kembali kemiringan melintang jalan [punggung sapi], pengecatan
gelagar, perbaikan retakan tembok, penggantian lantai kayu jembatan dan
bautnya,dan sebagainya). Pemeliharaan termasuk perbaikan darurat, yang diperlukan
karena bencana alam seperti longsor, pemecahan pipa, tertabraknya sandaran
jembatan, dan sebagainya). Untuk beberapa kegiatan, masyarakat sudah mampu,
tetapi ada kegiatan lain yang belum biasa dan harus dijelaskan (contohnya fungsi
tanaman untuk mencegah erosi, daripada tebing dibersihkan dari tanaman).
Salah satu peran penting dari PENDAMPING, TA Kab., dan tim kabupaten adalah
untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap prasarana yang telah dibuat.
Bila tamu ini tidak tertarik untuk melihat prasarana yang sudah lama diselesaikan,
masyarakat juga tidak akan tertarik dan prasarana tidak akan dipelihara.
Satu kendala untuk pemeliharaan adalah dana, untuk membeli bahan dari
toko atau untuk sewa alat. Belum tentu kegiatan pemeliharaan memerlukan dana,
tetapi bila dana diperlukan pemeliharaan sering ditunda atau dibatalkan. Ada
banyak sumber dana untuk pemeliharaan, tetapi pemeliharaan fasilitas umum tetap
sulit. Pengumpulan dana melalui iuran atau relatif mudah untuk prasarana yang
sangat jelas pemanfaat irigasi, sebagian sistem air bersih, sekolah, poliklinik, atau
pasar. Kalau terjadi bencana alam besar, perbaikan akan di luar kemampuan dana
masyarakat.
EVALUASI
Evaluasi dalam PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA
PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME SWAKELOLA DAN PADAT KARYA
dapat dilakukan pada saat selesainya suatu tahapan kegiatan atau pada saat
berakhirnya satu fase program. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai hasil
pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan berikut kualitasnya, termasuk di
dalamnya adalah kinerja para pelaku. Sedangkan pada akhir kegiatan, evaluasi
lebih ditujukan untuk melihat dampak program. Hasil dari pemantauan,
pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan dasar dalam evaluasi
pelaksanaan program di desa maupun di kecamatan. Hasil evaluasi dapat
dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi
hambatan yang terjadi.
Apabila dari hasil penilaian isi laporan dinyatakan terjadi penyimpangan dari
rencana, kriteria, atau standar yang ditentukan, maka dilakukan pengecekan
ke lapangan, melalui berbagai sumber yang dapat dipercaya.
PELAPORAN
Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai
perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan kegiatan,
kendala atau permasalahan yang terjadi dalam PELAKSANAAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME
SWAKELOLA DAN PADAT KARYA.
Mekanisme pelaporan dalam PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
SARANA PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME SWAKELOLA DAN PADAT
KARYA dilakukan melalui jalur struktural dan jalur fungsional, sebagai upaya
untuk mempercepat proses penyampaian data dan atau informasi dari
lapangan atau desa ke tingkat Kecamatan, Kabupaten.
Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang
disajikan minimal harus memperlihatkan 6 (enam) hal penting, yaitu :
a. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan;
b. Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang
dilaksanakan;
c. Gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan;
d. Target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan;
e. Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya;
f. Gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program.
....
RencanaPembelajaran
SPB
3.3. Fasilitasi Penerimaan
Pekerjaan
Tujuan
Setelah sesi pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mampu menguraikan manfaat pemeriksaaan untuk penerimaan kegiatan
sarana prasarana;
2. Mampu memfasilitasi penerimaan pekerjaan;
3. Mampu mengisi formulir sertifikasi penerimaan pekerjaan.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Paparan
Curah pendapat
Diskusi kelompok Pleno
Media
Contoh Formulir Pemeriksaan yang sudah terisi
Kertas Plano
Spidol
ATK
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Pelatih menjelaskan tentang tujuan, hasil, dan proses dalam sesi
pembelajaran sub pokok bahasan ―Fasilitasi Penerimaan Pekerjaan‖.
2. Persilahkan kepada dua atau tiga peserta untuk menyampaikan
pendapat tentang manfaat pemeriksaaan untuk penerimaan
kegiatan sarana prasarana.
3. Berikan tanggapan terhadap jawaban peserta, dan jelaskan dengan
menggunakan media tayang tentang manfaat pemeriksaan untuk
penerimaan kegiatan sarana prasarana.
4. Bagi peserta ke dalam empat kelompok. Mintalah mereka untuk:
Mendiskusikan proses fasilitasi penerimaan pekerjaan
Mengisi formulir sertifikasi penerimaan pekerjaan dengan
menggunakan format terlampir di lembar kerja.
