Cidera Otak
Cidera Otak
PENATALAKSANAANNYA
Oleh: Agus Turchan
SMF Bedah Saraf RSU Dr. Soetomo
Surabaya
Pendahuluan
Dengan kemajuan industrialisasi serta peningkatan sarana transportasi dan
mobilisasi manusia, barang dan jasa dari satu tempat ketempat lain tetapi tidak diimbangi
pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang cukup memadai serta kepatuhan
terhadap peraturan berkendara dari pengguna jalan, berakibat tingginya angka cidera
kepala, yang setiap tahun cenderung meningkat. Hal ini masih diperparah dengan
kurangnya ketrampilan dan pemahaman mengenai penanganan cidera kepala dari tenaga
medis/paramedis yang akan berakibat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas,
sehingga salah satu cara untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas adalah
dengan meningkatkan pengetahuan tenaga medis/paramedis dalam penanganan pertama
terhadap cidera kepala. Dalam 3 dekade terakhir ini telah ditemukan alat bantu diagnostik
cidera otak dan komplikasinya yang modern dan tidak invasive mulai dari CT Scan (
Computerized Tomography Scanning ), MRI ( Magnetig Resonance Imaging ) dengan
segala program variant , sampai PET ( Positron Emission Tomography ) , obat-obatan
yang lebih toleran terhadap cidera otak serta peralatan perawatan neuro-intensive yang
lebih canggih, menjadikan penanganan cidera otak lebih komplek dan spesialistik.
Walaupun demikian penanganan awal yang baik dapat mengurangi resiko terjadinya
cidera otak sekunder.
Dynamic loading
Gaya mengenai kepala terjadi secara cepat (kurang dari 50 milidetik), gaya yang
bekerja pada kepala dapat secara langsung (Impact injury) ataupun gaya tersebut bekerja
tidak langsung (Accelerated-decelerated injury), mekanisme cidera kepala dynamic
loading ini paling sering terjadi.
3. Fraktur depresi
Secara definisi yang disebut fraktur depresi apabila fragmen dari fraktur masuk
rongga intrakranial minimal setebal tulang fragmen tersebut, berdasarkan pernah
5. Komosio serebri
Secara definisi komosio serebri adalah gangguan fungsi otak tanpa adanya kerusakan
anatomi jaringan otak akibat adanya cidera kepala. Sedangkan secara klinis didapatkan
penderita pernah atau sedang tidak sadar selama kurang dari 15 menit, disertai sakit
kepala, pusing, mual-muntah adanya amnesi retrogrde ataupun antegrade. Pada
pemeriksaan radiologis CT Scan : tidak didapatkan adanya kelainan.
6. Kontusio serebri
Secara definisi kontusio serebri didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak akibat
adanya kerusakan jaringan otak, secara klinis didapatkan penderita pernah atau sedang
tidak sadar selama lebih dari 15 menit atau didapatkan adanya kelaianan neurologis
akibat kerusakan jaringan otak seperti hemiparese/plegi, aphasia disertai gejala mual-
muntah, pusing sakit kepala, amnesia retrograde/antegrade, pada pemeriksaan CT Scan
didapatkan daerah hiperdens di jaringan otak, sedangkan istilah laserasi serebri
menunjukkan bahwa terjadi robekan membran pia-arachnoid pada daerah yang
mengalami contusio serebri.yang gambaran pada CT Scan disebut "Pulp brain "
Edema serebri
Adalah penambhan air pada jaringan otak/ sel-sel otak, pada kasus cidera kepala terdapat 2
macam edema serebri :
- Edema serebri vasogenik
- Edema serebri sitostatik
"Sekunder insult"
Adalah kondisi penderita yang bertambah buruk akibat terjadinya cidera otak sekunder
karena terjadinya kesalahan penanganan oleh tenaga medis/paramedis misal : - Saat
transportasi tidak dipasang infus sehingga terjadi shock, ataupun tidak dilakukan
penanganan airway sehingga terjadi hipoksia, sekunder insult dapat terjadi di dalam rumah
sakit (paling sering) maupun saat diluar rumah sakit
Ad 2. Reaksi verbal
Reaksi verbal Nilai
Komunikasi verbal baik, jawaban tepat 5
Bingung, disorientasi waktu, tempat dan ruang 4
Dengan rangsangan nyeri keluar kata-kata 3
Keluar suara tapi tak berbentuk kata-kata 2
Tidak keluar suara dengan rangsangan apapun 1
Ad 3. Reaksi motorik
Reaksi motorik Nilai
Mengikuti perintah 6
Melokakisir rangsangan nyeri 5
Menarik tubuhnya bila ada rangsangan nyeri 4
Reaksi fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri 3
Reaksi ekstensi abnormal dengan rangsangan nyeri 2
Tidak ada gerakan dengan rangsangan nyeri 1
Berdasarkan GCS maka cidera kepala dapat dibagi menjadi 3 gradasi yaitu :
- Cidera kepala derajad ringan, bila GCS : 13 – 15.
- Cidera kepal derajad sedang, bila GCS: 9 – 12.
