Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN MASJID SEBAGAI SARANA

PEMBERDAYAAN UMMAT SISTEM 72 JAM

 Latar belakang
Dalam sejarah peradaban manusia, telah terbentuk suatu tatanan kehidupan yang sangat mulia, yaitu
kehidupan para sahabat , yang tidak ada zaman yang lebih baik sebelum dan sesudah mereka.
Rasulullah  bersabda:

‫ ُ ْﻢ‬َ ‫ ُ ْﻢ ُﺛ َّﻢ اﻟَّ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳَﻠ ُ ْﻮ‬َ ‫ﱐ ُﺛ َّﻢ اﻟَّ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳَﻠ ُ ْﻮ‬ ‫ﲑ َّ ِ ﻗ‬
ْ ِ ‫اﻟﻨﺎس َْﺮ‬ ُ ْ ‫َﺧ‬
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (Nabi  dan para sahabat ), kemudian yang setelah
mereka (tabiìn), kemudian yang setelah mereka (tabiùt tabiìn).” (Hr. Bukhari dan Muslim)
َُ َ ُ ‫ﺖ ﻓِﻴ ِﻬ ْﻢ ُﺛ َّﻢ اﻟَّ ِﺬﻳ َﻦ ﻳَﻠ‬
ُ ‫ن اﻟَّﺬِي ﺑُ ِﻌ ْﺜ‬ ‫َﺧ ْ ُ ُ ﻟﻘ‬
‫ون‬
َ ‫ون َو َﻻ ﻳُ ْﺴ َﺘ ْﺸ َﻬ ُﺪ‬
َ ‫ ُ ْﻢ ُﺛ َّﻢ ﻳَ ْﻨ َﺸﺄ أ ْﻗ َﻮ ٌام ﻳَ ْﺸ َﻬ ُﺪ‬‫ﻮ‬ ُ ‫ﲑ أ َّﻣ ِﱵ ا ْ َ ْﺮ‬
‫ﻟﺴ َﻤ ُﻦ‬
ِّ ‫ﻮﻧﻮن َو َﻻ ﻳُ ْﺆ َ َﲤ ُﻨﻮن َو ﻳَ ْﻔ ُﺸﻮ ﻓِﻴ ِﻬ ْﻢ ا‬
َ َ ُ ‫َو َ ُﳜ‬
“Sebaik-baik umatku adalah generasi pada saat aku diutus kepada mereka, kemudian generasi setelah
mereka. Kemudian muncul kaum yang bersaksi padahal mereka tidak diminta menjadi saksi, berkhianat
dan tidak dapat dipercaya (tidak amanah), serta tersebar kegemukan di kalangan mereka.” (Hr. Muslim
dan Tirmidzi)
Pada saat itu 2/3 belahan dunia tunduk di bawah kaki mereka, bahkan Allah  telah ridha kepada
mereka. Dan janji-janji Allah  ini juga akan diberikan kepada orang yang mengikuti cara mereka me-
ngamalkan agama.

‫اﷲ َﻋ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َو َر ُﺿ ْﻮا‬ ٍ ‫اﳌ َﻬﺎ ِﺟ ِﺮ ﻳْ َﻦ َواﻷ َ ْﻧ َﺼﺎ ِر َواﻟَّ ِﺬﻳْ َﻦ ّاﺗ ََﺒ ُﻌ ْﻮ ُﻫﻢ ﺑِﺈِ ْﺣ َﺴ‬
ُ ‫ﺎن َّر ِﺿ َﻲ‬ ُ ْ ‫ﻮن ِﻣ َﻦ‬ َ
َ ُ‫ن اﻷ َّو ﻟ‬ َ ‫اﻟﺴﺎﺑِ ُﻘ ْﻮ‬
َّ ‫َو‬
ȔÅÈȦǺÆǾÄÈȑ¨ÅȠÈȆÄÈȑȌÄ ȑƦĝǜÁÄǃęǀȞÄÈȦȅÆȘÄÈȥǜÆȑÆǀǙħǀ ÅÄIJÈÄȩ ǀȞÄNJÄÈƀÄÀǠÆÈſÄ  ÃǀȚÄÇǑ
ÄȔÈƌ
ÄÄȜÅȚÈǽÄ
ÅÄǜÄÇʋę¾
Orang-orang yang terdahulu, yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan
Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka
pun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (Qs. at
Taubah: 100)
Rasulullah  adalah sosok pribadi manusia yang mengamalkan agama secara sempurna sebagai
suri teladan, dan para sahabat , adalah sebagai contoh masyarakat yang mengamalkan agama secara
sempurna.
Sebelum Rasulullah  diutus kepada mereka, mereka hidup dalam kejahilan. Pola hidup mereka
tidak ubahnya seperti hewan, yang kuat jadi pemenang dan yang lemah menjadi budak. Seluruh bentuk
kedzaliman merebak di seantero negeri Makkah yang tandus. Demikian rusaknya tatanan kehidupan
masyarakat didukung keadaan alam yang gersang, tidak memiliki potensi sumber daya alam, negeri-negeri
sekitarnya menutup diri untuk berhubungan dengan mereka, disebabkan adanya kekhawatiran penyakit
masyarakat itu menular ke negerinya. Bahkan dua negara super power pada saat itu, Romawi dan Persia
yang telah memiliki peradaban yang maju enggan menjajah mereka.
Dan sejarah dunia berubah ketika Rasulullah  membuat suatu usaha memperbaiki sifat-sifat
mereka, dari keyakinan kepada makhluk menjadi yakin kepada Allah, dari yakin kepada maal (harta)
menjadi yakin kepada amal, dari maksud hidup untuk dunia menjadi maksud hidup untuk akhirat.
Pedang-pedang mereka yang awalnya berfungsi untuk menyempurnakan hawa nafsu mereka, berubah
fungsi untuk menyempurnakan perintah Allah  dan Rasul-Nya. Mereka mencapai puncak kejayaan
ini dalam waktu singkat, hanya dalam waktu 23 tahun. Kejayaan ini akan kembali di tangan ummat Islam,
apabila berittibà (mengikuti cara mereka) dalam mengamalkan agama.

 Landasan Pemikiran
Seseorang yang menginginkan kesuksesan, maka dia akan mengikuti jejak orang-orang yang telah suk-
ses. Dan orang yang telah sukses di dunia dan di akhirat adalah para Anbiya  dan para sahabat .
Rasulullah  telah membentuk masyarakat ini dengan dua tahapan. Periode Makkah selama 13
tahun dan pada periode Madinah selama 10 tahun. Rasulullah  mengawali usaha memperkenalkan
siapa Allah  kepada manusia:

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 1


َ َّ ‫ﻳَﺂأَﻳُّ َﻬ‬
ُ ‫اﷲ ُﺗ ْﻔ ِﻠ‬
‫ﺤ ْﻮا‬ ُ ‫ ﻻَإ ِﻟ ٰ َﻪ إ ِ ّﻻ‬: ‫ﺎس ُﻗ ْﻮﻟُ ْﻮا‬
ُ ‫ﺎاﻟﻨ‬
“Wahai manusia, ucapkan Lâ ilâha illallâh, pasti kalian beruntung.” (Hr. Ahmad, Thabrani dan Baihaqi)
Para sahabat mendapatkan tarbiyah iman lebih dulu, bagaimana mendapatkan iman yakin yang shahih
(yang tidak bercampur sedikitpun kepada makhluk) wujud di dalam hati (iman maqlub), bukan sekedar
iman apa adanya (iman maujud) atau iman warisan.
Para sahabat berusaha mewujudkan keyakinan ini sehingga mencapai derajat keimanan yang diingin-
kan oleh Allah dan Rasul-Nya. Iman yang terendah adalah mampu mentaati perintah Allah  dan
menjauhi larangan-Nya, dan iman yang tertinggi adalah iman yang tidak terkesan dengan suasana dan
keadaan.
Rasulullah  bersabda, “Sungguh serba menakjubkan keadaan orang beriman, perkara apapun
yang dihadapinya dapat menjadi kebaikan baginya dalam segala keadaan. Dan yang demikian itu tidaklah
diberikan kepada seorang pun kecuali orang beriman. Apabila ia mendapat kesenangan, dia bersyukur ke-
pada Allah, maka dengan bersyukurnya itu ia memperoleh kebaikan. Dan apabila ia mendapat kesulitan,
dia bersabar, maka dengan kesabarannya itu juga ia memperoleh kebaikan.” (Hr. Muslim)
Ketika hijrah di Madinah, Rasulullah  mendirikan masjid untuk memelihara iman dan amal
sahabat , dan menyebarkan ke seluruh alam. Beliau  tidak membangun perumahan, gedung-
gedung dan sarana yang lain sebagai sarana tarbiyah. Kemudian turunlah wahyu tentang perintah-perintah
Allah  (hukum syariàt) secara bertahab-tahap, dan mereka dengan mudah mengamalkan seluruh
perintah-perintah Allah, sebab keimanan mereka telah siap menerima. Mereka berkata, “Kami dengar,
kami taat (sami’na wa atha’na).”

