Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan limbah nanas ( Kulit buah nanas ) untuk pembuatan
bioetanol sebagai energi alternatif dengan fermentasi menggunakan
Saccharomyces Cereviceae.
2. Mengetahui pengaruh massa ragi Saccharomyces Cereviceae
terhadap fermentasi bioetanol dari kulit buah nanas
3. Mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap bioetanol yang
dihasilkan dari fermentasi kulit buah nanas.
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Mengurangi limbah kulit buah nanas yang tidak termanfaatkan;
2. Meningkatkan nilai guna dan ekonomis kulit buah nanas;
3. Menambah alternatif sumber Bioetanol yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar alternative.
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
Nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) termasuk famili Bromeliceae dari kelas
Monokotyledoneae. Tanaman ini merupakan hortikultura yang mulai berproduksi
pada umur 12 bulan. Nenas yang terkenal di Indonesia adalah nenas dari Sumatera
(nenas Siantar dan Palembang), dan di Jawa adalah nenas Bogor, nenas klayatan.
Sedangkan di luar negeri yang terkenal adalah dari Pilipina, Hawai dan Brazilia
(Djatmiko, 1985).
Tanaman nenas tumbuh secara liar di dataran tinggi yang kering di Brazil dan
Paraguai dan kemungkinan sekali tanaman nenas ini berasal dari negara tersebut.
Kemudian tersebar ke Amerika, Spanyol, Portugis hingga akhirnya sampai ke
daerah tropis seperti Pilipina dan Asia Tenggara. Nenas dapat tumbuh pada
ketinggian 90 – 800 meter di atas permukaan laut. Temperatur optimum untuk
pertumbuhan adalah berkisar 21-27 oC (Logman Group, 1975).
Adapun klasifikasi buah nanas adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Bromeliales
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Species : Ananas sativus
(Wikipedia Indonesia, 2010).
Buah Nenas merupakan buah yang kaya akan karbohidrat, terdiri atas beberapa
gula sederhana misalnya sukrosa, fruktosa, dan glukosa, serta enzim gromelin yang
dapat merombak protein menjadi asam amino agar mudah diserap tubuh
(Rismunandar, 1989).
Nenas merupakan buah yang terdiri dari sebagian besar daging buah yang
banyak mengandung gula, Vitamin A, vitamin C dan mengandung mineral yang
diperlukan tubuh (Collins, 1960).
2.1 Kulit Buah Nanas
Kulit buah nanas merupakan bagian mesokarp atau diding buah nanas yang
mencakup bagian terluar sampai daging buah dan memiliki tekstur lunak,kasar pada
bagian luar.
Kulit buah nanas merupakan limbah pertanian yang ketersediannya cukup
banyak dan belum maksimal dalam pemanfaatanya. Menurut Suprapti (2001),
limbah nenas berupa kulit, ati/ bonggol buah atau cairan buah/ gula dapat diolah
menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup. Kumalamingsih(1993), secara
ekonomi kulit nenas mash bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk dan pakan
ternak. Komposisi limbah kulit nenas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulut Nenas Berdasarkan Berat Basah
Komposisi Rata-rata Berat Basah (%)
Air 86,70
Protein 0,69
Lemak 0,02
Abu 0,48
Serat basah 1,66
karbohidrat 10,54
Sumber: Sidharta (1989)
Selain itu juga kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang
cukup tinggi. Menurut Wijana, et al. (1991) cit Novitasari (2008), kulit nanas
mengandung 81,72% air; 20,87% SK; 17,53% karbohidrat; 4,41% PK dan 13,65%
gula reduksi. Dilihat dari jumlah serat kasar, karbohidrat dan glukosa yang
dikandung kulit nenas yang cukup tinggi maka kulit nenas memungkinkan untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan bioetanol.
2.3 Bioetanol
Salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan sumber energi fosil
adalah bioetanol. Etanol yang disebut juga sebagi etil alkohol, mempunyai sifat
berupa cairan yang tidak stabil, mudah terbakar dan tidak berwarna dan merupakan
alkohol rantai lurus dengan rumus molekul C2H5OH. Etanol adalah salah satu
bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, serta
menghasilkan gas emisi karbon yang rendah dibandingkan dengan bensin atau
sejenisnya (sampai 85% lebih rendah). Bioetanol dihasilkan dari gula yang
merupakan hasil aktivitas fermentasi sel khamir. Khamir yang baik digunakan untuk
menghasilkan bioetanol adalah dari genus Saccharomyces.Saccharomyces
cerevisiae menghasilkan enzim zimase dan invertase. Enzim zimase berfungsi
sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida (glukosa dan fruktosa). Enzim
invertase selanjutnya mengubah glukosa menjadi bioetanol (Judoamidjojo dkk,
1992).
