Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK INSPEKSI K3

SUBDIT KESELAMATAN PERTAMBANGAN


DIREKTORAT TEKNIK MINERAL DAN BATUBARA
JAKARTA
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 2

II. PENGERTIAN 3
1. Maksud dan tujuan 3
2. Keuntungan 4

III. KATAGORI INSPEKSI 6


A. Tanggung Jawab Inspeksi K3 6
B. Jenis-jenis Inspeksi K3 6
1. Inspeksi Tidak Terencana 6
2. Inspeksi Terencana 7

IV. TAHAPAN INSPEKSI 9


1. Persiapan Inspeksi 9
2. Inspeksi 9
3. Laporan Inspeksi 13

1
I. PENDAHULUAN

Materi ini dibuat khusus dalam rangka pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pertambangan untuk tingkat pengawas. Kegiatan inpeksi K3 merupakan salah satu kegiatan
pengelolaan K3. Seringkali ada suatu pertanyaan bagaimana inspeksi seharusnya dilakukan, apa
yang harus diinspeksi, untuk apa atau kenapa inspeksi dilakukan dan siapa yang seharusnya
melakukan inspeksi.
Dalam materi ini dijelaskan tentang pengertian inspeksi yang berkaitan dengan maksud
dan tujuan serta keuntungan dilakukannya inspeksi. Selanjutnya katagori inspeksi yang
menjelaskan tentang tanggung jawab dan jenis–jenis inspeksi yang perlu diketahui oleh
pengawas seperti inspeksi eksternal dan internal serta inspeksi tidak terencana dan inspeksi
terncana mencakup manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari suatu inspeksi.
Pengawas harus mengerti apa saja yang harus dilakukan dalam inspeksi inspeksi tersebut.
Keberhasilan program pengelolaan K3 tidak dapat lepas dari keberadaan pengawas sebagai
fungsi pelaksanaan pengawasan. Pengawas memegang peranan penting dalam program K3
karena Pengawas adalah orang yang paling mengetahui kondisi daerah kerjanya setiap waktu,
pengawaslah yang paling mengetahui sifat dan tabiat para pekerja, dapat selalu berhubungan
langsung/bertatap muka dengan pekerja, dan pengawaslah yang selalu dapat terjun langsung
melakukan perbaikan. Akhirnya pengawas harus memahami tanggung jawab dan jenis inspeksi
serta teknik-teknik yang diperlukan dalam melakukan inspeksi agar maksud dan tujuan inspeksi
dapat tercapai.
Pada akhirnya setelah pelatihan ini diharapkan para peserta dapat memahami prinsip
serta cara inspeksi K3 yang benar sehingga waktu melakukan inspeksi di tempat kerja masing-
masing akan memperoleh hasil yang optimal.

2
II. P E N G E R T I A N

1. Maksud dan Tujuan


Peran pengawas adalah penting dalam program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
karena pengawas dapat melakukan kontak langsung dengan para pekerja secara terus
menerus. Pengawas tidak ada yang bebas dari tanggung jawab K3, maka untuk menjalankan
fungsi pengawasan agar mencapai standar minimal ada beberapa persyaratan yang harus
dimiliki oleh seorang pengawas antara lain adalah harus memiliki sikap rasional, jujur,
fleksibel, dan programatis.

Pengawas harus menyadari bahwa inspeksi merupakan bagian integral dari fungsi
pengawasan. Inspeksi tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan pada diri pekerja atau
suatu bagian kerja, akan tetapi untuk memastikan apakah segalanya berjalan dengan
memuaskan dalam arti sesuai dengan norma-norma keselamatan dan kesehatan kerja yang
berlaku .
Secara unum inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk :
• Mengidentifikasi problem-problem yang mungkin terjadi
• Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada peralatan.
• Mengidentifikasi tindakan tidak standar/aman pekerja
• Mengidentifikasi dampak dari perubahan/pergantian suatu proses/material
• Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam suatu perbaikan
• Menyediakan informasi tentang swanilai/swataksir manajemen
• Menunjukan komitmen manjemen

Pada prinsipnya maksud dan tujuan inspeksi adalah untuk menemukan atau
mengidentifikasi;
Kondisi tidak aman dan Tindakan tidak aman, selanjutnya adalah Menentukan penyebab
dasar agar dapat Melakukan tindakan perbaikan. Sehingga kondisi dan tindakan tidak aman
tidak sempat menyebabkan suatu kecelakaan.
Apabila diajukan pertanyaan kapan anda melakukan inspeksi K3, maka pada

3
umumnya jawaban selalu “ setiap hari Senin atau Rabu, seminggu sekali, dua minggu sekali
dan sebagainya. Jawaban yang tepat seharusnya “ Saya inspeksi setiap saat saat saya datang
ke wilayah kerja yang menjadi tanggng jawab saya”. Banyak yang berpendapat bahwa
inspeksi K3 adalah tanggung jawab Departemen K3, atau inspeksi K3 dilakukan kalau ada
waktu saja atau tidak terlalu sibuk. Pendapat ini jelas keliru.

Dalam kegiatan rutin, pemeriksaan atau inspeksi terhadap kelancaran produksi atau
pekerja sering dilakukan berkali-kali sepanjang jam kerja. Apabila anda memiliki
kemampuan dan kemamuan untuk melakukan inspeksi K3, maka anda dapat melakukan
secara simultan sehingga inspeksi K3 tidak menjadi beban yang sering dianggap
menghambat produksi.

2. Keuntungan
Banyak keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh seorang pengawas apabila
melakukan kegiatan inspeksi. Keuntungan tersebut anatara lain ;

• Pengawas dapat melakukan pembetulan segera terhadap tindakan atau kondisi


tidak standar (tidak aman) yang ditemukan selama inspeksi ;
• Inspeksi secara teratur dan berkelanjutan mendorong para pekerja untuk lebih
tanggap terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan oleh sesama pekerja
serta akan lebih giat memeriksa kondisi tidak aman alat/tempat kerja.
• Pengawas akan dapat melakukan kontak langsung dengan setiap pekerja dan
dapat memberikan bantuan atau arahan dalam meniadakan tindakan atau
kondisi yang dapat menimbulkan kecelakaan ;
• Pengawas dapat menetapkan secara tepat alat-alat pelindung keselamatan
yang diperlukan untuk setiap jenis dan kondisi kerja ;
• Inspeksi dapat memberikan semangat serta meningkatkan kesadaran setiap
pekerja terhadap pentingnya K3;
• Inspeksi membantu apresiasi serta sekaligus merealisasikan program K3
dikalangan para karyawan.

Didalam melakukan inspeksi, seorang pengawas harus dapat mendeteksi dan

4
mengoreksi kekurangan-kekurangan yang ada. Kegiatan ini adalah suatu kegiatan yang berat
dan melelahkan tetapi dapat memberikan motivasi dan pengertian kepada para pekerja
bahwa K3 sangatlah penting, sehingga mereka akan memberikan partisipasinya dalam
program K3.
Oleh karena itu pengawas harus memiliki dasar pemikiran bahwa maksud dan tujuan
inspeksi adalah untuk menemukan dan meniadakan tindakan/kondisi yang tidak standar
(tidak aman) pada wilayah kerjanya sehingga kecelakaan yang mungkin dapat terjadi dapat
dicegah.
Pengawas harus menyadari bahwa inspeksi K3 seharusnya tidak hanya mendeteksi
atau mencari tindakan tidak standar/aman atau kondisi tidak standar/aman secara phisik,
tetapi harus pula dapat mengevaluasi dan menentukan penyebab dasar, mengapa tindakan
dan kondisi tidak standar/aman dapat terjadi. Selanjutnya menentukan tindakan perbaikan
yang harus dilakukan.
Pengawas sebelum melakukan inspeksi harus terlebih dahulu mengevaluasi atau
menganalisa semua temuan, kecelakaan, atau insiden yang pernah terjadi sebelumnya,
sehingga secara efektif nantinya dapat memberi perhatian khusus terhadap kondisi dan
tindakan tidak aman yang potensi dapat menimbulkan permasalahan K3.

