Kelompok SIA 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di
simpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk
physical pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam
proses,dan kemudian barang jadi (Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak
perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan.
Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajement persediaan
yang baik itu sangatlah penting disatu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi
biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan ditangan. Dipihak lain, konsumen
akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan
harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan
konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis system perencanaan dan
pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus
menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal
ini diterapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan. Kemudian
manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Persediaan!
2. Bagaimana Metode Pencatatan Persediaan?
3. Bagaimana Sistem dan Prosedur yang Terkait dengan Sitem Akuntansi
Persediaan?
4. Bagaimana Prosedur Pencatatan Produk Jadi?
5. Bagaimana Prosedur Pencatatan Harga Pokok-Produk Jadi yang Dijual?
6. Bagaimana Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi yang Diterima
Kembali dari Pembeli?
7. Bagaimana Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses?
8. Bagaimana Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli?

1
9. Bagaimana Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan
Kepada Pemasok?
10. Bagaimana Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang?
11. Bagaimana Prosedur Pengembalian Barang Gudang?
12. Bagaimana Sistem Penghitungan Fisik Persediaan?
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun bertujuan untuk:


1. Untuk mengetahui Deskripsi Persediaan
2. Untuk mengetahui Metode Pencatatan Persediaan
3. Untuk mengetahui Sistem dan Prosedur yang Terkait dengan Sitem Akuntansi
Persediaan
4. Untuk mengetahui Prosedur Pencatatan Produk Jadi
5. Untuk mengetahui Prosedur Pencatatan Harga Pokok-Produk Jadi yang Dijual
6. Untuk mengetahui Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi yang Diterima
Kembali dari Pembeli
7. Untuk mengetahui Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan Produk dalam
Proses
8. Untuk mengetahui Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli
9. Untuk mengetahui Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang
Dikembalikan Kepada Pemasok
10. Untuk mengetahui Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang
11. Untuk mengetahui Prosedur Pengembalian Barang Gudang
12. Untuk mengetahui Sistem Penghitungan Fisik Persediaan

2
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1 DESKRIPSI PERSEDIAAN

Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari: persediaan produk jadi, persediaan
produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan
perlengkapan pabrik, dan persediaan

suku cadang. Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu jenis, yaitu
persediaan barang dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk dijual kembali.
Transaksi yang mengubah persediaan produk jadi, persediaan bahan baku, persediaan bahan
penolong, persediaan perlengkapan pabrik, dan persediaan suku cadang, terkait dengan
transaksi intern perusahaan dan transaksi yang terkait dengan pihak luar perusahaan
(penjualan dan pembelian), sedangkan yag merubah persediaan produk dalam proses
seluruhnya berupa transaksi intern perusahaan.

Pada gambar 15.1 berikut ini disajikan tipe persediaan dan transaksi yang memengaruhinya,
serta prosedur dan sistem akuntansi yang berkaitan

Tipe persediaan Transaksi Sistem dan prosedur yang


bersangkutan
1. Persediaan produk Produk selesai diproduksi Prosedur pencatatan harga pokok
jadi produk jadi
Penjualan Prosedur pencatatan harga pokok
produk jadi yang dijual
Retur penjualan Prosedur pencatatan harga pokok
produk jadi yang diterima kembali dari
pembeli
Penghitungan fisik persediaan Sistem penghitungan fisik persediaan
2. Persediaan produk Produk selesai diproduksi Prosedur pencatatan produk jadi
dalam proses Readjustment Prosedur Readjustment persediaan
produk dalam proses
Penghitungan fisik persediaan Sistem penghitungan fisik persediaan
3. Persediaan bahan Pembelian Prosedur pencatatan harga pokok
baku persediaan yang dibeli
Retur pembelian Prosedur pencatatan harga pokok
persediaan yang dikembalikan kepada
pemasok

3
Pemakaian barang gudang (dicatat Prosedur permintaan dan pengeluaran
sebagai biaya bahan baku) barang gudang
Pengembalian barang gudang Prosedur pencatatan tambahan harga
pokok persediaan karena pengembalian
barang gudang
Penghitungan fisik persediaan Sistem penghitungan fisik persediaan
4. Persediaan bahan Pembelian Prosedur pencatatan harga pokok
penolong persediaan yang dibeli
Retur pembelian Prosedur pencatatan harga pokok
persediaan yang dikembalikan kepada
pemasok
Pemakaian barang gudang (dicatat Prosedur permintaan dan pengeluaran
sebagai biaya overhead pabrik barang gudang
sesungguhnya)
Pengembalian barang gudang Prosedur pencatatan tambahan harga
pokok persediaan karena pengembalian
barang gudang
Penghitungan fisik persediaan Sistem penghitungan fisik persediaan
5. Persediaan Pembelian Prosedur pencatatan harga pokok
perlengkapan pabrik, persediaan yang dibeli
persediaan suku Retur pembelian Prosedur pencatatan harga pokok
cadang persediaan yang dikembalikan kepada
pemasok
Pemakaian barang gudang (dicatat Prosedur permintaan dan pengeuaran
sebagai biaya overhead pabrik barang gudang
sesunggunya, beban administrasi
dan umum, serta beban pemasaran)
Pengembalian barang gudang Prosedur pencatatan tambahan harga
pokok persediaan karena pengembalian
barang gudang
Penghitungan fisik persediaan Sistem penghitungan fisik persediaan
Gambar 15.1 tipe persediaan, transaksi yang memengaruhi, sistem dan prosedur yang
berkaitan

2.2 METODE PENCATATAN PERSEDIAAN

Terdapat dua macam metode pencatatan persediaan: metode mutasi persediaan (prepetual
inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode
mutasi persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode

4
persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan
mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan.
Untuk mengetahui berapa harga pokok persediaan yang dipakai atau dijual, harus dilakukan
penghitungan fisik sisa persediaan yang masih ada digudang pada akhir periode akuntansi.
Harga pokok persediaan awal periode ditambah dengan harga pokok persediaan yang dibeli
selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan pada akhir periode merupakan
harga pokok persediaan yang dipakai selama periode akuntansi yang bersangkutan. Metode
persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam
perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga poko proses.
Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam
perusahaan yang harga pokok produknya dikumpukan dengan metode harga pokok
pemesanan.