5. Mintalah satu atau dua kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya, dan berikan kesempatan kepada peserta dari kelompok
lain untuk memberikan tanggapan.
6. Berikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok dan sebelum
sesi ditutup, jelaskan tentang proses fasilitasi penerimaan pekerjaan
dengan menggunakan media tayang.
Tidak ada : hal tersebut tidak ada pada prasarana yang sedang
dilaksanakan, misalnya untuk penilaian gorong-
gorong ternyata tidak ada gorong-gorong
PENEGASAN
PEMERIKSAAN
Formulir Pemeriksaan Fisik Lapangan, diisi oleh PDTI, atau orang lain
yang mempunyai keahlian dalam bidang teknis yang bersangkutan.
Tidak ada Jika hal tersebut tidak ada pada prasarana yang
sedang dilaksanakan, misalnya untuk penilaian
gorong-gorong ternyata tidak ada gorong-gorong
Penyelesaian Kegiatan
Penyelesaian kegiatan yang dimaksud adalah penyelesaian dari tiap
jenis kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban
TPKD (Tim Pelaksana Kegiatan Desa) kepada masyarakat. Langkah-
langkah dalam penyelesaian kegiatan sebagai berikut:
Dokumen Penyelesaian
Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang berisi:
1) Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan(SP3K),
2) Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K),
3) Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) dan lampiran pendukung
lainnya.
Jika sudah dibuat BASPK maka tidak perlu lagi dibuat LP2K. SP3K
tetap harus dibuat setelah seluruh kegiatan telah dituntaskan
Pemeliharaan
Pasca penyelesaian kegiatan merupakan tahap pasca pelaksanaan
pembangunan yang wajib dioperasikan dan dipelihara oleh desa.
Agar kegiatan pembangunan prasarana, mempunyai nilai manfaat
yang dapat terus berlangsung dan berkembang. Kesanggupan desa
untuk memelihara hasil kegiatan tersebut sudah termasuk pada
kriteria pengajuan usulan desa pada musyawarah desa (merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari usulan desa) dan MUSYAWARAH.
Tujuan
1) Menjamin terpelihara serta berkelanjutannya fungsi sarana dan
prasarana yang telah dibangun dengan kemampuan
masyarakaat sendiri.
2) Meningkatkan berfungsinya kelembagaan masyarakat di desa
dan kecamatan dalam pengelolaan program.
Sistem Pemeliharaan
Untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan pada tiap jenis
prasarana, telah disediakan fomulir guna membantu Tim
Pengelola Pemeliharaan Prasarana (TP3) di desa. Formulir Daftar
Bagian Prasarana Yang Rusak dan Perlu Dipelihara untuk
mencatat kebutuhan pemeliharaan secara sistematis, yang dapat
dilihat pada Form FORM.
Langkah-langkah Pemeliharaan
1) Prioritas untuk pemeliharaan ditentukan oleh TP3.
2) Dibuat jadwal pekerjaan dan disepakati penanggung jawabnya,
berfungsi sebagai kepala kelompok pemeliharaan.
3) Hasil pemeliharaan oleh RT atau kelompok diperiksa oleh unit
yang mengawasi dan membimbing kegiatan pemeliharaan
dalam TP3.
4) Bagian yang sudah diperbaiki dengan baik dapat ditandai
dengan "X" pada formulir survei.
....
Rencana Pembelajaran
SPB
4.1. Konsep Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menyebut delapan langkah dalam pemeliharaan prasarana desa dan antar
desa;
2. Mengisi Laporan Harian Pemeliharaan;
3. Menjelaskan cara mengisi Formulir Pemeliharaan Prasarana Desa.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Paparan
Tanya Jawab
Curah pendapat
Diskusi
Presentasi
Media
Media Tayang (PowerPoint)
Form Laporan dan Rencana Kegiatan Pemeliharaan.
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui
pembelajaran di sub pokok bahasan ―Tata Cara Pemeliharaan
Prasarana Desa dan Antar Desa‖.
2. Pelatih bertanya pada peserta, apa yang akan terjadi bila prasarana
yang dibangun tidak dipelihara. Peserta menjawab
3. Pelatih menjelaskan bahwa ada hal-hal yang dapat membantu desa
memelihara prasarana, dokumen yang namanya Langkah-Langkah
dalam Pemeliharaan
4. Pelatih menjelaskan ke enam aspek dari pemeliharaan:
Masalah pemeliharaan sering bukan masalah pemeliharaan
Perlu ada tim yang terdiri dari orang senior
Perlu ada tim dari orang pemuda
Perlu ada pelatihan khusus pemeliharan
Perlu ada catatan tentang pemeliharaan yang sudah dilakukan
Perlu membuat sanksi bagi lokasi yang tidak memelihara
Bahan Bacaan
SPB
4.1. Konsep Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa
Pengertian pemeliharaan adalah usaha–usaha dan kegiatan–kegiatan yang harus
dilakukan untuk menjaga agar prasarana yang sudah dibangun selalu dapat berfungsi
dengan baik sehingga dapat dioperasikan secara optimal dan terjaga kelestariannya.
Prasarana secara fisik akan mengalami kerusakan yang disebabkan antara lain:
1. Faktor pemakai
2. Faktor pengaruh cuaca atau alam
3. Faktor pengaruh kualitas bahan dan pekerjaan
4. Faktor waktu
Akibat sebab tersebut di atas prasarana akan mengalami kerusakan dan bila tidak
ada penanganan yang memadai akibatnya prasarana akan hancur lebih cepat dari
umur masa pakai yang direncanakan. Untuk mengatasinya maka diperlukan bukan
sekedar pemeliharaan saja, karena hal ini terkesan hanya sebatas perbaikan
seperlunya, akan tetapi perlu lebih dari itu adalah pemeliharaan harus dikelola
sehingga tujuan atau harapannya dapat ditingkatkan antara lain:
1. Timbulnya pemikiran bahwa pemeliharaan bukan hanya terbatas pada
pemeliharaan saja tetapi sudah pada kegiatan penggantian atau peningkatan
prasarana
2. Dapat mengantisipasi tentang kebutuhan lain selain pemeliharaan rutin atau
darurat
3. Dapat membagi rata beban kegiatan kepada masyarakat
4. Dapat memantau kebutuhan pemeliharaan secara menerus
Dalam pengelolaan ini yang paling berperan adalah Tim Pemelihara yang
seharusnya dibentuk saat musyawarah serah terima, yang bisa merupakan bentukan
baru ataupun tim pemelihara yang sudah ada sebelumnya.
Hal yang paling penting adalah bagaimana mengembangkan tim ini agar dapat
berfungsi optimal, hal ini dapat terjadi jika pengelolaannya mengacu kepada suatu
target pencapaian pemeliharaan yang dikaitkan peningkatan atau penggantian
prasarana pada saat umur rencana telah habis.
Dari pengalaman yang ada selama ini bahwa tim pemelihara sering berjalan
menurut kebiasaan setempat saja sehingga apa yang dihasilkan sangat bervariasi
diantaranya:
1. Adanya tim pemelihara tetapi tidak melaksanakan tugasnya karena tidak tahu
apa yang mesti dilakukan.
2. Adanya tim pemelihara yang hanya bekerja bertujuan untuk kepentingan
lolos persyaratan mendapat program baru.
3. Adanya tim pemelihara yang melaksanakan kegiatannya selama beberapa
tahun kemudian bubar karena prasarana perlu tindakan lebih berat dari
pemeliharaan rutin.
4. Adanya tim pemelihara yang melaksanakan kegiatannya tetapi tidak
mempunyai dana kecuali pemelihara rutin.
5. Adanya tim pemelihara yang melaksanakan kegiatannya, dan sudah cukup
tertib administrasi keuangan, tetapi tidak ada catatan tentang kegiatan fisik.
....
RencanaPembelajaran
SPB
4.2. Tata Cara Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memfasilitasi masyarakat dalam menyelenggarakan pelestarian dan
pemeliharaan prasarana Desa;
2. Memberikan bimbingan tentang cara melakukan perbaikan.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Paparan
Tanya Jawab
Curahpendapat
Diskusi
Presentasi
Media
BahanTayang
Form Laporan Harian Pemeliharaan (Maintenance Log)
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
Pengantar
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembahasan di
sub pokok bahasan ―Tata Cara Pemeliharaan Prasarana Desa dan Antar
Desa‖.
2. Mintalah peserta untuk mensimulasikan proses fasilitasi penyelenggaraan
PENEGASAN
Pelatihmenegaskantentangpembimbinganpemeliharaanolehmasyarakat
Bahan Bacaan
SPB
4.2. Tata Cara Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa
Setelah mengetahui mengapa harus mengelola pemeliharaan dan kelemahan-
kelemahannya dalam pengelolaan maka diperlukan suatu model yang akan merubah
kebiasaan lama yang kurang mendorong pengembangan pengelolaan yaitu dari
kondisi seadanya saja menjadi lebih terarah dan punya visi dan misi yang jelas.
