Anda di halaman 1dari 166

MODUL PELATIHAN PRATUGAS

PENDAMPING DESA
TEKNIK INFRASTRUKTUR
PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR

Modul Pelatihan Pratugas


Pendamping Desa
Teknik Infrastruktur

ii| Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa Teknik Infrastruktur


PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR

Modul Pelatihan Pratugas


Pendamping Desa
Teknik Infrastruktur

iv| Modul Pelatihan Kementerian


Pratugas Pendamping Desa TeknikDaerah
Desa Pembangunan Infrastruktur
Tertinggal dan
Transmigrasi | v
PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR

Modul Pelatihan Pratugas


Pendamping Desa
Teknik Infrastruktur
PENGARAH: Eko Putro Sanjoyo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)
PENANGGUNG JAWAB: Taufik Madjid (Dirjen, Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa)

TIM PENULIS: Roni Budi Sulistyo, Nurahman Joko Wiryanu, Hasan Rofiki,
Harbit Manika, Mohamad Zaini, Nurul Hadi, Mohammad Arwani, Mulus
Budianto, Mohammad Sabri, Panji Pradana, Hasim Adnan, Wahyu Hananto
Pribadi, Dindin Abdullah, A. Nur Kholid, Muflihun, Wahjudin Sumpeno,
Nur Kholis, Ariana Azimah.

REVIEWER: Taufik Madjid, Muhammad Fachry, Saefulloh Ma’shum,


Wilopo

COVER & LAYOUT: Wahjudin Sumpeno dan Roni Budi Sulistyo

Cetakan Pertama, September 2017

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP. Kalibata No. 17 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Web: www.kemendesa.go.id

vi| Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa Teknik


Infrastruktur
Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan
di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan
secara demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
8. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal
yang bersifat strategis.
9. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk
menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa
yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat
Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
10. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah
Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara
kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.
11. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan
Desa.
12. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
13. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan Desa.
14. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan
desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program dan program
Satuan Kerja Perangkat (SKPD) atau lintas SKPD, dan program prioritas
kewilayahan disertai dengan rencana kerja.
15. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka
pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana
kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
16. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari
RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah
Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme
perencanaan pembangunan Daerah.
17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang syah.
19. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
20. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.
21. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Kata Sambutan
Direkturat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT dengan rahmatnya bahwa Modul
Pelatihan Pendamping Desa dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan pembaca. Secara umum modul pelatihan ini
dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga pendamping profesional di tingkat
Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung kebijakan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bidang pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan masyarakat secara efektif dan
bekelanjutan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 128
huruf (2) dijelaskan bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Khusus untuk tenaga
Pendamping profesional diantaranya: Tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang
bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Peningkatan kapasitas Pendamping Desa menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan pendampingan Desa yang pada akhirnya akan menentukan pencapaian
tujuan dan target pelaksanaan Undang-Undang Desa. Kapasitas Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat yang dimaksud mencakup: (1) pengetahuan tentang
kebijakan Undang-Undang Desa; (2) keterampilan memfasilitasi pemerintah desa dalam
mendorong tatakelola pemerintah desa yang baik; (3) keterampilan tugas-tugas teknis
pemberdayaan masyarakat; dan (4) sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi
Pendamping Desa sesuai tuntutan pelaksanaan Undang-Undang Desa. Dalam
meningkatkan kinerja pendampingan tercermin dari komitmen, tanggung jawab dan
keterampilan untuk mewujudkan tatakelola desa yang mampu mendorong kemandirian
pemerintah desa dan masyarakat melalui pendekatan partisipatif.
Terkait hal tersebut dirasakan perlu untuk menyusun sebuah modul pelatihan
Pratugas Pendamping Desa yang dapat memberikan acuan kerja di lapangan dalam
rangka membangun kemandirian Desa. Harapan dari kehadiran modul pelatihan ini
dapat memenuhi kebutuhan semua pihak dalam rangka mendorong peningkatan
kapasitas Pendamping Desa sesuai dengan kebutuhan, kondisi di daerah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Taufik Madjid, S.Sos., M.Si


Daftar Isi

Daftar Istilah
Kata Sambutan Direktorat Jenderal Pembangunan dan
Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Daftar Isi
Panduan Pembaca

Pokok Bahasan 1: Kajian Kebutuhan Sarana Prasarana Desa


1.1. Profil Kebutuhan Sarana Prasarana Desa 3
1.2. Pengamanan Lingkungan Sosial Mitigasi Bencana (LISOM) 39
1.3. Fasilitasi penetapan Prioritas Usulan Sarana Prasarana Desa 50

Pokok Bahasan 2: Perencanaan Sarana Prasarana Desa


2.1. Penyusunan Desain Teknis Sarana Prasarana Desa 56
2.2. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Sarana Prasarana Desa 70

Pokok Bahasan 3: Pelaksanaan Sarana Prasarana Desa


3.1. Pengadaan Barang/Jasa Pembangunan Sarana Prasarana Desa 75
3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Sarana Prasarana Desa 86
Pokok Bahasan 4: Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana
Prasarana Desa
4.1. Konsep Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana 111
Desa
4.2. Tata Cara Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana 118
Desa

Pokok Bahasan 5: Peningkatan Kapasitas Kader Teknik


5.1. Merancang Program Peningkatan Kapasitas Kader Teknik 120
5.2. Pelaksanaan Program Peningkatan Kapasitas Kader Teknik 126
5.3. Fasilitasi Sertifikasi Kader Teknik 147
PRATUGAS PENDAMPING DESA TEKNIK INFRASTRUKTUR

Panduan Pembaca

Latar Belakang
Dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. berkewajiban
untuk melakukan Pendampingan Desa dalam rangka pembangunan, pemberdayaan
masyarakat desa. Salah satunya adalah menyangkut kesiapan pemerintah baik dalam
menyiapkan tata kelola dan penyesuaian kerja birokrasi, maupun dalam melakukan
pendampingan masyarakat Desa. Pendampingan yang dilakukan pemerintah
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi 2015 bertujuan; (a) Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan
akuntabilitas Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa; (b) Meningkatkan prakarsa,
kesadaran dan partisipasi masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif;
(c) Meningkatkan sinergi program pembangunan Desa antarsektor; dan (d)
Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.
Peningkatan kapasitas fasilitator atau pendamping desa menjadi salah satunya
aspek penting yang dapat membantu pencapai tujuan dan target pelaksanaan Undang-
Undang Desa secara optimal. Kapasitas pendampingan desa yang dimaksud mencakup:
(1) pengetahuan tentang kebijakan Undang-Undang Desa;
(2) keterampilan memfasilitasi Pemerintah Desa dalam mendorong tatakelola
pemerintah desa yang baik;
(3) keterampilan tugas-tugas teknis pemberdayaan masyarakat; dan
(4) sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi pendamping dan tuntutan
Undang-Undang Desa.

Dalam meningkatkan kinerja pendampingan tercermin dari komitmen,


tanggung jawab dan keterampilan untuk mewujudkan tatakelola desa yang
mampu mendorong kemandirian pemerintah desa dan masyarakat melalui
pendekatan partisipatif.
Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa merupakan salah satu bahan
pelatihan bagi tenaga pendamping profesional yang akan bertugas atau ditempatkan
di tingkat Kecamatan dalam rangka mendampingi pelaksanaan Undang-Undang Desa.
Secara khusus, modul pelatihan ini disusun sebagai acuan bagi pelatih dalam
memfasilitasi kegiatan pelatihan bagi Pendamping Desa dalam pelaksanaan Undang-
Undang Desa untuk tahun anggaran 2016. Calon pelatih kabupaten diharapkan
memiliki pengetahuan tentang tujuan, hasil dan alur mekanisme pelatihan termasuk
kompetensi praktis dalam memfasilitasi pelatihan yang akan diselenggarakan selama
11 (sebelas) hari efektif.

Mengapa Modul Pelatihan ini Dibutuhkan


Pelatihan Pratugas Pendamping Desa bertujuan membantu memahami kebijakan
terkait pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari mandat
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD)
Kemneterian Desa PDTT dalam mendukung pelaksanaan Undang-Undang Desa.
sekaligus memberikan pengalaman dan keterampilan praktis yang dibutuhkan dalam
memfasilitasi implementasi Undang-Undang Desa. Oleh karena, kebutuhan
pengembangan kurikulum dan modul pelatihan pratugas Pendamping Desa disusun
dengan maksud menjadi panduan penyelenggara pelatihan sangat penting, terutama
untuk mensosialisasikan materi (substansi) kebijakan dan meningkatkan kapasitas
TAPM terkait Undang-Undang Desa dan tugas pokoknya dalam mendampingi
Pemerintah Daerah di tingkat Kecamatan dan Desa.
Modul pelatihan ini dirancang agak berbeda dari model lainnya terutama aspek
pengelolaan dan pendekatan yang digunakan agar selaras dengan tujuan dan
kebutuhan pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait pelaskanaan Undang-Undang
Desa. Salah satu aspek penting dengan hadirnya modul pelatihan ini untuk
memberikan pengalaman belajar bagi pendamping Kabupaten/Kota berupa
keterampilan memfasilitasi pelatihan Pendamping Desa.
Diharapkan Pendamping Desa juga memilki kapasitas personal yang dibutuhkan
dalam memfasilitasi pelatihan kepada pelaku di tingkat Desa dengan dibekali wawasan
prespektif Undang-Undang Desa melalui pembelajaran kreatif (creative teaching skills).
Disamping itu, pelatih dapat mempelajari dengan mudah dan menerapkan sesuai
dengan kebutuhan tugas pendamping dan kondisi lokal yang dihadapi.

Maksud dan Tujuan


Maksud Pelatihan Pratugas Pendamping Desa, yaitu mempersiapkan tenaga
pendamping di tingkat Kabupaten/Kota yang memiliki kemampuan dalam
memfasilitasi kegiatan pelatihan pratugas Pendamping Desa Tahun Anggaran 2016
dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa sesuai
dengan tugas dan kewenangannya.
Secara umum modul pelatihan ini dimaksud memberikan panduan dalam
penyelengaraan pelatihan pratugas bagi Pendamping Desa dalam rangka pelaksanaan
Undang-Undang Desa. Secara khusus modul pelatihan ini bertujuan;
(1) Menyamakan persepsi dan konsep peningkatan kapasitas Pendamping Desa
dalam memfasilitasi Pemerintah Desa dalam mendukung pelaksanaan Undang-
Undang Desa;
(2) Menyelaraskan materi, modul dan metode pelaksanaan pelatihan Pratugas
Pendamping Desa di wilayah kerjanya;
(3) Melakukan pembagian tugas dan pelaksanaan pelatihan Pratugas bagi
Pendamping Desa di masing-masing wilayah;
(4) Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) pelaksanaan pelatihan Pratugas
Pendamping Lokal Desa.

Sasaran Pengguna
Secara khusus modul pelatihan ini ditujukan bagi pendamping di Kabupaten/Kota dalam
rangka memandu penyelenggaraan pelatihan. Namun, dalam prakteknya, Modul pelatihan
ini juga dapat dimanfaatkan bagi pemangku kepentingan lain dalam memfasilitasi
kebutuhan pelatihan bagi tenaga ahli dengan latar belakang pendidikan dan kapasitas
yang beragam mulai dari fasilitator, pemandu, petugas lapang, kelompok perempuan dan
kelompok masyarakat lain.
Harapan lain melalui modul pelatihan ini dapat memberikan kontribusi bagi para
penggerak pembangunan agar mampu memfasilitasi dan menyelenggarakan pelatihan
sederhana sesuai keterampilan yang dimilikinya. Bahkan beberapa komunitas dan
organisasi lain mendapatkan manfaat dari modul pelatihan ini terutama untuk melatih
para pendamping desa. Diharapkan Modul pelatihan ini dapat dibaca pula oleh
kalangan yang lebih luas baik pemerintah, kelompok masyarakat, lembaga pendidikan,
pusat pelatihan, LSM, serta lembaga lain yang memberikan perhatian terhadap penguatan
Desa.

Bagaimana Modul Pelatihan ini Disusun?


Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mencoba melakukan inisiatif untuk
menyusun modul pelatihan pratugas Pendamping Desa melalui serangkaian kajian
kebutuhan pelatihan dan lokakarya dengan melibatkan pemangku kepentingan lain baik
kalangan praktisi, aktivis, akademisi dan peneliti. Sebagaimana diketahui, hasil analisis
kebutuhan pelatihan menunjukkan bahwa Pendamping Desa merupakan petugas yang
baru dan akan ditempatkan dengan latar belakang pengalaman, karakteristik wilayah, dan
kondisi sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah panduan
pelatihan standar bagi Pendamping Desa yang mampu mempersiapkan
kompetensinya sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam memfasilitasi Pemerintah
Kabupaten/Kota melalui strategi pendmapingan dengan tema penting yang sesuai dengan
regulasi dan kebutuhan di lapangan.
Modul pelatihan ini telah mengalami berbagai perubahan melalui proses
perancangan, konsultasi, lokakarya, uji coba-revisi dan masukan dari berbagai pihak
bahkan langsung dari pendamping desa dalam menjalankan tugasnya di lapangan.
Hasil pelatihan awal akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan
modul ini. Oleh karena itu modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku berjalan
yang memberikan peluang bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan warna
dan penyesuaian sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.

Ruang Lingkup
Modul pelatihan disusun berdasarkan kajian terhadap kurikulum sebagai kerangka
acuan bagi pengelola dalam penyelenggaraan pelatihan pratugas bagi Pendamping
Desa dalam melaksanakan tugas PD-TI dalam rangka implementasi Undang-Undang
Desa Tahun Anggaran 2016.
Secara umum cakupan tugas PD-TI mencakup peningkatan kapasitas tenaga
Kader Teknis di Desa dalam rangka pembangunan dan pemeliharaan sarana
prasaraa dan lingkungan Desa berdasarkan kemampuan teknis dan sumber
daya lokal yang tersedia;
Selanjutnya, materi Pelatihan pratugas PD-TI dirumuskan berdasarkan hasil kajian
terhadap kompetensi dasar yang harus dimiliki sesuai kerangka acuan kerja yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi PD-TI disusun sesuai tingkat
penguasaan kompetensi yang terdiri: (K1) pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3)
Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan
indikator kedalaman materi, sebagai berikut:

Tabel Cakupan Materi Berdasarkan Tingkat Kompetensi

K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)


1. Mengetahuan; 1. Penerimaan 1. Meniru
2. Memahami; 2. Menanggapi 2. Memanipulasi
3. Mengaplikasikan; 3. Penilaian (valuing) 3. Pengalamiahan
4. Menganalisis; 4. Mengorganisasikan 4. Artikulasi
5. Mensintesis; 5. Karakterisasi
6. Mengevaluasi.
Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan
kedalamnya berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Kisi-kisi materi pelatihan pratugas TAPM
diuraikan sebagai berikut:

Tabel Kisi-Kisi Materi Kompetensi


Pendamping Desa Teknik Infrastruktur

KOMPETEN
No POKOK BAHASAN SUBPOKOK SI K2 K3
K1
JP
BAHASAN
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kajian Kebutuhan Sarana 1.1. Profil Kebutuhan Sarana Prasarana
Prasarana Desa Desa
1.2. Pengamanan Lingkungan Sosial
Mitigasi Bencana (LISOM)
1.3. Fasilitasi Penetapan Prioritas Usulan
Sarana Prasarana Desa
2. Perencanaan Sarana 2.1. Penyusunan Desain Sarana
Prasarana Desa
Prasarana Desa
2.2. Penyusunan Rencana Anggaran
Biaya Sarana Prasarana Desa
3. Pelaksanaan Sarana 3.1. Pengadaan Barang/Jasa
Prasarana Desa Pembangunan Sarana Prasarana
Desa
3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Sarana
Prasarana Desa
4. Pemanfaatan dan 4.1. Konsep Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana Pemeliharaan Sarana Prasarana
Prasarana Desa Desa
4.2. Tata Cara Pemanfaatan dan
Pemeliharaan Sarana Prasarana
Desa
5. Penigkatan Kapasitas Kader 5.1. Merancang Program Peningkatan
Teknik dan PLD Kapasitas Kader Teknik
5.2. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas
Kader Teknik
5.3. Fasilitasi Sertifikasi Kader Teknik
JUMLAH JAM PELAJARAN B. PD-TI 30
Sistematika IsiModul

Modul dirancang menggunakan standar format yang dikembangkan oleh ASTD


(Association Sourcebook and Training Developmnet) yang menyertakan pokok-pokok
materi, panduan pelatih, lembar kerja dan media tayang (presentasi atau beberan atau
bahan pemaparan) yang bermanfaat bagi siapa saja yang akan melaksanakan pelatihan
atau lokakarya sejenis. Modul pelatihan dirancang dalam bentuk modul bagi
pelatih atau PD-TI sebagai pendamping profesional tingkat Kecamatan agar
memudahkan dalam penerapan dan penyesuaian sesuai dengan kondisi masing-
masing wilayah kerja. Modul pelatihan ini terdiri dari 5 Pokok Bahasan dan 15
Subpokok Bahasan yang membahas latar belakang, kerangka isi, metode dan aplikasi
praktis tentang bagaimana Peran PD-TI dalam membantu pemerintah Desa dalam
meningkatkan kualitas infrastruktur Desa sekaligus mendukung pelaksanaan Undang-
Undang Desa yang diberikan dalam kegiatan pelatihan pratugas.

Secara rinci struktur materi modul pelatihan ini digambarkan dalam


gambar sebagai berikut:
Gambar Struktur Materi Pelatih Pratugas Pendamping Desa Teknik Infrastruktur
Skema Pelatihan
Modul pelatihan pratugas PD-TI disajikan sesuai alur mekanisme pelatihan pratugas
Pendamping Desa mulai dari penyiapan GMT, MT, Pelatihan Pratugas Tenaga Ahli
Pemberdayaan Masyarakat (TAPM), Pelatihan Pratugas Pendamping Desa (PD) dan
Pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa (PLD). Pelatihan pratugas PD-TI diarahkan
untuk mempersiapkan pendamping baru di bidang infrastruktur dalam melaksanakan
tugas pendampingan dan pembimbingan teknis sesuai dengan kewenangannya
sekaligus memberikan pembekalan dalam menghadapi tugas-tugas baru dalam
memfasilitasi \Pemerintah Desa dan masyarakat dalam peningkatan kualitas sarana
prasarana Desa.

Cara Menggunakan Modul


Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam memahami dan menggunakan
Modul pelatihan ini. Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa
subpokok bahasan atau modul dengan topik yang beragam dan dapat dipelajari secara
mandiri sesuai dengan materi yang diperlukan. Masing-masing subpokok bahasan
dalam modul ini menggambarkan urutan kegiatan pembelajaran dan hal-hal pokok
yang perlu dipahami tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengan topik
lainnya.
Dalam setiap subpokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang
membantu dalam mengarahkan proses, media dan sumber belajar, lembar kerja,
lembar evaluasi dan lembar informasi atau bahan bacaan. Masing-masing disusun
secara kronologis yang agar memudahkan bagi pengguna dengan memberikan
alternatif dalam memanfaatkan setiap subpokok bahasan secara luas dan fleksibel.
Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan lembar informasi pendukung yang
dapat dibagikan secara terpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta
sebelum pelatihan di mulai. Pelatih juga diperkenankan untuk menambah atau
memperkaya wawasan untuk setiap subpokok bahasan berupa artikel, buku,
juklak/juknis dan kiat-kiat yang dianggap relevan.
Disamping itu, pelatih di berikan alat bantu telusur berupa catatan diberikan
termasuk ikon-ikon yang akan memandu dalam memahami karakteristik materi dan
pola penyajian yang harus dilakukan dalam pelatihan.
Tabel Penjelasan Ikon
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


Modul pelatihan ini tidak menguraikan materi pelatihan secara spesifik sesuai dengan
kurikulum pratugas PD-TI dilengkapi ragam penugasan dan kasus tertentu tetapi lebih
mengarah pada refleksi pengalaman dan rencana tindak yang diperlukan. Modul ini
dilengkapi penjelasan bahan bacaan dan penerapan praktis yang lebih menonjolkan
kebermanfaatan dan keterpaduan dengan situasi yang dihadapi oleh pendamping
khususnya PD-TI dalam mendampingi program pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Modul pelatihan ini disusun tidak dimaksudkan sebagai satu-satunya rujukan
yang wajib diikuti secara ketat oleh peserta, tetapi hanya sebagai panduan kerja saja
yang berisi kerangka kebijakan, strategi umum dan penjelasan metodologis yang dapat
membantu pencapaian tujuan yang diharapkan oleh PD-TI.
Modul pelatihan ini disusun berdasarkan kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa di
mana pelatih bertindak sebagai fasilitator menjadi pengarah atau pengolah proses belajar
dan mengakumulasikan secara partisipatif-kreatif dari pengalaman yang telah dimiliki
peserta. Sebagai suatu pengalaman, modul ini diperlakukan secara dinamis disesuaikan
dengan latar belakang, pengalaman dan kemampuan peserta.
Sebagian bahasan dalam modul pelatihan merupakan refleksi pengalaman para
pemangku kepentingan di tingkat Kabupaten/Kota yang terlibat dalam pendampingan
Desa. Penjelasan lebih diarahkan sebagai petunjuk praktis dan teknis bagi pelatih yang
akan menggunakannya untuk keperluan pelatihan. Manfaat yang diharapkan dari
modul ini, jika dipakai sebagai alat untuk menggali pengalaman dan merefleksikannya
dalam kehidupan nyata dalam memperkuat kemandirian Desa.
Modul pelatihan ini menguraikan setiap subpokok bahasan/topik secara generik
agar dapat diterapkan dalam situasi dan kebutuhan yang berbeda yang muncul dalam
kegiatan pendampingan. Harapannya, janganlah modul pelatihan ini dibaca layaknya buku
biasa. Sebagian besar materi pokok disajikan merupakan kerangka acuan dalam pelatihan
tetapi lebih sesuai sebagai bahan rujukan baik bagi pelatih atau penyelenggara
pelatihan. Bisa saja dilakukan modifikasi atau penyesuaian sesuai kebutuhan di lapangan.
Proses kreatif sangat diharapkan untuk memperkaya dan memperbaiki kualitas
pelatihan yang dilaksanakan. Modul pelatihan ini lebih efektif, jika digunakan sepanjang
tidak menyalahi aturan atau prinsip-prinsip dasar pendidikan partisipatoris. Anda dapat
merubah atau memodifikasi metode atau media yang digunakan secara efektif.
Misalnya tidak memaksakan harus menggunakan LCD atau video, jika di lapangan tidak
mungkin disediakan. Anda dapat menggantikannya dengan media atau peralatan yang
tersedia secara lokal seperti papan tulis, kertas lebar, tanah dan kain. Dalam beberapa
kasus yang disajikan dapat diganti dengan pengalaman atau tema yang diajukan langsung
dari peserta.
Modul pelatihan ini akan efektif, jika diterapkan secara kreatif tergantung pada
kemampuan Anda sebagai pelatih dan pembimbing belajar. Janganlah ragu untuk
memodifikasi atau menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah. Ingatlah
bahwa pelatih bukan untuk menjejalkan pengetahuan kepada orang lain tetapi lebih
sebagai kreator, pemandu proses belajar peserta dan yang terpenting sebagai
pembelajar‘ itu sendiri. Hal ini akan banyak belajar dari pengalaman dan pandangan
orang lain dalam menerapkan nilai yang terkandung dalam modul pelatihan ini. Oleh karena
itu, baca dan pahamilah dengan baik setiap langkah masing-masing pokok bahasan dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 1


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

uraian proses panduan. Jangan membatasi diri, kembangkan dan perkaya proses secara
kreatif serta memadukan dengan pengalaman peserta.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 2


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Profil Kebutuhan Sarpras
1.1
Desa Dan Antar Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
1. Memetakan kebutuhan layanan umum dan infrastruktur desa;
2. Mengidentifikasi permasalahan kebutuhan dasar sarana prasarana;
3. Menganalisa kebutuhan sarana prasarana.

Waktu
1,5 JP (67,5 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, diskusi kelompok

Media
 Form identifikasi kebutuhan infrastruktur
 Lembar survei daftar masalah dan potensi.
 Contoh pemetaan infrastruktur desa

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard, meta plan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 3


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil dan proses yang diharapkan dari sub pokok
bahasan tentang ―Profil kebutuhan Sarana dan Prasarana Desa dan Antar
Desa‖;
2. Mintalah peserta untuk memberikan penjelasan mengapa kebutuhan
sarana dan prasarana desa dan antar desa perlu diprofilkan atau dipetakan.
Kegiatan ini dilakukan melalui curah pendapat dan menuliskanya di
whiteboard.
3. Pelatih selanjutnya menegaskan pentingnya melakukan pemetaan
kebutuhan prasarana dengan memaparkan media tayang yang telah
disediakan.
4. Selanjutnya bagilah peserta menjadi beberapa kelompok (3-5 orang per
kelompok) untuk mensimulasikan:
a. pemetaan kebutuhan prasarana yang meliputi lokasi prasarana, lokasi
tempat tinggal masyarakat (termasuk masyarakat adat),
b. identifikasi permasalahan dampak sosial, lingkungan dan resiko
bencana. dengan menggunakan lembar kerja yang telah disediakan.
c. gunakan lembar kerja 1.1.1.

5. Setelah selesai, berikan kesempatan pada beberapa kelompok untuk


menjelaskan profil yang sudah dibuat. Berikan kesempatan juga kepada
kelompok lain untuk memberikan pendapat/kritik dan saran.
6. Buatlah catatan dan kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 4


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR KERJA 1.1.1

Formulir Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur

Infrastrukt Dampak
Rencana
Permasalaha Kondisi ur yang (Sosial,
NO Bidang Lokasi Manfaat Tindak
n Saat Ini dibutuhka Lingkungan,
Lanjut
n Dll)
Segera
direalisasikan
pada tahun ini
Terlalu jauh
Menyingkat karena banyak
jarak tempuh Belum
Antara dusun Jembatan jarak x km Mengurangi anak dusun Q
1 Transportasi anak didik Ada/Ada
Q dan dusun G Gantung dan waktu y lahan produktif yang sekolah
menuju ke tapi RR/RB
jam di desa
sekolah
Tetangga
karena lebih
dekat
2 Sanitasi
3 Kesehatan
4 Pendidikan
5 Penerangan
6 Perkonomian
7 Keamanan
8 Lain lain

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 5


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
Profil Kebutuhan Sarpras
1.1.1.
Desa Dan Antar Desa

PENGKAJIAN KEADAAN DESA

A. TEKNIK PENGKAJIAN SKETSA DESA


1. Pengertian
Sketsa desa adalah gambaran desa secara kasar/umum mengenai keadaan sumber
daya fisik (alam maupun buatan)
Sebagai alat kajian, sketsa desa adalah alat untuk menggali masalah-masalah yang
berhubungan dengan keadaan sumber daya pembangunan dan potensi yang
tersedia untuk mengatasi masalah. Hasilnya dapat berupa masalah sosial, ekonomi,
pendidikan, kesehatan, keamanan, fisik dan non fisik.
2. Tujuan
Bagi peserta musyawarah perencanaan, tujuan pengkajian keadaan desa dengan
sketsa desa adalah sebagai berikut :
a. Menyadari akan jenis, jumlah, dan mutu sumber daya di desa;
b. Menyadari cara, pola dan tingkat pemanfaatan sumber daya tersebut;
c. Dapat menggali masalah untuk pemecahan masalah;
d. Dapat menyamakan persepsi tentang masalah yang dihadapi bersama di desa.
4. Hal-hal yang Perlu Digambar dalam Sketsa Desa
a. Batas-batas desa;
b. Sumber daya alam, seperti sungai, danau, laut, hutan, batu dan bukit;
c. Penggunaan lahan, misalnya :
 Lahan untuk tanaman padi, palawija dan perkebunan kopi;
 Lahan untuk penggembalaan ternak; dan
 Tanah desa
d. Sumber daya buatan (prasarana dan sarana) seperti jalan, jembatan, sarana
pengairan, sekolah, balai desa, posyandu, rumah penduduk, kantor desa, masjid,
gereja dll.

5. Langkah-langkah Membuat Sketsa Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 6


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

a. Sebelum mulai musyawarah, terlebih dahulu pemandu harus mengetahui


keadaan desa dengan mempelajari sumber-sumber tertulis yang tersedia,
misalnya profil desa, potensi, dan peta desa. Selain itu, pemandu dapat pula
mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat.
b. Menjelaskan kepada peserta musyawarah perencanaan desa tentang tujuan
pembuatan sketsa desa dan cara pembuatannya. Menyepakati simbol-simbol
atau tanda-tanda untuk menggambarkan sumber daya dengan menggunakan
biji-bijian, guntingan kertas warna-warni, atau gambar dengan spidol warna-
warni.
c. Peserta musyawarah perencanaan diajak untuk membuat sketsa desa ditanah
atau dilantai dengan menggunakan alat bantu, batang kayu, batu, daun-daun
atau bahan alam lain sebagai batas-batas atau symbol. Sketsa desa dapat juga
dibuat pada kertas dinding atau Koran, pembuatan gambar dapat dilakukan dua
atau tiga orang dan peserta lain memberi masukan. Arah mata angin, lingkup,
dan simbol-simbol yang dipakai untuk menggambarkan sumber daya alam dan
sumber daya fisik terlebih dahulu harus disepakati bersama.
d. Peserta musyawarah atau pengkajian diajak untuk mulai menggambar hal yang
paling dikenal, misalnya balai desa, masjid, atau gereja. Bangunan tersebut
digambar secara kasar sesuai dengan letaknya didesa dan dilanjutkan dengan
gambar sarana lain sehingga diperoleh gambaran lengkap tentang keadaan
desa. Sketsa desa sebaiknya dibuat dilantai atau halaman dengan melibatkan
sebagian besar peserta.
e. Penempatan suatu gambar dan simbolnya perlu disepakati bersama oleh seluruh
peserta musyawarah.

6. Jenis-jenis Sketsa Desa


Berdasarkan tempat membuat dan isinya, ada beberapa jenis sketsa desa :
a. Tempat membuat
1) Dikertas lebar
2) Dilantai/halaman
3) Diatas pasir/tanah
b. Berdasarkan isi
1) Sketsa desa dasar, yaitu sketsa desa yang bersifat umum dan berisi seluruh
gambaran keadaan desa.
2) Sketsa desa khusus, yaitu sketsa desa yang berisi hal-hal khusus, seperti
tentang kesehatan, pertanian, perikanan, pendidikan dan keamanan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 7


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

7. Menggali Masalah dan Potensi dari Sketsa Desa


a. menggali masalah dan potensi sering pula disebut mewawancarai alat kajian
sketsa desa.
―Wawancara‖ sketsa desa dilakukan oleh masyarakat dan dibimbing oleh
pemandu untuk menggali informasi yang dibutuhkan sebagai dasar perencanaan
pembangunan. Hal yang perlu diketahui untuk perencanaan pembangunan desa
antara lain sebagai berikut :
1) Kondisi lingkungan, misalnya mutu sumber air, erosi atau pengikisan.
2) Mutu dan pemanfaatan lahan.
3) Keadaan prasarana fisik, misalnya transportasi, produksi (pertanian dan
industri), pemasaran, kesehatan, pendidikan, agama, sosial, budaya, dan
rumah.
4) Kegiatan ekonomi (pertanian, industri, jasa).
5) Kegiatan sosial.
6) Kegiatan pendidikan, kesehatan , keamanan, dan keagamaan
b. Cara menggali masalah dan potensi
1) Tentukan dan sepakati dari titik mana anda mulai menggali masalah dan
potensi. Misalnya titik awal menggali masalah di mulai dari sebelah utara dan
secara perlahan berjalan atau bergerak kearah selatan ujung batas desa
sehingga seluruh permukaan sketsa desa terjelajahi (Transek=keperluan survei
persebaran).
2) Selama perjalanan dari utara ke selatan tanyakan kepada mereka tentang
keadaan sumber daya yang dijumpai. Misalnya mengenai keadaan jalan.
Tanyakan kepada mereka kepada mereka adakah masalah yang ditemukan
dengan jalan tersebut? Jika ada masalah, lanjutkan dengan pertanyaan-
pertanyaan berikut :
 Mengapa menjadi masalah?
 Berapa m/km jalan yang menjadi masalah?
 Seberapa parah masalahnya?
 Dimana lokasinya?
Contoh wawancara sketsa desa
a) Keadaaan perumahan penduduk
 Tanyakan kepada mereka tentang hal-hal berikut :
 Bagaimana keadaan perumahan penduduk?
 Adakah perumahan penduduk yang tidak sehat?
 Berapa jumlah yang tidak sehat?
 Dimana lokasinya?
 Bagaimana keadaan lingkungan perumahan penduduk?

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 8


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Mengapa itu terjadi?


 Bagaimana keadaan balita dan wanita di lingkungan tersebut?
 Berapa jumlah balita yang kurang sehat?
 Bagaimana keadaan kesehatan wanita?
 Dan seterusnya?
b) Keadaan Jembatan.
 Bagaimana keadaan jembatan itu?
 Jika di jawab bahwa jembatan masih baik atau tidak ada masalah,
lanjutkan perjalanan anda ke arah yang disepakati.
c) Jika perjalanan dari utara sudah sampai ke batas ujung desa sebelah
selatan tanyakan kepada mereka kearah mana lagi yang harus dituju.
Demikian seterusnya sehingga seluruh desa dapat terjelajahi.
d) Setelah seluruh masalah tergali dan telah anda catat seluruhnya, tanyakan
kembali kepada mereka tentang potensi yang dapat memecahkan setiap
masalah tersebut. Pertanyaannya adalah apa potensi yang tersedia untuk
mengatasi setiap masalah.
8. Cara Mengidentifikasikan Masalah dan Potensi dari Sketsa Desa
Untuk topik diatas pendataan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Volume jumlah dan mutu sumber daya yang tersedia
2) Cara, pola dan tingkat pemanfaatan sumber daya sampai saat ini.
3) Peluang untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya tersebut tanpa
mengganggu dan merusak kelestarian lingkungan hidup.
4) Masalah dan potensi dirumuskan secara spesifik.
Hasil identifikasi dicantumkan dalam formulir daftar masalah dan potensi sebagai
berikut :
9. Saran-saran Pembuatan Sketsa Desa
Pembuatan sketsa desa dengan simbol/tanda biji-bijian akan lebih menguntungkan
karena mudah diperbaiki tanpa mencorat-coret bila terjadi kesalahan.
Hasil harus disalin ke kertas dinding/Koran. Untuk melakukan kajian jender sebaiknya
dilakukan dalam diskusi lain (dengan kelompok wanita) dengan cara memasukan
aspek jender ke dalam sketsa yang sudah dibuat sebelumnya.
Pembuatan sketsa desa tidak selalu hanya untuk kajian sumber daya saja, tetapi alat
ini dapat dimodifikasi untuk kebutuhan informasi yang lain asal cocok.
Seringkali dilihat bahwa satu peta tidak cukup untuk menggambarkan semua hal
tersebut diatas. Dalam P3MD diusulkan paling sedikit dua macam peta sebagi berikut
:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1) Sketsa desa sumber daya alam dan fisik serta pemanfaatannya.


2) Sketsa desa keadaan sumber daya manusia di desa (diprioritaskan wanita dan
anak) dan pemanfaatan pelayanan peningkatan sumber daya manusia
3) Kalender musim yang digunakan untuk menggali masalah-masalah yang
berhubungan dengan masa-masa kritis yang bersifat musiman (berulang) dalam
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan potensi yang tersedia untuk
mengatasi masalah.

CONTOH SKETSA DESA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 10


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Contoh Daftar Masalah dan Potensi dari Sketsa Desa

No. Masalah Potensi

1 2 3

1. Jalan desa di wilayah RW 07  Batu


sepanjang 1.500m rusak
 Pasir
berat.
 Tenaga gotong royong
2. Lingkungan perumahan  LKMD dan PKK.
penduduk RW 13 tidak
 Kader-kader di desa.
sehat.

