Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FILM SERDADU KUMBANG

BERDASARKAN TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

(Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran)

DOSEN PENGAMPU: NURHAYANI, M.Si

DISUSUN OLEH: PAI-5/III

SITI PURNAMA (0301171335)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Deskripsi Film.................................................................................. 2
a. Identitas Film............................................................................... 2
b. Sinopsis Film............................................................................... 2
B. Analisa Film Berdasarkan Teori Belajar.......................................... 3
a. Teori Belajar Behaviorisme......................................................... 3
b. Teori Belajar Gestalt.................................................................... 6
c. Teori Belajar Sosial..................................................................... 7
d. Teori Belajar Kognitif..................................................................10

BAB III PENUTUP....................................................................................13


A. Kesimpulan......................................................................................13
B. Saran.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur
pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak peserta didik.
Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia
masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya.
Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang
bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang
dan telah menghasilkan beragam teori. Dengan adanya teori-teori tentang
pembelajaran akan memudahkan pendidik untuk memahami bagaimana
proses belajar itu terjadi. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis
sebuah film yang berjudul ”Serdadu Kumbang” berdasarkan teori
behaviorisme, teori gestalt, teori social learning, dan teori kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi film Serdadu Kumbang?
2. Bagaimana analisa film berdasarkan teori belajar behaviorisme, teori
gestalt, teori social learning, dan teori kognitif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi film Serdadu Kumbang.
2. Untuk mengetahui analisa film berdasarkan teori-teori belajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Film
1. Identitas Film

1
Judul Film : Serdadu Kumbang
Jenis Film : Drama Keluarga
Produser : Ari Sihasale
Distributor : Alenia Pictures
Penulis : Jeremias Nyangoen
Sutradara : Ari Sihasale
Tanggal Rilis : 16 Juni 2011
Durasi : 105 menit
Negara : Indonesia

2. Sinopsis Film
Tahun lalu, murid-murid di hampir seluruh indonesia banyak yang tidak
lulus ujian nasional. Berbekal pengalaman itu, guru-guru SD dan SMP 08
semakin memperketat sistem belajar dan mengajar. Namun penegakan
kedisplinan yang kaku, menimbulkan dampak bagi murid-murid yang masih
dalam usia pertumbuhan. Paling tidak bagi Amek, Acan dan Umbe.
Amek adalah salah satu murid dari kesekian banyak murid SDN 08 yang
tidak lulus ujian tahun lalu. Sebetulnya Amek adalah anak yang baik, namun
sifatnya yang introvert, keras hati dan cenderung jahil, membuat ia sering
dihukum oleh guru-gurunya disekolah. Sebaliknya Minun kakaknya, ia duduk
di bangku SMP dan selalu juara kelas. Ia juga sering menjuarai lomba
matematika sekabupaten. Sederet piala dan sertifikat berjejer di ruang tamu
mereka. Minun adalah ikon sekolah, kebanggaan keluarga dan masyarakat.
Minun dan Amek tinggal bersama ibunya, Siti, di desa Mantar. Suatu desa
yang terletak di puncak bukit, jauh dari perkotaan. Suami Siti, Zakaria, sudah
tiga tahun bekerja di Malaysia tetapi tidak pernah pulang, apalagi mengirimkan
mereka uang. Di luar desa indah yang tertata rapi itu, ada sebuah pohon yang

2
3

tidak begitu tinggi namun letaknya persis di bibir tebing, menghadap ke laut lepas.
Orang kampung sekitar menyebutnya pohon cita-cita. Pohon itu memang unik,
hampir setiap dahan diikat tali yang menjulur ke bawah karena ujungnya diberi
pemberat. Secarik kertas bertuliskan nama seseorang berikut cita-citanya, dan
dimasukkan ke dalam botol berwarna-warni hingga pohon cita-cita itu terlihat
begitu indah.
Minun sangat menyayangi Amek, bukan saja karena adiknya itu tidak
lulus ujian tahun lalu, lebih dari itu, Amek memiliki kekurangan lair, bibirnya
sumbing dan sering menjadi bahan lelucon teman-temannya. Namun di balik
kekurangan yang di miliki, Tuhan memberikan Amek banyak kelebihan, salah
satunya ia mahir berkuda. Sering orang bertanya, apa cita-cita kelak? Amek
tidak pernah menjawabnya, bahkan jika gurunya yang bertanya sekalipun.
Amek takut kalau orang-orang akan mentertawakannya. Ia sadar betul,
kekurangan yang ia miliki telah menjauhkan dari cita-citanya.
Amek, Acan, Umbe, Minun dan anak-anak sekolah Mantar sangat dekat
dengan Guru Imbok, guru favorit. Dia yang paling mengerti keinginan anak
muridnya. Dan pada bagian akhir film ini, Amek dan semua teman sekolahnya
bersama Bu Guru Imbok merayakan keberhasilan mereka di ujian nasional
dengan melepaskan kumbang-kumbang yang digantungi kertas bertuliskan
cita-cita mereka.

