Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Di
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Di
Oleh:
Kelompok 9
1. Nurullia Hanum Hilfida
(131613143020)
2. Lintang Kusuma Ananta
(131613143063)
3. Jen Riko Dewantoro
(131613143086)
4. Arista Sulistyowati (131613143093)
5. Kusumastuti (131613143096)
6. Jaka Surya Hakim (131613143102)
4
Mengetahui,
Kepala Ruangan Pandan Wangi
2
4DAFTAR ISI
Halaman Sampul.......................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................3
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................43
4.1 Kesimpulan..............................................................................................43
4.2 Saran........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................44
Lampiran ...............................................................................................................46
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
proporsi penderita Diabetes Mellitus meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun
2007.
Diabetes Mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari
oleh penderita dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Hiperglikemia yang
terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan berbagai kerusakan sistem
tubuh terutama saraf dan pembuluh darah. Pada kerusakan saraf, hiperglikemia
dapat menyebabkan neuropati yang meningkatkan kejadian ulkus kaki dan infeksi,
retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan serta nefropati yang menyebabkan
gagal ginjal. Pada kerusakan pembuluh darah kondisi hiperglikemi dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, serta berbagai penyakit
pembuluh darah lainnya (Infodatin, 2014).
Secara normal, sel menggunakan glukosa untuk dimetabolisme dan diubah
menjadi energi, namun pada kondisi hiperglikemia glukosa tidak dapat diserap
oleh sel dan produksi energi menjadi menurun. Tubuh akan berespon untuk
memenuhi kebutuhan energi dengan memecah cadangan glukosa pada glikogen
(glikogenolisis) maupun dengan memproduksi glukosa baru melalui katabolisme
lemak dan protein (glukoneogenesis). Pada proses katabolisme akan dihasilkan
produk sisa berupa keton yang dapat menyebabkan tubuh mengalami kondisi
asidosis metabolik. Penurunan pH serum, peningkatan CO 2 dan pCO2 akibat
kondisi asidosis metabolik akan dikompensasi oleh tubuh, salah satunya dengan
napas cepat dalam (Kussmaul).
Napas cepat dan dalam merupakan salah satu manifestasi pola napas infektif
pada diagnosa keperawatan NANDA. Pola napas inefektif didefinisikan sebagai
inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang cukup
(NANDA, 2014). Masalah pola napas inefektif memerlukan intervensi segera
karena jika dibiarkan akan menyebabkan CO2 di dalam tubuh akan terkuras. CO2
merupakan bahan penting pembentuk bikarbonat yang merupakan penyangga
asam-basa tubuh, sehingga jika CO2 terkuras maka regulasi asam-basa tubuh dapat
terganggu. Berdasarkan penjelasan di atas kelompok kami mengangkat pola napas
inefektif sebagai masalah keperawatan utama pada Ny L.
1.2
3
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti konsep diabetes melitus secara
menyeluruh termasuk apa penyebab terjadinya diabetes melitus dan bagaimana
cara mencegah terjadinya diabetes melitus serta dapat melakukan asuhan
keperawatan terhadap klien dengan Diabetes Mellitus
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi konsep Diabetes Mellitus
2. Mengidentifikasi konsep Pola Napas
3. Mengidentifikasi konsep Oksigenasi
4. Mengidentifikasi konsep Kenyamanan
5. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
Mellitus dengan masalah keperawatan Pola Napas Inefektif
6. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
Mellitus dengan masalah keperawatan Gangguan Rasa Nyaman
1.3 Manfaat
BAB 2
RESUME KASUS
Ny. R tidak memiliki alergi apapun, baik makanan, udara, debu, maupun
obat-obatan. Kebiasaan Ny. R di rumah adalah mengonsumsi minuman manis di
pagi hari seperti es teh. Selain itu Ny, R juga sangat suka camilan dan makan berat
di sela-sela waktu. Dari anggota keluarga Ny. R tidak ada yang mengalami sakit
Diabetes Melitus seperti Ny. R, namun ada dari orang tua Ny. R yang mengalami
hipertensi. Saat ini dokter mendiagnosa Ny. R DM Tipe 2+Hiperglikemia+
Sepsis+Post stroke+ AKI.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan fisik klien saat dilakukan pengkajian didapatkan tingkat
kesadaran yang compos mentis dengan GCS 456 dan tanda-tanda vital klien nadi:
90x/menit, suhu: 37oC, tekanan darah: 120/80mmHg, RR= 24x/mnt.