3. Banyak anak balita di RW 13  Puskesmas pembantu.


menderita penyakit campak.
 Posyandu
 Kader Posyandu
4. Tambak/kolam ikan kurang  Kolam lahan tambak.
dimanfaatkan lagi oleh
 Aliran/irigasi.
petani tambak.
 Petani tambak.
5. Jembatan di Dusun Pakis  Batu dan Pasir
longsor.
 Kayu dan Bambu
 Tenaga Gotong Royong

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 11


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Refleksi Pengalaman tentang Efektivitas Musyawarah Desa

Berdasarkan pengalaman Anda sebagai fasilitator atau pendamping dalam mengamati dan
terlibat dalam memfasilitasi Musyawarah Desa, hal-hal apa saja yang dapat membangun
hasil positif dan proses yang baik serta diterima oleh semua pihak. Kemukakan pandangan
Acnda dcalam matrik sebagai berikut:

Proses yang
No Kriteria Hal-hal Kritis Saran
dilakukan
1. Partisipatif

2. Demokratis

3. Transparansi

4. Akuntabilitas

5. Keberpihakan kepada kelompok


miskin dan rentan

6. Pelibatan Perempuan

Catatan: Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta dapat memodifikasi sesuai kebutuhan
dengan menambah kriteria atau indikator untuk menjelaskan temuan dan hal-hal positif
dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 12


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Matrik Tata Cara Penyiapan dan


Penyelenggaraan Musyawarah Desa

a. Tata Cara Penyiapan Musyawarah Desa


Tahapan dan Proses Hasil Pelaku Sumber Daya Catatan
Musyawarah Desa

b. Tata Cara Penyelenggaraan Musyawarah Desa


Tahapan dan Proses Hasil Pelaku Sumber Daya Catatan
Musyawarah Desa

Catatan: Tabel ini sebagai acuan umum saja, peserta dapat memodifikasi sesuai kebutuhan
dengan menambah penjelasan pada masing-masing aspek tata cara Musyawarah Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 13


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Bahan Bacaan

1.1.2. Pembangunan Desa

a. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan desa merupakan hal penting dalam menentukan arah dan
kebijakan pembangunan di desa. Tidak ada pembangunan yang dapat dilakukan tanpa
perencanaan yang disusun berdasarkan kerangka metodologi yang sesuai peraturan dan
peundang-undangan yang ada. Perencanaan Pembangunan desa merupakan manivestasi
dari kewenagan desa berdasarkan asal usul dan kewenangan lokal berskala desa, yang di
dalamnya mengandung unsur kewenangan mengatur dan mengurus pembanguna desa.
Membangun kemandirian desa dalam kerangka Desa Membangun harus dimulai dari
proses perencanaan dan penganggaran desa yang baik, dan diikuti dengan tata kelola
program yang baik pula. Pembangunan desa yang efektif bukanlah semata-mata karena
adanya kesempatan dengan adanya bantuan pendanaan yang cukup besar, akan tetapi
merupakan hasil dari penentuan pilihan-pilihan prioritas kegiatan yang memang menjadi
kebutuhan desa.
Dengan kewenangan yang begitu besar, dan dukungan sumber daya yang besar
pula, maka desa diharapkan mampu membangun dirinya untuk tumbuh dan berkempang
sebagai salah satu kekuatan dalam membangun Indonesia dari pinggiran. Ini merupakan
salah satu dari Nawa Cita Pemerintahan Kabinet Kerja, yang ingin menjadikan desa sebagai
pilar utama dalam membangun Indonesia. Untuk itu, kita tidak boleh mengulang kesalahan
masa lalu, dimana perencanaan pembangunan desa dibuat ―ala kadarnya‖, tidak melakukan
kajian yang sungguh-sungguh sehingga tidak bisa membedakan mana kebutuhan untuk
masyarakat desa dan mana yang hanya keinginan sebagian kecil elit desa.
Harapan menjadikan desa sebagai salah satu pilar utama dalam membangun
Indonesia hanya dapat diwujudkan jika Pemerintah Desa bersama masyarakatnya sungguh-
sungguh melaksanakan perencanaan pembangunan desa yang baik. Pemerintah desa dan
masyarakatnya perlu ―merevolusi mental‖ untuk meninggalkan kebiasaan lama yang menjadi
proses perencanaan hanya sebatas ―menggugurkan kewajiban‖.

b. Pengertian
Berdasarkan Permendagri No 114 tahun 2014 Pasal 1, perencanaan Pembangunan Desa
merupakan proses pentahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa
dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan Unsur Masyarakat secara partisipatif

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 14


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa (Permendagri No 114 tahun 2014 Pasal 1).
Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa Pasal 79 menegaskan bahwa Pemerintah
Desa harus menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Kemudian pasal 115 PP 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa menyatakan
Perencanaan pembangunan Desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam menyusun
rancangan RPJM Desa, RKP Desa, dan daftar usulan RKP Desa.
Pentingnya desa memiliki perencanaan pembangunan, karena desa harus mengatur
dan mengurus desa sesuai dengan kewenangannya sebagai desa sebagai self governing
community. Artinya, perencanaan desa akan semakin memperkuat hak dan kewenangan
desa sekaligus mengoptimalkan sumber kekayaan desa (aset desa) sebagai kekuatan utama
membangun desa. Desa tidak lagi selalu ―menunggu perintah atasan‖ dalam
menyelenggarakan urusan dirinya sendiri, ada keberanian dan kreativitas serta inovasi yang
terumuskan dalam dokumen perencanaan yang legal di desa.
Dengan membangun mekanisme perencanaan desa yang didasarkan pada aspirasi
dan partisipasi masyarakat yang ditetapkan dengan peraturan desa, mencerminkan
keberpihakan negara terhadap hak-hak desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat melalui kebijakan perencanan bukan sekedar
pemanis kata, tapi benar -benar menjadi kenyataan.
Perencanaan pembangunan desa sebaiknya memperhatikan hakekat dan sifat desa
yang tentu berbeda dengan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan perwujudan asas
desentralisasi. Sedangkan kemandirian desa berangkat dari asas rekognisi (pengakuan dan
penghormatan) serta asas subsidiaritas (lokalisasi penggunaan kewenangan dan
pengambilan keputusan atau bisa disebut sebagai penerapan kewenangan berskala lokal
desa). Dengan kalimat lain, hakikat dan sifat kemandirian desa adalah kemandirian dari
dalam dan kemandirian dari bawah. Sebagai contoh, selama ini desa bisa mengembangkan
sumber daya lokal secara mandiri (misalnya mendirikan pasar desa, lumbung desa,
pengadaan air bersih, dll.) tanpa harus dikontrol oleh regulasi dari atas.

c. Kewenangan
Perencanaan pada dasarnya merupakan irisan antara pemerintahan dan pembangunan
desa.Pemerintahan mencakup kewenangan, kelembagaan, perencanaan, dan penganggaran.
Perencanaan desa harus berangkat dari kewenangan desa. Perencanaan desa bukan sekadar
membuat usulan yang disampaikan kepada pemerintah daerah, yang lebih penting
perencanaan desa adalah keputusan politik yang diambil secara bersama oleh pemerintah
desa dan masyarakat desa.
Kewenangan desa yang menjadi dasar perencanaan desa kemudian dipertegas dalam
pasal 34 PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 6/2014 tentang Desa yaitu;
(1) Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas; system
organisasi masyarakat adat; pembinaan kelembagaan masyarakat; pembinaan lembaga
dan hukum adat; pengelolaan tanah kas Desa; dan pengembangan peran masyarakat
Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 15


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(2) Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas kewenangan: pengelolaan
tambatan perahu; pengelolaan pasar Desa; pengelolaan tempat pemandian umum;
pengelolaan jaringan irigasi; pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu;
pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar; pengelolaan perpustakaan
Desa dan taman bacaan; pengelolaan embung Desa; pengelolaan air minum berskala
Desa; dan pembuatan jalan Desa antar permukiman ke wilayah pertanian.
(3) Kewenangan tersebut mengindikasikan bahwa rencana pembangunan desa tidak hanya
bersifat fisik dan infrastruktur seperti yang terjadi selama ini, tetapi menyangkut juga
pelayanan publik, ekonomi dan pengembangan kelembagaan serta pemberdayaan
masyarakat dan desa.

d. Prinsip-Prinsip
Prinsip-prinsip perencanaan desa sebagai berikut;
(1) Belajar dari pengalaman dan menghargai perbedaan, yaitu bagaimana perencanaan
desa dikembangkan dengan memetik pembelajaran terutama dari keberhasilan yang
diraih. Dalam kehidupan antar masyarakat di desa tentu ada perbedaan sehingga
penting untuk mengelola perbedaan menjadi kekuatan yang saling mengisi.
(2) Berorientasi pada tujuan praktis dan strategis, yaitu rencana yang disusun harus
dapat memberikan keuntungan dan manfaat langsung secara nyata bagi masyarakat.
Rencana pembangunan desa juga harus membangun sistem yang mendukung
perubahan sikap dan perilaku sebagai rangkaian perubahan sosial.
(3) Keberlanjutan, yaitu proses perencanaan harus mampu mendorong keberdayaan
masyarakat. Perencanaan juga harus mampu mendorong keberlanjutan ketersediaan
sumber daya lainnya.
(4) Penggalian informasi desa dengan sumber utama dari masyarakat desa, yaitu
bagaimana rencana pembangunan disusun mengacu pada hasil pemetaan apresiatif
desa.
(5) Partisipatif dan demokratis, yaitu pelibatan masyarakat dari berbagai unsur di desa
termasuk perempuan, kaum miskin, kaum muda, dan kelompok marjinal lainnya. Harus
dipastikan agar mereka juga ikut serta dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan tidak semata karena suara terbanyak namun juga dengan analisis yang baik.
(6) Pemberdayaan dan kaderisasi, yaitu proses perencanaan harus menjamin upaya-
upaya menguatkan dan memberdayakan masyarakat terutama perempuan, kaum
miskin, kaum muda, dan kelompok marjinal lainnya
(7) Berbasis kekuatan, yaitu landasan utama penyusunan rencana pembangunan desa
adalah kekuatan yang dimiliki di desa. Dukungan pihak luar hanyalah stimulan untuk
mendukung percepatannya.
(8) Keswadayaan, yaitu proses perencanaan harus mampu membangkitkan,
menggerakkan, dan mengembangkan keswadayaan masyarakat.
(9) Keterbukaan dan pertanggungjawaban, yaitu proses perencanaan terbuka untuk
diikuti oleh berbagai unsur masyarakat desa dan hasilnya dapat diketahui oleh

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 16


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

masyarakat. Hal ini mendorong terbangunya kepercayaan di semua tingkatan sehingga


bisa dipertanggungjawabkan bersama.

e. Landasan Hukum
Sebelum Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa lahir, desa telah mengenal sistem
perencanaan pembangunan partisipatif. Acuan atau landasan hukumnya waktu itu adalah
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewajiban desa membuat
perencanaan pembangunan dipertegas melalui PP No.72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan
Desa sebagai regulasi teknis turunan dari UU No.32 Tahun 2004 tersebut.
Secara khusus, pengaturan pelaksanaan musrenbang diatur dalam UU No.25 tahun
2004 tentang SPPN. Aturan teknisnya kemudian diatur di Permendagri No.66 Tahun 2007
tentang Perencanaan Desa. Permendagri ini memuat petunjuk teknis penyelenggaraan
Musrenbang untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM
Desa) 5 tahunan dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) tahunan.
Pada praktiknya, meskipun desa telah diwajibkan membuat perencanaan, usulan
program yang digagas masyarakat dan pemerintah desa jarang sekali terakomodir dalam
kebijakan perencanaan pembangunan tingkat daerah. Tidak sedikit pemerintah desa yang
mengeluh karena daftar usulan program prioritas dalam RKP Desa pada akhirnya
terbengkelai menjadi daftar usulan saja. Meski telah berkali-kali diperjuangkan melalui forum
musrenbang kecamatan, forum SKPD dan musrenbang kabupaten, usulan program prioritas
dari desa itu pun harus kandas karena kuatnya kepentingan pihak di luar desa dalam
mempengaruhi kebijakan pembangunan daerah. Pada akhirnya, kue APBD lebih banyak
terserap untuk membiayai program-program daerah. Kalau toh ada proyek pembangunan di
desa, desa hanya menjadi lokus proyek saja, bukan pelaksana apalagi penanggungjawab
proyek.
Kelahiran UU No. 6 Tahun 2014 berupaya menyempurnakan sistem perencanaan desa
partisipatif sebelumnya. Berbeda dengan sistem perencanaan desa di bawah naungan UU
No. 32 tahun 2004, UU No. 6 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada desa untuk
mengurus rumah tangganya sendiri membuat perencanaan pembangunan sesuai dengan
kewenanganya. Disini, minimal ada dua kewenangan yaitu kewenangan berdasarkan hak asal
usul dan kewenangan lokal berskala desa. Selain itu, dengan perubahan masa kepemimpinan
kepala desa dari lima tahun menjadi enam tahun, periode perencanaan pembangunan pun
berubah dari lima tahunan menjadi enam tahunan.
Bahkan untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa, UU No.6 tahun
2014 pada pasal 79 ayat (4) menegaskan bahwa Peraturan Desa tentang RPJM Desa dan RKP
Desa sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu-satunya dokumen perencanaan di
desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang hendak menawarkan kerjasama ataupun
memberikan bantuan program pembangunan harus mempedomani kedua produk
perencanaan desa tersebut. Pasal tersebut menegaskan bahwa di masa mendatang, desa
tidak lagi menjadi obyek atau hanya menjadi lokasi proyek dari atas tapi menjadi subyek dan
arena bagi orang desa menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan dan
kemasyarakatan. Dengan kata lain, desa membangun bukan membangun desa. Pada pasal
78 ayat (92) UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan desa meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 17


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pada tahap perencanaan pasal 79 kemudian menjelaskan ―pemerintah desa menyusun


perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan kabupaten/kota ‖.

f. Ruang Lingkup
Lalu perencanaan apa saja yang termasuk dalam perencanaan pembangunan desa?.Pada
pasal 79 ayat (2) kemudian menyebutkan ada dua yaitu;
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6
tahun;
(2) Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu
tahun.
RPJM Desa pada hakikatnya adalah rencana enam tahunan yang memuat visi dan misi
kepala desa terpilih yang dituangkan menjadi visi misi desa, sehingga warga dapat
mengetahui arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, dan
kebijakan umum desa. Sementara RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu satu tahun dan dibedakan antara 2 jenis kegiatan perencanaan; (1). Kegiatan
yang akan didanai APB Desa, terutama berdasarkan kewenangan lokal skala desa dan (2).
Kegiatan yang tidak mampu dibiayai melalui APB Desa dan bukan merupakan kewenangan
lokal skala desa seperti kegiatan yang mencakup kawasan perdesaan yang perlu diusulkan
melalui mekanisme Musrenbang Kecamatan hingga kabupaten. RKP Desa memuat informasi
prioritas program, kegiatan, serta kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh APB
Desa, swadaya masyarakat desa, dan/atau APBD Kabupaten/kota. Dengan demikian RPJM
Desa dan RKP Desa merupakan pra syarat dan pedoman bagi pemerintah dalam penyusunan
APB Desa.

g. Siklus Perencanaan Pembangunan


Adapun siklus perencanaan pembangunan desa sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 18


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

h. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat RPJM Desa, adalah
Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun, dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
RPJM Desa, ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
pelantikan Kepala Desa. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun
berjalan.
Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan
pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, antara lain: penetapan dan penegasan
batas Desa; pendataan Desa; penyusunan tata ruang Desa; penyelenggaraan musyawarah
Desa; pengelolaan informasi Desa; penyelenggaraan perencanaan Desa; penyelenggaraan
evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan Desa; penyelenggaraan kerjasama antar Desa;
pembangunan sarana dan prasarana kantor Desa; dan kegiatan lainnya sesuai kondisi Desa.

Bidang pelaksanaan pembangunan Desa antara lain:


(1) Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan lingkungan Desa
antara lain: tambatan perahu; jalan pemukiman; jalan Desa antar permukiman ke
wilayah pertanian; pembangkit listrik tenaga mikrohidro ; lingkungan permukiman
masyarakat Desa; dan infrastruktur Desa lainnya sesuai kondisi Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 19


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(2) Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan


antara lain: air bersih berskala Desa; sanitasi lingkungan;
(3) Pelayanan kesehatan Desa seperti posyandu; dan sarana dan prasarana kesehatan
lainnya sesuai kondisi Desa.
(4) Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
dan kebudayaan antara lain: taman bacaan masyarakat; pendidikan anak usia dini;
balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; pengembangan dan pembinaan sanggar
seni; dan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai kondisi Desa.
(5) Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain: pasar Desa; pembentukan
dan pengembangan BUM Desa; penguatan permodalan BUM Desa; pembibitan
tanaman pangan; penggilingan padi; lumbung Desa; pembukaan lahan pertanian;
pengelolaan usaha hutan Desa; kolam ikan dan pembenihan ikan; kapal penangkap
ikan; cold storage (gudang pendingin); tempat pelelangan ikan; tambak garam;
kandang ternak; instalasi biogas; mesin pakan ternak; sarana dan prasarana ekonomi
lainnya sesuai kondisi Desa.
(6) Pelestarian lingkungan hidup antara lain: penghijauan; pembuatan terasering;
pemeliharaan hutan bakau; perlindungan mata air; pembersihan daerah aliran sungai;
perlindungan terumbu karang; dan kegiatan lainnya sesuai kondisi Desa.
(7) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan antara lain: pembinaan lembaga
kemasyarakatan; penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban; pembinaan kerukunan
umat beragama; pengadaan sarana dan prasarana olah raga; pembinaan lembaga adat;
pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat; dan kegiatan lain sesuai kondisi
Desa.
(8) Bidang Pemberdayaan Masyarakat antara lain: pelatihan usaha ekonomi, pertanian,
perikanan dan perdagangan; pelatihan teknologi tepat guna; pendidikan, pelatihan,
dan penyuluhan bagi kepala Desa, perangkat Desa, dan Badan Pemusyawaratan Desa;
peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain: kader pemberdayaan masyarakat Desa;
kelompok usaha ekonomi produktif; kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok
masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok pengrajin, kelompok pemerhati dan
perlindungan anak, kelompok pemuda; dan kelompok lain sesuai kondisi Desa.
Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan
unsur masyarakat Desa. Penyusunan RPJM Desa dilaksanakan dengan mempertimbangkan
kondisi objektif Desa dan prioritas program dan kegiatan kabupaten/kota. Penyusunan RPJM
Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
(1) Pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
(2) Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota;
(3) Pengkajian keadaan Desa;
(4) Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
(5) Penyusunan rancangan RPJM Desa;
(6) Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan
pembangunan Desa; dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 20


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(7) Penetapan RPJM Desa.

1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa

Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang terdiri dari:
(1) kepala Desa selaku pembina;
(2) sekretaris Desa selaku ketua;
(3) ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan
(4) anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.
Jumlah anggota tim penyusun RPJM Des, paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling
banyak 11 (sebelas) orang. Tim penyusun RPJM Desa, harus mengikutsertakan perempuan.
Tim penyusun RPJM Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM
Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(1) Penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/Kota;
(2) Pengkajian keadaan Desa;
(3) Penyusunan rancangan RPJM Desa; dan
(4) Penyempurnaan rancangan RPJM Desa.

2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota

Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan
Kabupaten/Kota dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/kota dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi
tentang arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota dari SKPD yang berwenang.
Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota sekurang-kurangnya meliputi:
(1) Rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
(2) Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
(3) Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
(4) Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
(5) Rencana pembangunan kawasan perdesaan.
Kegiatan penyelarasan, dilakukan dengan cara mendata dan memilah rencana program
dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota yang akan masuk ke Desa. Rencana program
dan kegiatan, dikelompokkan menjadi bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Hasil pendataan dan pemilahan, dituangkan dalam format data rencana program dan
kegiatan pembangunan yang akan masuk ke Desa. Data rencana program dan kegiatan,
menjadi lampiran hasil pengkajian keadaan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 21


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Pengkajian Keadaan Desa


Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa. Pengkajian keadaan Desa, meliputi kegiatan
sebagai berikut:
(1) Penyelarasan data Desa;
(2) Penggalian gagasan masyarakat; dan
(3) Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa
dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.

a. Penyelarasan Data Desa


Penyelarasan data Desa dilakukan melalui kegiatan:
(1) Pengambilan data dari dokumen data Desa;
(2) Pembandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini.
Data Desa, meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya pembangunan,
dan sumber daya sosial budaya yang ada di Desa. Hasil penyelarasan data Desa, dituangkan
dalam format data Desa. Format data Desa, menjadi lampiran laporan hasil pengkajian
keadaan Desa, dan menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam rangka
penyusunan perencanaan pembangunan Desa.

b. Penggalian Gagasan
Penggalian gagasan masyarakat dilakukan untuk menemukenali potensi dan peluang
pendayagunaan sumber daya Desa, dan masalah yang dihadapi Desa. Hasil penggalian
gagasan, menjadi dasar bagi masyarakat dalam merumuskan usulan rencana kegiatan.Usulan
rencana kegiatan, meliputi penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Penggalian gagasan, dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat Desa sebagai sumber data dan informasi. Pelibatan masyarakat Desa, dapat
dilakukan melalui musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur masyarakat,
seperti antara lain: tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; kelompok
tani; kelompok nelayan; kelompok perajin; kelompok perempuan; kelompok pemerhati dan
pelindungan anak; kelompok masyarakat miskin;dan kelompok-kelompok masyarakat lain
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa. Tim penyusun RPJM Desa melakukan
pendampingan terhadap musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur
masyarakat.
Penggalian gagasan, dilakukan dengan cara diskusi kelompok secara terarah, dengan
menggunakan sketsa Desa, kalender musim dan bagan kelembagaan Desa sebagai alat kerja
untuk menggali gagasan masyarakat. Tim penyusun RPJM Desa dapat menambahkan alat
kerja, dalam rangka meningkatkan kualitas hasil penggalian gagasan. Dalam hal terjadi
hambatan dan kesulitan dalam penerapan alat kerja, tim penyusun RPJM Desa dapat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 22


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

menggunakan alat kerja lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat
Desa.

c. Analisa Data dan Pelaporan


Tim penyusun RPJM Desa melakukan rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan
Desa berdasarkan usulan rencana kegiatan dituangkan dalam format usulan rencana
kegiatan. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan, menjadi lampiran laporan hasil pengkajian
keadaan Desa. Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan hasil pengkajian keadaan desa
yang dituangkan dalam berita acara, yang dilampiri dokumen:
(1) data Desa yang sudah diselaraskan;
(2) data rencana program pembangunan kabupaten/kota yang akan masuk ke Desa;
(3) data rencana program pembangunan kawasan perdesaan; dan
(4) rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan Desa dari dusun dan/atau
kelompok masyarakat.
Tim penyusun RPJM Desa melaporkan kepada kepala Desa hasil pengkajian keadaan
Desa. Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa setelah
menerima laporan dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Desa melalui
musyawarah Desa.

4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa


Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan
hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah Desa, membahas dan menyepakati sebagai
berikut:
(1) Laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
(2) Rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi kepala
Desa; dan
(3) Rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Pembahasan rencana prioritas kegiatan, dilakukan dengan diskusi kelompok secara terarah
yang dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Diskusi kelompok secara terarah, membahas sebagai berikut:
(1) Laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
(2) Prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun;
(3) Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan Desa; dan
(4) Rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat Desa, unsur
masyarakat Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa, dituangkan dalam berita acara dan menjadi
pedoman bagi pemerintah Desa dalam menyusun RPJM Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 23


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa


Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara
sebagaimana dimaksud di atas. Rancangan RPJM Desa, dituangkan dalam format rancangan
RPJM Desa. Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan
rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa. Berita acara
rancangan RPJM Desa, disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala Desa.
Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun oleh Tim
Penyusun RPJM Desa. Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan arahan
kepala Desa dalam hal kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJM Desa. Dalam hal
rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa, maka langsung dilaksanakan
musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 24


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang
diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Musyawarah
perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan unsur masyarakat. Unsur masyarakat terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama; tokoh
masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani; perwakilan kelompok nelayan;
perwakilan kelompok perajin; perwakilan kelompok perempuan; perwakilan kelompok
pemerhati dan pelindungan anak; dan perwakilan kelompok masyarakat miskin. Selain unsur
masyarakat tersebut, musyawarah perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan unsur
masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Musyawarah
perencanaan pembangunan Desa membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa.Hasil
kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita acara.

7. Penetapan dan perubahan RPJM Desa


Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen
rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa. Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa
tentang RPJM Desa.
Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa. Rancangan
peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:
(1) Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
(2) Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Perubahan RPJM Desa, dibahas dan disepakati dalam musyawarah perencanaan


pembangunan Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan peraturan Desa.

Matriks Tahapan Penyusunan RPJM Desa

No Tahapan Kegiatan Hasil/Keluaran Keterangan


1 Persiapan  Pembentukan Tim Terbentuknya Tim Dibentuk oleh
Penyusun RPJM Desa Penyusun RPJM Desa kepala desa
 Pembekalan Tim beranggotakan 7-11 dengan, SK
Penyusun RPJM Desa orang Kepala Desa
2 Penyelarasan Arah Pegumpulan data dan Arah Kebijakan Dilakukan oleh
Kebijakan analisis data: Pembangunan Tim Penyusun
Pembangunan  Rencana Kabupaten/Kota telah RPJM Desa.
Kabupaten/Kota Pembangunan Jangka diselaraskan dengan
Menengah Daerah rancangan RPJM Desa.
Kabupaten/Kota;
 Rencana Strategis
Satuan Kerja

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 25


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

No Tahapan Kegiatan Hasil/Keluaran Keterangan


Perangkat Daerah;
 Rencana Umum Tata
Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota;
 Rencana Rinci Tata
Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota; Dan
 Rencana
Pembangunan
Kawasan Perdesaan
3 Pengkajian Keadaan  Penyelarasan data  Laporan mengenai Tim Penyusun
Desa Desa (data sekunder) data desa yang RPJM Desa.
 Penggalian gagasan telah diselaraskan
masyarakat, untuk dan.
melihat potensi dan  Laporan masalah
masalah. dan potensi
 Penyusunan laporan
hasil pengkajian
keadaan Desa
4 Analisa Data dan Melakukan analisis data  data Desa yang Tim Penyusun
Pelaporan dan pelaporan dari hasil sudah diselaraskan; RPJM Desa
pengkajian keadaan desa  data rencana
dan penyelarasan data program
kabupaten. pembangunan
kabupaten/kota
yang akan masuk ke
Desa;
 data rencana
program
pembangunan
kawasan perdesaan;
 dan rekapitulasi
usulan rencana
kegiatan
pembangunan Desa
dari dusun dan/atau
kelompok
masyarakat.
5 Penyusunan Rencana Musyawarah Desa Berita acara Penyusunan  BPD
Pembangunan Desa Penyusunan Rencana Rancangan RPJM desa,  Tim
melalui musyawarah Pembangunan Desa. yang dilampiri; Penyusun
Desa  Laporan hasil RPJM Desa
pengkajian keadaan Masyarakat
Desa; Desa
 Rumusan arah
kebijakan
pembangunan Desa
yang dijabarkan dari
visi dan misi kepala
Desa; dan
 Rencana prioritas
kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 26


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

No Tahapan Kegiatan Hasil/Keluaran Keterangan


penyelenggaraan
pemerintahan Desa,
pembangunan
Desa, pembinaan
kemasyarakatan
Desa, dan
pemberdayaan
masyarakat Desa
6 Penyusunan Rancangan RPJM Desa Tim Penyusun
Rancangan RPJM yang mendapatkan RPJM Desa.
Desa persetujuan Kepala
Desa
7 Penyusunan Rencana Musyawarah Perencanaan Rancangan RPJM Desa  BPD
Pembangunan Desa Pembangunan Desa dibahas melalui  Tim
Melalui Musyawarah Penetapan Rancangan musyawarah desa dan Penyusun
Perencanaan RPJM Desa disepakati oleh peserta RPJM Desa
Pembangunan Desa. Musyawarah Desa  Masyarakat
Untuk ditetapkan Desa
sebagai RPJM Desa.
8 Penetapan dan Rancangan peraturan Peraturan Desa Tentang  Kades
perubahan RPJM Desa tentang RPJM Desa RPJM Desa.  BPD
Desa dibahas dan disepakati
bersama oleh kepala Desa
dan Badan
Permusyawaratan Desa
untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Desa tentang
RPJM Desa

Berikut ini diuraikan salah satu contoh struktur (outline) dan sistematika penulisan yang
dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Desa dalam penyusunan RPJM Desa.

Sistematika Topik Bahasan Uraian


Judul Diisi dengan judul: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DESA (RPJM DESA) TAHUN .... S/D .... DESA.... KECAMATAN.....
KABUPATEN ..... TAHUN TERBIT.....
Kata Pengantar Diisi dengan uraian singkat (setengah halaman) sebagai pembukaan
atau sambutan dari Kepala desa.
Daftar Isi Sesuai ketentuan penulisan daftar isi sebuah dokumen perencanaan.
Bab I : 1.1. Latar Belakang Diisi penjelasan tentang pengertian
Pendahuluan RPJM Desa, landasan umum , dan
mengapa perlu menyusun RPJM Desa.
1.2. Landasan Hukum Diisi kajian regulatif tentang kedudukan
dokumen RPJM Desa dalam kebijakan
(regulasi pusat dan daerah) dan sistem
perencanaan pembangunan.
1.3. Maksud dan Tujuan Diisi dengan maksud berupa pernyataan
dan harapan secara umum dihasilkannya
dokumen RPJM Desa. Rumuskan tujuan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 27


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sistematika Topik Bahasan Uraian


secara khusus menyangkut capaian dan
target dari dokumen RPJM Desa
1.4. Manfaat Diisi dengan manfaat dari dokumen
RPJM Desa bagi masyarakat atau sasaran
kelompok miskin, perempuan, korban
konflik dan kelompok rentan lainnya.
Bab II: Profil Desa 2.1. Sejarah Desa Diisi uraian hasil kajian desa tentang
asal-usul, urutan peristiwa yang
dianggap penting dan berpengaruh
terhadap perkembangan desa. Dapat
dilengkapi pula dengan sejarah
kemiskinan dan konflik yang pernah
terjadi.
2.2. Peta dan Kondisi Desa Diisi gambaran umum desa menyangkut
kondisi sosial, letak geografis ,
demografis, fasilitas sosial sumber daya
alam, dan ekonomi desa. Biasanya pada
bagian ini cukup tebal. Sebaiknya
dibuatkan rangkuman yang berisi
pokok-pokok paparan dan hasilnya.
2.3. Kelembagaan Desa Diisi hasil kajian tentang kelembagan
desa (diagram venn) yang berisi
informasi tentang pemangku
kepentingan di desa dan struktur
organisasi pemerintah desa. Dilengkapi
dengan kajian partisipasi kelompok
perempuan, rentan/marjinal dan korban
konflik.
2.4. Dinamika Konflik Diisi dengan hasil kajian dinamika konflik
(analisis siapa, analisis apa, analisis
bagaimana) yang menguraikan kekuatan
hubungan kelembagan, pengelolaan
sumber daya, kerentanan sosial,
kesenjangan, kohesi sosial, inklusivitas,
akuntabilitas dan ketahanan masyaraka
desa.
2.5. Masalah dan Potensi Diisi dengan daftar panjang (list)
masalah setiap bidang/sektor yang
diidentifikasi dari proses kajian desa.
Termasuk catatan penting potensi yang
dimiliki desa untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Berikan tanda khusus
untuk masalah dan kebutuhan khusus
kelompok miskin, perempuan, kelompok
rentan dan korban konflik.
Bab III : Proses 3.1. Kajian Desa Menguraikan proses pengkajian desa
Penyusunan RPJM secara terpadu mulai dari tingkat
Desa kelompok, RT/RW, dusun dan
lingkungan untuk menggali kebutuhan
pengembangan/bidang/sektor
(pertanian, kesehatan, pendidikan) .
Buatlah resume atau ringkasan proses

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 28


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sistematika Topik Bahasan Uraian


dari kegiatan kajian desa.
3.2 . Musyawarah Desa Menguraikan kedudukan Musyawarah
RPJM Desa Desa dalam proses penyusunan RPJM
Desa untuk mengklarifikasi, memberikan
masukan, menyepakati prioritas masalah,
tindakan, program/kegiatan dan alokasi
anggaran.
Bab IV: Visi, Misi 4.1. Visi Desa Rumusan visi desa atau impian/harapan/
dan Program cita-cita untuk 6 tahun kedepan
Indikatif (lima 4.2. Misi Desa Rumusan misi berupa penjabaran visi
tahun) desa tentang bagaimana mencapainya.
Rumusan misi desa merupakan beberapa
bidang/sektor pembangunan.
4.3. Arah Kebijakan dan Menuliskan secara rinci bidang/sektor
Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan
Pembangunan Desa selama 6 tahun ke depan dalam bentuk
program/ kegiatan indikatif. Biasanya
program/ kegiatan tersebut di beri
nomor atau kode berdasarkan bidang
dan urutan prioritas dan indikator
pencapaian hasil yang dibabak; tahun
pertama; tahun kedua; tahun ketiga ,
tahun keempat dan tahun kelima.
Bab V: Penutup Diisi dengan bagian akhir penulisan
dokumen biasanya satu halaman.
Lampiran Peta sosial desa Lihat hasil visual dari kajian desa dalam
proses RRA/PRA.
Tabel (Matriks) Lihat tabel atau matrik masalah, potensi,
Program/Kegiatan 6 pemeringkatan masalah, tindakan dan
Tahun program pembangunan 6 tahun
(lampiran RPJM Desa) setiap
bidang/sektor pembangunan. Biasanya
sebagai masukan RKP desa.
Berita Acara dan Daftar Lihat format berita acara kegiatan
Hadir seperti; pembentukan tim penyusunan
RPJM Desa, Lokakarya dan pertemuan
kelompok, Musyawarah Desa RPJM
Desa. Dilengkapi dengan daftar hadir
yang ditandangani peserta yang terlibat.
SK (Surat Keputusan) Tentang pengesahan dokumen RPJM
Desa

i. Rencana Kerja Pemerintah Desa


Memfasilitasi penyusunan rancangan RKP Desa merupakan serangkaian kegiatan bimbingan
dan bantuan teknis terkait penulisan dokumen berdasarkan hasil evaluasi RKP Desa pada
tahun sebelumnya yang telah dilakukan meliputi, penetapan kerangkan isi dokumen,
drafting, perumusan bidang/topik bahasan, analisis topik dan penetapan usulan program
atau kegiatan pembangunan desa selama 1 (satu) tahun. Salah satu rujukan dalam penulisan
rancangan RKP Desa dapat menggunakan struktur/ouline menurut Permendagri No.
114/2014 tentang Pedoman pembangunan Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Dokumen RKP Desa merupakan dokumen prioritas pembangunan desa yang disusun
untuk 1 (satu) tahun anggaran dengan proses sebagai berikut:
(1) Dokumen Rancangan Awal RKP Desa disiapkan sebuah tim dalam tahap persiapan
Musyawarah Desa dengan mengacu pada dokumen hasil evaluasi tahun sebelumnya
dan RPJM Desa;
(2) Dokumen Rancangan Awal RKP Desa dipaparkan dalam forum Musyawarah Desa untuk
menjadi rujukan penentuan arah kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
jangka pendek desa oleh peserta Musyawarah Desa;
(3) Finalisasi dokumen dilakukan oleh tim dengan memasukkan rekomendasi dan
kesepakatan peserta Musyawarah Desa.

Penyusunan rancangan RKP Desa dimaksudkan untuk menyajikan informasi/ data tertulis
terkait arah kebijakan, strategi, dan prioritas program/kegiatan 1 tahun ke depan yang akan
dipaparkan dalam kegiatan Musyawarah Desa RKP Desa. Secara khusus pengkajian ini
bertujuan:
(1) Mengidentifikasi kerangka acuan (outline) penulisan rancangan RKP Desa.
(2) Merumuskan tema/bidang/topik pembahasan sesuai dengan hasii evaluasi pelaksanaan
RKP tahun sebelumnya dengan pemutakhiran data, analisis keuangan desa ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Menyusun dokumen rancangan RKP Desa yang akan dibahas saat pelaksanaan
Musyawarah Desa.
Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa
disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah
kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai
disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan. RKP Desa ditetapkan dengan
peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. RKP Desa menjadi
dasar penetapan APB Desa.Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan
masyarakat Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:

1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa


Penyususnan RKP Desa diawali dengan munyawarah desa yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa, dalam rangka penyusunan rencana pembangunan Desa.
Musyawarah desa ini dilaksanakan paling lambat bulan Juni tahun berjalan. Hasil
musyawarah Desa menjadi pedoman bagi pemerintah Desa menyusun rancangan RKP Desa
dan daftar usulan RKP Desa. Musyawarah Desa dalam rangka penyusunan rencana
pembangunan Desa, akan membahas agenda kegiatan sebagai berikut:
(1) Mencermati ulang dokumen RPJM Desa;
(2) Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; dan
(3) Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan.
Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat Desa dan/atau satuan kerja perangkat
daerah kabupaten/kota. Hasil kesepakatan tersebut, dituangkan dalam berita acara yang
menjadi pedoman kepala Desa dalam menyusun RKP Desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 30


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa


Setelah musyawarah desa dalam rangka penyusunan RPK Desa, kemudian Kepala Desa
membentuk tim penyusun RKP Desa, dengan susunan tim yang terdiri dari:
(1) Kepala Desa selaku pembina;
(2) Sekretaris Desa selaku ketua;
(3) Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan
(4) Anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.
Jumlah anggota tim, paling sedikit 7 (tujuh) dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dan harus
mengikut sertakan perempuan. Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling
lambat bulan Juni tahun berjalan. Tim penyusun RKP Desa ditetapkan dengan keputusan
kepala Desa.
Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(1) Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa;
(2) Pencermatan ulang dokumen rpjm desa;
(3) Penyusunan rancangan rkp desa; dan
(4) Penyusunan rancangan daftar usulan rkp desa.

3. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk ke


Desa.

Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang: pagu indikatif
Desa; dan rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke Desa. Data dan informasi diterima kepala
Desa dari kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan.Tim penyusun RKP
Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa yang meliputi:
(1) Rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
(2) Rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima dari kabupaten/kota;
(3) Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan
(4) Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi
dan anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
Tim penyusun RKP Desa melakukan penyelarasan rencana program/kegiatan yang masuk ke
Desa yang meliputi:
(1) Rencana kerja pemerintah kabupaten/kota;
(2) Rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 31


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(3) Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota.
Hasil pencermatan dituangkan ke dalam format pagu indikatif Desa dituangkan ke dalam
format kegiatan pembangunan yang masuk ke Desa. Berdasarkan hasil pencermatan, tim
penyusun RKP Desa menyusun rencana pembangunan berskala lokal Desa yang dituangkan
dalam rancangan RKP Desa. Bupati/walikota menerbitkan surat pemberitahuan kepada
kepala Desa dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian informasi pagu indikatif Desa.
Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pendampingan kepada pemerintah Desa dalam
percepatan pelaksanaan perencanaan pembangunan sebagai dampak keterlambatan
penyampaian informasi. Percepatan perencanaan pembangunan untuk memastikan APB
Desa ditetapkan pada 31 Desember tahun berjalan.

4. Pencermatan Ulang RPJM Desa


Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan
pembangunan Desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum
dalam dokumen RPJM Desa. Hasil pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa
dalam menyusun rancangan RKP Desa.

5. Penyusunan Rencana RKP Desa


Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:
(1) hasil kesepakatan musyawarah Desa;
(2) pagu indikatif Desa;
(3) pendapatan asli Desa;
(4) rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
(5) jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota;
(6) hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
(7) hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
(8) hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.
Tim penyusun RKP Desa menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan Desa sesuai jenis
rencana kegiatan. Pelaksana kegiatan sekurang-kurangnya meliputi:
(1) Ketua;
(2) Sekretaris;
(3) Bendahara; dan
(4) Anggota pelaksana (pelaksana kegiatan mengikutsertakan perempuan).
Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian:
(1) Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
(2) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa;

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 32


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui kerja sama antar-
Desa dan pihak ketiga;
(4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa sebagai
kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota; dan
(5) Pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa dan/atau unsur
masyarakat Desa.
Pemerintah Desa dapat merencanakan pengadaan tenaga ahli di bidang
pembangunan infrastruktur untuk dimasukkan ke dalam rancangan RKP Desa. Tenaga ahli di
bidang pembangunan infrastruktur dapat berasal dari warga masyarakat Desa, satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota yang membidangi pembangunan infrastruktur; dan/atau
tenaga pendamping profesional.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa, dilampiri rencana
kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya
untuk kerjasama antar Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang
melakukan kerja sama antar Desa dan diverifikasi oleh tim verifikasi.
Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan pembangunan
Desa dan pembangunan kawasan perdesaan kepada Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program dan kegiatan. Usulan
prioritas program dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa.
Rancangan daftar usulan RKP Desa menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun
rancangan RKP Desa.
Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan
RKP Desa yang dilampiri dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP
Desa. Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RKP Desa kepada kepala Desa. Kepala
Desa memeriksa dokumen rancangan RKP Desa. Jika masih terdapat kekurangan dan
kesalahan maka Kepala Desa mengarahkan tim penyusun RKP Desa untuk melakukan
perbaikan dokumen rancangan RKP Desa.
Dalam hal kepala Desa telah menyetujui rancangan RKP Desa, maka kepala Desa
jadwalkan segera menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dalam
rangka pengesahan RKP Desa.

6. Penyelenggaraan Musyawarah Desa Penyusunan RKP Desa


Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang
diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Musyawarah
perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan
Desa, dan unsur masyarakat. Unsur masyarakat terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama; tokoh
masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani; perwakilan kelompok nelayan;
perwakilan kelompok perajin; perwakilan kelompok perempuan; perwakilan kelompok
pemerhati dan pelindungan anak; dan perwakilan kelompok masyarakat miskin. Selain unsur
masyarakat, musyawarah perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan unsur
masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 33


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa,


pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Rancangan RKP Desa, berisi prioritas program dan kegiatan yang didanai:
(1) Pagu indikatif Desa;
(2) Pendapatan asli Desa;
(3) Swadaya masyarakat Desa;
(4) Bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan
(5) Bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.
Prioritas, program dan kegiatan, dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan
masyarakat Desa yang meliputi:
(1) Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan Desa;
(2) Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;
(3) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan
kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;
(4) Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;
(5) Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi;
(6) Pendayagunaan sumber daya alam;
(7) Pelestarian adat istiadat dan sosial budaya Desa;
(8) Peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat Desa berdasarkan
kebutuhan masyarakat Desa; dan
(9) Peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga kemasyarakatan Desa.
Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam
berita acara. Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan
dokumen rancangan RKP Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan
pembangunan Desa. Rancangan RKP Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa
tentang RKP Desa. Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Rancangan peraturan Desa tentang RKP Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa tentang
RKP Desa.

7. Perubahan RKP Desa


RKP Desa dapat diubah dalam hal:
(1) terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
(2) terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 34


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa dikarenakan terjadi peristiwa khusus kepala Desa
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(1) berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai kewenangan
terkait dengan kejadian khusus;
(2) mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang terkena dampak
terjadinya peristiwa khusus;
(3) menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan dan RAB; dan
(4) menyusun rancangan RKP Desa perubahan.
Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa dikarenakan perubahan mendasar atas kebijakan,
kepala Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
(1) Mengumpulkan dokumen perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota;
(2) Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang terkena dampak
terjadinya perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota;
(3) Menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan dan RAB; dan
(4) Menyusun rancangan RKP Desa perubahan.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang
diadakan secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP
Desa.Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan
terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar.

Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa ditetapkan dengan


peraturan Desa tentang RKP Desa perubahan sebagai dasar dalam penyusunan perubahan
APB Desa.

8. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa

Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui camat.
Penyampaian daftar usulan RKP Desa paling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar
usulan RKP Desa menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan
pembangunan kecamatan dan kabupaten/kota. Bupati/walikota menginformasikan kepada
pemerintah Desa tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa. Informasi tentang hasil
pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh pemerintah Desa setelah
diselenggarakannya musyawarah perencanaan pembangunan di kecamatan pada tahun
anggaran berikutnya. Informasi diterima pemerintah desa paling lambat bulan Juli tahun
anggaran berikutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 35


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tabel berikut menguraikan contoh struktur dan sistematika penulisan dokumen


rancangan RKP Desa. Sistematika ini sebagai acuan bagi Pemerintah Desa dalam menyusun
dokumen tertulis (blue print) dari proses perencanaan yang telah dilakukan.

Sistematika Topik Bahasan Uraian


Judul Diisi dengan judul: RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP DESA)
TAHUN ............ DESA .......... KECAMATAN ........... KABUPATEN ......... TAHUN
TERBIT..............
Kata Pengantar Diisi dengan uraian singkat (setengah halaman) sebagai pembukaan atau
sambutan dari Kepala desa.
Daftar Isi Sesuai ketentuan penulisan daftar isi sebuah dokumen perencanaan.
Bab I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Diisi penjelasan tentang pengertian RKP
Desa, landasan umum , dan mengapa perlu
menyusun RKP Desa.
1.2 Landasan Hukum Diisi kajian regulatif tentang kedudukan
dokumen RKP Desa dalam kebijakan
(regulasi pusat dan daerah) dan sistem
perencanaan pembangunan.
1.3 Maksud dan Tujuan Diisi dengan maksud berupa pernyataan dan
harapan secara umum dihasilkannya
dokumen RKP Desa. Rumuskan tujuan secara
khusus menyangkut capaian dan target dari
dokumen RKP Desa
1.4 1.4 Manfaat Diisi dengan manfaat dari dokumen RKP
Desa bagi masyarakat atau sasaran
kelompok miskin, perempuan, dan
kelompok rentan lainnya.
1.5 1.5 Visi dan Misi Desa Diisi dengan uraian visi dan misi desa yang
1.6 menjadi bahan pertimbangan bagi
pemangku kepentingan yang terlibat dalam
menentukan arah kebijakan pembangunan
desa ke depan.
Bab II: Gambaran 2.1. Arah Kebijakan Diisi uraian hasil kajian tentang pendapatan
Umum Kebijakan Pendapatan Desa desa berupa penambah nilai kekayaan
Keuangan Desa bersih, meliputi semua penerimaan uang
yang menjadi hak desa dalam 1 (satu) tahun
anggaran. Pendapatan desa terdiri: (a) hasil
usaha Desa; (b) hasil kekayaan Desa; (c) hasil
swadaya dan partisipasi; (d) hasil gotong
royong; dan (e) lain-lain pendapatan asli
Desa yang sah
2.2. Arah Kebijakan Belanja Diisi hasil kajian tentang belanja desa berupa
Desa belanja langsung dan tidak langsung selama
1 tahun; Belanja Langsung berupa belanja
yang secara langsung dengan pelaksanaan
program (pegawai, barang dan modal).
Belanja tidak langsung berupa belanja
pegawai tetap, subsidi, hibah, bantuan sosial
dan bantuan keuangan .

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 36


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sistematika Topik Bahasan Uraian


2.3. Pembiayaan Diisi hasil kajian tentang pembiayaan desa
menyangkut dua jenis, yaitu;

Jenis penerimaan pembiayaan:


(a) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
tahun sebelumnya;
(b) Hasil penjualan kekayaan Desa yang
dipisahkan;
(c) Penerimaan Pinjaman;

Jenis Pengeluaran Pembiayaan:


(a) Pembentukan Dana Cadangan;
(b) Penyertaan Modal Desa;
(c) Pembayaran Utang.
Bab III : Evaluasi 3.1 Evaluasi pelaksanaaan Menguraikan hasil kajian penilaian program
Program/Kegiatan pembangunan pada RKP atau kegiatan pembangunan yang
Pembangunan Desa tahun sebelumnya tercantum dalam RKP Desa tahun
sebelumnya. Buatlah resume atau ringkasan
tentang tujuan, hasil dan target capaian
sesduai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
3.2 Identifikasi Masalah Menguraikan hasih kajian tentang
Berdasarkan RPJM Desa permasalahan yang dihadapi setelah RKP
Desa di laksanakan dikaitkan dengan
kerangka kebijakan RPJM Desa.
3.3 Identifikasi Masalah Identifikasikan permasalahan yang dihadapi
berasarkan Analisis dalam situasi darurat akibat bencana alam,
Keadaan Darurat post mejeur, konflik dan kondisi khusus.
Termasuk catatan penting berupa tanda
khusus terkait kebutuhan yang mendesak.
3.4 Identifikasi Masalah Diisi dengan daftar panjang (long list)
berasarkan Prioritas masalah setiap bidang/sektor/urusan desa
Pembangunan (urusan) yang diidentifikasi dari hasil evaluasi RKP
Desa tahun lalu. Termasuk catatan penting
potensi yang dimiliki desa untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Berikan
tanda khusus untuk masalah dan kebutuhan
khusus kelompok miskin, perempuan,
kelompok rentan dan korban konflik.
Bab IV: Rumusan 1.1 Prioritas Program dan Rumusan secara rinci bidang/sektor
Prioritas Program kegiatan Tahunan Skala pembangunan yang menjadi skala
Pembangunan Desa kebutuhan desa dan akan dilaksanakan
selama 1 tahun ke depan dalam bentuk
program atau kegiatan indikatif.
1.2 Prioritas Program dan Rumusan secara rinci bidang/sektor
kegiatan Tahunan Skala pembangunan yang menjadi arah kebijakan
Kabupaten, Provinsi dan kabupaten, provinsi dan pusat yang akan
Pusat dilaksanakan selama 1 tahun ke depan
dalam bentuk program atau kegiatan
indikatif.
1.3 Pagu Indikatif Program Menuliskan secara rinci bidang/sektor
dan Kegiatan Masing- pembangunan yang akan dilaksanakan
Masing Bidang selama 1 tahun ke depan dalam bentuk
program/ kegiatan indikatif. Biasanya
program/ kegiatan tersebut di beri nomor
atau kode berdasarkan bidang dan urutan
prioritas dan indikator pencapaian hasil atau

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 37


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sistematika Topik Bahasan Uraian


sesuai dengan bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa (Permendagri No.
114/2014).
Bab V: Penutup Diisi dengan bagian akhir penulisan
dokumen biasanya satu halaman.
Lampiran Daftar Prioritas Masalah Lihat tabel atau matrik masalah, potensi,
pemeringkatan masalah, tindakan dan
program pembangunan setiap
bidang/sektor pembangunan.
Tabel (Matriks) Prioritas Lihat tabel atau matrik program/kegiatan
Kegiatan Tahun Anggaran pembangunan setiap bidang/sektor
pembangunan yang akan dilaksanakan pada
tahun berikutnya termasuk sumber dana.
Berita Acara dan Daftar Hadir Lihat format berita acara kegiatan seperti;
pembentukan tim penyusunan RKP Desa,
Lokakarya dan pertemuan kelompok,
Musyawarah Desa RKP Desa. Dilengkapi
dengan daftar hadir yang ditandangani
peserta yang terlibat.
SK (Surat Keputusan) Tentang pengesahan dokumen RKP Desa

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 38


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

1.2
Pengamanan Lingkungan
Sosial Mitigasi Bencana
(LISOMI)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami definisi bencana, jenis bencana dan kerusakan akibat bencana;
2. Menjelaskan definisi mitigasi bencana;
3. Memahami pengamanan lingkungan sosial;
4. Mengidentifikasi dampak sosial pembangunan sarana prasarana.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat

Media
 Media Tayang
 Form identifikasi dampak dan solusinya

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 39


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Menjelaskan tujuan, hasil dan proses yang diharapkan dari sub pokok
bahasan tentang ―Pengamanan Lingkungan Sosial Dan Mitigasi Bencana‖.
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapatnya
tentang:
 Pengertian bencana, jenis-jenisnya, dan dampak kerusakan yang
diakibatkan bencana;
 Pengertian mitigasi bencana;
 Pengertian pengamanan lingkungan sosial.
3. Berikan tanggapan balik kepada peserta tentang poin-poin di atas dengan
mengacu pada Media Tayang.
4. Bagi peserta menjadi tiga kelompok untuk berdiskusi dengan ketentuan
berikut:
KELOMPOK I : sarana prasarana transportasi dan perekonomian.
KELOMPOK II : sarana prasarana kesehatan, sanitasi, dan pendidikan.
KELOMPOK III : sarana prasarana selain yang telah dibicarakan
Kelompok I dan II.
5. Di kelompok masing-masing, mintalah peserta untuk mendiskusikan
tentang:
 Jenis bencana yang terjadi di tempat tugas;
 dampak bencana tersebut terhadap prasarana yang dibangun;
 penyebab kerentanan prasarana tersebut terhadap bencana;
 upaya pengurangan dampak bencana (mitigasi) yang sudah dilakukan
dalam perencanaan sarana prasarana.
6. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk membacakan
hasil diskusinya. Minta kelompok lain untuk memberikan pengayaan dan
tanggapan terhadap hasil diskusi.
7. Pelatih memberikan tanggapan umum dan menyimpulkan sepuluh dampak
yang paling sering terjadi. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan
tentang sebab, jenis, dampak, dan upaya mitigasi dalam mengantisipasi
dampak bencana.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 40


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

FORM UPAYA PENGURANGAN DAMPAK BENCANA (MITIGASI) PADA


KEGIATAN SARANA-PRASARANA

KELOMPOK : ....
OBJEK :...
NO Jenis Sarana Jenis Bencana Dampak Upaya Rujukan/Referensi
Prasarana Kerusakan Pengurangan Perencanaan
Dampak Struktur
Bencana (Konstruksi) dan
Non Struktur
Jalan sirtu Longsor, erosi Jalan terputus, Dipasang Diameter kawat 4
tidak bisa dilalui bronjong mm, anti karat

talud
Pancang
Talud Longsor, erosi Menutup jalur Dipancang,
sungai gebalan rumput
MCK

.....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 41


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Bahan Bacaan

1.2
Pengamanan Lingkungan
Sosial Mitigasi Bencana
(LISOMI)

Evaluasi dan Penanganan Dampak Lingkungan

Lingkungan hidup sesungguhnya merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan
berbagai faktor, seperti faktor fisik, kimiawi, biologis, sosial, ekonomi dan budaya. Berbagai
jenis tindakan manusia terhadap lingkungan tersebut dapat melahirkan dampak Iingkungan
yang kompleks pula, terutama didalam hubungan timbal balik (ekosistem) diantara dua atau
lebih faktor-faktor Iingkungan.
Dengan demikian patut diperhatikan bahwa pada setiap aktifitas kegiatan pembangunan,
baik berupa pemeliharaan, dan upaya menjalin keserasian hubungan timbal balik, khususnya
antara manusia dengan sumber daya alam berikut lingkungan hidupnya tidak dapat
diabaikan begitu saja. Sejalan dengan rencana kegiatan proyek Pengembangan Usaha
Penggemukan Ternak Sapi Potong (Fattening) oleh FMP, tentunya proyek ini akan
melakukan kegiatan fisik sewaktu melakukan kegiatan operasional. Agar tidak terjadi
perusakan lingkungan maka kegiatan proyek hendaknya tetap diarahkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, antara lain:
1. Kegiatan yang direncanakan akan tetap disesuaikan dengan ketentuan yang sudah
disetujui oleh instansi pemerintah yang terkait.
2. Dampak kelestarian hubungan ekosistem yang serasi dan seimbang antara manusia
sebagai pengguna sumber daya alam dengan lingkungannya, yang menyediakan
sumber daya yang memiliki serba keterbatasan, baik menurut jenisnya, kualitas dan
kuantitasnya.
3. Evaluasi penanganan dampak lingkungan ini akan memberikan gambaran bagi upaya
pemecahan masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan proyek, yaitu
melalui pemahaman secara menyeluruh terhadap hubungan antara manusia dengam
alam lingkungan hidupnya.
Adapun hasil pengevaluasian terhadap penanganan dampak lingkungan adalah
dimaksudkan untuk:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 42


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1. Dapat diketahui seberapa besar pengaruh dampak yang akan ditimbulkan


sehubungan dengan kegiatan proyek yang akan direncanakan.
2. Mampu memberi masukan mengenai cara-cara terbaik untuk memperkecil pengaruh
dampak lingkungan seandainya hal tersebut sukar atau tidak dapat dihindari.
3. Besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan tersebut akan dapat diperkirakan,
sehingga langkah-langkah pencegahan sedini mungkin dapat dilakukan, termasuk
pengendalian elemen-elemen yang mendorong proses percepatan kegiatannya.
Selanjutnya dengan cara pengendalian tersebut akan dapat dimanfaatkan hasilnya dalam
perencanaan berikutnya, bahan sebagai acuan atau pedoman didalam melakukan tahapan
operasional serta pada tahap pengelolaan kegiatanya, yaitu:
1. Mampu memberikan informasi kepada masyarakat sedini mungkin, baik yang
bermukim disekitar wilayah kegiatan proyek, agar hal tersebut perlu dipahami secara
umum.
2. Mampu mengajukan tanggapan bahwa pengajuan saran/usulan pencegahan bagi
kemungkinan terjadinya dampak lingkungan yang lebih besar dari akibat proyek
3. Kesemuanya itu kemudian dijadikan sebagai suatu cara atau kegiatan operasional
isyarat pemberi tanda bahaya, yang secara tepat dan pasti dapat menentukan bobot
dampak lingkungan yang paling mengancam terhadap lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian evaluasi penanganan dampak lingkungan khususnya dalam lingkup
proyek yang direncanakan FMP akan mencakup mengenai elemen analisa dampak, yang
menggambarkan kemungkinan yang akan timbul akibat kegiatan proyek tersebut. Mencakup
prakiraan dampak berikut alternatif penanganan, arah pedoman pemecahan masalah,
berikut pencegahan dampak yang bersifat merugikan menurut tingkat intensitas
kejadiannya. Mengingat kedudukan dan kegiatan proyek, maka perlu dilakukan identifikasi
lingkungan secara tersendiri sebab setiap lingkungan proyek adalah merupakan suatu
lingkungan alam yang terdiri dari unsur alam dan manusia berada didalamnya. Hubungan di
antara keduanya akan terjadi interaksi yang sangat kuat dan membentuk suatu sistem
ekologis. Demikian juga dengan dikembangkannya proyek di atas, berarti akan terjadi suatu
perubahan/penambahan kegiatan baru yang secara langsung dan tak langsung akan turut
mempengaruhi kegiatan fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang ada disekitarnya.
Untuk itu perlu dilakukan penelaahan terhadap dampak negatif yang mungkin timbul karena
adanya kegiatan proyek yang terjadi, baik langsung maupun tak langsung dan segi fisik, juga
dampak sosial ekonomi dan budaya. Sehingga, hal tersebut tentunya perlu pembahasan
masalah elemen-elemen analisa dampak lebih lanjut.
Dampak Terhadap Kondisi Fisik.
Dampak fisik terhadap lokasi proyek, secara umum merupakan daerah dengan tingkat
elevasi yang relatif datar, dimana penggunaan tanah berupa lahan tegalan. Sesuai dengan
arahan RUTR Pemda Lampung Selatan, lokasi proyek FMP adalah sudah sesuai
peruntukannya, dimana penggunaannya untuk daerah pertanian dalam arti luas (termasuk
peternakan). Demikian juga dengan terjadinya perubahan peruntukkan lahan tentunya akan
menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap:
a. Berkurangnya daerah resapan air, yang akan mengakibatkan menurunnya permukaan
air tanah, dan mendorong untuk meningkatnya debit air run off
b. Berkurangnya potensi visual alam natural akibat dari kegiatan proyek.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 43


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pada keadaan tertentu apabila pengelolaannya kurang memperhatikan unsur kelestarian


lingkungan, maka kegiatan proyek dapat menimbulkan akibat timbul areal lahan yang rawan
erosi.

Dampak Terhadap Kondisi Sosial.


Dengan adanya kegiatan proyek, tentunya akan mendorong untuk terjadinya beberapa
perubahan sosial, ekonomi dan budaya pada daerah ini.
a. Akan timbul perubahan suasana disekitar lokasi proyek terutama akan timbulnya
suatu keramaian baru
b. Terjadi pergeseran nilai ataupun sistem sosial budaya masyarakat setempat dengan
nilai yang dianut masyarakat umum
c. Beralihnya kegiatan masyarakat setempat dari aktifitas bertani menjadi berdagang
atau penjual jasa, dan selain itu keberadaan proyek ini akan menimbulkan kegiatan-
kegiatan ekonomi yang bersifat sampingan yang dapat dimanfaatkan penduduk
setempat.

STRATEGI MITIGASI DAN UPAYA PENGURANGAN DAMPAK BENCANA


Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan
No. Jenis Bencana Penyebab Bencana
Dampak Bencana
1 Angin Topan Angin topan disebabkan oleh perbedaan 1. Membuat struktur bangunan yang memenuhi
tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap
paling kencang yang terjadi di daerah tropis gaya angin.
ini umumnya berpusar dengan radius 2. Perlunya penerapan aturan standar bangunan
ratusan kilometer di sekitar daerah sistem yang memperhitungkan beban angin
tekanan rendah yang ekstrem dengan khususnya di daerah yang rawan angin topan
kecepatan sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia 3. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas
dikenal dengan sebutan angin badai. yang penting pada daerah yang terlindung
dari serangan angin topan.
4. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk
meredam gaya angin.
5. Pembuatan bangunan umum yang cukup luas
yang dapat digunakan sebagai tempat
penampungan sementara bagi orang maupun
barang saat terjadi serangan angin topan.
6. Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang
mudah diterbangkan angin yang dapat
membahayakan diri atau orang lain
disekitarnya.
7. Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin
topan, mengetahui bagaimana cara
penyelamatan diri
8. Pengamanan barang-barang disekitar rumah
agar terikat/dibangun secara kuat sehingga
tidak diterbangkan angin.
9. Untuk para nelayan, supaya menambatkan
atau mengikat kuat kapal-kapalnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 44


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2 Banjir 1. Curah hujan tinggi 1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu
2. Permukaan tanah lebih rendah dan sesuai fungsi lahan.
dibandingkan muka air laut. 2. Pembangunan sistem pemantauan dan
3. Terletak pada suatu cekungan yang peringatan dini pada bagian sungai yang
dikelilingi perbukitan dengan sering menimbulkan banjir.
pengaliran air keiuar sempit. 3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di
4. Banyak pemukiman yang dibangun bantaran sungai serta daerah banjir.
pada dataran sepanjang sungai. 4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
5. Aliran sungai tidak lancar akibat Mengadakan Program Pengerukan sungai.
banyaknya sampah serta bangunan di 5. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih
pinggir sungai. rendah dari permukaan laut.
6. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu 6. Program penghijauan daerah hulu sungai
sungai. harus selalu dilaksanakan serta mengurangi
aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
3 Gelombang Gelombang pasang adalah gelombang air 1. Pemberitahuan dini kepada masyarakat dari
Pasang laut yang melebihi batas normal dan dapat hasil prakiraan cuaca melalui radio maupun
menimbulkan bahaya baik di lautan, alat komunikasi.
maupun di darat terutama daerah pinggir 2. Bila sedang berlayar di tengah laut, usahakan
pantai. Umumnya gelombang pasang menghindari daerah laut yang sedang dilanda
terjadi karena adanya angin kencang/topan, cuaca buruk.
perubahan cuaca yang sangat cepat, dan 3. Membuat/merencanakan pengungsian apabila
karena ada pengaruh dari gravitasi bulan terjadi gelombang pasang di pinggir pantai
maupun matahari. Kecepatan gelombang 4. Membuat infrastruktur pemecah ombak untuk
pasang sekitar 10-100 Km/jam. mengurangi energi gelombang yang datang
terutama di daerah pantai yang bergelombang
besar.
5. Tetap tenang jika terjadi gelombang pasang di
tengah laut maupun di pinggir pantai
4. Gempa Bumi 1. Proses tektonik akibat pergerakan 1. Harus dibangun dengan konstruksi tahan
kulit/lempeng bumi getaran/gempa khususnya di daerah rawan
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi gempa.
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, 2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti
contohnya terjadi runtuhan tanah standar kualitas bangunan.
4. Aktivitas gunung api 3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar
5. Ledakan Nuklir kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang
telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk
mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan
pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan
cara - cara penyelamatan diri jika terjadi
gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya
penyelamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam
kebakaran dan pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan
penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 45


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk


melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan
bencana dengan pelatihan pemadaman
kebakaran dan pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan
penggalian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk
melatih anggota keluarga dalam menghadapi
gempa bumi.
5. Kebakaran Kebakaran merupakan bencana yang lebih 1. Periksa secara berkala instalasi listrik di
banyak disebabkan oleh kelalaian manusia rumah. Apabila ada kabel rapuh, sambungan
(human error) dengan dampak kerugian atau stop kontak yang aus atau tidak rapat
harta benda, stagnasi atau terhentinya segera ganti dengan yang baru;
usaha, terhambatnya perekonomian dan 2. Periksa kondisi tungku masak (baik kompor
pemerintahan bahkan korban jiwa. minyak maupun kompor gas, selang, tabung
dll). Segera ganti apabila ada komponen yang
rapuh atau bocor;
3. Tempatkan bahan-bahan yang mudah
terbakar pada ruangan khusus, bahan-bahan
yang mudah terbakar tidak ditempatkan
bercampur dengan bahan yang dapat
menimbulkan reaksi kebakaran;
4. Hindari penggunaan peralatan listrik melebihi
beban kapasitas meter listrik ;
Hindari pemasangan instalasi listrik dengan
terlalu banyak sambungan (dengan isolasi) di
rumah. Apabila terkena panas listrik mudah
memuai dan mengelupas;
Jangan letakkan lilin dekat bahan yang
mudah terbakar (kasur, kain, kayu) pada saat
lampu padam;
5. Hindari peralatan dan bahan yang mudah
terbakar dari jangkauan anak-anak
6. Kegagalan Kegagalan Teknologi adalah semua 1. Kurangi atau hilangkan bahaya yang telah
Teknologi kejadian bencana yang diakibatkan oleh diidentifikasikan
kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian 2. Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran
dan kesengajaan manusia dalam dengan menggunakan material bangunan
penggunaan teknologi dan/atau industri. ataupun peralatan yang tahan api.
1. Kebakaran 3. Bangun daerah penyangga atau penghalang
2. Kegagalan/kesalahan desain api serta penyebaran asap/pengurai asap.
keselamatan pabrik/teknologi 4. Tingkatkan fungsi sistem deteksi dan
3. Kesalahan prosedur pengoperasian peringatan dini.
pabrik/teknologi 5. Perencanaan kesiapsiagaan dalam
4. Kerusakan komponen peningkatan kemampuan pemadaman
5. Kebocoran reaktor nuklir kebakaran dan penanggulangan asap,
6. Kecelakaan transportasi (darat, laut, tanggap darurat dan evakuasi bagi pegawai
udara) serta penduduk disekitar.
7. Sabotase atau pembakaran akibat 6. Sosialisasikan rencana penyelamatan kepada
kerusuhan pegawai dan masyarakat sekitarnya bekerja
8. Dampak ikutan dari bencana alam sama dengan instansi terkait.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 46


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(gempa bumi, banjir, dan sebagainya) 7. Tingkatkan Kemampuan pertahanan sipil dan
otoritas kedaruratan.
7. Kekeringan Kekeringan adalah hubungan antara
ketersediaan air yang jauh dibawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup,
pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Kekeringan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kekeringan Alamiah
1. Kekeringan Meteorologis berkaitan 1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang
dengan tingkat curah hujan di bawah pengaturan sistem pengiriman data iklim dari
normal dalam satu musim. daerah ke pusat pengolahan data.
2. Kekeringan Hidrologis berkaitan dengan 2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala
kekurangan pasokan air permukaan dan prioritas penggunaan air dengan
air tanah. memperhatikan historical right dan azas
3. Kekeringan Pertanian berhubungan keadilan.
dengan kekurangan kandungan air di 3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan
dalam tanah sehingga tidak mampu pada tingkat pusat dan daerah.
memenuhi kebutuhan tanaman tertentu 4. Penyediaan anggaran khusus untuk
pada periode waktu tertentu pada pengembangan/perbaikan jaringan
wilayah yang luas. pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
4. Kekeringan Sosial Ekonomi berkaitan kekeringan.
dengan kondisi dimana pasokan 5. Pengembangan/perbaikan jaringan
komoditi ekonomi kurang dari pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan
kebutuhan normal akibat kekeringan kekeringan
meteorologi, hidrologi, dan pertanian. 6. Memberikan sistem reward dan punishment
Kekeringan Antropogenik, kekeringan bagi masyarakat yang melakukan upaya
yang disebabkan karena ketidak-patuhan konservasi dan rehabilitasi sumber daya air
pada aturan terjadi karena : dan hutan/lahan.
1. Kebutuhan air lebih besar dari pasokan
yang direncanakan akibat ketidak-
patuhan pengguna terhadap pola
tanam/pola penggunaan air.
2. Kerusakan kawasan tangkapan air,
sumber-sumber air akibat perbuatan
manusia.
8. Letusan Letusan gunung api adalah merupakan 1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau
Gunung Api bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal selama 24 jam menggunakan alat pencatat
dengan istilah "erupsi". Hampir semua gempa (seismograf). Data harian hasil
kegiatan gunung api berkaitan dengan pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat
zona kegempaan aktif sebab berhubungan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
dengan batas lempeng. Pada batas (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan
lempeng inilah terjadi perubahan tekanan radio komunikasi SSB. Petugas pos
dan suhu yang sangat tinggi sehingga pengamatan Gunung berapi menyampaikan
mampu melelehkan material sekitarnya laporan bulanan ke pemda setempat.
yang merupakan cairan pijar (magma). 2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan
Magma akan mengintrusi batuan atau oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan
tanah di sekitarnya melalui rekahan- aktivitas gunung berapi, antara lain
rekahan mendekati permukaan bumi. mengevaluasi laporan dan data, membentuk
tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke
lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 47


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan


bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penanggulangan
bencana.
4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan
metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.
Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk
buku, peta dan dokumen lainya.
5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi
kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat
terutama yang tinggal di sekitar gunung
berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa
pengiriman informasi kepada Pemda dan
penyuluhan langsung kepada masyarakat.
9. Tanah Longsor Longsoran merupakan salah satu jenis
gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau
keluar lereng akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut. Tanah longsor terjadi
karena ada gangguan kestabilan pada
tanah/batuan penyusun lereng. Penyebab
longsoran dapat dibedakan menjadi
penyebab yang berupa :(1) Faktor 1. Hindarkan daerah rawan bencana untuk
pengontrol gangguan kestabilan lereng, (2) pembangunan pemukiman dan fasilitas utama
Proses pemicu longsoran. lainnya
Gangguan kestabilan lereng ini dikontrol 2. Mengurangi tingkat keterjalan lereng
oleh kondisi morfologi (terutama 3. permukaan maupun air tanah. (Fungsi drainase
kemiringan lereng), kondisi batuan ataupun adalah untuk menjauhkan airn dari lereng,
tanah penyusun lereng dan kondisi menghidari air meresap ke dalam lereng atau
hidrologi atau tata air pada lereng. menguras air ke dalam lereng ke luar lereng.
Meskipun suatu lereng rentan atau Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai
berpotensi untuk longsor, karena kondisi tersumbat atau meresapkan air ke dalam
kemiringan lereng, batuan/tanah dan tata tanah).
airnya, namun lereng tersebut belum akan 4. Pembuatan bangunan penahan, jangkar
longsor atau terganggu kestabilannya (anchor) dan pilling
tanpa dipicu oleh proses pemicu. 5. Terasering dengan sistem drainase yang
Proses pemicu longsoran dapat berupa : tepat.(drainase pada teras - teras dijaga jangan
a. Peningkatan kandungan air dalam sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam
lereng, sehingga terjadi akumulasi air tanah)
yang merenggangkan ikatan antar butir 6. Penghijauan dengan tanaman yang sistem
tanah dan akhirnya mendorong butir- perakarannya dalam dan jarak tanam yang
butir tanah untuk longsor. Peningkatan tepat (khusus untuk lereng curam, dengan
kandungan air ini sering disebabkan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar
oleh meresapnya air hujan, air
kolam/selokan yang bocor atau air
sawah kedalam lereng.
b. Getaran pada lereng akibat gempa bumi
ataupun ledakan, penggalian, getaran
alat/kendaraan. Gempa bumi pada tanah
pasir dengan kandungan air sering
mengakibatkan liquefaction (tanah
kehilangan kekuatan geser dan daya

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 48


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

dukung, yang diiringi dengan


penggenangan tanah oleh air dari
bawah tanah).
c. Peningkatan beban yang melampaui
daya dukung tanah atau kuat geser
tanah. Beban yang berlebihan ini dapat
berupa beban bangunan ataupun
pohon-pohon yang terlalu rimbun dan
rapat yang ditanam pada lereng lebih
curam dari 40 derajat.
d. Pemotongan kaki lereng secara
sembarangan yang mengakibatkan
lereng kehilangan gaya penyangga.
10. Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang. "tsu" 1. Peningkatan kewaspadaaan dan
berarti pelabuhan, "nami" berarti kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
gelombang sehingga secara umum 2. Pendidikan kepada masyarakat terutama yang
diartikan sebagai pasang laut yang besar di tinggal di daerah pantai tentang bahaya
pelabuhan. tsunami.
Tsunami dapat diartikan sebagai 3. Pembangunan Tsunami Early Warning System
gelombang laut dengan periode panjang (Sistem Peringatan Dini Tsunami).
yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif 4. Pembangunan tembok penahan tsunami
dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut pada garis pantai yang beresiko.
bisa berupa gempa bumi yang diikuti 5. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya
dengan dislokasi/perpindahan masa sepanjang garis pantai untuk meredam gaya
tanah/batuan yang sangat besar dibawah air tsunami.
air (laut/danau), tanah longsor didalam laut; 6. Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang
dan letusan gunung api dibawah laut atau aman disekitar daerah pemukiman yang
gunung api pulau cukup tinggi dan mudah dilalui untuk
menghindari ketinggian tsunami.
7. Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal
khususnya yang tinggal di pinggir pantai
tentang pengenalan tanda-tanda tsunami
cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya
tsunami.
8. Pembangunan rumah yang tahan terhadap
bahaya tsunami.
9. Mengenali karakteristik dan tanda-tanda
bahaya tsunami.
10. Memahami cara penyelamatan jika terlihat
tanda-tanda akan terjadi tsunami.
11. Meningkatkan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami.
12. Melaporkan secepatnya jika mengetahui
tanda-tanda akan terjadinyan tsunami kepada
petugas yang berwenang : Kepala Desa, Polisi,
Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi
terkait.
13. Melengkapi diri dengan alat komunikasi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 49


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
1.3 Fasilitasi Penetapan
Prioritas Usulan Sarana dan
Prasarana Desa dan Antar
Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
Memfasilitasi penetapan prioritas usulan infrastruktur berdasarkan
kebutuhan masyarakat

Waktu
1,5 JP (67,5 menit)

Metode
Pemaparan, curah pendapat, praktek fasilitasi penetapan prioritas
kebutuhan infrastruktur dasar.

