Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang (sumbu panjang
janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. sumbu
panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak
lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara kemudian akan berubah menjadi posisi
longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Di Inggris letak lintang oblik
dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil. Kelainan pada janinini termasuk
dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Angka kejadian
letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakan
diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan
ultrasonografi. Insiden pada wanita dengan paritas tingggi mempunyai kemungkinan
10 kali lebih besar dari nullipara. Dengan ditemukannya letak lintang pada
pemeriksaan antenatal. Sebaliknys diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala
dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek baik
terhadap ibu maupun janinnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan rupture uteri, juga sering terjadi
adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstrasi untuk melahirkan
janin. Berdasarkan uraian diatas maka kami perlu menguraikan permasalahan dan
penatalaksanaan pada kehamilan dengan letak lintang (Prawirohardjo, Sarwono,
2009)

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Uum
Setelah melaksanakan praktek klinik lapangan, mahasiswi mampu
menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan letak lintang, sehingga dapat
memperluas, memperbanyak pengetahuan dan keterampilan mengenai asuhan
kebidanan.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
Dengan disusunnya asuhan kebidanan ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dan pengkajian data pada ibu
hamil dengan letak lintang
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada ibu hamil
dengan letak lintang
3. Mahasiswa dapat mengidentfikasi diagnosa dan masalah potensial pada
ibu hamil dengan letak lintang
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu hamil
dengan letak lintang
5. Mahasiswa dapat mengembangkan rencana tindakan pada ibu hamil
dengan letak lintang
6. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada ibu
hamil dengan letak lintang
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ibu
hamil dengan letak lintang

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan


2.1.1 Pengertian
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan. Bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi bik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan normal adalah pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan,
letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala,
keseimbangan diameter bayi dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri
(Muchtar, 2008).
2.1.2 Etiologi
Menurur Muchtar (2008) beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan
adalah meliputi :
1. Teori penurunan hormone
Pada 1-2 minggu sebelum persalinan mulai terjadi penurunan kadar hormone
estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
kontraksi rahim bila kadar progesterone menurun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Dengan semakin tuanya plasenta akan menyebakan turunnya kadar esterogen dan
progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan
menyebakan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
4. Teori iritasi mekanik

3
Di belakang serviks terletak ganglion servikale. Bila ganglion ini di geser dan
ditekan misalnya oleh kepala bayi akan timbul kontraksi rahim.
5. Induksi partus
Dengan jalan ganggang laminaria, amniotomi, oksitosin drip dan SC (Muchtar,
2009).
2.1.3 Fisiologi Persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori-teori yang kompleks.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan
mulai dan berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormone progesterone
dan erterogen. Progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya
kadar hormone ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar protagladin
meningkat menimbulkan kontraksi miometrium. Keadaan uterus yang membesar
menjadi tegang mengakibatkan persalinan (Sarwono, 2009)
2.1.4 Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :
1. Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan serviks sampai terjadi
pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks disebabkan oleh his persalinan
atau kontraksi.
Tanda dan gejala kala 1 :
a. His mulai teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
b. Penipisan dan pembukaan serviks
c. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lender bercampur darah
Kala 1 dibagidalam 2 fase
a. Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, biasanya
berlangsung gingga 8 jam.
b. Fase aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya meningkat, serviks
membuka dari 4 cm ke 10 cm. Biasanya kecepatan 1 cm atau lebih per jam
hingga pembukaan lengkap dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.

2. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Wanita hendak buang air besar karena tekanan pada
rectum. Perinium menonjol dan menjadi besar karena anus membuka. Labia
menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.
Tanda dan gejala kala II :

4
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Perinium terlihat menonjol
c. Ibu merasakan makin meningkatnya tekakan pada rectum dan
atau vagina
d. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
e. Peningkatan pengeluaran lender dan darah
3. Kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahir bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai dengan
lahirnya plasenta.
Penatalaksanaan aktif pada kala III membantu menghindarkan terjadinya
perdarahan pasca salin.
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah tib-tiba
4. Kala IV
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat. Kontraksi ini tidak diikuti oleh
interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk
thrombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukkan thrombus terjadi
penghentian pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu
saat menyusui bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise
posterior.
Selama 2 jam pasca salin :
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan. Jika
ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih
sering.

Tabel 2.1 Lama persalinan pada primigravida dan multigravida :

PRIMIGRAVIDA MULTIGRAVIDA

Kala I 10-12 jam 6-8 jam

KalaII 1-2 jam 1 jam

Kala III 10 menit 10 menit

Kala IV 12-14 jam 8-10 jam

Menurur Muchtar (2009)


2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

5
1. Power : His dan tenaga mengejan
2. Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan
3. Passanger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban
4. Provider : dokter atau bidan yang merupakan tenaga terlatih
dalam bidang kesehatan
(Sarwono, 2009).
2.1.6 Mekanisme Persalinan
1. Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian
depan janin terhadap jalan lahir. Hipomoklion adalah titik putar atau pusat
pemutaran.
2. Mekanisme Persalinan letak belakang kepala
a. Engagement
Adalah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter parietal) melalui
PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira-
kira 36 minggu, sedangakan pada multigrafida pada kira-kira 38 minggu,
kadang-kadang baru pada permulaan palsu. Engagement lengkap terjadi bila
kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala
tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah terfixer dalam
panggul. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan
bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura
sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus.

b. Descensus = Penurunan
Adalah penurunan kepala lebih lanjut ke dalam panggul.
Faktor-faktor yang mempengaruhi descensus :
 Tekanan air ketuban
 Dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin
 Kontraksi oto-otot abdomen
 Ekstensi badan janin
c. Fleksi
Adalah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga lingkar
kepala menjadi mengecil (suboksipito bregmatikus 9,5 cm). Fleksi terjadi
pada wakti kepala terdorong his ke bawah kemudian menemui jalan lahir.
Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapatkan
dorongan, maka kepala bergerak menekan ke bawah.
d. Putar Paksi Dalam (internal rotation)
Adalah berputaranya oksipur kea rah depan, sehingga ubun-ubun kecil berada
di bawah sympisis (HIII).
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
 Perubahan arah bidang PAP dan PBP
 Bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulat dan lonjong.
e. Defleksi

6
Adalah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hal ini ialah lengkungan panggul
sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi,
maka kepal akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar
(hypomoclion) di bawah sympisis sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
f. Putar Paksi Luar
Adalah berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan sumbu badan
(arahnya sesuai dengan punggung bayi).
g. Ekspulsi
Lahirnya seluruh badan bayi
(Muchtar, 2009)

2.2 Konsep Letak Lintang


2.2.1 Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala di sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
Letak lintang merupakan salah satu malpresentantasi janin yang dapat
menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam presentasi. Letak lintang merupakan
keadaan yang berbahaya kerana besarnya kemungkinan resiko kegawatdaruratan pada
proses persalinan (Sarwono, 2009)
2.2.2 Etiologi
1. Dinding abdomen teregang secara berlebihan disebabkan oleh kehamilan
multiparitas dengan paritas 4 atau lebih.
2. Faktor lain yang mendukung terjadinya letak lintang yaitu kehamilan
ganda, polihydramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus
yang besar.
3. Janin premature
4. Panggul sempit dan tumor di daerah panggul
5. Kelaianan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus
(Sarwono, 2009)
2.2.3 Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat di duga hanya dengan inspeksi dan
palpasi. Uterus tampak lebih lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga
sedikit di atas umbilicus sehingga lehih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilannya.

7
Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu fossa
iliaka dan bokong pada fossa iliaka lain, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bahu
sudah turun ke dalam panggul. Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul, pada
pameriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba,
arah menutupnya menunjukan letak dimana kepala janin berada.
Denyut janjtung janin dapat ditemukan di sekitar umbillikus (Muchtar, 2009).
2.2.4 Prognosa
Letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya
untuk ibu maupun anak. Biarpun lahir spontan anaknya lahir mati.
Bahaya yang terbesar ialah rupture uteri yang spontan atau traumatis karena
versi dan ekstraksi.Selain dari itu sering terjadi infeksi karena partus lama. Sebab
kematian bayi ialah prolapsus fueniculi dan asphiksia karena kontraksi rahim terlalu
kuat.
Juga tekukan leher yang kuat dapat menyebabkan kematian. Prognosa bayi
sangat tergantung pada saatnya pecah ketuban. Selama ketuban masih utuh bahaya
bagi bayi dan ibu tidak seberapa, maka kita harus berusaha supaya ketuban selama
mungkin utuh. Karena jika ketuban pecah :
1. Dapat terjadi letak lintang kasep kalau pembukaan lengkap
2. Anak dapat mengalami asfiksia karena peredaran darah plasenta kurang
3. Tali pusar dapat menumbung
4. Bahaya infeksi bertambah
(Sarwono, 2009)
2.2.5 Komplikasi
Letak lintang merupakan keadaan malpresentasi yang paling berat dan dapat
menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi akan bertambah
berat jika kasus letak lintang telambat didiagnosa. Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi,
pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan pos partum, ruptur uteri,
kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu. Pada janin, dapat terjadi
prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus umbilikus,
maserasi, asfiksia hingga kematian janin (Sarwono, 2009).
2.2.6 Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya
diusahakan menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi
luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam
panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi
luar berhasil, janin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali,
ibu dianjurkan memakai korset dan dikakukan pemeriksaan antenatal ulang untuk

8
menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini sehingga apabila
terjadi perubahan letak, segara dapat ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada
permulaan persalinan masih dapat diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi
presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang darii 4 cm dan ketuban belum
pecah.
Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaikknya segera
dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut :
1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik sehingga
pada primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi
lengkap
2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra uteri
pada waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.
3. Pada primigravida versi ekstrasi sulit dilakukan
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung beberapa
faktor.Apabila riwayat obsterti yang bersangkutan baik, tidak didapat kesempitan
panggul, dan janin tidak seberapa besar dapat ditunggu dan melakukan versi ekstraksi.
Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu
meneran dan bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan
terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban pecah,
tetapi tidak ada prolapsus funikuli maka bergantung tekanan dapat ditunggu sampai
pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstrasi atau mengakhiri persalinan
dengan seksio sesaria. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu
guna mengetahui apakah pembukaan terjadi dengan lancer atau tidak. Versi ekstrasi
dapat pula dilakukan pada kehamilan kembar, apabila setelah bayi pertama lahir,
ditemukan bayi ke dua berada dalam letak lintang.
Pada letak lintang kasep, bagian janin terandah tidak dapat didorong ke atas dan
tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin dan
dinding uterus. Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi. Berhubung
adanya bahaya rupture uteri, letak lintang kasep merupakan kontraindikasi mutlak
melakukan versi ekstrasi. Bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesaria
dengan segera.
Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam
merupakan metode dimana salah satu tangan penolong masuk melalui serviks yang
telah membuka dan menarik salah satu atau kedua tungkai janin ke arah bawah.
Umumnya versi dalam dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal

9
di dalam kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam keadaan
tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan oleh penolong yang
kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat dilakukan untuk kasus janin letak
lintang yang masih hidup untuk mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri.
Namun, pada kasus letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan
risiko perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria
(Muchtar, 2009).

2.3 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


2.3.1 Pengkajian Data
Pada pengkajian data yang perlu dikaji adalah tanggal, jam, tempat pengkajian.
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-2, usia kehamilan ± 9 bulan, anak
pertama meninggal, ibu mengeluh perutnya mules dan disarankan oleh dokter
untuk operasi karena posisi bayinya letak lintang.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis dan
TBC, penyakit menahun seperti jantung, ginjal, maupun penyakit menurun
seperti hipertensi, diabetes melitus, maupun asma.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, hepatitis dan
TBC, penyakit menahun seperti jantung, ginjal, maupun penyakit menurun
seperti hipertensi, diabetes melitus, maupun asma.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita menular seperti HIV/AIDS, hepatitis
dan TBC, penyakit menahun seperti jantung, ginjal, maupun penyakit menurun
seperti hipertensi, diabetes melitus, maupun asma.
6. Riwayat menstruasi
Menarche : ……. tahun
Siklus : ……. hari
Lama : ……. Hari
Banyaknya :
Keluhan :
HPHT :
HPL :

10
7. Riwayat pernikahan
Menikah : ….. kali
Lama : ….. tahun
Umur menikah : ….. tahun
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

A
Kehamilan Persalinan Anak
SI
No Nifas
H. Pnl B Umu
UK Pnylt Jenis Pnylt Sex
Ke g B r

1. I A B O R T U S

2. H A M I L I N I

9. Riwayat kehamilan sekarang


Trimester I : ibu mengatakan periksa 1 kali di dokter dengan keluhan mual
muntah, terapi Vitamin B6, BC
Trimester II : ibu periksa di dokter 2 kali, tidak ada keluhan, terapi Fe, Kalk
Trimester III : ibu periksa di dokter SpOG 1 kali, tidak ada keluhan (ingin
USG)
10. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB sebelumnya.
11. Pola kebiasaan sehari-hari

Pola Sebelum MRS Saat MRS


Makan 3x/hari, porsi 1 Ibu sedang puasa
piring terdiri dari nasi,
sayur, dan lauk-pauk
Nutrisi
(tempe 1 potong dan 1
ikan). Minum 6-7 gelas
sehari.
BAB 2x/hari warna BAB belum
BAK terpasang cateter
kuning kecoklatan
Eliminasi
BAK 4-5 x/hari warna dengan 500 cc urin
kuning jernih
Mandi 2x/hari, cuci Ibu belum di seka
rambut 3x seminggu,
Kebersihan ganti baju 2x/hari, ganti
celana dalam bila terasa
basah.
Istirahat malam 6-7 jam Ibu hanya tidur diatas
Istirahat
sering terbangun. tempat tidur.

11
12. Riwayat Psikososial, spiritual
1. Psikologis
Ibu merasa cemas karena akan menjalankan operasi.
2. Sosial
Hubungan Ibu dengan anggota keluarg dan tetangga baik.
3. Budaya
Ibu dan suami berasal dari suku Jawa, tidak ada pantangan makanan dalam
keluarga.
4. Spiritual
Ibu taat menjalankan ibadahnya.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
K/U :
Kesadaran :
TTV
TD :
Nadi :
Suhu :
RR :
BB :
TB :
Lila :
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala&rambut : warna rambut, ada kutu atau tidak, rontok atau tidak,
ada ketombe atau tidak
Wajah : bentuk muka, pucat atau tidak, odema atau tidak,
hiperpigmentasi
Mata : simetris atau tidak, warna konjungtiva dan sklera,
reflek pupil
Hidung : bersih, simetris atau tidak, ada atau tidak pernafasan
cuping hidung, ada atau tidak polip
Mulut : bibir simetris atau tidak, kering atau tidak, ada atau
tidak pembesaran kelenjar tonsil, ada sekret atau tidak
Telinga : simetris atau tidak, bersih, ada serumen atau tidak
Leher : bersih, ada pembesaran vena jugularis atau tidak
Dada : bentuk dada, ada retraksi dinding dada atau tidak
Payudara : simetris, puting susu menonjol atau tidak, kolostrum
keluar atau tidak, areola mamae mengalami
hiperpigmentasi atau tidak
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan, ada luka bekas
operasi atau tidak
Genetalia : labia mayora minora lengkap atau tidak, ada keputihan
abnormal atau tidak

12
Ekstremitas atas : jumlah jari, warna kuku
Ekstremitas bawah : jumlah jari, warna kuku
b. Palpasi
Kepala : ada atau tidak benjolan abnormal dan nyeri tekan
Leher : ada atau tidak pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Payudara : ada atau tidak benjolan abnorman dan nyeri tekan
Abdomen : membesar sesuai usia kehamilan
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah PX, teraba bulat, keras
melenting (kepala) diatas sebelah kiri
Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba panjang, keras dan
tahannya kuat (punggung)
Leopold III : tidak teraba
Leopold IV : tidak dilakukan
Ekstremitas atas : ada odema atau tidak, turgor kulit
Ekstremitas bawah : ada odema atau tidak, turgor kulit

13
c. Auskultasi
Dada : irama jantung, ada bunyi ronchi dan wheezing atau
tidak
Abdomen : DJJ :
Bising usus:
d. Perkusi
Abdomen : Kembung atau tidak
Reflek patella :
3. Pemeriksaan penunjang
Plano test :
2.4.2 Indentifikasi Diagnosa/Masalah
Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
Ds : Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-2, usia kehamilan ± 9
bulan, anak pertama meninggal, ibu mengeluh perutnya mules
dan disarankan oleh dokter untuk operasi karena posisi bayinya
letak lintang.
Do : KU :
Kesadaran :
TTV
TD : mmHg
Nadi : x/menit
Suhu : ⁰C
RR : x/menit
BB : kg
TB : cm
Lila : cm
Palpasi

Leopold I :

Leopold II :

Leopold III :

14
2.4.3 Identifikasi Masalah Potensial
- Potensial terjadi infeksi
- Potensial terjadi gawat janin

2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Kolaborasi dengan dokter SpOG.

2.4.5 Intervensi
Tanggal :
Jam :
Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mengerti
dengan penjelasan petugas dan bersedia dirawat di RS
Kriteria hasil : - ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan bisa mengulangi
penjelasan yang telah disampaikan
- ibu bersedia di rawat di RS
TTV dalam batas normal
TD :
N :
S :
RR :
Hb :
Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga
R/ pasien dan keluarga lebih kooperatif dalam melaksanakan tindakan.
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu
R/ sebagai deteksi dini adanya komplikasi dan parameter keadaan ibu.
3. Jelaskan hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan pada
keluarga
R/ pasien diharapkan akan mengerti, tahu serta dapat bekerja sama dengan petugas
kesehatan.
4. Menjelaskan dan memberikan inform consent untuk persiapan
operasi
R/ ibu mengerti dan member persetujuan untuk dilakukan operasi
5. Berikan dukungan emosional pada ibu
R/ memberi dukungan emosional pada ibu berguna untuk mengklasifikasikan rasa
cemas

15
6. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
R/ agar ibu tidak kelelahan
7. Memberitahu ibu untuk puasa minimal 6 jam sebelum operasi
R/ untuk mengurangi efek anastesi
8. Lakukan kolaborasi dengan tim OK
R/ Persiapan alat, bahan dan ruangan OK
9. lakukan prosedur pre op
R/ persiapan sebelum operasi
10. Kolaborasi dengan dr SpOG untuk mendapat terapi
R/ agar penanganan lebih cepat dan tepat

2.4.6 Implementasi
Tanggal :
Jam :
Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
1. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga terlebih dahulu,
memperkenalkan diri kepada pasien untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan oleh petugas kesehatan.
2. Melakukan pemeriksaan pada ibu meliputi keadaan umum dan TTV.
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
K/U :
Kesadaran :
TTV
TD :
N :
S :
RR :
Memberikan inform consent pada ibu dan keluarga untuk meminta persetujuan
bahwa akan dilakukan operasi.
5. Menganjurkan ibu untuk puasa minimal 6 jam sebelum operasi untuk mengurangi
efek anastesi.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg, tim OK, untuk melakukan operasi.
7. Melakukan prosedur pre operasi pasang infuse RL grojok III flash, pasang cateter
dan skirent, skin test ampicilin.
8. Kolaborasi dengan dr SpOG untuk mendapatkan terapi.

2.4.7 Evaluasi
Tanggal :
Jam :
Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
S : Berisi data subyektif ibu hamil

16
O : Berisi data obyektif ibu hamil
A : Berisi diagnosa ibu hamil
P : Berisi penatalaksaan yang dilakukan pada ibu hamil

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU HAMIL
NY “I” GIIP0000Ab100 UK 38 MINGGU JANIN T/H/IU INPARTU KALA II
DENGAN INDIKASI LETAK LINTANG
DI RSUI MADINAH KASEMBON

3.1 PENGKAJIAN DATA


Tanggal : 17 Februari 2016
Jam : 20.00 WIB
Tempat : RSUI Madinah Kasembon
No. Reg : 03-10-31
A. Data Subyektif
a. Biodata
Nama Ibu : Ny “I” Nama Suami : Alm. Tn “E”
Umur : 19 tahun Umur : 44 tahun
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kasreman Alamat : Kasreman
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-2, usia kehamilan ± 9 bulan, anak
pertama meninggal, ibu mengeluh perutnya mules dan disarankan oleh dokter
untuk operasi karena posisi bayinya letak lintang.
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit menular (TBC, hepatitis),
penyakit menurun (DM, hipertensi), penyakit menahaun (penyakit ginjal,
penyakit jantung).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular
(TBC, hepatitis), menurun (DM, hipertensi) maupun menahun (penyakit
ginjal,penyakit jantung).

e. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis),
menurun (DM, hipertensi), ataupun menahun (penyakit ginjal, penyakit jantung).
f. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Silkus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : ganti pembalut 2-3x/hari
Keluhan :-

18
HPHT : 28-05-2015
HPL : 05-03-2016
g. Riwayat Pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama : 3 tahun
Umur menikah : 16 tahun
h. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

A
Kehamilan Persalinan Anak
SI
No Nifas
H. Pnl B Umu
UK Pnylt Jenis Pnylt Sex
Ke g B r

1. I A B O R T U S

2. H A M I L I N I

i. Riwayat Kehamilan Sekarang


Trimester I : ibu mengatakan periksa 1 kali di dokter dengan keluhan mual
muntah, terapi Vitamin B6, BC
Trimester II : ibu periksa di dokter 2 kali, tidak ada keluhan, terapi Fe, Kalk
Trimester III : ibu periksa di dokter SpOG 1 kali, tidak ada keluhan (ingin
USG)
j. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB sebelumnya.

19
k. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Sebelum MRS Saat MRS
Makan 3x/hari, porsi 1 Ibu sedang puasa
piring terdiri dari nasi,
sayur, dan lauk-pauk
Nutrisi
(tempe 1 potong dan 1
ikan). Minum 6-7 gelas
sehari.
BAB 2x/hari warna BAB belum
BAK terpasang cateter
kuning kecoklatan
Eliminasi
BAK 4-5 x/hari warna dengan 500 cc urin
kuning jernih
Mandi 2x/hari, cuci Ibu belum di seka
rambut 3x seminggu,
Kebersihan ganti baju 2x/hari, ganti
celana dalam bila terasa
basah.
Istirahat malam 6-7 jam Ibu hanya tidur diatas
Istirahat
sering terbangun. tempat tidur.

l. Keadaan Psikososial-Spiritual
1. Psikologis
Ibu merasa cemas karena akan menjalankan operasi.
2. Sosial
Hubungan Ibu dengan anggota keluarg dan tetangga baik.
3. Budaya
Ibu dan suami berasal dari suku Jawa, tidak ada pantangan makanan dalam
keluarga.
4. Spiritual
Ibu taat menjalankan ibadahnya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
K/U : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
S : 36,5 0C

20
RR : 20 x/mnt
BB sebelum hamil : 46 kg
BB saat hamil : 53 kg
TB : 148 cm
LILA : 23 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala & rambut : Warna hitam, bersih, gelombang, tidak rontok, tidak
ada benjolan/hematoma
Wajah : Muka ovale, tidak ada oedema,
cloasma gravidarum (+)
Muka : Konjungtiva tampak merah muda, sklera putih tidak
ikterus, tidak terdapat perdarahan pada mata
Mulut & gigi : Bersih, tidak ada caries gigi dan tidak tampak
stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid.
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : terlihat membesar sesuai usia kehamilannya, tidak
ada luka bekas operasi, ada linea alba dan nigra, ada
striae livide dan albican.
Genetalia : Tidak ada varies, tidak ada oedema
Ektremitas : Tidak ada odema, turgor kulit baik, simetris, tidak
ada varises
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal.
Payudara : Tidak ada benjolan abnormal
Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan
tiroid
Abdomen
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah PX, teraba bulat, keras
melenting (kepala) diatas sebelah kiri
Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba panjang, keras dan
tahannya kuat (punggung)
Leopold III : tidak teraba
Leopold IV : tidak dilakukan
c. Auskultasi

21
Dada : Tidak terdengar Ronchi dan Wheezing
Abdomen : Bising usus normal, DJJ (134 kali/menit)
d. Perkusi
Reflek Patella : +/+
e. Pemeriksaan Penunjang
USG (+) janin dalam posisi letak lintang.
Pemeriksaan Lab : Hb : 10,2 gr%
Leokosit : 15.400 /mm2
Eritrosit : 2870.000 mm2

LED : 49 mm/jam
Trombosit : 525.000 sel/ml
Gol darah :O

3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
Ds : Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-2, usia kehamilan ± 9
bulan, anak pertama meninggal, ibu mengeluh perutnya mules
dan disarankan oleh dokter untuk operasi karena posisi bayinya
letak lintang.
Do : K/U : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
BB sebelum hamil : 46 kg
BB saat hamil : 53 kg
TB : 148 cm
LILA : 23 cm
Palpasi
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah PX,
teraba bulat, keras melenting
(kepala) diatas sebelah kiri
Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba
panjang, keras dan tahannya
kuat (punggung)

22
Leopold III : tidak teraba
Leopold IV : tidak dilakukan
3.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
- Potensial terjadi infeksi
- Potensial terjadi gawat janin
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpOG.
3.5 INTERVENSI
Tanggal : 17 Februari 2016
Jam : 20.00 WIB
Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu mengerti
dengan penjelasan petugas dan bersedia dirawat di RS
Kriteria hasil : - ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan bisa mengulangi
penjelasan yang telah disampaikan
- ibu bersedia di rawat di RS
- TTV dalam batas normal
TD : Normal 100/70-130/90 mmHg
N : Normal 70-90 x/menit
S : Normal 36,5-37,50 C
RR : Normal 16-24x/menit
Hb : 11,0 – 16,5 gr/dl
Intervensi
10. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga
R/ pasien dan keluarga lebih kooperatif dalam melaksanakan tindakan.
11. Lakukan pemeriksaan pada ibu
R/ sebagai deteksi dini adanya komplikasi dan parameter keadaan ibu.
12. Jelaskan hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan pada
keluarga
R/ pasien diharapkan akan mengerti, tahu serta dapat bekerja sama dengan
petugas kesehatan.
13. Menjelaskan dan memberikan inform consent untuk persiapan
operasi
R/ ibu mengerti dan member persetujuan untuk dilakukan operasi
14. Berikan dukungan emosional pada ibu
R/ memberi dukungan emosional pada ibu berguna untuk mengklasifikasikan
rasa cemas
15. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
R/ agar ibu tidak kelelahan
16. Memberitahu ibu untuk puasa minimal 6 jam sebelum operasi
R/ untuk mengurangi efek anastesi
17. Lakukan kolaborasi dengan tim OK

23
R/ Persiapan alat, bahan dan ruangan OK
18. lakukan prosedur pre op
R/ persiapan sebelum operasi
10. Kolaborasi dengan dr SpOG untuk mendapat terapi
R/ agar penanganan lebih cepat dan tepat

3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 17 Februari 2016
Jam : 20.10 WIB
Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
4. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga terlebih dahulu,
memperkenalkan diri kepada pasien untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan oleh petugas kesehatan.
5. Melakukan pemeriksaan pada ibu meliputi keadaan umum dan TTV.
6. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
K/U : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
DJJ: 134 kali/menit
4. Memberikan inform consent pada ibu dan keluarga untuk meminta persetujuan
bahwa akan dilakukan operasi.
5. Menganjurkan ibu untuk puasa minimal 6 jam sebelum operasi untuk mengurangi
efek anastesi.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg, tim OK, untuk melakukan operasi.
7. Melakukan prosedur pre operasi pasang infuse RL grojok III flash, pasang cateter
dan skirent, skin test ampicilin.
8. Kolaborasi dengan dr SpOG untuk mendapatkan terapi.

3.7 EVALUASI
Tanggal : 17 Februari 2016
Jam : 20.10 WIB
Dx : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU inpartu kala II
dengan indikasi Letak Lintang
S : ibu mengatakan telah mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan siap dialkukan operasi.

24
O : keadaan ibu
K/U : cukup
Kesadaran : composmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,50 C
RR : 20 x/menit
DJJ : 134 kali/menit
A : Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin tunggal/hidup/intra
uterin pre SC dengan indikasi Letak Lintang
P : - Mengantarkan pasien ke ruang operasi
- Kolaborasi dengan dr SpOG dan kru OK untuk tindakan
operasi.

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang (sumbu panjang
janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Sebab-sebab
yang terpenting terjadinya letak lintang adalah dinding perut yang kendur seperti pada
multipara, kesempitang panggul, plasenta previa, prematuritas, kelainan bentuk rahim,
kehamilan ganda, polihidramnion.
Pada inspeksi nampak bahwa perut melebar ke samping dan fundus uteri rendah
dari biasa. Pada palpasi fundus uteri maupun bagian terbawah rahim kosong
sedangkan bagian-bagian besar teraba di samping fossa iliaka.
Bahaya yang terbesar ialah rupture uteri yang spontan atau traumatis karena
versi dan ekstrasi. Selain itu sering terjadi infeksi, karena partus lama. Sebab kematian
bayi adalah prolapsus foeniculi dan asphyxia karena kontraksi rahim terlalu kuat. Jika
ketuban sudah pecah, versi luar sangat tidak dianjurkan karena dapat memperburuk
keadaan janin dan keadaan ibu.
Pada kasus Ny.”I” ibu mengatakan ketubannya sudah pecah dan setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TFU 28 cm namun tidak teraba bagian janin.
LII teraba kepala janin di fossa iliaka dan bokong di sisi lainnya. LIII juga kosong.
Sehingga dapat ditarik diagnosa Ny “I” GIIP0000Ab100 UK 38 minggu janin T/H/IU
inpartu kala II dengan indikasi Letak Lintang.
Dari kasus Ny.”I” tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, karena
asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.”I” sudah sesuai dengan teori yang ada.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala di sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
Letak lintang merupakan salah satu malpresentantasi janin yang dapat
menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam presentasi. Letak lintang merupakan
keadaan yang berbahaya kerana besarnya kemungkinan resiko kegawatdaruratan pada
proses persalinan
Letak lintang adalah letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya
untuk ibu maupun anak. Biarpun lahir spontan anaknya lahir mati.

5.2 Saran
1. Untuk Mahasiswa
Dalam pengumpulan data mahasiswa harus melakukan komunikasi yang baik
dengan ibu dan keluarga
a. Dalam pengambilan kasus mahasiswa harus menguasai teori terlebih
dahulu
b. Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada kasus
yang sama maupun pada kasus yang lain
2. Untuk Institusi
Diharapkan dengan asuhan kebidanan ini bisa sebagai evaluasi untuk
meningkatkan mutu pendidikan mengingat Askeb ini masih banyak
kekurangannya.
3. Bagi Lahan Praktek
a. Semoga dengan adanya asuhan kebidanan ini bisa bermanfaat bagi lahan
praktek untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit
b. Petugas kesehatan harus mengikuti perkembangan klien dengan Letak
lintang supaya mengetahui masalah baru yang mungkin muncul supaya dapat
memberikan asuhan kebidanan dengan baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Karrer, Helen, 2009. Perawatan Maternitas. EGC, Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus, 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. EGC, Jakarta.

Mochtar, Rustam, 2008. Sinopsis Obstetri. EGC, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. YBP – SP, Jakarta

Pusdiknakes. 2007. Buku Asuhan Antenata. WHO, JHPIEGO, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai