Prosiding SEMNAS UPGRIS
Prosiding SEMNAS UPGRIS
net/publication/326539474
CITATIONS READS
0 978
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Slow Loris Conservation and Ecology - Little Fireface Project View project
All content following this page was uploaded by Aji Taufiq Pambudi on 21 July 2018.
Abstrak
Dalam menghadapi era insdustri 4.0, individu akan menemui berbagai tantangan. Kesiapan
individu dalam menghadapi tantangan tersebut tentu sangat dibutuhkan. Sebagai guru atau pendidik,
tentu juga memiliki tantangan dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik.
Menghadapi era disrupsi, peserta didik diharapkan memiliki efikasi diri pengambilan keputusan karier
dan kemampuan adaptabilitas karier yang baik, sehingga peserta didik tidak lagi merasa salah langkah
dalam mewujudkan cita-cita, harapan, dan masa depannya.
Kelompok psikoedukasional dipandang mampu untuk memenuhi kebutuhan pendidik dalam
meningkatkan efikasi diri pengambilan karier dan adaptabilitas karier peserta didik. Kelompok
psikoedukasional menekankan penggunaan metode pendidikan untuk menyampaikan informasi dan
mengembangkan keterampilan. Kelompok psikoedukasi bertujuan untuk mempromosikan pertumbuhan
pribadi sesuai tahapan perkembangannya, pemberian informasi yang relevan, dan menyelesaikan
masalah, atau konflik.
Melalui kelompok psikoedukasional, pendidik diharapkan mampu untuk meningkatkan efikasi diri
pengambilan keputusan karier dan kemampuan adaptabilitas karier peserta didik.
LATAR BELAKANG
Globalisasi saat ini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau era disruption
dimana segala bidang kehidupan telah menjadi suatu paradigma. Era baru ini meliputi
perubahan dalam teknologi, ekonomi, bisnis, manufaktur, pekerjaan, dan gaya hidup konsumen
(Clark & Cooke, 2014). Pada kawasan Asia tenggara, Indonesia diperkirakan sebagai negara
dengan potensi tinggi dari segi perkembangan penduduk. Indonesia akan mengalami bonus
demografi yang akan menjadi kekuatan tersendiri untuk bersaing. Dari parameter perhitungan
rasio kependudukan di Indonesia proporsi anak-anak berumur 0-14 tahun turun dari 28,6 persen
pada tahun 2010 menjadi 21,5 persen pada tahun 2035 serta dalam rentang usia kerja, 15-64
tahun meningkat dari 66,5 persen menjadi 67,9 persen (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013).
Untuk menghadapi era disrupsi ini, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik
untuk dapat mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi segala tantangan di era disrupsi
tersebut. Terlebih tantangan yang dihadapi pendidik saat ini bukan hanya sekedar
pengembangan hardskill peserta didik, namun juga pengembangan keterampilan softskill peserta
didik.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
di Era Disrupsi
Semarang, 21 Juli 2018
ISBN 9786021180389
Dari sebuah studi mengenai latar belakang keluarga, tipe kepribadian, dan efikasi diri
pengambilan keputusan karier peserta didik di SMP se-Kota Semarang, diketahui bahwa status
sosial keluarga memiliki pengaruh terhadap self appraisal atau penilaian diri peserta didik
dalam efikasi diri pengambilan keputusan kariernya. Sementara status pendidikan dan pekerjaan
orang tua memengaruhi goal selection atau pilihan tujuan peserta didik dalam karier. Sementara
rerata nilai efikasi diri pengambilan keputusan karier peserta didik masih dalam tahap rendah
yaitu 71.
Sementara dari wawancara terhadap salah satu guru Bimbingan dan Konseling,
mengatakan bahwa peserta didik kurang terarah dalam perencanaan karirnya, terutama kelas
VIII dan kelas IX. Menurutnya ada faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam menentukan
karir kedepannya, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya minat
untuk belajar, kurang pemahaman dunia pekerjaan, peserta didik belum berfikir yang realistis
untuk memilih sekolah lanjutan, belum tersalurkan minat dan bakatnya, ragu untuk menentukan
jenjang lanjutan kehidupan selanjutnya setelah lulus, belum memiliki contoh figur untuk acuan
perencanaan karinya. Faktor eksternal meliputi pergaulan teman ketika berada diluar sekolah,
kondisi latar belakang orang tua, kondisi lingkungan sosial di dalam sekolah, menghindari
tugas-tugas yang diberikan pada proses belajar seperti; malas mengerjakan PR, membolos pada
hari tertentu, ada peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan ektrakulikuler dengan rutin.
Disamping itu, terdapat sebuah kondisi, dimana terdapat peserta didik di sekolah
berbasis pondok pesantren yang menganggap sekolah formal tidaklah sebuah hal yang
perlu diprioritaskan. Kondisi tersebut dapat menambah angka tamatan SMP yang tidak
melanjutkan ke jenjang sekolah lanjutan, berdasarkan data pendidikan tahun 2016-2017
terdapat 2,18 % atau 7.192 peserta didik tamatan SMP yang tidak melanjutkan ke
jenjang sekolah menengah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Data
lapangan di SMP IT Al Umar menunjukkan bahwa terdapat beberapa peserta didik yang
tidak memiliki ketertarikan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas. Hal
tersebut terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi baik dari segi internal
maupun eksternal. Data wawancara yang telah dihimpun menunjukkan bahwa pola
pendidikan pesantren memberikan persepsi yang berbeda dari khalayak umum. Mereka
menganggap bahwa pendidikan formal bukanlah hal yang prioritas dalam hidup namun
lebih condong pada hal bagaimana bekal maupun kualitas ibadah terhadap Tuhan.
Kondisi seperti ini menyebabkan peserta didik harus menghadapi permasalahan yang
berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam memilih sekolah lanjutan atas setelah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
di Era Disrupsi
Semarang, 21 Juli 2018
ISBN 9786021180389
mereka lulus dari SMP nanti. Dengan masih banyaknya peserta didik SMP yang memiliki
efikasi diri pengambilan keputusan karier yang rendah dan mengalami rendahnya adaptabilitas
karier, maka diperlukan strategi pelayanan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan era
revolusi industri 4.0. Dengan demikian desain yang dikembangkan terutama untuk membantu
individu untuk membangun kehidupan karier mereka di masyarakat yang mengalami perubahan,
adalah paradigma untuk konseling karier berdasarkan epistemologi konstruktivisme sosial dan
menganggap pengembangan karier sebagai hasil dari interaksi yang dinamis antara orang dan
lingkungan (Ginevra et al., 2018). Setrategi pelayanan berdasar berdasarkan epistemologi
konstruktivisme sosial dengan menerapkan kelompok psikoedukasi sebagai strategi
meningkatkan adaptabilitas karier peserta didik SMP.
PEMBAHASAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu peluang sekaligus
tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi abad ekonomi Asia ini (Dewi, 2016). Saat ini
pemerintah sedang mencanangkan Indonesia sebagai largest digital economy pada 2020 dan
ditargetkan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Terlibatnya Indonesia dalam MEA
membuat perkembangan di sektor ekonomi, bisnis, niaga, industri, dan pendidikan berkembang
dengan pesat.
Pesatnya dunia pekerjaan pasca modern ditandai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah merambah kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia
pekerjaan (Pambudi & Kesuma, 2016). Perubahan revolui digital abad ke-21 menjadikan
pergeseran dalam susunan sosial tatanan pekerjaan (Savickas, 2012). Karier yang semakin
beragam, terfragmentasi, dan global, menjadi konsep penting yang mengutamakan kemampuan
untuk beradaptabilitas karier, serta mengarahkan perkembangan seseorang dalam konteks
pekerjaan (Zacher, Ambiel, & Noronha, 2015).
Keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21 dengan membantu untuk belajar dan
beradaptasi dengan perubahan setiap saat (Ongardwanich, Kanjanawasee, & Tuipae, 2015).
Oleh karena itu, keterampilan abad baru adalah kunci untuk mengubah status ekonomi
seseorang, sementara mereka yang tidak memiliki keterampilan harus tetap stagnan terhadap
pekerjaan yang membutuhkan sedikit keterampilan dan memiliki upah rendah. Keahlian dalam
keterampilan abad ke-21 dengan demikian menjadi hak penting warga negara di zaman
sekarang.
Dengan melihat data statistik yang terjadi, Indonesia diperkirakan akan dapat
mempersiapkan keadaan dimana kondisi ekonomi sedang mengalami peningkatan yang cukup
signifikan (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013). Untuk itu diperlukan persiapan yang matang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
di Era Disrupsi
Semarang, 21 Juli 2018
ISBN 9786021180389
sedini mungkin terhadap perencanaan karier, efikasi diri pengambilan keputusan karier, serta
adaptabilitas karier. Persiapan karier seharusnya dimulai ketika individu menginjak usia 13-15
tahun, atau masuk pada kelompok masa remaja awal. Dimana individu yang sedang
berkembang dengan memiliki minat serta pilihan orentasi karier yang relatif sudah jelas.
Pengembangan karier dapat dilihat sebagai suatu proses yang mencakup rentang
kehidupan yang dimulai pada masa kanak-kanak (dan mencakup pengalaman formal dan
informal yang menimbulkan bakat, minat, nilai, dan pengetahuan tentang dunia kerja), berlanjut
hingga dewasa melalui perkembangan perilaku karier seseorang (misalnya, masuk dan
penyesuaian untuk bekerja dari waktu ke waktu), dan memuncak dengan transisi ke, dan
penyesuaian untuk, pensiun (Brown & Lent, 2013).