Permasalahan keadaan fisik klien terdapat pada ekstrremitas bagian kiri yang sulit
untuk digerakkan karena klien pernah mengalami stroke, terlebih pada jari-jari
tangan kiri klien, kaku dengan jari setengah menggenggam tidak bisa digerakan.
Untuk keadaan kepala dan leher, tidak ada masalah, paru didapatkan pernafsan
cepat dan dangkal, jantung suara S1 dan S2 reguler, abdomen tidak ada masalah,
Genetalia bersih, memakai pampers, integumen Gatal-gatal di bagian paha dan
lutut sebelah kanan. Pengkajian neurologis pada saraf kranial dan refleks tidak
terkaji, namun pada permasalahan emosi klien, klien terlihat bosan, ingin pulang,
tidak merasa nyaman terlihat dari ekspresi wajah klien dan keluhan klien
mengatakan ingin pulang.
4. Pemeriksaan Penunjang
Direk Bilirubin
Hematologi
HBS-Ag Reaktif
Elektrolit
SO2 98.1
BIL Negatif
PRO 1+
URO 3.2
Eritrosit 0-2
8
Leukosit 0-2
Foto dada dan
Radiologi thoraks normal
Hasil konsultasi Terapi insulin 8 unit
DS :
Pasien mengatakan Hospitalisasi Gangguan Rasa Nyaman
lelah, ingin ↓
beristirahat, namun Lingkungan tidak kondusif
lingkungan berisik ↓
Istirahat terganggu
DO :
↓
1. Pasien terlihat
MK : Gangguan Rasa
tidak bisa
beristirahat Nyaman
2. Situasi
lingkungan berisik
3. Terdapat tanda-
tanda stres (mata
merah, gelisah,
sering
memindahkan
tangannya yang
terpasang infus)
4. Pasien tidak
tenang
9
KONSEP DASAR
limfa.
2. Fungsi pankreas
Fungsi eksokrin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit. Sel F pada pulau Langerhans menghasilkan polipeptida dan
pankreatik yang berperan mengatur fungsi eksokrin pankreas. Pulau langerhans
terdiri atas sel-sel alfa yang menghasilkan glukagon, sel-sel beta yang
menghasilkan insulin. Insulin adalah hormon hipoglikemik (menurunkan gula
darah) sedangkan glukagon bersifat hiperglikemik (meningkatkan gula darah).
Selain sel alfa dan beta pulau Langerhans juga memiliki sel-sel delta yang
menghasilkan somastostatin yang dapat menghambat pelepasan insulin dan
glukagon.
Mellitus)
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada
Diabetes Mellitus tipe II masin belum diketahui, namun Diabetes tipe 2 dapat
disebabkan oleh berbagai faktor risiko sebagai berikut (Infodatin, 2014):
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Ras
Bedasarkan penelitian yang dilakukan di Institut of Cardiovasculer and
Medical Sciences, University of Glasgow, Inggris orang dengan ras
negroid dan Asia dua kali lipat lebih berisiko menderita Diabetes
Mellitus dibandingkan dengan ras Kaukasia (Tempo.co, 2014)
2) Jenis kelamin
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki
peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar (Fatimah,
2015).
3) Usia
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun dan resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
> 65 tahun
4) Genetik
Secara emperis Diabetes Mellitus tipe 2 akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakit ini.
5) Riwayat melahirkan bayi >4 kg
6) Lahir dengan berat badan <2,5 kg
b. Faktor dapat diubah, erat kaitannya dengan gaya hidup
1) Obesitas
Pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2) Konsumsi alkohol
14
3.1.5
17
b.
19
2. Komplikasi Kronik
Efek samping Diabetes Mellitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh
darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik) dibagi menjadi 2 :
a. Komplikasi Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa
dalam darah meningkat, maka sirkulasi darah keginjal menjadi
menurun sehingga pada akhirnya bisa terjadi nefropati.
2) Penyakit Mata
Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati.
Katarak juga dapat disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjangan menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan
lensa.
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf- saraf perifer , sistem saraf otonom
medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan
perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi
saraf.
b.
20
c. Komplikasi Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan kekentalan darah
meningkat sehingga aliran darah melambat akibatnya terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh
tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung koroner
atau stroke.
2) Pembuluh Darah Kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf- saraf sensorik keadaan
ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi di mulai dari celah-celah
kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal
dan kalus demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma.
4)
23
5) Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasien Diabetes Mellitus melakukan olahraga dengan
teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan olah raga terlalu
berat.
6) Kontrol gula darah secara rutin
7) Pemberian penyuluhan kesehatan Diabetes Mellitus
diantarnya tentang perawatan kaki dan luka.
