Anda di halaman 1dari 42

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

LAPORAN LENGKAP
FIELDTRIP GEOLOGI DASAR
DAERAH SODOOHA KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWASI TENGGARA

OLEH

ATRI KHALIFAH INDAH


R1C1 18 060

KENDARI
2019
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALUOLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

HALAMAN TUJUAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Akademik


Untuk Melulusi Mata Kuliah Geologi Dasar Tingkat Strata Satu (S – 1).
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Jurusan Teknik Geologi, Universitas
Halu Oleo

OLEH :

ATRI KHALIFAH INDAH


R1C1 18060

KENDARI

2019
KEMENTERIAN RISETTEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

LEMBAR PENGESAHAN

Kendari, 7 Januari 2019

Menyetujui :

Asisten Praktikan

FEBIYANTI ATRI KHALIFAH INDAH


R1C1 16 009 R1C1 18 060

Mengetahui,
Dosen Pengampuh

MASRI S.Si.,MT
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil

menyelesaikan Laporan Lapangan Field Trip Geologi Dasar ini yang syukur

dan alhamdulillah selesai tepat pada waktunya.

Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami


kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, terutama
kepada yang terhormat dosen pembimbing Bapak Masri, S.Si, MT. serta kepada
para asisten yang memberikan bimbingan dan koreksi sehingga laporan ini dapat
terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih serta
penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan yang maha Esa dapat
melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.Semoga
Tuhan yang maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha yang telah dilakukan.

Kendari, 07 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................

HALAMAN TUJUAN...........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah………………………………..……………………..

1.3 Maksud dan Tujuan..................................................................................

1.4 Alat dan Bahan.........................................................................................

1.5 Manfaat………………………………………….……………………...

1.6Waktu, Lokasi Dan Kesampaian…………..............................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional…….............................................................................

2.2 Teori Dasar………………………………………..……………………

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil........................................................................................................
3.2 Pembahasan………………….................................................................

BAB IV DISKUSI UMUM

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan..............................................................................................

5.2 Saran.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1 Alat dan Bahan serta kegunaannya

Tabel 5-5 kelas lereng, dengan sifat-sifat proses dan kondisi alamiah yang
kemungkinan terjadi dan usulan warna untuk peta relief secara umum (disadur dan
disederhanakan dari Van Zuidam , 1985)
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1 Pembagian Mandala Geologi Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya

Gambar 2.1.A Bagian Selatan Lengan Sulawesi dan Cit

Gambar 2.1.B Kolerasi Satuan Peta Geologi Regional Lembar Lususua-Kendari,


Sulawesi

Gambar 2.1.C Peta Tektonik Regional Pulau Sulawesi

Gambar 2.2.1 Kompas

Gambar 4-1 Proses-proses geologi (proses endogenic dna proses eksogenik) dan
perubahan bentagalam

Gambar 3.1.A.1 Singkapan

Gambar 3.1.A.2 Sampel

Gambar 3.1.A.3 Singkapan

Gambar 3.1.A.4 Sampel

Gambar 3.1.A.5 Singkapan

Gambar 3.1.A.6 Sampel

Gambar 3.1.A.7 Singkapan

Gambar 3.1.A.8 Sampel


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Geologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang masalah


kebumian. Terutama yang berkaitan dengan gaya dam proses dari bumi
yang berpengaruh terhadap kerak bumi. Geologi juga dapat di definisikan
sebagai ilmu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai materi
penyusunnya, proses yang terjadi, hasil proses tersebut, sejarah, dan
bentuk-bentuk kehidupaan sejak bumi terbentuk. Dalam mempelajari
geologi dasar tidak hanya mempelajari teori tetapi juga harus tahu keadaan
sebenarnya di lapangan. Langkah persiapan untuk menuju lokasi praktek
lapangan adalah penelusuran teori dan konsep-konsep yang menjelaskan
tentang objek sangat di butuhkaan untuk mempertajam dan mengarahkan
pemahaman pengamat pada berbagai gejala geologi.
Seperti juga pada sesar, lipatan dan kekar umumnya terbentuk
karena prosestektonik yang terjadi pada suatu daerah tertentu.
Pada suatu batuan yang samadalam daerah yang relatif kecil sering
terdapat beberapa pasang kekar yang berbeda(system kekar). Kekar-
kekar yang mempunyai orientasi (jurus dan kemiringan)sama
disebut sebagai satu set kekar. Dlaam suatu system kekar bias
terdaat lebihdari satu set kekar
Praktek lapangan ini di maksudkan untuk menyesuaikan antara
teori yang di terima dengan objek lapangan.Karena kita tahu bahwa kajian
geologi belum cukup lengkap jika hanya sebatas teori saja, sehingga
praktek lapangan sangatlah penting untuk dilaksanakan karena dapat
membantu memperdalam ilmu serta mengetahui yang sesungguhnya
kejadian dilapangan yang diterima khususnya pada mata kuliah umum.
Pengembangan pokok bahasan akan jauh lebih baik jika mahasiswa melakukan
observasi langsung di lapangan sesuai kondisi alam yang dimiliki oleh wilayah
yang diamati. Dengan begitu akan lebih mempermuda pemahaman mahasiswa
untuk memahami teori yang telah diperoleh sebelumnya dan mengetahui
kebenaran yang ada tentang gejala- gejala geologi di muka bumi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari fiedtrip geologi dasar ini yaitu:
1.Apa itu singkapan batuan?
2. Bagaimana cara mengetahui data singkapan dilapangan?
3. Bagaimana cara mengetahui data geomorfologi dilapangan?
4. Bagaimana cara mengetahui data struktur dilapangan?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud di adakannya Fieldtrip Geologi Dasar ini adalah untuk
memahami dan mengetahui aspek-aspek geologi yang terjadi pada daerah
penelitian.
Tujuan di adakannya studi geomorfologi ini, yaitu :
1. Mempelajari ilmu berbagai aspek geologi daerah Sodooha, Kecamatan
Kendari Barat, Kota Kendari.
2. Menganalisa berbagai macam bentuk kondisi geologi daerah Sodooha,
Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, diantaranya kondisi litologi,
struktur geologi yang bekerja, kondisi deformasi singkapan, dan .
3. Membuat peta lintasan dan stasiun yang telah di lewati dalam
perjalanan fieldtrip mulai dari stasiun satu hingga stasiun empat.
1.4 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapangan geologi dasar yaitu:
Tabel 1.4.1 alat dan bahan beserta kegunaanya