Media
 Isian Lembar survei daftar masalah dan potensi dalam SPB 1.1.
 Media Tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 50


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
7. Menjelaskan tujuan, hasil dan proses yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang ―Fasilitasi penetapan Prioritas usulan sarana dan
Prasarana Desa dan Antar Desa‖;
8. Menjelaskan langkah-langkah dan alternatif proses fasilitasi untuk
menetapkan skala prioritas kebutuhan sarana dan prasarana desa dan
antar desa. Media tayang disediakan dan dapat ditambahkan sesuai
dengan kondisi setempat.
9. Ajaklah peserta untuk mensimulasi proses fasilitasi penentuan skala
prioritas usulan. Sebaiknya menggunakan kelompok yang sudah dibentuk
melalui pembahasan SPB 1.1.
10. Berilah kesempatan kepada peserta untuk melakukan proses fasilitasi
penentuan skala prioritas dengan metode yang mudah untuk diterapkan
di masyarakat. Misalnya:
 Buatlah tabel dengan daftar jenis infrastruktur yang dibutuhkan di desa.
 Buatlah kolom di sebelahnya dan berilah judul dengan menggunakan
minimal 3 parameter penilaian dengan mengacu pada lembar kerja
1.3.1.
 Isi kolom parameter sesuai data yang diperoleh dari anggota kelompok
yang berperan sebagai anggota masyarakat.
 Hitunglah berapa banyak parameter yang dihasilkan dan buatlah daftar
prioritas.
 Antisipasi jika ada beberapa jenis infrastruktur yang mempunyai jumlah
nilai parameter sama, diskusikan dengan kelompok untuk mencari solusi
terbaik.
11. Setelah selesai, berikan kesempatan pada kelompok lain untuk
memberikan penilaian terhadap metode fasilitasi yang sudah dilakukan.
Apa kelemahan atau titik kritis dari metode yang sudah dilakukan dan
berilah solusinya.
12. Pelatih selanjutnya menegaskan kembali pentingnya memfasilitasi
penentuan kebutuhan prioritas prasarana dengan memaparkan media
tayang.
13. Buatlah catatan dan kesimpulan dari hasil pembahasan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 51


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR KERJA 1.3.1

Matrik Diskusi Penentuan Skala Prioritas Sarana Prasarana Desa


Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Parameter Penilaian
Dampak
Jumlah Jumlah
Bidang Kegiatan bila
Calon Nilai Nilai Urgensi Nilai Nilai
tidak
Pemamfaat
dibangun
Transportasi

Sanitasi

Kesehatan

Pendidikan

Penerangan

Perekonomian

Keamanan

Dll

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 52


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
1.3 Fasilitasi Penetapan Prioritas
Usulan Sarana Prasarana
Desa dan Antar Desa
Mengadakan musyawarah penetapan prioritas usulan merupakan musyawarah untuk
mengambil keputusan terhadap usulan yang didanai melalui Dana Desa. Keputusan
pendanaan harus mengacu pada peringkat usulan yang telah dibuat pada saat
musyawarah prioritas usulan.

Tujuan : a. Membahas dan menetapkan jenis kegiatan yang akan didanai oleh
Dana Desa berikut besar dananya.
b. Menyusun jadwal pelaksanaan Dana Desa.
c. Membahas berbagai keluhan yang timbul selama proses di tahap
perencanaan.

Waktu : Setelah pembuatan dan pemeriksaan desain serta RAB, dan RKP Des.

Tempat : Kantor Desa atau Balai Pertemuan di Desa, atau tempat lain yang
memungkinkan untuk penyelenggaraan pertemuan.

Peserta :  Kades, Sekdes dan staf terkait


 Ketua dan Sekretaris BPD.
 Instansi dinas terkait tingkat
 Tim Pengamat
 Seluruh Kader Desa
 Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.

Pemandu : Ketua BPD.

Metode : Ceramah, curah pendapat dan diskusi.

Materi : RKP Desa dan RPJM Desa

Alat  Poster dan lembar sketsa desa


 Daftar hadir
 Bahan-bahan kertas, alat tulis, dll.
 Dokumen profil desa.

Persiapan : 1. Desa telah mengetahui dan menyetujui bentuk desain jenis kegiatan
dengan segala perubahannya yang akan dibawa ke musyawarah
penetapan prioritas usulan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 53


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Menyiapkan undangan yang ditandatangani Kades, Ketua BPD dan


Sekretaris.
3. Undangan harus memuat: waktu dan tempat pertemuan, tujuan dan
agenda pertemuan, serta wakil-wakil dusun, masyarakat desa
dalam undangan juga disebutkan bahwa terbuka kesempatan bagi
masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
4. Memastikan informasi akan diadakannya musyawarah penetapan
prioritas usulan telah tersebar dan diketahui oleh masyarakat, baik
yang melalui undangan resmi maupun pengumuman secara lisan
dan tertulis. Hal ini dilakukan dengan kunjungan ke desa maupun
menanyakan langsung kepada orang desa.
5. Pendanaan, akomodasi, konsumsi, ATK, daftar hadir dan penataan
ruangan dipersiapkan dengan baik.

Proses Musyawarah Penetapan Prioritas Usulan


1. Pembukaan oleh Kades
2. Penjelasan tujuan pertemuan dan hasil yang akan dicapai dalam pertemuan oleh
Ketua BPD.
3. Sekdes bersama kader desa menjelaskan agenda acara secara rinci, sebagai
berikut:
a. Presentasi hasil perhitungan Tim Desain.
b. Penentuan kesepakatan jadwal pelaksanaan.
c. Penyusunan Rencana Kerja dan Tindak Lanjut.
4. Presentasi hasil perhitungan Tim Desain:
a. Menjelaskan proses dan aturan main dalam Dana Desa.
b. Penyampaian hasil perhitungan tim design yang telah dimusyawarahkan
antara masyarakat dusun, dan tokoh masyarakat.
c. Penjelasan secara rinci setiap jenis kegiatan di desa yang dapat didanai oleh
Dana Desa.
d. Peserta memberikan tanggapan / pertanyaan terhadap hasil perhitungan
Tim Desain.
e. Jawaban / klarifikasi pertanyaan oleh Tim Desain.
5. Penentuan kesepakatan untuk jadwal pelaksanaan.
a. Sekdes memberi penjelasan tentang jadwal pelaksanaan setiap desa.
b. Dari penjelasan ini wakil-wakil dari dusun mengajukan pertanyaan bila belum
jelas dan memusyawarahkan jadwal pelaksanaan yang terbaik untuk
disepakati.
c. Ketua BPD mengambil kesimpulan dari hasil kesepakatan dan menetapkan
Jadwal pelaksanaan yang di sepakati.
6. Penyusunan Rencana Kerja dan Tindak Lanjut.
a. Sekdes bersama kader desa dan PLD menyampaikan kegiatan-kegiatan lain
yang harus dilakukan setelah musyawarah penetapan prioritas usulan.
b. Musyawarah penetapan prioritas usulan menyepakati jadwal tersebut.
c. Kegiatan-kegiatan itu antara lain:
 Utusan dusun menyebarluaskan Berita Acara musyawarah penetapan
prioritas usulan kepada anggota kelompok di dusun. Berita acara
ditempelkan pada papan informasi.
 Usulan yang tidak didanai Dana Desa merupakan rumusan yang telah
ditetapkan sebagai renstra desa, diusulkan ke Forum SKPD dan/atau
Musrenbang Kecamatan dan Kabupaten.
7. Penutup
a. Pembacaan kembali hasil dan keputusan musyawarah.
b. Pembacaan dan penandatanganan Berita Acara musyawarah penetapan
prioritas usulan oleh wakil-wakil dusun termasuk kesepakatan “Sanksi-sanksi
dalam pelaksanaan Program.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 54


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

c. Pengamat kecamatan menyampaikan hasil pengamatannya selama diskusi


berlangsung.
d. Mengingatkan prinsip tranparansi dan pengelolaan dana harus bebas dari
“kebocoran”.
e. Jika ada, kotak pos perdesaan Kabupaten dan Propinsi, juga diinformasikan.
f. Dalam pelaksanaan kegiatan, papan nama harus dipasang di setiap lokasi.
Papan nama ini memberikan informasi tentang: jenis kegiatan, kelompok
penerima, jumlah penerima manfaat, volume kegiatan, biaya kegiatan (Dana
Desa dan swadaya), perkiraan waktu mulai dan waktu selesai.
g. Selesai.

.....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 55


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

RencanaPembelajaran
SPB
2.1 Pengantar Desain Teknik
Prasarana (Gambar Desain
Dan Cara Perhitungan
Teknik)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
4. Menjelaskan maksud dan tujuan pentingnya metode kerja dan RKS dalam
dokumen perencanaan;
5. Mengetahui dasar-dasar penyusunan metode kerja dan RKS berbagai
prasarana desa;
6. Menyusun bagian penting dari Metode Kerja dan RKS untuk prasarana
yang dibangun;
7. Menyebutkan tujuan dan manfaat dari pembuatan desain;
8. Mengetahui langkah-langkah untuk melaksanakan pembuatan desain;
9. Melakukan analisa perhitungan teknis prasarana desa yang akan dibangun.

Waktu
4 JP (180 menit)

Metode
 Curah pendapat
 Diskusi kelompok

Media
 Panduan singkat penyusunan desain beserta detailnya
 Media Tayang contoh-contoh desain prasarana desa
 Analisa Perhitungan Teknis
 Panduan singkat desain (word)
 Daftar isi desain (word)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 56


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Contoh desain (Bacaan)


 Hasil evaluasi desain (Bacaan)
 Media tayang pembuatan desain

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
14. Pelatih menjelaskan tentang tujuan, hasil, dan proses dari proses
pembelajaran sub pokok bahasan ―Pengantar Desain Teknik Prasarana‖.

Kegiatan 1: Curah Pendapat Manfaat Perencanaan Desain


15. Jelaskan pentingnya dalam sebuah perencanaan desain prasarana
menggunakan metode kerja dan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat).
Metode kerja dan RKS sudah lazim menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari dokumen kontrak pada proyek-proyek Pemerintah dan non
pemerintah.
16. Tanyakan siapa diantara peserta yang sudah memiliki pengalaman dalam
perencaanan desain menggunakan metode kerja dan RKS.
17. Tanyakan kepada peserta apa yang terjadi jika masyarakat melaksanakan
pekerjaan tanpa menggunakan metode kerja dan RKS
18. Mintalah peserta tersebut untuk menceritakan apa saja yang dilakukan
pada saat merencanakan desain.
19. Catat di kertas plano berbagai kelemahan dan kegagalan pelaksanaan
pekerjaan oleh masyarakat yang tidak didukung oleh metode kerja dan
RKS yang lengkap.
20. Bagikan metaplan kepada peserta. Mintalah kepada tiap peserta untuk
menuliskan minimal 3 manfaat dari perencanaan desain menggunakan
metode kerja dan RKS.
21. Buat rangkuman hasil jawaban dari tulisan di metaplan.
22. Tanyakan kepada peserta, apa dampak negatif yang akan terjadi jika
penyusunan desain hanya dilakukan oleh Pendamping dan tidak
melibatkan masyarakat?
23. Buat penegasan manfaat dari penyusunan desain melibatkan masyarakat,
serta sumber dana penyusunan desain dan larangan bagi Pendamping
untukmengelola/menerima dana penyusunan desain tersebut di wilayah
tugasnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 57


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Kegiatan 2: Penugasan Menyusun Metode Kerja dan RKS


24. Bagi peserta dalam beberapa kelompok maksimal 5-6 orang tiap
kelompok.
25. Tugaskan kepada kelompok untuk menyusun Metode kerja dan RKS untuk
tiap jenis kegiatan yang paling sering diusulkan masyarakat.
26. Setiap kelompok cukup menyusun 1 jenis prasarana supaya hasilnya lebih
lengkap dan sempurna.
27. Setelah semuanya selesai minta salah satu kelompok menyampaikan hasil
kerjanya.
28. Persilahkan kelompok lain untuk melengkapi dan mengoreksi.
Kegiatan 3: Langkah-Langkah Penyusunan Desain Bersama Masyarakat
29. Jelaskan tentang proses pembuatan desain.
30. Minta peserta menanggapi panduan pembuatan desain.
31. Lakukan Tanya jawab seperlunya tentang hal-hal yang belum jelas.
32. Kapan dilakukan desain?
33. Bagikan formulir-formulir yang terkait desain.
34. Jelaskan dan Tanya jawab cara pengisiannya dan sekaligus berlatih untuk
mengisi, berlaku untuk setiap peserta.
35. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan bahwa (i) metode kerja dan RKS
adalah bagian penting dari sebuah dokumen perencanaan sarana
prasarana di desa; (ii) metode kerja dan RKS sangat membantu
masyakarakat dalam melaksanakan pekerjaannya; dan (iii) setiap sarana
prasarana yang didesain harus menyertakan metode kerja dan RKS dalam
dokumennya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 58


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
Pengantar Desain Teknik
2.1
Prasarana

RENCANA KERJA DAN SYARAT


KEGIATAN PRASARANA PNPM MANDIRI PERDESAAN

I. Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung


II. Spesifikasi Pekerjaan untuk Bangunan Gedung
III.Spesifikasi Bahan untuk Bangunan Gedung

I. Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung


No URAIAN PERSYARATAN KETERANGAN
A. PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
1 Jarak Antar Bangunan minimal 3 m Berdasarkan pertimbangan
2 Ketinggian Bangunan maksimum 1 lantai keselamatan, kesehatan,
3 Ketinggian Langit- min. 2,80 m dan kenyamanan, serta
langit ketentuan dalam Peraturan
4 Koefisien Dasar Sesuai ketentuan Peraturan Daerah Daerah setempat Tentang
Bangunan setempat Bangunan atau Rencana
5 Koefisien Lantai Tata Ruang Wilayah
Bangunan Kabupaten/Kota, atau
6 Koefisien Dasar Hijau Rencana Tata Bangunan
7 Garis sempadan dan Lingkungan untuk
8 Wujud Arsitektur sesuai fungsi & kaidah arsitektur lokasi yang bersangkutan.
sederhana
9 Pagar Halaman Menggunakan bahan dinding batu
bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja ,
kayu, dan bahan
lainnya yang disesuaikan dengan
rancangan wujud arsitektur bangunan.
10 Kelengkapan Sarana
dan Prasarana
Lingkungan
- parkir kendaraan minimal 1 parkir kendaraan untuk 60 Dihitung berdasarkan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 59


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

m2 luas bangunan gedung kebutuhan sesuai fungsi


- aksesibilitas tersedia sarana aksesibilitas bagi bangunan dan
penyandang cacat SNI/ketentuan yang
- drainase tersedia drainase sesuai SNI yang berlaku.
berlaku
- pembuangan sampah tersedia tempat pembuangan sampah
sementara
- pembuangan limbah tersedia sarana pengolahan limbah,
khususnya untuk limbah berbahaya
- penerangan halaman tersedia penerangan halaman

B. PERSYARATAN BAHAN BANGUNAN


1 Bahan Penutup Lantai keramik, vinil, tegel PC Diupayakan menggunakan
2 Bahan Dinding Luar bata, batako diplester dan dicat, kaca bahan bangunan
3 Bahan Dinding Dalam bata, batako diplester dan dicat, kaca, setempat/ produksi dalam
partisi kayu lapis negeri, termasuk bahan
4 Bahan Penutup Plafond kayu-lapis dicat bangunan sebagai bagian
5 Bahan Penutup Atap genteng, seng, sirap dari sistem pabrikasi
6 Bahan Kosen dan Daun kayu dicat/aluminium komponen. Apabila bahan
Pintu tersebut sukar diperoleh
atau harganya tidak sesuai,
dapat diganti dengan
bahan lain yang sederajat
tanpa mengurangi
persyaratan fungsi dan
mutu dengan pengesahan
Instansi Teknis Setempat.

C. PERSYARATAN STRUKTUR BANGUNAN


1 Pondasi batu belah, kayu, betonbertulang Khusus untuk
camp. 1:2:3 daerahgempa,
2 Kolom beton bertulang camp. 1:2:3, baja, harusdirencanakan sebagai
kayu klas kuat II struktur bangunantahan
3 Balok beton bertulang camp. 1:2:3, baja, gempa.
kayu klas kuat II
4 Rangka Atap kayu klas kuat II, baja
5 Kemiringan Atap genteng min. 30⁰ , sirap min.22.5⁰,
seng min 15⁰
6
D. UTILITAS dan PRASARANA DAN SARANA DALAM BANGUNAN
1 Air Bersih PAM, sumur pantek
2 Saluran air hujan talang, saluran lingkungan
3 Pembuangan Air Kotor bak penampung
4 Pembuangan Kotoran bak penampung
5 Bak SeptikTank & berdasarkan kebutuhan
resapan
6 Sarana Pengamanan Mengkuti ketentuan dalam Kep.
terhadap Bahaya Meneg. PU No. 0/KPTS/2000 dan Kep.
Kebakaran Meneg. PU No.
11/KPTS/2000, serta Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang berlaku.
7 Sumber daya listrik PLN, generator

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 60


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

8 Penerangan 100-215 lux/m2, dihitung berdasarkan penerangan alam dan


kebutuhan dan fungsi bangunan serta buatan
SNI yang berlaku
9 Tata Udara 6-10% bukaan dihitung sesuai SNI
yangberlaku.
10 Aksesibilitas bagi minimal ramp untuk bangunan
penyandang cacat klasifikasi sederhana.
11 Penangkal petir penangkal petir lokal
12
E. SARANA PENYELAMATAN
1 Tanda Penunjuk Arah jelas, dasar putih huruf hijau
2 Pintu lebar min.=0,90 m, satu ruang minimal
2 pintu dan membuka keluar
3 Koridor/selasar lebar min.=1,80 m
4

II. Spesifikasi Pekerjaan untuk Bangunan Gedung


No URAIAN PERSYARATAN
1 Gudang Bahan TPK harus menyediakan gudang bahan.
Gudang bahan harus baik, sehingga bahan-bahan yang disimpan dan
akan digunakan tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain. Lantai
gudang dari papan dan dan atau dialas papan yang mempunyai
ketinggian minimal 30 cm dari permukaan tanah, serta dinding dan
atapnya tidak boleh bocor.
2 Papan Nama TPK wajib memasang Papan Nama Kegiatan, ukuran serta model
Kegiatan tulisannya sepertiyang sudah ditentukan. Biaya pembuatan Papan Nama
Kegiatan dapat dianggarkan dari biaya kegiatan.
3 Pekerjaan TPK harus membersihkan tanah lokasi pekerjaan dari
pembersihan tanah
segala material/ unsur yang bersifat merusak konstruksi
(land clearing)
pekerjaan sampai benar-benar bersih.
4 Pekerjaan Pekerjaan pengukuran/uitzet sepenuhnya dilaksanakan oleh TPK dan
pengukuran dan difasilitasi oleh Fasilitator.
Bouwplank
Pekerjaan pengukuran harus dilaksanakan dengan cermat/teliti dengan
menggunakan alat-alat ukur agar ketepatan ukuran (sudut, panjang, lebar,
dalam/tebal/tinggi) dapat dipertanggungjawabkan sampai dengan
pekerjaan selesai danapabila terjadi penyimpangan ukuran maka TPK
bertanggungjawab untuk memperbaikinya.
Patok profil / bouwplank dibuat dari bahan Kayu Meranti yaitu usuk 5/7
dan papan 2/20 dan dipasang / ditanam kuat-kuat agartidak mudah
goyah / berubah kedudukannya serta di cat warnayang jelas (warna
merah).
Ukuran-ukuran pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yangtercantum
dalam Gambar-gambar pelaksanaan.
Penentuan titik tinggi/peil duga masing-masing pekerjaan ditetapkan di
lokasi pekerjaan dengan menyesuaikansituasi / kondisi lapangan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 61


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5 Pekerjaan Tanah Pekerjaan Galian Tanah :


Penggalian tanah harus mencapal kedalaman yang telah ditentukan yang
disyaratkan dalam gambar perencanaan.
Penggalian akan mencakup pemindahan tanah tanah serta bahan bahan
lain yang dijumpai dalam pengerjaan.
Dasar galian harus bersih dari kotoran sampah, akar akar, tumbuh
tumbuhan atau tanah humus yang dapat merusak pada bangunan
diatasnya.
Galian dibuat miring untuk menjaga terjadinya longsor, terutama tanah
yang lembek.
Bilamana terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi
sehingga dicapai kedalaman yang melebihi dari apa yang tertera dalam
gambar atau yang dapat disetujui oleh Fasilitator maka kelebihan di atas
harus ditimbun kemball dengan pasir yang dipadatkan. Risiko biaya
pekerjaan tersebut menjadi tanggungjawab TPK
Pekerjaan Urugan Tanah :
Pengurugan tanah kembali dilaksanakan setelah pemasangan pondasi dan
sloof telah selesai dilaksanakan
Bahan pemimbunan ini harus bersih dari sampah dan batu batu lain yang
bersifat merusak.
Pengurugan dipadatkan lapis demi lapistiap 30 cm dengan alat pemadat
manual
6 Pekerjaan Pondasi Kedalaman galian pondasi minimal sampai tanah keras. Lebar galian
Batu Kali minimal lebar tapak pondasi ditambah 25 cm kiri dan kanan.
Urugan pasir dibawah pondasi t min.= 5 cm
Dimensi pondasi sesuai dengan gambarperencanaan. Tinggi pondasi
min.= 50 cm, lebar tapak pondasi min. = 50 cm, lebar atas pondasi min. =
25 cm.
Campuran spesi 1:4
Untuk menghubungkan pondasi dengan sloof dipasang angker besi Ø 10
mm. Panjang angker minimal 50 cm (tertanam ke pondasi 30 cm) dan
dipasang dengan jarak 100 cm.
Untuk menghubungkan pondasi dengan kolom dipasang angker besi
sesuai penulangan kolom. Panjang angker minimal 80 kali diameter
tulangan utama kolom ditambah tinggi sloof (tertanam didalam pondasi
40 kali diameter tulangan utama kolom).
7 Pekerjaan Pondasi Kedalaman galian pondasi minimal sampai tanah keras. Lebar galian
Setempat (foot minimal lebar tapak ditambah 10 cm kiri dan kanan.
plat) Beton
Urugan pasir dibawah pondasi t min.= 5 cm
Bertulang
Dimensi pondasi sesuai dengan gambar perencanaan.
Campuran beton minimal 1:2:3
8 Pekerjaan Sloof Ukuran sloof beton sesuai dengan gambar perencanaan, ukuran minimal
Beton Bertulang 15x20 cm untuk jarak antar kolom 300 cm.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 62


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Penulangan sesuai dengan gambar perencanaan. Tulangan pokok minimal


4 Ø 12 mm, tulangan sengkang minimal Ø8mm jarak 15 cm.
Campuran beton minimal 1:2:3
9 Pekerjaan Kolom Ukuran kolom utama sesuai dengan gambar perencanaan
Utama Beton
Campuran beton minimal 1:2:3
Bertulang
10 Pekerjaan Ring Ukuran ring balok sesuai dengan gambar perencanaan
Balok Beton
Campuran beton minimal 1:2:3
Bertulang
11 Pekerjaan Kolom Ukuran kolom praktis minimal (11 x 11) cm dan ring balok minimal 10 x 15
Praktis dan Ring cm
Balok Praktis
Tulangan pokok minimal 4 Ø8 mm, tulangan sengkang minimal Ø6 mm
jarak 15 cm.
Campuran beton 1:2:3
Penempatan kolom praktis dan ring balok praktis sesuai gambar
perencanaan.
12 Pekerjaan Pasangan Pasangan dinding batu bata 1 pc : 2 ps dilaksanakan pada pekerjaan :
batu bata 1 pc : 2
Pasangan dinding trasraam yang dilaksanakan diatas sloof setinggi 30 cm
ps (Trasraam).
diatas peil lantai.
Bagian-bagian dinding lainnya yang ditetapkan dalam gambar.
13 Pekerjaan Pasangan Pasangan batu bata 1 pc : 4 ps, dilaksanakan pada seluruh dinding
batu bata 1 pc : 4 pembatasan ruangan, kecuali yang disebutkan dalam point 1 diatas.
ps.
Untuk semua sisi tegak yang berhubungan dengan kolom beton harus
dipasang angker besi Ø10 mm. Panjang angker minimal 30 cm dan
dipasang dengan jarak 50 cm.
Untuk bidang tembok yang luas, setiap jarak 300 cm dipasang kolom
praktis, setiap tinggi 300 cm dipasang ring balok praktis. Penataan
penempatan kolom praktis dan ring balok praktis sedemikian rupa
sehingga bidang terluas tembok pasangan bata maksimal 9 m².
Pemasangan batu bata harus dikerjakan waterpass lapis demi lapis. Setiap
pertemuan sudut harus membentuk sudut siku ( 90⁰ ).
Semua pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas harus memenuhi
persyaratan dari masing-masing pekerjaan atau menurut petunjuk
Fasilitator.
14 Pekerjaan Plesteran Plesteran kedap air dengan adukan 1 pc : 2 ps, dilaksanakan untuk
plesteran dinding dan kolom pada pekerjaan yang dipersyaratkanharus
menggunakan adukan ini.
Plesteran dengan adukan 1 pc : 4 ps dilaksanakan pada plesteran semua
dinding bangunan kecuali yang telah disebutkan pada ayat 1 diatas.
Semua plesteran harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga rata, datar
dan licin. Semua plesteran harus rata-rata tebal tidak boleh lebih dari 2
cm, setelah plesteran selesai baru dilakukan pengacian.
Pertemuan sudut plesteran dibuat sudut siku. Semua bidang yang akan
diplester harus disiram air secukupnya, sehingga gelembung udara yang

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 63


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

berada dalam pori- pori batu bata atau adukan dapat keluar seluruhnya.
15 Pekerjaan Kosen Bahan – bahan :
Pintu, Jendela,
Pekerjaan kosen pintu, jendela, ventilasi harus menggunakan kayu yang
Ventilasi Dan Pintu
berkwalitas baik, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat cacat-cacat
kayu.
Untuk pekerjaan kosen pintu jendela menggunakan kayu ukuran 6 x 13 cm
(ukuran jadi).
Daun pintu panil menggunakan papan rangkanya dibuat dari papan klas II
ukuran 3, 8/13 cm sesuai dengan gambar rencana.
Pedoman pelaksanaan :
Semua ukuran kosen dan pintu dibuat sesuai dengan gambar, semua
permukaan kayu yang tampak harus diketam halus, rata dan mempunyai
ketebalan yang sama.
Setiap sambungan harus kuat, kaku dan siku dan dilaksanakan sesuai
dengan peraturan yang ada.
Pada batang tegak harus dipasang angker dengan jarak 50 cm terbuat dari
besi dia. 10 mm.
Neut / sepatu kosen pintu harus memakai angker besi dia 10 mm.
Bagian yang berhubungan dengan tembok harus dicat menie.
Bingkai daun jendela ukuran dan bentuk disesuaikan dengan gambar.
16 Pekerjaan Rangka Konstruksi rangka atap dari bahan kayu.
Atap
Kayu untuk konstruksi atap minimal kayu kelas II.
Konstruksi atap dirancang untuk bisa menahan beban vertikal dan
horizontal yang dipersyaratkan peraturan perencanaan yang berlaku.
Jarak maksimal antar kuda-kuda 300 cm.
Penghubung antar kuda-kuda dipasang sepasang ikatan angin secara
menyilang, ukuran minimal (5 x 10) cm.
Jarak maksimal antar gording 150 cm, ukuran minimal (8 x 12) cm
Jarak maksimal antar kaso 50 cm, ukuran minimal (5 x 7) cm
Jarak reng sesuaikan dengan jenis genteng yang dipakai, ukuran minimal
(2 x 3) cm.
17 Pekerjaan Atap Penutup atap menggunakan atap Genteng, Genteng Metal atau Atap
Seng.
Sudut kemiringan atap atau tinggi atap dibuat sesuai dengan gambar.
Bubungan /Nok Atas, jurai luar menggunakan Genteng, Genteng Metal
atau Seng Plat (sesuai dengan pilihan penutup atap).
18 Pekerjaan Rangka Rangka plafond dan penggantung dipakai kayu yang berkwalitas baik,
Plafond/Langit- ukuran disesuaikan dengan gambar. Rangka utama minimal menggunakan
Langit kayu (5 x 10) cm dengan jarak 120 cm. Rangka pembagi minimal
menggunakan kayu (5 x 7) cm dengan jarak 60 cm. Kayu penggantung
minimal menggunakan kayu (5 x 7) cm dengan jarak antar penggantung
150 cm.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 64


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Balok penggantung harus kuat, sehingga tidak terjadi gelombang pada


plafond, dan harus dilaksanakan sesuai dengan gambar serta harus
mendapat persetujuan Fasilitator.
Bahan penutup langit-langit yang dipakai adalah plywood . 4 mm sesuai
dengan gambar
19 Pekerjaan Keramik Pasangan lantai didalam ruangan dan selasar bangunan menggunakan
Lantai Dan Dinding lantai keramik minimal 30 x 30 cm.
Sebelum pemasangan lantai, urugan pasir dibawah lantai harus sudah
padat dan disiram air terlebih dahulu.
Untuk Lantai KM/WC pakai keramik 20x20 cm anti slip, dan dinding
dipasang ukuran 20x25 cm nat tidak boleh lebih dari 3 mm.
Penggunaan keramik yang berkualitas baik, tidak cacat seperti retak,
gumpil, apabila sudah terpasang ternyata retak pada waktu pemasangan
harus diganti.
Permukaan lantai Keramik yang terpasang harus rata benar dan untuk
keramik setiap sambungan harus lurus dan tidak bertonjolan.
20 Pekerjaan Kaca, Kaca :
Kunci Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kaca bening/polos dengan tebal 5 mm
Penggantung
dipasang pada jendela kaca hidup dan jendela kaca mati, ukuran dan
bentuk sesuai dengan gambar.
Pemasangan kaca tidak boleh goyang dan bergetar, list kaca terbuat dari
kayu harus terpasang rapi, ukuran sesuai gambar.
Kunci / alat penggantung :
Pada pintu panil dipasang kunci yang berkwalitas baik, type 2 Slaag besar
atau jenis lain yang berkwalitas baik
Untuk daun pintu panil dipasang 3 (tiga) buah engsel ring nylon untuk
setiap daun pintu.
Sebelum pemasangan kunci, engsel pintu / jendela harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Fasilitator.
21 Pekerjaan Syarat teknis :
Pengecatan
Bidang kayu atau tembok yang akan dicat harus dalam keadaan kering,
bersih dari segala kotoran dan tidak berminyak.
Kayu harus dilindungi dari kerusakan akibat rayap atau bila kayu masih
basah harus dilindungi dari kemungkinan rembesan air maupun getah
(resin) yang terkandung dalam kayu.
Pori-pori pada bidang plesteran atau kayu harus ditutup dengan plamir.
Penggunaan plamir diusahakan setipis mungkin.
Bidang kayu dan plesteran sebelum dicat akhir harus diamplas terlebih
dahulu dan dibersihkan dari debu-debu.
Pengecatan kayu kosen, sebaiknya dilakukan setelah daun pintu dan
jendela terpasang.
Dalam pelaksanaan pengecatan, setiap urutan atau tahapan pekerjaan
harus dipenuhi dan tahapan berikutnya terlebih dahulu harus mendapat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 65


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

persetujuan Fasilitator.
Pengecatan kayu :
Sebelum dicat bidang kayu dimenie terlebih dahulu dengan cat menie
yang berkwalitas baik.
Pori-pori, serat kayu dan tekikan didempul dan diamplas dengan bahan
yang berkwalitas baik.
Lapisan akhir dikehendaki mempunyai lapisan yang rata, kuat dan
mengkilap. Cat akhir digunakan cat Bee Brand atau setaraf, dengan
pengecatan dilakukan 2 kali dengan selang waktu 16 jam atau lebih.
Pengecatan tembok :
Bidang plesteran dicat dasar terlebih dahulu menggunakan bahan yang
berkwalitas baik.
Untuk meratakan, menutup pori-pori plesteran harus didempul terlebih
dahulu. Bidang tersebut dibiarkan kering selama kurang lebih dari 1 (satu)
minggu sebelum diamplas.
Lapisan cat akhir dikehendaki warna yang rata dan kuat. Cat akhir
digunakan cat kwalitas baik atau dengan pengecatan 2 (dua) kali. Sebelum
lapisan berikutnya dilakukan, bagian plesteran yang belum rata harus
didempul kembali sampai bagian tersebut menjadi rata.
Pengecatan plafond
Permukaan plafond dicat dasar kemudian diplamir/dempul dan diamplas
hingga rata serta dibersihkan.
Lapisan cat akhir dengan cat kwalitas baik atau dilakukan dua kali sampai
diperoleh lapisan yang rata dengan selang waktu 16 jam atau lebih.
22 Pekerjaan Instalasi Sistem instalasi listrik :
Listrik
Sistem tegangan listrik dari jaringan PLN ke jaringan distribusi ialah 110 V
/ 220 V, 1 fase, dimana sentral (nol) dari sistem dihubung tanahkan
(Grounded netral).
Dari panel listrik utama, tenaga listrik didistribusikan secara radial
ketempat-tempat yang memerlukannya, titik lampu, stop kontak dan
peralatan-peralatan lain. Untuk tegangan 220 Volt maka semua peralatan-
peralatan seperti panel-panel, stop kontak harus dihubung tanahkan
sesuai dengan peraturan yang ada.
Sistem pengabelan :
Kabel-kabel primer, sekunder, maupun kabel yang titik-titik lampu, stop
kontak harus dipilih dari produksi pabrik-pabrik yang telah mendapat
sertifikat dari PLN atau dari laboratorium LMK di Jakarta. Kabel yang
digunakan untuk instalasi penerangan adalah NYA 3 x 2,5 mm2, pemasang
didalam tembok dan diatas plafond harus dengan pipa pelindung PVC dia.
5/8 ‖ merk setaraf ―MASPION‖.
Lampu – lampu :
Lampu SL 18 VA merk setaraf Phillip, lengkap dengan fittingnya dipasang
sesuai dengan gambar instalasi listrik.
Shaklar lampu dan stop kontak :

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 66


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Shaklar lampu dan stop kontak dipasang pada tempat yang telah
ditentukan dengan ketinggian antara 120 – 140 cm diatas lantai. Type
shaklar lampu dan stop kontak terbenam dinding (inbouw) warna putih,
mutu setaraf BROCO.
Alat-alat pengamanan :
Alat pengaman arus lebih, arus bocor dan arus hubung singkat dari jenis
sekering konvensional lengkap dengan box sekeringnya dengan
pembagian group sebagaimana tercantum pada gambar atau menurut
petunjuk Direksi. Ampere meter disesuaikan dengan kebutuhan.
Pengerjaan Instalasi :
Untuk pekerjaan instalasi listrik harus dikerjakan oleh instalatur yang
sudah mendapat izin menyelenggarakan pemasangan instalasi listrik dari
PLN, Instalatur yang bersangkutan harus mengadakan pengujian terhadap
instalasi yang dipasangnya dam memberikan jaminan bahwa instalasi
listrik tersebut telah siap untuk dialiri listrik dari PLN dengan daya
sebagaimana dalam gambar.
23 Pekerjaan Halaman Halaman lokasi pekerjaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran bekas
/ Pembersihan bongkaran atau sisa-sisa dari bahan bangunan setelah pekerjaan selesai.