B. Analisa Film Berdasarkan Teori


1. Teori Belajar Behaviorisme
a. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme
Secara umum teori behavirorisme mendefinisikan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku
(yang baru) sebagai hasil belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan (atau
pendewasaan) semata. Menurut teori belajar behaviorisme, perubahan perilaku
manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang akan memberikan beragam
pengalaman kepada seseorang. Lingkungan seseorang merupakan stimulus yang
dapat memengaruhi dan atau merubah kapasitas untuk merespons.1
1
Udin S. Winataputra, dkk., Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hlm. 2,4.
4

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan
guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.2
Teori behaviorisme menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai
respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. dengan kata lain,
perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan
diukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-
orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik.3
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori belajar behaviorisme
merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus (rangsangan)
dan respons, yaitu proses manusia untuk memberikan respons tertentu
berdasarkan stimulus yang datang dari luar.
b. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behaviorisme
1) Law of effect, yaitu bila hubungan antara stimulus dengan respon terjadi
dan diikuti dalam keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat.
2) Spread of effect, yaitu reaksi emosional yang emosional yang mengiringi
kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi
kepuasan mendapat pengetahuan baru.
3) Law of exercise, yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat
dengan latihan dan penguasaan.
4) Law of readiness, yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf telah siap
berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubungan itu
akan memuaskan.
5) Law of primacy, yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama
akan sulit digoyahkan.

2
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran, (Bali: Undiksha Press, 2013), hlm. 42.
3
Laura A. King, Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2010), hlm. 15.
5

6) Law of intensty, yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila


diupayakan melalui kegiatan yang dinamis.
7) Law of recency, yaitu bahan yang baru dipelajari akan lebih muda diingat.
8) Fenomena kejenuhan.
9) Belongingness, yaitu ketertarikan bahan yang dipelajari pada situasi
belajar akan mempermudah berubahnya tingkah laku.4
c. Analisa Film Berdasarkan Teori Belajar Behaviorisme
Teori behaviorisme pada intinya lebih mengacu kepada hasil yang dilihat dari
tingkah laku siswa. Premis dasar teori belajar behaviorisme adalah perubahan
tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respon. Proses S-R ini terdiri dari
beberapa unsur, yaoti dorongan atau drive, stimulus atau rangsangan, respon, dan
penguatan atau reinforcement.5 Dalam film ini pada menit ke 4:47 detik
menceritakan bahwa para siswa sekelas Amek terlambat datang kesekolah dengan
berbagai alasan. Kemudian guru menghukum siswa-siswa tersebut dengan
maksud agar di lain waktu para siswa tidak terlambat lagi. Stimulus pertama yang
diberikan oleh guru adalah guru memberi beberapa pertanyaan kepada para siswa
mengapa mereka datang terlambat. Kemudian para siswa merespon dengan
memberi jawaban kepada guru.
Stimulus kedua yang diberikan oleh guru kepada para siswanya adalah
penguatan (reinforcement) dengan menghukum para siswa dengan tujuan agar di
lain waktu tidak terlambat. Kemudian para siswa merespon dengan baik stimulus
yang diberikan oleh guru dan menjalankan hukuman yang telah diberikan. Hal ini
sejalan dengan teori belajar behaviorisme yaitu belajar akan terjadi karena adanya
stimulus (rangsangan) dan respon. Inilah bentuk penerapan teori belajar
behaviorisme dalam pembelajaran, yang sangat mementingkan input berupa
stimulus dan output berupa respon serta penggunaan reinforcement.6

2. Teori Belajar Gestalt


a. Pengertian Teori Belajar Gestalt
4
Annisa Ratna Sari, Modul Teori Belajar, Prinsip-Prinsip Belajar, dan Media Pembelajaran,
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), hlm. 5.
5
Op.cit., Udin S. Winataputra, dkk., hlm. 2,5.

6
Ibid.
6

Teori belajar Gestalt ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang
pengamatan dan problem solving. Istilah Gestalt sendiri merupakan istilah bahasa
Jerman yang sukar dicari teremahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestalt
bisa bermacam-macam sekali, yaitu “form”, “shape” (dalam bahasa Inggris) atau
bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa
Inggris pun bermacam-macam antara lain shape psychology, configurationism,
whole psychology, dan sebagainya.7
Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para
sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah Gestalt tanpa
menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.
Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight”
yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar
bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan.8
b. Ciri-Ciri Teori Belajar Gestalt
Menurut Ernest Hilgard ada enam ciri dari teori belajar Gestalt ini, yaitu:
1. Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar.
2. Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu yang relevan.
3. Pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi, sebab insight itu hanya
mungkin terjadi apabila situasi belajar itu diatur sedemikian rupa sehingga
segala aspek yang perlu dapat diamati.
4. Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba, sebab insight bukanlah hal
yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan adalah hal yang
harus dicari.
5. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, jika suatu problem yang telah
dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepada peserta didik
yang bersangkutan, maka dia dengan langsung dapat memecahkan
problem itu lagi.
6. Suatu pemahaman dapat diaplikasikan atau dipergunakan bagi pemahaman
situasi lain.

7
Makmun Khairani, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 67.
8
Ibid.
7

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori belajar gestalt ialah


seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi atau informasi dengan
melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam
struktur yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami.
c. Analisis Film Berdasarkan Teori Belajar Gestalt
Teori Gestalt dapat dipahami bahwa berdasarkan teori ini, pemahaman dalam
belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar atau dipengaruhi oleh kemampuan
dasar. Dalam film ini pada menit ke 1:18:59 menceritakan bahwa Amek sedang
bersedih karena melihat teman-temannya bermain dengan kuda. Sedangkan Amek
hanya dapat memandang mereka dari kejauhan. Akan tetapi, kakak Amek, Minun,
membawa kembali kuda Amek yang telah dibawa orang akibat perbuatan ayahnya
sendiri. Barulah Amek terlihat semangat dan dengan segera menunggang kuda
miliknya.
Dalam cerita ini, sejalan dengan ciri teori gestalt, yaitu pehamanan
dipengaruhi oleh pengalaman belajar atau dipengaruhi kemampuan dasar. Amek
yang dengan segeranya ia menunggang kuda menunjukkan bahwa ia telah
memiliki kemampuan dasar dalam menunggang kuda. Demikianlah teori gestalt
yang terjadi pada penggalan cerita ini.

3. Teori Belajar Sosial


a. Pengertian Teori Belajar Sosial
Pada intinya, teori belajar sosial adalah teori yang berusaha menjelaskan
sosialisasi dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian. Teori belajar
sosial memandang pembentukann kepribadian individu sebagai respon atas
stimulus sosial. Ia menekankan bahwa identitas individu bukan hanya merupakan
hasil alam bawah sadarnya, melainkan juga karena respon individu tersebut atas
ekspektasi-ekspektasi orang lain. Perilaku dan sikap seseorang tumbuh karena
dorongan atau peneguhan dari orang-orang sekitarnya.
b. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Sosial
Menurut Bandura, ada enam prinsip teori belajar sosial, yaitu:
1. Prinsip faktor-faktor yang saling menentukan
8

Prinsip pertama menyatakan bahwa perilaku, berbagai faktor pada pribadi


seseorang, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada lingkunagan orang
tersebut , secara bersama-sama saling bertindak sebagai penentu atau
penyebab yang satu terhadap lainnya.
2. Kemampuan membuat atau memahami simbol/tanda/lambang.
3. Kemampuan berfikir ke depan.
4. Kemampuan untuk seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami orang
lain.
5. Kemampuan mengatur diri sendiri.
6. Kemampuan untuk berefleksi.9
Teori belajar sosial juga merupakan belajar dari mengamati (observational
learning) perilaku orang lain. Karakteristik dari teori belajar sosial, yang terbukti
sangat penting dan efisien adalah seseorang dapat belajar dengan cara
memperhatikan model beraksi dan membayangkan seolah-olah ia sebagai
pengama, mengalami sendiri apa yang dialami oleh model tersebut. Yang disebut
model adalah orang-orang yang perilakunya dipelajari atau ditiru oleh orang lain.
Proses pembelajaran lewat pengamatan terhadap model adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan model
2. Mengingat
3. Produksi
4. Motivasi
Karakteristik yang kedua adalah generalisasi, atau luasnya cakupan di mana
seseorang dapat menerapkan penilaian terhadap kemampuan pribadinya. Jika rasa
percaya atas kemampuan diri seorang anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
sekolahnya mencakup semua bidang pelajaran disekolahnya, maka ia akan yakin
bahwa ia akan dapat menyelesaikan tugas apapun yang diwajibkan oleh sekolah,
baik matematika, fisika, bahasa maupun hafalan.
Karakterikstik yang ketiga adalah kekuatan, atau seberapa kokoh keyakinan
akan kemampuan diri dalam hal-hal tertentu. Jika siswa memiliki keyakinan yang
kokoh akan keterampilan atau penguasaan akan suatu kemampuan maka ia tidak

9
Op.cit., Udin S. Winataputra, dkk., hlm. 4,6-4,9.
9

akan mudah terpengaruh oleh kegagalan-kegagalan kecil yang dialaminya. Lain


halnya jika keyakinan akan kemampuan diri itu lemah.
c. Analisa Film Berdasarkan Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial umumnya adalah belajar dengan adanya hubungan timbal
balik antara perilaku, bahavior, dan kejadian-kejadian yang ada pada lingkungan.
Belajar sosial adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan,
penguasaan dan dalam kasis proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain.
Dalam film ini pada menit ke 01:03:59 detik, si Minun yang dikenal sebagai anak
yang pintar dan rajin belajar diajak oleh temannya ke bukit untuk naik ke atas
pohon yang sering disebut dengan pohon cita-cita bersama teman-temannya yang
lain. Akan tetapi, Minun menolak ajakan temannya karena Minun sedang belajar
untuk persiapan ujian nasional. Hal ini sejalan dengan prinsip teori belajar sosial
yang kelima yang ada di dalam buku Teori Belajar dan Pembelajaran karya Udin
S. Winataputra, dkk., bahwa prinsip yang kelima itu adalah “kemampuan
mengatur diri sendiri”. Prinsip ini berfungsi untuk mengendalikan perilaku
mereka sendiri. Seberapa giat kita bekerja dan belajar, berapa jam kita tidur,
bagaimana kita bersikap di muka umum, apakah kita mengerjakan tugas
perkuliahan kita dengan teratur, apakah kita menerapkan strategi, metode ataupun
teknik pembelajaran yang telah kita pelajari untuk mengajarkan mata pelajaran
yang menjadi tanggung jawab kita adalah contoh perilaku yang dapat Anda
kendalikan.10
Dan pada menit ke 01:05:20 detik, Amek yang dikenal sebagai anak yang
sudah tidak lulus ujian nasional tahun lalu dan seorang anak yang jahil,
termotivasi dengan beberapa anak Indonesia yang menang dalam perlombaan
olimpiade fisika. Salah satunya seorang anak dari Mataram yang mampu
menciptakan charger handphone di sepatu. Oleh sebab itu, Amek pun memiliki
keinginan untuk ikut lomba seperti mereka juga. Dalam cerita ini sejalan dengan
karakteristik teori belajar sosial yaitu memperhatikan model dan
termotivasi.11Amek yang mulanya memperhatikan anak-anak Indonesia yang
menang pada olimpiade fisika, kini ia pun akan mengikuti lomba seperti anak-
anak pintar yang lainnya.
10
Ibid., hlm. 4,9.
11
Ibid.
10

4. Teori Belajar Kognitif


a. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.
kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,
melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain,
kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.12
Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai
pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan
lingkungan psikologisnya merupakan faktor-faktor yang kait mengait. Teori ini
dkembangkan berdasarkan tujuan yang melatarbelakangi perilaku, cita-cita, cara-
cara, dan bagaimana seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha
untuk mencapai tujuan dirinya. Setiap pengertian yang diperoleh dari memahami
diri sendiri dan lingkungannya disebut insight.
Menurut teori ini insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan
pada beberapa situasi yang sama atau hampir sama. Insight adalah pemahaman
seseorang terhadap suatu situasi secara mendalam. Jadi, Insight merupakan inti
pemahaman. Dengan kata lain, pada mulanya pemahaman terhadap sesuatu terjadi
dengan melihat hubungan antara bagian-bagian yang terpisah, kemudian pada
akhirnya timbul pemahaman tentang hubungan antarkomponen yang dilihat.
Tujuan dari teori ini adalah:
1. Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-
orang pada ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan
situasi psikologisnya.
2. Membantu gutu memahami untuk memahami orang lain, terutama
muridnya, dan membantu dirinya sendiri.
3. Mengkontruksi prinsip-prinsip ilmiah yang dapat diterapkan dalam kelas
dan untuk mengahasilkan prosedur yang memungkinkan belajar menjadi
produktif.

12
Op.cit., Makmun Khairani, hlm. 45.
11

4. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai


pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diridan
lingkungannya merupakan faktor yang saling berkaitan.

b. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif


Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir,
perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.
2. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada
akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang
tampak, seperi menyelesaikan tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga
harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.
3. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama
dan tidak tetap dari waktu ke waktu.
c. Analisa Film Berdasarkan Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif umumnya merupakan sebuah teori yang dikaitkan dengan
proses belajar. Prinsip teori kognitif adalah bahwa setiap orang dalam bertingkah
laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat
perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri atau dengan kata lain, aspek
kognitif pada teori ini mempersoalkan masalah bagaimana orang memperoleh
pemahaman mengenai diri sendiri dan lingkungannya. Dalam film ini pada menit
ke 26:00 menceritakan bahwa SDN 08 tempat Amek menuntut ilmu sedang
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, Amek dan kawan-kawan
sekelasnya malah di hukum oleh gurunya karena dianggap telah merusak kursi
guru. Seorang guru mengancam bahwa jika tidak ada yang mengaku di antara
mereka yang telah merusaknya, maka mereka semua satu kelas tidak boleh untuk
mengikuti ulangan. Tetapi kemudian, Amek mengacungkan tangannya dan
mengakui bahwa dia-lah yang telah merusak kursi guru tersebut. Amek pun
disidang dan ia telah mengaku dengan jujur bahwa bukan Amek-lah yang merusak
kursi tersebut. Amek berpura-pura mengaku karena ia berpikir bahwa teman-
temannya yang lain ingin mengikuti ulangan.
12

Hal ini sejalan dengan aspek teori belajar kognitif di mana aspek kognitif
tersebut mempersoalkan masalah bagaimana orang memperoleh pemahaman
mengenai diri sendiri dan lingkungannya. Pada cerita ini, Amek telah melakukan
teori kognitif yang mana teori kognitif ini berlaku pada proses belajar (berpikir)
siswa. Amek berfikir jika tidak ada yang mengakui masalah tersebut, maka
mereka sekelas tidak akan ikut ulangan. Proses Amek berpikir terhadap situasi
itulah yang menyebabkan terjadinya teori belajar kognitif. Proses ini sejalan
dengan salah satu prinsip teori belajar kognitif, yaitu belajar merupakan peristiwa
mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan
masalah dan kesadaran.13 Disini tampaklah bagaimana teori belajar tersebut
digunakan dalam sebuah film.

13
Op.cit., Udin S. Winataputra, dkk., hlm. 3.9.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Film Serdadu Kumbang merupakan sebuah film yang penuh dengan
inspiratif.
2. Dalam film Serdadu Kumbang terdapat beberapa teori belajar yang bisa di
analisis menurut pemahaman penulis, yaitu teori belajar behaviorisme, teori
belajar gestalt, teori belajar sosial, dan teori belajar kognitif.
3. Berdasarkan analisis film, maka dapat dipahami bahwa teori belajar
behaviorisme adalah interaksi terjadi karena adanya stimulus dan respon.
Teori gestalt adalah seseorang paham karna telah memiliki kemampuan dasar.
Sedangkan teori belajar sosial adalah teori belajar dengan memperhatikan
model kemudian ia memahami dan meniru model tersebut. Dan teori belajar
kognitif yaitu mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman
mengenai dirinya dan lingkungannya serta bagaimana ia berhubungan dengan
lingkungan secara sadar.

B. Saran
Penulis menyadari mungkin pembahasan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi pemahaman penulis dalam menyajikan analisis film ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Belajar, Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Winataputra, S. Udin dan Paulina Pannen. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Universitas Terbuka.
Kinf, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sari, Annisa Ratna. 2012. Modul Teori Belajar, Prinsip-Prinsip Belajar dam
Media Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Putrayasa, Ida Bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksha Press.

14

Anda mungkin juga menyukai