Data Masjid Yang Dikunjungi
Data Masjid Yang Dikunjungi
Latar belakang
Dalam sejarah peradaban manusia, telah terbentuk suatu tatanan kehidupan yang sangat mulia, yaitu
kehidupan para sahabat , yang tidak ada zaman yang lebih baik sebelum dan sesudah mereka.
Rasulullah bersabda:
ُ ْﻢَ ُ ْﻢ ُﺛ َّﻢ اﻟَّ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳَﻠ ُ ْﻮَ ﱐ ُﺛ َّﻢ اﻟَّ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳَﻠ ُ ْﻮ ﲑ َّ ِ ﻗ
ْ ِ اﻟﻨﺎس َْﺮ ُ ْ َﺧ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (Nabi dan para sahabat ), kemudian yang setelah
mereka (tabiìn), kemudian yang setelah mereka (tabiùt tabiìn).” (Hr. Bukhari dan Muslim)
َُ َ ُ ﺖ ﻓِﻴ ِﻬ ْﻢ ُﺛ َّﻢ اﻟَّ ِﺬﻳ َﻦ ﻳَﻠ
ُ ن اﻟَّﺬِي ﺑُ ِﻌ ْﺜ َﺧ ْ ُ ُ ﻟﻘ
ون
َ ون َو َﻻ ﻳُ ْﺴ َﺘ ْﺸ َﻬ ُﺪ
َ ُ ْﻢ ُﺛ َّﻢ ﻳَ ْﻨ َﺸﺄ أ ْﻗ َﻮ ٌام ﻳَ ْﺸ َﻬ ُﺪﻮ ُ ﲑ أ َّﻣ ِﱵ ا ْ َ ْﺮ
ﻟﺴ َﻤ ُﻦ
ِّ ﻮﻧﻮن َو َﻻ ﻳُ ْﺆ َ َﲤ ُﻨﻮن َو ﻳَ ْﻔ ُﺸﻮ ﻓِﻴ ِﻬ ْﻢ ا
َ َ ُ َو َ ُﳜ
“Sebaik-baik umatku adalah generasi pada saat aku diutus kepada mereka, kemudian generasi setelah
mereka. Kemudian muncul kaum yang bersaksi padahal mereka tidak diminta menjadi saksi, berkhianat
dan tidak dapat dipercaya (tidak amanah), serta tersebar kegemukan di kalangan mereka.” (Hr. Muslim
dan Tirmidzi)
Pada saat itu 2/3 belahan dunia tunduk di bawah kaki mereka, bahkan Allah telah ridha kepada
mereka. Dan janji-janji Allah ini juga akan diberikan kepada orang yang mengikuti cara mereka me-
ngamalkan agama.
اﷲ َﻋ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َو َر ُﺿ ْﻮا ٍ اﳌ َﻬﺎ ِﺟ ِﺮ ﻳْ َﻦ َواﻷ َ ْﻧ َﺼﺎ ِر َواﻟَّ ِﺬﻳْ َﻦ ّاﺗ ََﺒ ُﻌ ْﻮ ُﻫﻢ ﺑِﺈِ ْﺣ َﺴ
ُ ﺎن َّر ِﺿ َﻲ ُ ْ ﻮن ِﻣ َﻦ َ
َ ُن اﻷ َّو ﻟ َ اﻟﺴﺎﺑِ ُﻘ ْﻮ
َّ َو
ȔÅÈȦǺÆǾÄÈȑ¨ÅȠÈȆÄÈȑȌÄ ȑƦÄǜÁÄǃÄǀȞÄÈȦȅÆȘÄÈȥǜÆȑÆǀǙħǀ ÅÄIJÈÄȩ ǀȞÄNJÄÈƀÄÀǠÆÈſÄ ÃǀȚÄÇǑ
ÄȔÈƌ
ÄÄȜÅȚÈǽÄ
ÅÄǜÄÇʋľ
Orang-orang yang terdahulu, yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan
Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka
pun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (Qs. at
Taubah: 100)
Rasulullah adalah sosok pribadi manusia yang mengamalkan agama secara sempurna sebagai
suri teladan, dan para sahabat , adalah sebagai contoh masyarakat yang mengamalkan agama secara
sempurna.