Kriteria pemilihan khamir untuk produksi bioetanol adalah mempunyai laju
fermentasi dan laju pertumbuhan cepat, perolehan bioetanol banyak, tahan terhadap
konsentrasi bioetanol dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi garam tinggi,
pH optimum fermentasi rendah, temperatur optimum fermentasi sekitar 25- 30 oC.
Bioetanol dapat dipergunakan sebagai bahan bakar alternatif memiliki
beberapa keunggulan yaitu mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %, bioetanol
merupakan bahan bakar yang tidak beracun dan cukup ramah lingkungan serta
dihasilkan melalui proses yang cukup sederhana yaitu melalui proses fermentasi
menggunakan mikrobia tertentu. Bioetanol sebagai bahan bakar memiliki nilai oktan
lebih tinggi dari bensin sehingga dapat menggantikan fungsi aditif seperti metal
tertiary butyl ether (MTBE) yang menghasilkan timbal (Pb) pada saat pembakaran.
Di Indonesia, minyak bioethanol sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan
karena bahan bakunya merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di negara ini
dan sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan
bioetanol adalah tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi atau selulosa,
seperti: tebu, nira, sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol
jagung, dan kayu.
Salah satu faktor yang dapat mempengruhi fermentasi dan kadar bioetanol
pada proses produksi adalah lama fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi
maka semakin tinggi kadar bioetanol yang dihasilkan. Jika bioetanol yang
terkandung di dalam substrat tinggi maka hal ini justru akan berpengaruh buruk
terhadap pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Karena pada kadar alcohol 2,5%
pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae akan terhambat. Hanya Saccharomyces
cerevisiae strain tertentu saja yang dapat bertahan pada kadar alcohol 2,5--‐5%.
Oleh karena itu dibutuhkan lama fermentasi yang tepat untuk proses fermentasi
bioetanol agar didapatkan kadar etanol dalam jumlah yang tinggi, nlai pH rendah,
dan produksi gas yang tinggi tetapi tidak mengganggu pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae.
Menurut Roukas (1996), penurunan bioetanol terjadi pada konsentrasi
glukosa berlebih sebagai efek inhibisi substrat dan produk. Konsentrasi substrat
yang terlalu tinggi mengurangi jumlah oksigen terlarut, walaupun dalam jumlah yang
sedikit,oksigen tetap dibutuhkan dalam fermentasi oleh Saccaromyces cerevisiae
untuk menjaga kehidupan dalam konsentrasi sel tinggi (Hepworth, 2005;Nowak,
2000; Tao dkk. 2005)
2.5 Hipotesis
Penelitian ini menunjukan pengaruh optimasi variasi massa dan lama
fermentasi dari Saccaromyces cerevisiae, berperan penting dan merupakan factor
penentu jumlah bioetanol yang dihasilkan,sehingga dapat menambah nilai guna
menjadi bahan bakar alternative serta mengurangi jumbah limbah kulit buah nanas.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
Fermentasi
12,24,36,48,60 jam
Bioetanol
Gambar 3.1 Prosedur pembuatan bioetanol kulit nanas
3.4 Parameter Pengamatan
a. Kadar Alkohol;
b. pH;
Admianta, Noer Z dan Fitrianida. (2001). “Pengaruh Jumlah Yeast Terhadap Kadar
Alkohol Pada Fermentasi Kulit Nanas dengan Menggunakan Fermentor”.
Teknik Kimia ITN Malang.
Astuty ED. (1991). ”Fermentasi Etanol Kulit Buah Pisang”. UGM, Yogyakarta.
Collins, J.L. 1960. The Pineapple: Botany, Cultivation, and Utilization. New York:
Interscince Publisers Inc.
Harrison JS. Graham JGJ. 1970. Yeast in Destilery Practice. Academic Press. New
York.
Retno, D.T dan Nuri, W. 2011. Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang. Jurusan
Teknik Kimia FTI UPN Veteran. Yogyakarta.
Winton, A. L. and K. B. Winton, 1958. The Analysis of Food. John Willey and Sons,
Inc., London.