 Empat Usaha Rasulullah  dan Para Sahabat  Pada Masjid, yaitu:


1. Mendirikan masjid
Masjid yang pertama kali didirikan oleh Rasulullah  adalah Masjid Quba, dan ketika tiba di
Madinah, beliau mendirikan Masjid Nabawi. Bangunan masjid pada saat itu sangat sederhana. Tiangnya
dari batang pohon kurma, dindingnya dari pelepah daun kurma, atapnya dibuat dari daun-daun kurma,
dan berlantai pasir. Demikian sederhananya bangunan masjid itu, seorang Badui (Arab kampung) yang
baru memeluk Islam ketika masuk ke masjid, langsung membuang air kecil di sudut masjid.
2. Menghidupkan amalan Masjid.
Setelah masjid berdiri, Rasulullah  dan para sahabat  menghidupkan masjid dengan empat
amal, yaitu: (1) Da’wah Ilallah, (2) ta’lim wat ta’lum (belajar dan mengajar), (3) dzikir wal ibadah, dan
(4) khidmat (pelayanan sosial). Saat ini hampir seluruh kegiatan ummat dilakukan di luar suasana masjid,
sehingga keyakinan lebih condong kepada makhluk daripada yakin kepada Allah . Jika tidak ada
suasana agama maka amal yang mudah (syariàt fatwa) terasa berat, namun dalam suasana agama, amal
yang paling berat sekalipun (syariàt taqwa) akan mudah diamalkan. Orang-orang tidak mampu membeda-
kan perkara yang halal dan syubhat, sehingga perkara-perkara haram akan masuk ke dalam seluruh aspek
kehidupan ummat. Dalam ubudiyyah, muamalah, muasyarah, akhlak bercampur dengan hal-hal yang di-
haramkan oleh Allah .
Memakmurkan masjid diawali dengan usaha dakwah, sehingga amal agama tersebar melalui masjid-
masjid. Segala sesuatu jika didakwahkan akan menyebar, kebatilan apabila didakwahkan juga akan menye-
bar, sebagaimana kebatilan tersebar melalui usaha memakmurkan tempat-tempat hiburan, pasar-pasar,
Mall dan sebagainya.
Rasulullah  bersabda,

‫ﷲ أ َ ْﺳ َﻮا ُﻗ َﻬﺎ‬
ِ ‫ﷲ َﻣ َﺴﺎ ِﺟ ُﺪ َﻫﺎ َوأَﺑْ َﻐ ُﺾ اﻟْ َﺒ َﻼ ِد إ ِ َﱄ ا‬ ُّ ‫أ َ َﺣ‬
ِ ‫ﺐ اﻟْ َﺒ َﻼ ِد إ ِ َﱄ ا‬
“Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-masjidnya, dan tempat yang yang paling di benci
adalah pasar-pasarnya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah  membentuk masyarakat Islam yang kokoh dan terpadu, yang terdiri dari kaum
Anshar dan Muhajirin diawali dengan memakmurkan masjid. Terwujudnya ukhuwwah dan mahabbah se-
sama muslim hanya bisa terbentuk di masjid-masjid. Selama ummat Islam tidak bertemu setiap hari da-
lam satu shaf dihadapan Allah  seraya bersama-sama berdiri dengan satu tujuan semata-mata meng-
hambakan diri kepada-Nya, maka nilai-nilai keadilan dan kebersamaan tidak akan mampu menundukkan
bakat-bakat egoisme dan keangkuhan yang ada pada diri masing-masing. Tanpa adanya kesamaan dalam
ubudiyyah ini, walaupun mereka rajin rukù dan sujud kepada Allah, hal ini tidak akan bisa
menghilangkan perbedaan-perbedaan kedudukan, kekayaan, serta status dan atribut-atribut sosial lainnya.

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 2


Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya syetan adalah serigala bagi manusia, seperti serigala
terhadap kambing yang siap menerkam apabila kambing keluar dari kawanannya. Karena itu jauhilah
perpecahan dan hendaklah kalian bersama jamaah, ummat dan masjid.” (Hr. Ahmad)
Rasulullah  juga bersabda, “Setiap tiga orang yang berada di kota atau di desa yang di dalamnya
tidak didirikan shalat berjamaah, maka syetanlah yang menguasai mereka semua, maka berjamaahlah,
sesungguhnya domba yang dimangsa serigala adalah yang menyendiri dari rombongannya.” (Hr. Abu
Dawud)
Melalui masjid para sahabat berjumpa menuju jalan agama, Sayyidinâ Umar  mempertemukan dua
orang sahabat. Seorang pergi ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan seorang lagi duduk dalam majelis
ta’lim di masjid, mendengarkan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya. Setelah kembali dari pasar,
sahabat  menanyakan apa yang diterima atau dipelajari sahabat lainnya di masjid. Dan ini di lakukan
secara bergiliran, saling belajar dan mengajar tentang amalan masjid. Rasulullah  mempersaudara-
kan kaum Anshar dan Muhajirin di Masjid. Ketika Sayyidinâ Abdurrahman bin Auf  hijrah ke
Madinah, beliau ditawari oleh pasangan persaudaraannya untuk membagi dua hartanya kepada Sayyidinâ
Abdurrrahman bin Auf , dan beliau minta ditunjukkan dimana letak pasar. Ia ingin membentuk suatu
pasar dengan sistem Islami, mengubah konstalasi ekonomi di kota Madinah yang telah lebih dulu dikuasai
oleh sistem Yahudi.
3. Meluangkan waktu di masjid.
Rasulullah  meluangkan waktu di masjid dan mengajak para sahabat  untuk bergiliran me-
makmurkan masjid, sehingga amal masjid hidup selama 24 jam sehari-hari. Ada yang meluangkan waktu-
nya sekitar delapan jam, setengah hari, sehari, bahkan ada yang menginfakkan seluruh waktunya di masjid
Nabawi, yang dikenal sebagai Ashabus Shuffah.
Suatu perusahaan akan maju dengan hasil perusahaan itu sendiri. Suatu perusahaan yang berusaha
menghidupkan pabriknya selama 24 jam untuk meningkatkan produksi, maka produknya akan semakin
banyak dan bisa diekspor kemana-mana, maka karyawan di shift bergiliran. Dan hasilnya untuk mensejah-
terakan pemilik dan karyawannya.
Masjid adalah jantung pada suatu kota atau kampung, ibarat jantung pada tubuh manusia. Apabila jan-
tungnya masih berfungsi selama 24 jam, maka seluruh anggota tubuhnya akan sehat. Barometer kemak-
muran hidup ummat Islam adalah masjid, jika masjid tidak makmur dapat dipastikan banyak permasala-
han di kampung itu.
Segala sesuatu ada pusatnya, sebagaimana uang pusatnya di bank. Dan pusat hidayah ada di masjid.
Pusat kegiatan Nabi  adalah masjid, dan tempat berkumpulnya ummat adalah masjid. Nabi 
menjadikan masjid sebagai tempat menyelesaikan seluruh permasalahan ummat. Apabila ummat mele-
takkan seluruh pemecahan masalah di masjid, maka dengan sendirinya ia menjadi ahli masjid. Masjid
bukan sekedar tempat shalat, tetapi juga berfungsi untuk menghidupkan seluruh amal agama. Masjid
tempat yang paling utama untuk shalat berjamaah dan tempat untuk melakukan perubahan. Dengan
suasana masjid akan memberikan tarbiyah kepada ummat dalam suasana agama. Setiap usaha yang tidak
ada hubungannya dengan masjid, tidak akan menjadikan seseorang berada dalam suasana lingkungan
yang Islami, dan tidak akan memberikan keberkahan dalam pekerjaan tersebut.
Dengan terwujudnya kerja sama yang harmonis semata-mata mengharap keridhaan Allah , pela-
yanan sosial (khidmat) kepada ummat terpenuhi di masjid. Setiap musafir yang berkunjung ke Madinah
mendapatkan pelayanan dengan baik, hampir seluruh keperluan mereka disediakan di masjid. Air minum
dan buah kurma yang matang tergantung pada tiang-tiang masjid. Tamu-tamu yang datang untuk belajar
agama dan orang yang baru memeluk Islam ditawarkan oleh Rasulullah  kepada para sahabat 
untuk dijamu di rumah-rumah mereka. Bahkan orang-orang yang ditawan di dalam masjid melihat suasa-
na keseharian ini, ikut mengucapkan syahadat. Di masjid ini pula para sahabat yang terluka di medan pe-
rang juga mendapatkan pelayanan.
Apabila ummat hari ini menghidupkan empat amal ini pada setiap masjid, maka Allah  akan
menghancurkan seluruh sumber-sumber kebatilan dan sistem-sistem Yahudi akan hilang dengan sendiri-
nya. Munculnya hotel, restaurant, rumah sakit, dan bank sebab masjid-masjid tidak dihidupkan.
Segala usaha ke arah kebaikan pasti ada tantangannya, syetan dan kawan-kawannya juga membuat sua-
sana untuk menghalangi usaha ini. Syetan berusaha menipu dengan amal, bagaimana keempat amal mas-
jid ini dilakukan tetapi pelaksanaannya tidak sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah . Keempat
amal (dakwah ilallâh, ta’lim wat ta’lum, dzikir ibadah, dan khidmat) dipisah-pisahkan dan berdiri sendiri
padahal amal ini harus diamalkan dengan satu paket. Sehingga ummat berdakwah dengan cara masing-
masing, dakwah diberi cita rasa sesuai dengan selera pasar. Ta’lim menjadi komoditi, madrasah dan
pesantren dibangun dengan fasilitas yang mahal. Ada agama menurut pedagang, petani, pejabat dan