Sebelum Rasulullah diutus kepada mereka, mereka hidup dalam kejahilan. Pola hidup mereka
tidak ubahnya seperti hewan, yang kuat jadi pemenang dan yang lemah menjadi budak. Seluruh bentuk
kedzaliman merebak di seantero negeri Makkah yang tandus. Demikian rusaknya tatanan kehidupan
masyarakat didukung keadaan alam yang gersang, tidak memiliki potensi sumber daya alam, negeri-negeri
sekitarnya menutup diri untuk berhubungan dengan mereka, disebabkan adanya kekhawatiran penyakit
masyarakat itu menular ke negerinya. Bahkan dua negara super power pada saat itu, Romawi dan Persia
yang telah memiliki peradaban yang maju enggan menjajah mereka.
Dan sejarah dunia berubah ketika Rasulullah membuat suatu usaha memperbaiki sifat-sifat
mereka, dari keyakinan kepada makhluk menjadi yakin kepada Allah, dari yakin kepada maal (harta)
menjadi yakin kepada amal, dari maksud hidup untuk dunia menjadi maksud hidup untuk akhirat.
Pedang-pedang mereka yang awalnya berfungsi untuk menyempurnakan hawa nafsu mereka, berubah
fungsi untuk menyempurnakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Mereka mencapai puncak kejayaan
ini dalam waktu singkat, hanya dalam waktu 23 tahun. Kejayaan ini akan kembali di tangan ummat Islam,
apabila berittibà (mengikuti cara mereka) dalam mengamalkan agama.
Landasan Pemikiran
Seseorang yang menginginkan kesuksesan, maka dia akan mengikuti jejak orang-orang yang telah suk-
ses. Dan orang yang telah sukses di dunia dan di akhirat adalah para Anbiya dan para sahabat .
Rasulullah telah membentuk masyarakat ini dengan dua tahapan. Periode Makkah selama 13
tahun dan pada periode Madinah selama 10 tahun. Rasulullah mengawali usaha memperkenalkan
siapa Allah kepada manusia:
ﷲ أ َ ْﺳ َﻮا ُﻗ َﻬﺎ
ِ ﷲ َﻣ َﺴﺎ ِﺟ ُﺪ َﻫﺎ َوأَﺑْ َﻐ ُﺾ اﻟْ َﺒ َﻼ ِد إ ِ َﱄ ا ُّ أ َ َﺣ
ِ ﺐ اﻟْ َﺒ َﻼ ِد إ ِ َﱄ ا
“Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-masjidnya, dan tempat yang yang paling di benci
adalah pasar-pasarnya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah membentuk masyarakat Islam yang kokoh dan terpadu, yang terdiri dari kaum
Anshar dan Muhajirin diawali dengan memakmurkan masjid. Terwujudnya ukhuwwah dan mahabbah se-
sama muslim hanya bisa terbentuk di masjid-masjid. Selama ummat Islam tidak bertemu setiap hari da-
lam satu shaf dihadapan Allah seraya bersama-sama berdiri dengan satu tujuan semata-mata meng-
hambakan diri kepada-Nya, maka nilai-nilai keadilan dan kebersamaan tidak akan mampu menundukkan
bakat-bakat egoisme dan keangkuhan yang ada pada diri masing-masing. Tanpa adanya kesamaan dalam
ubudiyyah ini, walaupun mereka rajin rukù dan sujud kepada Allah, hal ini tidak akan bisa
menghilangkan perbedaan-perbedaan kedudukan, kekayaan, serta status dan atribut-atribut sosial lainnya.
džÃƾÄÈʎǶÆǙÄȐÆÇÅʅ©Åȧ
ÄǀÄȦșÈǜȑ
ÅÇǂÅÇ ǕÅ
“Cinta dunia adalah sumber dari segala kesalahan.” (Hr. Baihaqi)
2. Menfungsikan setiap rumah sebagaimana Rasulullah dan sahabat mengfungsikan rumah.
Seorang istri wajib menerima nafkah batiniyyah (iman, amal, dan ilmu) selain nafkah lahiriyyah (ma-
kan, pakaian, perumahan, kendaraan, pernikahan). Orang yang pertama kali menghentikan (menghala-
ngi) seorang lelaki di akhirat kelak di hadapan Allah adalah isteri dan anak-anaknya. Anak istrinya
akan berkata, ”Ya Allah, kami menuntut hak kami yang ada dalam tanggungan lelaki itu. Mintalah per-
tanggungjawabannya, karena ia tidak mengajarkan kepada kami (ilmu syariàt) yang belum kami ketahui.
Dan ia pun memberi makanan yang haram kepada kami, sedangkan kami tidak mengetahui hal itu.
Sayyidinâ Abu Saìd al Khudry berkata bahwa Rasulullah bersabda:
ﺐ أ َ ْﻋ َﻈ ُﻢ ِﻣ ْﻦ َﺟ َﻬﺎ ﻟَ ِﺔ أ َ ْﻫ ِﻠ ِﻪ
ٍ اﷲ أ َ َﺣ ٌﺪ ﺑ ِ َﺬ ْﻧ
َ ˏÄÈȒÄȥَ ﻻ
Input:
Setiap individu akan belajar memahami bahwa waktu, harta dan dirinya adalah milik Allah , se-
hingga dia menggunakan waktu, harta, tenaga dan pikirnya sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-
Nya. Sehingga timbul rasa tanggung jawab agama dalam dirinya, bahwa setiap manusia adalah pemimpin
yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak dihadapan Allah . Apabila manusia memahami bahwa
waktu dan hartanya adalah miliknya, maka dia akan menggunakan sesuai dengan hawa nafsunya.
Tanggung jawab agama itu terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. Diri dan keluarga,
ﻳَﺎ أَﻳُّ َﻬﺎ اﻟَّ ِﺬﻳ َﻦ َآﻣ ُﻨﻮا ُﻗﻮا أ َﻧ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأ َ ْﻫ ِﻠﻴ ُﻜ ْﻢ َﻧﺎر ًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Qs. at Tahrim: 6)
2. Kerabat, teman, tetangga dan orang-orang yang dekat,
َ ِ ﻚ ْاﻷَﻗ َْﺮﺑ َ
ﲔ َ َوأﻧﺬ ِْر َﻋ
َ ﺸِﲑ َﺗ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Qs. asy Syuàra: 214)
3. Ummat Islam di daerah lain,
Output:
Apabila iman betul maka amal-amal manusia akan betul, jika amal manusia baik, maka Allah akan
merubah suasana dan keadaan untuk berkhidmat pada manusia.
Allah berfirman,
Å șÄǞÈǙÄÄƶȅÄÈȠÅǃǞÄÇȍÄȘȎø
ِ َﲟﺎȔ ȝǀ ÆÄȑ¾
ĬƧÈÄȩ ¾ َ َ َ َو ﻟَﻮ أ
Ç ȘÄȕÆÇ ÃǀÄʅǠÄÄǃȔȞÆÈȦÄȒʋÄǀȚÄǖÈ NJÄȆÄÄȑÈȠȊÄljÄÇن أ ْﻫ َﻞ اﻟْ ُﻘ َﺮى َآﻣ ُﻨﻮاْ َوا
ÄÆǀȖÄǦȑ
Ä ّ ْ
¼Ä ȠDŽÅǦÆȎÈÄȥÈȠșÅǀÄʅ
Jikalau seandainya penduduk-penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al A’raf: 96)
ǂÅÈȒȊÄÈȑȤÄȝƾȭÄȜÅÅÇȒÅʅǜÅǦÄÄƈ
ÄÄ È ǔÄÅȒǭÄLjÈ ǖÄÅȒǭ
ÄȜÅÅÇȒÅʅǜÅǦÄÄƈ
È ǜÄǦÄȅÄ È ǜÄǦÄȅĦÄƾ Ä ¦Äِ اﳉ َ َﺴ ِﺪ ُﻣ ْﻀ َﻐ ٌﺔ إ َّ ِ أ َ َﻻ َوإ
ْ ن ِﰱ
“Ingatlah! Dalam diri manusia ada segumpal daging yang apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh
jasadnya (perbuatannya), dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ingatlah, yaitu
hati.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Hati yang tidak ada iman akan melahirkan amal-amal yang rusak, yang kerusakannya akan berdampak
pada langit dan bumi.
َ ﻳ َ ﺑﻌ ِ َّ ﺖ أَﻳْﺪِي
ْ ﺤ ِﺮ ِ َﲟﺎ َﻛ َﺴ َﺒ
ْ ﱪ َواﻟْ َﺒ
ِّ َ َْﻇ َﻬ َﺮ اﻟْ َﻔ َﺴ ُﺎد ِﰲ اﻟ
َ اﻟﻨﺎس ِﻟﻴُﺬِﻳ َﻘ ُﻬﻢ َ ْ َﺾ اﻟّﺬِي َﻋ ِﻤﻠُﻮا ﻟَ َﻌﻠ ّ ُﻬ ْﻢ َ ْﺮ ِﺟ ُﻌ
ﻮن
Telah nampak kerusakan di muka bumi ini, di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali ke jalan yang benar. (Qs. ar Rûm: 41)
Lebih jelas lagi Allah memberikan perumpamaan dalam firman-Nya,
ÄÄȠÄÈǃÄţ
ȌÄ NJÆƅÄȧ ÈÆǔÈNJÄȅÈȔÇÄȞÅÇÄȒȑÆ Äʄ ʋÄاﻟﺴ َﻼ ُم
ƣ ºÆȠÈǥÅ§Ä َّ اﻟﺼ َﻼ ُة َو
َّ ﷲ َو
ِ ﺑِ ْﺴ ِﻢ ا
“Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah . Ya
Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.” (Hr. Ibnus Sunni, Abu Dawud dan Muslim)
Sayyidinâ Anas bahwa Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya Allah , apabila menurunkan
azab dari langit kepada penduduk bumi, maka azab tersebut akan dihindarkan dari orang-orang yang
memakmurkan masjid.” (Hr. Ibnu Asakir)
Ciri-ciri orang yang beriman adalah orang-orang yang memakmurkan masjid;
ِ ﷲ َﻣ ْﻦ آ َﻣ َﻦ ﺑِﺎ
ﷲ َواﻟْﻴ َ ْﻮ ِم اﻵﺧِ ِﺮ ِ إ ِ َّ َﳕﺎ ﻳَ ْﻌ ُﻤ ُﺮ َﻣ َﺴﺎ ِﺟ َﺪ ا
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat. (Qs. at Taubah: 18)
Rasulullah bersabda, “Orang-orang yang bolak-balik ke masjid, maka saksikanlah bahwa se-
sungguhnya dia adalah orang yang beriman. Salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan di pa-
dang Mahsyar adalah orang-orang yang hatinya senantiasa terpaut ke masjid. Masjid adalah taman-taman
surga.”
Saat ini ummat telah membangun masjid, tetapi lupa memakmurkannya. Masjid adalah suatu amal bu-
kan sekedar bangunan. Sebagaimana ada pasar dan ada bangunan pasar. Walaupun ada bangunan yang
mewah, tapi tidak ada kegiatan jual beli maka tidak disebut sebagai pasar, tetapi hanya bangunan pasar.
Sebaliknya walaupun tidak ada bangunan, tapi ada penjual, pembeli dan transaksi, maka disebut pasar ka-
get, pasar tumpah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda, ”Masjid-masjid dibangun tetapi sepi dari hidayah (pelaksanaan petunjuk
Allah.” (Hr. Baihaqi)
Sayyidinâ Anas menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, ”Tidak akan terjadi kiamat, se-
hingga manusia telah berlebih-lebihan dalam (membangun) masjid.” (Hr. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu
Majah)
Rasulullah bersabda, ”Pasti kalian (ummat ini) akan menghias (mempermegah) masjid-masjid
seperti Yahudi dan Nashrani.” (Hr. Abu Dawud). Sayyidinâ Ibnu Abbas berkata, ”Sebagaimana
Yahudi dan Nasharah menghias tempat ibadah mereka.”
Abu Qilabah menceritakan, bahwa ketika menjelang waktu fajar, aku bersama Anas bin Malik
berada pada suatu kampung, lalu tiba waktu subuh dan kami menuju suatu masjid. Kemudian Sayyidinâ
Anas bertanya kepada orang-orang, ”Masjid-masjid apakah ini?” Mereka menjawab; 'Ini masjid yang
terindah pada zaman ini!' Maka Sayyidinâ Anas mengatakan, bahwa sesungguhnya Rasulullah
bersabda, ”Akan datang kepada manusia, suatu masa dimana mereka akan saling berbangga dalam
membangun masjid, tetapi mereka tidak memakmurkannya, melainkan sebagian kecil saja.”
Memakmurkan masjid adalah kerja setiap orang yang telah mengucapkan kalimat ” Lãilãhaillallãh
Muhammadurrasulullãh”. Namun yang bertanggung jawab dengan kerja ini adalah para ahli masjid,
apabila ahli masjid yang pertama kali mencontohkan dan merasa bertanggung jawab dengan program ini.
Maka amal agama akan mulai hidup. Ibarat pompa air yang mengalirkan air kemana-mana sampai ke
setiap rumah, sawah ladang, dan sebagainya. Agama akan sampai kepada setiap orang di tempat kerjanya
masing-masing, bahkan orang-orang yang duduk di kursi kekuasaan akan mendapatkan manfaat dari
agama dan masing-masing akan menghidupkan agama yang berhubungan dengan tugasnya.
