Apa Yang Akan Saya Lakukan Dalam Mewujudkan Free & Fair Trade
Diajukan untuk melengkapi salah satu tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik Global
Dosen :
Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.SI.
Disusun oleh :
DAFTAR ISI . . . . . . . . . 1
KATA PENGANTAR . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN . . . . . . . . 15
BAB III
KESIMPULAN . . . . . . . . 17
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . 18
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai dalam waktu yang sudah diberikan dan sudah
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya semoga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya mohon maaf bila ada
kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Dan saya sangat berterima kasih kepada Bapak
DR. AGUS SUBAGYO, S.IP M.SI atas pengarahan serta bimbingan yang ia berikan agar
tersusunnya makalah yang saya buat
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum memberitahukan mengenai hal apa saja yang akan dilakukan jika saya
menjadi Direktur Jenderal WTO, saya akan menjelaskan mengenai Organisasi Internasional
WTO itu sendiri. World Trade Organization atau biasa disebut dengan WTO merupakan
satu-satunta organisasi internasional yang mengatur perdagangan internasional. WTO ini
terbentuk sejak tahun 1995. Tujuan dibentuknya WTO adalah untuk mengatur dan
mengawasi dalam permasalahan perdagangan internasional, WTO didirikan dengan maksud
untuk mensejahterakan negara-negara anggotanya melalui perdagangan yang lebih bebas.
Hal tersebut bisa dicapai dengan kebijakan-kebijakan yang disetujui dalam perdagangan
multilateral yang adil dan transparan serta melindungi keseimbangan kebutuhan seluruh
negara anggota, baik negara maju ataupun negara berkembang.
3
WTO berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan
disepekati oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen. Tujuan dari
perjanjian-perjanjian WTO tersebut adalah untuk membantu produsen barang dan jasa,
eksportir dan importir dalam melakukan kegiatannya.
Pendirian WTO berawal dari negosiasi yang dikenal dengan "Uruguay Round" (1986
- 1994) serta perundingan sebelumnya di bawah "General Agreement on Tariffs and Trade"
(GATT). Penciptaan WTO pada 1 Januari 1995 menandai reformasi perdagangan
internasional terbesar sejak akhir Perang Dunia Kedua. Sedangkan GATT terutama
berurusan dengan perdagangan barang, WTO dan perjanjiannya juga mencakup perdagangan
jasa dan kekayaan intelektual. Kelahiran WTO jga menciptakan prosedur baru untuk
penyelsaian perselisihan. WTO saat ini terdiri dari 154 negara anggota, di mana 117 di
antaranya merupakan negara berkembang atau wilayah kepabeanan terpisah. Saat ini, WTO
menjadi wadah negosiasi sejumlah perjanjian baru di bawah "Doha Development Agenda"
(DDA) yang dimulai tahun 2001.
Terkait dengan DDA, KTM Doha pada tahun 2001 memandatkan negara anggota
untuk melakukan putaran perundingan dengan tujuan membentuk tata perdagangan
multilateral yang berdimensi pembangunan. Tata perdagangan ini akan memberikan
kesempatan bagi negara berkembang dan LDCs untuk dapat memanfaatkan perdagangan
internasional sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan. Isu-isu utama yang dibahas
mencakup isu pertanian, akses pasar produk bukan pertanian (Non-Agricultural Market
Access-NAMA), perdagangan bidang jasa, dan Rules.
Akan tetapi proses perundingan DDA tidak berjalan dengan lancar, yang diakibatkan
oleh adanya perbedaan posisi runding di antara negara anggota terkait isu-isu sensitive,
khususnya pertanian dan NAMA. Setelah mengalami banyak kegagalan hingga dilakukan
“suspension” pada bulan Juni 2006, proses perundingan secara kesuluruhan dilaksanakan
kembali awal Februari 2007. Pada bulan Juli 2008, diadakan perundingan tingkat menteri
dengan harapan dapat menyepakati modalitas pertanian dan NAMA, menggunakan isu-isu
4
single-undertaking seperti isu perdagangan bidag jasa, kekayaan intelektual, pembangunan,
dan penyelesaian sengketa. Namun perundingan Juli 2008 juga mengalami kegagalan.
Target Program Kerja WTO di tahun 2011 adalah 9 Komite/ Negotiating Groups
diharapkan mengeluarkan “final texts” atau teks modalitas yang akan menjadi dasar
kesepakatan single-undertaking Putaran Doha pada bulan April 2011. Selanjutnya,
kesepakatan atas keseluruhan paket Putaran Doha tersebut diharapkan seselai pada bulan Juli
2011, dan pada akhirnya seluruh jadwal dan naskah hukum kesepakatan Putaran Doha selesai
dan ditandatangani pada akhir tahun 2011. Namun target tersebut tampaknya sudah
melampaui batas waktunya dan belum adanya perubahan terhadap program kerja yang ada.
Pada KTM ke-9 yang terjadi di Bali, tanggal 3 sampai dengan 7 Desember 2013 untuk
pertama kalinya dalam sejarah WTO, organisasi ini dianggap telat “fully-delivered”. Negara-
negara anggota WTO telah menyepakati “Paket Bali” sebagai outcome dari KTM ke-9
WTO. Isu-isu yang terjadi dalam Paket Bali yaitu mencakup isu Fasilitasi Perdagangan,
Pembangunan dan LDCs, serta pertanian yang merupakan sebagian isu perundingan DDA.
5
barang yang lancar di belabuhan tentu akan dapat mendukung upaya pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan daya saing perekonomian dan memperluas akses pasar produk ekspor
Indonesia di luar negeri. Selain itu, Paket Bali juga mencakup disepakatinya fleksibilitas
dalam isu public stockholding for food security. Hal ini akan memberikan suatu wawasan
bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk memberikan subsidi bagi
ketersediaan pangan yang murah bagi rakyat miskin, tanpa khawatir digugat di forum Dispute
Settlement Body WTO.
Dengan Paket Bali, kredibilitas WTO telah meningkat sebagai satu-satunya forum
multilateral yang menangani kegiatan perdagangan internasional, sekaligus memulihkan
political confidence dari seluruh kegiatan negara anggota WTO mengenai pentingnya
penyelesaian perundingan DDA. Hal tersebut secara jelas tercantum dalam Post Bali Work,
dimana negara-negara anggota diminta untuk menyusun work program penyelsaian DDA di
tahun 2014. Dengan selesainya perundingan DDA akan memberikan manfaat bagi negara-
negara berkembang dan LDCs dalam berintegrasi ke dalam sistem perdagangan multilateral.
1. Perlakuan yang sama untuk semua anggota (Most Favoured Nations Treatment
(MFN)).
Prinsip ini diatur dalam pasal I GATT 1994 yang mensyaratkan semua komitmen
yang dibuat atau ditandatangani dalam rangka GATT-WTO harus diperlakukan secara sama
kepada semua negara anggota WTO (azas non diskriminasi) tanpa syarat. Suatu negara tidak
diperkenankan untuk menerapkan tingkat tarif yang berbeda kepada suatu negara
anggota tidak dapat begitu saja mendiskriminasikan mitra-mitra dagangnya. Keinginan tarif
impor yang diberikan pada produk suatu negara harus diberikan pula kepada produk impor
6
2. Pengikatan Tarif (Tariff binding).
Prinsip ini diatur dalam pasal II GATT 1994 dimana setiap negara anggota GATT
atau WTO harus memiliki daftar produk yang tingkat bea masuk atau tarifnya harus
diikat (legally bound). Pengikatan atas tarif ini dimaksudkan untuk menciptakan
Prinsip ini diatur dalam pasal III GATT 1994 yang mensyaratkan bahwa suatu negara
tidak diperkenankan untuk memperlakukan secara diskriminasi antara produk impor dengan
produk dalam negeri (produk yang sama) dengan tujuan untuk melakukan proteksi. Jenis-
jenis tindakan yang dilarang berdasarkan ketentuan ini antara lain, pungutan dalam negeri,
negeri. Negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan sama atas barang-barang
impor dan lokal- paling tidak setelah barang impor memasuki pasar domestik.
Prinsip ini diatur dalam pasal XI dan mensyaratkan bahwa perlindungan atas industri
7
Untuk meningkatkan partisipasi nagara-negara berkembang dalam perundingan
perdagangan internasional, S&D ditetapkan menjadi salah satu prinsip GATT/WTO.
Sehingga semua persetujuan WTO memiliki ketentuan yang mengatur perlakuan khusus dan
berbeda bagi negara berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan-
kemudahan bagi negara-negara berkembang anggota WTO untuk melaksanakan persetujuan
WTO.
perdagangan dan investasi internasional itu juga dapat menyengsarakan bangsa sehingga
tidak dapat dihindarkan lagj pada saat ini, apalagi dalam abad ke 21. World Trade
kondisi yang bersifat timbal balik dan saling menguntungkan sehingga semua negara dapat
menarik manfaatnya. Melalui WTO, diluncurkan suatu model perdagangan dimana kegiatan
8
kepentingan utama Indonesia, seperti pembangunan, kekayaan intelektual, lingkungan hidup,
dan pembentukan aturan WTO yang mengatur perdagangan multilateral.
Indonesia selaku koordinator G-33 juga terus melaksanakan komitmen dan peran
kepemimpinannya dengan mengadakan serangkaian pertemuan tingkat pejabat teknis dan
Duta Besar/Head of Delegations, Senior Official Meeting dan Pertemuan Tingkat Menteri;
baik secara rutin di Jenewa maupun di luar Jenewa. Hal ini bertujuan demi tercapainya
kesepakatan yang memberikan ruang bagi negara berkembang untuk melindungi petani kecil
dan miskin. Sebagai koalisi negara berkembang, G-33 tumbuh menjadi kelompok yang
memiliki pengaruh besar dalam perundingan pertanian; anggotanya saat ini bertambah
menjadi 46 negara.
Indonesia menilai bahwa apa yang sudah disepakati sampai saat ini (draf modalitas
pertanian) merupakan basis yang kuat bagi perundingan selanjutnya yang sudah mencapai
tahap akhir. Dalam kaitan ini, adanya upaya untuk meninjau kembali kesepakatan umum
yang sudah dicapai diharapkan tidak akan mengubah keseimbangan yang ada dan
backtracking kemajuan yang sudah berhasil dicapai.
memelihara sistem perdagangan internasional yang terbuka dan bebas. Organisasi ini dalam
9
perdebatannya merupakan organisasi paling penting jika dibandingkan dengan organisasi
internasional lainnya. Alasannya adalah WTO mempunyai misi yang sangat jelas tindakan
serta aturan yang dikeluarkan berlaku sama bagi setiap negara anggota, tanpa membedakan
negara berkembang atau maju. Disamping itu WTO bertanggung jawab atas implementasi
ketentuan multilateral tentang perdagangan internasional yang terdiri dari tiga perangkat
Perjanjian-perjanjian ini merupakan annex dari perjanjian pendirian WTO yang telah
kapabeanan. Konsep pemberian perlakuan khusus bagi negara berkembang telah dimulai
sejak mulai berdirinya GATT 1947 dan mencapai puncaknya pada pertengahan 1950-an pada
saat banyak negara-negara jajahan memperoleh kemerdekaannya. Ada dua jenis perlakuan
khusus yaitu : Pertama, akses atas pasar negara-negara kaya melalui perlakuan tarif khusus.
10
Untuk menjelaskan kebijakan khusus yang dibuat World Trade Organization untuk
Tahun 2006 tentang kapabeanan yang menjadi Hukum nasional yang dibuat untuk membantu
a. Harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya dan,
11
2. Mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang
dalam hal terdapat lonjakan barang impor baik secara absolut maupun relatif
terhadap barang produksi dalam negeri yang sejenis atau barang yang secara
diskriminatif.
12
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengenaan bea masuk
pemerintah.
Besar tarif bea masuk antidumping, bea masuk imbalan, bea masuk
tindak pengamanan, dan bea masuk pembalasan sebagaimana
dimaksud dipungut berdasarkan tarif setinggi-tingginya 40% dari nilai
pabean untuk perhitungan bea masuk yang ditetapkan oleh Menteri
Bagaimana cara mewujudkan Free & Fair Trade jika menjadi Direktur Jenderal
WTO?
Menurut Daniel S. Cheever & H. Field Haviland Jr. (1967:6) mengartikan organisasi
internasonal sebagai pengaturan bentuk kerja sama internasional yang melembaga antara
negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-
fungsi yang memberi manfaat timbal-balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-
pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala.
13
Menurut Drs. T.May Rudy,SH.,MIR.,M.Sc. dalam bukunya yang berjudul
“Administrasi & Organisasi Internasional” mendefinisikan OI sebagai pola kerjasama yang
melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta
diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara
berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang
diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun
antara sesame kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda.
Liberalis Ekonomi
Menururt Robert Jackson dan Georg Sorensen dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Studi Hubungan Internasional : Teori dan Pendekatan” melihat bahwa Ekonomi
liberal disebut doktrin dan serangkaian prinsip dalam mengorganisasi dan mengatur
pertumbuhan ekonomi, serta kesejahteraan individu (Gilpin, 1987:27). Ekonomi liberal
didasarkan pada pemikiran bahwa jika dibiarkan sendiri perekonomian pasar akan berjalan
secara spontan menurut mekanisme atau “hukumnya” sendiri.
Maka oleh dari itu Liberalis Ekonomi bisa didefinisikan bahwa dalam perdagangan
liberal selalu bersifat bebas sempurna dan setiap individu bebas dalam melakukan
perdagangan serta meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Dan secara tidak langsung
meningkatkan sistem perekonomian tersebut.
14
BAB II
PEMBAHASAN
Sekarang sudah masuk pada era yang disebut dengan era “Millenial”, pada era ini
banyak motivasi-motivasi yang muncul dalam meningkatkan perekonomian dunia. Dalam
Organisasi Internasional World Trade Organization atau biasa disebut dengan WTO ini
sudah banyak sekali memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian dunia. Dan
jika saya menjadi Direktur Jenderal WTO saya akan melakukan prinsip-prinsip berikut dalam
mewujudkan Free & Fair Trade.
Di bawah perjanjian WTO, negara-negara bisanya tidak dapat membedakan antara mitra
dagang mereka. Memberikan seseorang bantuan khusus (seperti bea masuk yang lebih renda
untuk salah satu produk mereka) dan Anda harus melakukan hal yang sama untuk semua
anggota WTO lainnya.
Barang import dan yang diproduksi secara local harus diperlakukan sama- setidaknya
setelah barang asing memasuki pasar. Hal yang sama harus berlaku untuk layanan asing dan
domestic, dan untuk merek dagang, hak cipta, dan paten asing dan lokal.
Menurunkan hambatan perdagangan adalah salah satu cara yang paling jelas untuk
mendorong perdagangan. Hambatan terkait termasuk bea cukai (atau tarif) dan langkah-
langkah seperti larangan impor atau kuota yang membatasi jumlah secara selektif. Dari waktu
ke waktu masalah-masalah lain seperti birokrasi dan kebijakan nilai tukar juga telah dibahas.
15
Predictability : through binding and transparency
Berjanji untuk tidak meningkatkan hambatan perdagangan bisa sama pentingnya dengan
menurunkan hambatan, karena janji itu memberi pandangan bisnis yang lebih jelas tentang
peluang masa depan mereka. Dengan stabilitas dan kepastian, investasi didorong, lapangan
kerja diciptakan dan konsumen dapat sepenuhnya menikmati manfaat dari kompetisi - pilihan
dan harga yang lebih rendah.
Itulah beberapa hal yang akan saya lakukan dalam mewujudkan Free & Fair Trade, jika
saya menjadi Direktur Jenderal di Organisasi Internasional World Trade Organization
(WTO).
16
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Seiring waktu bejalan, perekoniman juga akan terus berkembang. Akan banyak
munculnya motivasi-motivasi baru dalam menangani permasalahan ekonomi di dunia.
Organisasi Internasional WTO adalah salah satu cara dari negara-negara yang menjadi
anggotanya untuk menyelesaikan permasalah ekonomi negaranya serta meningkatkan
perekonomian dunia.
Dalam makalah ini penulis memberikan hal-hal apa saja yang akan ia lakukan dalam
mewujudkan Free & Fair Trade jika ia menjadi Direktur Jenderal di Organisasi Internasioal
World Trade Organization.
17
DAFTAR PUSTAKA
Website resmi Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia yang diakses dapat
diakses di : https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-
multilateral/Pages/World-Trade-Organization-(WTO).aspx
Sukatma.SA. 2016. World Trade Organization. Diakses pada tanggal 1 Maret 2019
pada pukul 19:32 di:
http://repository.unpas.ac.id/28294/6/6.%20BAB%202.docx
Website resmi dari Organisasi Internasional World Trade Organization yang dapat
diakses di : https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm
18