SKENARIO
SKENARIO
OLEH :
KELOMPOK A
Sugiarti Sunusi
Elioenai
Widya Zalsabila
Reski Amalia
Istiqomah Suci N
Veronika Runtung
FAKULTAS KEDKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
SKENARIO
Seorang laki-laki, 40 tahun (berat badan 60kg),dibawa ke klinik karena sesak napas.
Sesak sejak 2 jam yang lalu disertai mengi dan batuk berdahak. Riwayat penyakit dahulu : alergi
makanan,serangan asma 2 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah 110/70
mmHg, RR28 x/menit, suhu 37 C, frekuensi nadi 100x/menit. Auskultasi paru: ekspirasi
memanjang; wheezing pada kedua lapang paru. Auskultasi jantung dalam batas normal. Saturasi
O2 90%.
A. Identitas
Nama : Tuan N
Umur :40 th
BB : 60 kg
B. Keluhan
Utama : Sesak napas disertai mengi dan batuk berdahak
C. RPD
Alergi makanan
Serangan asma dua minggu yang lalu
D. Pemeriksaan Fisik
TD : 110/70 mmHg
RR : 28 kali/menit
Suhu : 37 derajat celcius
HR : 100 kali/menit
Auskultsi paru : Ekspirasi memanjang, weezing, dan jantung batas normal.
Saturasi : oksigen 90%
F. Curah Pendapat
Tujuan Terapi
1. Melebarkan saluran napas
2. Mengencerkan mukos
3. Mengontrol frekuensi asma
4. Mengobati serangan akut
5. Mengatasi alergi
Obat Terapi
Golongan obat bronkodilator
3. Simpatomimetik
- B2 Agonis (Saba,Laba)
SABA LABA
Salbutamol Salmenterol
Metaproterenol Formoterol
Albuterol
Pirbuterol
Isoproterenol
1. Kortikosteroid
2. Cromolin
3. Omalizumab
4. Antagonist Leukoprotein
◦ Montelukast
◦ Zafirlukast
P-drug
Cromolin 7 7
Omalisumab 8 6 2
Montelukast 7 8
Zafirlukast 8 7 5
Metaproterenol
Sebagai B agonist, maka metaproterenol sangat berguna sebagai bronchodilator. Kerjanya akan
efektif pada 15-30 menit setelah waktu pemakaian dan akan bertahan Selama 3-4 jam, namun
akan lebih lama apabila pemicu episode telah teratasi. Walau demikian, Efek Samping yang
ditimbulkan juga cukup besar. Hal ini dikarenakan selain pada B2, metaproterenol juga
menstimulasi B1 untuk bekerja yang kemudian akan berdampak pada kerja jantung, dalam hal
ini inotropik dan kronotropik positif.
Pada pasien, diberikan dalam sediaan metered dose inhaler yang akan bekerja lebih efektif
dikarenakan kerjanya yang spesifik sehingga efek samping sistemik yang ditimbulkan akan lebih
sedikit dan kerja dari obat menjadi lebh cepat. Apabila pasien telah memiliki nebulizer, maka
diberikan sediaan yang telah diencerkan dengan saline dengan dosis yang lebih tinggi daripada
penggunaan MDI, tetapi tidak bekerja lebih efektif daripada MDI.
Efek sampng :
• Takikardia
• Sakit kepala
• Gugup
• Mual
• Getaran
• Susah tidur
Efek samping, kebanyakan muncul pada penggunaan oral, pada pasien diberikan terapi melalui
inhalasi maka efek samping di atas, maupun yang belum dituliskan akan berdampak pada pasien
seminimal mungkin
ISOPROTERENOL
Obat ini juga dikenal sebagai isopropilnorepinefrin, isopropilarterenol dan isoprenalin,
merupakan amin simpatomimetik yang kerjanya paling kuat pada semua reseptor β, dan hampir
tidak bekerja pada reseptor α.
a. Mekanisme Kerja
Farmakodinamika
Isoproterenol tersedia dalam bentuk campuran resemik. Infus isoproterenol pada manusia
menurunkan resistensi perifer, terutama pada otot rangka, tetapi juga pada ginjal dan
mesenterium, sehingga tekanan diastolic menurun. Curah jantung meningkat karena efek
inotropik dan kronotropik positif langsung dari obat.pada dosis isoproterenol yang biasa
diberikan pada manusia, peningkatan curah jantung umumnya cukup besar untuk
mempertahankan atau meningkatkan tekanan sistolik, tetapi tekanan rata – rata menurun. Efek
isoproterenol terhadap jantung menimbulkan palpitasi, takikardia, sinus dan aritmia yang lebih
serius.
Isoproterenol melalui aktivasi reseptor β2, menimbulkan relaksasi hampir semua jenis otot
polos. Efek ini jelas terlihat bila tonus otot tinggi, dan paling jelas pada otot polos bronkus dan
saluran cerna. Isoproterenol mencegah atau mengurangi bronkokonstriksi. Pada asma, selain
menimbulkan bronkodilatasi, isoprotorenol juga menghambat penglepasan histamine dan
mediator – mediator inflamasi lainnya.akibat reaksi antigen-antibodi, efek ini juga dimiliki
oleh β2-agonis yang selektif. Efek hiperglikemik isoproterenol lebih lemah dibandingkan dengan
epinefrin, antara lain karena obat ini menyebabkan sekresi insulin melalui aktivasi reseptor
β2 pada sel – sel beta pancreas tanpa diimbangi dengan efek terhadap reseptor α yang
menghambat sekresi insulin. Isoproterenol lebih kuat dari epinefrin dalam menimbulkan efek
penglepasan asam lemak bebas dan efek kalorigenik.
b. Indikasi
Digunakan pada kejang bronchi ( asma ) dan sebagai stimulant sirkulasi darah.
c. Kontraindikasi
Pasien dengan penyakit arteri koroner menyebabkan aritmia dan serangan angina.
d. Efek samping
Efek samping yang umum berupa palpitasi, takikardi, nyeri kepala dan muka merah.
Kadang – kadang terjadi aritmia dan serangan angina, terutama pada pasien dengan penyakit
arteri koroner. Inhalasi isoproterenol dosis berlebih dapat menimbulkan aritmia ventrikel yang
fatal.
PRIBOTEROL
1. EficacyPirbuterol :
2. Efeksamping :
Gugup, Getaran, Sakitkepala, Mual, Palpitasi, Takikardia, Mulutkering, Diare, Batuk,
Kelemahan, Sakit dada, Ruam, Pusing, Sakitpunggung, Kantuk, Kelelahan, Suaraserak,
Hidungtersumbat, Muntah, Sakitperut, Alopecia, Anoreksia, Kegelisahan.
3. Suitability :Dilakukandenganinhalasiatauinjeksi,
carainhalasilebihdisukaidaripadasubkutanatauintravenakarenadapatmenghindaririsikonye
ridankegelisahanpadapasien.
Formoterol
Adalah agonist β2 reseptor dan berperan sebagai bronkodilator tapi bisa juga menjadi anti
inflamasi, hiper-responsivitas jalan napas berarti inflamasi jalan napas karena itu obat anti
inflamasi seperti steroid inhalasi sangat penting. Formoterol termasuk dalam Long acting β2
agonist. Formoterol diberikan secara inhalasi 2x sehari dan mempunyai waktu kerja selama 2-3
jam.
Efek samping :
Harga : Rp241.000
Salmeterol
1. Eficacy Salmeterol
Salmeterol merupakan golongan bronkodilator. Obat ini bekerja dengan cara memperlebar
saluran udara di paru-paru, sehingga udara dapat mengalir keluar masuk paru-paru dengan
lancar. Dengan begitu, gejala-gejala seperti sesak napas, mengi, batuk, dan lainnya bisa
berkurang.
2. Efek samping
mual, muntah, berkeringat, gatal-gatal, gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir,
lidah, atau tenggorokan, atau merasa seperti Anda akan pingsan.
3. Sultability
Salmeterol juga sering digunakan untuk mengatasi penyumbatan aliran udara pada sejumlah
penyakit, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), emfisema, bronkitis kronis, dan
bronkospasme (penyempitan saluran napas). Obat ini juga berfungsi mencegah agar kondisi-
kondisi di atas tidak menjadi semakin parah.
4. Cost : 270/pcs
Epinefrin
Efficacy
Safety
Krn penggunaan jangka panjang dapt menyebabkn hipertensi dan bisa terjadi shock.
Sultability
Cost
13.000/ampul
Ephedrine
Dengan mekanisme tersebut, efedrin digunakan untuk beberapa indikasi. Pertama, efedrin dapat
digunakan untuk obat asma, sebagai bronkodilator (pelega saluran nafas) karena ia bisa
mengaktifkan reseptor beta adrenergik yang ada di saluran nafas. Pengobatan asma tradisional
atau jaman dulu masih banyak menggunakan efedrin dalam racikannya, namun obat ini mulai
banyak ditinggalkan karena efek sampingnya yang cukup besar. Sifatnya yang tidak selektif di
mana dapat mengaktifkan reseptor alfa adrenergik pada pembuluh darah perifer dapat
menyebabkan efek vasokonstriksi atau penciutan pembuluh darah, yang bisa berakibat naiknya
tekanan darah.
Namun di sisi lain, efeknya sebagai vasokonstriktor ini juga digunakan sebagai mekanisme obat
dekongestan (melegakan hidung tersumbat). Diketahui, ketika hidung tersumbat, terjadi
pelebaran pembuluh darah pada pembuluh2 kapiler sekitar hidung. Karena itu, efedrin yang
bersifat menciutkan pembuluh darah bisa berefek melegakan hidung tersumbat. Hal yang sama
terjadi pada pseudo-efedrin. Namun karena pertimbangan keamanan, efedrin sudah jarang
dipakai dalam komponen obat flu sebagai pelega hidung tersumbat. Sebaliknya, yang banyak
digunakan adalah pseudoefedrin. Mekanisme aksi pseudoefedrin mirip efedrin, tapi aktivitasnya
pada beta-adrenergik lebih lemah. Pseudoefedrin menunjukkan selektivitas yang lebih besar
untuk reseptor adrenergik alfa yang terdapat pada mukosa hidung dan afinitas rendah pada
reseptor adrenergik yang ada di sistem saraf pusat ketimbang efedrin.
Di samping manfaatnya, tentu saja efedrin tidak bebas dari efek samping. Karena itulah obat ini
sudah tidak terlalu banyak digunakan lagi, kecuali oleh dokter-dokter yang masih mendasarkan
peresepannya pada pengetahuannya di masa lalu.
- kecemasan,
- gemetar,
- pusing,
- Sakit kepala ringan,
- gastrointestinal distress (misalnya kram perut),
- insomnia,
- denyut jantung tidak teratur,
- jantung berdebar-debar,
- peningkatan tekanan darah,
- stroke,
- kejang,
- psikosis,
- lekas marah dan
- agresi.
Dengan demikian, efedrin tidak boleh digunakan oleh siapa saja dengan penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, riwayat penyakit jantung dari setiap jenis, penyakit kardiovaskular
stroke atau lainnya, depresi, kecemasan, bipolar, asidosis metabolik, diabetes mellitus atau
jika salah satu efek samping tercantum di atas terjadi secara berulang.
Ipratropium
eficasy
Efek terapi ipratropium bromide berupa efek antikolinergik (parasimpatolitik) yang menghambat
refleks vagal melalui mekanisme antagonis asetilkolin (neurotransmiter yang dilepaskan pada
neuromuscular junction di paru). Efek antikolinergik dihasilkan dengan cara mencegah
terjadinya peningkatan cyclic Guanosine Monophospate (cGMP) yang menyebabkan terjadinya
interaksi antara asetilkolin dengan reseptor muskarinik pada sel otot polos bronkus. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya dilatasi pada saluran bronkus. lama kerjanya 3-6 jam, dam efek
bronkodilasi dapat dipertahankan dengan pemberian dosis 3 kali sehari.
Safety
Walaapun tidak menimbulkan efek saping secara sistemik tapi dapat menimbulkan efek lokal
yang sangat banyak antra lain
Efek samping lainnya dari penggunaan ipratropium bromide adalah sebagai berikut:
Secara umum, dapat menyebabkan terjadinya sakit kepala, nyeri, influenza, hingga nyeri
dada
Pada sistem gastrointestinal dapat menyebabkan timbulnya mual dan penurunan nafsu
makan, hingga konstipasi.