Perencanaan:
Visi dan misi pengelolaan
Pembuatan jadwal kerja tim dan pertemuan dengan
masyarakat pemanfaat
Pelaksanaan
Kegiatan fisik dan administrasi keuangan
Kegiatan pelaporan
Kegiatan pemantauan dan bimbingan
Kegiatan pertemuan rutin/berkala
Kegiatan pertanggungjawaban
Setelah selesai suatu kegiatan pembangunan prasarana baru maka pada saat
tertentu harus berpikir tentang bagaimana prasarana yang bersangkutan dapat
ditingkatkan atau diganti sehingga fungsi dan manfaat prasarana tidak terputus.
Kemudian hal yang perlu dipikirkan adalah cara untuk mendukungnya yaitu dapat
ditentukan pada saat akan menentukan besarnya iuran bagi masyarakat pemanfaat
maka agar diperhitungkan komponen biaya-biaya yang akan terjadi meliputi:
Dari perkiraan tersebut di atas, maka semua komponen harus dihitung selama masa
umur rencana kemudian dibagi perbulan dan hasilnya dibagi jumlah pemanfaat
berdasar klasifikasi masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam iuran akan terdapat 2 (dua) unsur yaitu:
....
Rencana Pembelajaran
SPB
Merancang Program
5.1
Peningkatan Kapasitas Kader
Teknik dan PLD
Tujuan
1. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi KADER TEKNIK DAN PLD dalam
P3MD;
2. Mampu mengukur kapasitas KADER TEKNIK DAN PLD dalam P3MD
menggunakan pendekatan analisis tugas;
3. Mampu memformulasikan kebutuhan peningkatan kapasitas KADER
TEKNIK DAN PLD dalam pembangunan partisipatif baik yang bersifat
training dan/atau non training.
Waktu
2 JP ( 90 menit)
Metode
Pemaparan, Analisis Tugas, Diskusi Kelompok, Pleno
Media
Lembar informasi, Media Tayang
Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
Kegiatan 1 : Penjelasan fungsi KADER TEKNIK DAN PLD dalam
Pembangunan Partisipatif
1. Pelatih menjelaskan kepada peserta mengenai tujuan, proses dan hasil
yang diharapkan dari sub pokok bahasan tentang ‖ Penjelasan tugas dan
fungsi Kader Teknik dan PLD dalam P3MD―.
2. Pelatih memberikan paparan singkat tentang tugas dan fungsi Kader
Teknik dan PLD dalam P3MD.
3. Pandulah peserta untuk melakukan curah pendapat tentang tugas dan
fungsi Kader Teknik dan PLD dalam P3MD dengan mengajukan beberapa
pertanyaan, yaitu :
(bagikan metaplan ke peserta untuk menuliskan tupoksi kader teknik,
minta peserta menempelkan metaplan pada kelompok tahapan
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pemeliharaan).
a. Apa pengertian pembangunan partisipatif ?
b. Siapa yang terlibat dalam pembangunan desa ?
c. Bagaimana agar pembangunan desa itu partisipatif ?
d. Apa yang harus dilakukan Kader Teknik dan PLD agar pembangunan
desa bisa partisipatif ?
4. Buatlah catatan-catatan hasil curah pendapat dari peserta tersebut.
5. Pelatih menyampaikan paparan singkat tentang tugas dan fungsi Kader
Teknik DAN PLD
6. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mengklarifikasi hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut.
7. Berikan penegasan akhir
10. Lanjutkan dengan pemaparan singkat menjelaskan fungsi Kader Teknik dan
Tupoksi PLD dalam pembangunan partisipatif dan perlunya peningkatan
kapasitas kader Teknik dan PLD dalam Pelatihan, IST dan OJT.
11. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan meriah dan salam.
KELOMPOK: ......
Tupoksi
KADER Bentuk Riil Kegiatan/Fasilitasi KADER Kendala/Hambatan
TEKNIK TEKNIK DAN PLD dalam P3MD
DAN PLD /Solusi
1 2 3
KELOMPOK: .......
Tupoksi JenisMateri Jenis materi
KADER
Jenis Pelatihan Dan Materi IST OJT
TEKNIK
DAN PLD
Tupoksi 2 3
1
2
Non
Tupoksi
1
2
Bahan Bacaan
SPB
Merancang Program
5.1
Peningkatan Kapasitas Kader
Teknik dan PLD
Yang dimaksud Kader Teknik disini adalah warga desa yang mempunyai bakat dan minat
dibidang teknik, serta memiliki kepedulian membantu masyarakat dalam membangun,
mengelola dan melestarikan prasarana untuk memajukan desa. Untuk itu aspek kerelawanan,
mau meluangkan waktu dan kejujuran diharapkan ada pada diri para kader.
