PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu
dari empat wanita usia reproduksi aktif (Muzakir cit Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal
juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan
sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. (Muzakir cit Djuwantono,
2004).
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40%.
Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan
mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke
Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus
mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Muzakir cit Ran Ok et-al,
2007). Menurut penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka
kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya
penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87%
dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Muzakir cit Yuad H, 2005).
tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor
ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Muzakir cit
Djuwantono, 2004).
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada
wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat
dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering
untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka histerektomi) (Lacey.C.G.,
2007).
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 55 tahun dengan diagnosa mioma uteri
Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma,
II.2 Epidemiologi
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua
II.3 Etiopatogenesis
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor
dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya
faktor predisposisi yang bersifat herediter. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa
ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya
membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan
dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain
itu, sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal
dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami
infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia
2. Mioma intramural
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor.
Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak
pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus
diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering
parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.
Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan
pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan.
a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar
c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan
garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan
kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau
mioma bertangkai.
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah :
dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi
disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium (Lacey.C.G., 2007). Tetapi saat ini pendapat
yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena pengaruh ovarium
endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di atas mioma submukosum, dan
miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium . Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti,
Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses
degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga
bisa menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma
uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang
menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah
besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause (Lacey.C.G., 2007).
Anemia
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual,
Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus
penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan (Lacey.C.G., 2007).
II.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
II.9. Penanganan
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari semua
kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma
atas :
A. Penanganan konservatif
- Monitor keadaan Hb
mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara
tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan
B. Penanganan operatif
- Miomektomi
Mioma Uteri Page 12
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Muzakir cit Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita
mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan
pada wanita yang masih ingin be reproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang
teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
2005).
- Histerektomi
baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh
kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi
urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto,
2005).
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total
STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti
perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum.
fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat
menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana
keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH (Hadibroto, 2005).
Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina,
pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan
tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum, histerektomi vaginal hampir
dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
(Hadibroto, 2005).
.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
- Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
- Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin
imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi
pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik (Muzakir cit Taber,
2004).
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. f
Usia : 41 tahun
II. ANAMNESIS
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Kontrasepsi : -
Riwayat Obstetri :
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 12 tahun. Pasien
memiliki siklus haid yang tidak teratur. Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai
berikut :
Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 88 x/menit
- Frekuensi napas : 24 x/menit
- Suhu : 36,7oC
Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
Palpasi : Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile pada perut bagian
bawah, nyeri tekan (-).
Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-), fluor
albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-).
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 40 tahun
dengan diagnosa mioma uteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
laboratorium.
benjolan pada perut bagian bawah pasien. Ada beberapa kemungkinan diagnosis
untuk pasien dengan menometroragi disertai benjolan pada perut bagian bawah antara lain
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma (serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang
ditimbulkan dapat digolongkan menjadi empat yaitu perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejala
dan tanda penekanan, serta infertilitas dan abortus. Pada kasus ini, beberapa dari gejala
endometrium, permukaan endomerium yang lebih luas daripada biasa, atrofi endometrium
diatas mioma submukosum, miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh di
antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik. Rasa nyeri yang dikeluhkan pasien dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Gejala penekanan
berupa gangguan BAB dan BAK tidak didapatkan pada pasien karena ukuran mioma yang
Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta vital sign pasien dalam
batas normal sehingga menunjukkan gangguan perdarahan serta nyeri sudah berlangsung
lama dan tubuh telah melakukan penyesuaian diri. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
konjunctiva tampak anemis. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
Pada pemeriksaan abdomen, palpasi daerah suprapubik kesan uterus membesar, padat,
mobile serta permukaannya licin. Pada mioma uteri, perlunakan tergantung pada derajat
degenerasi dan kerusakan vaskuler. Uterus sering dapat digerakan, kecuali apabila keadaan
Pada pemeriksaan pelvis, serviks dalam batas normal. Namun, pada keadaan tertentu,
mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum
servikalis. Hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan bentuk, warna dan permukaan porsio
dalam batas normal, tidak terlihat adanya fluksus yang berasal dari dalam (kanalis servikalis
atau kavum uteri). Didapatkan pula sekret/lendir berwarna putih pada forniks dan dinding
vagina.
Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya keluhan, umur
dan paritas penderita. Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif mengingat pada hasil
pasien memiliki keluhan subjektif berupa perdarahan pervaginam abnormal yang berat,
dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total abdominal
histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari
risiko operasi yang lebih besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter,
kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks,
serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah
dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi
seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
26/03/2019 Nyeri Post Operasi Keadaan umum : baik 1 hari post Observasi Tanda-tanda vital
Kesadaran : Compos Mentis Perbaiki KU
TD : 130/70 mmHg laparotomi Pronalges/8jam
HR : 120 x/i Antasida syr/8jam
RR : 16 x/i Metronidazole/8jam
T : 36,7 0C Kalnex/8jam
Cefixime 2x1
Hemafort 1x1
Asam mafenamat 3x1
27/05/13 Nyeri post operasi, demam (-), Keadaan umum : baik 2 hari post Observasi Tanda-tanda vital
Kesadaran : compos mentis Perbaiki KU
TD : 110/60mmHg Antasida syr 3x1 cth
Menggigil (-), Pusing (+), bab (-) laparotomi
HR : 120 x/I T : 38,2 0C Asam mafenamat 3x1
RR : 25 x/i Hemafort 1x1
(TAH + SOS)
Cefixime 2x1
(GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran Indonesia, vol.
Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3 September
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf
Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo d/a
Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and Gynecologic
Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk Connectient, California,
Moeloek, F.A., Hudono, S.Tj., Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Ilmu Kebidanan,
Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode
Santon, R., Duenhoelter, J.H., Massa pelvis, Gynecology, EGC, Jakarta, p : 146-7.