No ALAT DAN BAHAN KEGUNAAN


1 Kompas geologi Untuk menentukan strike dan dip

Untuk menentukan koordinat posisi/lokasi


2 GPS pengsmbilan data
3 Palu Geologi Untuk menyampling batuan
4. ATG Sebagai alat tulis menulis
5. Papan komputer Untuk membantu pengukuran strike dan dip
6 Mistar 30 cm Untuk menggaris
7 Busur derajat Untuk mengukur sudut singkapan
8 Kamera Untuk mengambil gambar sampel/singkapan
batuan beserta struktur geologinya
9 Komperator Untuk menentukan ukuran butir
10 HCL 0,1 M Untuk mengetahui karbonat atau silika batuan
11 Peta Dasar Sebagai
12 Pita meter Sebagai alat ukur
13 Roll meter Sebagai alat ukur dimensi panjang dan tinggi
singkapan batuan
14 Luph Untuk melihat kesejajaran mineral
15 Buku lapangan Untuk mencatat hasil penelitian di lapangan
16 Kantong sampel Untuk menyimpan sampel batuan
1.5 MANFAAT
Adapun manfaat dari kuliah lapangan (fieldtrip) geologi dasar yaitu
manfaaat untuk Mahasiswa mengetahu berbagai aspek geologi daerah
sodooha, mengetahui berbagai macam jenis litologi daerah Sodooha, dan
mengetahui cara membuat peta lintasan daerah Sodooha, kecamatan
kendari barat. Serta manfaat untuk masyarakat sekitar yaitu dengan adanya
Fieldtrip ini masyarakat sekitar mengetahui akan adanya potensi yang di
miliki daerah tersebut.

1.6 WAKTU, TEMPAT DAN KESEMPATAN


Fieldtrip geologi dasar ini dalaksanakan pada hari Minggu, 06
Januari 2019 tepat pukul 07:30 WITA, bertempat di sungai Lasolo,
Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi
Tenggara.Dimana awal keberangkatan bertempat di prodi jurusan teknik
geologi.Dalam perjalanan menuju lokasi fieldtrip kami menggunakan truk
yang berjumlah 4 buah.Kami sampai ditempat lokasi fieldtrip pada pukul
08.00.kami mulai berjalan kaki masuk kelokasi sekitar 2 KM. sesampainya
diloaksi kami langsung mengplot titik kordinat posisi kami pada peta.
Kemudian mulai mengamati stasiun.Stasiun Pengamatan 1 : Disamping
jembatan sungai Lasolo, koordinat S 030 57,83’, S 1220 34,48’, Stasiun
Pengamatan 2 : Air Terjun sungai Lasolo, koordina, Stasiun Pengamatan 3
: Setelah pertigaan, koordinat, Stasiun Pengamatan 4 :Setelah kami
mengambil data kami pun pulang sekitar pukul 15.00 dan sampai ke
tempat perkumpulan yaitu prodi pada pukul 16.00’WITA.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA

2.1 GEOLOGI REGIONAL

Simandjuntak dalam Surono (2010), menjelaskan bahwa berdasarkan sifat


geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi beberapa
mandala geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur.
Mandala ini meliputi lengan Tenggara Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah
dan Lengan Timur Sulawesi. Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi
tersusun atas batuan malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi
dari hasil proses pengangkatan (Obduction) selama Miosen’

Gambar 2.1.1.Pembagian Mandala Geologi Pulau Sulawesi dan daerah


sekitarnya (Surono, 2010 dalam Sidarto 2013).
2.1.A . Geomorfologi
Ada lima satuan morfologi pada bagian tengah dan ujung selatan Lengan
Tenggara Sulawesi (Surono, 2013), yaitu ;
 Morfologi pegunungan
Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas dikawasan ini,
terdiri atas Pegunungan Mekongga, Pegunungan Tangkelemboke, Pegunungan
Mendoke dan Pegunungan Rumbia yang terpisah di ujung selatan Lengan
Tenggara. Puncak tertinggi pada rangkaian pegunungan Mekongga adalah
Gunung Mekongga yang mempunyai ketinggian 2790 mdpl.Pegunungan
Tangkelamboke mempunyai puncak Gunung Tangkelamboke dengan
ketinggian 1500 mdpl.Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar
dengan kemiringan lereng tinggi.Rangkaian pegunungan dalam satuan ini
mempunyai pola yang hampir sejajar berarah barat laut–tenggara.Arah ini
sejajar dengan pola struktur sesar regional di kawasan ini.Pola ini
mengindikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan itu erat
hubungannya dengan sesar regional.
Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat
oleh batuan ofiolit.Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan
itu.Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung
gunung yang panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta
kemiringan yang tajam.Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan
malihan, punggung gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang
tidak rata walaupun bersudut tajam.
 Morfologi perbukitan tinggi
Morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan Lengan Tenggara,
terutama di selatan Kendari.Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai
ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar.Batuan penyusun morfologi ini
berupa batuan sediman klastika Mesozoikum dan Tersier.
 Morfologi perbukitan rendah
Morfologi perbukitan rendah melampar luas di Utara Kendari dan
ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi.Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan
rendah dengan morfologi yang bergelombang.Batuan penyusun satuan ini
terutama batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.
 Morfologi pedataran
Morfologi dataran rendah dijumpai di bagian tengah ujung selatan
Lengan Tenggara Sulawesi.Tepi selatan Dataran Wawotobi dan Dataran
Sampara berbatasan langsung dengan morfologi pegunungan.Penyebaran
morfologi ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar
Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha).Dataran Langkowala yang melampar
luas di ujung selatan Lengan Tenggara, merupakan dataran rendah.Batuan
penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa dan konglomerat kuarsa Formasi
Langkowala.Dalam dataran ini mengalir sungai-sungai yang pada musim
hujan berair melimpah sedang pada musim kemarau kering. Hal ini mungkin
disebabkan batupasir dan konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas,
sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam tanah. Sungai tersebut
di antaranya Sungai Langkowala dan Sungai Tinanggea.Batas selatan antara
Dataran Langkowala dan Pegunungan Rumbia merupakan tebing terjal yang
dibentuk oleh sesar berarah hampir barat-timur.
 Morfologi karst
Morfologi karst melampar di beberapa tempat secara terpisah.Satuan
ini dicirikan perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan
tanah.Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh
batugamping berumur Paleogen dan selebihnya batugamping
Mesozoikum.Batugamping ini merupakan bagian Formasi Eemoiko, Formasi
Laonti, Formasi Buara dan bagian atas dari Formasi Meluhu.Sebagian dari
batugamping penyusun satuan morfologi ini sudah terubah menjadi
marmer.Perubahan ini erat hubungannya dengan pensesar-naikkan ofiolit ke
atas kepingan benua.
Gambar 2.1.A. Bagian Selatan Lengan Sulawesi dari Cit