Dalam sistem akuntansi persediaan secara manual, diselenggarakan dua catatan


akuntansi, di fungsi gudang dan di fungsi akuntansi (dalam struktur organisasi pada gambar
7.1 di tangan bagian gudang dan bagian kartu persediaan). Di bagian gudang diselenggarakan
kartu gudang untuk untuk mencatat kuantitas persediaan dan mutasi tiap jenis barang yang
disimpan di gudang. Biasanya kartu gdang tidak berisi data harga pokok tiap jenis barang,
namun hanya berisi informasi kuantitas setiap jenis barang yang disimpan di gudang. Kartu
gudang ini disimpan dalam arsip di kantor gudang untuk mencatat mutasi kuantitas fisik
barang di gudang. Di samping kartu gudang, bagian gudang juga menyelenggarakan kartu
barang yang ditempelkan pada tempat penyimpanan barang. Kartu gudang ini berfungsi
sebagai identitas barang yang disimpan, untuk memudahkan pencarian barang dan sekaligus
untuk mencatat mutasi kuantitas barang. Di bagian kartu persediaan (fungsi akuntansi)
diselenggarakan kartu persediaan yang digunakan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok
barang yang disimpan di gudang. Kartu persediaan ini berfungsi sebagi alat kontrol catatan
kuantitas barang yang diselenggarakan oleh bagian gudang. Di samping itu, kartu persediaan
ini merupakan rincian akun kontrol persediaan yang bersangkutan dalam buku besar.

Berikut ini disajikan contoh penggunaan metode mutasi persediaan dan metode
persediaan fisik yang diterapkan dalam persediaan bahan baku perusahaan yang
menggunakan metode masuk pertama keluar pertama dalam penentuan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksinya.

Contoh 1.
5
Perusahaan X menggunakan metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) dalam
menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harag pokok per satuan bahan baku
ynag pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga pokok bahan baku
yang pertama kali dipakai.

Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 januari 20X3 terdiri dari:

600 kg @ Rp.2.400 = Rp.1.440.000

400 kg @ Rp.2.500 = Rp.1.000.000

Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan januari 20X3 disajikan pada
gambar 15.2

Tgl Transaksi Kuantitas kg Harga beli per jumlah


kg
6/1 Pemakaian 700
15/1 Pembelian 1.200 Rp 2.750 Rp 3.300.000
17/1 Pembelian 500 Rp 3.000 Rp 1.500.000
21/1 pemakaian 1.100
Jumlah pembelian Rp 4.800.000
Gambar 15.2 data pembelian dan pemakaian bahan baku dalam januari 20X3

Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian dicatat dalam buku
jurnal pembelian dengan jurnal sebagai barikut:

Persediaan bahan baku xx -

Utang dagang - xx

Jika perusahaan menggunakan metode mutasi persediaan dalam pencatatan persediaannya,


pembelian bahan baku tersebut dicatat juga dalam kartu persediaan (sebagai buku pembantu
persediaan) pada kolm “pembelian”. Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena
transaksi pemakaian bahan baku dicatatat dalam buku jurnal umum (atau buku jurnal
pemakaian bahan baku) dengan jurnal sebagai berikut:

Barang dalam proses—biaya bahan baku xx -

Persediaan bahan baku - xx

6
Pemakaian bahan baku ini dicatat pula dalam kartu persediaan pada kolom “pemakaian”.
Data transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan januari tersebut di atas,
jika dicatat dalam kartu persediaan dengan metode MPKP, tampak pada gambar 15.3

Pemakaian bahan baku pada tanggal 6 januari sebanyak 700 kg ditentukan harga
pokoknya berdasarkan anggapan bahwa yang masuk pertama ke gudang, dipakai pertama
kali. Oleh karena 600 kg lebih awal berada di gudang, maka 700 kg bahan baku yang dipakai
tersebut dianggap berasal dari 600 kg yang harga pokoknya Rp 2.400.000 per kg, ditambah
sisanya sebnyak 100 kg (700 kg—600 kg) berasal dari 400 kg bahan yang harga pokoknya
Rp 2.500 per kg.

Pembelian Pemakaian Sisa


Harga Harga Harga
Tgl. keterangan Kuantitas Jumlah Kuantitas Jumlah Kuantitas Jumlah
per per per kg
kg Rp kg Rp kg Rp
kg Rp kg Rp Rp
600 2.400 1.440.000
1/1 saldo awal 400 2.500 1.000.000
6/1 pemakaian 600 2.400 1.440.000
100 2.500 250.000 300 2.500 750.000
15/1 pembelian 1.200 2.750 3.300.000 300 2.500 750.000
1.200 2.750 3.300.000
17/1 pembelia 500 3.000 1.500.000 300 2.500 750.000
1.200 2.750 3.300.000
500 3.000 1.500.000
21/1 pemakaian 300 2.500 750.000 400 2.750 1.100.000
800 2.750 2.200.000 500 3.000 1.500.000
Jumlah pembelian 1.700 4.800.000
Jumlah pemakain 1.800 4.640.000
Sisa 900 2.600.000

Gambar 15.3 kartu persediaan: diselenggarakan dengan metode MPKP

Setelah perusahaan membeli bahan baku sebanyak 1.200 kg pada 15 januari, persediaan
bahan baku yang ada di gudang terdiri dari dua macam;

a. Sisa bahan baku sebanyak 300 kg dari 400 kg persediaan awal yang telah dipakai
pada 6 januari sebanyak 100 kg
b. Bahan baku dari pembelian 15 januari sebanyak 1.200 kg dengan harga pokoknya
sebesa Rp2.750 per kg.

7
Persediaan bahan baku sebanyak 1.500 kg (300 kg + 1.200 kg) tersebut dipisahkan
pencatatannya, dalam kartu persediaan karena harga pokok per kilogramnya berbeda.

Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan
baku, perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi hanya dapat dilakukan
setelah perusahaan melakukan penghitungan fisik persediaan pada akhir periode. Misalnya
dari hasil penghitungan fisik persediaan pada akhir januari 20X3 terdapat 900 kg persediaan
bahan baku yang masih ada di gudang, maka penghitungan biaya bahan baku januari 20X3
tampak apda gambar 15.4.

Dari gambar 15.3 tersebut dapat terlihat bahwa penghitungan biaya bahan baku
dengan metode MPKP menghasilkan jumlah yang sama, baik menggunakan metode mutasi
persediaan maupun metode persediaan fisik. Dengan menggunakan metode penentuan harga
pokok persediaan yang lain (misalnya metode masuk terakhir keluar pertama dan metode
harga pokok rata-rata tertimbang) perhitungan biaya fisik adalah berbeda.

Dalam contoh berbagai prosedur yang memengaruhi persediaan berikut ini, digunakan
anggapan perusahaan memakai metode mutasi persediaan dalam pencatatan persediaannya.

Persediaan awal 1.000 kg Rp 2.440.000


Pembelian 1.700 kg 4.800.000
Jumlah bahan baku yang tersedia 7.240.000
untuk diolah
Persediaan akhir dengan (MPKP):
400 @ Rp 2.750 Rp1.100.000
500 @ Rp 3.000 1.500.000
900* 2.600.000
Biaya bahan baku bulan januari Rp4.640.000
*kuantitas tersebut dari penghitungan fisik persediaan pada akhir januari 20X3

Gambar 15.4 metode MPKP dengan metode persediaan fisik

2.3 SISTEM DAN PROSEDUR YANG TERKAIT DENGAN SISTEM AKUNTANSI


PERSEDIAAN

Sistem dan prosedur yang terkait dengan sistem akuntansi persediaan adalah:

1. Prosedur pencatatan produk jadi.


2. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.

