(Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran)
DAFTAR ISI............................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Deskripsi Film.................................................................................. 2
a. Identitas Film............................................................................... 2
b. Sinopsis Film............................................................................... 2
B. Analisa Film Berdasarkan Teori Belajar.......................................... 3
a. Teori Belajar Behaviorisme......................................................... 3
b. Teori Belajar Gestalt.................................................................... 6
c. Teori Belajar Sosial..................................................................... 7
d. Teori Belajar Kognitif..................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur
pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak peserta didik.
Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia
masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari makhluk
hidup lainnya.
Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang
bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang
dan telah menghasilkan beragam teori. Dengan adanya teori-teori tentang
pembelajaran akan memudahkan pendidik untuk memahami bagaimana
proses belajar itu terjadi. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis
sebuah film yang berjudul ”Serdadu Kumbang” berdasarkan teori
behaviorisme, teori gestalt, teori social learning, dan teori kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi film Serdadu Kumbang?
2. Bagaimana analisa film berdasarkan teori belajar behaviorisme, teori
gestalt, teori social learning, dan teori kognitif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi film Serdadu Kumbang.
2. Untuk mengetahui analisa film berdasarkan teori-teori belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Film
1. Identitas Film
1
Judul Film : Serdadu Kumbang
Jenis Film : Drama Keluarga
Produser : Ari Sihasale
Distributor : Alenia Pictures
Penulis : Jeremias Nyangoen
Sutradara : Ari Sihasale
Tanggal Rilis : 16 Juni 2011
Durasi : 105 menit
Negara : Indonesia
2. Sinopsis Film
Tahun lalu, murid-murid di hampir seluruh indonesia banyak yang tidak
lulus ujian nasional. Berbekal pengalaman itu, guru-guru SD dan SMP 08
semakin memperketat sistem belajar dan mengajar. Namun penegakan
kedisplinan yang kaku, menimbulkan dampak bagi murid-murid yang masih
dalam usia pertumbuhan. Paling tidak bagi Amek, Acan dan Umbe.
Amek adalah salah satu murid dari kesekian banyak murid SDN 08 yang
tidak lulus ujian tahun lalu. Sebetulnya Amek adalah anak yang baik, namun
sifatnya yang introvert, keras hati dan cenderung jahil, membuat ia sering
dihukum oleh guru-gurunya disekolah. Sebaliknya Minun kakaknya, ia duduk
di bangku SMP dan selalu juara kelas. Ia juga sering menjuarai lomba
matematika sekabupaten. Sederet piala dan sertifikat berjejer di ruang tamu
mereka. Minun adalah ikon sekolah, kebanggaan keluarga dan masyarakat.
Minun dan Amek tinggal bersama ibunya, Siti, di desa Mantar. Suatu desa
yang terletak di puncak bukit, jauh dari perkotaan. Suami Siti, Zakaria, sudah
tiga tahun bekerja di Malaysia tetapi tidak pernah pulang, apalagi mengirimkan
mereka uang. Di luar desa indah yang tertata rapi itu, ada sebuah pohon yang
2
3
tidak begitu tinggi namun letaknya persis di bibir tebing, menghadap ke laut lepas.
Orang kampung sekitar menyebutnya pohon cita-cita. Pohon itu memang unik,
hampir setiap dahan diikat tali yang menjulur ke bawah karena ujungnya diberi
pemberat. Secarik kertas bertuliskan nama seseorang berikut cita-citanya, dan
dimasukkan ke dalam botol berwarna-warni hingga pohon cita-cita itu terlihat
begitu indah.
Minun sangat menyayangi Amek, bukan saja karena adiknya itu tidak
lulus ujian tahun lalu, lebih dari itu, Amek memiliki kekurangan lair, bibirnya
sumbing dan sering menjadi bahan lelucon teman-temannya. Namun di balik
kekurangan yang di miliki, Tuhan memberikan Amek banyak kelebihan, salah
satunya ia mahir berkuda. Sering orang bertanya, apa cita-cita kelak? Amek
tidak pernah menjawabnya, bahkan jika gurunya yang bertanya sekalipun.
Amek takut kalau orang-orang akan mentertawakannya. Ia sadar betul,
kekurangan yang ia miliki telah menjauhkan dari cita-citanya.
Amek, Acan, Umbe, Minun dan anak-anak sekolah Mantar sangat dekat
dengan Guru Imbok, guru favorit. Dia yang paling mengerti keinginan anak
muridnya. Dan pada bagian akhir film ini, Amek dan semua teman sekolahnya
bersama Bu Guru Imbok merayakan keberhasilan mereka di ujian nasional
dengan melepaskan kumbang-kumbang yang digantungi kertas bertuliskan
cita-cita mereka.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang diberikan
guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan siswa
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.2
Teori behaviorisme menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai
respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. dengan kata lain,
perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan
diukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-
orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik.3
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori belajar behaviorisme
merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus (rangsangan)
dan respons, yaitu proses manusia untuk memberikan respons tertentu
berdasarkan stimulus yang datang dari luar.
b. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behaviorisme
1) Law of effect, yaitu bila hubungan antara stimulus dengan respon terjadi
dan diikuti dalam keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat.
2) Spread of effect, yaitu reaksi emosional yang emosional yang mengiringi
kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi
kepuasan mendapat pengetahuan baru.
3) Law of exercise, yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat
dengan latihan dan penguasaan.
4) Law of readiness, yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf telah siap
berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubungan itu
akan memuaskan.
5) Law of primacy, yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama
akan sulit digoyahkan.
2
Ida Bagus Putrayasa, Landasan Pembelajaran, (Bali: Undiksha Press, 2013), hlm. 42.
3
Laura A. King, Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2010), hlm. 15.
5
6
Ibid.
6
Teori belajar Gestalt ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan
dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang
pengamatan dan problem solving. Istilah Gestalt sendiri merupakan istilah bahasa
Jerman yang sukar dicari teremahannya dalam bahasa-bahasa lain. Arti Gestalt
bisa bermacam-macam sekali, yaitu “form”, “shape” (dalam bahasa Inggris) atau
bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas. Terjemahannya dalam bahasa
Inggris pun bermacam-macam antara lain shape psychology, configurationism,
whole psychology, dan sebagainya.7
Karena adanya kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para
sarjana di seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah Gestalt tanpa
menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.
Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight”
yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar
bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan.8
b. Ciri-Ciri Teori Belajar Gestalt
Menurut Ernest Hilgard ada enam ciri dari teori belajar Gestalt ini, yaitu:
1. Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar.
2. Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu yang relevan.
3. Pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi, sebab insight itu hanya
mungkin terjadi apabila situasi belajar itu diatur sedemikian rupa sehingga
segala aspek yang perlu dapat diamati.
4. Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba, sebab insight bukanlah hal
yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan adalah hal yang
harus dicari.
5. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, jika suatu problem yang telah
dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepada peserta didik
yang bersangkutan, maka dia dengan langsung dapat memecahkan
problem itu lagi.
6. Suatu pemahaman dapat diaplikasikan atau dipergunakan bagi pemahaman
situasi lain.
7
Makmun Khairani, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 67.
8
Ibid.
7
9
Op.cit., Udin S. Winataputra, dkk., hlm. 4,6-4,9.
9
12
Op.cit., Makmun Khairani, hlm. 45.
11
Hal ini sejalan dengan aspek teori belajar kognitif di mana aspek kognitif
tersebut mempersoalkan masalah bagaimana orang memperoleh pemahaman
mengenai diri sendiri dan lingkungannya. Pada cerita ini, Amek telah melakukan
teori kognitif yang mana teori kognitif ini berlaku pada proses belajar (berpikir)
siswa. Amek berfikir jika tidak ada yang mengakui masalah tersebut, maka
mereka sekelas tidak akan ikut ulangan. Proses Amek berpikir terhadap situasi
itulah yang menyebabkan terjadinya teori belajar kognitif. Proses ini sejalan
dengan salah satu prinsip teori belajar kognitif, yaitu belajar merupakan peristiwa
mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan
masalah dan kesadaran.13 Disini tampaklah bagaimana teori belajar tersebut
digunakan dalam sebuah film.
13
Op.cit., Udin S. Winataputra, dkk., hlm. 3.9.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Film Serdadu Kumbang merupakan sebuah film yang penuh dengan
inspiratif.
2. Dalam film Serdadu Kumbang terdapat beberapa teori belajar yang bisa di
analisis menurut pemahaman penulis, yaitu teori belajar behaviorisme, teori
belajar gestalt, teori belajar sosial, dan teori belajar kognitif.
3. Berdasarkan analisis film, maka dapat dipahami bahwa teori belajar
behaviorisme adalah interaksi terjadi karena adanya stimulus dan respon.
Teori gestalt adalah seseorang paham karna telah memiliki kemampuan dasar.
Sedangkan teori belajar sosial adalah teori belajar dengan memperhatikan
model kemudian ia memahami dan meniru model tersebut. Dan teori belajar
kognitif yaitu mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman
mengenai dirinya dan lingkungannya serta bagaimana ia berhubungan dengan
lingkungan secara sadar.
B. Saran
Penulis menyadari mungkin pembahasan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi pemahaman penulis dalam menyajikan analisis film ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Winataputra, S. Udin dan Paulina Pannen. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Universitas Terbuka.
Kinf, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pengantar Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sari, Annisa Ratna. 2012. Modul Teori Belajar, Prinsip-Prinsip Belajar dam
Media Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Putrayasa, Ida Bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Bali: Undiksha Press.
14