Anda di halaman 1dari 11

FORMULASI SEDIAAN TOPIKAL MIKROEMULSI EKSTRAK

ETANOL UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SEBAGAI


ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI KADAR SPAN 80

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

MARIA VERONIKA

I 21111016

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015
FORMULASI SEDIAAN TOPIKAL MIKROEMULSI EKSTRAK
ETANOL UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI KADAR SPAN 80

NASKAH PUBLIKASI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi


(S.Farm) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak

Oleh :

MARIA VERONIKA

I 21111016

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015
FORMULASI SEDIAAN TOPIKAL MIKROEMULSI EKSTRAK
ETANOL UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DENGAN VARIASI KADAR SPAN 80
Rise Desnita1, Maria Veronika1*, Sri Wahdaningsih1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak

*Penulis Korespondensi, Hp.081348707976 Email : veronikamaria884@gmail.com

Abstrak: Aktivitas antioksidan dari ubi jalar ungu (Ipomoea babatas L.) disebabkan karena
adanya senyawa antosianin. Antosianin memiliki kestabilan yang rendah dan bersifat
hidrofilik sehingga memiliki masalah dalam penetrasinya melewati lapisan stratum corneum
yang cenderung lipofilik. Salah satu cara untuk meningkatkan penetrasi dan stabilitasnya
pada kulit adalah dengan diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal mikroemulsi.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil dengan
menggunakan variasi konsentrasi span 80, yaitu 20%, 25% dan 30% (b/b) serta mengetahui
aktivitas antioksidan dari formula optimum mikroemulsi yang mengandung ekstrak etanol ubi
jalar ungu dengan menggunakan metode DPPH. Konsentrasi ekstrak etanol ubi jalar ungu
dalam formula ditentukan berdasarkan nilai IC50 dari ekstrak. Stabilitas fisik mikroemulsi
dievaluasi selama 28 hari untuk mengetahui konsentrasi span 80 yang dapat membentuk
sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
etanol ubi jalar ungu memiliki nilai IC50 sebesar 38,246 ppm. Span 80 dengan Konsentrasi
sebesar 20%, 25% dan 30% dapat membentuk sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil.
Nilai persen inhibisi dari formula optimum yang mengandung span 80 sebesar 20% adalah
80,78092 %. Berdasarkan hasil peneltian, disimpulkan bahwa formula mikoremulsi ekstrak
etanol ubi jalar ungu memiliki aktivitas antioksidan dan stabilitas yang baik.

Kata kunci: Ekstrak etanol ubi jalar ungu, Aktivitas Antioksidan, Mikroemulsi, Span 80,
Stabilitas fisik
Abstract: Antioxidant activity of purple sweet potato (Ipomoea babatas L.) was caused by a
anthocyanins. Anthocyanins have low stability and hydrophilic so it has a problem in its
penetration to the lipophilic stratum corneum. One of the ways increasing its penetration and
stabilitation on the skin was formulated in topical microemulsion dosage form. This research
is aimed to make clear and stable microemulsion form by using various concentration of span
80, i.e 20%, 25% and 30% (w/w) and to determine the antioxidant activity of optimum
formulation containing purple sweet potato ethanol extract by using DPPH method. The
concentration of purple sweet potato ethanol extract in a formulation determined by the IC 50
of the extract. Physical stability of microemulsion was evaluated for 28 days to define which
concentration span 80 could make clear and stable microemulsion. The results of study
showed that purple sweet potato ethanol extract has IC50 of 38.246 ppm. Span 80 with
concentrations of 20%, 25% and 30% could make clear and stable microemulsion. Inhibition
percent of optimum formulation containing 20% span 80 was 80.78092 %. Based on the
results, it was concluded that the micoremulsion’s formulation of purple sweet potato ethanol
extract has antioxidant activity and good stability.