Hari ini hubungan kita dengan agama sangat lemah, sehingga ketika amal agama keluar dari kehidu-
pan ummat, merasa tenang-tenang saja. Tetapi hubungan dengan keluarga, rumah, pekerjaan demikian
sangat dekat, ketika anak isteri sakit, timbul rasa sedih dan berusaha mencari cara penyembuhan walaupun
harus menghabiskan seluruh harta benda. Ketika rumah terbakar dan ketika di PHK merasa sangat sedih,
sebab kita telah mengorbankan waktu, harta, dan tenaga untuk mereka.
Agar timbul kecintaan pada agama, maka perlu pengorbanan sebagaimana kita telah berkorban dengan
hal-hal tersebut di atas. Untuk mewujudkan amal agama secara sempurna maka setiap muslim mengor-
bankan harta dan dirinya sendiri, bukan harta orang lain di jalan Allah (Biamwâlikum wa amfusikum fî
sabilillâh). Allah berfirman,
َّ َ اﳍ ْﻢ ﺑِﺄ
ن َ ُﳍ ُﻢ اﳉ َ َّﻨ َﺔ َ َ َ ْ ن اﷲ ا ْﺷ َﱰى ِﻣ َﻦ ْاﳌ ْﺆ ِﻣ ِﻨ
ُ َ ﲔ أ ْﻧ ُﻔ َﺴ ُﻬ ْﻢ َوأ ْﻣ َﻮ ُ ْ َ َ َّ ِ إ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman diri dan harta mereka dengan memberikan
Kesimpulan
Apabila ummat meninggalkan (tidak memakmurkan) masjid dengan usaha agama, maka berbagai ben-
tuk kebatilan akan masuk ke dalam kehidupan ummat Islam. Pertama kali keyakinan pada Allah akan
bercampur dengan kemusyrikan, lalu agama akan hilang dalam ibadah, muamalah, muasyarah, dan akh-
lak. Sehingga orang-orang Islam alergi dengan keislamannya.
Demikianlah keadaan agama hari ini, sedang sakit keras. Ibarat sebatang pohon yang mati segan hidup
tak mau, dan tak pernah berbuah lagi, padahal semua orang-orang merindukan pohon ini kembali subur
dan berbuah lagi.
Keadaan agama hari ini yang sedang sakit keras, ibarat sebatang pohon mangga yang tak pernah ber-
buah lagi, padahal semua orang merindukan pohon itu kembali subur dan berbuah. Pohon itu batangnya
telah kering, daun-daunnya gugur berjatuhan, hidup segan mati tak mau. Orang-orang prihatin melihat
keadaan pohon ini, dan berpikir untuk menyuburkannya. Untuk memperbaiki keadaan ini yang mula-
mula diusahakan adalah memupuk dan menyiram akarnya, namun orang yang melihat batangnya yang
layu mengambil cat dan mengecat batangnya agar tampak hijau, daun-daunnya yang gugur diambil ke-
mudian dilem agar tidak rontok. Perbuatan itu bukan menyuburkan pohon, bahkan mematikan pohon itu
perlahan-lahan.
Jika akar pohon tadi dipupuk dan disiram, maka batangnya akan segar dan daun-daunnya akan rimbun
serta akan menghasilkan buah yang manis. Dalam agama, iman adalah akarnya. Jika iman diperbaiki,
maka akan tumbuh batang yang kuat. Batang ini ibarat ibadah. Perintah shalat, puasa, zakat, sedekah, dan
ibadah lainnya di dahului dengan seruan iman, ‘Yâ ayyuhalladzîna âmanû’ (wahai orang-orang yang
beriman).