Seorang kader teknik diharapkan memiliki keinginan untuk terus maju dan berbagi
pengalaman dengan masyarakat, juga orang-orang lain yang memiliki kemampuan teknik,
serta kemampuan dalam aspek manajemen konstruksi.
Kader teknik desa diharapkan mampu memfasilitasi pengadaan, pengelolaan dan pelestarian
kegiatan bidang prasarana sebagai berikut :
Memfasilitasi :
Seorang Kader Teknik Desa DIHARAPKAN dapat mengerjakan sebagian besar dari kegiatan
yang dilakukan PDTI
Dari lima belas hal yang harus dikuasai diatas tentunya muncul tiga pertanyaan
mendasar :
....
Rencana Pembelajaran
SPB
Pengembangan Kurikulum
5.2
dan Modul Pelatihan KT dan
PLD dan PLD
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan:
1. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan KT dan PLD dan
PLD tentang P3MD;
2. Mampu menyusun kurikulum pelatihan KT dan PLD dan PLD
tentang P3MD;
3. Mampu merancang modul pelatihan sesuai kurikulum yang telah
ditetapkan.
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Pemaparan, TNA, Diskusi kelompok, Modul drafting, Pleno
Media
Lembar informasi, media tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, infocus
Proses Penyajian
10. Pelatih memberikan penegasan atas materi ini dan tutup sesi ini dengan
tepuk tangan meriah dan salam.
Bahan Bacaan
SPB
Pengembangan Kurikulum
5.2
dan Modul Pelatihan KT dan
PLD
Berikut ringkasan panduan pelatihan Kader Teknik dan Pendamping Lokal Desa:
PANDUAN
PELATIHAN KADER TEKNIK DAN PENDAMPING LOKAL DESA
1. Latar Belakang
Penguatan kemampuan masyarakat desa melalui pelatihan KT dan PLD maka kemandirian
desa dapat mulai diwujudkan mulai dari pemantauan kapasitas dan kelembagaan
masyarakat. Untuk mendukung kemandirian dan otonomi desa, desa juga harus mampu
mengambil keputusan yang tepat dibidang teknik, artinya dalam bidang teknik desa harus
dapat mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan serta harus dapat mengidentifikasi,
merencanakan, melaksanakan serta melestarikan sarana prasarana desa dengan mandiri
dan berkualitas. Berdasarkan pengalaman di Dana Desa, penyiapan KT dan PLD belum
berjalan dengan optimal. Hal ini berdampak pada penguasaan infrastruktur lebih banyak
dilakukan oleh Tim Pelaksanan Kegiatan (TPK). Untuk itu peran keteknikan yang banyak
diemban oleh Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI) perlu ditransfer pengetahuan
dan ketrampilan hal hal teknik kepada KT dan PLD Desa.
Peran fasilitator teknik baik di kabupaten maupun kecamatan mempunyai tanggungjawab
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dengan memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dalam hal infrastruktur dasar perdesaan. Untuk membantu ketersediaan KT
dan PLD desa maka disusun lah panduan Pelatihan KT dan PLD Desa. Panduan ini
merupakan tindak lanjut dari Surat Dirje PMD Nomor 4.1.4.2/615/PMD tanggal 4 Pebruari
2011 perihal Petunjuk Teknis Pencairan dan Penggunaan Dana Urusan Bersama Dana
Desa.
2. Tujuan
Waktu pelaksanaan kegiatan pelatihan selama 12 hari efektif, dengan bisa dilakukan dalam
2 tahap, 3 tahap, 4 tahap atau 6 tahap, pelatihan dilapangan bisa disesuaikan dengan
tahapan kegiatan dilapangan, pokok bahasan bisa diatur sesuai dengan kegiatan tahapan
dilapangan, tiap wilayah bisa menyusun kurikulum yang berbeda dari kurikulum yang dari
disediakan oleh pusat, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik di daerah masing
masing, pelatihan ini juga dimungkinkan digabung dengan pelatihan pelaku lain, misal
pelatihan TPK atau pelatihan pelaku lain.
Total waktu pelatihan KT dan PLD Desa selam 12 (dua belas) hari efektif
4. Peserta
Peserta pelatihan teknik untuk KT dan PLD desa berjumlah 2 (dua orang) tiap desa,
dimaksudkan agar apabila salah satu diantara mereka setelah dilatih meninggalkan desa,
misal karena mendapat pekerjaan, desa akan tetap memiliki seorang KT dan PLD.
Calon KT dan PLD Desa dapat dipilih dari pelaku pambangunan desa seperti Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), anggota masyarakat desa yang lainya yang
memiliki bakat/kemampuan dasar bidang teknik.
