Anda di halaman 1dari 3

Kita meyakini bahwa dunia dengan segala isinya kelak akan berakhir.

Akan datang suatu masa


dimana saat itu seluruh manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt. Al Qur’an menceritakan
peristiwa tersebut didalam Surat Al Ghaasyiyah. Dalam surat tersebut digambarkan bahwa tidak
semua wajah ketakutan. Ada wajah yang pada saat itu berseri-seri. Mereka bahagia karena
perilakunya ketika didunia.

Banyak muka pada hari itu berseri-seri.[ Al Ghaasyiyah : 8 ]

Rasulullah Saw pernah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzy :
[Kitab Riyadhus Sholihin ] :
Ada dua mata yang tidak tersentuh oleh api neraka , yaitu : Mata yang menangis karena takut
kepada Allah dan Mata yang selalu berjaga pada fii sabilillah (di jalan Allah).

Marilah kita lihat diri kita sendiri , apakah mata kita termasuk mata yang kelak tidak akan disentuh
oleh api neraka ?

Dahulu kala pada abad ke 11 Hijriah ada seorang pemuda yang kerjanya selalu berbuat maksiat ,
mengejar hawa nafsu , berkelana ketempat-tempat masiat dan selalu pulang larut malam. Dari
tempat-tempat itu pula ia sering pulang dalam keadaan sempoyongan.

Ketika pulang melewati sebuah rumah , ia mendengar seseorang membaca Al Qur’an. Ayat yg dibaca
adalah Surat Al Hadiid (57) : 16 yg berbunyi :

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-
orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik".

Sesampainya dirumah, sebelum tidur , pemuda tersebut mengulangi lagi bacaan ayat itu didalam
hatinya. Tanpa ia sadari , air matanya meleleh membasahi pipinya. Pemuda itu merasakan ketakutan
yang luar biasa. Hatinya bergetar karena teringat dengan perbuatan maksiat dan kemungkaran yang
selalu ia lakukan sepanjang hidupnya.

Sejak itu ia mengubah jalan hidupnya. Ia isi hidupnya dengan terus mencari ilmu , selalu berusaha
beramal sholeh dan beribadah kepada Allah. Orang itu kelak menjadi seorang Ulama besar yang
sangat disegani pada masanya. Orang itu bernama Fudhoil bin Iyadh. Kepada beliau pulalah kelak
salah seorang Imam madzhab yang terkenal yaitu Imam Syafi’i berguru menimba ilmu darinya.

Dia kembali ke jalan yang benar karena mengalirkan mengalirkan air mata penyesalan atas
kesalahannya dimasa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah
melakukan kesalahan dalam menjalani hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan
membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu Insya Allah termasuk mata yang
kelak tidak akan tersentuh oleh api neraka.
Kedua , mata yang selalu berjaga pada Fii Sabilillah (di jalan Allah). Mata orang seperti ini biasanya
sangat peka dengan keadaan yang ada disekelilingnya. Ia selalu memikirkan tentang keadaan agama
Allah yg kian hari Ajaran-Nya dan Sunnah Rasul kian ditinggalkan oleh umatnya. Ia selalu memikirkan
bagaimana umat ini agar kembali ke jalan Allah. Bukan hanya sekedar dipikirkan , tetapi ia berusaha
membuat langkah riil. bukan hanya sekedar berbicara tetapi melakukan tindakan nyata.

Ia bisa siapa saja , tanpa mengenal status sosial , kedudukan atau jabatan. Mungkin ia hanya
seseorang yang sedih ketika melihat suasana dilingkungan kerjanya yang tidak islami. Dilihatnya
banyak teman-temannya yang tidak mempedulikan lagi mengenai halal dan haram harta yang
dimakannya. Ia mencoba merubah perilaku teman-temannya itu dengan memulai dari dirinya
sendiri, kemudian dicobanya mengajak orang lain agar mereka mau mulai menghindari harta yg
haram.

Mungkin pula ia hanya seseorang yang sedih ketika melihat masjid di lingkungannya sepi dari
jama’ah, dilihatnya masjid hanya dijadikan simbol tanpa ada nilai dakwah didalamnya. Tergerak
hatinya untuk merubah keadaan itu dengan memulai dari dirinya sendiri dengan selalu mendatangi
masjid setiap akan menunaikan sholat wajib walaupun kadang ia sendiri yang harus menjadi
Mu’adzin , Imam , sekaligus sebagai Ma’mumnya karena tidak ada orang lain yang mendatangi
masjid.
Ia tidak pernah putus asa dengan hasil yang dicapainya. Bukan dirinya yang dapat menjadikan orang
lain mendapat hidayah. Ia hanya mencoba berusaha istiqomah dengan apa yang dikerjakannya.
Kewajibannya hanyalah sekedar menyampaikan, baik dengan lisannya ataupun dengan
perbuatannya.

Jika mereka berpaling (tidak mau), maka Kami tdk mengutus kamu sebagai pengawas mereka.
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan. [ Asy Syuura (48) : 42 ]

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi , Allah-lah yg memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. [ Al Baqarah (2) : 272 ]

Mungkin pula ia seseorang yang kebetulan dikaruniai Allah dengan harta yang cukup. Hatinya gelisah
ketika melihat orang lain mengalami penderitaan hidup karena kesulitan ekonomi. Ia gunakan
hartanya untuk membantu mereka. Ia berharap dengan harta itu mungkin bisa mengurangi
penderitaan orang lain , sehingga mereka bisa beribadah lebih tenang , atau bahkan mungkin
dengan hartanya tersebut , ia dapat mencegah mereka dari perbuatan kemungkaran dan
kemaksiatan , sehingga paling tidak ia dapat mengurangi pelanggaran hukum yang terjadi di
masyarakat.

Kedua kaki seseorang di hari kiamat tidak akan bergerak sebelum ditanya : Umurnya dihabiskan
untuk apa , Ilmunya dipergunakan untuk apa , Hartanya diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk
apa ,
serta Badannya dipergunakan untuk apa ? [ Riwayat At Turmudzy ; Kitab Shahih Riyadhus Sholihin
Hadits No : 412 ]

Dari hadits tersebut ada empat hal yg kelak harus dipertanggungjawabkan oleh setiap manusia di
akhirat yaitu : Umur , Ilmu , Harta dan Badannya.

Berbahagialah jika anda dikaruniai keempat nikmat tersebut namun anda berusaha memanfaatkan
kesemuanya di jalan Allah (Fii Sabilillah).

Itulah dua pasang mata yang Insya Allah tidak akan tersentuh oleh api neraka. Kembalilah ke jalan
Allah dari kesalahan yang mungkin pernah anda lakukan. Menangislah karena takut kepada Allah.
Manfaatkanlah karunia yang telah diberikan oleh Allah dengan mengembalikannya di jalan Allah ( Fii
Sabilillah ). Insya Allah wajah anda diakhirat kelak termasuk wajah yang berseri-seri dan mata anda
termasuk mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka.

Anda mungkin juga menyukai