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 3


pendekar, beribadah untuk keduniawian. Dan fasilitas-fasilitas umum menjadi mahal; rumah sakit,
sekolah, dan sarana lainnya menggunakan tarif komersil. Aktifitas Islam menjadi terpecah belah dengan
berbagai kelompok; ilmu terfokus pada suatu kelompok, kegiatan dzikir hanya terkordinasi pada suatu
kelompok, dakwah terpusat untuk satu kelompok, kesadaran untuk berjuang terfokus pada satu kelompok.
Kejernihan berpikir hanyut, tanpa ada satu ikatan (ukhuwwah) yang menyatukan.
4. Mengirimkan rombongan dakwah dan jihad ke seluruh negeri dari masjid.
Seiring dengan terbentuknya suasana iman dan amal yang kondusif di Madinah, Rasulullah  dan
para sahabatnya mengirimkan rombongan-rombongan agar suasana agama ini menyebar ke seluruh alam.
Tercatat dalam sejarah, Rasulullah  telah mengirimkan 150 rombongan dakwah dan jihad dalam
jangka 10 tahun. Sekitar 25 rombongan yang disertai oleh Rasulullah  yang disebut Gazhwah dan
rombongan yang tidak disertai oleh Rasulullah  disebut Sariyah.
Setelah rombongan tiba di daerah perbatasan wilayah musuh, mereka membuat program di bawah
tenda dengan dakwah ilallah, ta’lim wat ta’lum, dzikir ibadah, dan khidmat selama tiga hari. Mereka
mempraktekkan bagaimana cara hidup Islami kepada masyarakat sekitarnya. Para sahabat  berkata
kepada orang-orang, ”kûnu mitslanã” (contohilah amal-amal kami)”. Ketika melihat suasana ini, sebagian
mereka memeluk Islam. Sebelum berperang mereka berdakwah terlebih dulu, satu orang yang mendapat
hidayah lebih baik daripada membunuh seribu orang kafir, dan satu orang yang mendapatkan hidayah
lebih berharga daripada menaklukan suatu negeri. Orang yang tidak mau memeluk Islam, namun ia
tunduk kepada aturan Islam juga dilindungi, dan mereka berkewajiban membayar jizyah kepada
pemerintahan Islam. Dan orang-orang yang diperangi (qitâl) adalah mereka yang menentang dakwah dan
memerangi ummat Islam.

 Maksud dan Tujuan


1. Mengembalikan fungsi masjid sebagaimana Rasulullah  dan para sahabat  menfungsikan
masjid.
Ketika masjid hidup 24 jam dengan amal agama maka seluruh sahabat menghubungkan rumahnya de-
ngan masjid. Empat amal masjid (Da’wah ilallah, ta’lim wat ta’lum, dzikir wal ibadah dan khidmat) ada di
rumah-rumah mereka sehingga dari rumah-rumah mereka lahir para alim ulama, hafidz-hafidzah, daí-daí-
yah serta para Mujahid yang tangguh meskipun pada saat itu tak satupun madrasah atau pesantren diba-
ngun. Masing-masing menjadikan rumah mereka sebagai madrasah awal tarbiyah iman amal dan ilmu.
Saat ini masjid-masjid jauh dari amal sehingga ummat tidak menghubungkan rumahnya dengan mas-
jid, sehingga orang-orang berlomba menghubungkan rumahnya dengan antene TV yang banyak melalai-
kan dari mengingat Allah  selama 24 jam. Berjamaah menonton maksiat sehingga perlahan-lahan
mencintai kemaksiatan, dan berkorban untuk itu, lalu akhirnya membenci kebenaran. Sehingga persepsi,
gaya hidup, cita-cita dan harapan terbentuk dari apa yang mereka lihat. Berlomba-lomba mengukur selera
hidup dengan iklan, awalnya membuat daftar keinginan dan akhirnya menjadi daftar kebutuhan. Ketika ti-
dak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, timbul disharmoni di dalam dirinya dan lingkungan-
nya, yang mengancam rasa aman dan tenteram pada dirinya dan orang lain.
Pada zaman sahabat , orang-orang malu menampakkan aurat, tapi hari ini orang malu tidak me-
nampakkan aurat. Dahulu orang-orang malu berbuat maksiat, tapi hari ini malu tidak berbuat maksiat. Se-
hingga yang lahir dari keluarga-keluarga muslim adalah para pencinta dan pemuja dunia. Para orang tua
sibuk 24 jam berusaha mengadakan benda-benda yang ada di TV, juga ada di dalam rumah-rumah
mereka, sehingga waktu dihabiskan untuk perkara ini. Rasulullah  bersabda,

džÃƾÄÈʎǶÆǙÄȐÆÇÅʅ©Åș§
ÄǀÄȦșÈǜȑ
ÅǝǂÅÇ ǕÅ
“Cinta dunia adalah sumber dari segala kesalahan.” (Hr. Baihaqi)
2. Menfungsikan setiap rumah sebagaimana Rasulullah  dan sahabat  mengfungsikan rumah.
Seorang istri wajib menerima nafkah batiniyyah (iman, amal, dan ilmu) selain nafkah lahiriyyah (ma-
kan, pakaian, perumahan, kendaraan, pernikahan). Orang yang pertama kali menghentikan (menghala-
ngi) seorang lelaki di akhirat kelak di hadapan Allah  adalah isteri dan anak-anaknya. Anak istrinya
akan berkata, ”Ya Allah, kami menuntut hak kami yang ada dalam tanggungan lelaki itu. Mintalah per-
tanggungjawabannya, karena ia tidak mengajarkan kepada kami (ilmu syariàt) yang belum kami ketahui.
Dan ia pun memberi makanan yang haram kepada kami, sedangkan kami tidak mengetahui hal itu.
Sayyidinâ Abu Saìd al Khudry  berkata bahwa Rasulullah  bersabda:

‫ﺐ أ َ ْﻋ َﻈ ُﻢ ِﻣ ْﻦ َﺟ َﻬﺎ ﻟَ ِﺔ أ َ ْﻫ ِﻠ ِﻪ‬
ٍ ‫اﷲ أ َ َﺣ ٌﺪ ﺑ ِ َﺬ ْﻧ‬
َ ˏÄÈȒÄȥَ ‫ﻻ‬

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 4


“Tiada dosa yang paling berat yang dibawa seseorang ketika menghadap Allah, daripada (dosa)
kebodohan keluarganya (dalam hal agama karena kelalaian suami akan tanggung jawabnya).”
Rasulullah  bersabda,
Ä ÄǝȐÄDzÄȅÈę‫ن‬ َّ ‫َﺻﻠ ُّ ْﻮ اأَﻳُّ َﻬ‬
ÄÈȭÇƛȜÆNJÆÈʎÄǃŝÈŗÆǠÈƋÄȝŸÅÄȮ ǭ
džÅÄǃȠÈNJÅȎÈƋ ÄŸÆÄȮ Ǯȑ َّ ِ‫ﺎس ِ ْﰱ ﺑُﻴ ُ ْﻮﺗِ ُﻜ ْﻢ َﻓﺈ‬
ُ ‫ﺎاﻟﻨ‬
“Shalatlah kalian wahai manusia di rumah kalian, karena shalat yang paling utama adalah shalat seseo-
rang di dalam rumahnya, kecuali shalat fardhu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Å Ä
ÅȜÆÈȦȅÆ™ǠÄȊÈljÅ¿ÈǞÆÇȑLjÆ ÈȦʏÄÈȑȘÄȕÆǠÅȆÆȚÈÄȥ¼Ä ǀǶÄÈȦÄ
ŸÆǠÄȊÄDŽÄÈȑŸÅ§ÄȠÈǥ Ç ¼ÄÇ Æ›ǠÄÆǃǀȊÄȕ
Ǫȑ ÄȔÈȎÅÆljȠÈÅȦÅǃȠÈÅȒǾÄْ‫َﻻ َﲡ‬
“Jangan engkau jadikan rumahmu seperti kuburan (tidak dibacakan al Quran di dalamnya). Sesungguh-
nya setan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah al Baqarah.” (Hr. Muslim)
Rasulullah  juga bersabda, ”Perumpamaan rumah yang digunakan untuk berdzikir dan yang
tidak, seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah  juga mendidik para istrinya, agar senantiasa melebihkan masakan, walaupun hanya
kuahnya untuk dibagikan kepada tetangga-tetangganya.
Jika tidak ada suasana agama, maka syetan akan membuat suasana lalai dalam keluarga kita. Syetan
akan berdakwah selama 24 jam, sehingga tercipta suasana bioskop dan diskotik (tiada hari tanpa musik),
suasana hotel (rumah hanya sebagai tempat untuk istirahat), suasana restoran (hanya berfungsi sebagai
tempat makan), suasana galery (tempat menyimpan, mengoleksi dan memamerkan benda-benda) tercipta
di dalam rumah-rumah kita.
Sayyidinâ Abdullah bin Àmr  berkata bahwa Rasulullah  bersabda;

‫ث‬ َّ ‫اﳌ َﺘ َﺸ ِّﺒ َﻬ ُﺔ ﺑِﺎ ﻟ ّ ِﺮ َﺟ ِﻞ َو‬


ُ ‫اﻟﺪﻳُّ ْﻮ‬ ُّ ‫ اﻟﻌ‬:‫ﺎﻣ ِﺔ‬
ُّ ‫ﺎق ِﻟ َﻮا ِﻟ َﺪﻳْ ِﻪ َوا ْ ُﳌ َ َﱰ ِّﺟﻠ َ ُﺔ‬ َ َ ‫اﷲ َﻋ َّﺰ َو َﺟ َّﻞ إ ِ ِﻟﻴ ْ ِﻬ ْﻢ ﻳَ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘﻴ‬
ُ ‫َﺛ َﻼ َﺛ ٌﺔ َﻻ ﻳَ ْﻨ ُﻈ ُﺮ‬
َ
”Tiga golongan orang yang tidak akan dipandang oleh Allah pada hari kiamat, yaitu; (1) orang yang
durhaka kepada orang tuanya, (3) perempuan yang meniru-niru atau menyerupai lelaki, dan (3) ad
Dayyuts (orang yang membiarkan perbuatan keji dalam keluarganya).” (Hr. Ahmad, Hakim, Ibnu
Hibban dan an Nasa’i)

 Input:
Setiap individu akan belajar memahami bahwa waktu, harta dan dirinya adalah milik Allah , se-
hingga dia menggunakan waktu, harta, tenaga dan pikirnya sesuai dengan perintah Allah  dan Rasul-
Nya. Sehingga timbul rasa tanggung jawab agama dalam dirinya, bahwa setiap manusia adalah pemimpin
yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak dihadapan Allah . Apabila manusia memahami bahwa
waktu dan hartanya adalah miliknya, maka dia akan menggunakan sesuai dengan hawa nafsunya.
Tanggung jawab agama itu terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. Diri dan keluarga,

‫ﻳَﺎ أَﻳُّ َﻬﺎ اﻟَّ ِﺬﻳ َﻦ َآﻣ ُﻨﻮا ُﻗﻮا أ َﻧ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأ َ ْﻫ ِﻠﻴ ُﻜ ْﻢ َﻧﺎر ًا‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Qs. at Tahrim: 6)
2. Kerabat, teman, tetangga dan orang-orang yang dekat,

َ ِ ‫ﻚ ْاﻷَﻗ َْﺮﺑ‬ َ
‫ﲔ‬ َ ‫َوأﻧﺬ ِْر َﻋ‬
َ ‫ﺸِﲑ َﺗ‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Qs. asy Syuàra: 214)
3. Ummat Islam di daerah lain,

‫ﺬ َِر أ ُ َّم اﻟْ ُﻘ َﺮى َو َﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮ َ َﳍﺎ‬ȚÈʐÅȑƾ


Ä
Dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekkah) dan orang-orang yang
berada di sekitarnya. (Qs. al An’am: 92)
4. Seluruh manusia di seluruh alam,
‫ﺎس َﺗﺄ ْ ُﻣ ُﺮ ْون ﺑِﺎ ْ َﳌ ْﻌ ُﺮ ْو ِف َو َﺗ ْﻨ َﻬ ْﻮ ﻋ ﳌﻨﻜ‬
ِ ‫ﻠﻨ‬ ْ ‫ﲑ أ ُ َّﻣ ٍﺔ أ ُ ْﺧ ِﺮ َﺟ‬
َّ ‫ﺖ ِﻟ‬
ȸÆü َ ‫ن َ ِﻦ ا ْ ُ ْ َ ِﺮ َو ُﺗ ْﺆﻣ ُِﻨ ْﻮ‬
Ç‫ن ﺑِﺎ‬ َ َ َ ْ ‫ ُﺘ ْﻢ َﺧ‬ÈʮȍÅ
Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Qs. Àli Ìmrãn: 110)
Apabila tanggungjawab ini dilakukan, maka akan timbul jazbah (semangat untuk menyempurnakan
iman dan amal secara kaffah. Tidak hanya merasa sebagai hamba Allah  tetapi juga timbul perasaan

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 5


sebagai ummat Nabi Muhammad  sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan diciptakan untuk
dirinya sendiri. Ciri-ciri perasaan ummat adalah satu untuk semua, semua untuk satu. Yaitu apabila hanya
seseorang yang taat, maka dia bertanggung jawab kepada seluruh manusia yang belum taat. Sebaliknya
apabila semuanya taat, tapi ada satu orang yang bermaksyiat, maka seorang ini menjadi tanggungjawab
seluruh ummat.
Allah  adalah Rabbun Nãs (Rabb seluruh manusia) dan Malikinnãs (Yang Menguasai seluruh manu-
sia). Rasulullah  diutus sebagai kaffatan linnãs (seluruh manusia), Al Quran adalah hudallinnãs
(petunjuk bagi seluruh manusia), dan Ummat Rasulullah  adalah ukhrijat linnãs (dijadikan untuk
seluruh manusia). Kita sebagai ummat Nabi  dijadikan untuk seluruh manusia, tidak diciptakan se-
bagai pedagang, petani, pengusaha, atau pejabat. Tetapi ummat Nabi  yang sedang menjadi peda-
gang, petani, pengusaha, atau pejabat.
Sayyidinâ Abdullah bin Abbas  bertanya kepada Rasulullah ,
ِ ‫ ِْﻢ َﻋ ْﻦ َﻣ َﻌ‬ِ ‫ ِْﻢ َو ُﺳ ُﻜ ْﻮ‬ِ ‫ ﺑِ َﺘ َﻬ ُﺎو‬: ‫ َﻗ َﺎل‬،ِ‫ ﻗِﻴ ْ َﻞ ﺑِ ِﻪ ﻳَ َﺎر ُﺳ ْﻮ َل اﷲ‬،‫ َﻧ َﻌ ْﻢ‬: ‫ﻗﺎل‬
‫ﺎص‬ َ ،‫ن‬َ ‫اﻟﺼ ِﺎﳊ ُ ْﻮ‬ ُ ‫ ْ ِﻠ‬ُ َ ‫أ‬
َّ ‫ﻚ اﻟْ َﻘ ْﺮ ﻳَ ُﺔ َو ﻓِﻴ ْ َﻬﺎ‬
‫ﷲ‬
ِ ‫ا‬
“Wahai Rasulullah, apakah mungkin suatu kampung akan ditimpa bencana, padahal di sana banyak
orang-orang shalih? Rasulullah  menjawab, ‘Ya, tentu! Karena lemahnya dan diamnya mereka
terhadap para pelaku maksyiat.” (Hr. Thabrani)
Sayyidinâ Jabir bin Abdullah  menuturkan, bahwa Rasulullah  bersabda, ”Tiada seorang pun
melakukan maksyiat dan ia tinggal dalam suatu kaum, lalu kaum tersebut tidak mencegah perbuatan
orang itu, padahal mereka mampu, melainkan Allah  menurunkan azab kepada mereka sebelum
mereka mati (di dunia ini akan didatangkan bencana).” (Hr. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

 Output:
Apabila iman betul maka amal-amal manusia akan betul, jika amal manusia baik, maka Allah  akan
merubah suasana dan keadaan untuk berkhidmat pada manusia.
Allah  berfirman,

Å șÄǞÈǙÄÄƶȅÄȝȠÅǃǞÄÇȍÄȘȎø
‫ ِ َﲟﺎ‬Ȕ ȝǀ ÆÄȑ¾
ĬƧÈÄȩ ¾ َ َ َ ‫َو ﻟَﻮ أ‬
Ç ȘÄȕÆÇ  ÃǀÄʅǠÄÄǃȔȞÆÈȦÄȒʋÄǀȚÄǖÈ NJÄȆÄÄȑȝȠȊÄljÄÇ‫ن أ ْﻫ َﻞ اﻟْ ُﻘ َﺮى َآﻣ ُﻨﻮاْ َوا‬
Ä—ÆǀȖÄǦȑ
Ä ّ ْ
¼Ä ȠDŽÅǦÆȎÈÄȥȝȠșÅǀÄʅ
Jikalau seandainya penduduk-penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al A’raf: 96)

‫ﺨﻠ َ َﻒ اﻟَّ ِﺬﻳ َﻦ ِﻣﻦ َﻗ ْﺒ ِﻠ ِﻬ ْﻢ‬


ْ ‫ ْاﺳ َﺘ‬ǀȖÄȍĬƧÈÄȩ
Èŝ ÆǮȑ
ÆȔ ȞÅȚÄÇȆÄȒÆǚÈ NJÄǦÈÄʎÄȑ  ÆǀÄƉǀÄǝȠÅȒȖÆǽľ
ÄȔÈȎÅȚÆ ÄȘÄȥǞÆÄ
ȕȠȚÅȕ˜ ÇȑȸÅÄǝǜÄʋľ
Ä
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang yang sebelum kamu berkuasa. (Qs. an Nûr: 55)
Sebaliknya apabila iman (keyakinan kepada Allah ) rusak, maka amal manusia akan rusak, jika
amal rusak, maka suasana dan keadaan menjadi rusak. Rasulullah  berwasiat,

ǂÅÈȒȊÄÈȑȤÄȝƾȭęȜÅÅÇȒÅʅǜÅǦÄÄƈ
ÄÄ È ǔÄÅȒǭÄLjÈ ǖÄÅȒǭ
ÄȜÅÅÇȒÅʅǜÅǦÄÄƈ
È ǜÄǦÄȅÄ  È ǜÄǦÄȅĝ¦Äƛ¾ Ä ¦Äِ ‫اﳉ َ َﺴ ِﺪ ُﻣ ْﻀ َﻐ ٌﺔ إ‬ َّ ِ ‫أ َ َﻻ َوإ‬
ْ ‫ن ِﰱ‬
“Ingatlah! Dalam diri manusia ada segumpal daging yang apabila daging itu baik, maka baiklah seluruh
jasadnya (perbuatannya), dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ingatlah, yaitu
hati.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Hati yang tidak ada iman akan melahirkan amal-amal yang rusak, yang kerusakannya akan berdampak
pada langit dan bumi.
‫َ ﻳ‬ َ ‫ﺑﻌ‬ ِ َّ ‫ﺖ أَﻳْﺪِي‬
ْ ‫ﺤ ِﺮ ِ َﲟﺎ َﻛ َﺴ َﺒ‬
ْ ‫ﱪ َواﻟْ َﺒ‬
ِّ َ ْ‫َﻇ َﻬ َﺮ اﻟْ َﻔ َﺴ ُﺎد ِﰲ اﻟ‬
َ ‫اﻟﻨﺎس ِﻟﻴُﺬِﻳ َﻘ ُﻬﻢ َ ْ َﺾ اﻟّﺬِي َﻋ ِﻤﻠُﻮا ﻟَ َﻌﻠ ّ ُﻬ ْﻢ َ ْﺮ ِﺟ ُﻌ‬
‫ﻮن‬
Telah nampak kerusakan di muka bumi ini, di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali ke jalan yang benar. (Qs. ar Rûm: 41)
Lebih jelas lagi Allah  memberikan perumpamaan dalam firman-Nya,

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 6


‫ﷲ َﻓﺄ َ َذا َﻗ َﻬﺎ‬
ِ ȔÆǾÅșÈÄƶÆǃ  È ǠÄȆÄȎÄȅļà ǀÄʆȕ ÄǀȞÄȉŨȧÆǀȞÄÈȦÆljÈƶÄȥdžÁȚÄÇÆʍȖÄǶÈȕ
ÄȐÆÇÅʅȘȕÆǝǜÁʌħ ÅÇdžÁȚÆÄȕ˜LjÈ șÄǀÄʅdžÁÄȥǠÄÈȉÁȮ ǎÄȕÄ‫ﷲ‬ ُ ‫با‬ ‫ﺿ‬
َ ‫َو َ َﺮ‬
‫ن‬ ÄÆ· ÆȠÈÄƊ
َ ‫ا ﻳَ ْﺼ َﻨ ُﻌ ْﻮ‬ȠÈșÅǀÄʅǀž Ⱦ įÆȠÈÅƈ ÄDŽÄȑÆȸÅǝ
È ©ǀ
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan
ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (Qs. an Nahl: 112)
Harta ditangan orang yang tidak beriman sangat berbahaya, karena ia tidak tahu cara menggunakan-
nya. Allah  memperingatkan, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perin-
tahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka mela-
kukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan
Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Qs. al Isra’: 16)
Rasulullah  bersabda, “Apabila engkau melihat seseorang yang memperoleh kenikmatan dunia
padahal ia melakukan kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj (penundaan azab dari Allah
) seperti seseorang diberi seutas tali yang dengan tali itu ia dibiarkan menggantung dirinya sendiri).
Kemudian Rasulullah  membaca ayat,

ُ ‫وﺗ ْﻮا أ َ َﺧ ْﺬ َﻧ‬


‫ﺎﻫ ْﻢ ﺑَ ْﻐ َﺘ ًﺔ َﻓﺈِ َذا ُﻫ ْﻢ‬ ُ ُ ‫ا ِ َﲟﺎ أ‬ȠÈǕÅǠÆȅĝ¦ÄƛųÄÇǕ Ä
Ä —ÃȤÈǩÄȐÆÇÅʅžÄȠÄÈǃ™ȔÈȞÆÈȦÄȒʋÄǀȚÄǖÈ NJÄȅÄȜÆÆǃ‫َﻓﻠ َ َّﻤﺎ َﻧ ُﺴ ْﻮا َﻣﺎ ُذ ِ ّﻛ ُﺮ ْو‬
‫ن‬ َ ‫ُّﻣ ْﺒ ِﻠ ُﺴ ْﻮ‬
Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa. (Qs. al An’am: 44)
Amal agama yang mempengaruhi sosial ekonomi, dan keadaan alam lainnya. Bukan sebaliknya,
suasana dan keadaan yang mempengaruhi amal agama.
Sayyidinâ Ali  meriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda, “Apabila ummatku mulai melaku-
kan lima belas perkara ini, bencana akan turun ke atas mereka, yaitu: (1) Apabila harta rampasan dijadi-
kan hak milik sendiri; (2) harta amanat dijadikan sebagai harta rampasan; (3) zakat dianggap sebagai pa-
jak (diserahkan dengan enggan); (4) suami taat pada istrinya; (5) seseorang mendurhakai ibunya; (6)
Seseorang bersikap baik pada kawannya; (7) seseorang bersikap buruk pada bapaknya; (8) kegaduhan ter-
dengar di masjid-masjid; (9) yang menjadi pemimpin masyarakat adalah orang zhalim dan berakhlak ren-
dah; (10) seseorang dihormati karena takut akan kejahatannya; (11) Khamr diminum dengan terang-
terangan; (12) Sutera dikenakan oleh laki-laki; (13) penyanyi-penyanyi wanita menjadi hal yang biasa;
(14) alat-alat musik digunakan sebagai kebiasaan; (15) ummat akhir zaman mengecam dan mencela para
pendahulu mereka (sahabat , tabiìn, dan ulama mujtahidin), maka tunggulah datangnya taufan me-
rah, pembenaman ke dalam bumi, atau perubahan bentuk rupa manusia menjadi bentuk rupa binatang.”
(Hr. Tirmidzi ~ at Targhîb wat Tarhîb)
Sayyidinâ Abdullah bin Abbas  berkata, “Apabila pengkhianatan dan ketidakjujuran banyak terjadi
pada suatu kaum, maka Allah  akan memasukkan ke dalam hati mereka perasaan takut kepada mu-
suh. Apabila perzinaan banyak dilakukan pada suatu kaum, maka akan terjadi banyak kematian. Suatu
kaum yang mengurangi timbangan, rezekinya akan berkurang. Apabila suatu perkara diputuskan dengan
tidak adil, maka akan terjadi banyak pembunuhan. Dan jika suatu kaum melanggar perjanjian, maka Allah
 akan mendatangkan musuh yang menguasai mereka.”
Sayyidinâ Abdullah bin Umar  berkata bahwa Rasulullah  bersabda, “Wahai kaum
Muhajirin, ada lima hal yang apabila kalian melakukannya, maka bencana akan menimpa kalian. Semoga
Allah menghindarkan kalian dari perbuatan itu: (1) apabila perzinaan telah merajalela di tengah-tengah
suatu kaum, wabah penyakit akan menimpa mereka maupun penyakit baru yang sebelumnya tidak
dikenal; (2) jika suatu kaum melakukan kecurangan dalam menimbang dan mengukur, mereka akan
mengalami kekeringan, kelaparan, kesusahan, dan diperintah oleh penguasa yang kejam; (3) jika suatu
kaum menahan zakatnya, maka hujan dari langit akan ditangguhkan, dan seandainya bukan untuk
kebutuhan binatang, maka tak setetes pun yang diturunkan dari langit; (4) suatu kaum yang melanggar
perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, mereka akan menjadi kelinci percobaan musuh; (5) suatu
kaum yang menerapkan hukum yang tidak adil, akan ditimpa perang saudara dan pemberontakan.” ( At
Targhîb wat Tarhîb)
Dalam mafhum hadits disebutkan, bahwa apabila perzinaan telah merajalela, maka kemiskinan akan

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 7


menimpa. Kaum yang mengkhianati perjanjian akan terjadi pertumpahan darah dan perang saudara.
Kaum yang menahan zakat (tidak mau membayar zakat), hujan akan ditahan untuk mereka. Dan perasaan
takut kepada orang lain akan merasuk ke dalam hati suatu kaum yang banyak melakukan suap.” ( Ad
Durul Mantsur)
Rasulullah  bersabda, “Ummatku akan tetap berada dalam kebaikan dan kesejahteraan selama
tidak banyak terdapat anak-anak di luar nikah di kalangan mereka. Dan jika banyak anak di luar nikah di
kalangan mereka, Allah akan menimpakan adzab ke atas mereka.” (At Targhîb wat Tarhîb)
Diriwayatakan bahwa dosa yang azabnya disegerakan adalah penindasan orang yang zhalim dan mem-
berikan kesaksian palsu. Hal itu tidak hanya akan menghabiskan harta benda, namun juga akan menye-
babkan wanita-wanita menjadi mandul dan berkurangnya penduduk negeri (karena kematian). (Ad Durul
Mantsur)
Rasulullah  bersabda, “Apabila ummatku mulai membenci ulama dalam hatinya, apabila mereka
membangun pasar dan tempat perbelanjaan dengan megah, dan apabila mereka mengadakan pernikahan
hanya karena kekayaan (bukan karena ketakwaannya, keshalihannya, dan akhlak yang baik orang yang
akan dinikahinya) maka Allah akan menurunkan empat bencana kepada mereka. Berupa kelaparan, kezha-
liman penguasa, ketidakjujuran para pejabat yang mengatur urusan mereka, dan serangan musuh.” (Hr.
Hakim)
Rasulullah  bersabda,

ȔÈȎÅÈȦÄȒʋÄǠÅȕÆÇƸÄÅȥȌÄ ȑƝǞÄȍÄ¼Ä ȠÈșÅȠÈȎÅljÄǀȖÄȍÄ


“Sebagaimana keadaan kalian (sesuai dengan ámal kalian), maka seperti itulah penguasa yang akan
memerintah kalian.” (Misykât)
Allah  berfirman,

‫ن‬ ÄÆÁǀDz‫ﲔ ﺑَ ْﻌ‬


َ ȠÈDŽÅǦÆȎÈÄȥȝȠșÅǀÄʅǀž َ ْ ‫ﺎﳌ‬ َّ ‫ﻚ ُﻧ َﻮ ِ ّﱄ ﺑَ ْﻌ َﺾ‬
ِ ِ ‫اﻟﻈ‬ َ ‫َو َﻛ َﺬ ِﻟ‬
Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu teman bagi sebagian yang lain
disebabkan apa yang mereka usahakan. (Qs. al An’am: 129)
Dalam hadist Qudsy, Allah  berfirman, “Apabila hamba-Ku mentaati-Ku, Aku akan mengirimkan
hujan kepada mereka pada malam hari pada saat mereka tidur. Dan matahari akan tetap bersinar ke atas
mereka, sehingga urusan-urusan mereka (yang dilakukan pada siang hari) tidak akan terbengkalai, dan
bunyi halilintar tidak akan terdengar oleh mereka (sehingga mereka tidak ketakutan dan cemas).” ( al
Jamiùsh Shagîr)
Rasulullah  bersabda,

‫ َﻋ ْﻨ َﻬﺎأ َ ْﺷ َﺮ َار َﻫﺎ‬ǤÅʏÆÈƗľ ÅǾÄǥÈęLjÈ ÄȑǀʌÄǔÃǦÈȕÄÄ


Äǀȝħǀ ȭ¾ÄȄÃǦÈǙĞŝǞÄʋÄǀȞÄÆǃºÈ˟ÆÈÅȥȔÈÄȑdžÃȕÄÇřÄ
ʄ ʋÄǂÄ DzÄȁĝ¦ÄƛŢǀ
ÄǾÄljÄƣÄ ¼ÄÇ Æ›
“Sesungguhnya apabila Allah Taàla murka kepada suatu ummat, Dia tidak menurunkan azab berupa
pembenaman atau perubahan bentuk rupa manusia seperti binatang. Akan tetapi Dia akan membuat
harga-harga (kebutuhan pokok) menjadi mahal, menahan turunnya hujan ke atas mereka, dan menjadi-
kan orang-orang jahat sebagai penguasa mereka.”
Allah  berfirman,

‫ن أ َ ْﺧ َﺬ ُه أ َ ِﻟﻴ ْ ٌﻢ َﺷﺪِﻳْ ٌﺪ‬


َّ ِ ‫ﺎﳌ ٌﺔ إ‬ َ َ ِ‫ﻚ أ َ ْﺧ ُﺬ َرﺑ‬
َ ِ ‫ﻚ إ ِ َذا أ َﺧ َﺬ اﻟْ ُﻘ َﺮ ْى َوﻫِ َﻲ َﻇ‬ ّ َ ‫َو َﻛ َﺬ ِﻟ‬
Dan begitulah azab Rabbmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Se-
sungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Qs. Hûd: 102)

 Sarana dan prasarana


Seluruh bentuk usaha ada tempat dan hasilnya:
Usaha Tempat Hasil
Perdagangan Pasar Laba atau keuntungan
Pertanian Sawah ladang Bahan makanan
Perindustrian Pabrik Barang
pendidikan Sekolah Ilmu
Politik Masyarakat Jabatan
Jasa Kantor Gaji
Dakwah Masjid (diri manusia) Hidayah dan akhlak

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 8


Allah  menurunkan rahmat-Nya di masjid, sebagaimana Rasulullah  mengajarkan doa
sebelum masuk masjid:

ĞĝȠÄÈǃęţ
ȌÄ NJÆƅÄȧ ÈÆǔÈNJÄȅȝȔÇÄȞÅÇÄȒȑ‚Æ Äʄ ʋÄ‫اﻟﺴ َﻼ ُم‬
ƣ ºÆȠÈǥŧÄ َّ ‫اﻟﺼ َﻼ ُة َو‬
َّ ‫ﷲ َو‬
ِ ‫ﺑِ ْﺴ ِﻢ ا‬
“Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah . Ya
Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.” (Hr. Ibnus Sunni, Abu Dawud dan Muslim)
Sayyidinâ Anas  bahwa Rasulullah  bersabda, ”Sesungguhnya Allah , apabila menurunkan
azab dari langit kepada penduduk bumi, maka azab tersebut akan dihindarkan dari orang-orang yang
memakmurkan masjid.” (Hr. Ibnu Asakir)
Ciri-ciri orang yang beriman adalah orang-orang yang memakmurkan masjid;

ِ ‫ﷲ َﻣ ْﻦ آ َﻣ َﻦ ﺑِﺎ‬
‫ﷲ َواﻟْﻴ َ ْﻮ ِم اﻵﺧِ ِﺮ‬ ِ ‫إ ِ َّ َﳕﺎ ﻳَ ْﻌ ُﻤ ُﺮ َﻣ َﺴﺎ ِﺟ َﺪ ا‬
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat. (Qs. at Taubah: 18)
Rasulullah  bersabda, “Orang-orang yang bolak-balik ke masjid, maka saksikanlah bahwa se-
sungguhnya dia adalah orang yang beriman. Salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan di pa-
dang Mahsyar adalah orang-orang yang hatinya senantiasa terpaut ke masjid. Masjid adalah taman-taman
surga.”
Saat ini ummat telah membangun masjid, tetapi lupa memakmurkannya. Masjid adalah suatu amal bu-
kan sekedar bangunan. Sebagaimana ada pasar dan ada bangunan pasar. Walaupun ada bangunan yang
mewah, tapi tidak ada kegiatan jual beli maka tidak disebut sebagai pasar, tetapi hanya bangunan pasar.
Sebaliknya walaupun tidak ada bangunan, tapi ada penjual, pembeli dan transaksi, maka disebut pasar ka-
get, pasar tumpah dan sebagainya.
Rasulullah  bersabda, ”Masjid-masjid dibangun tetapi sepi dari hidayah (pelaksanaan petunjuk
Allah.” (Hr. Baihaqi)
Sayyidinâ Anas  menuturkan bahwa Rasulullah  bersabda, ”Tidak akan terjadi kiamat, se-
hingga manusia telah berlebih-lebihan dalam (membangun) masjid.” (Hr. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu
Majah)
Rasulullah  bersabda, ”Pasti kalian (ummat ini) akan menghias (mempermegah) masjid-masjid
seperti Yahudi dan Nashrani.” (Hr. Abu Dawud). Sayyidinâ Ibnu Abbas  berkata, ”Sebagaimana
Yahudi dan Nasharah menghias tempat ibadah mereka.”
Abu Qilabah  menceritakan, bahwa ketika menjelang waktu fajar, aku bersama Anas bin Malik 
berada pada suatu kampung, lalu tiba waktu subuh dan kami menuju suatu masjid. Kemudian Sayyidinâ
Anas  bertanya kepada orang-orang, ”Masjid-masjid apakah ini?” Mereka menjawab; 'Ini masjid yang
terindah pada zaman ini!' Maka Sayyidinâ Anas  mengatakan, bahwa sesungguhnya Rasulullah 
bersabda, ”Akan datang kepada manusia, suatu masa dimana mereka akan saling berbangga dalam
membangun masjid, tetapi mereka tidak memakmurkannya, melainkan sebagian kecil saja.”
Memakmurkan masjid adalah kerja setiap orang yang telah mengucapkan kalimat ” Lãilãhaillallãh
Muhammadurrasulullãh”. Namun yang bertanggung jawab dengan kerja ini adalah para ahli masjid,
apabila ahli masjid yang pertama kali mencontohkan dan merasa bertanggung jawab dengan program ini.
Maka amal agama akan mulai hidup. Ibarat pompa air yang mengalirkan air kemana-mana sampai ke
setiap rumah, sawah ladang, dan sebagainya. Agama akan sampai kepada setiap orang di tempat kerjanya
masing-masing, bahkan orang-orang yang duduk di kursi kekuasaan akan mendapatkan manfaat dari
agama dan masing-masing akan menghidupkan agama yang berhubungan dengan tugasnya.
Hari ini hubungan kita dengan agama sangat lemah, sehingga ketika amal agama keluar dari kehidu-
pan ummat, merasa tenang-tenang saja. Tetapi hubungan dengan keluarga, rumah, pekerjaan demikian
sangat dekat, ketika anak isteri sakit, timbul rasa sedih dan berusaha mencari cara penyembuhan walaupun
harus menghabiskan seluruh harta benda. Ketika rumah terbakar dan ketika di PHK merasa sangat sedih,
sebab kita telah mengorbankan waktu, harta, dan tenaga untuk mereka.
Agar timbul kecintaan pada agama, maka perlu pengorbanan sebagaimana kita telah berkorban dengan
hal-hal tersebut di atas. Untuk mewujudkan amal agama secara sempurna maka setiap muslim mengor-
bankan harta dan dirinya sendiri, bukan harta orang lain di jalan Allah (Biamwâlikum wa amfusikum fî
sabilillâh). Allah  berfirman,

َّ َ ‫اﳍ ْﻢ ﺑِﺄ‬
‫ن َ ُﳍ ُﻢ اﳉ َ َّﻨ َﺔ‬ َ َ َ ْ ‫ن اﷲ ا ْﺷ َﱰى ِﻣ َﻦ ْاﳌ ْﺆ ِﻣ ِﻨ‬
ُ َ ‫ﲔ أ ْﻧ ُﻔ َﺴ ُﻬ ْﻢ َوأ ْﻣ َﻮ‬ ُ ْ َ َ َّ ِ ‫إ‬
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman diri dan harta mereka dengan memberikan

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 9


surga untuk mereka. (Qs. at Taubah: 111)
Rasulullah  bersabda,

‫ َﺳ ْﺒ ُﻌ ِﻤﺎ َﺋ ِﺔ ِﺿ ْﻌ ٍﻒ‬ȜÅÄȑLjÈ DŽÄʐÆȍÅƣÆ ȐÆÈȦʏÆǥÆdžÁȊÄȆÄșÄȈÄȆÄșÈęȘÈȕÄ


Äŝ
“Barangsiapa yang berinfak di jalan Allah satu infak, maka dicatat baginya (pahala) tujuh ratus kali
lipat.” (Hr. at Tirmidzi)

 Kesimpulan
Apabila ummat meninggalkan (tidak memakmurkan) masjid dengan usaha agama, maka berbagai ben-
tuk kebatilan akan masuk ke dalam kehidupan ummat Islam. Pertama kali keyakinan pada Allah  akan
bercampur dengan kemusyrikan, lalu agama akan hilang dalam ibadah, muamalah, muasyarah, dan akh-
lak. Sehingga orang-orang Islam alergi dengan keislamannya.
Demikianlah keadaan agama hari ini, sedang sakit keras. Ibarat sebatang pohon yang mati segan hidup
tak mau, dan tak pernah berbuah lagi, padahal semua orang-orang merindukan pohon ini kembali subur
dan berbuah lagi.
Keadaan agama hari ini yang sedang sakit keras, ibarat sebatang pohon mangga yang tak pernah ber-
buah lagi, padahal semua orang merindukan pohon itu kembali subur dan berbuah. Pohon itu batangnya
telah kering, daun-daunnya gugur berjatuhan, hidup segan mati tak mau. Orang-orang prihatin melihat
keadaan pohon ini, dan berpikir untuk menyuburkannya. Untuk memperbaiki keadaan ini yang mula-
mula diusahakan adalah memupuk dan menyiram akarnya, namun orang yang melihat batangnya yang
layu mengambil cat dan mengecat batangnya agar tampak hijau, daun-daunnya yang gugur diambil ke-
mudian dilem agar tidak rontok. Perbuatan itu bukan menyuburkan pohon, bahkan mematikan pohon itu
perlahan-lahan.
Jika akar pohon tadi dipupuk dan disiram, maka batangnya akan segar dan daun-daunnya akan rimbun
serta akan menghasilkan buah yang manis. Dalam agama, iman adalah akarnya. Jika iman diperbaiki,
maka akan tumbuh batang yang kuat. Batang ini ibarat ibadah. Perintah shalat, puasa, zakat, sedekah, dan
ibadah lainnya di dahului dengan seruan iman, ‘Yâ ayyuhalladzîna âmanû’ (wahai orang-orang yang
beriman).
Dari Sayyidinâ Abdullah bin Àmr  bahwa Rasulullah  bersabda,
َ ‫ِﻣ‬
‫ﺖ ﺑ ِ ِﻪ‬ َ ِ ‫ن َﻫ َﻮ ُاه َﺗ ْﺒ ًﻌ‬
ُ ‫ﺎﳌﺎ ِﺟ ْﺌ‬ َ ‫َﻻﻳُ ْﺆ ُﻦ أ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﺣ ّٰﱴ ﻳَ ُﻜ ْﻮ‬
“Tidaklah sempurna iman sesorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti (syariàt)
yang aku bawa.” (Misykât)
Apabila akar dan batangnya kuat, maka dahan-dahannya akan kuat. Dahan atau cabang ini ibarat
muámalah yang biasanya berhubungan dengan transaksi harta, misalnya jual beli, utang piutang, pinjam
meminjam dan sebagainya. Seorang mukmin apabila berurusan dengan harta, maka ia akan berfikir,
darimana asalnya, bagaimana cara mendapatkannya, dan bagaimana membelanjakannya.
Dari Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda,