Keywords: Antioxidant activity, Purple sweet potato ethanol extract, Microemulsion, Span
80, Physical stability

1
PENDAHULUAN
Radikal bebas yang diproduksi di dalam tubuh dalam keadaan normal akan dinetralisir oleh
antioksidan yang ada di dalam tubuh. Namun, bila kadarnya terlalu tinggi maka kemampuan
dari antioksidan endogen tidak memadai untuk menetralisir radikal bebas sehingga terjadi
keadaan yang tidak seimbang antara radikal bebas dengan antioksidan1. Kadar radikal bebas
yang tinggi dalam tubuh dapat memicu munculnya berbagai penyakit. Oleh sebab itu, tubuh
kita memerlukan suatu antioksidan eksogen yang dapat membantu melindungi tubuh dari
radikal bebas. Salah satu tanaman dari Indonesia yang telah terbukti memiliki aktivitas
sebagai antioksidan adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa aktivitas antioksidan pada ubi jalar ungu
berbanding lurus dengan kadar antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu2.
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang rentan terhadap paparan radikal bebas,
sehingga diperlukan suatu sediaan topikal antioksidan alami untuk melindungi kulit.
Antosianin memiliki kestabilan yang rendah dan merupakan senyawa bersifat hidrofilik
sehingga memiliki masalah dalam penetrasinya melewati lapisan stratum corneum yang
cenderung lipofilik. Salah satu cara untuk meningkatkan penetrasi dan stabilitasnya pada kulit
adalah dengan diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal mikroemulsi.
Sediaan mikroemulsi yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan tipe mikroemulsi air
dalam minyak (A/M). Surfaktan yang dipilih adalah surfaktan nonionik lipofilik Span 80
dengan nilai HLB 4,3 karena dapat mempengaruhi sifat barrier kulit dan koefisien partisi
pembawa-stratum corneum, sehingga dapat meningkatkan laju penetrasi zat aktif3.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan tersebut maka dalam penelitian ini akan dibuat
suatu sediaan antioksidan topikal mikroemulsi tipe A/M menggunakan variasi kadar span 80
agar diperoleh sediaan mikroemulsi yang jernih, transparan dan efektif sebagai sistem
penghantaran obat.

BAHAN DAN METODE


Bahan
Ubi jalar ungu, etanol 96%, aquades, BHT, DMDM-hydantoin, minyak zaitun, span 80,
DPPH (Sigma-Aldrich), serbuk magnesium, FeCl3, AlCl3, HCl 2M, NaOH 2M, metanol p.a
(Merck), kloroform, NaCl 10%, gelatin, asam asetat glasial (Merck), H2SO4 pekat.

Metode
Ekstraksi Sampel
Sampel yang digunakan adalah ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yang diambil dari Dusun
VI Rasau Jaya I RT/RW 02/03 Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya Kalimantan
Barat yang merupakan hasil budidaya. Ubi jalar ungu yang diambil berumur 3 bulan, kulit
dan daging umbi berwarna ungu tua. Sampel kemudian di buat menjadi simplisia dan
dimaserasi menggunakan pelarut etanol, asam asetat dan air (25:1:5).

Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol ubi jalar ungu dilakukan dengan uji tabung
meliputi pemeriksaan senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid, antosianin, tanin, saponin,
Terpenoid dan steroid.

2
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu dengan Metode DPPH
Larutan uji ditambahkan larutan DPPH 30 ppm dengan perbandingan 1:1. Campuran
selanjutnya divortex selama 2 menit kemudian larutan uji diinkubasi pada suhu 37ºC selama
30 menit. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap blangko yaitu larutan DPPH 30 ppm.
Kemudian serapan larutan uji diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum4.

Percobaan Pendahuluan
Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menentukan kondisi percobaan terbaik dan
komposisi bahan yang sesuai untuk menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil
(Tabel 1). Optimasi kondisi yang dilakukan meliputi lama pengadukan (3 menit, 5 menit, 15
menit, 1 jam), suhu (29ºC, 35ºC dan 40ºC) dan kecepatan pengadukan (200, 400, 600 dan
800 rpm).

Pembuatan Mikroemulsi
Mikroemulsi dibuat dengan cara mencampurkan fase air ke dalam fase minyak. Fase air
terdiri dari ekstrak etanol ubi jalar ungu dan DMDM-Hydantoin sedangkan fase minyak
terdiri dari Span 80, BHT dan minyak zaitun. Campuran diaduk dengan magnetic stirrer pada
kecepatan 500 rpm sampai larut dan homogen selama 1 jam pada suhu 40°C. Selanjutnya
mikroemulsi yang telah terbentuk disonikasi untuk memperkecil ukuran globul dengan
menggunakan sonikasi tipe bath selama 24 menit (3 siklus).

Evaluasi Sediaan Mikroemulsi


Pengamatan terhadap sediaan mikroemulsi dilakukan selama 28 hari. Evaluasi sediaan
mikroemulsi yang dilkukan meliputi organoleptis, uji pH, penentuan bobot jenis, penentuan
ukuran globul dan uji sentrifugasi.

Pengamatan Organoleptis
Pengamatan secara organoleptis diamati dengan melihat adanya perubahan terhadap warna,
bau, kejernihan, pemisahan fase dan endapan.

Uji pH
Uji pH dilakukan menggunakan pH meter pada suhu ruang. Pertama-tama elektroda
dikalibrasi dengan dapar standar pH 4 dan pH 7. Elektroda lalu dicelupkan kedalam sediaan
hingga pH muncul di layar. Hasil pH di catat 5.

Penentuan Bobot Jenis


Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pada suhu 29º C. Bobot jenis sediaan dihitung
dengan rumus6 :
Bobot jenis = x massa jenis air(29ºC)

3
Uji Sentrifugasi
Sediaan mikroemulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi kemudian dilakukan
sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit 7.

Penentuan Ukuran Globul


Distribusi ukuran globul dari mikroemulsi diukur dengan menggunakan alat Particle Size
Analysis (PSA). Penentuan ukuran globul dilakukan pada sediaan mikroemulsi yang stabil
selama 28 hari.

Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi dengan Metode DPPH


Larutan uji ditambahkan larutan DPPH 30 ppm dengan perbandingan 1:1. Campuran
selanjutnya divortex selama 2 menit kemudian didiamkan pada suhu 37ºC selama 30 menit.
Perlakuan yang sama dilakukan terhadap blangko yaitu larutan DPPH 30 ppm. Kemudian
serapan larutan uji diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum4.

Analisis Data
Analisis data hasil pengujian aktivitas antioksidan dari sediaan mikroemulsi dilakukan
menggunakan Software SPSS versi 18 berdasarkan uji dengan Independent Sample t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ekstraksi terhadap simplisia ubi jalar ungu dilakukan dengan metode maserasi. Pemilihan
metode ekstraksi dengan cara maserasi didasarkan atas sensitifitas senyawa antosianin
terhadap suhu yang tinggi, dimana metode ekstraksi ini dilakukan tanpa pemanasan serta
dilakukan dalam suhu ruangan. Ekstrak etanol ubi jalar ungu yang diperoleh setelah proses
maserasi adalah sebanyak 200 gram atau dengan nilai rendemen sebesar 9,79%. Berdasarkan
skrining fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak etanol ubi jalar ungu menunjukkan
ekstrak positif mengandung metabolit sekunder alkaloid, fenolik, flavonoid, antosianin, tanin,
saponin dan triterpenoid (Tabel 2). Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji aktivitas
antioksidannya menggunakan DPPH. Adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol ubi
jalar ungu dapat dilihat dari terjadinya penurunan nilai absorbansi DPPH yang menunjukkan
bahwa telah terjadi penangkapan radikal DPPH oleh sampel sehingga mengakibatkan ikatan
rangkap diazo pada DPPH berkurang8. Aktivitas antioksidan dari ekstrak ditentukan
berdasarkan nilai IC50 yang menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat
menangkap radikal sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya
semakin tinggi9. Nilai IC50 ekstrak etanol ubi jalar ungu berdasarkan persamaan y = 0,1072 X
+ 45,90 adalah 38,25 ppm yang menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat (kurang dari 50 µg/ml). Nilai IC50 tersebut selanjutnya
digunakan untuk menghitung konsentrasi ekstrak dalam sediaan mikroemulsi yaitu sebesar
0,0038%. Kurva regresi linear dapat dilihat pada gambar 1.
Kondisi terbaik yang diperoleh untuk menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dan
stabil yaitu pada kecepatan pengadukan 500 rpm, lama pengadukan 1 jam dan temperatur
40ºC. Pada penelitian ini dibuat tiga formula mikroemulsi dengan perbandingan span 80

4
yang berbeda seperti pada Tabel 1. Pembuatan mikroemulsi dilakukan dengan teknik
pengadukan. Pengadukan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Jika terlalu cepat,
tetesan-tetesan di dalam mikroemulsi semakin mudah berbenturan sehingga ukuran partikel
menjadi lebih besar dan dapat menimbulkan busa yang lebih banyak sedangkan jika terlalu
lambat bahan-bahan yang ada sulit homogen. Jika temperatur yang digunakan terlalu rendah
proses penggabungan atau emulsifikasi sulit terjadi. Kenaikan temperatur akan meningkatkan
energi kinetis dari tetesan- tetesan sehingga memudahkan penggabungannya9. Dari ketiga
formula yang dibuat didapatkan bahwa konsentrasi span 80 sebesar 20, 25 dan 30% yang
digunakan dapat menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil. Hal ini
disebabkan karena konsentrasi span 80 yang digunakan telah mencapai atau melebihi
konsentrasi misel kritis.
Sediaan mikroemulsi formula A, B, dan C yang dihasilkan berwarna kuning, berbau khas
minyak zaitun, jernih, dan tidak tampak adanya pemisahan fase selama 28 hari penyimpanan.
Ketiga formula memiliki pH dan bobot jenis yang stabil. pH yang diperoleh yaitu antara 5,73-
5,83 (gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat telah sesuai dengan pH
fisiologis kulit (4,5-6,5) sehingga dapat diterima untuk digunakan pada kulit. Bobot jenis
formula C yang dihasilkan lebih besar dibandingkan formula A dan B karena Span 80 yang
digunakan sebagai surfaktan dalam formula mikroemulsi juga memiliki bobot jenis dan
konsentrasi span 80 yang ditambahkan pada masing-masing formula bervariasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa peningkatan bobot jenis antar formula sebanding dengan
meningkatnya konsentrasi span 80 yang digunakan (gambar 3,4,5). Hasil uji sentrifugasi
ketiga formula menunjukkan tidak tampak adanya pemisahan fase, tetap stabil dan jernih. Hal
ini menunjukkan sediaan mikroemulsi yang dibuat memiliki kestabilan yang baik. Penentuan
ukuran globul dilakukan terhadap formula mikroemulsi yang paling stabil secara fisik setelah
penyimpanan selama 28 hari. Namun, berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa ketiga
formula stabil selama penyimpanan. Oleh sebab itu, penentuan ukuran globul dilakukan
terhadap formula dengan konsentrasi span 80 yang paling kecil yaitu formula A yang
mengandung span 80 sebesar 20% karena dalam konsentrasi terkecil tersebut mikroemulsi
sudah dapat terbentuk. Diameter globul rata-rata formula mikroemulsi yang didapat adalah
120,5 nm dengan standar deviasi (SD) sebesar 11,6 terdiri dari 90,4% yang ukuran globulnya
111,1-152,4 nm dan 9,5% yang ukuran globulnya 36561.4 – 94392.3 nm.
Uji aktivitas antioksidan sediaan mikroemulsi dengan DPPH dilakukan terhadap formula
optimum yaitu Formula A yang dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu formula
mikroemulsi tanpa ekstrak etanol ubi jalar ungu. Hasil uji aktivitas antioksidan yang
diperoleh berdasarkan nilai persen inhibisi dari formula A kemudian dibandingkan dengan
persen inhibisi dari ekstrak etanol ubi jalar ungu yang tidak diformulasikan kedalam bentuk
sediaan mikroemulsi (Tabel 3). Persen Inhibisi dari formula A mengalami peningkatan
dibandingkan dengan ekstrak etanol ubi jalar ungu. Hal ini dapat disebabkan karena adanya
bahan tambahan dalam sediaan mikroemulsi seperti BHT dan minyak zaitun yang juga dapat
memberikan aktivitas antioksidan. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan ada perbedaan
yang bermakna antara persen inhibisi formula A dan ekstrak etanol ubi jalar ungu dengan p-
value sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa persen inhibisi formula A
lebih tinggi dari ekstrak etanol ubi jalar ungu. Hal ini menunjukkan, sediaan mikroemulsi
yang dibuat mampu mempertahankan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol ubi jalar ungu.

5
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol ubi jalar ungu
memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 38,25 ppm. Hasil evaluasi
selama 28 hari dari sediaan mikroemulsi ekstrak etanol ubi jalar ungu yang dibuat
menunjukkan bahwa Span 80 dapat membentuk sediaan mikroemulsi yang stabil pada
konsentrasi 20%, 25% dan 30%. Formula optimum yang diperoleh yaitu formula A dengan
konsentrasi span 80 sebesar 20% memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan persen
inhibisi 80,78092 %.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harjanto. Pemulihan stress oksidatif pada latihan olahraga. Jurnal Kedokteran YARSI.
2004, 12(3); 81-87.
2. Husna EL, Melly N, Syarifah R. Kandungan antosianin dan aktivitas antioksidan ubi jalar
ungu segar dan produk olahannya. AGRITECH. 2013, 33 (3); 296-302.
3. Arrellano A, Santoyo S, Martin C dan Ygartua P. Surfactant effects on the in vitro
perutaneous absorption of diclofenac sodium. European Journal of Drug Metabolism and
Pharmacokinetics.1998, 23; 301-312.
4. Molyneux,P. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
estimating antioxidant acitivity. Songklanakarin J.Sci. Technol. 2004, 26(2); 211-219.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI; 1995. Hal. 72, 413, 1190.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI; 1995. Hal. 72, 413, 1190.
7. Ansel HC. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia
Press; 2005. Hal. 145-146, 376-381, 389.
8. Zuhra CF, Juliati BT, Herlince S. Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari daun katuk
(Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera. 2008; 3(1): 7-10.
9. Yuhernita dan Juniarti. Analisis senyawa metabolit sekunder dari ekstrak metanol daun
surian yang berpotensi sebagai antioksidan. Makara, Sains. 2011; 15 (1): 48-52.
10.Lachman L, Lieberman, Herbert A, Kanig, Joseph L. Teori dan praktek farmasi industri
II. Terjemahan dari The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, oleh Suyatmi, Siti.
Jakarta : UI-Press; 1994. Hal. 1029-10901.

6
Tabel 1. Komposisi Formula Mikroemulsi dengan Variasi Konsentrasi Span 80

Bahan Komposisi (%b/b)


A B C D
ekstrak etanol Ipomoea batatas 0,0038 0,0038 0,0038 -
Aquades 20 20 20 20
Span 80 20 25 30 20
DMDM-Hydantoin 0,5 0,5 0,5 0,5
BHT 0,1 0,1 0,1 0,1
Minyak Zaitun Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Keterangan : D = Kontrol negatif

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Ubi Jalar Ungu

No Senyawa Metode Pengujian Hasil


1. Pereaksi Meyer -
Alkaloid Pereaksi Dargendrof +
Pereaksi Wagner +
2. Fenolik +FeCl3 1% +
3. Flavonoid Uji Willstater Sianidin +
4. Antosianin Pemanansan + HCl 2M + NaOH 2M +
5. Tanin + NaCl 10% dan gelatin 1% +
6. Saponin Uji Forth +
7. Terpenoid +
Steroid Uji Liebermen- Burchard -
Keterangan : (+) : mengandung senyawa yang diuji;
(-) : tidak mengandung senyawa yang duji

Tabel 3. Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan Sediaan Mikroemulsi dengan


Spektrofotometer UV-Vis (X ± SD)
Sampel % Inhibisi
Formula A 80,78 ± 0,01
Formula D 60,71 ± 0,20
Ekstrak Etanol Ipomoea batatas 50 ± 0

Gambar 1. Kurva regresi linear pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol Ubi
Jalar Ungu menggunakan metode DPPH

7
6
5
4 Formula A

Formula B
pH

3
2 Formula C
1
0
0 1 3 7 14 21 28
Hari ke-

Gambar 2. Grafik Uji pH Sediaan Mikroemulsi

Gambar 3. Grafik Pengukuran Bobot Jenis Formula A

Gambar 4. Grafik Pengukuran Bobot Jenis Formula B

Gambar 5. Grafik Pengukuran Bobot Jenis Formula C

Anda mungkin juga menyukai