III. Spesifikasi Bahan untuk Bangunan Gedung


No URAIAN PERSYARATAN
1 Semen Semen yang digunakan adalah semen portland (Portland Cement) Type I
dan merupakan hasil produksi dalam negeri, harus satu merek.
Jika terpaksa menggunakan semen jenis lain, harus melalui persetujuan
Fasilitator.
2 Batu Belah Batu belah yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahandengan
muka minimal 3 sisi dan bukan batu glondong, harusbersih dan keras,
sertabersih dari campuran besi, noda-noda, lubang-lubang, pasir,
cacatatau ketidaksempurnaan lainnya.
Ukuran batu yang akan digunakan untuk pasangan batu kaliadalah 20-30
cm, sedangkan batu dengan ukuran lebih kecildapat digunakan sebagai
pengisi.
Batu belah yang akan digunakansudah mendapat persetujuan Fasilitator,
3 Pasir Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan
keras,kandungan lumpur yang terkandung dalam pasir tidak boleh
lebihbesar 5%.
Pasir harus memenuhi persyaratan PUBBI 1970 atau NI-3.
Pasir yang ditolak oleh Fasilitator harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja. Dalam membuat adukan baik untuk digunakanplesteran maupun
pembetonan, pasir tidak dapat digunakansebelum persetujuanmengenai
mutu dari Fasilitator
4 Batu Split Batu Split yang dipergunakan harus memenuhi syarat PUBBI -1970dan
PBI-1971 pecah mesin atau pecah tangan
Batu Split harus cukup keras, serta susunan butir gradasinyamenurut

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 67


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

kebutuhan.
Batu split harus mempunyai ukuran yang hampir sama antara 10sampai 15
mm. Kadar lumpur maksimum 1 %, jika lebih maka harus dicuci.
Batu split yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakansebelum
mendapat persetujuan mengenaimutu dari Fasilitator.
5 Air Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan, bahan
pencuci agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya daripenggunaannya seperti minyak, alkali,
sulfat, bahan organik,garam, silt (lanau).
Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 %
dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang
diperkenankan adalah 0,5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor
maksimum 1,5% atau 15 gr/lt. Jika terdapat keraguanmengenai air,
dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebutke Laboratorium
pemeriksaan yang diakui.
TPK tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur.
Jika memungkinkan dipakai airyang memenuhi syarat untuk air minum.
6 Tulangan/ Besi Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan gambar rencanadan
Beton sesuai dengan Standar Nasional Indonesia NI-2.
Tulangan yang dipakai untuk diameter ≤12 adalah tulanganpolos,
sedangkan untuk dimeter >12 adalah tulangan ulir (deform).
Pada waktu pengecoran beton, tulangan harus bersih dan bebasdari
kerusakan/ karat.
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SKSNI T15-1991-03
dengan mutu baja U-32 untuk tulangan ulir dan U-24untuk tulangan
polos.
Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syaratbebas dari
kotoran-kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidakbercacat seperti retak dan
lain-lain.
Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan gambarbestek.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin dan dengan cara yang tidak merusaktulangan tersebut.
Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selamadan
sesudah pengecoran tidak bergeser tempatnya.
Terhadap ketepatan serta untuk mendapatkan penutup beton (beton
decking) yang tertentu dan sama harus dipasang blok beton (beton tahu).
Penahan jarak yang berbentuk blok persegiterbuat dengan campuran 1
pc: 3 ps dipasang 4 buah/m2 cetakandan harus tersebar merata.
7 Batu Bata Batu bata yang akan digunakan harus baru, terbuat dari tanah yang baik
sesuai dengan dengan ukuran 24 x 10 x 4,5 cm, berkualitas baik dan telah
diperiksa/disetujui Fasilitator.
Batu bata harus berkekuatan tekan /compressive strength sebesar 30
kg/cm2, dan bisa menahan gaya horizontal/shear strength sebesar 1,7
kg/cm2.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 68


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Batu bata harus matang, bila direndam air akan tetap utuh, tidak pecah
atau hancur.
Batu bata yang pecah/retak tidak dibenarkan digunakan untuk dipasang,
kecuali untuk melengkapi, misalnya sudut.
Sebelum dipasang batu bata. harus direndam air hingga jenuh air.
Ukuran ukuran bata harus seragam dan dapat disesuaikan berdasarkan
tebal dinding akhir yang disyaratkan dalam gambar kerja
8 Kayu Kayu untuk konstruksi rangka atap harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu. Ukuran kayu sesuai dengan hasil perancangan.
Kayu untuk kusen, daun pintu dan jendela harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu. Semua permukaan diserut halus. Ukuran bersih setelah
diserut :kayu kusenminimal (5 x 11) cm, kayu rangka daun pintu minimal (3
x 10) cm, kayu rangka daun jendela minimal (3 x 6) cm.
Kayu rangka langit-langit (plafond) harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu.
Kayu bekisting menggunakan jenis kayu kelas III.

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 69


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Penyusunan Desain dan RAB
2.2
(Pengukuran, Survei Lapangan,
Survei Harga, Jadwal Kegiatan)

Tujuan
1. Peserta dapat menyebutkan tujuan dan manfaat dari pembuatan desain
dan RAB bersama masyarakat;
2. Peserta dapat menjelaskan kelengkapan dokumen desain dan RAB;
3. Peserta dapat menyusun langkah-langkah untuk melaksanakan
pembuatan desain dan RAB bersama masyarakat;
4. Peserta dapat menyebutkan formulir-formulir yang digunakan dalam
penyusunan desain dan RAB;
5. Peserta dapat melakukan analisa perhitungan volume pekerjaan dan
RAB berdasarkan survey teknis dan harga satuan bahan, alat dan tenaga
kerja;
6. Peserta mampu menentukan tahapan dan target-target pembangunan
infrastruktur dan jadwal kerja;
7. Memfasilitasi kelayakan teknis.

Waktu
8 JP (360menit)

Metode
 Paparan
 Curah pendapat
 Diskusi kelompok
 Simulasi praktek membuat desain dan RAB

Media
 Slide desain dan RAB
 Panduan singkat desain dan RAB
 Daftar isi desain dan RAB

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 70


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Contoh desain dan RAB


 Hasil evaluasi desain dan RAB
 Form Perhitungan Pekerjaan.
 Slide penggunaan data lapangan dalam penyusunan desain dan RAB

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, harapan, dan proses dari pembelajaran sub pokok bahasan
―Penyusunan dan Desain RAB‖.
2. Curah pendapat istilah lokal untuk kegiatan konstruksi.
3. Tanyakan siapa diantara peserta yang sudah memiliki pengalaman dalam
menyusun desain dan RAB. Mintalah peserta tersebut untuk menceritakan
apa saja yang dilakukan pada saat menyusun desain dan RAB.
4. Bagikan metaplan kepada peserta. Mintalah kepada tiap peserta untuk
menuliskan minimal 3 manfaat dari penyusunan desain dan RAB bersama
masyarakat.
5. Buat rangkuman dan tanggapan atas jawaban dari tulisan di metaplan.
6. Tanyakan kepada peserta, apa dampak negatif yang akan terjadi jika
penyusunan desain dan RAB hanya dilakukan oleh Pendamping dan tidak
melibatkan masyarakat?.
7. Buat penegasan manfaat dari penyusunan desain dan RAB melibatkan
masyarakat, serta sumber dana penyusunan desain dan RAB dan larangan
bagi Pendamping untuk mengelola/menerima dana penyusunan desaindan
RAB tersebut di wilayah tugasnya.
Kelengkapan Dokumen Desain
8. Jelaskan kelengkapan dokumen yang wajib dipenuhi dalam tiap jenis
kegiatan prasarana.
9. Tanya jawab
Langkah-Langkah Penyusunan Desain
10. Jelaskan tentang proses pembuatan desain dan RAB.
11. Minta peserta menanggapi panduan pembuatan desain dan RAB
12. Lakukan Tanya jawab seperlunya tentang hal-hal yang belum jelas.
13. Kapan dilakukan desain dan RAB?
14. Bagikan formulir-formulir yang terkait desain dan RAB. Jelaskan dan
Tanya jawab cara pengisiannya dan sekaligus berlatih untuk mengisi,
berlaku untuk setiap peserta.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 71


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Penyusunan Desain
15. Berikan berbagai contoh desain dan RAB terdahulu kepada setiap peserta
sebagai referensi.
16. Lakukan diskusi kelompok sesuai kelompok pada praktek lapangan dengan
tugas sebagai berikut :
 Melengkapi perhitungan hasil survei yang meliputi : VAP, MAP dan
menyempurnakan Take off sheet (TOS).
 Menggambar sketsa-sketsa konstruksi dalam long section dan cross
section.
 Menghitung volume pekerjaan konstruksi, bila cukup waktu minta
mereka melakukan perhitungan RAB dengan harga satuan yang
diperkirakan.
 Masing-masing peserta dalam kelompok harus membuat laporan hasil
penyusunan desain dan RAB dan menyerahkannya kepada pelatih.
17. Pelatih menyimpulkan dan menegaskan tentang proses desain dan RAB,
terkait dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi.
18. Menyusun jadwal kegiatan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 72


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Bahan Bacaan

2.2 Penyusunan Desain dan RAB

Proses Perencanaan Dari Pandangan Perencana

1. Menelusuri tujuan dan harapan masyarakat


a. Kebutuhan
b. Keinginan
2. Menyiapkan solusi alternatif dengan mempertimbangkan manfaat, dampak lingkungan,
dampak sosial, antisipasi masalah, perkiraan biaya, waktu pelaksanaan, ketrampilan
masyarakat, persediaan bahan lokal, pengalaman masyarakat dengan pekerjaan serupa
dan masalah teknis yang akan timbulkan atau membatasi manfaat
3. Mengenal lokasi
4. Menyiapkan buku referensi & buku standar
5. Memilih alternatif desain
6. Menyiapkan survei dan pengukuran
a. Alat
b. Tenaga
7. Pelaksanaan survei dan pengukuran
a. Mencatat data lapangan (kondisi asli)
b. Mencatat keadaan sekitarnya
c. Mengukur data geografi dan topografi untuk membuat peta dan denah, termasuk
sketsa
d. Mengantisipasi masalah (misalnya ganti rugi atau tanah bergerak)
8. Melakukan perhitungan teknis (kekuatan, kestabilan, debit) untuk menentukan dimensi
konstruksi
9. Menentukan metode konstruksi termasuk jenis bahan
10. Membuat gambar desain
11. Melengkapi catatan dimensi, bahan, dan metode konstruksi pada gambar desain
supaya berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan
12. Melakukan perhitungan volume
13. Menentukan item pekerjaan, satuan, dan volume (alat, bahan, upah)
14. Mendapat harga satuan
15. Menghitung rencana anggaran biaya

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 73


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

16. Menjelaskan detail-detail dan asumsi desain kepada pemberi pekerjaan ( di PNPM-PPK
adalah masyarakat)
17. Melakukan konsultasi desain bersama nara sumber
18. Mendapat persetujuan yang berwewenang
19. Merencanakan metode tepat untuk menjamin mutu (penerimaan bahan, sistem trial,
pemeriksaan)
20. Membuat jadwal pekerjaan.

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 74


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Rencana Pembelajaran

3.1 Pengadaan Barang Dan Jasa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menetapkan metode pengadaan barang dan jasa (PBJ);
2. Menyusun langkah pengadaan barang dan jasa;
3. Mempersiapkan tim pengadaan barang dan jasa serta Tim Pelaksana
Kegiatan (TPK) Pembangunan Infrastruktur.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Paparan, Simulasi, Tanya Jawab, Curah pendapat, Diskusi, Presentasi

Media
 LKPP No 13 Tahun 2013
 Perbup tentang pengadaan barang dan jasa
 Matriks langkah fasilitasi barang dan Jasa
 Slide pengadaan barang dan jasa
 Daftar kasus-kasus penyimpangan pelelangan

Alat Bantu
Flipt Chart, kertas metaplan tiga warna, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 75


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses dari sesi pembelajaran ―Pengadaan Barang
Dan Jasa‖.
Pemahaman Pengadaan Barang Dan Jasa
2. Bagikan metaplan kepada masing-masing peserta sebanyak 3 buah dengan
warna yang berbeda (biru, kuning, putih).
3. Mintalah kepada peserta untuk menuliskan:
a. Tujuan pengadaan barang dan jasa dalam dana desa pada metaplan
warna biru.
b. Alasan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan
sederhana, metaplan warna kuning.
c. Ketentuan pengadaan barang dan jasa pada dana desa, warna putih.
4. Kelompokkan metaplan yang berisi jawaban sama/serupa, kemudian
lakukan pembahasan.
Proses Pengadaan Barang Dan Jasa
5. Jelaskan secara singkat rencana pengadaan.
6. Lakukan Tanya jawab untuk memastikan peserta memahami materi yang
disampaikan.
7. Jelaskan cara pengadaan dengan mengacu pada media tayang.
8. Lakukan tanya jawab untuk memastikan peserta memahami materi yang
disampaikan.
9. Jelaskan Prosedur pelelangan dengan mengacu pada media tayang.
10. Lakukan Tanya jawab untuk memastikan peserta memahami materi yang
disampaikan.
Permasalahan-Permasalahan Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Dan
Peran Pendamping
11. Tayangkan masalah-masalah yang sering terjadi pada pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa oleh masyarakat.
12. Diskusikan dengan curah pendapat peran dan kegiatan yang harus
dilakukan Pendamping dalam :
 Proses pengadaan barang dan jasa.
 Mengantisipasi permasalahan-permasalahan.
Penegasan
13. Jelaskan implementasi nilai-nilai utama (prinsip-prinsip utama dalam Dana
Desa).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 76


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Bahan Bacaan

3.1 Pengadaan Barang Dan Jasa

PENGADAAN BAHAN DAN ALAT

1 TUJUAN
Pengadaan bahan/alat bertujuan untuk memperoleh bahan/alat yang
berkualitas baik, terjamin persediaannya dan harga lebih murah. Pengadaan
bahan atau alat harus memenuhi prinsip-prinsip pokok sebagai berikut:
a. Transparansi
b. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan secara jelas)
c. Pembelajaran bagi masyarakat untuk mengelola pembangunan
Melalui pengadaan bahan/alat yang transparan dan akuntabilitas akan
memudahkan pengawasan, dan menghindari praktek tindak korupsi (mark-up,
kolusi, nepotisme, dsb)

2 PROSEDUR PENGADAAN
2.1 Penentuan kebutuhan pengadaan
Penentuan jumlah kebutuhan pengadaan bahan/alat harus sesuai
dengan RAB. Proses identifikasi penentuan apakah bahan tersebut
dapat dipenuhi oleh masyarakat setempat dari material lokal atau
diadakan dari luar harus dilakukan oleh PDTI, TPK dan masyarakat pada
tahap penyusunan RAB.
Pengadaan bahan/alat mencakup:
a. Jumlah bahan/alat
b. Bahan fabrikasi atau bahan yang tidak dapat dipenuhi dari lokal,
syarat kualitas atau kapasitas
c. Jadwal pengadaan, termasuk ketetapan tempat pengiriman
(dekat/jauh di lokasi kerja)
d. Penentuan harga dan penjual/pemasok (supplier/leveransir/agen)

2.2 Pengadaan bahan/alat terdiri 2 macam:


a. Pengadaan bahan yang dikumpulkan oleh masyarakat sendiri.
Pengadaan in harus sudah direncanakan sejak penyusunan desain
melalui musyawarah desa, selanjutnya dituangkan dalam RAB
dengan memberi keterangan pada kolom bahan, contoh: batu 800
m3 (dikumpulkan oleh masyarakat)
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 77
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Adapun syarat yang harus dipenuhi meliputi:


 Lokasi bahan berada di desa terkait dan desa terdekat
 Lahan material tidak dikuasai oleh pemasok atau
individu/kelompok tertentu
 Kelompok pengumpul bahan dalam desa dapat ditunjuk
berdasarkan musyawarah dan dibayar secara langsung
berdasarkan HOK dengan menggunakan Formulir FORM -
Form C, Sistem Upah Borong. Kepala kelompok juga dibayar
sebagai pekerja. Tidak dikenai pajak apapun.
 Biaya sewa kendaraan terkait dengan pengadaan dari
masyarakat dibayar secara terpisah, dimasukkan biaya alat.
b. Pengadaan bahan/alat harus dibeli/sewa ke pemasok (toko
bangunan, agen,dsb)

1. Jika nilai bahan/alat kurang dari 15 juta, tidak pakai pelelangan


tetapi cukup dengan membandingkan harga (comparative
shopping) yang dibuktikan dengan dokumen hasil survei bahan dan
alat dari minimal 3 pemasok (pada hasil survei barang pabrikasi
dilengkapi dengan merk, ukuran dan data kualitas)
2. Jika nilai bahan/alat ≥ 15 juta, maka pengadaannya dilakukan
melalui proses pelelangan
Yang dimaksud jumlah biaya pengadaan lebih atau kurang dari 15
juta adalah biaya berasal dari bahan atau alat yang terdapat pada
RAB, mengikuti ketentuan:
 Gabungan bahan/alat ditentukan berdasar jenis bahan yang
biasa disediakan oleh para pemasok
Contoh:
Gabungan-1, batu dan pasir digabung karena dapat diadakan
oleh pemasok-pemasok yang sama.
Gabungan-2, semen dan besi digabung karena dapat diadakan
oleh pemasok-pemasok lain
Gabungan-3, batu, pasir, semen dan besi digabung karena dapat
diadakan oleh pemasok yang sama
 Jenis bahan atau alat
Contoh:
Jenis-1, pipa dengan berbagai ukuran beserta kelengkapannya
Jenis-2, batu bergagai ukuran
Jenis-3, besi gelagar, diafragma beserta baut-bautnya
Bahan atau alat yang bersifat pelengkap/alat bantu dapat
dilakukan dengan perbandingan harga dari hasil survei, contoh
paku, cangkul, dsbnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 78


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Catatan:
 Khusus sewa alat, jika hasil survei ternyata membuktikan
bahwa alat yang berasal dari pemerintah lebih murah dari
swasta maka boleh dilakukan penunjukan langsung namun
harus dijamin kebenarannya oleh TA KAB (Form FORM –
Hasil Survei Bahan / Alat). Perbandingan harga ini berdasar
atas tahun pembuatan, kapasitas dan jenis alat yang sama,
 Harga dari pemasok sudah termasuk pajak. Kewajiban
menyetor pajak adalah tanggung jawab pemasok pemenang
lelang. TPK tidak mengurus atau melaporkan pembayaran
pajak
2.3. Prosedur Pelelangan
2.3.1. Penentuan Calon Pemasok
TPK melakukan survei harga satuan serta calon pemasok dan hasilnya
dicatat pada Form IV.6 Revisi, harus diverifikasi oleh PDTI dan TA KAB
dimana keduanya harus mempunyai survei harga satuan sebagai
pembanding. Hasil akhir survei harga ini dapat diketahui paling lambat
pada proses desain.
Calon pemasok bisa juga tidak harus badan usaha yang biasa dikenal
masyarakat serta berpengalaman sebagai pemasok, tapi yang penting
harus sanggup mencari bahan/alat dengan menggunakan tenaga dan
kendaraan sendiri. Bila jumlah pemasok masih dianggap kurang banyak
(minimal 3 pemasok), atau jika jumlah minimal tersebut dinilai belum
mewakili, TPK harus mencari tambahan pemasok lainnya.

2.3.2. Proses Pelelangan


Terdapat 3 pola dalam pemberian informasi proses pelelangan kepada
pemasok.
Pola pertama, adalah pemberian informasi langsung ke tempat calon
pemasok oleh TPK dan Panitia, karena jarak yang terlalu jauh di luar kota
atau situasi yang tidak memungkinkan para pemasok untuk datang ke
desa, biasanya untuk bahan/alat yang langka untuk daerah terkait,
contoh: mesin, jembatan gantung dsb. Penjelasan meliputi lokasi
dropping jumlah bahan/alat yang dibutuhkan agar pemasok mengerti
keadaan desa. Informasi diberikan bersama blangko dokumen
penawaran yang harus diisi oleh calon pemasok.
Pola kedua, yaitu pemasok diundang untuk mengikuti penjelasan di
desa. Penjelasan disampaikan oleh TPK dan Panitia desa di satu atau
beberapa lokasi kegiatan tentang jenis bahan dan spesifikasi bahan yang
dibutuhkan serta lokasi dropping material. Agenda penjelasan ini
dicantumkan dalam undangan atau papan informasi.
Pola ketiga, adalah melakukan proses pelelangan langsung di tiap desa
atau beberapa desa sekaligus di satu desa (bukan kantor kecamatan).
Desa yang tergabung bisa terdiri dari satu cluster, atau pun

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 79


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

penggabungan lainnya. Jika dilakukan pelelangan gabungan yang harus


diperhatikan adalah kontrak atau surat perjanjian dengan pemasok harus
tetap secara individual tiap desa.
Demi pemberdayaan TPK dan Panitia di tiap desa, serta transparansi
serta mengurangi kerumitan administrasi pelelangan, maka TPK dan
Panitia sudah semestinya untuk melakukan pelelangan secara langsung
di tiap desa secara terpisah. Bila acara lelang digabung, maka tidak
mungkin mengadakan peninjauan langsung di lapangan.
Hal-hal yang wajib dijelaskan kepada pemasok:
a. Pada penyerahan penawaran, calon pemasok diminta wajib
membawa contoh bahan yang akan ditawarkan. Hal ini sangat
membantu TPK dan atau Panitia dalam pengendalian mutu bahan,
dan membantu dalam penentuan pemenang. TPK dan atau Panitia
harus minta contoh bahan, contoh tersebut diberi keterangan oleh
TPK. Disimpan dengan baik di pos TPK.
b. Penyetoran pajak dan atau pembelian materai adalah tanggung
jawab pemasok. TPK atau Desa tidak ada kewajiban menyetor atau
melaporkan pajak manapun.
TPK dan Panitia wajib hadir, dan masyarakat harus banyak yang
diundang. Paling sedikit ada beberapa tokoh masyarakat menyaksikan
proses (jika ada, sebaiknya tim 18 diundang)

2.3.3. Pembuatan Penawaran


Terdapat 2 macam penawaran:
a.Jika pelelangan memakai cara langsung maka calon pemasok
membuat penawaran langsung pada saat pertemuan pelelangan di
desa, yaitu mengisi blangko dokumen yang disediakan oleh TPK dan
Panitia yang sudah mencantumkan jenis bahan dan volumenya (pola
ketiga), diberi waktu antara 30 sampai dengan 60 menit. Cara ini
disarankan dilakukan jika kondisi asal pemasok relatif tidak terlalu
jauh dari lokasi kegiatan dan dapat datang langsung untuk
memberikan penawaran. Cara langsung lainnya adalah pemasok
mengisi blangko dokumen yang disediakan oleh TPK dan Panitia
yang sudah mencantumkan jenis bahan dan volumenya pada saat
TPK dan Panitia ke tempat calon pemasok (pola pertama)
b. Jika pelelangan memakai cara tidak langsung, maka calon pemasok
membuat penawaran yang dilakukan sebelum acara pelelangan dan
penawaran dapat dikirim melalui pos atau dibawa pada saat datang
di acara pelelangan (pola kedua).
Cara ini disarankan dilakukan jika kondisi asal pemasok jauh dari lokasi
kegiatan dan tidak mungkin datang langsung untuk memberikan
penawaran (hal penting dapat disepakati oleh TPK dan Panitia bahwa
calon pemasok tidak harus hadir pada pembukaan penawaran, namun
syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah sahnya dokumen penawaran).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 80


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Contoh penawaran selengkapnya seperti yang dicantumkan pada


Formulir Petunjuk Teknis Operasional (FORM). Semua penawaran harus
sah ditandatangani oleh pemasok atau wakil resmi.

2.3.4. Penetapan dan pengumuman pemenang


Kunci keberhasilan pelelangan adalah dalam pengumuman di depan
masyarakat. Amplop penawaran dibuka oleh TPK dan Panitia, dan
hasilnya dicantumkan pada sebuah papan tulis serta ditulis pada berita
acara. Pembacaan penawaran disaksikan wakil tokoh masyarakat.
Kriteria penetapan pemenang pelelangan:
a. Pada pelelangan langsung, pemasok yang dapat dipilih hanya
pemasok-pemasok yang mengikuti acara di desa. Pada pelelangan
tidak langsung, pemasok yang dipilih adalah berdasar atas
penawaran tertulis yang telah dikirim oleh pemasok dalam amplop
tertutup, walaupun sebagian wakil atau seluruh pemasok tidak dapat
hadir (aturan dibuat oleh TPK dan panitia lelang sesuai kondisi
setempat).
b. Identitas pemasok jelas dan memiliki tenaga kerja serta alat angkut
sendiri.
c. Penentuan pemenang secara langsung pada calon pemasok dengan
mempertimbangkan penawaran harga yang terendah dan kualitas
yang memenuhi, tetapi tidak menutup kemungkinan pemenang
ditentukan setelah mempertimbangkan faktor lain seperti jadwal
droping dan jaminan persediaan volume sesuai kebutuhan.
d. Jika harga penawaran terendah di atas RAB (sebagai Owner Estimate)
namun dipandang layak sebagai pemenang, maka harus dipastikan
kewajarannya sesuai kondisi saat itu oleh TPK/PDTI dan TA KAB
melalui bukti hasil survei harga terbaru.
Bila semua harga ini dirasakan terlalu tinggi setelah diumumkan, TPK
dapat membatalkan hasil pelelangan untuk bahan tersebut. Penawaran
dapat diulangi secara langsung, atau setelah diperhitungkan kembali
volume kebutuhan dan persediaan dana.

2.3.5. Pembuatan Perjanjian


Setelah calon pemenang ditentukan, TPK dan pemasok membuat dan
menandatangani perjanjian. Dasar perjanjian memakai Formulir
SURAT PERJANJIAN KONTRAK termasuk persyaratannya, pada
Formulir FORM, tetapi dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan setempat,
sebagai contoh di bawah ini:
a. Mencantumkan pasal tentang sanksi bila pemasok tidak memenuhi
perjanjian. Perjanjian ini dapat dibatalkan oleh TPK. Pada prinsipnya,
pemasok terikat dan TPK dapat menggunakannya sesuai pasal yang
disepakati sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pembayaran
dilakukan setelah bahan diterima.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 81


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

b. Perjanjian harus dilampirkan jadwal pengiriman bahan, memudahkan


dalam pembuatan Rencana Penggunaan Dana (RPD).
c. Bila pemasok tidak bisa memenuhi volume dan jadwal yang telah
dijanjikan, TPK berhak memberi sebagian dari pekerjaan ini kepada
pemasok yang lain (dengan harga yang sama). Desa memberi
peringatan tertulis sebelum tindakan ini dilakukan.

Modifikasi perjanjian tidak boleh merugikan masayarakat. Bila pemasok


tidak menyetujui dengan persyaratan yang ditetapkan oleh TPK, TPK
berhak mengundang pemasok berikutnya untuk membuat perjanjian,
tetapi tetap menggunakan harga terendah dan memenuhi standar
kualitas.
Bila harga terendah pelelangan dianggap terlalu tinggi maka negosiasi
harga dengan pemasok lain yang dipilih TPK diluar pelelangan tidak
dibenarkan walaupun mendapatkan harga lebih rendah. TPK dapat
membatalkan pelelangan, kemudian tetap harus mengadakan
pelelangan ulang dengan waktu yang disepakati. Tetapi jika pelelangan
tersebut akan disyahkan maka harus dipastikan kewajaran harga sesuai
kondisi saat itu oleh TPK dan PDTI, disetujui oleh TA KAB (harus
dilampirkan bukti).
Alternatif lain yaitu TPK dan Panitia merubah pola proses pelelangannya,
misal memakai pola pertama dengan mengunjungi dan menjelaskan ke
lebih banyak calon pemasok.

3 KEGIATAN PASCA PELELANGAN


Apabila terdapat perubahan oleh sebab kekeliruan di lapangan atau terjadinya
bencana alam termasuk perubahan harga tertentu secara nasional dan
sifatnya sudah mengganggu kelancaran pekerjaan, pada prinsipnya TPK dapat
mengusulkan revisi tetapi harus melalui pemeriksaan PDTI dan TA KAB. Jika
hasil pemeriksaan tidak berhasil atau mengalami kegagalan maka TA KAB
dapat menyarankan secara tertulis perubahan yang harus disampaikan secara
terbuka kepada masyarakat dan jika dilakukan dibuat berita acaranya.
Hasil revisi tersebut dipakai dasar untuk mengadakan peninjauan ulang
dengan pemasok (bilamana pemasok memang tidak akan mampu
melanjutkan kegiatan) dan perundingan dapat untuk mengubah spesifikasi,
harga, dan jadwal.
Bila terjadi perubahan maka revisi kegiatan tetap mengikuti prosedur sesuai
FORM, harus dibuat Berita Acara Revisinya.
Beberapa contoh kasus yang mempengaruhi kemampuan pemasok untuk
memenuhi perjanjian antara lain:
a. Faktor cuaca yang tidak dapat diantisipasi yang menyebabkan terlambat
pengiriman
b. Terjadinya bencana alam yang mempengaruhi jalan yang digunakan untuk
mengirim bahan sehingga terlambat pengriman

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 82


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

c. Keterlambatan TPK untuk menyiapkan lokasi yang menyebabkan


pengiriman ditunda
d. Kenaikan harga bahan standar (misalnya harga besi, pipa, atau semen),
yang mempengaruhi semua pemasok
e. Kenaikan harga bahan bakar kendaraan
Bila TPK tidak menyetujui adanya perubahan, maka perjanjian berjalan terus
dan sanksi berlaku bila pemasok tidak memenuhi persyaratan. Jika perjanjian
dibatalkan, maka TPK dan Panitia wajib mengadakan pelelangan ulang.

PENJELASAN SINGKAT - POLA PELELANGAN PPK-PNPM


No Pola Informasi Proses Kegiatan
1 Proses pelelangan pola-1  Calon Pemasok mengikuti penjelasan di desa
adalah TPK/Panitia Pelelangan tentang pelelangan
dari satu desa, mengundang  Calon Pemasok diberi blanko dokumen
para calon pemasok penawaran
 Calon Pemasok mendapatkan jadwal
pembukaan penawaran dan penentuan
pemenang
2 Proses pelelangan pola-2  Panitia memberi penjelasan langsung tentang
adalah TPK/Panitia Pelelangan pelelangan di tempat calon pemasok yang
yang terdiri 3 s/d 5 orang dari dikunjungi.
satu desa, secara bersama  Panitia memberi blanko dokumen penawaran
datang ke para Calon Pemasok dan calon pemasok langsung mengisi serta
menyerahkan penawarannya kembali kepada
TPK/Panitia pada kesempatan yang sama.
 Setelah TPK/Panitia mendapatkan minimal 3
calon pemasok dan dinilai sudah memenuhi
persyaratan maka panitia selanjutnya
mengadakan pembahasan dan menentukan
pemenang pelelangan
3 Pola-3 adalah TPK/Panitia  Mengikuti penjelasan di desa tentang
Pelelangan dari satu atau pelelangan
gabungan beberapa desa  Diberi blanko dokumen penawaran dan
mengundang para calon ketentuannya
pemasok ke salah satu desa  Para calon pemasok langsung mengisi
yang disepakati (bukan kantor penawaran dan menyerahkan penawarannya
kecamatan) kembali kepada TPK/Panitia pada kesempatan
yang sama, namun kontrak tetap dibuat secara
individu per Desa.
CATATAN : Selengkapnya Dilihat Pada PTO Penjelasan IV-Kegiatan Prasarana.