2.1.B Stratigrafi Regional


Formasi batuan penyusun lembar Lasusua-Kendari dari yang paling muda
adalah sebagai berikut:
 Formasi Meluhu (TRJm) terdiri atas batupasir, kuarsit, serpih hitam, serpih
merah, filit, batusabak, batugamping dan batulanau. Batupasir telah
termetamorfkan lemah, batugamping mengandung fosil Halobia sp. dan
Daonella sp. Umur dari formasi ini adalah Trias Tengah sampai Jura. Formasi
ini menindih tak selaras batuan malihan paleozoikum dan menjemari dengan
formasi Tokala.
 Pualam Paleozoikum (Pzmm) terdiri atas pualam dan batugamping
terdaunkan. Satuan ini merupakan batugamping yang telah mengalami
metamorfosa lanjut yang ditandai dengan struktur mendaun. Umur satuan ini
diperkirakan Karbon sampai Perem.
 Batuan Malihan Paleozoikum (Pzm) terdiri atas sekis, gneise, filit,
batusabak dan sedikit pualam. Satuan ini diperkirakan berumur karbon
sampai perem dan mempunyai hubungan menjemari dengan satuan pualam
paleozoikum (Pzmm).
 Batuan Terobosan (PTR(g)) terdiri atas aplit kuarsa, andesit dan latit kuarsa.
Satuan ini menerobos satuan batuan malihan paleozoikum dan diperkirakan
berumur perem.

Gambar 2.1.B.: Korelasi Satuan Peta Geologi Regional Lembar Lasusua-Kendari,


Sulawesi

2.1.B Tektonik Regional


Struktur geologi Lembar Lasusua-Kendari memperlihatkan ciri komplek
tumbukan dari pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan struktur, himpunan
batuan, biostratigrafi dan umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 domain yang
sangat berbeda, yakni: 1) allochton : ofiolit dan malihan , dan 2) autochton: batuan
gunungapi dan pluton Tersier dan pinggiran benua Sundaland, serta kelompok
molasa Sulawesi. Lembar Lasusua, sebagaimana halnya daerah Sulawesi bagian
timur, memperlihatkan struktur yang sangat rumit. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh pergerakan tektonik yang telah berulangkali terjadi di daerah ini.
Gambar 2.1.C : Peta Tektonik Regional Pulau Sulawesi

2.1.C Struktur Regional


Struktur geologi yang dijumpai di daerah kegiatan adalah sesar, lipatan
dan kekar.Sesar dan kelurusan umumnya berarah baratlaut–tenggara searah
dengan Sesar geser jurus mengiri Lasolo.Sesar Lasolo aktif hingga kini, yang
dibuktikan dengan adanya mata air panas di Desa Sonai, Kecamatan Pondidaha
pada batugamping terumbu yang berumur Holosen dan jalur sesar tersebut di
tenggara Tinobu.Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang
aktif kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983).Sesar naik
ditemukan di daerah Wawo, sebelah barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala
di selatan Lasolo; yaitu beranjaknya batuan ofiolit ke atas Batuan Malihan
Mekonga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano.Sesar Anggowala juga
merupakan sesar utama, sesar mendatar menganan (dextral), mempunyai arah
baratlaut-tenggara.

2.2 TEORI DASAR


Geologi adalah ilmu pengetahuan bumi, mengenai asal, struktur,
komposisi dan sejarahnya (temaksud perkembang kehidupan), serta proses-proses
yang telah menyebabkan keadaan bumi seperti sekarang ini .(Whitten dan Brooks,
1972:204).
Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai
materi penyusunnya, proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut, sejarah
planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk. (Bates dan
Jackso,1990).
Material utama penyusun kerak bumi adalah batuan (termasuk tanah/soil,
pasir, dan debu).Batuan itu sendiri tersusun oleh mineral – mineral. Sedangkan
mineral tersusun oleh atom – atom.beberapa contoh proses prosess yang bekerja
dengan lambat antara lain proses pembentukan batuan, pelapukan kimia pada
batuan untuk membentuk soil/tanah, proses semantasi kimiawi butiran butiran
pasir untuk membentuk batuan (diagenesis), rekristalisasi suatu batuan
membentuk batuan yang lain (metamorfisme), dan pembentukan pengunungan
(tektonisme).
Beberapa contoh proses – proses yang bekerja dengan cepat antara lain
erosi pada pantai selama badai, pembentukan kerucut gunung api, gerakan tanah
(avalanches), badai pasir, dan aliran lumpur.
Tiga siklus penting bumi yaitu
1. Siklus Hidrologi (The Hidrologic cycle)
Merupakan siklus pergerakan air pada atmosfera, hidrosfera,
permukaan bumi, dan pada kerak bumi.Matahari merupakan sumber
energi pada siklus hidrologi.
2. Siklus Batuan (The Rock Cycle)
Merupakan siklus dimana batuan terbentuk, termodifikasi maupun
terbentuk kembali oleh proses – proses internal dan eksternal bumi. Siklus
batuan terdiri dari beberapa jenis batuan yaitu :
a. Batuan beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik
dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun diatas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Mengidentifikasi
batuan beku biasanya dibagi dalam beberapa kategori yang meliputi
warna dimana terdiri dari warna lapuk dan warna segar. Tekstur batuan
beku meliputi kristalinitas, granularitas, fabrik, dan relasi. Dan struktur
batuan beku yaitu masif, vasikular, amigdaloidal, scoria, lava bantal,
dan columnar joint, dan nama batuannya.
b. Batuan sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari bahan yang
pernah terlepas dan bahan yang terlarut hasil dari proses mekanis dan
kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang binatang,
dan sisa tumbuhan. Proses yang terlihat disini mencakup penghancuran
batuan oleh pelapukan dan erosi, dan hasil keduanya pengangkutan
hasil tersebut kemudian terubah oleh proses kompaksi, sementasi
menjadi batuan yang padat. Mengidentifikasi batuan sedimen biasanya
dibagi dalam beberapa kategori yaitu warna dimana terdiri dari warna
lapuk dan warna segar. Tekstur batuan sedimen meliputi ukuran butir,
bentuk butir, sertasi, kemas, permeabilitas, dan prositas. Memiliki
komposisi material berupa fragmen, matrix, dan semen.Dan terdapat
struktur primer yaitu struktur yang terbentuk pada saat pembentukan
batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen yang
umumnya dapat diamati antara lain perlapisan, silang siur dan
berdegradasi. Dan nama batuannya.
c. Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya baik batuan
beku maupun batuan sedimen.
Proses metamorfisme adalah proses dimana terjadinya perubahan
mineral, tekstur, struktur batuan dalam keadaan padat ke padat tanpa
proses peleburan akibat dari adanya perubahan tekanan dan temperatur
yang tinggi dalam kerak bumi tanpa mengubah komposisi kimiawinya.
Mengidentifikasi batuan sedimen biasanya dibagi dalam beberapa
kategori yaitu warna dimana terdiri dari warna lapuk dan warna
segar.Tekstur batuan metamorf berupa tekstur kristaloblastik dan
tekstur relik, dan strukturnya berupa struktur foliasi dan struktur non
foliasi, dan nama batuannya.