Untuk dapat melewati tahapan perkembangan diusia 13-15 tahun atau masa sekolah
menengah pertama (SMP), peserta didik harus memiliki perencanaan terhadap karier untuk
masa mendatang. Dimulai dari pemilihan program ekstrakurikuler yang diminatinya untuk
meningkatkan kemampuan dan bakatnya, serta memilih sekolah lanjutan setelah lulus dari
sekolah menengah pertama. Saat ini, peserta didik dihadapkan dengan kebijakan baru dalam
mendapatkan pendidikan, yakni system zonasi sekolah negeri. Dimana peserta didik diarahkan
untuk bersekolah yang terdekat dengan rumah tinggalnya. Hal ini tentu menimbulkan
permasalahan tersendiri, terutama bagi peserta didik yang mengharapkan untuk bersekolah di
sekolah keagamaan yang tidak selalu ada di setiap lingkungan rumah tinggal.
Oleh karena itu, setiap peserta didik harus memiliki efikasi diri dalam mengambil
keputusan karier yang tepat. Efikasi diri pengambilan keputusan karier didefinisikan sebagai
keyakinan seseorang untuk dapat sukses dalam menilai diri dengan tepat, mengumpulkan
informasi bidang kerja, menyeleksi tujuan, membuat perencanaan karier dan memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan karier (Taylor & Betz, 1983).
Selain efikasi diri pengambilan keputusan karier, peserta didik diharapkan memiliki
kemampuan adaptabilitas karier. Walsh & Savickas, (2005) mendefinisikan adaptabilitas karier
sebagai "kesiapan untuk mengatasi tugas-tugas yang dapat diprediksi dalam mempersiapkan dan
berpartisipasi dalam peran kerja dan dengan penyesuaian tak terduga yang diminta oleh
perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja”. Kemampuan adaptabilitas karier adalah
konstruksi multidimensi memiliki peran intergal dalam membangun dan mengintegrasikan
konsep diri seseorang (Walsh & Savickas, 2005). Adaptabilitas perencanaan karier merupakan
konstruk psikososial mencerminkan sumber daya pekerja untuk mengelola pekerjaan saat ini
dan akan datang serta tantangan karier yang dapat mempengaruhi integrasi pekerja dalam
lingkungan sosialnya.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
di Era Disrupsi
Semarang, 21 Juli 2018
ISBN 9786021180389
dengan adanya zonasi sekolah, pengaruh teman sebaya serta harapan dan dukungan keluarga
akan cita-citanya, bisa menjadi hambatan bagi peserta didik ketika tidak memiliki efikasi diri
pengambilan keputusan karier dan juga kemampuan adaptabilitas karier.
Pentingnya peserta didik memiliki efikasi diri dalam mengambil keputusan karier yang
tepat, untuk dapat memiliki kemampuan dalam menilai diri dengan tepat, mengumpulkan
informasi bidang kerja, menyeleksi tujuan, membuat perencanaan karier dan memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan karier, serta adaptabilitas karier sebagai bentuk kesiapan
peserta didik untuk mengatasi tugas-tugas yang dapat diprediksi dalam mempersiapkan dan
berpartisipasi dalam peran kerja dan dengan penyesuaian tak terduga yang diminta oleh
perubahan dalam pekerjaan dan kondisi kerja.
Melalui kelompok psikoedukasional, pendidik diharapkan mampu meningkatkan efikasi
diri pengambilan keputusan karier dan juga adaptabilitas karier peserta didik dalam menghadapi
era industry 4.0 saat ini. Dengan tujuan memberikan bimbingan bagi peserta didik untuk
memiliki keyakinan dan kemampuan dalam bidang karier yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia Indonesia Population Projection
2010-2035. Badan Pusat Statistik Indonesia. https://doi.org/2101018
Brown, S. D., & Lent, R. W. (2013). Career Development and Counseling Putting Theory and Research
to Work (Second Edi). United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Bullock-Yowell, E., Andrews, L., & Mary E. Buzzetta. (2011). Explaining Career Decision-Making Self-
Efficacy : Personality , Cognitions , and Cultural Mistrust. The Career Development Quarterly,
59(September), 400–411.
Clark, W. W., & Cooke, G. (2014). The Green Industrial Revolution. Global Sustainable Communities
Handbook: Green Design Technologies and Economics. Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-
12-397914-8.00002-3
Dewi, N. K. (2016). Peluang Dan Tantangan Menjadi Konselor Industri Di Era Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA). Proceedings International Seminar FoE (Faculty, 1.
Furr, S. R. (2000). Structuring the group experience: A format for designing psychoeducational groups.
Journal for Specialists in Group Work, 25(1), 29–49. https://doi.org/10.1080/01933920008411450
Gadassi, R., & Gati, I. (2013). The Adaptability of Career Decision-Making Profiles : Associations With
Self-Efficacy , Emotional Difficulties , and Decision Status, 40(6), 490–507.
https://doi.org/10.1177/0894845312470027
Ginevra, M. C., Magnano, P., Lodi, E., Annovazzi, C., Camussi, E., Patrizi, P., & Nota, L. (2018). The
role of career adaptability and courage on life satisfaction in adolescence. Journal of Adolescence,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
di Era Disrupsi
Semarang, 21 Juli 2018
ISBN 9786021180389