Masalah Pada Pengadaan Bahan dan Alat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 83


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

N Uraian Masalah  Saran kepada FT, jangan mengulangi kesalahan seperti disebut di
o bawah !!!
I Survei Harga Satuan Bahan, alat dan tenaga:

1. TPK tidak dilakukan survei harga satuan


2. TPK melakukan survei harga satuan tetapi tidak ada data/dokumennya
3. Hasil survei harga telah dilakukan oleh TPK tidak dibahas dengan masyarakat
4. KMT/KM KAB dan atau FT/FK tidak melakukan koreksi terhadap hasil survei harga
oleh TPK
5. KMT/KM KAB tidak punya data harga satuan tingkat kabupaten sebagai
pembanding atau KMT/KM KAB tidak memberi data harga satuan tingkat kab
kepada FT/FK
6. Ada dafar harga satuan tetapi tidak ada alamat dan responden yang pernah di
survei
7. Ada harga satuan berasal dari satu sumber saja dengan alasan bahwa daftar ini
yang paling murah
8. Ada harga satuan tetapi tidak jelas apakah harga sampai desa ybs atau harga di
tempat calon pemasok
9. Dasar harga yang diambil untuk RAB memakai daftar harga tingkat kabupaten
(PU)
10. Survei harga kurang detail, tidak ada info kualitas atau nama pabrik pembuat,
tahun pembuatan (alat)
11. Survei harga memakai ukuran RIT saja, tidak ada ukuran dalam … M3, dianggap
sama rata.
12. Material yang bisa dikumpulkan dari masyarakat secara langsung tidak dibahas,
sehingga tidak ada informasi di RAB atau rencana cara pengadaannya
13. Survei harga dibatasi hanya dalam kecamatan atau desa yang bersangkutan,
14. Semua pemasok yang pernah di survei tidak diundang/diikutkan di pelelangan,
tapi yang lainnya.
15. Tempat yang diketahui oleh TPK mempunyai harga satuan rendah dan kualitas
baik tidak ada data surveinya di TPK, tetapi sering dipakai bahwa TPK mampu
mengadakan sendiri murah tanpa pelelangan.
16. Ada lokasi material bisa diambil dengan alat dan tenaga, tetapi tidak terbahas dan
akhirnya rencana biaya tidak terakomodasi di RAB
II Pelelangan:

1. Dengan alasan bahwa di sekitar desa banyak anggota masyarakat yang punya
truk dan mampu mengadakan bahan, seperti batu, pasir maka tidak dilakukan
pelelangan dan hanya langsung diminta mendatangkan dengan harga yang
disepaki secara lesan oleh TPK
2. Memecahkan nilai pengadaan untuk menghindari proses pelelangan
3. RPD dibuat selalu kurang dari 15 juta sebagai salah satu cara untuk

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 84


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

menghindari pelelangan.
4. TPK berfungsi sebagai pemasok bahan/alat dengan alasan pada saat lelang tidak
ada pemenang dan TPK mampu mencari harga lebih murah. Sebab lain adalah
pemasok yang diundang tidak pernah hadir.
5. Dengan tujuan agar uang tidak beredar ke luar desa dibuat musyawarah dan
menawarkan pengadaan kepada masyarakat setempat untuk mengadakan
bahan/alat dengan plafon tertentu, padahal masyarakat dimaksud tidak
berprofesi sebagai pemasok sehingga mengakibatkan munculnya makelar
bahan/alat
6. Pelelangan tidak dilakukan karena alasan bahan standar pemerintah yang
dianggap sudah mempunyai harga standar pada semua tempat padahal, harga ini
masih dipengaruhi oleh biaya angkut (contoh : semen)
7. Adanya pengertian bahwa setiap bahan yang nilainya dalam RAB > 15 juta,
harus melakukan pelelangan, walupun hal ini sebetulnya tidak berlaku untuk
bahan yang dikumpulkan oleh kelompok/individu masyarakat (tidak dikuasai
pemasok)
8. Satu kegiatan dibagi beberapa sub bagian sehingga batasan nilai bahan per sub
bagian menjadi < 15 juta
9. Mengatasnamakan kesepakatan masyarakat, langsung menunjuk suplier yang
dipercaya di daerah setempat
10. Menyatakan tidak adanya suplier yang tersedia, padahal di lokasi tetangga
desa/kec tersedia.
11. Para suplier telah diundang pada saat persiapan pembuatan desain dan RAB

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 85


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
3.2 Pelaksanaan Pekerjaan
(Trial, Monitoring, Dan
Pelaporan)

Tujuan
Setelah sesi pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan manfaat pemeriksaan untuk kegiatan sarana prasarana;
2. Mengisi Formulir Pemeriksaan jenis jenis Infrastruktur;
3. Menyebutkan isi laporan akhir dan macam pelaporan administrasi
kegiatan sarana prasarana desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Paparan, Curah pendapat, Diskusi kelompok Pleno

Media
Contoh Formulir Pemeriksaan yang sudah terisi

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
Pengantar
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui sesi
pembelajaran sub pokok bahasan ―Pelaksanaan Pekerjaan‖.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 86


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Lanjutkan dengan melempar pertanyaan pada peserta:


 apakah sudah pernah melakukan penilaian kualitas?
 Bagaimana hasil penilaian prasarana di lokasi tugas saudara?
 Adakah hubungan pelaksanaan trial lapangan dengan kualitas
prasarana?
 Apakah pelaksanaan trial lapangan masih dipakai sebagai standar
penerimaan pekerjaan?
3. Berikan waktu kepada dua atau tiga peserta untuk memberikan tanggapan.
4. Selanjutnya berikan tanggapan balik dengan penjelasan atas poin-poin
berikut disertai dengan contoh nyata dari lapangan:
 pentingnya trial dalam pelaksanaan kegiatan prasarana dan manfaatnya.
 jenis-jenis prasarana apa saja yang item pekerjaannya dapat dikerjakan
oleh masyarakat secara padat karya.
 metode trial sebagai alat kendali kualitas pelaksanaan kegiatan
prasarana.
 Hal-hal penting apa yang bisa dikendalikan dengan melakukan trial
yang benar.
 Urutan/tahapan proses pelaksanaan mulai dari tahap persiapan (tim
desa dan persiapan teknis dilapangan).
5. Uraikan hal-hal yang harus diperiksa menurut jenis prasarana dalam rangka
penilaian kualitas teknis, dengan mengacu pada lembar kerja.
6. Jelaskan jenis-jenis infrastruktur yang dominan menjadi usulan
masyarakat/kecamatan, selanjutnya pilih empat infrastruktur yang
dominan.
7. Bagi peserta menjadi empat kelompok sesuai dengan jenis insfrastrurnya
kemudian masing masing kelompok dibagikan formulir pemeriksaan dan
petunjuk pengisian formulir. Masing masing kelompok memeriksa
formulir dan menganalisa satu demi satu hal-hal yang harus diperiksa. Tiap
tiap point ditelaah memakai petunjuk formulir, beri catatan pada tiap poin
yang belum dimengerti dan perlu penjelasan
8. Pelatih meperkenalkan formulir-formulir yang digunakan untuk
melaporkan laporan akhir kegiatan sarana prasarana, tiap formulir
dijelaskan oleh pelatih dan diberikan kesempatan peserta untuk bertanya,
sesi tanya jawab dilakukan setiap selesai menyampaikan penjelasan
formulir.
 Jelaskan berdasar urutan dokumen isi dokumen laporan akhir
 Daftar Isi Laporan Akhir
 Surat Pengantar dari Desa
 Gambaran Ringkas Pelaksanaan Kegiatan Sarana Prasarana (Narasi)
 Peta Desa (Menunjukkan lokasi kegiatan Sarana Prasarana)

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 87


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 SP3K (Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan) sesuaikan


permen
 LP2K (Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan) sesuaikan permen
 Berita Acara Revisi
 Rekap Realisasi Fisik dan Biaya
 Realisasi Fisik dan Biaya
 Gambar Purnalaksana
 Berita Acara Kegiatan dan Operasional Pelestarian
 Foto Kegiatan 0%, 50%, 100%
PENUGASAN KELOMPOK
9. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok tiap tiap kelompok dibagikan
fotocopy dokumen laporan akhir. Mintalah setiap kelompok untuk:
 memeriksa isi laporan akhir;
 membuat penilaian isi laporan akhir yang ada
10. Minta kepada salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya. Bila waktu masih cukup, berikan kesempatan pada satu atau
dua peserta dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
11. Sebelum sesi ditutup, berikan penegasan tentang manfaat pemeriksaan
kegiatan infrastruktur.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 88


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR KERJA

KATEGORI PENILAIAN KUALITAS TEKNIS

Cukup : kualitas telah memenuhi segala syarat teknis

Agak kurang : terdapat kesalahan atau kekurangan kecil yang


harus diperbaiki untuk memenuhi syarat teknis

Kurang : masih terdapat banyak kekurangan yang harus


diperbaiki
Belum diperiksa : hal tersebut belum dikerjakan, atau pemeriksa
belum dapat melihat dan menilai hal tersebut

Tidak ada : hal tersebut tidak ada pada prasarana yang


sedang dilaksanakan, misalnya untuk penilaian
gorong-gorong ternyata tidak ada gorong-
gorong

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 89


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
Pelaksanaan Pekerjaan (Trial,
3.2
monitoring dan Pelaporan)

Pembangunan Prasarana Desa Secara Pemberdayaan Masyarakat


oleh PDTI DAN PDP

Persiapan pelaksanaan
Ada kegiatan yang harus dilakukan di desa sebelum pelaksanaan dapat
dimulai. Pertama harus melakukan pelatihan kepada tim-tim yang ada di desa.
Pelatihan dilakukan biasanya oleh KT, yang bertanggung jawab untuk manajemen
konstruksi. Pelatihan dapat dilakukan dengan banyak cara, termasuk memanggil
semua anggota pelaksana desa untuk pelatihan khusus. Topik yang diberikan
termasuk segala hal tentang administrasi desa: rencana penggunaan dana,
pembukuan dan bukti pengeluaran, pengadaan bahan dan alat, penerimaan bahan,
dan pelaporan.
Tim desa bertanggung jawab atas pembuatan jadwal kegiatan di desanya. Hal
ini perlu sinkronisasi dengan desa lain. Jadwal dibuat dan dikoreksi dengan bantuan
KT.
Tim desa bertanggung jawab atas pendaftaran tenaga kerja. Orang yang mau
ikut bekerja dalam kegiatan pembangunan prasarana harus terdaftar terlebih dahulu
dengan menggunakan Format A yang telah disediakan. Pada format ini disebut jenis
kelamin, alamat, apakah orangnya merupakan pemuda atau pemudi, dan apakah
termasuk dalam rumah tangga miskin. Penggunaan format ini akan memudahkan
penghitungan jumlah angkatan kerja di laporan. Orang boleh mendaftarkan diri
sampai dengan kegiatan selesai. PENDAMPING menjaga agar pendaftaran dilakukan
dengan baik, terutama kesempatan kerja diberikan kepada kelompok sasaran, yaitu
rumah tangga miskin.

Gunakan sistem trial — Sistem trial adalah cara yang dapat digunakan untuk
melatih masyarakat sambil meningkatkan kualitas konstruksi. Dalam
pelaksanaan sistem trial contoh harus betul-betul dibuat dengan kualitas
yang memenuhi segala persyaratan teknis, karena contoh merupakan
batas maksimal kualitas yang akan dikejar oleh masyarakat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 90


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Sistem trial terdiri dari tiga langkah:

―Contoh‖ dibuat bersama fasilitator teknis. Orang yang ikut


membuat contoh adalah tokoh masyarakat (TPK, kepala
kelompok, kader teknis, kepala dusun, tim pemantau, dan hanya
beberapa masyarkat biasa). Konsultan ikut bekerja, dan
memberi instruksi kepada mereka. Untuk jalan, panjang bagian
contoh cukup 10 - 20 meter saja.
"Trial", atau percobaan oleh masyarakat di bawah pimpinan
orang yang membuat contoh di atas. Setelah trial selesai
(sekitar 100 meter jalan, misalnya), kualitas dinilai PDTI. Jika
kualitas masih kurang baik, harus dilatih lagi dan diperiksa lagi.

Jika kualitas telah baik, berarti masyarakat sudah mampu


mengerjakannya dengan kualitas baik, sehinggaa pelaksanaan
dapat diteruskan dengan pengawasan normal. Kalau kualitas
menjadi kurang baik, ada bagian yang ditrial sebagai bukti
masyarakat mampu bekerja dengan lebih baik.

Sistem trial akan lebih efektif (lebih berhasil) apabila dibuat contoh tiap
tahap. Contoh pembentukan badan jalan, contoh penghamparan pasir,
contoh pemasangan batu utama dan pinggir, contoh lengkap dengan
batu pengunci. Contoh sebaiknya dibuat seawalnya. Contoh tidak
perlu digilas dan tidak menggunakan lapisan penutup. Perlu ada contoh
dan trial untuk tiap macam situasi yang dihadapi. Pada bagian di daerah
sawah atau rawa dibuat contoh dan trial sendiri. Trial tidak diperlukan
untuk bagian yang sangat kecil, yang dapat diawasi langsung oleh PDTI
sendiri.

Sistem trial dapat diterapkan untuk jenis prasarana selain


jalan. Jika ada pembuatan banyak MCK, MCK pertama dapat
dianggap sebagai trial. Untuk jenis lain, kegiatan kunci dapat
ditrial, misalnya pengadukan beton. PDTI perlu menganalisis
kegiatan-kegiatan yang perlu ditrial.

Penerimaan bahan
Semua bahan yang dibeli harus diterima oleh tim desa. Untuk bahan yang
dikirim dengan volume besar (banyak kendaraan), penerimaan dilakukan oleh
checker yang ditunjukkan oleh desa. Checker diberi pelatihan singkat oleh pelaksana
desa atau KT tentang persyaratan penerimaan bahan. Bahan harus diperiksa baik
kualitasnya maupun kuantitasnya, dan langsung mengisi delivery order (DO) supaya
desa tahu berapa banyak diterima dan harus dibayar. Bahan yang dikirim dan tidak
diperiksa layak untuk ditolak oleh desa, termasuk semua yang diterima dan tidak
memenuhi standar kualitas.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 91


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

DO dikumpulkan dan dimasukkan pada buku material, yang diisi oleh


pelaksana desa. Buku material adalah arsip penerimaan, penggunaan, dan
pembayaran material yang dikirim ke desa, termasuk tempat penggunaannya.

Pengendalian kualitas
Salah satu tugas besar dari KT adalah pengendalian kualitas. Tim desa,
termasuk pelaksana dan kepala kelompok kerja, harus dilatih oleh KT tentang cara
mengendalikan kualitas, karena KT tidak akan hadir di desa setiap hari. Pengendalian
kualitas harus dilakukan setiap saat, dan hanya akan efektif bila dapat dilakukan oleh
masyarakat sendiri. Setiap kali KT berkunjung ke lapangan, harus melakukan
penilaian paling sedikit secara visual terhadap kualitas. Pada kesempatan lain, hal
yang sama harus dilakukan oleh kelompok kerja, pelaksana, tim monitoring, dan
masyarakat.

Administrasi
Salah satu tugas pokok seorang KT adalah menjaga kualitas administrasi
pelaksana desa khusus kegiatan pembangunan prasarana.
Bendahara desa bertanggung jawab untuk pembukuan semua penerimaan
dan pengeluaran dana, dan sebulan sekali pembukuan diperiksa dan ditandatangani
oleh kepala desa, pelaksana, dan PENDAMPING. Pemeriksaan insidental harus selalu
dilakukan dan kualitas pembukuan dijaga dengan ketat. Setiap item dalam buku kas
dikaitkan dengan bukti pengeluaran atau penerimaan dana, dengan pakai kode
bukti. Pembukuan dilakukan agar manajemen selalu tahu saldo dana berapa, sisa
alokasi dana berapa, dan dana dikeluarkan kepada siapa. Sesuai prinsip akuntabilitas
dan transparansi, pembukuan dapat diperiksa oleh siapa saja, kapan saja.
Pada saat tertentu, pelaksana desa menyiapkan Laporan Penggunaan Dana
(LPD) sebagai pertanggungjawaban penggunaan dana yang sudah diterima. LPD
terdiri dari rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran, dengan dilampirkan bukti-bukti
dan tanda terima barang.
Selain laporan keuangan ini, pelaksana desa juga harus menyiapkan laporan bulanan.
Laporan ini terdiri dari laporan kemajuan fisik dan biaya, data tenaga kerja yang
diperlukan (angkatan kerja dan Hari Orang Kerja, baik umum maupun khusus Rumah
Tangga Miskin), serta permasalahan yang dihadapi.

Pertanggungjawaban kepada masyarakat


Selama program berjalan di desa, pelaksana desa harus
mempertanggungjawabkan kepada masyarakat, dengan menggunakan data LPD
sebagai dasar. Dijelaskan apa yang telah terjadi, mengapa keputusan diambil,
perubahan dari rencana awal termasuk perubahan harga atau jadwal, dan
permasalahan yang pernah atau masih dihadapi. Pada akhir pembangunan, dibuat
pertanggungjawaban sekali lagi sebagai penyerahan kembali kegiatan yang telah
dilakukan kepada desa dalam Serah Terima.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 92


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Menyelesaikan masalah
Pendamping membantu desa menyelesaikan masalah, tetapi untuk masalah
teknis dan manajemen konstruksi KT lebih berperan. Penyelesaian masalah dapat
dilakukan dengan banyak cara, termasuk penggunaan metode Analisis Masalah
secara Rasional maupun metode Berpikir ke Samping. Identifikasi dan penyelesaian
masalah pasti dapat perhatian khusus pada kunjungan TA Kab. atau Tim Koordinasi
Kabupaten ke desa.

Membuat Berita Acara Revisi


Apa yang dibangun belum tentu sama dengan rencana awal itu situasi normal.
Justru membuat semua sesuai dengan rencana awal dianggap tidak normal.
Perubahan dari rencana awal selalu dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur
yang ada. Perubahan mungkin disebabkan bencana alam, dengan merusak pekerjaan
yang sudah dibuat atau mengubah kebutuhan masyarakat. Perubahan juga dapat
dilakukan dengan perubahan situasi, seperti kenaikan harga pasaran, kesulitan untuk
menjalankan akses ke desa, desain yang ternyata belum sesuai dengan keadaan,
pekerjaan yang harus banyak diulang karena masalah kualitas, debit air yang tidak
seperti yang disurvei, dan seribu alasan lain.
Revisi dapat diajukan untuk mengoptimalkan sisa dana yang ada. Hanya satu
kendala, tidak boleh menambah biaya bantuan dari program. Jika perlu penambahan
biaya, dana tersebut harus berasal dari swadaya masyarakat atau donatur yang lain.
Revisi dilakukan sesudah Berita Acara Revisi dibuat oleh pelaksana desa dan disetujui
KT.
Berita Acara Revisi dilengkapi gambar teknis yang menunjukkan perubahan
dan perubahan perhitungan RAB, serta alasan untuk mengubah rencana awal.

Pemeriksaan pelaksanaan
Salah satu cara mendorong kualitas fisik yang baik adalah melakukan
pemeriksaan prasarana pada saat sedang dilaksanakan. Tersedia banyak formulir dan
petunjuk untuk pemeriksaan kualitas, termasuk faktor yang mendukung manfaat dan
fungsi prasarana, daya tahan prasarana, kemudahan dalam pemeliharaan, dan
dampak terhadap lingkungan. KT dapat melakukan pemeriksaan setiap saat. Format
dan petunjuknya dapat digunakan dalam pelatihan teknis untuk pelaksana desa.
Untuk pemeriksaan teknis, setiap aspek dari jenis prasarana dapat dinilai Cukup
(memenuhi syarat teknis), Agak Kurang (masih terdapat bagian yang belum
memenuhi syarat teknis), atau Kurang (pada umumnya belum memenuhi syarat
teknis, atau ada bagian yang sangat jelek). Tidak harus memeriksa setiap item yang
ada pada formulirnya hanya yang sudah dapat diperiksa.
Formulir pemeriksaan juga digunakan oleh pemeriksa lain, termasuk TA Kab.,
tim kabupaten, tim provinsi, tim nasional, dan misi supervisi. Format pemeriksaan
juga dapat digunakan pasca konstruksi untuk menilai daya tahan prasarana dan
tingkat pemeliharaan.
Satu kegunaan format pemeriksaan prasarana adalah untuk melakukan
kunjungan silang (cross-visit) atau pemeriksaan pra-audit. Untuk kedua

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 93


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

pemeriksaan tersebut, prasarana diperiksa oleh wakil dari desa lain. Untuk cross-
visit, tamu biasanya dari desa lain di kecamatan yang sama. Untuk pra-audit tamu
berasal dari desa-desa di kecamatan lain. Hasil pemeriksaan cross-visit maupun pra-
audit dijelaskan kepada wakil desa yang diperiksa, sebagai umpan balik yang dapat
digunakan untuk memperbaiki keadaannya sebelum pemeriksaan akhir atau audit
dari instansi pemeriksaan pemerintah (Bawasda atau BPKP).
Untuk pemeriksaan dari PDTI DAN PDP, para TA Kab., atau konsultan provinsi
dan nasional, diharapkan buku bimbingan diisi. Buku bimbingan adalah sebuah
buku yang selalu siap diisi di Posko desa. Buku ini diisi oleh PDTI DAN PDP dengan
pembimbingannya, yang berupa temuan dan saran perbaikan yang dijelaskan dan
dilengkapi sketsa (bila perlu). Tim desa menulis tanggapan atas pembimbingan
tersebut, dan tanggapan diparaf oleh PDTI DAN PDP kalau sudah dibaca. Parafnya
berarti sudah dibaca, bukan disetujui. Bila tidak disetujui, pembimbingan diisi
dengan tanggapan dari PDTI DAN PDP.
Buku bimbingan sebaiknya diisi oleh PENDAMPING. Bila diperiksa bersama TA
Kab., komentar TA Kab. dijelaskan kepada PENDAMPING, kemudian ditulis oleh
PENDAMPING di buku. Jika TA Kab. atau supervisor lain memeriksa sendiri, boleh
menulis langsung di buku bimbingan (tetapi tanggapan tetap diparaf oleh PDTI DAN
PDP sendiri.
Hasil pemeriksaan juga dapat menentukan isi dari In-Service Training para
pelaksana desa dan On-the-Job Training kepada pelaku di desa. Semua ini
ditentukan oleh PDTI DAN PDP, dengan bantuan pelaksana desa dan tim desa.
Pemeriksaan dilakukan pada saat kemajuan fisik cukup maju, seperti 30%.
Diperiksa lagi sekitar 60% dan pada saat pelaksanaan selesai. Jika kualitas kurang
baik pada saat 30%, sebaiknya diperiksa lebih sering, misalnya 50% dan 75%. Tujuan
pemeriksaan bukan untuk mencari siapa yang salah, tetapi untuk membangun
prasarana yang bermutu.
Selain pemeriksaan kualitas prasarana, disediakan beberapa format lain untuk
pemeriksaan kualitas manajemen konstruksi, pemeriksaan administrasi, dan
pemeriksaan transparansi. Format ini digunakan seperti format pemeriksaan kualitas
fisik, untuk pemeriksaan oleh PDTI DAN PDP, TA Kab., dan pada cross-visit dan pra-
audit. Format pemeriksaan administrasi termasuk aspek administrasi umum, buku
kas, pembayaran tenaga kerja, LPD, dan pelaporan.

Pemeriksaan Kualitas Fisik Pekerjaan

Pemeriksaan kualitas fisik di lapangan, menggunakan beberapa formulir


pemeriksaan, antara lain pemeriksaan mutu konstruksi dan dimensi. Perlu masyarakat
menyadari bahwa prasarana yang dibangun adalah untuk kepentingan mereka,
bukan proyek pemerintah atau untuk orang lain, dengan demikian masyarakat akan
berusaha melaksanakan kegiatan konstruksi dengan kualitas yang baik, karena akan
memberikan manfaat dalam waktu yang panjang.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 94


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

PDTI memberikan bimbingan teknis bagaimana pengelolaan pelaksanaan


konstruksi, serta cara-cara melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai dengan
ketentuan.

Sangat diperlukan ketegasan dari PDTI sejak mulai pelaksanaan.

Formulir Pemeriksaan Fisik Lapangan, diisi oleh PDTI, atau orang lain yang
mempunyai keahlian dalam bidang teknis yang bersangkutan.

Blangko formulir telah disediakan pada Form – Pemeriksaan Fisik Prasarana.

Untuk penilaian kualitas teknis diuraikan hal-hal yang harus diperiksa menurut
jenis prasarana. Untuk setiap hal tersebut, penilai memilih satu dari lima kategori
penilaian, yaitu:

Cukup Jika kualitas telah memenuhi segala syarat teknis

Agak kurang Jika terdapat kesalahan atau kekurangan kecil yang


harus diperbaiki untuk memenuhi syarat teknis

Kurang Jika masih terdapat banyak kekurangan yang harus


diperbaiki

Belum diperiksa Jika hal tersebut belum dikerjakan, atau pemeriksa


belum dapat melihat dan menilai hal tersebut

Tidak ada Jika hal tersebut tidak ada pada prasarana yang
sedang dilaksanakan, misalnya untuk penilaian
gorong-gorong ternyata tidak ada gorong-gorong
Informasi mengenai standar kualitas yang ditentukan dapat dipelajari dari
Petunjuk Teknis. Yang diharapkan adalah kualitas yang memenuhi standar dan
tahan lama.

Pada Form disediakan petunjuk singkat mengenai hal-hal yang diperiksa


dengan cara yang digunakan untuk menilai setiap item.

Formulir-formulir yang telah diisi diserahkan kepada Tim Pengelola Kegiatan


dan arsip pemeriksa agar mereka dapat meningkatkan kualitas dan memperbaiki
hal-hal yang dinilai kurang baik.
Dokumen penyelesaian
Pada akhir pelaksanaan desa wajib membuat dokumen penyelesaian, dan
kenyataan PENDAMPING banyak terlibat dalam pembuatan dokumen ini. Desa harus
membuat gambar teknis sesuai dengan apa yang betul-betul dibangun di lapangan,
yang disebutkan As-Built Drawing. Gambar ini dilengkapi dengan format Realisasi

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 95


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Fisik dan Biaya dan RAB sesuai harga aktual, termasuk bagian yang dikerjakan secara
swadaya. Gambar dan RAB tidak perlu dilengkapi take-off sheet, karena segala
perhitungan dapat dilihat pada paket desain dan Berita Acara Revisi yang telah
dibuat. Berita Acara Revisi dilampirkan pada dokumen penyelesaian.
Ada kewajiban untuk mengambil beberapa macam foto untuk
memperlihatkan apa yang telah dikerjakan dan proses pelaksanaan:
 Foto prasarana pada saat 0%, 50%, dan 100%, diambil dari titik yang
sama dan sudut pandang yang sama. Foto diambil untuk semua jenis
prasarana yang dibangun dan aspek kuncinya.
 Foto masyarakat bekerja ramai-ramai di lapangan
 Foto perempuan ikut bekerja di lapangan
 Foto pembayaran langsung kepada pekerja
Proses penyelesaian termasuk pengisian dua jenis laporan dan serah terima,
saat pelaksana desa menyerahkan kembali prasarana ke desa dan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Kalau musyawarah sudah dilaksanakan,
baru dianggap masa pelaksanaan selesai.

Pemeliharaan
Prasarana yang sudah diserahkan kembali ke desa wajib dipelihara dengan
kemampuan desa. Untuk mendukung kegiatan pemeliharaan, desa akan memilih
tim pemeliharaan yang bertanggung jawab untuk mengelola proses identifikasi
kebutuhan pemeliharaan dan mengarahkan masyarakat dalam kegiatan
pemeliharaan.
Tim yang dipilih untuk mengelola pemeliharaan sebaiknya terdiri dari dua
unsur. Ada unsur tokoh masyarakat yang cukup berwibawa untuk mendorong
perhatian dan tindakan masyarakat. Unsur tokoh dibantu oleh unsur pemuda yang
rajin melakukan survei atas kebutuhan pemeliharaan. Kedua unsur ini perlu
pelatihan, yang biasanya dilakukan oleh KT di desa. Pelatihan disesuaikan dengan
jenis prasarana yang dilaksanakan, dan termasuk topik identifikasi kebutuhan,
pembuatan rencana (termasuk kebutuhan bahan, tenaga, dan biaya), dan kegiatan
yang akan efektif untuk memperbaiki kerusakan dan memperpanjang masa
pemakaian prasarana. Tim mengadakan pertemuan secara periodik dan rutin untuk
membahas kebutuhan dan rencana kerja.
Kegiatan pemeliharaan termasuk unsur pembersihan (saluran pinggir,
gorong-gorong, areal di sekitar bak air), perbaikan kecil (mengisi lubang atau alur
kecil, memperbaiki kebocoran pipa, dan sebagainya), atau perbaikan periodik
(membentuk kembali kemiringan melintang jalan [punggung sapi], pengecatan
gelagar, perbaikan retakan tembok, penggantian lantai kayu jembatan dan
bautnya,dan sebagainya). Pemeliharaan termasuk perbaikan darurat, yang diperlukan
karena bencana alam seperti longsor, pemecahan pipa, tertabraknya sandaran
jembatan, dan sebagainya). Untuk beberapa kegiatan, masyarakat sudah mampu,
tetapi ada kegiatan lain yang belum biasa dan harus dijelaskan (contohnya fungsi
tanaman untuk mencegah erosi, daripada tebing dibersihkan dari tanaman).

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 96


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Salah satu peran penting dari PENDAMPING, TA Kab., dan tim kabupaten adalah
untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap prasarana yang telah dibuat.
Bila tamu ini tidak tertarik untuk melihat prasarana yang sudah lama diselesaikan,
masyarakat juga tidak akan tertarik dan prasarana tidak akan dipelihara.
Satu kendala untuk pemeliharaan adalah dana, untuk membeli bahan dari
toko atau untuk sewa alat. Belum tentu kegiatan pemeliharaan memerlukan dana,
tetapi bila dana diperlukan pemeliharaan sering ditunda atau dibatalkan. Ada
banyak sumber dana untuk pemeliharaan, tetapi pemeliharaan fasilitas umum tetap
sulit. Pengumpulan dana melalui iuran atau relatif mudah untuk prasarana yang
sangat jelas pemanfaat irigasi, sebagian sistem air bersih, sekolah, poliklinik, atau
pasar. Kalau terjadi bencana alam besar, perbaikan akan di luar kemampuan dana
masyarakat.

Evaluasi dan Mapping


Berkaitan dengan pemeliharaan adalah kegiatan evaluasi dan mapping. KT
ikut membantu menilai kualitas prasarana dan upaya pemeliharaan di lokasi lama.
Penugasan KT dilakukan oleh para TA Kab.. Mereka menggunakan formulir
pemeriksaan yang biasa serta format khusus mengenai fungsi prasarana, keadaan
tim pemeliharaan, dan kegiatan pemeliharaan.

Pemantauan dan Pengawasan


Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan pengumpulan informasi dan
mengamati perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara
periodik untuk memastikan apakah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan pemantauan
dan pengawasan juga untuk memastikan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan prinsip dan prosedur melihat kinerja semua pelaku, serta melakukan
identifikasi dan mengantisipasi timbulnya permasalahan.

Pemantauan dan pengawasan adalah proses yang terus menerus dilakukan


sepanjang tahapan PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA
PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME SWAKELOLA DAN PADAT KARYA
sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan
penyesuaian terhadap perencanaan. Hasil pemantauan ini menjadi masukan
untuk evaluasi terhadap pelaksanaan program maupun dasar pembinaan
kepada pelaku dan masyarakat. Pemantauan dan pengawasan merupakan
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pelaku yaitu :
masyarakat, aparat pemerintahan di berbagai tingkatan, fasilitator, LSM,
wartawan, dan lain-lain.

EVALUASI
Evaluasi dalam PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA
PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME SWAKELOLA DAN PADAT KARYA

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 97


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

dapat dilakukan pada saat selesainya suatu tahapan kegiatan atau pada saat
berakhirnya satu fase program. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai hasil
pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan berikut kualitasnya, termasuk di
dalamnya adalah kinerja para pelaku. Sedangkan pada akhir kegiatan, evaluasi
lebih ditujukan untuk melihat dampak program. Hasil dari pemantauan,
pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan dasar dalam evaluasi
pelaksanaan program di desa maupun di kecamatan. Hasil evaluasi dapat
dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan mengatasi
hambatan yang terjadi.
Apabila dari hasil penilaian isi laporan dinyatakan terjadi penyimpangan dari
rencana, kriteria, atau standar yang ditentukan, maka dilakukan pengecekan
ke lapangan, melalui berbagai sumber yang dapat dipercaya.

PELAPORAN
Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai
perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan kegiatan,
kendala atau permasalahan yang terjadi dalam PELAKSANAAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME
SWAKELOLA DAN PADAT KARYA.
Mekanisme pelaporan dalam PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
SARANA PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME SWAKELOLA DAN PADAT
KARYA dilakukan melalui jalur struktural dan jalur fungsional, sebagai upaya
untuk mempercepat proses penyampaian data dan atau informasi dari
lapangan atau desa ke tingkat Kecamatan, Kabupaten.
Agar dapat diperoleh laporan yang lengkap dan informatif, maka materi yang
disajikan minimal harus memperlihatkan 6 (enam) hal penting, yaitu :
a. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan;
b. Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang
dilaksanakan;
c. Gambaran kemajuan dari pelaksanaan kegiatan;
d. Target dan realisasi biaya dari kegiatan yang sedang dilaksanakan;
e. Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya;
f. Gambaran dan atau tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program.

Sistem laporan dari Tim Pelaksana Kegiatan dalam PELAKSANAAN KEGIATAN


PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DESA DENGAN MEKANISME
SWAKELOLA DAN PADAT KARYA dibuat sesederhana mungkin, mengingat
keterbatasan kemampuan administratif TPK. Sistem laporan mengutamakan
informasi yang akurat.

Pelaporan Jalur Struktural


Pelaporan jalur struktural dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 98


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

a. Kepala Desa dibantu atau difasilitasi pendamping desa dan


pendamping lokal desa membuat laporan bulanan yang ditujukan
kepada camat melalui kasi ekbang kecamatan.
b. Kasi ekbang kecamatan menelaah dan mengambil langkah-langkah
yang diperlukan setelah menerima laporan, selanjutnya menyusun
dan membuat laporan bulanan yang ditujukan kepada Bupati c.q
Tim Koordinasi kabupaten.
c. Ketua Tim Koordinasi kabupaten berdasarkan laporan dari camat,
hasil-hasil rapat evaluasi, dan kunjungan atau monitoring ke
lapangan menyusun dan membuat laporan bulanan kepada Bupati
dan arsip;
d. Dalam hal yang dipandang perlu untuk dilaporkan secara mendesak
atau bersifat khusus, dapat dilakukan di luar mekanisme laporan
berkala. Untuk laporan ini bentuk dan waktunya sesuai kebutuhan.

Pelaporan Jalur Fungsional


Pelaporan jalur fungsional dilaksanakan secara berjenjang sebagai
berikut:
a Pendamping Desa dan pendamping lokal desa membuat satu
laporan bulanan tentang perkembangan PELAKSANAAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA DESA DENGAN
MEKANISME SWAKELOLA DAN PADAT KARYA di kecamatan.
Laporan ditujukan kepada Pendamping Kabupaten setiap bulan
pada setiap tanggal 3.
b Berdasarkan laporan dari pendamping desa dan pendamping lokal
desa serta hasil kunjungan atau monitoring ke lapangan serta
koordinasi dengan beberapa pihak terkait, Pendamping Kabupaten
membuat laporan bulanan. Laporan pada setiap tanggal 10
disampaikan kepada Tim Koordinasi Kabupaten dan arsip;
c Dalam hal yang bersifat mendesak dan khusus, semua unsur dapat
membuat dan menyampaikan laporan secara insidentil di luar
jadwal laporan berkala.

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 99


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

RencanaPembelajaran
SPB
3.3. Fasilitasi Penerimaan
Pekerjaan

Tujuan
Setelah sesi pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mampu menguraikan manfaat pemeriksaaan untuk penerimaan kegiatan
sarana prasarana;
2. Mampu memfasilitasi penerimaan pekerjaan;
3. Mampu mengisi formulir sertifikasi penerimaan pekerjaan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
 Paparan
 Curah pendapat
 Diskusi kelompok Pleno

Media
 Contoh Formulir Pemeriksaan yang sudah terisi
 Kertas Plano
 Spidol
 ATK

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 100


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Pelatih menjelaskan tentang tujuan, hasil, dan proses dalam sesi
pembelajaran sub pokok bahasan ―Fasilitasi Penerimaan Pekerjaan‖.
2. Persilahkan kepada dua atau tiga peserta untuk menyampaikan
pendapat tentang manfaat pemeriksaaan untuk penerimaan
kegiatan sarana prasarana.
3. Berikan tanggapan terhadap jawaban peserta, dan jelaskan dengan
menggunakan media tayang tentang manfaat pemeriksaan untuk
penerimaan kegiatan sarana prasarana.
4. Bagi peserta ke dalam empat kelompok. Mintalah mereka untuk:
 Mendiskusikan proses fasilitasi penerimaan pekerjaan
 Mengisi formulir sertifikasi penerimaan pekerjaan dengan
menggunakan format terlampir di lembar kerja.
5. Mintalah satu atau dua kelompok untuk mempresentasikan hasil
kerjanya, dan berikan kesempatan kepada peserta dari kelompok
lain untuk memberikan tanggapan.
6. Berikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok dan sebelum
sesi ditutup, jelaskan tentang proses fasilitasi penerimaan pekerjaan
dengan menggunakan media tayang.

PENJELASAN DAN PENUGASAN

Jelaskan oleh pelatih untuk penilaian kualitas teknis diuraikan hal-hal


yang harus diperiksa menurut jenis prasarana. Untuk setiap hal tersebut, penilai
memilih satu dari lima kategori penilaian, yaitu:

Cukup : kualitas telah memenuhi segala syarat teknis

Agak kurang : terdapat kesalahan atau kekurangan kecil yang


harus diperbaiki untuk memenuhi syarat teknis

Kurang : masih terdapat banyak kekurangan yang harus


diperbaiki
Belum diperiksa : hal tersebut belum dikerjakan, atau pemeriksa
belum dapat melihat dan menilai hal tersebut

Tidak ada : hal tersebut tidak ada pada prasarana yang sedang
dilaksanakan, misalnya untuk penilaian gorong-
gorong ternyata tidak ada gorong-gorong

Pelatih menjelaskan sertifikasi proses pencairan dana 60 % tahap I dan


proses pencairan 40 % tahap II, serta dokumen-dokumen terkait dengan
sebagai pendukungnya.

PENEGASAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 101


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Jelaskan bahwa pemeriksaan suatu kegiatan biasa yang


bertujuan untuk memastikan bahwa semua prosedur telah dilakukan
dan sampaikan kerugian kerugiannya jika suatu kegiatan tanpa
dilakukan pemeriksaan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 102


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

SPB Bahan Bacaan

3.3. Fasilitasi Penerimaan Pekerjaan

Penerimaan Bahan Konstruksi

1. Contoh Hal-Hal yang Harus Dilakukan oleh Checker.

a. Mencatat nomor polisi kendaraan


b. Mengatur tempat penurunan bahan
c. Mengukur bak kendaraan
d. Mencatat waktu
e. Mencatat ukuran kendaraan
f. Mencatat jenis dan volume bahan
g. Mendapat tanda tangan sopir
h. Memberi salinan D.O. kepada sopir

2. Contoh Hal-Hal yang Harus Diperhatikan oleh Checker.

a. Isi bak setelah bahan diturunkan


b. Kualitas bahan
c. Kualitas dan kerusakan jalan akses
d. Kepadatan bahan dalam bak kendaraan
e. Kelengkapan D.O.
f. Ketertiban penurunan bahan
g. Cuaca
h. Keamanan penyimpanan bahan

PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Kualitas Fisik Pekerjaan

Pemeriksaan kualitas fisik di lapangan, menggunakan beberapa formulir


pemeriksaan, antara lain pemeriksaan mutu konstruksi dan dimensi. Perlu
masyarakat menyadari bahwa prasarana yang dibangun adalah untuk
kepentingan mereka, bukan proyek pemerintah atau untuk orang lain,
dengan demikian masyarakat akan berusaha melaksanakan kegiatan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 103
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

konstruksi dengan kualitas yang baik, karena akan memberikan manfaat


dalam waktu yang panjang.