َ ْ ‫ب ا ْﳋ َ ْﻤ َﺮ ﺣ‬
‫ِﲔ‬ ‫ﻳﺸ‬ ‫ِﻣ‬ َّ ‫ﱐ َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ َوﻻ َ ﻳَ ْﺴ ِﺮ ُق‬
‫اﻟﺴﺎ ِر ُق ﺣ ْ َ ﻳﺴ‬ ‫ﻻَﻳَ ْﺰ ِﱏ اﻟ َّﺰ ِاﱐ ﺣ ْ َ ﻳ‬
ُ ‫ِﲔ َ ْ ِﺮ ُق َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺆ ٌﻦ َوﻻ َ َ ْ َﺮ‬ ْ ِ ‫ِﲔ َ ْﺰ‬ ْ ْ
‫ﻳَ ْﺸ َﺮﺑُ َﻬﺎ َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺆ ِﻣ ٌﻦ‬
“Tidak berzina seorang pezina ketika ia berzina sedangkan ia beriman, tidak mencuri seorang pencuri
ketika ia mencuri sedangkan ia beriman, dan tidak minum khamr ketika seorang meminum khamr
sedangkan ia beriman.” (Hr. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan an Nasai)
Akar dan batang yang baik akan menumbuhkan daun yang lebat dan rimbun, sehingga mengundang
orang-orang untuk berteduh di bawahnya. Daun itu ibarat muàsyarah (hubungan pergaulan dengan
sesama manusia dan makhluk hidup yang lain), sedangkan buahnya adalah akhlak.
Rasulullah  bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
berkata yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
menghormati tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia
memuliakan tamunya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah  bersabda, "Bukanlah seorang mukmin, orang yang perutnya merasa kenyang,
sedangkan tetangga sebelahnya kelaparan." (Hr. Thabrani ~ Majmauz Zawaid)
Sayyidinâ Abu Hurairah  berkata, bahwa Rasulullah  bersabda,

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 10


‫ِي ﻻ َ ﻳَﺄ ْ َﻣ ُﻦ َﺟ ُﺎر ُه ﺑَ َﻮا ِﺋ َﻘ ُﻪ‬ َ
ْ ‫ أﻟَّﺬ‬: ‫ َﻗ َﺎل‬،ِ‫ ﻗِﻴ ْ َﻞ َﻣ ْﻦ ﻳَ َﺎر ُﺳ ْﻮ َل اﷲ‬،(X۳٣) ‫ﷲ َﻻ ﻳُ ْﺆ ِﻣ ُﻦ‬
ِ ‫َوا‬
“Demi Allah, dia tidak beriman!” (Rasulullah  mengucapkan sampai tiga kali) Para sahabat 
bertanya, ‘Siapakah dia, ya Rasulullah?’ Rasulullah  bersabda, ‘Orang yang tetangganya tidak
merasa aman dari kejahatannya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Dari Sayyidâtina Aisyah , Rasulullah  bersabda,

‫ﲔ إ ِ ْ َﳝ ًﺎﻧﺎأ َ ْﺣ َﺴ َﻨ ُﻬ ْﻢ ُﺧﻠ ُ ًﻘﺎ َوأَﻟْ َﻄ َﻔ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺄ َ ْﻫ ِﻠ ِﻪ‬ َ


ُ ْ ‫ن ِﻣ ْﻦ أ ْﻛ َﻤ ِﻞ‬
َ ْ ‫اﳌ ْﺆ ِﻣ ِﻨ‬ َّ ِ ‫إ‬
“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya dan
paling lemah lembut kepada keluarganya.” (Hr. Tirmidzi dan Hakim)
Rasulullah  bersabda, “Orang yang paling sempurna imannya yaitu orang yang paling baik
akhlaknya di antara mereka, dan orang yang paling baik akhlaknya adalah orang yang paling baik terhadap
istrinya.” (Hr. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Dari Sayyidinâ Anas bin Malik , Rasulullah  bersabda,

َّ ‫َﻻﻳُ ْﺆ ِﻣ ُﻦ أ َ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﺣ ّٰﱴ ُﳛ‬


ُّ ‫ِﺐ ِﻷَﺧِ ﻴ ْ ِﻪ َﻣ ُﺎﳛ‬
‫ِﺐ ِﻟ َﻨ ْﻔ ِﺴ ِﻪ‬
“Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia menyukai (kebaikan) untuk saudaranya
(yang muslim) sebagaimana ia menyukai (kebaikan) itu untuk dirinya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Seorang dokter yang bijak jika ingin menyembuhkan penyakit pasiennya, misalnya penyakit malaria,
maka yang diobati adalah bibit penyakitnya; bukan mengobati gejalanya, demam, mual, atau sakit
kepalanya. Jika hanya mengobati gejalanya saja, maka penyakitnya tak akan pernah sembuh, bahkan akan
bertambah parah.
Hari ini keyakinan ummat sedang rusak, imannya sedang sakit. Sumber penyakit inilah yang harus di-
sembuhkan terlebih dahulu, bukan memperbaiki gejalanya. Politik, ekonomi, pemerintahan, dan sebagai-
nya adalah gejala dari penyakit iman. Jika ummat sibuk memperbaiki gejalanya, maka masalah ini tidak
akan pernah selesai.
Tidak akan pernah menjadi baik ummat pada akhir zaman ini, kecuali dengan cara perbaikan pada
zaman ummat yang pertama. Sebagaimana melihat hanya dengan mata, mendengar hanya dengan telinga,
dan berbicara hanya dengan mulut.
Rasulullah  bersabda,

ْ ‫ﲔ َواﻟ ُّﺰ ْﻫ ِﺪ َوأ َ َّو ُل َﻓ َﺴﺎد َِﻫﺎﺑِﺎ ﻟْ ُﺒ‬


‫ﺨ ِﻞ‬ ِ ْ ‫أ َ َّو ُل َﺻﻼ َ ِح ٰﻫ ِﺬ ِه ْاﻷ ُ َّﻣ ِﺔ ﺑِﺎ ﻟْﻴ َ ِﻘ‬
“Awal kebaikan (terishlah) ummat ini karena yakin (yang shahih) dan zuhud (tidak tamak kepada
dunia). Dan awal kehancuran ummat ini adalah karena bakhil dan panjang angan-angan.” (Hr. Baihaqi
~ Syuàbul Iman)

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 11


JADWAL PROGRAM IMPLEMENTASI MANEJEMEN MASJID DALAM
MEMBENTUK KARAKTER UMMAT SISTEM 72 JAM

WAKTU KEGIATAN
Pembukaan Pembekalan sebelum ítikaf (Bayan Hidayah): Doa sebelum masuk Masjid dengan
niat ítikaf, shalat Tahiyyatul Masjid, adab-adab perjalanan, serta hal-hal yang akan
dilaksanakan selama 24 jam sehari.
09.30 – 11.30 Ta’lim kitâbi: keutamaan al Quran dan halaqah tajwid, shalat, dzikir, pentingnya
amar ma’ruf nahi mungkar, kisah para sahabat  (Hayatus Shahabah) dan
keruntuhan ummat serta cara memperbaikinya.
11.30 – 12.30 Persiapan shalat Dhuhur
12.30 – 12.35 Ta’lim fadhilah shalat berjamaah
12.35 – 13.00 Praktek adab dan sunnah Rasulullah  sehari-hari
13.00 – 13.30 Lunch (makan siang)
13.30 – 14.30 Istirahat
14.30 – 15.00 Ta’lim Kitabi: Keutamaan sedekah
15.00 – 15.30 Persiapan shalat Ashar
15.30 – 16.00 Mudzakarah & praktek pentingnya silaturrahmi
16.00 – 16.30 Dzikir-dzikir dan doa-doa petang hari (amalan infirâdhi)
16.30 – 18.00 Silaturrahmi ke rumah-rumah masyarakat sekitar dan majelis dakwah
18.00 – 18.30 Persiapan shalat Magrib
18.30 – 19.00 Ceramah Maghrib (pentingnya iman dan amal shalih)
19.00 – 19.30 Persiapan shalat Isya
19.30 – 20.00 Ta’aruf dengan para jamaah masjid
20.00 – 20.15 Praktek adab dan sunnah Rasulullah  sehari-hari
20.15 – 20.45 Dinners (makan malam)
20.45 – 21.00 Muhasâbah dan pembacaan kisah kehidupan para sahabat 
21.00 – 03.00 Istirahat
03.00 – 04.00 Qiyâmul Lail (Shalat Tahajjud dan doa hidayah)
04.00 – 04.30 Persiapan shalat Shubuh
04.30 – 05.00 Kultum (kemuliaan sifat-sifat para sahabat )
05.00 – 05.20 Dzikir pagi dan tilâwah al Quran (amalan infirâdhi)
05.20 – 05.30 Musyawarah program
05.30 – 06.00 Persiapan shalat Dhuha
06.30 – 07.00 Breakfast (sarapan pagi)
07.00 – 08.00 Istirahat
08.00 – 09.00 Persiapan Ta’lim pagi

#Disusun dengan pengalaman empiris dan telah diaplikasikan ke berbagai lembaga pendidikan dan swadaya Masyarakat

Program Implementasi Manajemen Masjid Sistem 72 Jam 12

Anda mungkin juga menyukai