3. Siklus Tektonik (The Tectonic Cycle)


Merupakan siklus yang menggambarkan pergerakan lempeng –
lempeng pada lithosphere dan proses-proses pada bagian dalam bumi yang
menyebabkan pergerakan lempeng tersebut. (Bates dan Jackson,1990)
Bagi seorang ahli geologi, Lapangan merupakan tempat dimana dan atau
tanah yang dapat diamati secara langsung, dan geologi lapangan merupakan cara
yang digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan struktur dan sifat batuan
yang ada pada suatu singkapan. Untuk mempermudah melakukan proses diatas,
diperlukan suatu alat bantu yang secara umum yang dikenal sebagai Peralatan
Standar Lapangan Geologi. Alat adalah perkakas, barang-barang yang perlu untuk
melakukan suatu pekerjaan (Poerwadarminta,1954). Atau dengan kata lain
peralatan adalah bermacam-macam bentuk alat perkakas, perbekalan, atau
kelengkapan. Peralatan geologi adalah peralatan yang digunakan untuk
mempelajari, mengamati, memeriksa, mengumpulkan data dan contoh batuan
dalam pekerjaan geologi lapangan (pemetaan geologi).

1) Kompas geologi
Kompas geologi merupakan kompas yang dapat digunakan untuk
mengukur komponen arah (azimuth, jurus, dll) dan komponen besar sudut
(dip, slope, dll).

Gambar 2.2.1 Kompas

Bagian-bagian kompas geologi

Berdasarkan pembagian lingkaran derajat, dikenal 2 macam kompas


geologi, yaitu
a) Kompas azimuth, kompas ini mempunyai dua angka lingkaran derajat tertinggi
yaitu 360°. Angka 0° dan 360° berhimpit pada Utara kompas.
b) Kompas kwadran, kompas ini mempunyai angka lingkaran derajat yang dibagi
menjadi 4 bagian, sedangkan angka tertinggi 90° terletak di Timur dan Barat
kompas dan angka 0° di Utara dan Selatan kompas.
Di Indonesia, pada umumnya kompas yang dipergunakan adalah jenis
kompas azimuth. Sebelum pemakaian dilapangan, inklinasi dan deklinasi dari
kompas haruslah disesuaikan dengan daerah setempat.

Adapun cara mengguanakan kompas geologi, yaitu :

 Untuk pengukuran komponen arah (azimuth, jurus, lineasi)

Bagian-bagian kompas yang perlu diperhatikan adalah lubang


pengintip, bull’s eye (mata lembu), jarum kompas, klinometer, lingkaran
pembagian derajat dan kompas dalam keadaan mendatar/horizontal.
 Pengukuran azimuth
(arah), dapat menggunakan dua cara:
1. Kompas dibuka dengan sudut ± 135°, tangan penunjuk dibuat tegak,
kompas dipegang di pinggang. Sasaran dilihat melalui lubang
tangan penunjuk di garis tengah cermin. Setelah bull’s eye berada di
tengah, baca angka lingkaran pembagian derajat yang berhimpit
dengan jarum Utara kompas, sehingga didapatlah harga
azimuth/arah ke depan.
2. Kompas geologi dibuka dengan sudut ± 30°, dipegang dekat mata,
sasaran dilihat melalui lubang pengintip dan jendela pandang, dan
melalui cermin dibaca angka lingkaran pembagian derajat yang
berhimpit dengan jarum Utara kompas maka didapat harga back
azimuth/arah belakang.
 Pengukuran jurus/strike (perlapisan dan sesar)
Kompas ditempel pada bidang lapisan atau bidang sesar bagian
sebelah atas, dengan bagian kompas yarg ditempel adalah ‘E’ (East/
Timur), untuk kompas azimuth; sedangkan untuk kompas kuadran, dapat
ditempel untuk yang bertanda ‘E’ atau ‘W’, (West/Barat), hasil
pengukurannya sama tetapi penulisannya berbeda, contoh:
a) Kompas azimuth (E yang ditempel) didapat = N 250° E
b) Kompas kuadran (E yang ditempel) ditulis = S 70° W
Kompas kuadran (W yang ditempel) ditulis = N 70° E
 Pengukuran arah kemiringan lapisan
Kompas ditempel di bagian belakang (bagian bawah engsel cermin)
pada bidang lapisan paling atas, dengan komposisi kompas tegak lurus jurus.