Defisiensi Insulin
25
26
i. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pasien Diabetes Mellitus secara teori menurut Doenges
(1999)
1. Pengkajian Demografi
Diabetes Mellitus banyak diderita oleh perempuan dewasa. Usia
kurang lebih 40 tahun
2. Pengkajian Riwayat penyakit dahulu
Penyakit infeksi pada pankreas, tumor pada pankreas, hipertensi,
riwayat Diabetes Mellitus sebelumnya.
3. Pengkajian Riwayat kesehatan keluarga : Adakah penyakit
Diabetes Mellitus dikeluarga klien
4. Pengkajian data dasar pasien Diabetes Mellitus
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur / istirahat
Tanda : Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas, letargi / disorentasi, koma, penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi
Gejala : Kebas, kesemutan ekstemitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama
Tanda : Takikardi, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
yang menurun / tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan
kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas ego
Gejala : Stress, tergantung orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri /
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diit,
27
Pola nafas tidak efektif adalah kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi
pasien tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru (Tarwoto&Wartonah,
2010). Pola nafas tidak efektif adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan
dengan perubahan pola nafas (Carpenito, 2001).
3.2.2
28
5. Faktor lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian dari permukaan laut
2. Pemberian kebutuhan O2
3. Mengukur tanda-tanda vital
4. Memberikan posisi yang nyaman
5. Mengajarkan batuk efektif
6. Pemberian input cairan baik melalui minuman maupun cairan infus
3.2.7
31
NOC NIC
kusmaul, apnea)
14. Monitor warna kulit, suhu dan
kelembapan
15. Monitor clubbing finger pada
kuku
16. Identifikasi penyebab perubahan
tanda-tanda vital
3.3.3
36
2. Masker
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen
umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat
mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan
37
antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang
mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009).
a. Macam bentuk masker
1) Simple face mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 40-
60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
2) Rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60-
80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang
terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan
kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara
ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face
mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010). Indikasi : klien dengan kadar tekanan
CO2 yang rendah. (Asmadi, 2008).
3) Non rebreathing mask, mengalirkan oksigen dengan konsentrasi
sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena
mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat
pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar
masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi
(Tarwoto& Wartonah, 2010). Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2
yang tinggi. (Asmadi, 2008).
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Perhatikan reaksi klien sebelum dan sesudah pemberian O2
2) Penggunaan nasal kateter hendaknya diganti tiap 8 jam
3) Hindari tindakan yang dapat mengganggu kenyamanan pasien
4) Jauhkan dari hal-hal yang dapat membahayakan
5) Harus selalu menggunakan humidifier untuk menghindari iritasi
selaput lender pernafasan
6) Tidak boleh lebih dari 6 liter
7) Berikan O2 sesuai intruksi dokter
3.3.4
38
3. Persiapan tindakan
a. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menempatkan pasien / keluarga dalam kondisi nyaman dan
kondusif
c. Menjelaskan tujuan dan proses pemberian terapi oksigenasi
pada keluarga pasien
d. Petugas menyiapkan inform concent untuk ditandatangani
4. Prosedur Pemasangan
a. Alat-alat didekatkan pasien
b. Cuci tangan
c. Pasang manometer pada tabung oksigen
d. Pasang flowmeter dan pastikan alirannya mati terlebih
dahulu
e. Pasang botol humidifier
f. Sambung selang oksigenasi dengan humidifier
g. Buka aliran flowmeter untuk mengecek aliran oksigen
h. Atur aliran oksigen sesuai indikasi
i. Pasang alat terapi oksigen pada pasien
39
merasa diterima apa adanya, serta senang dengan situasi dan kondisi yang ada
sehingga seseorang akan merasakan kenyamanan. Lain halnya dalam kamus
Indonesia, pengertian nyaman mempunyai arti enak dan aman, sejuk dan bersih,
tenang dan damai. Sedangkan pengertian ketidaknyamanan adalah
ketidaksenangan seseorang terhadap situasi dan kondisi tertentu sebab kondisi
tersebut menyimpang dari batas kenyamanan, sehingga orang akan mengalami
ketidaknyamanan (Sastrowinoto, 1981).
Sirkulasi udara akan menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar
sirkulasi terjaga dengan baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang
cukup (lewat jendela), dapat juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan
kebutuhan akan oksigen yang cukup (Wignjosoebroto,1995).