- Cidera kepala derajad berat, bila GCS kurang atau sama dengan 8
Pada penderita yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan misal oleh karena aphasia, maka
reaksi verbal diberi tanda "X", atau oleh karena kedua mata edema berat sehingga tidak
dapat di nilai reaksi membuka matanya maka reaksi membuka mata diberi nilai "X",
sedangkan jika penderita dilakukan tracheostomy ataupun dilakukan intubasi maka reaksi
verbal diberi nilai " T "
Indikasi CT Scan
- Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak menghilang setelah
pemberian obat-obatan analgesia/ anti muntah
- Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapatnya lesi
intrakranial dibandingkan dengan kejang general
- Penurunan GCS lebih 1 point dimana faktor-faktor ekstracranial telah
disingkirkan (karena penurunan GCS dapat terjadi karena misal terjadi shock,
febris, dll)
- Adanya lateralisasi
- Adanya Fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misal fraktur
depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.
- Luka tembus akibat benda tajam dan peluru
- Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS
- Bradikardia (Denyut nadi kurang 60 X/menit)
2. GCS < 13
- Posisi terlentang kepala miring kekiri dengan diberi bantal tipis (head up 15 –
300) hal ini untuk memperbaiki venous return sehingga tekanan intra kranial
turun.
- Beri masker Oksigen 6 – 8 liter/menit
- Atasi hipotensi, usahakan tekanan sistolok diatas 100mmHg, jika tidak ada
perbaikan dapat diberikan vasopressor.
- Pasang infus D5% 1/2 saline 1500 – 2000 cc/24 jam atau 25 – 30 CC/KgBB
/24 jam
- Pada penderita dengan GCS < 9 atau diperkirakan akan memerlukan perawatan
yang lebih lama maka hendaknya dipasang maagslang ukuran kecil (12 Fr)
untuk memberikan makanan, yang dimulai pada hari I dihubungkan dengan
500 CC Dextrose 5% gunanya pemberian sedini mungkin adalah untuk
menghindari atrophi villi usus, menetralisasikan asam lambung yang biasanya
sangat tinggi pH nya (stress ulcer), menambah energi yang tetap dibutuhkan
sehingga tidak terjadi metabolisme yang negatip, pemberian makanan melalui
pipa lambung ini akan ditingkatkan secara perlahan-lahan samai didapatkan
volume 2000 CC/ 24 jam dengan kalori 2000 Kkal., keuntungan lain dari
pemberian makanan peroral lebih cepat pada penderita tidak sadar antara laian :
- Mengurangi translokasi kuman di dinding usus halus dan usus besar
- Mencegah normal flora usus masuk kedalam system portal
- Sedini mungkin penderita dilakukan mobilisasi untuk menghindari terjadinya
statik pneumonia atau dekubitus dengan cara melakukan miring kekiri kan
kanan setiap 2 jam
- Pada penderita yang gelisah harus dicari dulu penyebabnya tidak boleh
langsung diberikan obat penenang seperti diazepam karena dapat menyebabkan
masking efek terhadap kesadarannya dan terjadinya depresi pernafasan. Pada
penderita gelisah dapat terjadi karena:
- Nyeri OK :- fraktur
- kandung seni yang penuh
- tempat tidur yang kotor
Observasi
Observasi pada kasus cidera kepala adalah kemauan dari paramedis/medis untuk mencari
komplikasi dini/lanjut dari cidera kepala tersebut seperti adanya intrakranial hematom.
Jadi hal-hal yang perlu di observasi meliputi faktor-faktor ekstrakranial serta adanya
tanda-tanda dari adanya lesi massa intrakranial.
Tanggal:
Jam Tensi Nadi RR Suhu GCS Lat Cairan
Masuk Keluar
Lain-lain yang perlu dicatat adalah kalau penderita mengalami muntah-muntah, sakit
kepala yang terus menerus, jadi perubahan yang ditemukan harus dicatat dan dilaporkan
untuk keperluan tindakan diagnostik ataupun terapeutik.
6 jam pasca cidera kepala penderita harus dilakukan observasi tiap 15 menit sedangkan
pada 6 jam berikutnya tiap 30 menit dan sisanya sampai 48 jam dilakukan observasi tiap 1
jam.
Tidak semua penderita dapat dilakukan perawatan di Rumah sakit didaerah oleh karena
keterbatasan dari sarana, prasaranaserta tenaga ahli Bedah / Bedah Saraf, jadi indikasi
untuk merujuk penderita adalah untuk alasan diagnostik :
- Penderita yang memerlukan CT Scan:
- Adanya lateralisasi Untuk diagnostik lebih lanjut dengan CT Scan
- Penderita kontusio serebri selama perawatan 3 hari, tidak ada perubahan dari
GCS
- Curiga terjadinya lesi massa intrakranial yang memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut (CT Scan)
1. Bajamal AH, Darmadipura, HM, Kasan HU: Pedoman penanganan cidera kepala dan
cidera tulang belakang. IKABSI, Surabaya 1993.
2. Genarelli TA, Meaney DF: Mechanism of primary head injury in Wilkins RH
Rengachary SS (eds) Neurosurgery 2nd edition, Vol II; 1996: 2611 - 22.
3. Levin LS, Barwick WJ. Scalp injury. In Wilkin RH & Rengachary SS (eds) 2nd, Vol II,
1996: 2727 - 38.
4. Turner DA: Neurological evaluation of patient with head trauma: Coma scale. In
Wilkin RH, Rengachary SS (eds) Neurosurgery 2nd edition, Vol II; 1996: 2267 - 74