Anda di halaman 1dari 7

LEARNING HOW TO LEARN

NHW #5

Oleh : Ismirawaty_Kalimantan Utara

Bismillah
Membuat desain pembelajaran untuk diri sendiri 
Sebelum lanjut, ada baiknya memahami terlebih dahulu apa itu desain pembelajaran.
Sewaktu dikampus dulu sering mumet bedakan strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
model pembelajaran dan istilah-istilah pembelajaran lainnya. Bagi saya semua sama saja. Hhe.
Intinya kesemuanya saling berkaitan.

Baik, kata desain dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan
sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan (Smith dan Ragan, 1993,
p. 4). Sedangkan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan
pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang (Reigeluth, 1983). Desain
pembelajaran juga diartikan sebagai proses merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media.

Di sisi lain abang Gagne dkk mngembangkan konsep desain pembelajaran dengan menyatakan
bahwa desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di mana proses itu sendiri
memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Menurut mereka proses belajar terjadi karena
adanya kondisi-kondisi belajar, internal maupun eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan
dan kesiapan diri pembelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang
didesain. Penyiapan kondisi eksternal belajar inilah yang disebut dengan desain
pembelajaran. Untuk itu desain pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep
pendekatan system agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang. Dan mereka
berpendapat bahwa proses belajar yang terjadi secara internal dapat ditumbuhkan, diperkaya
jika faktor eksernal, yaitu pembelajaran dapat didesain dengan efektif.

Sampai sini kemudian saya tersadar, kenapa instruksi pada tugas NHW 5 ini disuruh berpikir
sendiri, merancang sendiri, berkreatifitas sendiri. Karena proses belajar seseorang berbeda-
beda. Kita harus bisa dapat chemistry nya agar setiap belajar itu, bisa efektif dan bermakna.
Dan bagian ini selalu menyita waktu yang panjang sebagaimana tugas saya sebagai guru kimia,
membuat rancangan pembelajaran perlu dihayati dulu yang kiranya bisa membangkitkan minat
belajar anak-anak.

Lalu apa hubungannya belajar di Institut Ibu Profesional dengan tugas NHW 5 ini?
Di tugas NHW 5 ini kita dituntut sebagai calon ibu dan ibu agar bisa tuntas dulu dengan diri
sendiri. Tuntas dalam memahami tipe belajar kita dulu, menemukan feel pada diri kita lalu
kemudian merancang desain pembelajaran untuk anak kita.
Keren kaan..kuy ramai-ramai daftar IIP ;)

Kembali ke topik, desain pembelajaran itu ada banyaaaak jenisnya. Setelah searching-searching,
saya tertarik dengan desain pembelajaran atau bahasa bugisnya instructional design seperti
pada gambar dibawah ini:
Rentang perhatian pembelajar menurut Phillippe Wampfler semakin pendek dan lebih pendek
di era digital. Untuk mengimbangi rentang perhatian yang lebih pendek dan untuk membuat
peserta didik terlibat dalam episode pembelajaran, sebagai perancang pembelajaran, kita harus
memasukkan strategi pembelajaran ke dalam desain pembelajaran.

Learning Strategy 1: WIIFM? (What’s In It For Me?)


“Apa untungnya bagi saya”

It’s all about me.


Mengetahui "apa untungnya bagi saya" adalah hal pertama yang diterapkan pembelajar untuk
menentukan nilai suatu pembelajaran. Jika kita merasakan sedikit atau tidak ada nilainya, akan
lebih sulit untuk membuat diri kita tetap terlibat dalam episode pembelajaran.

Jadi, menulis deskripsi pembelajaran yang menarik, diisi nilai dan tujuan pembelajaran yang
bermakna adalah suatu keharusan.

For example:
Program pembelajaran di perkuliahan Institut Ibu Profesional.
What’s In it for me?
1. Saya merasa tertarik dengan nama institutnya. Sesuai dengan tujuan saya yang ingin
menjadi seorang ibu professional. Guru pun harus mengikuti kegiatan khusus yang
disebut program sertifikasi agar kemudian disebut guru yang professional.
2. Karena pembelajaran di IIP, tidak hanya seputar pengasuhan anak tetapi membentuk
pribadi si ibu dan kompetensi lainnya seperi mengatur keuangan, mengatur rumah
hingga kebermanfaatannya bagi lingkungan
Sampai sini saja sudah bisa membuat mata berbinar-binar untuk belajar.

Learning Strategy 2: Get ‘Em Talking


“Biarkan mereka berbicara”

Jika Anda memiliki ruang kelas yang penuh dengan peserta, buat mereka berbicara satu sama
lain dan sering sepanjang pembelajaran.

Dikelas IIP ini, saling berbicara atau berdiskusi adalah budaya kami. Semua guru semua murid .
semua adalah pembelajar, jadi bertukar ide dan mencari solusi menjadi makanan kami. Tidak
hanya kepada sesame peserta IIP, pun kita diajak berbicara kepada pihak-pihak terkait seperti
suami dan anak-anak dalam NHW yang diberikan

Learning Strategy 3: Connect the Dots


“hubungkan titik-titiknya”

Menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya dengan konsep-konsep baru yang


ingin dipelajari.
For example:
Tugas NHW 1 saya menentukan jurusan ilmu yang ingin terus dipelajari di universitas kehidupan
yakni “manajemen komunikasi pasangan”

Maka untuk mendukung pembelajaran saya agar bermakna, saya menghubungkan


pengalaman-pengalaman yang saya dapat dari pasangan-pasangan disekitar saya maupun dari
buku-buku yang saya baca dengan konsep yang ingin saya bangun. Disini akan ada proses
membandingkan sehingga kita menemukan rumus atau konsep baru yang akan dipraktekkan
dalam universitas kehidupan.

Learning Strategy 4: Sift & Sort


“Saring dan sortir”

Kita harus menyaring apa yang relevan dan tidak relevan dan hanya menyimpan informasi yang
relevan. Kemudian, kita harus mengurutkannya sehingga mengalir dalam perkembangan yang
logis. Hal terakhir yang kita ingin dari pembelajar lakukan adalah menggaruk-garuk kepala
mereka dan berpikir, “hah?”

Jadi teringat pesan fasilitator dan wali kelas di kelas IIP ini agar FOKUS. Tentukan prioritas hal
yang ingin dipelajari dan dikembangkan. Jangan sampai saking semangat dan haus ilmu, semua
ilmu kita serap namun karena terlalu banyak atau kebanjiran informasi tak ada satu topik pun
yang kita terapkan.

For example:
Saya ingin fokus dalam pendidikan keluarga dan anak, maka seperti milestones yang sudah
dirancang pada NHW 4, saya akan fokus belajar dan mengembangkan materi-materi yang ada
disetiap milestones tersebut.
KM 0 – KM 1 (5 tahun pertama) saya akan fokus mempelajari ilmu komunikasi pasangan dan
perkuliahan bunda sayang di IIP. Insyaa Allah

Learning Strategy 5: Build Nano and Micro Learning Episodes


“membangun episode pembelajaran nano dan mikro”

Ingat rentang perhatian singkat yang saya singgung diatas? Ada cara untuk memerangi rentang
perhatian yang pendek dan membuat pembelajar tetap fokus. Yang kita butuhkan hanyalah
membuat Episode Pembelajaran Nano dan Mikro.

Singkatnya, episode Pembelajaran Nano adalah 5 menit atau kurang dan Pembelajaran Mikro
panjangnya 5-20 menit. Dua puluh menit adalah tentang berapa lama otak manusia akan tetap
fokus sebelum mulai memikirkan hal-hal lain yang lebih menarik.

Jadi pada strategi ini, kita harus memotong pembelajaran atau tujuan-tujuan pembelajaran kita
menjadi bagian-bagian kecil agar pembelajar lebih mudah menyerap informasi baru dan
memberikan kesempatan bagi otak untuk rehat sebelum menerima informasi baru.
Jika diibaratkan pembelajaran nano dan mikro seperti martabak :p hmm…
Agar martabak mudah dicerna, maka martabak dibagi menjadi beberapa bagian, biasanya
menjadi 9 potong bagian kecil. Seperti itulah perumpamaan pembelajaran nano dan mikro.

Mari kita berpusing ria melihat kurva dibawah ini :D


Namanya kurva lupa (forgetting curve)

The Forgetting Curve dikembangkan oleh Hermann Ebbinghaus pada tahun 1885. Ia
mengumpulkan data tentang pembelajaran dan konsep retensi dan kemudian berhipotesis
bahwa ingatan akan mulai menurun segera setelah pembelajaran terjadi.

Dalam hipotesisnya, abang Ebbinghaus menyarankan bahwa kita kehilangan banyak, jika tidak
sebagian besar, dari apa yang kita pelajari dalam 24 jam dari pembelajaran asli. Beberapa ahli
mengklaim bahwa kami kehilangan 90-95% dari semua pembelajaran dalam 24 jam pertama
tanpa ulasan/review.

Kita dapat melihat bahwa kita dapat mengurangi efek lupa dalam pembelajaran dengan praktik
atau ulasan/review yang didistribusikan/terbagi-bagi.

Mari kita lihat kurva yang kedua :D


Dalam pembelajaran, ada istilah primacy dan recency. Singkatnya, Primacy / Recency Effect
memberi tahu kita bahwa peserta didik belajar paling baik apa yang mereka dengar pertama
(Primacy) dan kedua terbaik apa yang mereka pelajari terakhir (Recency).

Maka, jika kita memotong 1 materi pokok menjadi 3 sub pokok materi, kita akan mendapatkan
6 retensi ditambah semakin seringnya kita mereview atau membuka kembali materi maka
pembelajaran akan semakin bermakna dan semakin banyak yang terserap.

For example:

Ilmu yang ingin saya dalami adalah ilmu komunikasi pasangan, target saya selama 5 tahun
untuk menguasainya. Maka akan saya jabarkan menjadi sub-sub materi:

1. Memahami komunikasi
2. Ciri-ciri komunikasi efektif
3. Gaya bahasa wanita dan laki-laki
4. Hal-hal yang mempengaruhi daya tangkap wanita dan laki-laki dalam berbicara
5. Belajar dari gaya komunikasi Rasul beserta istri dna para sahabat/sahabiyah
6. Dsb

Setiap materi dipelajari menggunakan pembelajaran nano kurang lebih 5-10 menit.
Review sehari setelahnya, sepekan setelahnya, dan sebelum memasuki materi baru
menggunakan pembelajaran mikro kurang lebih 15-20 menit.

Learning Strategy 6: Make the Learning Attractive


“Jadikan pembelajaran menarik”

Mengapa orang menghabiskan uang untuk pakaian, make up, rambut, kuku, dekorasi rumah,
mobil? Karena hal-hal tersebut sangat menarik. Pembelajaran pun tidak berbeda.
Semakin menarik pembelajaran secara visual, maka akan semakin tertarik.

For example:
Jika kita merancang pembelajaran untuk anak, maka padukan pembelajaran dengan gambar-
gambar, font dan warna-warna yang menarik dalam menyajikan materi. Video bergerak atau
belajar dialam pun seru.

Jika untuk pembelajaran orang dewasa, seperti saya temukan hal yang sangat menyita
perhatian. Saya sangat senang belajar apabila bacaan saya terdapat gambar, ilustrasi, berwarna
atau memiliki audio dan video. Seperti buku shirah nabawiyah, saya lebih memiki dalam bentuk
full colour dengan gambar didalamya disbanding shirah nabawiyah yang dari awal hingga akhir
berisi tulisan.

Learning Strategy 7: Practice Instead of Preach


“Berlatih daripada berkhotbah/berpidato”

Strategi terakhir adalah, berlatih atau praktekkan apa yang sudah kita pelajari bukan hanya
sekedar konsep dan teori yang kita ceritakan kemana-kemana sementara kita belum pernah
melaksanakannya.

Ilmu akan bermanfaat bagi seseorang ketika diamalkan.


Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman,

‫يَ ْع َملُونََ كَانُوا بِ َما َجزَ اء‬

“Sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka amalkan” (QS. Al-Waqi’ah: 24).

ََ‫اس أََتَأ ْ ُم ُرون‬


ََ َّ‫س ْونََ بِ ْالبِ َِر الن‬ ََ ‫ل ْال ِكت‬
َ ُ‫َاب تَتْلُونََ َوأ َ ْنت َُْم أ َ ْنف‬
َ ‫س ُك َْم َوتَ ْن‬ َ َ َ‫تَ ْع ِقلُونََ أَف‬

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu
berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44)

Alhamdulillah. Cukup sederhana namun sangat sesuai dengan gaya belajar saya 

Anda mungkin juga menyukai