Pada saluran napas atas, dapat menyebabkan timbulnya infeksi saluran napas atas, seperti
faringitis, sinusitis, hingga rhinitis
Pada saluran napas bawah, dapat menyebabkan timbulnya bronkhitis, dispnea, batuk,
pneumonia, hingga bronkospasme
Terjadinya reaksi alergik seperti urtikaria, angioedema dari lidah, bibir, wajah, hingga
spasme laring dan reaksi syok anafilaktik
Pada sistem oftalmologik, dapat menyebabkan glaukoma, nyeri mata, midriasis
Pada sistem kardiologi, dapat menyebabkan infark miokard, penyakit jantung iskemik,
aritmia, penyakit kardiovaskular organik berat
Pada sistem endokrinologi, dapat menyebabkan hipotiroid, feokromositoma
Efek samping lain berupa peningkatan tekanan intraokular, hipertrofi prostat, obstruksi
saluran kemih, hypokalemia, cystic fibrosis, gangguan motilitas saluran cerna
Suitability
Golongan obat ini sangat cocok dengan kondisi pasien dalam skenario yang
membutuhkan waktu yang cepat untuk mengurangi frekuensi asma
Cost
Rp 195.000 (20 ml )
Theophylline
Theophylline adalah obat dengan fungsi untuk mengobati dan mencegah napas pendek
dan kesulitan bernapas yang disebabkan oleh penyakit paru-paru, misalnya, asma, emfisema,
bronkitis kronis).
Teofilin termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai xanthines. Ia bekerja di saluran udara
dengan merelaksasi otot-otot, membuka saluran udara untuk meningkatkan pernapasan, dan
meredakan iritasi paru-paru.
Dosis awal: 5 mg / kg dosis awal (pasien tidak menerima Theophylline atau aminofilin).
Dosis pemeliharaan: untuk orang dewasa sehat yang tidak merokok: 10 mg / kg / hari. Jangan
melebihi 900 mg / hari.
Untuk perokok sehat: 16 mg / kg / hari.
Pasien dengan gagal jantung bawaan atau cor pulmonale: 5 mg / kg / hari. Jangan melebihi 400
mg / hari.
A. Oksigen
Pada serangan asma segera berikan oksigen untuk mencapai kadar saturasi oksigen >
B. Agonis beta-2
Dianjurkan pemberian inhalasi dengan nebuliser atau dengan IDT dan spacer yang
menghasilkan efek bronkodilatasi yang sama dengan cara nebulisasi, onset yang cepat, efek
samping lebih sedikit dan membutuhkan waktu lebih singkat dan mudah di darurat gawat.
Pemberian inhalasi ipratropium bromide kombinasi dengan agonis beta-2 kerja singkat
aminofilin. Kombinasi tersebut menurunkan risiko perawatan di rumah sakit dan perbaikan
faal paru (APE dan VEP1). Alternatif pemberian adalah pemberian injeksi (subkutan atau
monitoring). Alternatif agonis beta-2 kerja singkat injeksi adalah epinefrin (adrenalin)
intravena dengan dosis 5-6 mg/ kg BB/ bolus yang diberikan dengan dilarutkan dalam larutan
NaCL fisiologis 0,9% dengan perbandingan 1:1. Pada penderita yang sedang menggunakan
mempertahankan kadar aminofilin dalam darah, pemberian dilanjutkan secara drip dosis 0,5-
C. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik diberikan untuk mempercepat resolusi pada serangan asma
Pemberian agonis beta-2 kerja singkat inhalasi pada pengobatan awal tidak
memberikan respons
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan oral atau intravena, pemberian oral lebih disukai
karena tidak invasif dan tidak mahal. Pada penderita yang tidak dapat diberikan oral karena
400 mg hidrokortison atau ekivalennya adalah adekuat untuk penderita dalam perawatan.
oral (prednison) dapat dilanjutkan sampai 10-14 hari. Pengamatan menunjukkan tidak
bermanfaat menurunkan dosis dalam waktu terlalu singkat ataupun terlalu lama sampai
D.Antibiotik
Tidak rutin diberikan kecuali pada keadaan disertai infeksi bakteri (pneumonia, bronkitis
akut, sinusitis) yang ditandai dengan gejala sputum purulen dan demam. Infeksi bakteri yang
sering menyertai serangan asma adalah bakteri gram positif, dan bakteri atipik kecuali pada
keadaan dicurigai ada infeksi bakteri gram negatif dan bahkan anaerob seperti sinusitis,
bronkiektasis atau penyakit paru obstruksi kronik (1). Antibiotik pilihan sesuai bakteri
penyebab atau pengobatan empiris yang tepat untuk gram positif dan atipik yaitu makrolid,
golongan kuinolon dan alternatifnya yaitu amoksisilin/ amoksisilin dengan asam klavulanat
(1,3).