 Pengukuran arah lineasi (gores garis/pitch)


Pada lineasi yang akan diukur, diletakan buku catatan lapangan (field
note) atau clip board tegak lurus bidang horizontal. Kemudian kompas
ditempelkan pada sisi buku catatan/clip board dengan le-ngan penunjuk ke
arah gores garis yang turun/ke bawah.
 Pengukuran dip/kemiringan (lapisan dan bidang sesar)
Kompas ditempel di alas lapisan batuan/bidang sesar, tegak lurus
jurus, atur klinometer sampai gelembung udara berada di tengah (pengatur
klinometer ada di bagian belakang kompas), lalu baca harga derajat
kemiringan.
 Pengukuran slope (kemiringan lereng)
Kompas dibuka dengan sudut ± 45°, dipegang dengan posisi tegak
dekat dengan mata. Sasaran penglihatan adalah teman seregu atau patok yang
mempunyai tinggi sama dengan mata penembak/peme-gang kompas, sasaran
dilihat melalui jendela kaca. Setelah gelem-bung udara tepat di tengah
klinometer, baca harga derajat kemiring-an.
 Pengukuran penentuan lokasi/posisi (plotting)
Penentuan lokasi/posisi dapat digunakan dengan metode sebagai
berikut:
- Resection; Cara resection digunakan apabila kita ingin mengetahui posisi
secara tepat pada peta, yaitu dengan cara:
a) Mengatur peta dengan benar (Arah Utara peta disesuaikan de-ngan arah
Utara kompas).
b) Memilih dua buah titik yang sudah dikenal dengan baik, pada peta
ataupun di lapangan, misalnya titik A dan B.
c) Kemudian bidik dengan kompas dan catat sudut-sudut yang di-dapat
dengan kedua titik yang ditandai tersebut, misalnya: T.
d) Tentukan arah utara peta pada titik yang ditandai tersebut, cara-nya
dengan membuat garis lurus yang tegak lurus dengan sum-bu Y.
e) Hitung dan gambarkan sudut yang didapat pada titik A dan B,
perhitungan sudutnya dimulai dan sudut kompas pembidikan ke titik A
dan B.
f) Dari sudut yang didapat dan digambarkan tersebut, buatlah per-
panjangan garis hingga titik A dan B memotong di satu titik.
g) Perpotongan dua garis torsebut merupakan posisi kita.
Contoh: A = 297° (azimuth bukit A terhadap posisi kita) B = 75°(azimuth
bukit B terhadap posisi kita) Tentukan posisi kita: back azimuth A' = 117°
(297°-180°) back azimuth B' = 255° (75°+180°)
- Intersection; adalah cara untuk menentukan letak suatu titik (sasaran) di
medan atau pada peta. Kegunaan metode ini adalah untuk mengetahui
posisi seseorang atau sesuatu pada peta, misalnya mengetahui secara tepat
pesawat yang jatuh atau lokasi kebakaran hutan.
a) Tentukan dua titik di medan yang mudah diketahui dan dikenali, baik
pada peta atau pada lapangan dan jarak antara dua titik ter-sebut harus
ditentukan.
b) Dan dua buah titik tersebut, tentukan sudut kompas ke sasaran yang
akan diketahui pada peta (azimuth).
c) Ubahlah sudut kompas menjadi sudut peta.
d) Perpotongan garisnya merupakan letak sasaran yang diketahui di peta.
2) Palu geologi
Palu geologi berguna untuk mengambil contoh/sampel batuan yang
sangat keras. Terdapat dua jenis palu geologi yang u-mum dipakai, yaitu:
 Pick point (jenis palu berujung runcing) yang biasa dipakai untuk batuan
yang keras, seperti batuan beku.
 Chisel point (jenis palu berujung seperti pahat) yang biasa dipakai untuk
batuan yang berlapis/batuan sedimen.
3) Peta dasar (peta topografi atau foto udara)
peta dasar digunakan sebagai pegangan dan penunjuk suatu daerah yang
akan kita teliti/ petakan. Dari peta dasar yang ada, kita dapat mengetahui kondisi
medan, menentukan posisi, dan menginterpretasikan geologi daerah tersebut.
Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian
unsur permukaan bumi digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi
tertentu.Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek
alamiah maupun obyek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara
satu obyek dengan obyek lainnya.Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan
informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan
dalam susunan kata-kata. Secara umum peta diartikan sebagai gambaran
konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada
bidang datar melalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk
identifikasinya.Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada
umunmya data geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu:
1. Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek
ruang yang khas pada sistem koordinat (projeksi sebuah peta).
2. Atribut, informasi yang menerangkan mengenai objek-objek ruang yang
diperlukan. Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara
objek-objek ruang, Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data
atribut dan ruang.
3. Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang
berupa fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun
sumberdaya alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta
simbol-simbol dari unsur muka Bumi yang disajikan.
4. Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi
kertas serta grid atau gratikul. Diluar batas tepi daerah peta, pada
umumnya dicantumkan berbagai keterangan yang disebut tepi. Keterangan
tepi ini dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh
pemakai peta. Penyusunan dan penempatan keterangan tepi bukan
merupakan hal yang mudah, karena semua informasi yang terletak
disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan.
Banyak pengelompokan kelas lereng yang telah dilakukan, misalnya oleh
Mabbery (1972) untuk keperluan lingkungan binaan, Desaunettes (1977) untuk
pengembangan pertanian, ITC (1985) yang bersifat lebih kearah umum dan
melihat proses-proses yang biasa terjadi pada kelas lereng tertentu (lihat tabel 5-
5). Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu
diamati adalah pola kontur dan aliran sungai.
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang
menunjukan batuan lunak atau lepas.

b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya,


menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.

c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya


batuan keras.

d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada


pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah
perbandingan antara total panjang sungai-sungai yang berada pada
cekungan pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran sungai-sungai itu
sendiri).

Peta struktur geologi adalah peta yang menampilkan struktur geologi dari
suatu daerah dengan perantaraan simbol-simbol struktur geologi. Struktur geologi
yang dimuat di dalam peta berupa struktur primer maupun struktur sekunder.
Dimana struktur primer misalnya struktur aliran pada batuan beku, struktur
sedimen pada batuan sedimen, dan struktur batuan foliasi pada batuan
metamorf.Sedangkan struktur sekunder meliputi kekar, sesar, dan lipatan.
Peta geologi adalah peta yang menggambarkan tentang keadaan geologi
suatu wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk-bentuk dari
masing-masing satuan batuan tersebut.Peta geologi juga merupakan sumber
informasi dasar dari jenis-jenis batuan, ketebalan kedudukan satuan batuan (jurus
dan kemiringan), sususan satua batuan, struktur sesar, perlipatan, dan kekar, serta
proses-proses yang pernah terjadi di daerah tersebut.

4) Buku catatan lapangan dan lembar deskripsi batuan


sebaiknya meng-gunakan buku tulis yang cukup baik, ukurannya sedang,
praktis dipa-kai di lapangan, dan akan lebih baik lagi, kalau dengan kulit buku
yang tebal.
5) Alat-alat tulis
 Pensil HB atau 2H, digunakan untuk mencatat dan mensketsa, de-ngan
keuntungan gambar atau tulisan pensil tidak luntur bila kena air, dan
mudah dihapus. b.
 Pensil warna, digunakan untuk memperjelas simbol litologi pada buku
catatan lapangan maupun pada peta. c.
 Penghapus, untuk menghapus pensil atau pensil warna. d.
 Mistar panjang dan segitiga, digunakan untuk membantu penge-plotan
posisi di peta dan untuk mengukur jarak di peta. e. Busur derajat,
digunakan untuk mengukur besarnya arah (azimuth di peta, atau untuk
mengukur besar rake atau pitch).
 Peruncing pensil atau rautan, untuk meruncingkan pensil yang tumpul
atau patah.
 Spidol tahan air (water proof), digunakan untuk menulis nomor contoh
batuan dan keterangan lainnya pada kantong sampel batuan.
6) Papan alat menulis (clip board)
papan ini berguna untuk mempermu-dah pencatatan data di lapangan
atau sebagai alas kompas geologi pada saat melakukan pengukuran unsur
struktur pada bidang lapisan batuan yang tidak rata.
7) Loupe/hand-lens (kaca pembesar)
Lensa pembesar yang umum digu-nakan adalah lensa yang memiliki
pembesaran 8%, 10%, 15%, dan 20%.Lensa pembesar ini digunakan untuk
memperbesar obyek agar lebih mudah diamati dan diteliti, seperti mineral butiran,
fosil, dll.).
8) Komparator batuan
komparator yang umum digunakan adalah kom-parator batuan beku dan
komparator batuan sedimen (Skala Went-worth). Komparator ini berguna untuk
membantu dalam pemerian batuan, dengan cara membandingkan contoh batuan
dan mineral de-ngan yang tercatat pada komparator.
9) Larutan HCl 0,1 N,
Digunakan untuk menguji kandungan karbonat dan contoh batuan
yang diamati (terutama batuan sedimen). Cara meng-ujinya yaitu dengan
meneteskan larutan HCl 0,1 N tersebut langsung ke contoh batuan. Bila
berbuih/bereaksi, berarti batuan tersebut kar-bonatan (CaC03).
10) Pita atau tali ukur
Digunakan untuk mengukur jarak antar lokasi pengamatan.Umum
digunakan pada pengukuran Penampang Strati-grafi Terukur (Measure
Section/MS).Jenis pita ukur yang biasa digu-nakan adalah yang berukuran
panjang 30-100 inchi dan pita ukur ukuran pendek (meteran) dengan panjang
3-5 inchi.
11) Kantong sampel/contoh batuan
Digunakan untuk membungkus contoh batuan yang akan dibawa
(misalnya: untuk penelitian laboratorium). Kantong sampel diberi tanda untuk
tiap batuan, nomor stasiun (titik pengamatan), dengan menggunakan spidol
tahan air dan ditutup rapat guna menghindari kontaminasi dengan udara bebas
12) Kamera
Digunakan untuk mengambil gambar dari singkapan atau data yang
lain, misalnya morfologi dari bahan galian ekonomis, lokasi pengamatan, dll.
Kamera yang digunakan sebaiknya yang praktis dan tidak sulit digunakan
pada medan yang sulit.(Djauhari nor, 2012).
Adapun Metode lapangan yang digun alan yaitu :
1. Metode Orlentasi Lapangan (Field Orientation)
Lokasi pengamatan/singkapan (stasiun) diplot berdasarkan orientasi
terhadap sungai, puncak-puncak bukit/gunung, kota, desa dan lain-lain. Titik
patokan dalam metode ini adalah yang dikenal di lapangan dan berada dalam peta
dasar (topografi).

2. Metode Lintasan Kompas (Compass Traverse)


Pada metode lapangan ini, lintasan sebelumnya telah ditentukan dan
dijalani dengan kontrol arah kompas sesuai rencana lintasan.

3. Metode Pita Ukur dan Kompas (Tape and Compass Traverse)


Metode ini menggunakan peralatan pita ukur (biasanya berukuran 5–50 m)
dan kompas.Metode ini merupakan metode lapangan yang paling teliti, efektif dan
efisien dimana arah lintasan dapat ditentukan sesuai dengan keinginan
pemeta.Akan lebih efektif apabila arah lintasan relatif tegak lurus terhadap
perlapisan batuan.

Proses-proses Geologi dan Perubahan Bentang Alam, Proses proses geologi


adalah semua aktivitas yang terjadi di bumi baik yang berasal dari dalam bumi
(endogen) maupun yang berasal dari luar bumi (eksogen). Gaya endogen adalah
gaya yang berasal dari dalam bumi seperti orogenesa dan epirogenesa,
magmatisme dan aktivitas volkanisme, sedangkan gaya eksogen adalah gaya yang
bekerja di permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass-wasting serta
sedimentasi. Gaya endogen maupun eksogen merupakan gaya-gaya yang memberi
andil terhadap perubahan bentuk bentangalam (landscape) yang ada di permukaan
bumi.Pada gambar 4-1 disajikan suatu bagan yang memperlihatkan proses-proses
geologi (endogen & eksogen) sebagai agen dalam perubahan bentuk bentang
alam.
Pola Pengaliran Sungai
Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk
pola pengaliran tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan
pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola
pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya.Bentuk
atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi
bawah permukaannya.Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan
(surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari
jaringan pengaliran sungai.Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama
dengan cabang-cabangnya disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat
bervariasi.Adanya perbedaan pola pengaliran sungai disatu wilayah dengan
wilayah lainnya sangat ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur
dan litologi batuan dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai
berikut:

1. Pola Aliran Dendritik, Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang
cabang-cabang sungainya menyerupai struktur pohon.
2. Pola Aliran Radial, Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah
alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu,
seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi.
3. Pola Aliran Rectangular, Pola rectangular umumnya berkembang pada
batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati seragam, namun
dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling tegak
lurus
Morfologi Sungai Bersirat (Braided-streams)
Morfologi Sungai Bersirat merupakan bentuk bentangalam hasil dari *
proses pengendapan yang disebabkan oleh saluran air sungai yang
berpindah-pindah. Sungai teranyam umunya berkembang di daerah tekuk lereng
dan terjadi karena adanya perubahan kecepatan arus dari arah lereng yang kuat
berubah menjadi lambat ketika sampai kemedan yang relatif datar.Hal ini yang
membuat saluran air selau berpindah pindah sesuai dengan perkembangan
arusnya.
Morfologi Tekuk Sungai (Pointbar Rivers)
Morfologi Point Bar adalah bentuk bentangalam yang berada pada kelokan
sungai bagian dalam yang merupakan hasil pengendapan sungai pada bagian
dalam dari suatu kelokan sungai (meander).(Muhammad chaerul, 2017).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

A. Peta lintasan ( Terlampir )

B. Deskripsi stasiun

Stasiun 1

Data Singkapan

Di jumpai singkapan batuan sedimen dengan dimensi panjang 3 meter dan


tinggi 4 meter yang bersifat insitu. Dengan kedudukan N 261° E / 59°, dan
kemiringan N 29° E

Gambar 3.1.A.1 Singkapan Gambar 3.1.A.2 Sampel

Data Litologi

Jenis batuan dari singkapan adalah batuan sedimen, dengan warna lapuk
coklat hitam, warna segar abu-abu,memilki tekstur dengan ukuran butir batu pasir
1
kasar ( 1-2 mm), bentuk butir ronded – subronded , sortasi medium sorted, kemas

tertutup, porositas baik, memiliki komposisi material, fragmen batupasir kasar


1 1 1 1
( 1-2 mm), matriks batupasir halus – batupasir sangat halus (1- 2 mm ) – ( 2 - 4mm

) semen silica,memiliki struktur berlapis ,dengan nama batuan batupasir kasar.

Data Morfologi

Data morfologi stasiun satu yaitu memiliki relief berbukit bukit sedang ,
dengan tipe morfologi denudasional , memiliki tingkat pelapukan yang sedang ,
tata guna lahan perumahan penduduk, stadia sungai dewasa.

Stasiun 2

Data Singkapan

Dijumpai singkapan batuan sedimen dengan dimensi panjang 3 meter dan


tinggi 4 meter yang bersifat insitu, dengan kedudukan N 65° E / 30° S , dan
kemiringan N 50° E.

Gambar 3.1.A.3 Singkapan Gambar 3.1.A.4

Data Litologi

Jenis batuan dari singkapan adalah batuan sedimen, memiliki warna lapuk
coklat terang, warna segar abu – abu , memiliki tekstur dengan ukuran butir
1 1
batupasir halus ( - mm) , bentuk butir ronded – subronded, sortasi medium
4 8
sorted, kemas tertutup, porositas baik, memiliki komposisi material , dengan
1 1 1 1
fragmen pasir halus ( - mm), matriks batu pasir sangat halus ( - mm),
4 8 8 16

semen lempung ( silica ), memiliki struktur berlapis ,dengan nama batuan


batupasir halus .

Data Geomorfologi

Data morfologi stasiun satu yaitu memiliki relief berbukit bukit sedang ,
dengan tipe morfologi denudasional , memiliki tingkat pelapukan yang sedang ,
tata guna lahan hutan, stadia sungai dewasa.

Data srtuktur

Struktur yang terdapat dalam singkapan adalah struktur perlapisan, dan


kekar.

Stasiun 3

Data Singkapan

Dijumpai berupa singkapan batuan sedimen, dengan dimensi panjang 9,7


m lebar 6,2 m, dengan kedudukan N 96° E / 40 ° S

Gambar 3.1.A.4 Gambar 3.1.A.5


Data Litologi

Jenis batuan dari singkapan adalah batuan sedimen, memiliki warna lapuk
coklat kemerahan ., warna segar abu – abu , memiliki tekstur dengan ukuran butir
1 1
batupasir sangat halus ( 8 - mm), bentuk butir ronded – subronded, sortasi well
16

sorted, kemas tertutup, porositas baik, memiliki komposisi material , dengan


1 1 1 1
fragmen pasir sangat halus ( - mm), matriks lanau ( - mm), semen
8 16 16 256

lempung ( silica ), memiliki struktur berlapis ,dengan nama batuan batupasir


sangat halus .

Data Geomorfologi

Data morfologi stasiun satu yaitu memiliki relief berbukit bukit sedang ,
dengan tipe morfologi denudasional , memiliki tingkat pelapukan yang sedang ,
tata guna lahan hutan, stadia sungai dewasa.

Data srtuktur

Struktur yang terdapat dalam singkapan adalah struktur perlapisan

Stasiun 4

Data Singkapan

Dijumpai berupa singkapan batuan sedimen, dengan dimensi panjang 2 m


lebar 3 m, dengan kedudukan N 79° E / 53°,
Gambar 3.1.A.7 Gambar 3.1.A.8

Data Litologi

Jenis batuan dari singkapan adalah batuan sedimen, memiliki warna lapuk
coklat kemerahan ., warna segar hitam keabu – abuan , memiliki tekstur dengan
1
ukuran lempung ( mm), bentuk butir verry well ronded , sortasi verry well
256

sorted, kemas tertutup, porositas buruk, memiliki komposisi material , dengan


1 1
fragmen lempung ( mm), matriks lempung ( mm), semen lempung ( silica
256 256

), memiliki struktur berlapis ,dengan nama batuan batulempung

.Jenis batuan dari singkapan adalah batuan sedimen, memiliki warna


lapuk coklat kemerahan ., warna segar abu – abu kebiruan , memiliki tekstur
1 1
dengan ukuran butir pasir halus ( - mm), bentuk butir ronded – subronded,
4 8

sortasi well sorted, kemas tertutup, porositas baik, memiliki komposisi material ,
1 1 1 1
dengan fragmen pasir halus ( 4 - mm), matriks pasir sangat halus ( - mm),
8 8 16
1 1
semen lanau( - mm) , memiliki struktur berlapis ,dengan nama batuan
16 256

batupasir halus.
Data Geomorfologi

Data morfologi stasiun satu yaitu memiliki relief berbukit bukit sedang ,
dengan tipe morfologi denudasional , memiliki tingkat pelapukan yang sedang ,
tata guna lahan hutan, stadia sungai dewasa.

Data srtuktur

Struktur yang terdapat dalam singkapan adalah struktur perlapisan.

3.2 PEMBAHASAN
Pada Stasiun pertama dijumpai singkapan pada koordinat
3º21’21.3”S 121º21’21.3”E berupa batuan sedimen dengan kedudukan
N164ºE/29º, dengan dimensi singkapan yaitu panjang= 8 M, tinggi= 3 M,
serta slope 41º, memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat,
ukuran butir ¼ mm (Skala Wentworth), bentuk butir yaitu rounded,
sortasinya yaitu well sorted, kemas yang di milikinya tertutup, sehingga
porositas dan permeabilitasnya buruk, komposisi fragmennya yaitu
Fragmen pasir sedang, matriks pasir halus, dan semen lempung, tekstur
yang dimiliki pada singkapan ini berupa laminasi, nama batuan batupasir
sedang. Relief sungai ini berupa terjal, tipe morfologi hutan, tingkat
pelapukan antar biologi rendah, dengan soil berupa gambut, tata guna
lahan berupa perumahan, dengan stadia muda.Pada stasiun ini terdapat
struktur yaitu struktur sinklin yang diisi beberapa mineral membentuk
vein, diantara vein tersebut terdapat mineral kuarsa.
Pada Stasiun kedua dijumpai singkapan pada koordinat
3º21’21.3”S 121º21’21.3”E berupa batuan sedimen dengan kedudukan
N164ºE/29º, dengan dimensi singkapan yaitu panjang= 8 M, tinggi= 3 M,
serta slope 41º, memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat,
ukuran butir ¼ mm (Skala Wentworth), bentuk butir yaitu rounded,
sortasinya yaitu well sorted, kemas yang di milikinya tertutup, sehingga
porositas dan permeabilitasnya buruk, komposisi fragmennya yaitu
Fragmen pasir sedang, matriks pasir halus, dan semen lempung, tekstur
yang dimiliki pada singkapan ini berupa laminasi, nama batuan batupasir
sedang. Relief sungai ini berupa terjal, tipe morfologi hutan, tingkat
pelapukan antar biologi rendah, dengan soil berupa gambut, tata guna
lahan berupa perumahan, dengan stadia muda.Pada stasiun ini terdapat
struktur yaitu struktur sinklin yang diisi beberapa mineral membentuk
vein, diantara vein tersebut terdapat mineral kuarsa.
Pada Stasiun ketiga dijumpai singkapan pada koordinat
3º21’21.3”S 121º21’21.3”E berupa batuan sedimen dengan kedudukan
N164ºE/29º, dengan dimensi singkapan yaitu panjang= 8 M, tinggi= 3 M,
serta slope 41º, memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat,
ukuran butir ¼ mm (Skala Wentworth), bentuk butir yaitu rounded,
sortasinya yaitu well sorted, kemas yang di milikinya tertutup, sehingga
porositas dan permeabilitasnya buruk, komposisi fragmennya yaitu
Fragmen pasir sedang, matriks pasir halus, dan semen lempung, tekstur
yang dimiliki pada singkapan ini berupa laminasi, nama batuan batupasir
sedang. Relief sungai ini berupa terjal, tipe morfologi hutan, tingkat
pelapukan antar biologi rendah, dengan soil berupa gambut, tata guna
lahan berupa perumahan, dengan stadia muda.Pada stasiun ini terdapat
struktur yaitu struktur sinklin yang diisi beberapa mineral membentuk
vein, diantara vein tersebut terdapat mineral kuarsa.
Pada Stasiun keempat dijumpai singkapan pada koordinat
3º21’21.3”S 121º21’21.3”E berupa batuan sedimen dengan kedudukan
N164ºE/29º, dengan dimensi singkapan yaitu panjang= 8 M, tinggi= 3 M,
serta slope 41º, memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat,
ukuran butir ¼ mm (Skala Wentworth), bentuk butir yaitu rounded,
sortasinya yaitu well sorted, kemas yang di milikinya tertutup, sehingga
porositas dan permeabilitasnya buruk, komposisi fragmennya yaitu
Fragmen pasir sedang, matriks pasir halus, dan semen lempung, tekstur
yang dimiliki pada singkapan ini berupa laminasi, nama batuan batupasir
sedang. Relief sungai ini berupa terjal, tipe morfologi hutan, tingkat
pelapukan antar biologi rendah, dengan soil berupa gambut, tata guna
lahan berupa perumahan, dengan stadia muda.Pada stasiun ini terdapat
struktur yaitu struktur sinklin yang diisi beberapa mineral membentuk
vein, diantara vein tersebut terdapat mineral kuarsa
BAB IV
DISKUSI UMUM

Adanya Deformasi Lapisan Batuan Sedimen

Dalam lingkup daerah penelitian yang kami kunjungi terdapat singkapan


yang batuan yang lapisan tertuanya berada di atas batuan yang muda , dalam
hukum superposisi, suatu urutan perlapisan batuan, maka batuan yang terletak di
bawah umurnya relative lebih tua dibanding lapisan diatasnya selama batuan
tersebut belum mengalami deformasi atau masih dalam keadaan normal.

Penyebab depormasi batuan yang terjadi di daerah penelitian kemungkinan


diakibatkan oleh struktur lipatan, yang mengalami proses pelapukan sehingga
sebagian dari sayap lipatan tersebut tersingkap dan memunculkan singkapan
dengan urutan lapisan yang terdeformasi dimana lapisan paling adatas relative
lebih tua di banding lapisan yang berda di bawahnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
kesimpulan yang didapat dalam kegiatan fieldtrip pada daerah
Kelurahan sodooha adalah, merujuk dari data yang didpatkan dilapangan
seperti arah penyebaran batuan, arah penyebaran batuan pada daerah
penelitian yang diambil dari 4 stasiun yang berbeda tidak menunjukan
perubahan arah penyebaran yang signifikan, jadi seandainya perbukitan
daerah penelitian adalah lipatan, dari 4 stasiun penelitian hanya berada
pada sisi salah satu sayap lipatan tersebut, hal ini di perkuat dengan adanya
deformasi batuan yang terjadi pada daerah tersebut.

5.2 SARAN
Sebaiknya dalam praktikum lapangan geologi dasar asisten selalu
mendampingi pada saat pengambilan sampel/ mengindentifikasi ,dari
singkapan pertama sampai terakhir, saya harap pada fieldtrip selanjutnya
universitas dapat menyediakan alat agar praktikkan tidak perlu lagi
bersusah payah meminjamnya atau mencari dari pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA

Soetoto. 2013. Geologi Dasar.Ombak.Yogyakarta

Noor Djauhari.2012.Pengantar Geologi.Bogor

Chaerul Muhammad.2015.Geologi Dasar.Universitas Halu Oleo. Kendari

Anda mungkin juga menyukai