3. Iklim
Suhu yang diperkirakan cukup nyaman untuk ruang istirahat diberbagai
keadaan ialah 24°C. Rumah sakit merupakan sumber dari terjadinya penularan
penyakit, jika suhu telah rendah dan kelembaban terlalu tinggi akan dapat
mempermudah berkembangbiaknya bakteri, jamur, virus dan berbagai macam
bibit penyakit yang lain (Suyatno,1981).
4. Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu masalah pokok yang bisa mengganggu
kenyamanan.
5. Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat
mengganggu kenyamanan seseorang. Temperatur dan kelembaban adalah dua
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air
conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang mengganggu (Wignjosoebroto, 1995).
6. Keamanan
Keamanan merupakan masalah terpenting, karena ini dapat mengganggu
dan menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Keamanan bukan saja berarti dari
segi kejahatan (kriminal), tapi juga termasuk kekuatan konstruksi, bentuk ruang,
dan kejelasan fungsi.
7. Kebersihan
Sesuatu yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah
rasa nyaman karena bebas dari kotoran sampah ataupun bau-bauan yang tidak
sedap.
8. Penerangan
Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang perlu
memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat penerangan, kualitas
cahaya, daya penerangan, pemilihan dan perletakan lampu.
42
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Environment Managemet :
keperawatan selama 2x24 jam Comfort (6482)
pasien dapat merasa nyaman 1. Memudahkan transisi
Kriteria Hasil : pasien dan keluarga dengan
1. Comfort Status: hangat menyambut mereka
Environment (2009) dengan lingkungan baru
(1) Lingkngan kondusif 2. Mencegah gangguan yang
untuk tidur (5) tidak perlu dan memungkinkan
(2) Kebersihan untuk waktu istirahat
lingkungan (5) 3. Buat tenang dan
(3) Kenyamanan fisik lingkungan yang mendukung
(5) 4. Menyediakan lingkungan
(4) Tempat tidur yang yang aman dan bersih
nyaman (5) 5. Menentukan sumber
ketidaknyamanan, seperti
dressing lembab, posisi tabuh,
dressing tidak adekuat, seprai
lucek, dan gangguan
lingkungan
6. Sesuaikan suhu kamar
dengan yang paling nyaman
bagi individu, jika
memungkinkan
7. Memfasilitasi langkah-
langkah kebersihan untuk
menjaga nyaman individu
(misalnya, menyeka alis,
menerapkan krim kulit, atau
membersihkan tubuh, rambut,
dan rongga mulut)
8. Posisi pasien untuk
memfasilitasi kenyamanan
9. Pantau kulit, terutama di
lipatan tubuh, tanda-tanda
tekanan atau iritasi
Massage (1480)
1. Kaji kontrandikasi
intervensi pijat (seperti
penurunan integritas kulit,
peradangan, hipersensitivitas
kulit)
2. Tanyakan kesediaan klien
untuk di pijat
3. Buatlah kontrak waktu
untuk pijat
4. Pilih area tubuh yang akan
dipijat
5. Posisikan klien senyaman
mungkin sebelum pijat
6. Gunakan lotion, minyak,
45
Positioning (0840)
1. Berikan posisi yang
nyaman kepada klien
2. Dorong klien untuk
berpartisipasi dalam
perubahan posisinya
3. Posisikan klien untuk
engurangi dispnea, jika
memungkinkan
4. Hindari memosisikan klien
yang dapat memicu nyeri
5. Minimalkan gesekan saat
merubah posisi klien
6. Ubah posisi klien minimal
setiap 2 jam untuk
menghindari komplikasi
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, R. dkk., 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : C.V. Trans Info Media.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Aziz, Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia vol.1. EGC: Jakarta.
Boedisantoso, R.A., Soegondo, S., Suyono, S., Waspadji, S., Yulia, Tambunan dan
Gultom. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI.
Bulechek, G., Butcher, H. and Dochterman, J. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC) Sixth Edition. USA: Mosby Elsevier.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia : Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Gresik : EGC.
NANDA. 2014. Nursing Diagnosis: definitions and Classification 2015-2017.