5. Pemandu/Pelatih
5.2. PDP
5.3. TA-ID
Desa akan selalu memiliki kader-kader yang mampu memfasilitasi kegiatan sarana dan
prasarana perdesaan serta memiliki ketrampilan dan pengetahuan sbb:
6.1. Memilih jenis sarana prasarana yang berdampak positif mendukung kegiatan sosial
ekonomi desa, serta dapat mengantisipasi agar tidak berdampak negatif.
6.2. Menemukan dan memfasilitasi kader, agar memiliki ketrampilan dasar teknik sarana
prasarana perdesaan
6.3. Memfasilitasi proses survei teknik untuk pembangunan sarana prasarana desa
6.7. Memfasilitasi terjaganya kualitas pembangunan dan bangunan serta prasarana desa.
7. Materi Pelatihan
Materi KT dan PLD terdiri dari 9 (sembilan) modul dasar KT dan PLD. Setiap modul
disususn terpisah supaya penggunaan dilapangan lebih fleksibel. Penggunaan modul
tersebut setelah mengadakan need asesment kebutuhan pelatihan oleh PDTI dan
mendapat persetujuan dari TA-ID.
Modul ini bisa juga dilakukan pelatihan setiap tahapan kegiatan, misal tahapan dilapangan
akan memasuki perencanaan, materi yang relevan akan dilatihkan pada KT dan PLD,
begitu juga untuk tahapan pelaksanaan kegiatan dan pelestarian kegiatan pasca
konstruksi
Sembilan Modul Tersebut adalah :
Modul 1: PERAN DAN TUGAS KADER TEKNIS DAN PENDAMPING LOKAL DESA
1. Kemandirian Teknik Desa
2. Pengenalan Tugas Pembimbing dan Pengawas Teknik di Desa
3. Karakter tambahan yang perlu dimiliki oleh KT dan PLD
8. Listrik
9. MCK
10. Drainase
11. Embung
12. Sarana Olah Raga
5. Penyusunan TPT
6. Praktik pemeriksaan prasarana
PENDAHULUAN
Pelatihan merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk merubah kemampuan
kerja peserta menjadi lebih baik, sehingga memiliki kemauan dan kemampuan yang lebih
baik dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pelatih (termasuk penanggung jawab
pelatihan) perlu memahami prinsip-prinsip dari proses belajar mengajar, dan perubahan
kemauan dan kemampuan seseorang (peserta pelatihan) pada dasarnya adalah perubahan
perilaku. Unsur-unsur perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Kognitif, yaitu perilaku yang terutama berhubungan dengan kemampuan mengingat.
2. Afektif, yaitu perilaku yang terutama berhubungan dengan sikap seperti minat, motivasi,
dan kecenderungan-kecenderungan lainnya.
3. Psikomotorik, yaitu perilaku yang berhubungan dengan kemampuan gerak
fisik/ketrampilan.
Sehingga hasil proses belajar mengajar akan berupa hasil kognitif, hasil affektif dan hasil
psikomotorik. Hal ini berarti bahwa suatu topik pelatihan hendaknya tidak hanya merubah
pengetahuan, tetapi juga dapat merubah sikap dan ketrampilannya.
Dari pengalaman, banyak kenyataan dimana kegiatan pelatihan yang dilaksanakan tidak
menghasilkan dampak yang efektif terhadap pencapaian tujuan suatu kegiatan. Salah satu
faktor penyebabnya adalah karena pelatihan dirancang tidak sesuai dengan kebutuhan yang
sebenarnya dari kelompok sasaran yang menjadi peserta pelatihan. Dengan demikian,
program pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas pada kegiatan PEMBERDAYAAN
perlu didasarkan pada hasil penilaian kebutuhan pelatihan.
METODE PENILAIAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Scecara umum tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang,
sehingga dapat menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan yang
diharapkan. Menilai kebutuhan pelatihan adalah suatu proses menemukan kesenjangan
antara kemampuan kerja yang diharapkan dengan kemampuan kerja yang dimiliki. Sehingga
jika suatu kemampuan kerja yang dimiliki saat ini masih dibawah kemampuan kerja yang
seharusnya, maka kemampuan kerja tersebut perlu ditingkatkan yang antara lain melalui
pelatihan. Untuk memudahkan penilaian kebutuhan pelatihan, dapat menggunakan format
sebagai berikut.
Memfasilitasi 1. Memfasilitas
masyarakat i pertemuan
dalam
2. Menjelaskan
pembentukan
peran,fungsi,
dan pemilihan
dan tugas
anggota BPD
BPD
secara
demokratis
8
TINGKAT PKS YANG DIMILIKI SEKARANG
7 D
5 C
4 B
2 B A
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dimana dengan membandingkan nilai PKS yang diperlukan dengan yang dimiliki dalam
wilayah tingkat kebutuhan pelatihan, maka dapat diberikan nilai skala prioritas
kebutuhan pelatihan yaitu:
WILAYAH NILAI
4
A. Sangat mendesak/perlu
segera dilatih
B. Mendesak/perlu dilatih 3
C. Kurang begitu mendesak 2
untuk dilatih
D. Tidak perlu pelatihan 1
5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prioritas pelatihan yang perlu diberikan kepada PD
adalah peningkatan ketrampilan berkomunikasi dan fasilitasi pertemuan.
CATATAN:
Selain metode penilaian kebutuhan pelatihan seperti diuraikan di atas, penilaian kebutuhan
pelatihan dapat pula dilakukan oleh Trainer/ fasilitator melalui wawancara mendalam dan
focus group discussion (FGD) dengan sasaran pelatihan (TA, PD, PLD, dll) untuk menentukan
topik-topik pelatihan apa yang sangat dibutuhkan untuk menunjang pekerjaannya.
METODE PELATIHAN
Metode yang digunakan pada pelatihan dengan model pemberdayaan merupakan metode
pelatihan partisipatif dan merefleksikan pembelajaran orang dewasa yang berprinsip bahwa
seseorang paling baik bila belajar dari dan melalui pengalaman mereka sendiri.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ceramah dapat dilihat pada Tabel berikut.
Kekurangan Metode Ceramah Kelebihan Metode Ceramah
Sudut pandang dan pemikiran Informasi bisa disampaikan pada
fasilitator/ pelatih/ nara sumber peserta yang tidak terbiasa dengan
menjadi pusat perhatian utama, bahan-bahan yang tertulis atau cetakan
sehingga sudut pandang dan pemikiran (misalnya untuk peserta yang
orang lain tidak/ kurang diperhatikan. pendidikan rendah dan juga buta
Sehingga kemungkinan terjadi distorsi huruf).
oleh pandangan pribadi pembicara
Informasi dan konsep, bisa disampaikan
sendiri, yang berarti hilangnya hal-hal
secara berurutan dalam jangka waktu
yang perlu disikapi secara lebih
yang terbatas.
obyektif.
Sejumlah peserta yang dapat ikut hadir
Para peserta kemungkinan akan
relatif banyak.
terpengaruh oleh sikap, kepribadian,
dan kharisma fasilitator/ pelatih/ nara Peluang untuk digunakannya alat bantu
sumber, sehingga tidak fokus pada isi seperti OHP dan Infocus cukup besar
dan analisis dari isu-isu yang dibahas. ketika membahas informasi atau
konsep penting, sehingga dapat
Sebagian besar peserta kemungkinan
menjadi perhatian utama.
akan menjadi pasif, apalagi jika tidak
disertai proses tanya jawab atau
dikombinasikan dengan metode lain
seperti diskusi kelompok.
Untuk menyampaikan suatu ceramah dengan efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh fasilitator/ pelatih/ nara sumber antara lain adalah:
Materi sebaiknya sudah dipersiapkan sebelum sesi dilaksanakan dan semua alat bantu/
bahan yang diperlukan seharusnya diuji agar siap ketika akan digunakan.
Tahap pendahuluan ceramah sebaiknya merangsang peserta untuk memperhatikan isi
ceramah dan membangun kredibilitas fasilitator.
Isi dari ceramah seharusnya ada hubungan yang jelas dengan tujuan dan sasaran
pembelajaran dan urutannya cukup logis.
Bahasa yang digunakan harus jelas dan mudah untuk dipahami.
Tempat duduk disusun sedemikian rupa, sehingga setiap peserta bisa mendengar dan
melihat secara jelas. Bentuk tempat duduk seperti huruf ―U‖ atau setengah lingkaran
direkomendasikan untuk digunakan.
Fasilitator/ pelatih/ nara sumber harus menghindari berperan sebagai pengkhotbah yang
selalu memberi anjuran dan petunjuk. Justru harus merangsang peserta untuk berfikir,
melakukan analisa, dan berpendapat.
Untuk membuat diskusi kelompok yang efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
fasilitator/ pelatih antara lain adalah:
Sebelum diskusi kelompok dilaksanakan, fasilitator memberikan informasi tentang tugas
kelompok, output yang perlu dicapai, penulisan hasil diskusi serta waktu pelaksanaan
diskusi.
Agar peserta dapat lebih memahami dengan jelas akan tugasnya, fasilitator sebaiknya
menuliskan tugas-tugas pada kertas flipchart atau lembaran pedoman diskusi.
Untuk mempersiapkan laporan hasil diskusi, alat-alat tulis yang diperlukan sebaiknya
dibagikan kepada tiap-tiap kelompok.
Tempat diskusi setiap kelompok agar cukup berjauhan dengan kelompok lainnya.
Sepuluh menit sebelum waktu habis, fasilitator mengingatkan kelompok tentang batas
waktu diskusi dan mendorong agar kelompok menyelesaikan tugasnya.
Ada pembagian tugas di antara fasilitator, dimana setiap fasilitator bertanggung jawab
terhadap 1 atau 2 kelompok diskusi untuk mencatat proses, isi, dan hasil diskusi sebagai
bahan untuk diskusi/pembahasan dalam pleno.
Jika ada kelompok telah menyelesaikan tugasnya lebih dahulu dari kelompok lain, maka
fasilitator perlu mengingatkan agar tidak mengganggu kelompok lainnya.
Fasilitator membuat ringkasan laporan-laporan kelompok, sehingga peserta dapat
memahami persamaan dan perbedaan yang ada serta mampu menghubungkan berbagai
isu yang timbul dalam diskusi sebagai bahan diskusi pleno.
Untuk membuat metode bermain peran yang efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh fasilitator/ pelatih antara lain adalah:
Fasilitator harus menyusun proses bermain peran, dimana instruksi yang jelas dan tepat
perlu diberikan baik kepada para pengamat maupun para pemain. Peran fasilitator
adalah sebagai seorang pemberi klarifikasi, ringkasan dan dukungan.
Tujuan dan sasaran pembelajaran yang akan dicapai harus ditentukan sebelumnya,
sebelum dipilih suatu permainan peran tertentu.
Fasilitator perlu waspada terhadap persoalan-persoalan emosional yang bisa
berkembang dalam proses yang dapat mempengaruhi pengamat dan pemain.
Pada saat proses pembahasan hasil bermain peran (setelah bermain peran selesai), fokus
pembahasan adalah pada isu-isu dan dinamika permainan, bukan pada individu dan
kemampuan mereka untuk memainkan suatu peran.
....
Rencana Pembelajaran
SPB
5.3. Fasilitasi Sertifikasi Kader
Teknik
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Melakukan penilaian kualitas kader teknik
2. Menyusun laporan kualifikasi kader teknik
3. Memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi
Waktu
2 JP (90 menit)
Metode
Curah pendapat, praktek
Media
Lembar penilaian kader teknik, majalah bekas dan alat gambar
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan yang mau dicapai dari sesi ini.
2. Minta setiap peserta menyediakan kertas kosong atau sediakan metaplan
dan alat gambar seperti spidol, gunting, lem, dll.
3. Minta setiap peserta membuat gambar kader teknis yang baik itu seperti
apa? Persilahkan peserta untuk menggambar sendiri atau memanfaatkan
gambar-gambar dari majalah bekas.
4. Selesai peserta menyelesaikangambar, mintalah beberapa peserta untuk
menjelaskan gambarnya.
5. Buat simpulan bersama tentang kader teknik yang baik.
6. Jelaskan saat ini dan kedepan, bahwa setiap orang perlu memiliki keahlian
tertentu supaya dapat mencari nafkah. Keahlian tersebut akan diakui oleh
dunia kerja jika memiliki sertifikat keahlian. Jelaskan juga bahwa jika disetiap
desa ada kader teknis yang bagus akan menjamin pelaksanaan
pembangunan di desa akan lebih baik.
7. Tegaskan bahwa salah satu tugas dari PD adalah memastikan disetiap desa
terdapat kader teknis yang bagus/terampil. Untuk dpat memastikan adanya
kader teknis yang terampil perlu beberapa langkah upaya yaitu:
a. Menilai kemampuan kader teknis.
b. Memfasilitasi kader teknis mendapatkan surat keterangan
keahlian/ketrampilan.
8. Simulasi menilai kemampuan kader teknik.
a. Bagi peserta dalam beberapa kelompok.
b. Tugaskan kepada kelompok untuk menyusun alat penilaian kader teknik
( seperti teknik kelistrikan, teknik perkayuan, teknik mesin, teknik ukir,
teknik bangunan, dll).
c. Praktek mengisi formulir penilaian kemampuan kader teknik.
9. Informasikan tentang surat keterangan keahlian (jenis, cara mendapakan, dan
lembaga penerbit sertifikat keahlian.
10. Curah pendapat, apa yang dapat dilakukan oleh PD untuk membantu para
kader teknik mendapatkan surat keterangan keahlian.
11. Tutup sesi, dengan penegasan bahwa tugas PD dikatakan berhasil jika dapat
mencetak banyak kader teknis yang berkualitas dan mendapatkan sertifikat
pengakuan atas keahliannya.