8
3. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli.
4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan
produk dalam proses
5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.
6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembaikan kepada pemasok.
7. Prosedur perncatatan dan pengeluaran barang gudang.
8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang
gudang.
9. Sistem penghitungan fisik persediaan.
Berikut ini diuraikan secara rinci setiap prosedur dan sistem yang berkaitan dengan
persediaan

2.4 PROSEDUR PENCATATAN PRODUK JADI

Deskripsi Prosedur

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya produksi. Dalam
prosedur ini dicatat harga pokok produk jadi yang didebit ke dalam akun Persediaan Produk
Jadi dan dikredit ke dalam akun Barang Dalam Proses.

Dokumen

Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur pencatatan produk jadi adalah: laporan
produk selesai dan bukti memorial. Laporan produk selesai digunakan oleh bagian gudang
untuk mencatat tambahan kuantitas produk jadi dalam kartu gudang. Bukti memorial
digunakan untuk mencatat tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan produk jadi dalam
kartu persediaan dan digunakan sebagai dokumen sumber dalam mencatat transaksi
selesainya produk jadi dalam jurnal umum. Lihat contoh laporan produk selesai pada gambar
12.6 dan contoh bukti memorial pada gambar 7.11.

Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan dalam prosedur pencatatan produk jadi adalah: kartu
gudang (gambar 7.6) kartu persediaan (gambar 5.11), dan jurnal umum (4.1)

Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Produk Jadi

gambar 15.5 menggambarkan bagan alir dokumen prosedur pencatatan harga pokok produk
jadi. Pencatatan harga pokok produk jadi dilakukan dengan mendebit akun Persediaan Produk
9
Jadi dan mengkredit akun Barang Dalam Proses. Selain itu, kartu gudang yang
diselenggarakan di fungsi gudang diisi dengan tambahan kuantitas persediaan

Gambar 15.5 prosedur pencatatan harga pokok produk jadi

Pencatatan harga pokok produk jadi dilakukan oleh Bagian Kartu Persediaan
berdasarkan laporan produk selesai yang diterima oleh Bagian Kartu Persediaan dari Bagian
Produksi. Berdasarkan laporan produk selesai tersebut, Bagian Kartu Persediaan menghitung
harga pokok produk selesai berdasarkan data biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam
kartu harga pokok produk pesanan yang bersangkutan. Total harga pokok produk ini dipakai
sebagai dasar untuk membuat bukti memorial, yang merupakan dokumen sumber bagi Bagian
Kartu Persediaan untuk mencatat harga pokok produk selesai dalam kartu persediaan.

10
Bagian jurnal mencatat harga pokok produk jadi di dalam jurnal umum berdasarkan
bukti memorial yang dilampiri dengan dokumen pendukung berupa kartu harga pokok dan
laporan produk selesai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat harga pokok produk jadi adalah:

Persediaan Produk Jadi xx -

Barang Dalam Proses - xx

2.5 PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK-PRODUK JADI YANG DIJUAL

Deskripsi Prosedur

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan selain prosedur lainnya
seperti: prosedur order penjualan, prosedur persetujuan kredit, prosedur pengiriman barang,
prosedur penagihan, dan prosedur pencatatan piutang. Lihatlah kembali sistem penjualan
kredit dalamm bab 7.

Dokumen

Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat transaksi penjualan produk jadi adalah
surat order pengiriman dan faktur penjualan. Surat order pengiriman diterima oleh bagian
gudang dari bagian order penjualan. Setelah bagian gudang mengisi surat order pengiriman
tersebut dengan kuantitas produk jadi yahng diserahkan kepada bagian pengiriman, atas dasar
surat order pengiriman tersebut bagian gudang mencatat kuantitas yang diserahkan ke bagian
pengiriman dalam kartu gudang. Harga pokok produk jadi yang dijual dicatat oleh bagian
kartu persediaan dalam kartu persediaan atas dasar tembusan faktur yangb diterima oleh
bagian tersebut dari bagian penagihan.

Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan dalam prosedur pencatatan harga pokko produk jadi yang
dijual adalah: kartu gudang, karu persediaan, dan jurnal umum. Dalam prosedur pencatatan
harga pokok produk jadi yang dijual, kartu gudang berfungsi untuk mencatat mutasi kuantitas
persediaan produk jadi karena transaksi penjualan, sedangkan kartu persediaan berfungsi
untuk mencatat mutasi kuantitas dan harga pokok persediaan produk jadi yang dijual. Jurnal
umum digunakan unutk mencatat jurnal harga pokok produk jadi yang dijual untu di-posting

11
ke dalam akun kontrol Persediaan Produk Jadi. Lihatlah contoh kartu gudang pada gambar
7.6, kartu persediaan pada gambar 5.11, dan jurnal umum pada gambar 4.1

Bagan Alir Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi yang Dijual

Bagan alir dokumen pada gambar 15.6 menggambarkan prosedur pencatatan harga pokok
produk jadi yang dijual. Prosedur tersebut merupakan nukilan salah satu prosedur yang
membentuk sistem penjualan kredit yang bagan alir dokumennya disajikan pada gambar 7.13.

Pada gambar 15.6 tersebut terlihat Bagian Kartu Persediaan secara periodik memuat
rekapitulasi harga pokok produk yang dijual selama periode tertentu berdasarkan data yang
direkam dalam kartu persediaan. Total harga pokok produk yang dijual selama periode
tertentu yang dicantumkan dalam rekapitulasi beban pokok penjualan dan dipakai oleh bagian
kartu persediaan untuk membuat buti memorial. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri
dengan rekapitulasi beban pokok penjualan bagian jurnal mencatat harga pokok produk yang
dijual ke dalam jurnal umum
dengan jurnal:

Beban Pokok Penjualan


xx -

Persediaan Produk Jadi


- xx

2.6 PROSEDUR
PENCATATAN HARGA
POKOK PRODUK JADI
YANG DITERIMA
KEMBALI DARI
PEMBELI

Deskripsi Prosedur

Jika produk jadi yang telah dijual


dikembalikan oleh pembeli, maka
transaksi retur penjualan ini akan
memengaruhi persdiaan produk
jadi, yaitu menambah kuantitas

12
produk jadi dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh bagian gudang dan menambah
kuantitas dan harga pokok produk jasi yang dicatat oleh bagian kartu persediaan dalam kartu
persediaan produk jadi. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
retur penjualan.

Dokumen

Dokumen yang digunakan dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang
dikembalikan oleh pembeli adalah: laporan penerimaan barang dan memo kredit. Laporan
penerimaan barangb digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat kuantitas produk jadi
yang diterima dari pembeli ke dalam kartu gudang (lihat contoh laporan penerimaan barang
pada gambar 7.15). memo kredit yang diterima dari bagian order penjualan digunakan oleh
bagian kartu persediaan untuk mencatat kuantitas harga pokok produk jadi yang
dikembalikan oleh pembeli ke dalam kartu persediaan (lihat contoh memo kredit pada
gambar 7.14).

Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan dalam prosedur pencatatan produk jadi adalah: kartu
gudang (lihat gambar 7.6), kartu persediaan (lihat gambar 5.11), dan jurnal umum (lihat
gambar 4.1) atau jurnal retur penjualan (lihat gambar 7.16), jika perusahaan menggunakan
jurnal khusus.

Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi yang Diterima
Kembali dari Pembeli

Gambar 15.7 memerlihatkan prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang
dikembalikan oleh pembeli dalam sistem retur penjualan. Pencatatan harga pokok produk jadi
yang dikembalikan oleh pembeli dilakukan dengan mendebit akun persediaan produk jadi
dan mengkredit akun beban pokok penjualan. Di samping itu, kartu gudang yang
diselenggarakan di fungsi gudnag diisi dengan tambahan kuantitas persediaan produk jadi
yang diterima kembali dari pembeli.

Harga pokok produk jadi yang diterima kembali oleh Bagian Gudang dari pembeli
dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dan Bagian Jurnal.

Pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima dari pembeli dilakukan oleh
Bagian Kartu Persediaan berdasarkan memo kredit yang diterima oleh Bagian Kartu

13
Persediaan dari Bagian Penerimaan melalui Bagian Piutang. Berdasarkan memo kredit
tersebut, Bagian Kartu Persediaan mengisi harga pokok produk jadi yang diterima yang
bersangkutan. Total harga pokok persediaan dicantumkan di dalam bukti memorial dan
dipakai oleh Bagian Kartu Persediaan sebagai dokumen sumber dalam pencatatan ke kartu
persediaan.

Bagian Jurnal mencatat harga pokok produk jadi yang diterima dari pembeli di dalam
jurnal retur penjualan berdasarkan memo kredit yang dilampiri dengan dokumen pendukung
berupa laporan penerimaan barang. Jurnal yang dibuat untuk mencatat harga pokok produk
jadi yang diterima dari pembeli adalah:

Persediaan Produk Jadi xx -

Beban Pokok Penjualan - xx

2.7 PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PERSEDIAAN PRODUK


DALAM PROSES

Deskripsi Prosedur

Pencatatan persediaan produk dalam proses umumnya dilakukan oleh perusahaan pada akhir
periode, pada saat dibuat laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan.
Pencatatan persdiaan produk dalam proses dicatat dalam jurnal umum dengan jurnal sebagai
berikut:

Persediaan Produk dalam Proses xx -

Barang Dalam Proses - xx

Pada awal periode akuntansi berikutnya, dibuat jurnal penyesuaian kembali


(readjusting entry) untuk membentuk jurnal pencatatan persediaan produk dalam proses yang
dilakukan pada akhir periode tersebut di atas. Jurnal penyesuaian kembali tersebut dicatat
dalam jrnal umum dengan jurnal sebagai berikut:

Barang Dalam Proses xx -

Persediaan Produk dalam Proses - xx

Dokumen

14
Dokumen yang digunakan dalam prosedur pencatatan persediaan produk dalam proses
adalah: bukti memorial (lihat gambar 7.11). bukti memorial ini dilampiri dengan laporan
produk dalam proses digunakan untuk mencatat jurnal tambahan harga pokok persediaan
produk dalam proses dalam jurnal umum. Bukti memorial juga digunakan sebagai dokumen
sumber dalam mencatat readjustment persediaan harga pokok produk dalam proses. Dalam
prosedur pencatatan persediaan produk dalam proses, Bagian Gudang tidak melakukan
pencatatan persediaan produk dalam proses karena sacara fisik persediaan tersebut tidak
ditransfer dari Bagian Produksi ke Bagian Gudang. Begitu pula Bagian Kartu Persediaan
tidak melakukan pencatatan persediaan produk dalam proses tersebut dalam kartu persediaan.

Bagan Alir Dokumen Posedur Pencatatan Harga Pokok Produk dalam Proses

Gambar 15.8 berikut ini melukiskan bagan alir dokumen prosedur pencatatan harga pokok
produk dalam proses. Pada gambar 15.8 tersebut tersebut terlihat Bagian Kertu Persediaan
melakukan pernghitungan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode
akuntansi berdasarkan data yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk. Laporan
produk dalam proses yang diterima oleh Bagian Kartu Persediaan dari Bagian Produksi berisi
informasi kuantitas produk dalam proses dan taksiran tingkat penyelesaian produk dalam
proses yang ada di fungsi produksi pada akhir periode akuntansi. Data harga pokok
persediaan produk dalam proses digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk membuat
dua macam bukti memorial: (1) bukti memorial pertama digunakan untuk mencatat besarnya
biaya overhead pabrik yang diperhitungkan ke dalam harga pokok produk dalam proses
berdasrkan tarif yang ditentukan di muka, dan (2) bukti memorial kedua digunakann untuk
mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode akuntansi.

Bukti memorial yang pertama digunakan oleh Bagian Jurnal untuk mencatat
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dalam proses di dalam jurnal umum
dengan jurnal sebagai berikut:

Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xx -

Biaya Overehead Pabrik yang dibebankan - xx

Bukti memorial yang kedua digunakan Bagian Jurnal untuk mencatat harga pokok
persediaan produk dalam proses pada akhir periode akuntansi di dalam jurnal umum dengan
jurnal sebagai berikut:

15
Persediaan Produk dalam Proses xx -

Barang dalam Proses - xx

Gambar 15.8 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses

2.8 PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PERSEDIAAN YANG DIBELI

Deskripsi Prosedur

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem pembelian. Dalam
prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang dibeli.

Dokumen

16
Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur prncatatan harga pokok persediaan yang
dibeli adalah: laporan penerimaan barang (lihat Gambar 7.9) dan bukti kas keluar (lihat
Gambar 9.6). laporan penerimaan barag digunakan oleh Bagian Gudang sebagai dasar
pencatatan tambahan kuantitas barang dari pembelian ke dalam kartu gudang. Bukti kas
keluar yang dilampiri dengan laporan penerimaan barang, surat order pembelian, dan faktur
dari pemasok dipakai sebagai dokumen sumber dalam pencatatan harga pokok persediaan
yang dibeli dalam register bukti kas keluar atau voucher register (lihat Gambar 9.7). bukti kas
keluar juga dipakai sebagai dasar pencatatan tambagan kuantitas dan harga pokok persediaan
ke dalam kartu persediaan.

Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli

Gambar 15.9 berikut ini melukiskan bagan alir dokumen prosedur pencatatan harga pokok
persediaan yang dibeli. Pada Gambar 15.9 tersebut terlihat Bagian Utang membuat bukti kas
keluar sebagai dokumen sumber pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli berdasarkan
dokumen pendukung : surat order pembelian yang diterima dari Bagian Pembelian, laporan
penerimaan barang yang diterima dari Bagian Penerimaan, dan faktur dari pemasok yang
diterima dari pemasok melalui Bagian Pembelian. Oleh Bagian Utang, bukti kas keluar
dicatat di dalam register bukti kas keluar dengan jurnal :

Persediaan xx -

Bukti Kas Keluar yang akan Dibayar - xx

Berdasarkan bukti kas keluar, Bagian Kartu Persediaan mencatat rincian persediaan
yang dibeli di dalam kartu persediaan yang bersangkutan. Bagian Gudang mencatat tambahan
kuantitas persediaan yang dibeli di dalam kartu gudang berdasarkan laporan penerimaan
barang yang diterima oleh Bagian Gudang dari Bagian Pengiriman.

17
Gambar 15.9 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli

2.9 PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK PERSEDIAAN YANG


DIKEMBALIKAN KEPADA PEMASOK

Deskripsi Prosedur

Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada pemasok, maka transaksi retur
pembelian ini akan memengaruhi persediaan yang bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas
persediaan dalam kartu gudang yang diselenggarakan Oleh Bagian Gudang dan mengurangi
kuantitas dan harga pokok persediaan yang bersangkutan. Prosedur ini merupakan salah satu
prosedur yang membentuk sistem retur pembelian.

18
Dokumen

Dokumen yang digumakan dalam prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang
dikembalikan kepada pemasok adalah: laporan pengiriman barang (lohat Gambar 10.2) dan
memo debit (lihat Gambar 10.1). laporan pengiriman barang digunakan oleh Bagian Gudang
untuk mencatat kuantitas persediaan yang dikirimkan kembali kepada pemasok ke dalam
kartu gudang. Memo debit yang diterima dari Bagian Pembelian digunakan oleh Bagian
Kartu Persediaan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok persediaan yang dikembalikan
kepada pemasok ke dalam kartu persediaan.

Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang


Dikembalikan kepada Pemasok

Gambar 15.10 memperlihatkan prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang


dikembalikan kepada pemasok dalam sistem retur pembelian. Pada Gambar 15.10 tersebut
terlihat pencatatan transaksi retur pembelian berdasarkan dokumen memo debit yang
diterbitkan oleh Bagian Pembelian.

Bagian Gudang mencatat berurangnya persediaan karena transaksi retur pembelian


berdasarkan dokumen memo debit yang diterima dari Bagian Pembelian. Memo debit ini
dicatat oleh Bagian Gudang di dalam kartu gudang.

Bagian Utang mencatat berkurangnya utang sebagai akibat dari retur pembelian
dengan cara mengarsipkan memo debit (yang dilampiri dengan laporan pengiriman barang)
di dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar (unpaid voucher file). Karena perusahaan
menggunakan voucher payable sistem dalam pencatatan utangnya, catatan utang
diselenggarakan dalam bentuk arsip bukti kas keluar yang belum dibayar. Oleh karena itu,
jika terjadi pengurangan utang akibat transaksi retur pembelian, pengurangan utang ini dicatat
dengan cara mengarsipkan memo debit di dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar.

Bagian Kartu Persediaan mencatat berkurangnya persediaan akibat retur pembelian di


dalam kartu persediaan berdasarkan memo debit yang dilampiri dengan laporan penerimaan
barang. Bagian jurnal mencatat berkurangnya utang dan persediaan sebagai akibat retur
pembelian di dalam jurnal retur pembelian berdasarkan memo debit yang telah diisi harga
pokok per satuan dan harga pokok total oleh Bagian Kartu Persediaan.

19
Gambar 15.10 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada
Pemasok

20
Gambar 15.10 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada
Pemasok (Lanjutan)

2.10 PROSEDUR PERMINTAAN DAN PENGELUARAN BARANG GUDANG

Deskripsi Prosedur

Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi biaya
produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan bahan baku, bahan penolong,
bahan habis pakai pabrik, dan suku cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan
kegiatan non produksi.

Dokumen

21
Dokumen sumber yang dipakai dalam prosedur ini adalah bukti permintaan dan pengeluaran
barang gudang. Bukti ini dipakai oleh Bagian Gudang untuk mencatat pengurangan
persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk
mencatat berkurangnya kuantitas dan harga pokok persediaan karena pemakaian intern. Bukti
ini juga digunakan sebagai dpkumen sumber dalam pencatatan pemakaian persediaan ke
dalam jurnal pemakaian bahan baku atau jurnal umum. Lihat Gambar 12.4 yang melukiskan
contoh bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.

Bagan Alir Dokumen Prosedur Permintaan dan Pngeluaran Barang Gudang

Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang dapat dilihat kembali pada Gambar
12.14 Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang.

2.11 PROSEDUR PENGEMBALIAN BARANG GUDANG

Deskripsi Produk

Transaksi pengembalian barang gudang mengurangi biaya dan menambah persediaan barang
di gudang. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut dalam jurnal umum adalah :

Persediaan Bahan Baku xx -

Persediaan Bahan Penolong xx -

Persediaan Bahan Habis Pakai Pabrik xx -

Persediaan Suku Cadang xx -

Barang dalam Proses-Bahan Baku - xx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya - xx

Beban Administrasi dan Umum - xx

Beban Pemasaran - xx

Dokumen

Dokumen yang digunakan dalam prosedur pengembalian barang gudang adalah bukti
pengembalian barang gudang (lihat Gambar 12.5). dokumen ini digunakan oleh Bagian
Gudang untuk mencatat tambahan kuantitas persediaan ke dalam kartu gudang. Dokumen ini
22
juga dipakai oleh Bagian Kartu Persediaan untuk mencatat tambahan kuantitas dan harga
pokok persediaan ke dalam kartu persediaan, untuk mencatat berkurangnya biaya ke dalam
kartu biaya, dan untuk mencatat pengembalian barang gudang tersebut ke dalam jurnal
umum.

Bagan A;ir Dokumen Prosedur Pengembalian Barang Gudang

Lihat bagan alir dokumen prosedur pengembalian barang gudang pada Gambar 12.15
Prosedur Pengembalian Barang Gudang dalam Bab 12.

2.12 SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN

Deskripsi Kegiatan

Seperti telah disebutkan diatas, dalam sistem akuntansi persediaan dengan metode mutasi
persediaan (perpetual inventory method), di Bagian Kartu Persediaan diselenggarakan catatan
akuntansi berupa kartu persediaan (inventory ledger) yang digunakan untuk mencatat mutasi
setiap jenis persediaan yang di simpan di Bagian Gudang. Bagian Kartu Persediaan
bertanggung jawab atas terselenggaranya catatan akuntansi yang dapat diandalkan (reliable)
mengenai persediaan yang disimpan di Bagian Gudang, sedangkan Bagian Gudang
bertanggung jawab atas penyimpanan fisik persediaan di gudang. Karena kondisi barang yang
kemungkinan mengalami kerusakan dalam penyimpanan atau karena kemungkinan terjadinya
pencurian terhadap barang yang disimpan di gudang, maka secara periodic catatan persediaan
yang diselenggarakan di Bagian Kartu Persediaan harus dicocokkan dengan persediaan yang
secara fisik ada di gudang.

Sistem penghitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan untuk


menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang hasilnya akan digunakan
untuk meminta pertanggungjawaban Bagian Gudang mengenai pelaksanaan fungsi
penyimpanan, dan pertanggungjawaban Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalan
catatan persediaan yang diselenggarakannya, serta untuk melakukan penyesuaian
(adjustment) terhadap catatan persediaan di Bagian Kartu Persediaan. Dalam bagian ini
diuraikan sistem penghitungan fisik persediaan yang merupakan salah satu unsur
pengendalian internal melekat terhadap persediaan.

Dokumen

23
Dokumen yang digunakan untuk merekam, meringkas, dan membukukan hasil penghitungan
fisik persediaan adalah :

1. Kartu penghitungan fisik (inventory tag).

2. Daftar hasil penghitungan fisik (inventory summary sheet).

3. Bukti memorial.

Kartu Penghitungan Fisik (Inventory Tag). Dokumen ini digunakan untuk merekam hasil
perhitungan fisik persediaan. Dalam penghitungan fisik persediaan, setiap jenis persediaan
dihitung dua kali secara independen oleh penghitung (counter) dan pengecek (checker).
Seperti terlihat pada Gambar 1, kartu penghitungan fisik dibagi menjadi tiga bagian, yang
tiap bagian dapat dipisahkan satu dengan lainnya dengan cara menyobeknya pada waktu
proses penghitungan fisik persediaan dilaksanakan. Bagian ke-3 kartu penghitungan fisik
(bagian bawah) disediakan untuk merekam data hasil penghitungan oleh penghitung pertama.
Bagian ke-2 (bagian tengah) kartu tersebut digunakan untuk merekam hasil penghitungan
yang dilakukan oleh penghitung kedua (pengecek). Bagian ke-1 (bagian atas) kartu tersebut
digunakan untuk memberi tanda jenis persediaan yang telah dihitung dengan cara
menggantungkan bagian kartu tersebut pada tempat penyimpanan barang yang bersangkutan.
Data yang direkam dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik dicatat ke dalam daftar hasil
penghitungan fisik setelah data dalam bagian ke-2 diperiksa kecocokannya dengan data yang
dicatat dalam vagian ke-3 kartu tersebut. Lihat contoh kartu penghitungan fisik pada Gambar
15.11.

Daftar Hasil Penghitungan Fisik (Inventory Summary Sheet). Dokumen ini digunakan
untuk meringkas data yang telah direkam dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik. Data
yang disalin dari bagian ke-2 kartu penghitungan fisik ke dalam daftar ini adalah : nomor
kartu penghitungan fisik, nomer kode persediaan, nama persediaan, kuantitas, dan satuan.
Dokumen ini diisi dengan harga pokok per satuan dan harga pokok total setiap jenis
persediaan oleh Bagian Kartu Persediaan berdasarkan data yang dicatat dalam kartu
persediaan. Daftar hasil penghitungan fisik persediaan yang telah selesai diproses kemudian
ditandatangani oleh Ketua Panitia Penghitungan Fisik dan diotorisasi oleh Bagian Direktur
Utama. Daftar ini kemudian digunakan untuk meminta pertanggungjawaban dari Bagian
Gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan barang gudang dan pertanggungjawaban
dari Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalam penyelenggaraan catatan akuntansi

24
persediaan. Berdasarkan informasi yang tercantum dalam kolom harga pokok total pada
daftar hasil penghitungan fisik dilakukan penyesuaian terhadap data kuantitas dan saldo harga
pokok yang dicatat dalam kartu persediaan yang bersangkutan. Lihat contoh daftar hasil
penghitungan fisik pada Gambar 15.12.

Bukti Memorial. Dokumen ini merupakan dokumen sumber yang digunakan untuk
membukukan penyesuaian akun persediaan sebagai akibat dari hasil penghitungan fisik ke
dalam jurnal umum. Data yang digunakan sebagai dasar pembuatan bukti memorial ini
adalah selisih jumlah kolom harga pokok total dalam daftar hasil penghitungan fisik dengan
saldo harga pokok persediaan yang bersangkutan menurut kartu persediaan. Lihat contoh
bukti memorial pada Gambar 7.11.

Gambar 15.11 Kartu Penghitungan Fisik (Inventory Tag)

25
Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penghitungan fisik persediaan adalah :

1. Kartu persediaan.

2. Kartu gudang.

3. Jurnal umum.

Halaman………………

DAFTAR HASIL PENGHITUNGAN FISIK

Periode Penghitungan Fisik Persediaan Dikalikan oleh :


Disalin dari Kartu penghitungan fisik Dijumlah oleh :
Diisi harga pokok satuan oleh Diperiksa oleh :
Harga
No. No. Kode Pokok Harga Pokok
KTP Persediaan Nama Kuantitas Satuan Satuan Total

KPF = Kartu Penghitungan Fisik

Gambar 15.12 Daftar Hasil Penghitungan Fisik

26
Kartu Persediaan. Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat penyesuaian terhadap
data persediaan (kuantitas dan harga pokok total) yang tercantum dalam kartu persediaan oleh
Bagian Kartu Persediaan, berdasarkan hasil penghitungan fisik persediaan. Lihat contoh kartu
persediaan pada Gambar 5.11.

Kartu Gudang. Catatan ini digunakan untuk mencatat penyesuaian terhadap data persediaan
(kuantitas) yang tercantum dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang,
berdasarkan hasil penghitungan fisik persediaan. Lihat contoh kartu gudang pada Gambar
7.6.

Jurnal Umum. Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, jurnal umum digunakan untuk
mencatat jurnal penyesuaian atas akun persediaan karena adanya perbedaan antra saldo yang
dicatat dalam akun persediaan dengan saldo menurut penghitungan fisik. Lihat contoh jurnal
umum pada Gambar 4.1.

Fungsi yang Terkait

Fungsi yang dibentuk untuk melaksanakan penghitungan fisik persediaan umumnya bersifat
sementara, yang biasanya berbentuk panitia atau komite, yang anggotanya dipilihkan dari
karyawan yang tidak menyelenggarakan catatan akuntansi persediaan dan tidak
melaksanakan fungsi gudang. Panitia penghitungan fisik persediaan terdiri dari :

1. Pemegang kartu penghitungan fisik.

2. Penghitung.

3. Pengecek.

Dengan demikian fungsi yan terkait dalam sistem penghitungan fisik persediaan adalah :

1. Panitia penghitungan fisik persediaan.

2. Fungsi akuntansi.

3. Fungsi gudang.

Panitia Penghitungan Fisisk Persediaan. Panitia berfungsi untuk melaksanakan


penghitungan fisik persediaan dan menyerahkan hasil penghitungan tersebut kepada Bagian
Kartu Persediaan untuk digunakan sebagai dasar penyesuaian terhadap catatan persediaan

27
dalam kartu persediaan. Seperti telah disebutkan di atas, panitia penghitungan fisik
persediaan terdiri dari pemegang kartu penghitungan fisik, penghitung, dan pengecek.
Pemegang kartu penghitungan fisik bertugas untuk menyimpan dan mendistribusikan kartu
penghitungan fisik kepada para penghitung, melakukan pembandingan hasil penghitungan
fisik persediaan yang telah dilaksanakan oleh penghitung dengan pengecek, dan mencatat
hasil penghitungan fisik persediaan dalam dalam daftar hasil penghitungan fisik. Penghitung
bertugas melakukan penghitungan pertama terhadap persediaan, dan mencatat hasil
penghitungan tersebut ke dalam bagian ke-3 kartu penghitungan fisik, serta menyobek bagian
kartu tersebut untuk diserahkan kepada pemegang kartu penghitungan fisik. Pengecek
bertugas melakukan penghitungan kedua terhadap persediaan, yang telah dihitung oleh
penghitung dan mencatat hasil penghitungannya ke dalam bagian ke-2 kartu penghitungan
fisik.

Fungsi Akuntansi. Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi ini


bertanggungjawab untuk : (a) mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang dihitung
ke dalam daftar hasil penghitungan fisik, (b) mengkalikan kuantitas dan harga pokok per
satuan persediaan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik, (c) mencantumkan
harga pokok total dalam daftar hasil penghitungan fisik, (d) melakukan penyesuaian terhadap
kartu persediaan berdasar data hasil penghitungan fisik persediaan, (e) membuat bukti
memorial untuk mencatat penyesuaian data persediaan dalam jurnal umum berdasarkan hasil
penghitungan fisik persediaan. Dalam struktur organisasi pada Gambar 7.1 fungsi akuntansi
yang terkait dalam sistem penghitungan persediaan adalah Bagian Krtu Persediaan.

Fungsi Gudang. Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi gudang bertanggung
jawab untuk melakukan penyesuaian data kuantitas persediaan yang dicatat dalam kartu
gudang berdasarkan hasil penghitungan fisik persediaan.

Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem

Jaringan prosedur yang membentuk sistem penghitungan fisik persediaan adalah :

1. Prosedur penghitungan fisik.

2. Prosedur kompilasi.

3. Prosedur penentuan harga pokok persediaan.

4. Prosedur penyesuaian.

28
Prosedur Penghitungan Fisik. Dalam prosedur ini setiap jenis persediaan di gudang
dihitung oleh penghitung dan pengecek secara independen yang hasilnya dicatat dalam kartu
penghitungan fisik.

Prosedur Kompilasi. Dalam prosedur ini pemegang kartu penghitungan fisik melakukan
perbandingan data yang dicatat dalam bagian ke-3 dan bagian ke-2 kartu penghitungan fisik
serta melakukan pencatatan, data yang tercantum dalam bagian ke-2 kartu penghitungan fisik
ke dalam daftar penghitungan fisik.

Prosedur Penentuan Harga Pokok Persediaan. Dalam prosedur ini Bagian Kartu
Persediaan mengisi harga pokok per satuan tiap jenis persediaan yang tercantum dalam daftar
penghitungan fisik berdasarkan informasi dalam kartu persediaan yang bersangkutan serta
mengkalikan harga pokok per satuan tersebut dengan kuantitas hasil penghitungan fisik untuk
mendapatkan total harga pokok persediaan yang dihitung.

Prosedur Penyesuaian. Dalam prosedur ini Bagian Kartu Persediaan melakukan


penyesuaian terhadap data persediaan yang tercantum dalam kartu persediaan berdasarkan
data hasil penghitungan fisik persediaan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan
fisik persediaan. Dalam prosedur ini pula Bagian Gudang melakukan penyesuaian terhadap
data kuantitas persediaan yang tercatat dalam kartu gudang.

Unsur Pengendalian Internal

Unsur pengendalian internal dalam sistem Penghitungan fisik digolongkan ke dalam tiga
kelompok dan disajikan pada Gambar 15.13.

29
Gambar 15.13 Unsur Pengendalian Internal dan Sistem Penghitungan Fisik Persediaan

Penjelasan Unsur Pengendalian Internal

Organisasi

Penghitungan Fisik Persediaan Harus Dilakukan oleh Suatu Panitia yang Terdiri dari
Fungsi Pemegang Kartu Penghitungan Fisik, Fungsi Penghitung, dan Fungsi Pengecek.
Untuk menjamin ketelitian dan keandalan data yang dihasilkan dari kegiatan penghitungan
fisik persediaan, panitia yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut harus terdiri
dari 3 kelompok : pemegang kartu penghitungan fisik, penghitung, dan pengecek. Dalam
penghitungan fisik, kegiatan penghitungan, pengukuran, dan pengecekan mutu barang harus
dilaksanakan oleh dua kelompok : penghitung dan pengecek. Pemisahan kedua fungsi ini
dilaksanakan agar setiap barang dihitung lebih dari satu kali secara independen, pekerjaan
penghitung dicek kembali ketelitiannya oleh pengecek. Fungsi pemegang kartu penghitungan
fisik bertanggung jawab mengenai pemakaian formulir kartu penghitungan fisik,
pembandingan data yang diasilkan oleh penghitung dan pengecek, dan penyalinan data dari
kartu penghitungan fisik ke dalam daftar hasil penghitungan fisik. Dengan pemisahan ketiga
fungsi tersebut (fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi penghitung, dan fungsi

30
pengecek) data yang dihasilkan dari kegiatan penghitungan fisik ini dijamin ketelitian dan
keandalannya.

Panitia yang Dibentuk Harus Terdiri dari Karyawan Selain Karyawan Fungsi Gudang
dan Fungsi Akuntansi Persediaan, dan Biaya, karena Karyawan di Kedua Bagian
Inilah yang Justru Dievaluasi Tanggung Jawabnya atas Persediaan. Tujuan
penghitungan fisik persediaan adalah untuk meminta pertanggungjawaban mengenai barang
yang disimpan oleh fungsi gudang, dan pertanggungjawaban mengenai ketelitian dan
keandalan data persediaan yang dicatat pada kartu persediaan di fungsi akuntansi persediaan.
Oleh karena itu agar data yang dihasilkan dari penghitungan fisik persediaan dijamin
ketelitian dan keandalannya, maka panitia yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan
tersebut harus bukan karyawan dari kedua fungsi yang dimintai pertanggungjawaban tersebut
(misalnya fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan).

Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Daftar Hasil Penghitungan Fisik Persediaan Ditandatangani oleh Ketua Panitia


Penghitungan Fisik Persediaan. Daftar hasil penghitungan fisik berisi informasi hasil
penghitungan fisik persediaan. Daftar ini merupakan dokumen sumber sebagai dasar untuk
menyesuaikan kartu persediaan, dan kartu gudang, serta merupakan dokumen pendukung
bukti memorial yang dicatat dalam jurnal umum. Dengan demikian daftar hasil penghitungan
fisik merupakan dokumen penting untuk memperbaharui catatan akuntansi.

Pencatatan Hasil Penghitungan Fisik Persediaan Didasarkan atas Kartu Penghitungan


Fisik yang Telah Diteliti Kebenarannya oleh Pemegang Kartu Penghitungan Fisik.
Pencatatan ke dalan daftar hasil penghitugan fisik harus didasarkan atas dokumen sumber
(kartu penghitungan fisik) yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu
penghitungan fisik. Hal ini dimaksudkan agar setiap dokumen sumber dibuat atas dasar data
yang dijamin ketelitiannya.

Harga Satuan yang Dicantumkan dalam Daftar Hasil Penghitungan Fisik Berasal dari
Kartu Persediaan yang Bersangkutan. Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil
penghitungan fisik adalah diambilkan dari kartu persediaan yang bersangkutan dalam
prosedur penetapan harga (pricing procedure).

Penyesuaian terhadap Kartu Persediaan Didasarkan pada Informasi (Kuantitas


Maupun Harga Pokok Total) Tiap Jenis Persediaan yang Tercantum dalam Daftar
31
Penghitungan Fisik. Hasil penghitungan fisik persediaan digunakan untuk meminta
pertanggungjawaban fungsi gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan dan untuk
meminta pertanggungjawaban fungsi akuntansi persediaan mengenai ketelitian dan keandalan
informasi persediaan. Setelah kuantitas tiap jenis persediaan yang dihitung dicantumkan
dalam daftar hasil penghitungan fisik, kemudian ditentukan harga pokok per unitnya dan
jumlah harga pokok per tiap jenis persediaan, untuk dasar penyesuaian data yang dicatat
dalam kartu persediaan yang bersangkutan.

Praktik yang Sehat

Kartu Penghitungan Fisisk Bernomor Unit Tercetak dan Penggunaannya


Ditanggungjawabkan oleh Fungsi Pemegang Kartu Persediaan Fisik. Untuk menghindari
tidak dicatatnya hasil penghitungan fisik persediaan, dokumen yang dipakai sebagai alat
untuk merekam hasil oenghitungan fisik harus bernomor urut tercetak dan pemakaian nomor
urut tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh pemegang kartu penghitungan fisik.

Penghitungan Fisik Setiap Jenis Persediaan Dilakukan Dua Kali secara Independen,
Pertama Kali oleh Penghitung dan Kedua Kali oleh Pengecek. Untuk menjamin ketelitian
penghitungan fisik persediaan, penghitungan tiap jenis persediaan harus dilakukan dua kali.
Penghitungan pertama dilakukan oleh penghitung dan hasilnya direkam dalam kartu
penghitungan fisik bagian ke-3. Hasil penghitungan ini kemudian dicek kebenarannya oleh
pengecek dengan cara melakukan penghitungan kedua secara independen. Hasil
penghitungan kedua ini direkam dalam kartu penghitungan fisik bagian ke-2.

Kuantitas dan Data Persediaan yang Lain yang Tercantum dalam Bagian Ke-3 dan
Bagian Ke-2 Kartu Penghitungan Fisik Dicocokkan oleh Pemegang Kartu
Penghitungan Fisik Sebelum Data yang Tercantum dalam Bagian Ke-2 Kartu
Penghitungan Fisik Dicatat dalam Daftar Hasil Penghitungan Fisik. Kartu penghitungan
fisik bagian ke-2 merupakan dokumen sumber bagi pencatatan dalam daftar hasil
penghitungan fisik. Untuk menjamin ketelitian dokumen sumber tersebut, kartu penghitungan
fisik bagian ke-2 harus dicocokkan dengan kartu penghitungan fisik bagian ke-3 oleh pihak
yang bebas dari kegiatan penghitungan fisik. Pemegang kartu penghitungan fisik harus
mencocokkan kedua bagian kartu penghitungan fisik untuk membuktikan ketelitian data yang
direkam dalam kartu tersebut.

32
Peralatan dan Metode yang Digunakan untuk Mengukur dan Menghitung Kuantitas
Persediaan Harus Dijamin Ketelitiannya. Di antara persediaan yang dihitung, ada jenis
persediaan yang mudah dihitung dengan cara yang sederhana (misalnya suku cadang mesin),
ada pula persediaan yang memerlukanalat tertentu dan metode tertentu untuk menghitung
kuantitasnya (misalnya bahan bakar yang ada di tanki dan semen curah yang ada di silo).
Peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung kuantitas persediaan
harus dijamin ketelitiannya, agar hasil penghitungan fisik persediaan teliti dan andal.

Bagan Alir Dokumen Sistem Penghitungan Fisik Persediaan

Dalam Gambar 15.14 disajikan bagan alir dokumen sistem penghitungan fisik persediaan.

Gambar 15.14 Sistem Penghitungan Fisik Persediaan

33
Gambar 15.14 Sistem Penghitungan Fisik Persediaan (Lanjutan)

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem akuntansi persediaan yang diuraikan dalam bab ini dirancang untuk
perusahaan manufaktur sebagai model. Oleh karena itu, sistem akuntansi persediaan
dalam materi ini terdiri dari jaringan prosedur berikut ini : (1) prosedur pencatatan produk
jadi, (2) prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual, (3) prosedur
pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari pembeli, (4) prosedur
pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam
proses, (5) prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli, (6) prosedur
pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok, (7) prosedur
permintaan dan pengeluaran barang gudang, (8) prosedur pencatatan tambahan harga
pokok persediaan karena pengembalian barang gudang, dan (9) sistem penghitungan fisik
persediaan.

Sistem penghitungan fisik persediaan adalah alat untuk menguji ketelitian catatan
akuntansi yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi dan ketelitian dan keandalan
penyimpanan barang di gudang oleh fungsi gudang. Oleh karena itu, salah satu unsure
pengendalian internal mensyaratkan bahwa karyawan dari kedua fungsi tersebut tidak
diikutsertakan di dalam panitia penghitungan fisik persediaan. Dalam prosedur
penyesuaian, data hasil penghitungan fisik yang disahkan oleh yang berwenang
digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk menyesuaikan catatan di dalam kartu
persediaan yang bersangkutan dengan hasil penghitungan fisik persediaan yang tercantum
dalam daftar hasil penghitungan fisik.

3.2 Saran

Penulis merasa masih banyak kekurangan dan merasa jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu setelah makalah ini dibaca diharapkan memberikan saran dan kritikan
yang membangun.

35
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi.2016.Sistem Akuntansi.Jakarta: Salemba Empat.

36

Anda mungkin juga menyukai