1. Art Nouveau:
Art Nouveau yang muncul di sekitar tahun 1861 di Inggris sering dilihat sebagai
pemberontakan atas nilai-nilai Victoria (ratu Inggris waktu itu). Bentuk-bentuk artistik di zaman itu
sangat berkiblat pada gaya klasik Yunani Roma yang didominasi oleh bentuk-bentuk geometris
primer seperti segi tiga, segi empat, elips dan lingkaran. Para pencetus Art Nouveau seperti
desainer William Morris dipihak lain berpendapat bahwa garis lurus dan sudut tegak lurus seperti
yang terdapat pada bentuk-bentuk geometris primitif tidak pernah hadir dalam jagat raya ini.
Bahkan dalam tubuh manusia dan benda-benda organisme lainnya tidak akan ditemui satupun
garis lurus.
Maka para artis art nouveau mengkreasikan suatu bentuk seni yang menghindari bahkan
menentang bentuk garis lurus dan sudut siku-siku dan bentuk geometris primitif lainnya.Mereka
menciptakan karya-karya yang penuh garis lengkung.
10416026 – Widi Hadiyatna
Dibidang grafis dan seni rupa pola-pola desainnya mengadopsi bentuk wanita (muda) dan
bunga penuh dengan garis-garis lengkung (undulating). Juga binatang binatang seperti capung
dan kupu-kupu yang kebetulan sayapnya punya pola gambar yang sesuai dengan semangat gaya
Art Nouveau. Imaje yang terkenal mungkin kap lampu karya Tiffany dari New York yang terbuat
dari kaca patri berwarna warni.
Di bidang arsitektur, karya mereka seperti bukan didesain diatas meja gambar, tapi
laksana tunas yang muncul sendiri dari permukaan bumi. Beberapa contoh yang amat terkenal
didunia adalah Templo Expiatory de la Sagrada Familia ( Gereja Penebusan Dosa Keluarga Suci)
di Barcelona (1883- dan sampai sekarang belum selesai)karya Arsitek Spanyol Antonio Gaudi.
Kemudian karya arsitek Belgia Victor Horta, satu town house di Rue Americaine,
Brussels(1898) yang sekarang dijadikan Museum Horta sejak 1969 .Arsitek Perancis Stephen
Sauvestre yang membantu Gustav Eiffel membangun Menara Eiffel juga memberi sedikit
sentuhan Art Nouveau pada menara tersebut (dibangun tahun 1887-1889).
2. Art Deco:
Gaya art Deco adalah penyambutan atas tibanya masa dimana dunia seolah bergerak
lebih cepat,lebih banyak dan lebih jauh disebabkan oleh perkembangan teknologi transportasi. Hal
tersebut tercermin dari pengadopsian bentuk-bentuk ramping dan streamline. Art Deco juga bisa
dikatakan bersumber dari kesadaran akan kebutuhan untuk menyederhanakan bentuk bentuk
rumit Art Nouveau.
Tokoh-tokoh yang dianggap sebagai pelopor gaya kesenian Art Deco adalah antara lain
perancang pakaian Paul Poiret (1879-1944) dan seorang jauhari dan pengrajin kaca warna
bernama Rene Lalique . Di bidang lain seorang produser tari ballet Rusia Sergei Diaghilev juga
merancang dekor panggungnya dengan gaya ini.
Anehnya garis-garis menerus Art Deco kemudian berkembang menjadi lebih geometris
dan lebih linear ketika objek-objek Art Deco semakin dibuat secara massal. Art Deco menemukan
sarana ekspresinya di produk-produk industri seperti lokomotif, radio, jukebox,pesawat udara,
kapal pesiar dan juga pencakar langit.
10416026 – Widi Hadiyatna
Di bidang arsitektur sendiri, desakan ekspresi Art Deco muncul di Chrysler Building di kota
New York yang dirancang oleh William van Allen. Juga kita bisa temui gaya ini didalam rancangan
interior dari Gedung Radio Music City Hall oleh Donald Deskey juga di kota New York.
Yang menarik adalah, di puncak kegairahan Art Deco inilah bangunan-bangunan publik
seperti stasiun, hotel dan lain jenis bangunan , sedang dibangun di Indonesia, Hindia Belanda
waktu itu. Maka Art Deco bagaikan wabah atau bagaikan api yang menjalar mencapai negeri kita
melalui arsitek-arsitek dari Negeri Belanda seperti Prof.Ir. Charles Proper Schoemaker dengan
karyanya Hotel Preanger dan Villa Isola di Bandung, dan Albert Frederik Aalbers yang merancang
Hotel Savoy Homan. Jejak Art Deco di Jakarta diantaranya adalah Stasiun Kota karya arsitek
Belanda Johan Lowrens Ghijsels (1882-1947)
.