PDTI memberikan bimbingan teknis bagaimana pengelolaan pelaksanaan


konstruksi, serta cara-cara melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai
dengan ketentuan.

Sangat diperlukan ketegasan dari PDTI sejak mulai pelaksanaan.

Formulir Pemeriksaan Fisik Lapangan, diisi oleh PDTI, atau orang lain
yang mempunyai keahlian dalam bidang teknis yang bersangkutan.

Blangko formulir telah disediakan pada Form – Pemeriksaan Fisik


Prasarana.

Untuk penilaian kualitas teknis diuraikan hal-hal yang harus diperiksa


menurut jenis prasarana. Untuk setiap hal tersebut, penilai memilih satu
dari lima kategori penilaian, yaitu:

Cukup Jika kualitas telah memenuhi segala syarat teknis

Agak kurang Jika terdapat kesalahan atau kekurangan kecil yang


harus diperbaiki untuk memenuhi syarat teknis

Kurang Jika masih terdapat banyak kekurangan yang harus


diperbaiki

Belum diperiksa Jika hal tersebut belum dikerjakan, atau pemeriksa


belum dapat melihat dan menilai hal tersebut

Tidak ada Jika hal tersebut tidak ada pada prasarana yang
sedang dilaksanakan, misalnya untuk penilaian
gorong-gorong ternyata tidak ada gorong-gorong

Informasi mengenai standar kualitas yang ditentukan dapat dipelajari

dari Petunjuk Teknis. Yang diharapkan adalah kualitas yang memenuhi

standar dan tahan lama.

Pada Form disediakan petunjuk singkat mengenai hal-hal yang diperiksa


dengan cara yang digunakan untuk menilai setiap item.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 104


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Formulir-formulir yang telah diisi diserahkan kepada Tim Pengelola


Kegiatan dan arsip pemeriksa agar mereka dapat meningkatkan kualitas
dan memperbaiki hal-hal yang dinilai kurang baik.

Selanjutnya dilakukan terhadap form-form pemeriksaan pada softfile.

Penyelesaian Kegiatan
Penyelesaian kegiatan yang dimaksud adalah penyelesaian dari tiap
jenis kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban
TPKD (Tim Pelaksana Kegiatan Desa) kepada masyarakat. Langkah-
langkah dalam penyelesaian kegiatan sebagai berikut:

 Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)


LP2K adalah laporan untuk menyatakan bahwa seluruh jenis
kegiatan telah selesai dilaksanakan (kondisi 100%)
Pada saat LP2K akan ditandatangani, maka seluruh
administrasi baik pertanggungjawaban dana maupun jenis
administrasi lainnya sudah dilengkapi dan dituntaskan,
termasuk realisasi kegiatan dan biaya (RKB).

Lembar LP2K yang sudah ditandatangani diserahkan pada


Kecamatan dengan tembusan kepada TA Kab., untuk
mendapatkan tindak lanjut berupa pemeriksaan di lapangan.
Form L2PK terdapat pada buku Formulir FORM.

 Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)

RKB dimaksudkan untuk melaporkan hasil nyata tentang apa saja


yang telah dilaksanakan di lapangan didalamnya termasuk
penggunaan dana bantuan Program di desa. RKB ini dibuat dan
disusun oleh TPK bersama kader desa yang dibantu oleh PD.
Didalam realisasi kegiatan dan biaya harus dibuat secara terpisah
antara sub-sub-sub kegiatan.

Ketentuan dalam pembuatan RKB:


1) dibuat sesuai dengan kondisi terlaksana di lapangan,
2) sesuai dengan catatan yang ada pada buku kas umum,
3) berkaitan erat dengan gambar-gambar purna laksana
4) menunjukkan target akhir dari pelaksanaan Program di desa.

Harus dihindari sikap yang hanya menyalin atau menulis ulang


RAB awal tanpa melihat realisasi yang sedang terjadi di lapangan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 105


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Pada prinsipnya pembuatan RKB hanyalah merekap atau


merangkum seluruh catatan penggunaan dana dan pelaksanaan
kegiatan yang dibuat selama pelaksanaan. Jika terdapat
konstribusi swadaya masyarakat selama periode pelaksanaan,
harus dicantumkan.

RKB merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari LP2K,


sehingga harus sudah dapat diselesaikan sebelum LP2K
ditandatangani. RKB juga akan banyak manfaatnya untuk
menjelaskan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada
saat pemeriksaan atau audit. Pada kegiatan pembangunan
prasarana perincian volume dan biaya yang tercantum pada
format RKB harus sesuai

Gambar-gambar yang dilampirkan dalam dokumen penyelesaian


yaitu denah atau lay out, peta situasi, detail konstruksi dan lain-
lain yang juga bagian adari RKB, harus dibuat sesuai dengan
kondisi yang ada atau terlakasana di lapangan. Harus dihindari
melampirakan gambar-gambar disain dalam dokumen
penyelesaian tanpa menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di
lapangan. Jika terjadi perubahan di lapangan, di samping
dilakukan perubahan pada gambar juga harus dituangkan dalam
berita acara revisi. Form RKB terdapat pada buku Formulir FORM.

 Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K)


SP3K dimaksudkan untuk melaporkan secara resmi bahwa
pelaksanaan kegiatan Program di desa dinyatakan selesai. SP3K ini
ditandatangani oleh Ketua TPK dan Kecamatan serta diketahui
Kepala Desa dan Camat atas nama Bupati.

Kegiatan tambahan atau lanjutan yang bersumber dana dari luar


Program baru dapat dimulai setelah diterbitkan SP3K, misalnya :
pengaspalan seluruh ruas jalan melalui dana APBD, pemasangan
dinding pasangan batu oleh pengairan pada saluran irigasi.

Seluruh kegiatan lanjutan yang dilaksanakan setelah


diterbitkannya SP3K bukan lagi menjadi tanggung jawab dari Tim
Pengelola Kegiatan Program. Kecamatan harus memastikan
bahwa kegiatan yang diserahterimakan atau yang tercantum
dalam SP3K benar-benar telah memenuhi ketentuan yang berlaku,
sesuai dengan RKB, gambar-gambar purna laksana sesuai dengan
kondisi yang ada di lapangan, catatan-catatan tentang kegiatan
yang sesuai dengan fakta di masyarakat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 106


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemui adanya kekurangan


dalam pelaksanaan termasuk dalam hal administrasi maka
Kecamatan dapat memberikan kesempatan waktu kepada Tim
Pengelola Kegiatan untuk melakukan perbaikan terlebih dahulu.
Baru kemudian SP3K dapat ditandatangani. Termasuk syarat
dalam pengesahan SP3K adalah pekerjaan dapat diterima
masyarakat dan Tim Pengelola Kegiatan harus sudah membuat
dan merumuskan bersama masyarakat mengenai rencana
pelestarian. Form SP3K terdapat pada buku Formulir FORM.

 Dokumen Penyelesaian
Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang berisi:
1) Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan(SP3K),
2) Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K),
3) Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) dan lampiran pendukung
lainnya.

Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh TPK


bersama PD dan PLD desa untuk didistribusikan oleh Kecamatan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal
ditandatanganinya LP2K. Jika sampai batas waktu tersebut
dokumen penyelesaian belum bisa dituntaskan maka Ketua TPK,
PD dan Kecamatan harus membuat Berita Acara keterlambatan
dan Kesanggupan penyelesaiannya untuk disampaikan kepada
TK-Program Kabupaten dan TA Kab..

Pendistribusian dari dokumen penyelesaian ini dilaksanakan oleh


Kecamatan dibantu oleh PD. Biaya pembuatan dari dokumen
penyelesaian seluruhnya dimasukan pada Biaya Umum dari
Alokasi dana Program di desa, sehingga sejak tahap perencanaan
sudah dialokasikan besarnya biaya ini secara wajar.

 Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK)


pada kondisi khusus
Apabila sampai batas waktu penyelesaian ternyata kegiatan
pembangunan prasarana belum dapat diselesaikan, atau dana
belum disalurkan seluruhnya, maka Ketua TPK dan PD dengan
diketahui oleh Kepala Desa membuat Berita Acara Status
Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K. BASPK
menunjukkan kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang dicapai
pada saat itu.

Jika sudah dibuat BASPK maka tidak perlu lagi dibuat LP2K. SP3K
tetap harus dibuat setelah seluruh kegiatan telah dituntaskan

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 107


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

(100%) sebagi bukti selesainya pekerjaan. Lampiran yang harus


dibuat jika muncul BASPK, sama dengan LP2K, yaitu realisasi
kegiatan dan biaya hingga saat itu maupun gambar-gambar
purna laksana hingga saat itu. Form BASPK terdapat pada buku
Formulir FORM.

Pemeliharaan
Pasca penyelesaian kegiatan merupakan tahap pasca pelaksanaan
pembangunan yang wajib dioperasikan dan dipelihara oleh desa.
Agar kegiatan pembangunan prasarana, mempunyai nilai manfaat
yang dapat terus berlangsung dan berkembang. Kesanggupan desa
untuk memelihara hasil kegiatan tersebut sudah termasuk pada
kriteria pengajuan usulan desa pada musyawarah desa (merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari usulan desa) dan MUSYAWARAH.

 Tujuan
1) Menjamin terpelihara serta berkelanjutannya fungsi sarana dan
prasarana yang telah dibangun dengan kemampuan
masyarakaat sendiri.
2) Meningkatkan berfungsinya kelembagaan masyarakat di desa
dan kecamatan dalam pengelolaan program.

 Kegiatan Pemeliharaan Prasarana


Prasarana yang telah dibangun oleh perlu diperiksa secara rutin,
kemudian kekurangan-kekurangannya diperbaiki secara
kelompok. Pemeliharaan untuk prasarana ini dapat ditangani
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Langkah pertama dalam pemeliharaan adalah penentuan
bagian yang harus dipelihara, yaitu dengan cara
menginventarisasi bagian-bagian prasarana yang mudah rusak
akibat penggunaannya.
2) Dari inventarisasi masalah-masalah tersebut, ditentukan hal
mana yang dapat diperbaiki dengan sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang ada di desa.
3) Yang diluar kemampuan masyarakat, harus dilaporkan kepada
Kepala Desa dan Camat dengan tembusan kepada dinas
terkait di kabupaten (misalnya jika terjadi kerusakan jembatan
atau longsor besar) untuk meminta pertimbangan dan
nasihatnya.
4) Kelompok-kelompok pemeliharaan harus memilih waktu yang
paling tepat untuk mengidentifikasikan masalah, misalnya
pada prasarana jalan pada saat sehabis hujan besar (atau lebih
baik lagi pada waktu hujan deras) atau arus sungai paling kuat
untuk prasarana Jembatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 108


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5) Prioritas penanganan tidak dapat dilepaskan dari penentuan


waktu yang paling tepat untuk pemeliharaan, yang tergantung
jenis masalah:
i. Keadaan yang berbahaya harus segera ditangani dan
penggunaan prasarana dibatasi/dihentikan sampai keadaan
diperbaiki.
ii. Masalah yang akan mengakibatkan kerusakan besar atas
pemilikan pribadi masyarakat desa (rumah, lahan
produktif), harus segera ditangani, seperti peluapan air
yang akan merusak tanaman di ladang sebelah jalan, atau
longsor yang mengancam rumah penduduk.
iii. Masalah yang akan menyebabkan kerusakan yang lebih
luas dan lebih besar harus segera ditangani, seperti
masalah drainase jalan yang tidak berfungsi.
iv. Adapun masalah yang sebaiknya menunggu cuaca yang
baik demi kualitas perbaikan, asal tidak merugikan
masyarakat kalau menunggu (misalnya pemasangan
gorong-gorong baru, atau pembuatan subteras)
6) Melalui musyawarah desa dipilih tim pemeliharaan dan
disyahkan oleh Kepala Desa, yang terdiri dari beberapa unit:
i. Unit yang menentukan kebutuhan untuk pemeliharaan,
sekaligus yang menilai kembali apakah bagian yang
dibutuhkan untuk dipelihara telah ditangani dengan baik.
ii. Unit yang menugaskan masyarakat untuk memperbaiki
hal-hal yang harus diperbaiki, apakah individu atau
kelompok,
iii. Unit yang mengawasi dan membimbing masyarakat dalam
kegiatan pemeliharaan, dan tentu saja orang tersebut harus
terlatih atau sudah memiliki kemampuan teknis,
Tim Pemelihara bertanggung jawab kepada musyawarah desa
melalui musyawarah pertanggungjawaban pemeliharaan
prasarana yang dilakukan secara periodik sesuai kebutuhan.

 Sistem Pemeliharaan
Untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan pada tiap jenis
prasarana, telah disediakan fomulir guna membantu Tim
Pengelola Pemeliharaan Prasarana (TP3) di desa. Formulir Daftar
Bagian Prasarana Yang Rusak dan Perlu Dipelihara untuk
mencatat kebutuhan pemeliharaan secara sistematis, yang dapat
dilihat pada Form FORM.

Formulir Daftar Bagian Prasarana Yang Rusak dan Perlu Dipelihara


diisi oleh TP3 secara berkala atau sesuai waktu yang diperlukan,
dengan cara sebagai berikut:

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 109


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

1) Memeriksa dan mengamati jenis kerusakan pada bangunan


prasarana.
2) Sambil mengamati, dicatat pada formulir tentang keadaan tiap
masalah yang diamati.
3) Di bagian bawah, ditulis catatan mengenai lokasi/bagian
bangunan tiap jenis prasarana yang perlu diperbaiki.
4) Pada waktu survei identifikasi pemeliharaan, diisi dengan kode:
1 = masalah ringan
2 = masalah sedang
3 = masalah berat

Kode ditentukan sesuai dengan pentingnya masalah, bukan

besarnya pekerjaan yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah.

 Penentuan Prioritas Pemeliharaan


TP3 akan menentukan prioritas berdasarkan kriteria-kriteria yang
diuraikan di atas, ditambah pertimbangan beban pekerjaan dan
pemerataan beban pada kelompok-kelompok masyarakat. Jika
pemeliharaan ditangani melalui pengurus RT (Rukun Tetangga),
survei dan penentuan prioritas dapat dilakukan oleh RT masing-
masing, dan TP3 dapat menilai keberhasilan tiap RT.

 Langkah-langkah Pemeliharaan
1) Prioritas untuk pemeliharaan ditentukan oleh TP3.
2) Dibuat jadwal pekerjaan dan disepakati penanggung jawabnya,
berfungsi sebagai kepala kelompok pemeliharaan.
3) Hasil pemeliharaan oleh RT atau kelompok diperiksa oleh unit
yang mengawasi dan membimbing kegiatan pemeliharaan
dalam TP3.
4) Bagian yang sudah diperbaiki dengan baik dapat ditandai
dengan "X" pada formulir survei.

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 110


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
4.1. Konsep Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menyebut delapan langkah dalam pemeliharaan prasarana desa dan antar
desa;
2. Mengisi Laporan Harian Pemeliharaan;
3. Menjelaskan cara mengisi Formulir Pemeliharaan Prasarana Desa.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
 Paparan
 Tanya Jawab
 Curah pendapat
 Diskusi
 Presentasi

Media
 Media Tayang (PowerPoint)
 Form Laporan dan Rencana Kegiatan Pemeliharaan.

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 111


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui
pembelajaran di sub pokok bahasan ―Tata Cara Pemeliharaan
Prasarana Desa dan Antar Desa‖.
2. Pelatih bertanya pada peserta, apa yang akan terjadi bila prasarana
yang dibangun tidak dipelihara. Peserta menjawab
3. Pelatih menjelaskan bahwa ada hal-hal yang dapat membantu desa
memelihara prasarana, dokumen yang namanya Langkah-Langkah
dalam Pemeliharaan
4. Pelatih menjelaskan ke enam aspek dari pemeliharaan:
 Masalah pemeliharaan sering bukan masalah pemeliharaan
 Perlu ada tim yang terdiri dari orang senior
 Perlu ada tim dari orang pemuda
 Perlu ada pelatihan khusus pemeliharan
 Perlu ada catatan tentang pemeliharaan yang sudah dilakukan
 Perlu membuat sanksi bagi lokasi yang tidak memelihara

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 112


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
4.1. Konsep Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa
Pengertian pemeliharaan adalah usaha–usaha dan kegiatan–kegiatan yang harus
dilakukan untuk menjaga agar prasarana yang sudah dibangun selalu dapat berfungsi
dengan baik sehingga dapat dioperasikan secara optimal dan terjaga kelestariannya.

Pemilahan masalah – masalah pemeliharaan hasil survey ke dalam tiga bentuk


kegiatan pemeliharaan, yaitu :

 Pemeliharaan Rutin, yaitu kegiatan pemeliharaan prasarana yang dilakukan


secara rutin untuk penanganan masalah – masalah ringan yang dilakukan oleh
anggota kelompok masyarakat secara rutin mingguan. Kegiatan ini tidak
membutuhkan biaya baik untuk konstruksi maupun upah pekerja, tetapi
membutuhkan tenaga kerja maka perlu rencana berapa tenaga kerja yang
dibutuhkan setiap mingggu secara bergilir.

 Pemeliharaan Periodik, yaitu kegiatan pemeliharaan prasarana yang dilakukan


secara periodik/berkala ( satu bulan sekali atau setiap 35 hari sekali atau selapanan
tertanggung jenis prasarana ) untuk penanganan masalah –masalah sedang yang
bias dilakukan oleh kelompok masyarakat . Kegiatan ini sedikit atau cukup
membutuhkan biaya untuk perbaikan kontruksi, yaitu pengadaan bahan – bahan
dan dihitung juga kebutuhan tenaga yang diperlukan.

 Pemeliharaan Darurat, yaitu kegiatan pemeliharaan prasarana yang dilakukan


segera penanganan masalah-masalah berat berdasarkan hasil survei atau masalah
– masalah yang muncul kemudian akibat kerusakan pemakaian dan bencana alam
yang perlu segera ada tindakan dan penanganan . Kegiatan ini berupa perbaikan
permanent dan penggantian bangunan sehingga prasarana dapat berfungsi kembali
yang membutuhkan biaya cukup besar, baik untuk pengadaan bahan – bahan alat
dan insentif bagi tenaga kerja.

Prasarana secara fisik akan mengalami kerusakan yang disebabkan antara lain:
1. Faktor pemakai
2. Faktor pengaruh cuaca atau alam
3. Faktor pengaruh kualitas bahan dan pekerjaan
4. Faktor waktu

Akibat sebab tersebut di atas prasarana akan mengalami kerusakan dan bila tidak
ada penanganan yang memadai akibatnya prasarana akan hancur lebih cepat dari

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 113


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

umur masa pakai yang direncanakan. Untuk mengatasinya maka diperlukan bukan
sekedar pemeliharaan saja, karena hal ini terkesan hanya sebatas perbaikan
seperlunya, akan tetapi perlu lebih dari itu adalah pemeliharaan harus dikelola
sehingga tujuan atau harapannya dapat ditingkatkan antara lain:
1. Timbulnya pemikiran bahwa pemeliharaan bukan hanya terbatas pada
pemeliharaan saja tetapi sudah pada kegiatan penggantian atau peningkatan
prasarana
2. Dapat mengantisipasi tentang kebutuhan lain selain pemeliharaan rutin atau
darurat
3. Dapat membagi rata beban kegiatan kepada masyarakat
4. Dapat memantau kebutuhan pemeliharaan secara menerus

Dalam pengelolaan ini yang paling berperan adalah Tim Pemelihara yang
seharusnya dibentuk saat musyawarah serah terima, yang bisa merupakan bentukan
baru ataupun tim pemelihara yang sudah ada sebelumnya.
Hal yang paling penting adalah bagaimana mengembangkan tim ini agar dapat
berfungsi optimal, hal ini dapat terjadi jika pengelolaannya mengacu kepada suatu
target pencapaian pemeliharaan yang dikaitkan peningkatan atau penggantian
prasarana pada saat umur rencana telah habis.

Dari pengalaman yang ada selama ini bahwa tim pemelihara sering berjalan
menurut kebiasaan setempat saja sehingga apa yang dihasilkan sangat bervariasi
diantaranya:
1. Adanya tim pemelihara tetapi tidak melaksanakan tugasnya karena tidak tahu
apa yang mesti dilakukan.
2. Adanya tim pemelihara yang hanya bekerja bertujuan untuk kepentingan
lolos persyaratan mendapat program baru.
3. Adanya tim pemelihara yang melaksanakan kegiatannya selama beberapa
tahun kemudian bubar karena prasarana perlu tindakan lebih berat dari
pemeliharaan rutin.
4. Adanya tim pemelihara yang melaksanakan kegiatannya tetapi tidak
mempunyai dana kecuali pemelihara rutin.
5. Adanya tim pemelihara yang melaksanakan kegiatannya, dan sudah cukup
tertib administrasi keuangan, tetapi tidak ada catatan tentang kegiatan fisik.

Untuk mendapatkan pengelolaan yang baik maka diperlukan manajemen


organisasi secara keseluruhan, meliputi:
1. Pengembangan organisasi
Manfaat dari pengembangan ini adalah bahwa organisasi akan hidup, tumbuh
dan bergerak dinamis sehingga mampu menangkap perkembangan yang
terjadi.

2. Pengembangan sistem informasi


Manfaat pengembangan sistem informasi ini antara lain: menciptakan
keterbukaan baik intern organisasi ataupun organisasi terhadap masyarakat,
juga masyarakat ke masyarakat atau ke organisasi. Dukungan yang harus ada
yaitu pembuatan pelaporan dan pengarsipan semua kegiatan.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 114


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Pengembangan sistem manajemen


Manfaatnya antara lain: adanya pengendalian terhadap sumber daya menuju
suatu obyektivitas tertentu.

4. Pengembangan sistem operasi


Manfaatnya antara lain terdapat pengaturan yang jelas dan terarah dalam hal
hasil dan informasi atau jasa sesuai apa yang didesain, dimusywarahkan dan
ditetapkan.

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 115


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

RencanaPembelajaran
SPB
4.2. Tata Cara Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memfasilitasi masyarakat dalam menyelenggarakan pelestarian dan
pemeliharaan prasarana Desa;
2. Memberikan bimbingan tentang cara melakukan perbaikan.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
 Paparan
 Tanya Jawab
 Curahpendapat
 Diskusi
 Presentasi

Media
 BahanTayang
 Form Laporan Harian Pemeliharaan (Maintenance Log)

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 116


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

Pengantar
1. Jelaskan tujuan, hasil, dan proses yang akan dicapai melalui pembahasan di
sub pokok bahasan ―Tata Cara Pemeliharaan Prasarana Desa dan Antar
Desa‖.
2. Mintalah peserta untuk mensimulasikan proses fasilitasi penyelenggaraan

 Apa yang perludilakukantim di desadalammelakukankegiatanpemeliharaan


 Bagaimanakualitaspemeliharaan yang terjadiselamainidanaspekapasaja
yang perluditingkatkan
 Bagaimanacaramelakukanbimbinganpemeliharaan
 Tayangkan Media PelatihanPemeliharaanJalanDesaLakukantanyajawab.

 PENEGASAN
 Pelatihmenegaskantentangpembimbinganpemeliharaanolehmasyarakat

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 117


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
4.2. Tata Cara Pemeliharaan
Prasarana Desa Dan Antar
Desa
Setelah mengetahui mengapa harus mengelola pemeliharaan dan kelemahan-
kelemahannya dalam pengelolaan maka diperlukan suatu model yang akan merubah
kebiasaan lama yang kurang mendorong pengembangan pengelolaan yaitu dari
kondisi seadanya saja menjadi lebih terarah dan punya visi dan misi yang jelas.

Model pengembangan tim pengelola pemeliharaan yang dimaksud yaitu:

Pembentukan Tim Pengelola Pemeliharaan Prasarana


dan
Serah terima arsip pelaksanaan kegiatan

Musyawarah Tim Pengelola untuk membahas tugas dan


tanggung jawab serta aturan tim pengelola

Pelatihan Tim Pengelola guna mendukung pelaksanaan


tugas meliputi:
Teknik Pengelolaan
dan
Teknik pemeliharaan

Perencanaan:
 Visi dan misi pengelolaan
 Pembuatan jadwal kerja tim dan pertemuan dengan
masyarakat pemanfaat

Pelaksanaan
 Kegiatan fisik dan administrasi keuangan
 Kegiatan pelaporan
 Kegiatan pemantauan dan bimbingan
 Kegiatan pertemuan rutin/berkala
 Kegiatan pertanggungjawaban

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 118


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Setelah selesai suatu kegiatan pembangunan prasarana baru maka pada saat
tertentu harus berpikir tentang bagaimana prasarana yang bersangkutan dapat
ditingkatkan atau diganti sehingga fungsi dan manfaat prasarana tidak terputus.

Kemudian hal yang perlu dipikirkan adalah cara untuk mendukungnya yaitu dapat
ditentukan pada saat akan menentukan besarnya iuran bagi masyarakat pemanfaat
maka agar diperhitungkan komponen biaya-biaya yang akan terjadi meliputi:

1. Biayo honor petugas pemelihara


2. Biaya bahan/alat untuk pemeliharaan rutin
3. Biaya ATK
4. Biaya bahan/alat untuk pemeliharaan berkala
5. Biaya untuk peningkatan/penggantian prasarana pada saat akhir umur
perencanaan, misal mesin pompa pada saat ini harga 10 juta, maka jika umur
rencana 10 tahun, diperkirakan harga mesin yaitu 1.5 kali 10 juta sehingga
diperlukan 15 juta.
6. Biaya lain jika ada yaitu sumbangan untuk desa atau keperluan lain sesuai
hasil yang disepakati dalam musyawarah.

Dari perkiraan tersebut di atas, maka semua komponen harus dihitung selama masa
umur rencana kemudian dibagi perbulan dan hasilnya dibagi jumlah pemanfaat
berdasar klasifikasi masing-masing.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam iuran akan terdapat 2 (dua) unsur yaitu:

1. Biaya pemeliharaan bulanan


2. Biaya/tabungan untuk peningkatan/penggantian sesuai umur prasarana.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 119


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

....
Rencana Pembelajaran
SPB
Merancang Program
5.1
Peningkatan Kapasitas Kader
Teknik dan PLD

Tujuan
1. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi KADER TEKNIK DAN PLD dalam
P3MD;
2. Mampu mengukur kapasitas KADER TEKNIK DAN PLD dalam P3MD
menggunakan pendekatan analisis tugas;
3. Mampu memformulasikan kebutuhan peningkatan kapasitas KADER
TEKNIK DAN PLD dalam pembangunan partisipatif baik yang bersifat
training dan/atau non training.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, Analisis Tugas, Diskusi Kelompok, Pleno

Media
Lembar informasi, Media Tayang

Alat Bantu
Spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 120


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian
Kegiatan 1 : Penjelasan fungsi KADER TEKNIK DAN PLD dalam
Pembangunan Partisipatif
1. Pelatih menjelaskan kepada peserta mengenai tujuan, proses dan hasil
yang diharapkan dari sub pokok bahasan tentang ‖ Penjelasan tugas dan
fungsi Kader Teknik dan PLD dalam P3MD―.
2. Pelatih memberikan paparan singkat tentang tugas dan fungsi Kader
Teknik dan PLD dalam P3MD.
3. Pandulah peserta untuk melakukan curah pendapat tentang tugas dan
fungsi Kader Teknik dan PLD dalam P3MD dengan mengajukan beberapa
pertanyaan, yaitu :
(bagikan metaplan ke peserta untuk menuliskan tupoksi kader teknik,
minta peserta menempelkan metaplan pada kelompok tahapan
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pemeliharaan).
a. Apa pengertian pembangunan partisipatif ?
b. Siapa yang terlibat dalam pembangunan desa ?
c. Bagaimana agar pembangunan desa itu partisipatif ?
d. Apa yang harus dilakukan Kader Teknik dan PLD agar pembangunan
desa bisa partisipatif ?
4. Buatlah catatan-catatan hasil curah pendapat dari peserta tersebut.
5. Pelatih menyampaikan paparan singkat tentang tugas dan fungsi Kader
Teknik DAN PLD
6. Berikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dan
mengklarifikasi hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut.
7. Berikan penegasan akhir

Kegiatan 2 : Diskusi kelompok


8. Selanjutnya mintalah peserta membentuk kelompok (rata rata 5 orang
dalam setiap kelompok), untuk selanjutnya melakukan diskusi tentang:
a. Kelompok 1 s.d 3 membahas analisis tugas dan fungsi Kader Teknik
dan PLD dalam pembangunan partisipatif. Tuliskan dalam lembar
kerja 5.1.1.
b. Kelompok 4 s.d 5 membahas kebutuhan peningkatan kapasitas Kader
Teknik dan PLD dalam pembangunan Partisipatif. Tuliskan dalam
lembar kerja 5.1.2.
9. Setelah dilakukan diskusi kelompok, selanjutnya mintalah perwakilan
kelompok untuk memaparkan di depan kelas, dan kelompok lain untuk
melengkapi.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 121


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

10. Lanjutkan dengan pemaparan singkat menjelaskan fungsi Kader Teknik dan
Tupoksi PLD dalam pembangunan partisipatif dan perlunya peningkatan
kapasitas kader Teknik dan PLD dalam Pelatihan, IST dan OJT.
11. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan meriah dan salam.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 122


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

LEMBAR KERJA 5.1.1

TABEL ANALISIS KEGIATAN FASILITASI KADER TEKNIK

KELOMPOK: ......
Tupoksi
KADER Bentuk Riil Kegiatan/Fasilitasi KADER Kendala/Hambatan
TEKNIK TEKNIK DAN PLD dalam P3MD
DAN PLD /Solusi

1 2 3

LEMBAR KERJA 5.1.2

TABEL ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN

KELOMPOK: .......
Tupoksi JenisMateri Jenis materi
KADER
Jenis Pelatihan Dan Materi IST OJT
TEKNIK
DAN PLD
Tupoksi 2 3
1
2
Non
Tupoksi
1
2

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 123


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
Merancang Program
5.1
Peningkatan Kapasitas Kader
Teknik dan PLD

Yang dimaksud Kader Teknik disini adalah warga desa yang mempunyai bakat dan minat
dibidang teknik, serta memiliki kepedulian membantu masyarakat dalam membangun,
mengelola dan melestarikan prasarana untuk memajukan desa. Untuk itu aspek kerelawanan,
mau meluangkan waktu dan kejujuran diharapkan ada pada diri para kader.

Seorang kader teknik diharapkan memiliki keinginan untuk terus maju dan berbagi
pengalaman dengan masyarakat, juga orang-orang lain yang memiliki kemampuan teknik,
serta kemampuan dalam aspek manajemen konstruksi.

Kader teknik desa diharapkan mampu memfasilitasi pengadaan, pengelolaan dan pelestarian
kegiatan bidang prasarana sebagai berikut :

1. Memilih Jenis jenis prasarana yang berdampak positif mendukung pembangunan


desa, serta dapat mengantisipasi agar tidak berdampak negatif.
2. Menemukan dan memfasilitasi terbentuknya kader-kader teknik di masyarakat
3. Memfasilitasi proses survey teknik untuk pembangunan sarana dan prasaran desa
4. Memfasilitasi penyusunan desain dan Rencana Anggaran Biaya
5. Memfasilitasi proses pengadaan material, bahan dan alat
6. Memfasilitasi pelaku dalam aspek manajemen konstruksi
7. Melakukan proses penguatan kapasitas pelaku desa pada aspek teknis.
8. Memfasilitasi terjaganya kualitas pembangunan dan bangunan sarana serta prasarana
desa.
9. Memfasilitasi Pengelolaan dan Pemeliharaan Prasaran Desa

PERAN DAN FUNGSI KADER TEKNIK DESA :

Memfasilitasi :

1. Perencanaan sarana prasarana Desa


2. Pengadaan sarana prasarana Desa
3. Pengelolaan sarana prasarana Desa
4. Pemeliharaan sarana prasarana Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 124


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Tugas KADER TEKNIK DESA

Seorang Kader Teknik Desa DIHARAPKAN dapat mengerjakan sebagian besar dari kegiatan
yang dilakukan PDTI

15 (lima belas) hal yang harus dikuasai


Seorang kader teknik, sebagaimana diuraikan di bawah ini:

Kader teknik harus menguasai lima aspek pekerjaan di lapangan:

1. Desain teknis prasarana


2. Metode konstruksi prasarana di lapangan
3. Cara bekerja sama dengan masyarakat
4. Administrasi proyek
5. Cara meningkatkan kapasitas masyarakat

Kader teknik harus memiliki lima kemampuan pribadi:

1. Bisa tampil di depan umum


2. Bisa memimpin pertemuan
3. Bisa memecahan masalah
4. Berdisiplin
5. Bisa menulis dengan jelas dan benar

Kader teknik harus memiliki lima sikap pribadi:

1. Berasal dari Desa tempat tugas


2. Mempunyai keinginan belajar
3. Mempunyai keinginan membangun Desanya
4. Mempunyai bakat Teknis
5. Mempunyai bakat baik (berjiwa Sosial, suka membantu orang lain, dll)

Dari lima belas hal yang harus dikuasai diatas tentunya muncul tiga pertanyaan
mendasar :

A. Apakah arti dari setiap aspek atau kemampuan?


B. Bagaimana kiat-kiat untuk memenuhi kalimat tersebut?
C. Bagaimana cara seorang PDTI dapat menguji kemampuan kader teknik?
D.

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 125


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Pengembangan Kurikulum
5.2
dan Modul Pelatihan KT dan
PLD dan PLD

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan:
1. Mampu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan KT dan PLD dan
PLD tentang P3MD;
2. Mampu menyusun kurikulum pelatihan KT dan PLD dan PLD
tentang P3MD;
3. Mampu merancang modul pelatihan sesuai kurikulum yang telah
ditetapkan.
Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Pemaparan, TNA, Diskusi kelompok, Modul drafting, Pleno

Media
Lembar informasi, media tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, infocus

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 126


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Proses Penyajian

1. Pelatih menjelaskan mengenai tujuan sub pokok bahasan yang akan


disampaikan;
2. Ajak bebarapa peserta untuk berbagi cerita (sharing) tentang pengalaman
melatih KT DAN PLD DAN PLD
3. Lakukan curah pendapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan :
a. Apa pentingnya melakukan peningkatan kapasitas KT DAN PLD DAN
PLD ?.
b. Apa yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan peningkatan
kapasitas ?
c. Apa yang anda ketahui tentang TNA (training need assessment) atau
Penjajakan kebutuhan pelatihan ?
4. Pelatih menyampaikan paparan singkat tentang penjajakan kebutuhan
pelatihan/ TNA. (mengunakan slide paparan TNA)
5. Dari hasil diskusi PB 2.1. tentang rumusan jenis pelatihan KT DAN PLD
DAN PLD dalam pembangunan partisipatif, mintalah perwakilan peserta,
untuk menungkapkan pendapatnya mengapa pelatihan yang dimaksud
(dari hasil diskusi PB.2.1) untuk KT DAN PLD DAN PLD itu penting dan
prioritas.
6. Mintalah kepada peserta membagi kelompok untuk melakukan diskusi
kelompok menyusun Matrik kurikulum Pelatihan KT DAN PLD DAN PLD
(pelatihan tambahan diluar pelatihan pratugas yang terkait dengan
pembangunan partisipatif), dapat berupa penguatan kapasitas lainnya.
 Jumlah kelompok disesuaikan dengan topic hasil rumusan
 Format matrik kurikulum sesuai dengan format yang disediakan
7. Diskusi Pleno masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya.
8. Berikan kesempatan kepada kelompok/peserta lainnya untuk
memberikan tanggapan atas paparan tersebut.
9. Penugasan individu, terkait menyusun Draft Modul
 Dari hasil matrik kurikulum yang sudah disusun dan dipaparkan
selanjutnya setiap peserta untuk menyusun modul.
 Peserta memilih materi sesuai matrik kurikulum
 Pekerjaan menyusun modul dilakukan di luar jam pelajaran, dan
dikumpulkan pada saat hari berikutnya.
 Penyusunan modul meliputi Bahan Bacaan, Bahan Tayang dan Lassion
Plan
 Fasilitator wajib memberikan komentar hasil pekerjaan penyusunan
modul, pada hari berikutnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 127


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

10. Pelatih memberikan penegasan atas materi ini dan tutup sesi ini dengan
tepuk tangan meriah dan salam.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 128


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Bahan Bacaan
SPB
Pengembangan Kurikulum
5.2
dan Modul Pelatihan KT dan
PLD

Mengapa ada kader teknik dan pelatihannya?

• Meningkatkan kapasitas masyarakat


• Mendukung kemandirian teknis desa
• Membantu PD dan TAPM dalam pelaksanaan tugasnya, karena KT dan PLD selalu ada
di tempat

Strategi Kader Teknik dan Pendamping Lokal Desa:

• Memilih KT dan PLD yang tepat


• Memberi pelatihan dasar
• Melakukan supervisi, IST, dan OJT

Berikut ringkasan panduan pelatihan Kader Teknik dan Pendamping Lokal Desa:

PANDUAN
PELATIHAN KADER TEKNIK DAN PENDAMPING LOKAL DESA

1. Latar Belakang

Pembangunan sarana prasarana perdesaan yang berbasis pemberdayaan masyarakat


terutama melalui Dana Desa merupakan upaya untuk menunjang peningkatan kualitas
insfrastruktur dasar yang ada di desa. Upaya tersebut untuk mendorong kemandirian
masyarakat perdesaan. Dengan melihat pembangunan insfrastruktur dasar yang
dilaksanakan selama ini melalui Dana Desa memerlukan dukungan dari sisi masyarakat
dalam merencanakan, mengelola, dan melestarikan hasil kegiatan terutama di kegiatan
fisik.
Untuk menunjang kemampuan masyarakat dalam pembangunan insfrastruktur perdesaan
perlu diperkuat dengan adanya KT dan PLD dan Pendamping Lokal di masing masing
desa. Langkah yang dilakukan Dana Desa merupakan upaya untuk mewujudkan desa yang
memiliki kemampuan sendiri dalam mengelola kegiatan pembangunan terutama kegiatan
infrastruktur dasar yang ada di desa. Dengan adanya kemandirian KT dan PLD, masyarakat
desa mampu menemukan strategi pembangunannya sendiri, dengan pola pembangunan
desa yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat desa.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 129


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Penguatan kemampuan masyarakat desa melalui pelatihan KT dan PLD maka kemandirian
desa dapat mulai diwujudkan mulai dari pemantauan kapasitas dan kelembagaan
masyarakat. Untuk mendukung kemandirian dan otonomi desa, desa juga harus mampu
mengambil keputusan yang tepat dibidang teknik, artinya dalam bidang teknik desa harus
dapat mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan serta harus dapat mengidentifikasi,
merencanakan, melaksanakan serta melestarikan sarana prasarana desa dengan mandiri
dan berkualitas. Berdasarkan pengalaman di Dana Desa, penyiapan KT dan PLD belum
berjalan dengan optimal. Hal ini berdampak pada penguasaan infrastruktur lebih banyak
dilakukan oleh Tim Pelaksanan Kegiatan (TPK). Untuk itu peran keteknikan yang banyak
diemban oleh Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI) perlu ditransfer pengetahuan
dan ketrampilan hal hal teknik kepada KT dan PLD Desa.
Peran fasilitator teknik baik di kabupaten maupun kecamatan mempunyai tanggungjawab
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dengan memberikan pengetahuan dan
ketrampilan dalam hal infrastruktur dasar perdesaan. Untuk membantu ketersediaan KT
dan PLD desa maka disusun lah panduan Pelatihan KT dan PLD Desa. Panduan ini
merupakan tindak lanjut dari Surat Dirje PMD Nomor 4.1.4.2/615/PMD tanggal 4 Pebruari
2011 perihal Petunjuk Teknis Pencairan dan Penggunaan Dana Urusan Bersama Dana
Desa.

2. Tujuan

2.1. Meningkatkan kualitas sarana prasaranan yang dibangun di desa


2.2. Meningkatkan kemampuan masyarakat (Kader) terutama dalam mengelola kegiatan
sarana prasarana yang ada di desa
2.3. Mewujudkan Kemandirian Teknik Desa
2.4. Mengembalikan fungsi fasilitator teknik sebagai penanggungjawab peningkatan
kapasitas masyarakat dengan memberikan ketrampilan dan pengetahuan dalam hal
sarana prasarana desa

3. Waktu dan Jenis Pelatihan

Waktu pelaksanaan kegiatan pelatihan selama 12 hari efektif, dengan bisa dilakukan dalam
2 tahap, 3 tahap, 4 tahap atau 6 tahap, pelatihan dilapangan bisa disesuaikan dengan
tahapan kegiatan dilapangan, pokok bahasan bisa diatur sesuai dengan kegiatan tahapan
dilapangan, tiap wilayah bisa menyusun kurikulum yang berbeda dari kurikulum yang dari
disediakan oleh pusat, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik di daerah masing
masing, pelatihan ini juga dimungkinkan digabung dengan pelatihan pelaku lain, misal
pelatihan TPK atau pelatihan pelaku lain.

3.1. Pelatihan Dalam kelas selama 10 hari efektif

3.2. Pelatihan Praktek lapangan 2 hari efektif

Total waktu pelatihan KT dan PLD Desa selam 12 (dua belas) hari efektif

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 130


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

4. Peserta

Peserta pelatihan teknik untuk KT dan PLD desa berjumlah 2 (dua orang) tiap desa,
dimaksudkan agar apabila salah satu diantara mereka setelah dilatih meninggalkan desa,
misal karena mendapat pekerjaan, desa akan tetap memiliki seorang KT dan PLD.
Calon KT dan PLD Desa dapat dipilih dari pelaku pambangunan desa seperti Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), anggota masyarakat desa yang lainya yang
memiliki bakat/kemampuan dasar bidang teknik.

5. Pemandu/Pelatih

Jumlah pelatih sebagai anggot tim:


5.1. PDTI

5.2. PDP

5.3. TA-ID

5.4. Lain-lain, bisa dari LSM, perguruan tinggi, dll

6. Hasil Yang Diharapkan

Desa akan selalu memiliki kader-kader yang mampu memfasilitasi kegiatan sarana dan
prasarana perdesaan serta memiliki ketrampilan dan pengetahuan sbb:
6.1. Memilih jenis sarana prasarana yang berdampak positif mendukung kegiatan sosial
ekonomi desa, serta dapat mengantisipasi agar tidak berdampak negatif.

6.2. Menemukan dan memfasilitasi kader, agar memiliki ketrampilan dasar teknik sarana
prasarana perdesaan

6.3. Memfasilitasi proses survei teknik untuk pembangunan sarana prasarana desa

6.4. Memfasilitasi penyusunan desain dan Rencana Anggaran Biaya

6.5. Memfasilitasi proses pengadaan material, bahan dan alat

6.6. Memfasilitasi pelaku dalam aspek dalam manajemen kontruksi

6.7. Memfasilitasi terjaganya kualitas pembangunan dan bangunan serta prasarana desa.

6.8. Memfasilitasi Pengelolaan dan Pemeliharaan Prasarana Desa

7. Materi Pelatihan

Materi KT dan PLD terdiri dari 9 (sembilan) modul dasar KT dan PLD. Setiap modul
disususn terpisah supaya penggunaan dilapangan lebih fleksibel. Penggunaan modul
tersebut setelah mengadakan need asesment kebutuhan pelatihan oleh PDTI dan
mendapat persetujuan dari TA-ID.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 131


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Modul ini bisa juga dilakukan pelatihan setiap tahapan kegiatan, misal tahapan dilapangan
akan memasuki perencanaan, materi yang relevan akan dilatihkan pada KT dan PLD,
begitu juga untuk tahapan pelaksanaan kegiatan dan pelestarian kegiatan pasca
konstruksi
Sembilan Modul Tersebut adalah :

POKOK BAHASAN MODUL PEGANGAN PELATIH KT DAN PLD

Modul 1: PERAN DAN TUGAS KADER TEKNIS DAN PENDAMPING LOKAL DESA
1. Kemandirian Teknik Desa
2. Pengenalan Tugas Pembimbing dan Pengawas Teknik di Desa
3. Karakter tambahan yang perlu dimiliki oleh KT dan PLD

Modul 2: STANDAR ADMINISTRASI DAN PELAPORAN


1. Pemeriksaan Administrasi Sistem 7 Map
2. Pembayaran Upah Tenaga Kerja
3. Buku Material
4. RPD dan LPD
5. Laporan Bulanan: % Fisik, HOK, AK

Modul 3: KETRAMPILAN DASAR TEKNIK


1. Mengukur panjang, lebar, tinggi dan menghitung luas, volume serta kecepatan
2. Membuat peta
3. Pemetaan sosial oleh KT dan PLD
4. Membuat sketsa sederhana
5. Mengerjakan SAP, VAP, MAP
6. Menghitung volume bangunan
7. Penggunaan rumus 7
8. Mengukur beda tinggi
9. Mengukur sudut kemiringan
10. Menentukan arah

Modul 4: PENGENALAN STRUKTUR UTAMA INFRASTRUKTUR PERDESAAN


1. Jalan
2. Jembatan
3. Irigasi
4. Bangunan Gedung
5. Tambatan perahu
6. Pasar
7. Air Bersih

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 132


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

8. Listrik
9. MCK
10. Drainase
11. Embung
12. Sarana Olah Raga

Modul 5: PERENCANAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR


1. Pengenalan bahan
2. Pengenalan alat
3. Survei harga
4. Fungsi desain dan RAB
5. Penyusunan desain RAB
6. Penyusunan metode dan rencana kerja

Modul 6: PENGELOLAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


1. Prosedur pengadaan barang dan jasa
2. Penerimaan barang dan penyimpanan barang
3. Dua puluh cara peningkatan kualitas (termasuk penjelasan trial)

Modul 7: PENGAWASAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR


1. Pemantauan oleh masyarakat (CBM)
2. Pelaksanaan Safeguard
3. Teknik komunikasi yang efektif
4. Memberikan umpan balik yang efektif
5. Teknik supervisi terbalik
6. Metode pemeriksaan pekerjaan (formulir dan petunjuk)

Modul 8: PELAPORAN AKHIR DAN PEMELIHARAAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR


1. Penjelasan isi laporan akhir
2. Penjelasan sistem pemeliharaan
3. Pengisian blangko kebutuhan pemeliharaan antar patok
4. Teknik-teknik pemeliharaan infrastruktur

Modul 9: PRAKTIK LAPANGAN


1. SAP-VAP-MAP
2. Analisis Kerusakan
3. Pembuatan jalan Telford
4. Pengadukan beton

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 133


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

5. Penyusunan TPT
6. Praktik pemeriksaan prasarana

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 134


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

PENILAIAN KEBUTUHAN PELATIHAN


(TRAINING NEED ASSESMENT)

PENDAHULUAN
Pelatihan merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk merubah kemampuan
kerja peserta menjadi lebih baik, sehingga memiliki kemauan dan kemampuan yang lebih
baik dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pelatih (termasuk penanggung jawab
pelatihan) perlu memahami prinsip-prinsip dari proses belajar mengajar, dan perubahan
kemauan dan kemampuan seseorang (peserta pelatihan) pada dasarnya adalah perubahan
perilaku. Unsur-unsur perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Kognitif, yaitu perilaku yang terutama berhubungan dengan kemampuan mengingat.
2. Afektif, yaitu perilaku yang terutama berhubungan dengan sikap seperti minat, motivasi,
dan kecenderungan-kecenderungan lainnya.
3. Psikomotorik, yaitu perilaku yang berhubungan dengan kemampuan gerak
fisik/ketrampilan.
Sehingga hasil proses belajar mengajar akan berupa hasil kognitif, hasil affektif dan hasil
psikomotorik. Hal ini berarti bahwa suatu topik pelatihan hendaknya tidak hanya merubah
pengetahuan, tetapi juga dapat merubah sikap dan ketrampilannya.
Dari pengalaman, banyak kenyataan dimana kegiatan pelatihan yang dilaksanakan tidak
menghasilkan dampak yang efektif terhadap pencapaian tujuan suatu kegiatan. Salah satu
faktor penyebabnya adalah karena pelatihan dirancang tidak sesuai dengan kebutuhan yang
sebenarnya dari kelompok sasaran yang menjadi peserta pelatihan. Dengan demikian,
program pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas pada kegiatan PEMBERDAYAAN
perlu didasarkan pada hasil penilaian kebutuhan pelatihan.
METODE PENILAIAN KEBUTUHAN PELATIHAN
Scecara umum tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang,
sehingga dapat menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan yang
diharapkan. Menilai kebutuhan pelatihan adalah suatu proses menemukan kesenjangan
antara kemampuan kerja yang diharapkan dengan kemampuan kerja yang dimiliki. Sehingga
jika suatu kemampuan kerja yang dimiliki saat ini masih dibawah kemampuan kerja yang
seharusnya, maka kemampuan kerja tersebut perlu ditingkatkan yang antara lain melalui
pelatihan. Untuk memudahkan penilaian kebutuhan pelatihan, dapat menggunakan format
sebagai berikut.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 135


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

FORMAT PENILAIAN KEBUTUHAN PELATIHAN


(1) (2) (3) (4) (5)
Tugas Uraian PKS yg Nilai PKS Nilai skala Prioritas
Pokok Tugas diperlukan kebutuhan pelatihan.
Yg Yg dimiliki
diperlukan sekarang (A= 4, B=3, C=2, D=1)
(0–9) (0–9)

Langkah-langkah penggunaan format


1. Menetapkan tugas pokok dan uraian tugas, sebagai contoh
(1) (2) (3) (4) (5)
Tugas Pokok Uraian Tugas PKS yg Nilai PKS Nilai skala
diperlukan Prioritas
Yg Yg
kebutuhan
diperlukan dimiliki
pelatihan.
sekarang
(0–9)
(A= 4, B=3, C=2,
(0–9)
D=1)

Memfasilitasi 1. Memfasilitas
masyarakat i pertemuan
dalam
2. Menjelaskan
pembentukan
peran,fungsi,
dan pemilihan
dan tugas
anggota BPD
BPD
secara
demokratis

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 136


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Menetapkan Pengetahuan, Ketrampilan, dan Sikap yang diperlukan untuk mendukung


pelaksanaan tugas PD tersebut.
(1) (2) (3) (4) (5)
Tugas Pokok Uraian Tugas PKS yg Nilai PKS Nilai skala
diperlukan Prioritas
Yg Yg
kebutuhan
diperluka dimiliki
pelatihan.
n sekarang
(A= 4, B=3, C=2,
(0–9) (0–9)
D=1)

Memfasilitasi 1. Memfasilitasi a. Memaha


masyarakat pertemuan mi tugas,
dalam pokok,
2. Menjelaskan
pembentukan fungsi
peran,fungsi,
dan pemilihan BPD
dan tugas
anggota BPD
BPD b. Ketrampil
secara
an
demokratis
berkomu
nikasi
c. Memfasili
tasi
pertemua
n

3. Menetapkan tingkat nilai PKS (Pengetahuan/kognitif, Keterampilan/psikomotorik,


Sikap/afektif) yang diperlukan dalam tugas dan nilai yang saat ini dimiliki oleh PD,
dimana cara penilaian dapat mengacu pada keterangan di bawah ini.
Penilaian terhadap PKS yang diperlukan
Ketrampilan tidak Tingkat ketrampilan Tingkat ketrampilan Tingkat ketrampilan
diperlukan diperlukan : Rendah diperlukan : Sedang diperlukan : Tinggi
Nilai : 0 Nilai : 1 2 3 Nilai : 4 5 6 Nilai : 7 8 9
Ketrampilan jarang Ketrampilan Ketrampilan sering
digunakan, kurang digunakan dalam digunakan dalam
diperlukan dalam pekerjaan, tapi tdk pekerjaan.
pekerjaan. sering. Merupakan bagian
yg penting.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 137


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Penilaian terhadap PKS yang dimiliki sekarang


Tidak memilki Ketrampilan rendah Ketrampilan sedang Ketrampilan tinggi
ketrampilan
Nilai : 0 Nilai : 1 2 3 Nilai : 4 5 6 Nilai : 7 8 9
Memerlukan Memerlukan Tidak memerlukan
bimbingan terus bimbingan, tapi bimbingan
menerus. akan dapat bekerja
sendiri
Sering banyak
Pekerjaan tidak
kesalahan, sehingga Pekerjaannya masih
memerlukan
pekerjaannya sering memerlukan
perbaikan.
memerlukan perbaikan.
perbaikan.

Contoh penilaian yang diberikan berdasarkan cara pengisian di atas.


(1) (2) (3) (4) (5)
Tugas Pokok Uraian Tugas PKS yg diperlukan Nilai PKS Nilai skala
Prioritas
kebutuhan
pelatihan.
(A= 4, B=3, C=2,
D=1)

Memfasilitasi 1. Memfasilit a. Memahami tugas 9 8


masyarakat asi pokok, , fungsi
dalam pertemuan BPD
pembentukan
2. Menjelask b. Ketrampilan
dan pemilihan
an berkomunikasi
anggota BPD
peran,fung 9 6
secara c. Memfasilitasi
si, dan
demokratis pertemuan
tugas BPD
9 5

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 138


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

4. Menentukan tingkat kebutuhan/ skala prioritas pelatihan dengan menggunakan diagram


di bawah ini.
DIAGRAM WILAYAH TINGKAT KEBUTUHAN PELATIHAN

8
TINGKAT PKS YANG DIMILIKI SEKARANG

7 D

5 C

4 B

2 B A

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

TINGKAT PKS YANG DIPERLUKAN

Dimana dengan membandingkan nilai PKS yang diperlukan dengan yang dimiliki dalam
wilayah tingkat kebutuhan pelatihan, maka dapat diberikan nilai skala prioritas
kebutuhan pelatihan yaitu:

WILAYAH NILAI
4
A. Sangat mendesak/perlu
segera dilatih
B. Mendesak/perlu dilatih 3
C. Kurang begitu mendesak 2
untuk dilatih
D. Tidak perlu pelatihan 1

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 139


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Contoh penilaian skala prioritas berdasarkan diagram.


(1) (2) (3) (4) (5)
Tugas Pokok Uraian Tugas PKS yg Nilai PKS Nilai skala
diperlukan Prioritas
Yg Yg
kebutuhan
diperlukan dimiliki
pelatihan.
sekarang
(0–9)
(A= 4, B=3,
(0–9)
C=2, D=1)

Memfasilitasi 1. Mempunya a. Memahami 9 8 2


masyarakat i strategi tugas pokok
dalam memfasilit fungsi
pembentukan asi
b. Ketram
dan musyawara
pilan
pemilihan h antar
berkomunikas 9 6 3
anggota BPD desa
i
secara
2. Menjelaska
demokratis c. Strategi
n 9 5 3
Memfasilitasi
peran,fung
pertemuan
si, dan
tugas BPD

5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prioritas pelatihan yang perlu diberikan kepada PD
adalah peningkatan ketrampilan berkomunikasi dan fasilitasi pertemuan.
CATATAN:
Selain metode penilaian kebutuhan pelatihan seperti diuraikan di atas, penilaian kebutuhan
pelatihan dapat pula dilakukan oleh Trainer/ fasilitator melalui wawancara mendalam dan
focus group discussion (FGD) dengan sasaran pelatihan (TA, PD, PLD, dll) untuk menentukan
topik-topik pelatihan apa yang sangat dibutuhkan untuk menunjang pekerjaannya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 140


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Matrik Kurikulum dari Contoh TNA


Judul pelatihan :....
N Pokok Sub Tujuan Metode Alat Fasilitator/ Waktu
o Bahasan/Mate Pokok dan Narasumber (Jam)
ri Bahasan Bahan
Memfasilitasi Mempun Peserta Simulas PD/PLD 120
masyarakat yai mempun i menit
1
dalam strategi yai
pembentukan memfasili keteram
dan pemilihan tasi pilan
anggota BPD musyawa berkomu
secara rah desa. nikasi 2
demokratis arah
dalam
memfasil
itasi
musyawa
rah desa.

METODE PELATIHAN

Metode yang digunakan pada pelatihan dengan model pemberdayaan merupakan metode
pelatihan partisipatif dan merefleksikan pembelajaran orang dewasa yang berprinsip bahwa
seseorang paling baik bila belajar dari dan melalui pengalaman mereka sendiri.

Beberapa pertimbangan dalam memilih metode pelatihan, antara lain yaitu:


1. Fokus pembelajaran (pelatihan): fokus kognitif (pemikiran), fokus afektif (perasaan), dan
fokus psikomotorik (ketrampilan). Deskripsi tentang masing-masih fokus dijelaskan
dalam tabel dan uraian dalam sub-bab berikutnya. Penjelasan tersebut membantu untuk
memahami dan memilih metoda yang tepat sesui dengan tujuan dan fokus setiap sesi.
Namun hal penting yang harus diingat adalah: ketiga fokus tersebut tidak bisa berdiri
sendiri dalam dalam setiap pelatihan harus terkait satu sama lain, artinya pelatihan yang
baik akan mencakup seluruh fokus tersebut dalam pelaksanaannya.
2. Siapa yang belajar (ikut pelatihan), dimana pilihan metode akan tergantung pada orang
yang belajar, usia, dan pengalamannya.
3. Pengetahuan dan pengalaman orang yang belajar (ikut pelatihan), dimana pelatihan
partisipatif sangat menghargai pengetahuan dan pengalaman peserta pelatihan.
Penentuan metode dengan mempertimbangkan fokus pelatihan dapat dilihat pada Tabel
dan uraian sebagai berikut.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 141


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Fokus Pelatihan Metode Alat Bantu Keterangan


1. Fokus kognitif Ceramah Spidol Dalam
penggunaannya
Kertas Flip chart
disertai dengan:
OHP
 Tanya jawab
Powerpoint
 Penayangan
tulisan/gambar
2. Fokus afektif  Diskusi kelompok Sesuai dengan Dalam
yang dibutuhkan penggunaannya, tahap
 Role Play/
pembahasan dan
Bermain peran
penyimpulan dari
 Studi kasus proses dan hasil
 Simulasi simulasi/ permainan
tersebut sangat
 Permainan/Games penting
3. Fokus  Praktek Sesuai dengan Dalam penggunaan
Psikomotorik yang dibutuhkan nya, aspek
 Demonstrasi
pengawasan dan
 Kunjungan mentoring perlu
lapangan diperhatikan

1. Metode Pelatihan untuk Fokus Kognitif


Metode ceramah merupakan cara yang efektif untuk memperkenalkan informasi atau
konsep-konsep yang baru pada peserta. Metode ini digunakan untuk membangun dasar
pengetahuan yang sudah dimiliki peserta, sehingga sebelum menggunakan metode ini
fasilitator perlu mengetahui pengetahuan yang sudah ada/ sudah dimiliki peserta pelatihan.
Peserta akan menerima dengan baik suatu ceramah yang ringkas, merangsang, dan
disampaikan secara partisipatif. Dalam kaitannya dengan aspek partisipatif, metode ceramah
sering juga disebut dengan ―Ceramah dan Tanya Jawab‖ disingkat CTJ, karena selama
prosesnya fasilitator melakukan tanya jawab dengan peserta. Tanya jawab ini dilakukan baik
pada awal ceramah maupun pada pertengahan dan akhir ceramah. Pada awal ceramah
dilakukan secara singkat 2 sampai 3 pertanyaan sebagai upaya memusatkan perhatian
peserta pada materi yang akan disampaikan dan juga sebagai upaya penjajagan umum
fasilitator terhadap sampai seberapa jauh pengetahuan yang dimiliki peserta. Pada
pertengahan dan pada akhir ceramah, pertanyaan diberikan sebagai upaya untuk
mempertahankan pusat perhatian peserta dan sebagai evaluasi fasilitator sampai seberapa
jauh ceramah yang disampaikannya dapat diterima oleh peserta.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 142


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ceramah dapat dilihat pada Tabel berikut.
Kekurangan Metode Ceramah Kelebihan Metode Ceramah
 Sudut pandang dan pemikiran  Informasi bisa disampaikan pada
fasilitator/ pelatih/ nara sumber peserta yang tidak terbiasa dengan
menjadi pusat perhatian utama, bahan-bahan yang tertulis atau cetakan
sehingga sudut pandang dan pemikiran (misalnya untuk peserta yang
orang lain tidak/ kurang diperhatikan. pendidikan rendah dan juga buta
Sehingga kemungkinan terjadi distorsi huruf).
oleh pandangan pribadi pembicara
 Informasi dan konsep, bisa disampaikan
sendiri, yang berarti hilangnya hal-hal
secara berurutan dalam jangka waktu
yang perlu disikapi secara lebih
yang terbatas.
obyektif.
 Sejumlah peserta yang dapat ikut hadir
 Para peserta kemungkinan akan
relatif banyak.
terpengaruh oleh sikap, kepribadian,
dan kharisma fasilitator/ pelatih/ nara  Peluang untuk digunakannya alat bantu
sumber, sehingga tidak fokus pada isi seperti OHP dan Infocus cukup besar
dan analisis dari isu-isu yang dibahas. ketika membahas informasi atau
konsep penting, sehingga dapat
 Sebagian besar peserta kemungkinan
menjadi perhatian utama.
akan menjadi pasif, apalagi jika tidak
disertai proses tanya jawab atau
dikombinasikan dengan metode lain
seperti diskusi kelompok.

Untuk menyampaikan suatu ceramah dengan efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh fasilitator/ pelatih/ nara sumber antara lain adalah:
 Materi sebaiknya sudah dipersiapkan sebelum sesi dilaksanakan dan semua alat bantu/
bahan yang diperlukan seharusnya diuji agar siap ketika akan digunakan.
 Tahap pendahuluan ceramah sebaiknya merangsang peserta untuk memperhatikan isi
ceramah dan membangun kredibilitas fasilitator.
 Isi dari ceramah seharusnya ada hubungan yang jelas dengan tujuan dan sasaran
pembelajaran dan urutannya cukup logis.
 Bahasa yang digunakan harus jelas dan mudah untuk dipahami.
 Tempat duduk disusun sedemikian rupa, sehingga setiap peserta bisa mendengar dan
melihat secara jelas. Bentuk tempat duduk seperti huruf ―U‖ atau setengah lingkaran
direkomendasikan untuk digunakan.
 Fasilitator/ pelatih/ nara sumber harus menghindari berperan sebagai pengkhotbah yang
selalu memberi anjuran dan petunjuk. Justru harus merangsang peserta untuk berfikir,
melakukan analisa, dan berpendapat.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 143


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

2. Metode Pelatihan untuk Fokus Afektif


a. Diskusi Kelompok Kecil
Partisipasi, berbagi pengetahuan dan pengalaman, dan pengendalian bersama terhadap
proses pembelajaran merupakan dasar suatu diskusi kelompok kecil. Metode ini memberikan
kepada semua peserta suatu kesempatan untuk berbagi pengalaman dan gagasan,
mengajukan pertanyaan, mengkritisi isu-isu yang semuanya itu tidak mungkin dilakukan
dalam kelompok besar.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi kelompok dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Kekurangan Metode Diskusi Kelompok Kelebihan Metode Diskusi Kelompok
Kecil Kecil
 Bisa menjadi suatu metode yang  Memberi kesempatan kepada peserta
menghabiskan waktu, jika tidak ada yang diam, malu, dan mengalami
pengendalian waktu. hambatan untuk berkomunikasi/
berbicara dalam kelompok besar.
 Isi dan arus diskusi mungkin
dipengaruhi oleh peserta yang  Membantu membangun kohesivitas
dominan, sehingga menghambat kelompok, sehingga meningkatkan
keterlibatan peserta lain. keterlibatan peserta pada tugas-tugas
kelompok khususnya dan keterlibatan
 Diperlukan ruangan yang luas atau
pada proses belajar mengajar pada
adanya ruangan lain untuk
umumnya.
mengakomodir beberapa kelompok
yang akan berdiskusi.  Terjadinya proses berbagi pengalaman
dari peserta, sehingga memungkinkan
 Jika metode ini digunakan secara terus
adanya gagasan dan rumusan baru.
menerus/ berlebihan, apalagi peserta
dalam kelompok diskusinya sama,  Melalui proses diskusi dengan orang
kemungkinan hasil diskusi akan lain, membantu para peserta untuk
cenderung stereotipe. lebih mengenali apa yang mereka
telah alami selama ini, baik aspek
 Memerlukan fasilitasi yang aktif,
negatifnya maupun aspek positifnya.
sehingga yang ideal adalah 1 orang
fasilitator untuk 1 kelompok diskusi.

Untuk membuat diskusi kelompok yang efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
fasilitator/ pelatih antara lain adalah:
 Sebelum diskusi kelompok dilaksanakan, fasilitator memberikan informasi tentang tugas
kelompok, output yang perlu dicapai, penulisan hasil diskusi serta waktu pelaksanaan
diskusi.
 Agar peserta dapat lebih memahami dengan jelas akan tugasnya, fasilitator sebaiknya
menuliskan tugas-tugas pada kertas flipchart atau lembaran pedoman diskusi.
 Untuk mempersiapkan laporan hasil diskusi, alat-alat tulis yang diperlukan sebaiknya
dibagikan kepada tiap-tiap kelompok.
 Tempat diskusi setiap kelompok agar cukup berjauhan dengan kelompok lainnya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 144


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

 Sepuluh menit sebelum waktu habis, fasilitator mengingatkan kelompok tentang batas
waktu diskusi dan mendorong agar kelompok menyelesaikan tugasnya.
 Ada pembagian tugas di antara fasilitator, dimana setiap fasilitator bertanggung jawab
terhadap 1 atau 2 kelompok diskusi untuk mencatat proses, isi, dan hasil diskusi sebagai
bahan untuk diskusi/pembahasan dalam pleno.
 Jika ada kelompok telah menyelesaikan tugasnya lebih dahulu dari kelompok lain, maka
fasilitator perlu mengingatkan agar tidak mengganggu kelompok lainnya.
 Fasilitator membuat ringkasan laporan-laporan kelompok, sehingga peserta dapat
memahami persamaan dan perbedaan yang ada serta mampu menghubungkan berbagai
isu yang timbul dalam diskusi sebagai bahan diskusi pleno.

b. Bermain Peran (Role play)


Bermain peran adalah suatu proses memperoleh pengalaman berstruktur, dan sebagai suatu
usaha sadar untuk menguji berbagai peran dalam kehidupan nyata dimana peserta
berkesempatan untuk memerankan kehidupan nyata tersebut. Metode ini bisa dirancang
untuk mempermudah pemahaman dan mengemukakan kesadaran terhadap suatu hal, serta
dapat digunakan pula untuk mempraktekkan suatu ketrampilan. Pada akhir proses bermain
peran dilakukan suatu umpan balik yang efektif dan kritis terhadap isu-isu yang muncul oleh
peserta lain yang berperan sebagai pengamat, dan kemudian dari peserta yang berperan
sebagai pemain.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode bermain peran dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Kekurangan Metode Bermain Peran Kelebihan Metode Bermain Peran
 Jika keterlibatan peserta tidak  Merupakan suatu metode yang
sepenuhnya, maka proses sederhana, tidak memerlukan banyak
pembelajaran akan terhambat. bahan dan berbiaya rendah.
 Jika peserta terlibat secara mendalam  Terfokus pada persoalan dan
pada suatu peran secara emosional, membantu peserta untuk
maka akan kehilangan obyektivitas. menghadapinya.
 Dapat mengetengahkan isu-isu pokok
dalam waktu yang singkat.
 Dapat memberikan kesempatan
dengan resiko rendah kepada peserta
untuk mencoba perilaku baru.
 Dapat mengungkapkan berbagai sudut
pandang terhadap suatu isu/
kenyataan dan memungkinkan
timbulnya berbagai reaksi terhadap
suatu situasi, dimana reaksi tersebut
tidak memungkinkan timbul didalam
kenyataannya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 145


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Untuk membuat metode bermain peran yang efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh fasilitator/ pelatih antara lain adalah:
 Fasilitator harus menyusun proses bermain peran, dimana instruksi yang jelas dan tepat
perlu diberikan baik kepada para pengamat maupun para pemain. Peran fasilitator
adalah sebagai seorang pemberi klarifikasi, ringkasan dan dukungan.
 Tujuan dan sasaran pembelajaran yang akan dicapai harus ditentukan sebelumnya,
sebelum dipilih suatu permainan peran tertentu.
 Fasilitator perlu waspada terhadap persoalan-persoalan emosional yang bisa
berkembang dalam proses yang dapat mempengaruhi pengamat dan pemain.
 Pada saat proses pembahasan hasil bermain peran (setelah bermain peran selesai), fokus
pembahasan adalah pada isu-isu dan dinamika permainan, bukan pada individu dan
kemampuan mereka untuk memainkan suatu peran.

3. Metode Pelatihan untuk Fokus Psikomotorik


Salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan psikomotorik peserta adalah melalui
praktek, dimana dengan metode ini peserta memiliki kesempatan untuk mempraktekkan apa
yang telah dipelajari sebelumnya. Metode ini digunakan untuk mengembangkan berbagai
ketrampilan peserta, misalnya ketrampilan PD dalam memfasilitasi masyarakat untuk
melakukan analisa masalah dan situasi dengan metode PRA.
Untuk melakukan metode praktek dengan efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
fasilitator/ pelatih antara lain adalah:
 Fasilitator perlu mengamati peserta secara menyeluruh dan membuat catatan
pengamatan.
 Selama proses umpan balik, fasilitator memberikan pengamatan-pengamatan positif dan
memberikan informasi tentang hal-hal yang membutuhkan penyempurnaan.
 Pada saat memberikan umpan balik, sebaiknya umpan balik tersebut tidak bersifat
menyalahkan tapi lebih bersifat membantu peserta.
 Untuk praktek di lapangan, lokasi yang akan dikunjungi sebagai tempat praktek
sebaiknya sudah disiapkan lebih dahulu.

....

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 146


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
5.3. Fasilitasi Sertifikasi Kader
Teknik

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Melakukan penilaian kualitas kader teknik
2. Menyusun laporan kualifikasi kader teknik
3. Memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi

Waktu
2 JP (90 menit)

Metode
Curah pendapat, praktek

Media
Lembar penilaian kader teknik, majalah bekas dan alat gambar

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
1. Buka sesi dengan menjelaskan tujuan yang mau dicapai dari sesi ini.
2. Minta setiap peserta menyediakan kertas kosong atau sediakan metaplan
dan alat gambar seperti spidol, gunting, lem, dll.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 147


PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA

3. Minta setiap peserta membuat gambar kader teknis yang baik itu seperti
apa? Persilahkan peserta untuk menggambar sendiri atau memanfaatkan
gambar-gambar dari majalah bekas.
4. Selesai peserta menyelesaikangambar, mintalah beberapa peserta untuk
menjelaskan gambarnya.
5. Buat simpulan bersama tentang kader teknik yang baik.
6. Jelaskan saat ini dan kedepan, bahwa setiap orang perlu memiliki keahlian
tertentu supaya dapat mencari nafkah. Keahlian tersebut akan diakui oleh
dunia kerja jika memiliki sertifikat keahlian. Jelaskan juga bahwa jika disetiap
desa ada kader teknis yang bagus akan menjamin pelaksanaan
pembangunan di desa akan lebih baik.
7. Tegaskan bahwa salah satu tugas dari PD adalah memastikan disetiap desa
terdapat kader teknis yang bagus/terampil. Untuk dpat memastikan adanya
kader teknis yang terampil perlu beberapa langkah upaya yaitu:
a. Menilai kemampuan kader teknis.
b. Memfasilitasi kader teknis mendapatkan surat keterangan
keahlian/ketrampilan.
8. Simulasi menilai kemampuan kader teknik.
a. Bagi peserta dalam beberapa kelompok.
b. Tugaskan kepada kelompok untuk menyusun alat penilaian kader teknik
( seperti teknik kelistrikan, teknik perkayuan, teknik mesin, teknik ukir,
teknik bangunan, dll).
c. Praktek mengisi formulir penilaian kemampuan kader teknik.
9. Informasikan tentang surat keterangan keahlian (jenis, cara mendapakan, dan
lembaga penerbit sertifikat keahlian.
10. Curah pendapat, apa yang dapat dilakukan oleh PD untuk membantu para
kader teknik mendapatkan surat keterangan keahlian.
11. Tutup sesi, dengan penegasan bahwa tugas PD dikatakan berhasil jika dapat
mencetak banyak kader teknis yang berkualitas dan mendapatkan sertifikat
pengakuan atas keahliannya.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 148

Anda mungkin juga menyukai