5
III. KATAGORI INSPEKSI

Inspeksi merupakan salah satu cara untuk mencari solusi permasalahan atau
memperkirakan suatu resiko sebelum suatu kecelakaan terjadi. Inspeksi diperlukan karena tidak
ada suatu kegiatan yang bebas dari suatu resiko/bahaya . Resiko tersebut antara lain:
− Sesuatu / peralatan rusak
− Perubahan kondisi
− Manusia tidak sempurna
− Manajemen memiliki tanggung jawab secara moral dan hukum untuk mewujudkan
K3 di tempat kerja

A. Tanggung Jawab Inspeksi K3;


Secara tanggung jawabnya, inspeksi K3 dapat dibagi menjadi:
1. Inspeksi Eksternal, yaitu inpeksi yang dilakukan dari pihak luar antara lain:
a. Inspeksi oleh Inspekstur Tambang
b. Inspeksi oleh konsultan K3
c. Inspeksi oleh perusahaan asuransi
d. Inspeksi oleh pihak-pihak luar yang berkepentingan
2. Inspeksi Internal, Inspeksi yang dilakukan oleh
a. Front line supervisor; inspeksi tempat kerja, kegiatan pekerja, dan lain-lain.
b. Karyawan yg mendapat delegasi dari atasannya; Alat berat, Perkakas, Mesin, dll
c. Komite atau subkomite K3

B. Jenis Inspeksi K3
Secara umum jenis inspeksi K3 dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Inspeksi Tidak Terencana
Yaitu inspeksi yang dilakukan sambil lalu saja (tidak khusus) sehingga umumnya bersifat
dangkal dan tidak sistematis:
a. Umumnya hanya memeriksa kondisi tidak aman saja;
b. Hampir semua tindakan tidak aman lepas dari pengamatan;
c. Kondisi tidak aman yang perlu perhatian besar, sering terlewatkan;
d. Perhatian cenderung lebih pada produksi;
e. Pencatatan sering tidak dilakukan; dan
f. Perbaikan dan pencegahan tidak sampai mendasar
Didalam inspeksi tidak terencana; kegiatan mencatat kerusakan, kondisi tidak
aman, atau perbuatan tidak aman menjadi sangat berharga, karena pekerja adalah orang
6
pertama yang sering melihat atau mengetahui penyimpangan tersebut terjadi. Apabila
mereka dibekali dengan pengenalan maupun pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang
mungkin terjadi di tempat kerja, maka mereka akan sangat efektif untuk mengidentifikasi
potensi-potensi bahaya tersebut. Bagaimanapun juga pekerja yang melihat kondisi–
kondisi yang tidak standar/aman seharusnya melaporkan kepada pengawas (supervisor).
Laporan tersebut meskipun sering hanya lisan perlu ditulis atau dicatat pada
lembar laporan kondisi. Pendekatan lainnya adalah menyediakan kotak laporan kondisi
pada beberapa lokasi yang strategis bagi pekerja untuk memasukan laporan tertulis
tentang kondisi. Manfaat laporan kondisi tersebut adalah merupakan:
• Dasar untuk menentukan tindakan yang lebih baik;
• Dokumen K3 perusahaan untuk umpan balik karyawan;
• Data untuk analisis gambaran terkini;
• Tolok ukur kesadaran karyawan tentang K3; dan
• Bahan laporan untuk staf K3 dan manajemen atas (yang lebih tinggi).

2. Inspeksi Terencana
Inspeksi terencana dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu “pertama Observasi
atau Pengamatan dapat disebut juga Inspeksi Umum dan kedua Inspeksi Periodik” .
Dalam melakukan inspeksi terencana diperlukan adanya evaluasi terhadap bagian/barang
kritis, tatagriya (housekeeping), dan lain-lain. Maksud dari inspeksi terencana adalah
agar sasaran yang ingin diperoleh dari suatu inspeksi dapat tercapai. Inspeksi terencana
sangat penting dilakukan karena beberapa manfaat sebagai berikut:
• Bagian atau daerah yang diinspeksi diketahui;
• Bersifat khusus/sengaja sehingga bisa menyeluruh;
• Kondisi dan tindakan yang dicari diketahui;
• Kekerapan suatu daerah yang diinspeksi diketahui;
• Pencatatan-pencatatan dilakukan;
• Perlengkapan apa saja yang diperlukan untuk inspeksi diketahui; dan
• Perbaikan dan pencegahan sampai ke penyebab dasar.

2.1. Observasi atau Pengamatan dapat disebut juga Inspeksi Umum


Yaitu pengamatan atau observasi yang dilakukan secara terus menerus oleh
manajemen lini (pengawas) sepanjang gilir kerja untuk melihat secara menyeluruh
kekurangan yang ada. Dalam onservasi atau pengamatan tatagriya termasuk bagiann dari
efektivitas observasi, sehingga perlu diketahui bahwa pekerjaan belum dapat dikatakan
selesai atau tuntas apabila daerah kerja masih kotor dan tidak teratur.

7
Biaya suatu bagian kerja masih dianggap belum efisien dibanding bagian kerja
lainnya yang tatagriyanya lebih bagus. Obervasi atau pengamatan memberikan
kesempatan kita untuk menemukan ketidak teraturan tempat kerja seperti :
• Gang terhalang oleh barang
• Perkakas atau peralatan tidak disimpan pada tempatnya
• Selang las asetiline dan kabel-kabel melintang di jalan dan tangga
• Fasilitas penampungan kotoran tidak ada
• Sudut ruangan dipenuhi barang-barang
• Tidak adanya penataan letak (lay-out)
Pengawas yang tidak mampu mengelola tatagriya di tempat atau wilayah
kerjanya, memberikan indikasi bahwa pengawas tersebut tidak mengurus bagian/wilayah
kerjanya. Tatagriya dapat dijadikan sebagai indikasi terhadap seorang pengawas dalam
mengelola pelaksanaan K3.
Pengawas harus dapat bertanya kepada pekerja tentang sesuatu yang tidak
diyakinninya seperti:
• Apakah barang ini penting
• Apakah barang ini pada tempatnya

2.2. Inspeksi Periodik


Yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala dengan selang waktu yang tetap
seperti harian, minggua, bulanan, triwulanan, dan sebagainya. Inspeksi terncana yang
periodik perlu dilakukan untuk mencakup:
1) Bagian-bagian peralatan atau tempat kerja yang tidak bisa terlihat hanya dengan
pengamatan atau observasi saja (bagian/tempat/objek kritis).
2) Daerah kerja yang sedang tidak aktif atau yang menjadi milik umum (seluruh
karyawan).
Inspeksi dapat juga dilakukan secara bersama-sama yang melibatkan berbagai
level managemen baik dari bagian operasi maupun staff yang biasanya menekankan pada
masalah-masalah khusus. Anggota team inspeksi bersama tersebut sebaiknya tenaga-
tenaga yang mempunyai kemampuan dalam hal-hal khusus.

8
IV. TAHAPAN INSPEKSI

1. Persiapan Inspeksi
Pengawas didalam merencanakan inspeksi harus mulai dengan sikap positif, dengan cara:
a. Mambuat daftar daerah atau tempat yang perlu anda inspeksi.
b. Membuat/menyiapkan lembar pemeriksaan (check list) yang berisi:
c. apa saja di tiap daerah/tempat kerja yang diinspeksi
d. bagian mana saja dari peralatan/permesinan, bangunan, yang perlu diinspeksi
Selain itu perlu juga melakukan tinjauan ulang terhadap laporan/hasil inspeksi
sebelumnya serta menyiapkan material atau alat lainnya yang diperlukan. Diharapkan
dengan menggunakan lembar pemeriksaan, pengawas tidak kehilangan focus terhadap
objek-objek yang akan diawasi.

2. Pelaksanaan Inspeksi
Pelaksanaan inspeksi merupakan tahapan yang sangat penting karena disinilah kita harus
mampu mengidentifakasi tindakan dan kondisi tidak aman (bahaya-bahaya), berupaya
menilai/menganalisis risikonya, dan mengendalikan risiko tersebut. Agar inspeksi dapat
berlangsung efektif, kita perlu mengetahui dan menjalankan teknik - teknik sebagai berikut:
2.1.Siklus Pengamatan
a. Memutuskan
Kita harus memutuskan untuk melakukan inspeksi suatu alat atau tempat/lokasi kerja.
b. Berhenti
Kita harus berhenti di depan/dekat suatu tempat kerja atau alat, segera setelah tiba di
tempat tersebut, untuk melakukan pengamatan.
c. Mengamati
Pengamatan secara menyeluruh terhadap apa yang sedang berlangsung, apakah ada
tindakan dan atau kondisi tidak aman yang terjadi. (10 -30 detik bisa lenyap dari
pandangan)
d. Bertindak
Menghentikan tindakan tidak aman/perbuatan membahayakan yang dilihat/ditemui;
Menghentikan pekerjaan apabila ada kondisi tidak aman;
Menjelaskan

9
Melakukan dan mendiskusikan serta menjelaskan tentang kecelakaan yang mungkin
terjadi akibat tindakan dan atau kondisi tidak aman tersebut serta tentang pembetulan
/perbaikan segera yang harus dilakukan agar tindakan dan kondisi tidak aman tidak
terulang kembali; dan
e. Melaporkan
Melaporkan tentang tindakan dan atau kondisi tidak aman yang ditemukan dalam
suatu bentuk pelaporan
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan inspeksi dapat mengacu kepada hasil
penyelidikan oleh Dupont yang menunjukkan bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh:
Tindakan tidak aman yang berhubungan dengan % kecelakaan
• Alat Pelindung Diri ........... 12%
• Posisi Seseorang ................ 30%
• Reaksi Seseorang .............. 14%
• Perkakas (Alat-alat ringan) .. 20%
• Alat-alat berat ……………. 8%
• Prosedur Kerja dan Ketertiban 12%
Jumlah kecelakaan ng disebabkan oleh tindakan tidak aman 96%
Sebab-sebab lain 4%
Jumlah 100%

2.2. Objek Inspeksi/Pengamatan


a) Alat Pelindung Diri (APD)
Penyebab kecelakaan akibat kegagalan mengenakan APD sekitar 12% atau dengan
kata lain bahwa setiap delapan sampai sembilan orang yang mengalami kecelakaan,
satu orang diantaranya terluka karena ia tidak mengenakan alat pelindung diri
dengan benar. Untuk itu perlu memastikan apakah bagian tubuh karyawan telah
terlindung dari bahaya dengan cara memakai APDi untuk:
Kepala ; Mata dan Muka; Telinga; Sistem Pernapasan;
Tangan ; Badan; dan Kaki.

b) Reaksi Seseorang
Apabila anda melihat orang bereaksi atas kehadiran anda, apakah itu merupakan
isyarat yang baik ? jawabnya Ya dan tidak. Isyarat baik apabila mereka menjadi
lebih menyadari tindakan tidak amannya. Isyarat/pratanda buruk apabila hal ini bukti
bahwa mereka belum mengembangkan sikap keselamatan kerja dengan baik.

10
Anda harus waspada atas reaksi pekerja anda sebab reaksi-reaksi tersebut
merupakan petunjuk terhadap tindakan tidak aman yang mungkin terjadi. Reaksi-
reaksi tersebut biasanya terjadi 10 sampai 30 detik pertama setelah anda memasuki
suatu daerah, sehingga dalam waktu sekejap tindakan tidak aman tersebut bisa lenyap
dari pandangan. Beberapa tindakan tidak aman lainnya tidak dapat lenyap secepat itu,
tetapi orang yang bersangkutan mungkin tetap bereaksi atas kehadiran anda.
Beberapa reaksi pekerja yang harus anda harus waspadai adalah:
• Membetulkan atau Mengenakan Alat-alat Pelindung Diri;
• Merubah posisi atau letak secara tiba-tiba;
• Mengatur kembali/menghentikan/meninggalkan pekerjaan;
• Memamsang hubungan tanah;
• Memasang system penggembokan (lockout); dll

c) Posisi Seseorang
Posisi seseorang sering merupakan perbuatan membahayakan yang perlu diperhatikan
karena sering menjadi penyebab kecelakaan. Cara Analisis dapat dengan pertanyaan
apakah posisi pekerja tersebut dapat:
• Terbentur atar terkena benturan;
• Terjepit atau terkait;
• Terjatuh ketempat tang lebih rendah;
• Terkena temperatur/suhu ekstrim atau arus listrik;
• Mengisap/ Menyerap melalui kuliut atau Menelan zat-zat berbahaya; dan
• Memforsir tenaga saat mengangkat, menarik, mendorong, atau
menjangkau.
c) Perkakas dan Peralatan:
Sebagian besar pekerjaan melibatkan penggunaan perkakas dan alat-alat. apakah
dalam menggunakan komputer, bulldozer atau obeng, orang harus mengikuti praktek
aman atau mereka akan mendapatkan resiko cedera. Pada saat inspeksi perlu
mengamati orang yang sedang menggunakan perkakas dan alat-alat, serta harus
waspada terhadap tindakan tidak aman dengan cara bertanya:
• Apakah perkakas dan Alat-alat, Sesuai Dengan Pekerjaan yang Dilakukan ?
• Apakah perkakas dan Alat-alat, Secara Benar digunakan ?.
• Apakah perkakas dan Alat-alat, AmanKondisinya untuk digunakan?
d) Tatacara/Prosedur Kerja Aman dan Keteraturan/tata tertib
Kecelakaan terjadi karena tata cara atau prosedur tidak memadai, tidak diketahui, dan
tidak dimengerti atau tidak diikuti. Dalam inspeksi perlu memahami tiga langkah tata
cara atau prosedur dengan cara bertanya:
• Apakah Tata Cara/Prosedur Kerja telah Memadai ?
• Apakah Tata Cara/Prosedur Kerja telah Ditetapkan dan Dimengerti, ?

11
• Apakah Tata Cara/Prosedur Kerja sudah Diikuti dan Dipertahankan ?
Dalam mengukur efektifitas standar keteraturan/ketertiban dapat dilakukan dengan
bertanya untuk mengetahui:
• Apakah standar hasil kerja telah Memadai untuk pekerjaan yang dilakukan ?
• Apakah standar hasil kerja sudah Ditetapkan dan Dimengerti ?
• Apakah standar hasil kerja sudah Diikuti dan Dipertahankan ?

2.3. Pengamatan Total


Dalam melakukan inspeksi, anda harus meningkatkan kewaspadaan terhadap
keselamatan kerja dan ketrampilan pengamatan. Teknik pengamatan total akan
membantu dalam untuk mendekati pencapaian tujuan inspeksi. Perhatian terhadap
sesuatu di sekitar kita hanya akan optimal dengan menggunakan pengamatan total yaitu:
• MELIHAT Atas, Bawah, Belakang, dan Dalam ;
• MENDENGARKAN suara asing/aneh;
• MENCIUM bau yang asing/aneh;
• MERABA/MERASAKAN suhu dan getaran yang asing/aneh.
2.4. Klasifikasi Bahaya
Pengawas harus dapat mengklasifikasikan temuan (bahaya) yang diperoleh dari
hasil inspeksi berdasarkan tingkat resikonya sehingga lebih mudah menentukan skala
prioritas dalam melakukan perbaikan/pengamanan, karena akan menyangkut kerugian,
biaya, personal, material, dan lain-lain. Gambaran suatu kecelakaan dan kerugian yang
mungkin terjadi dapat diprediksi berdasarkan terhadap tingkat resikonya. Sebagai acuan ,
tingkat resiko dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
• Klas A : Fatal atau kerugian 50 juta keatas
• Klas B : Major atau kerugian > 25 juta tapi < 50 juta
• Klas C : Minor atau kerugian 25 juta kebawah
3. Laporan Inspeksi
Setelah inspeksi selesai dilakukan, pengawas harus membuat laporan tentang hasil yang
diperoleh dari inspeksi. Dalam menulis laporan inspeksi harus:
• Ditulis dengan jelas;
• Nomor objek temuan secara berurutan dan klasifikasi setiap bahaya;
• Berikan spasi untuk penambahan penyebab dasar dan tindakan perbaikan masing-
masing objek temuan;
• Buat kode untuk objek temuan dari laporan sebelumnya yang berhubungan
dengan tindakan segera dan perbaikan
• Memberi tekanan untuk suatu pujian atau penghargaan
Pengawas harus memberikan laporan tersebut kepada atasan (level yang lebih tinggi) serta

12
membuat copy dan arsip laporan tersebut. Diharapkan peningkatan standar K3 dapat
tercapai.

13

Anda mungkin juga menyukai