Dari Sayyidinâ Abdullah bin Àmr bahwa Rasulullah bersabda,
َ ِﻣ
ﺖ ﺑ ِ ِﻪ َ ِ ن َﻫ َﻮ ُاه َﺗ ْﺒ ًﻌ
ُ ﺎﳌﺎ ِﺟ ْﺌ َ َﻻﻳُ ْﺆ ُﻦ أ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﺣ ّٰﱴ ﻳَ ُﻜ ْﻮ
“Tidaklah sempurna iman sesorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti (syariàt)
yang aku bawa.” (Misykât)
Apabila akar dan batangnya kuat, maka dahan-dahannya akan kuat. Dahan atau cabang ini ibarat
muámalah yang biasanya berhubungan dengan transaksi harta, misalnya jual beli, utang piutang, pinjam
meminjam dan sebagainya. Seorang mukmin apabila berurusan dengan harta, maka ia akan berfikir,
darimana asalnya, bagaimana cara mendapatkannya, dan bagaimana membelanjakannya.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
َ ْ ب ا ْﳋ َ ْﻤ َﺮ ﺣ
ِﲔ ﻳﺸ ِﻣ َّ ﱐ َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ َوﻻ َ ﻳَ ْﺴ ِﺮ ُق
اﻟﺴﺎ ِر ُق ﺣ ْ َ ﻳﺴ ﻻَﻳَ ْﺰ ِﱏ اﻟ َّﺰ ِاﱐ ﺣ ْ َ ﻳ
ُ ِﲔ َ ْ ِﺮ ُق َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺆ ٌﻦ َوﻻ َ َ ْ َﺮ ْ ِ ِﲔ َ ْﺰ ْ ْ
ﻳَ ْﺸ َﺮﺑُ َﻬﺎ َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ
“Tidak berzina seorang pezina ketika ia berzina sedangkan ia beriman, tidak mencuri seorang pencuri
ketika ia mencuri sedangkan ia beriman, dan tidak minum khamr ketika seorang meminum khamr
sedangkan ia beriman.” (Hr. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasai)
Akar dan batang yang baik akan menumbuhkan daun yang lebat dan rimbun, sehingga mengundang
orang-orang untuk berteduh di bawahnya. Daun itu ibarat muàsyarah (hubungan pergaulan dengan
sesama manusia dan makhluk hidup yang lain), sedangkan buahnya adalah akhlak.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
berkata yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
menghormati tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia
memuliakan tamunya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda, "Bukanlah seorang mukmin, orang yang perutnya merasa kenyang,
sedangkan tetangga sebelahnya kelaparan." (Hr. Thabrani ~ Majmauz Zawaid)
Sayyidinâ Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah bersabda,
WAKTU KEGIATAN
Pembukaan Pembekalan sebelum ítikaf (Bayan Hidayah): Doa sebelum masuk Masjid dengan
niat ítikaf, shalat Tahiyyatul Masjid, adab-adab perjalanan, serta hal-hal yang akan
dilaksanakan selama 24 jam sehari.
09.30 – 11.30 Ta’lim kitâbi: keutamaan al Quran dan halaqah tajwid, shalat, dzikir, pentingnya
amar ma’ruf nahi mungkar, kisah para sahabat (Hayatus Shahabah) dan
keruntuhan ummat serta cara memperbaikinya.
11.30 – 12.30 Persiapan shalat Dhuhur
12.30 – 12.35 Ta’lim fadhilah shalat berjamaah
12.35 – 13.00 Praktek adab dan sunnah Rasulullah sehari-hari
13.00 – 13.30 Lunch (makan siang)
13.30 – 14.30 Istirahat
14.30 – 15.00 Ta’lim Kitabi: Keutamaan sedekah
15.00 – 15.30 Persiapan shalat Ashar
15.30 – 16.00 Mudzakarah & praktek pentingnya silaturrahmi
16.00 – 16.30 Dzikir-dzikir dan doa-doa petang hari (amalan infirâdhi)
16.30 – 18.00 Silaturrahmi ke rumah-rumah masyarakat sekitar dan majelis dakwah
18.00 – 18.30 Persiapan shalat Magrib
18.30 – 19.00 Ceramah Maghrib (pentingnya iman dan amal shalih)
19.00 – 19.30 Persiapan shalat Isya
19.30 – 20.00 Ta’aruf dengan para jamaah masjid
20.00 – 20.15 Praktek adab dan sunnah Rasulullah sehari-hari
20.15 – 20.45 Dinners (makan malam)
20.45 – 21.00 Muhasâbah dan pembacaan kisah kehidupan para sahabat
21.00 – 03.00 Istirahat
03.00 – 04.00 Qiyâmul Lail (Shalat Tahajjud dan doa hidayah)
04.00 – 04.30 Persiapan shalat Shubuh
04.30 – 05.00 Kultum (kemuliaan sifat-sifat para sahabat )
05.00 – 05.20 Dzikir pagi dan tilâwah al Quran (amalan infirâdhi)
05.20 – 05.30 Musyawarah program
05.30 – 06.00 Persiapan shalat Dhuha
06.30 – 07.00 Breakfast (sarapan pagi)
07.00 – 08.00 Istirahat
08.00 – 09.00 Persiapan Ta’lim pagi
#Disusun dengan pengalaman empiris dan telah diaplikasikan ke berbagai lembaga pendidikan dan swadaya Masyarakat