Tenth Edition. NANDA International
Lampiran 1
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kalijaran Sambikerep, RT 06/RW 05 Surabaya,
Tanggal Masuk : 14 – 09 - 2016
Tanggal Pengkajian : 15 – 09 - 2016
No. Register : 1253.xx.xx
Diagnosa Medis : DM Tipe 2 + Hiperglikemia + Sepsis + Post stroke + AKI
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Hub. Dengan Pasien : Anak
51
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kalijaran Sambikerep
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS : Penurunan kesadaran dan febris, lemas, pasien cenderung tidur terus,
demam sejak 2 hari, naik turun, batuk (-), muntah (+)
Saat ini : Merasa tidak nyaman dengan keadaan rumah sakit sehingga merasa
gelisah dan terlihat tanda gejala gelisah yaitu mata merah dan sering
merubah posisi tangannya yang terpasang infus
2) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Membawa keluarga ke Rumah Sakit dan saat dirumah sakit mengikuti prosedur
rejimen erapeutik yaitu pemasangan alat bantu napas (nasl kanul)
4. Pengkajian
a. Keadaan umum :
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : Mata : 4 Verbal: 5 Psikomotor : 6
b. Tanda-tanda Vital :
Nadi = 90 x/mnt, Suhu = 37oC, TD =120/80 mmhg, RR = 36x/mnt
c. Keadaan Fisik
1) Kepala dan leher : Tidak ada lesi, tidak ada masalah
2) Dada
Paru : Tidak ada masalah, takipnea
Jantung : Suara S1 dan S2 reguler
3) Payudara dan ketiak : Tidak ada masalah
4) Abdomen : Tidak ada asites
5) Genetalia : Genetalia bersih, memakai pampers
6) Integumen : Gatal-gatal di bagian paha dan lutut sebelah kanan
7) Ekstremitas
Atas : Tangan kiri beserta jari-jarinya lumpuh
Bawah : Kaki sebelah kiri lumpuh
8) Neurologis
54
Status mental dan emosi : Saat malam hari pasien marah-marah ingin pulang
Pengkajian saraf kranial : Tidak terkaji
Pemeriksaan refleks : Tidak terkaji
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan
Direk Bilirubin
CRP Kimia
SO2 98.1
a/A 0.9
RI 0.1
BLD Negatif
6-8
pH 5.5
PRO 1+ Negatif
Color Yellow
56
Clarity Clear
Pemeriksaan EKG
- Sinus
diagnostik lain
Tachikardi
Axis Normal
- HR 115
bpm
- PR interval
162 ms
- QRS duur.
70
- QT/QTc
286/393 ms
- P-R-T
Akses 59
20/141
e. Analisa Data
DO : Peningkatan gliserol
4. Pola napas pasien yaitu
36x/menit Peningkatan keton (BUN)
5. Pasien tampak gelisah
6. Menggunakan alat Ketoasidosis
bantu napas O2 nasal 3
lpm Asidosis Metabolik
Hiperventilasi
Rencana Tindakan
Hari/tanggal
NOC NIC
15 Setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
September keperawatan selama 1x24 jam 1. Buka jalan nafas dengan
2016 pola napas klien menjadi adekuat menggunakan tehnik chin lift atau
Kriteria Hasil : jaw thrust, jika diperlukan
2. Posisikan pasien memaksimalkan
1. Status respirasi (0415) potensial ventilasi
(1) Ritme pernapasan (5) 3. Identifikasikan pasien kebutuhan
(2) Kepatenan jalan napas (5) actual atau potensial dalam insersi
(3) Respiartory Rate (5) jalan nafas
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Anjurkan mengeluarkan secret
dengan batuk dan suction
6. Ajarkan latihan nafas dalam, dan
cara batuk efektif
58
iritasi
Massage (1480)
10. Kaji kontrandikasi intervensi
pijat (seperti penurunan integritas
kulit, peradangan, hipersensitivitas
kulit)
11. Tanyakan kesediaan klien untuk
di pijat
12. Buatlah kontrak waktu untuk
pijat
13. Pilih area tubuh yang akan
dipijat
14. Posisikan klien senyaman
mungkin sebelum pijat
15. Gunakan lotion, minyak, bedak
untuk mnegurasi gesekan tangan
pemijat kan kulit klien
16. Pijat secara perlahan dan terus-
menerus
17. Minta klien untuk menikmati
pijatan pada fase akhir pijatan
sebelum melakukan perubahan
posisi atau aktivitas lain
18. Mengevaluasi respon hasil
61
h. Implementasi Keperawatan
i. Evaluasi
N Hari/Tanggal/Jam No. Evaluasi TTD
o Dx
1 Jumat/ 16 Sep 1 S : pasien menyatakan sesak berkurang, namun
belum hilang,
2016/ 13.45
O : RR = 27x/menit, pasien nampak sesak,
penggunaan otot bantu napas
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2 Jumat/ 16 Sep 2 S : pasien merasa nyaman setelah diberikan
2016/ 13.45 relaksasi : pijat
O : pasien tampak nyaman saat diberikan
pemijatan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan